Upload
gunk-deep
View
322
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar Persepsi Sensori : Halusinasi
a. Pengertian
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan
serta pemberdayaan melalui proses mengamati, mengetahuai dan
megartikan panca indranya mendapat rangsangan ( Maramis, 2004,
hal,. 119). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanay rangsang
apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar/ bagun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun
histerik (Maramis, 2004, hal. 199).
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaftif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiology (Stuart & Laraia, 2001).
Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1998, hal, 267) halusinasi
adalah penginderaan tanpa sumber rangsang eksternal, hal ini
dibedakan dari distosi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari
rangsangan yang nyata ada. Pasien merasakan halusinasi sebagai
sesuatu yang amat nyata, paling tidak untuk suatu saat tertentu.
Rentan respon perilaku klien diidentifikasikan sepanjnag rentang
respon klien masih adaftif atau maladaftif.
Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaftif Respon maladaftif
- Pikiran logis - Distor pikiran - Gangguan
pkiran/delusi
- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi
- Emosi konsisten - Reaksi emosional - Sulit berespon
dgn pengalaman yang berlebihan emosi
kurang
- Perilaku sesuai - Perilaku aneh - Perilaku
Disorganisasi
- Berhubungan - Menarik diri - Isolasi sosial
Social
(Stuart and Sundden, 1998, hal. 302)
Halusinasi dapat dikalifikasikan menjadi sepuluh yaitu (Maramis,
2004, hal. 119)
1). Halusinasi pengelihatan (visual, optic) : stimulus visual dalam
bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartoon,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
2). Halusinasi pendengaran (audiotory) : mendengar suara-suara atau
kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas menyebut klien,
samapai kepercakapan lengkap antara dua oang atau lebih tentang
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengarperkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
3). Halusinasi penciuman (olfaktorik) : membaui bau-bauan tertentu
seperti bau darah, urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan.
4). Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu
seperti rasa darah, urin atau feses.
5). Halusinasi peraba (taktil) : mengalami nyeri atau keidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas. Merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari
atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulit.
6). Halisinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam suatu
ruang, atau anggota tubuhnya bergerak.
7). Halusinasi visceral : perasaan tertentu timul dalam tubuhnya.
8). Halusinasi hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seseorang yang
normal, tepat sebelum tertidur, sensori persepsi bekerja salah.
9). Halusinasi hipnopompik : seperti pada no. 8 tetepi terjadi sebelum
terbagun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pola
pengalaman halusinasi dalam impian yang normal.
10).Halusianasi histerik : timbul pada saat histerik karena konflik
emosional.
Halusinasi berkembang menjadi empat fase (Stuart &
Larain, 2004, hal. 424).
1). Fase pertama (comforting)
Fase ini individu mengalami kecemasan, stress, perasaan bersalah,
kesepian, klien mungkin melawan atau memfokuskan pikiran
padahal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan,
klien masih dapat mengontrol halusinasinya.
2). Fase kedua (condemning)
Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang
berhalusinasi melalui merasa kehilangan kendali dan berusaha
menjauhkan diri dari sumber yang dipersepsikan. Individu merasa
malukarena pengalaman sensorinya dan menarik diri.
3). Fase ketiga (controlling)
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan halusinasinya
dan membiarkan halusinasinya menguasai dirinya. Isi
halusinasinya dapat berupa permohonan, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir.
4). Fase keempat (conquering)
Pasien merasa terpakau dan tidak berdaya melepaskan diri dari
control halusinasinya. Halusinasi menjadi mengancam, menerima
dan memarahinya, klien tidak dapat berhubungan dengan orang
lain.
b. Psikopatologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan gangguan jiwa
halusinasi yaitu : (kasiyo, 1998, hal. 118)
1). Factor Predisposisi
a). Faktor perkembangan terhamat
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan
kecemasan yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi.
Hambatan perkembangan ini misalnya pada usia sekolah
mengalami peristiwa yang tidak menyengkan selama
sosialisasi dan kegiatan sekolah, pada usia remaja
mengalamikrisis identitas yang tidak terselesaikan.
b). Faktor social budaya
Berbagai factor di masyarakat yang membuat seseorang
disingkirkan atau kesepian, yang selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
c). Faktor Pisikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda
atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan
kecemasan berat yang berakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan.
d). Faktor Biologis
Stuktur otak yang abnormal ditentukan pada pasien
gangguan orientasi realita.
e). Faktor Genetik
Adanya anggota keluarga yang menderita skizofernia.
2). Faktor Predisposisi
a). Faktor Sosial Budaya
Stres atau kecemasan akan meningkat bila terjadi
penurunan stabilatas keluarga, perpisahan dengan orang-
orang yang dicintai atau diasingkan dari kelompok.
b). Faktor Biokimia
Stres yang mengakibatkan lepasnya depomine atau zat
halusinogetik yang menyebabkan terjadinya halusinasi.
c). Faktor Pisikologis
Kecemasan ekstrim yang meningkat disertai terbatasnya
kemampuan menatasi masalah memungkinkan terjadinya
halusinasi.
Tanda dan gejala yang muncul pada klien halusinasi
(Kasiyo,1998, hal 122) adalah bicara, senyum dan tertawa
sendiri, menarik diri, menghindari dari orang lain, mudah
tersinggung,jengkel, marah, ekspresi wajah tegang,
mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas, melukai
diri sendiri, tidak dapat membedakan hal yang nyata,
pembicaraan kacau kadan tidak masuk akal, tidak mampu
melakukan asuhan sendiri.
c. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk penderita skizofrenia adalah:
1) Therapi somatik
Pengobatan skizofrenia ditujukan kepada gejala-gejala
yang menonjol. Apabila gejala yang menonjol seperti
gadih, gelisah, agresif, halusinasi, sulit tidur diberikan
antipsikosis dosis efektif seperti chlorpromazine 100 mg
dalam bentuk oal/injeksi sesuai dengan keadaan klien.
Dosis diberikan 100-100 mg/hari dapat dinaikkan sesuai
kebutuhan pada penderita skizofrenia dengan halusinasi
menonjol, tidak ada gangguan tidur dan tidak begitu gaduh
diberikan trifluoroperazines 5 mg (1-2 kali
sehari)/Haloperidol 2 mg 2 kali sehari. Penderita
skizofrenia katatonik tipe stupor dan dapat diberikan
pimozode 4 mg 1 kali sehari (Kaplan dan Sadock, 1997, hal
725).
2) Terapi kejang listrik/ECT (Elektro Convulsive Therapy)
Elektro Convulsive Therapy adalah salah satu pengobatan
fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektroda
dengan voltase diatur sesuai tingkat terendah yang akan
menghasilkan efek terapi. Terapi kejang listrik/ECT
diberikan pada klien-klien dengan kasus seperti: gangguan
skizofrenia katatonik, gangguan paranoid, neurosis cemas
yang hebat, neurosis obsesif-kompulsif yang tidak bereaksi
terhadap obat-obat lain (Kasiyo,K.W, 1998, hal 230).
3) Terapi modalitas
a) Therapi aktivitas
(1) Therapi musik
Fokus pada: mendengar, memainkan alat musik,
bernyanyi yaitu menikmati dengan relaksasi jenis
musik yang disukai klien.
(2) Therapi seni
Fokus pada: untuk mengekspresikan perasaan
melalui berbagai pekerjaan seni.
(3) Therapi menari
Fokus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan
tubuh.
(4) Therapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional: untuk koping/ perilaku maladaptive/
deskriptif dan meningkatkan partisipasi serta
kesenangan klien dalam kehidupan.
b) Therapi sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
c) Therapi kelompok
(1) Group therapy (therapy kelompok)
(2) Therapiutik group (kelompok terapeutik)
(3) Adjuntive group activity therapy (Therapy aktivitas
kelompok)
d) Therapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam
keluarga (home-like atmosphere), (Kasiyo,K.W, 1998,
hal 302).
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakanlangkah awal dari proses keperawatan klien
dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar dengan data
yang didapatkan diantaranya: bicara, senyum, tertawa sendiri,
mendengar suara-suara yang tidak jelas, merusak diri, orang lain, tidak
dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata, sulit membuat
keputusan, menyalahkan diri sendiri dan orang lain dan tidak mampu
melakukan asuhan sendiri
Pohon masalah
Akibat Risiko tinggi mencedarai diri sendiri dan orang lain
Core Problem Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar
Penyebab Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Masalah Keperawatan:
a. Resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain
b. Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar
c. Isolasi sosial: menarik diri
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Dari data yang muncul diatas kemudian dapat dirumuskan masalah
sehingga ditemukan diagnosa keperawatan:
1) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi dengar
2) Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan
menarik diri
3) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Perencanaan
Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan
prioritas diagnosa keperawatan (Keliat, 1998). Prioritas diagnosa
keperawatan dapat ditentukan berdasarkan masalah utama. Hal
tersebut tidak terlepas dari keadaan dan kondisi klien saat menyusun
rencana keperawatan.
Adapun prioritas diagnosa keperawatan adalah:
1) Risiko mencederai
diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang: klien tidak melakukan tindakan yang dapat
melukai diri sendiri dan orang lain
Tujuan jangka pendek:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rencana Keperawatan:
(1) Bina hubungan saling percaya
Rasional: hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi
yang terapeutik perawat dan klien
(2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional: ungkapan perasaan klien kepada perawat sebagai
bukti bahwa klien mulai mempercayai perawat.
b) Klien dapat mengenali halusinasinya
Rencana Keperawatan:
(1) Ajak klien membicarakan hal-hal nyata yang ada di
lingkungan
Rasional: mengurangi waktu kosong pada klien sehingga
dapat mengurangi frekwensi halusinasi.
(2) Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang
berhubungan dengan halusinasi, terima halusinasi sebagai
suatu hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi
perawat.
Rasional: meningkatkan orientasi realita klien dan rasa
percaya klien.
(3) Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya
halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timmbulnya
halusinasi.
Rasional: peran serta aktif klien sangatmenentukan
efektifitastindakan keperawatan yang dilakukan
c) Klien dapat mengendalikan halusinasinya
Rencana keperawatan
(1) Identifikasi tindakan yang biasanya dilakukan bila suara
tersebut ada.
Rasional: tindakan biasanya dilakukan klien merupakan upaya
mengatasi halusinasi.
d) Klien dapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.
Rencana keperawatan
(1) Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara
merawat klien di rumah.
Rasional: keluarga yang mampu merawat klien dengan halusinasi
paling efektif mendukung kesembuhan klien dengan masalah
halusinasi.
e) Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya.
Rencana keperawatan
(1) Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai
dengan program dokter.
Rasional: memastikan bahwa klien minum obat secara teratur.
2) Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan
menarik diri.
Tujuan jangka panjang: klien dapat berhubungan dengan orang lain
sehingga dapat mengendalikan halusinasinya.
Tujuan jangka pendek:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rencana perawatan
(1) Bina hubungan saling percaya
Rasional: Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan
meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan
perawat.
b) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku
menarik diri
Rencana perawatan
(1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab klientidak mau bergaul.
Rasional: untuk mengetahui alas an pasien menarik diri.
(2) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
Rasional: meningkatkan harga diri klien sehingga berani
bergaul dengan lingkungan sosialnya
c) Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan
orang lain
Rencana perawatan
(1) Diskusikan tentang manfaat berhubungan dedengan orang
lain
Rasional: meningkatkan pengetahuan klien tentang
perlunya berhubungan dengan orang lain
d) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Rencana perawatan
(1) Membantu klien berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.
Rasional: perlu latihan secara bertahap dalam berhubungan
dengan orang lain.
e) Klien dapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan
orang lain
Rencana perawatan
(1) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
Rasional: untuk mengidentifikasi hambatan yang
dirasakan klien.
3) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan jangka panjang: klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara bertahap.
Tujuan jangka pendek
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rencana perawatan
(1) Bina hubungan saling percaya
Rasional: hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi
yang terapeutik perawat dan klien
b) Klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Rencana perawatan
(1) Ientifikasi kemampuan klien yang dimiliki rumah sakit
Rasional: Klien dapat menyebutkan kemampuan yang
dimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Rencana perawatan
(1) Diskusikan kemampuan yang lain yang masih bisa
digunakan di rumah sakit.
Rasional: sebagai motivasi untuk meningkatkan harga
diri klien.
d) Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Rencana perawatan
(1) Bantu klien melakukannya dan bila perlu beri contoh.
Rasional: meningkatkan rasa percaya diri klien.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
Rencana perawatan
(1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
Rasional: klien dapat menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan dikerjakan oleh tim keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan yang dilakukan
d. Evaluasi
Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya,
klien mampu menyebutkan tindakan yang bisa dilakukan saat
halusinasi muncul, klien dapat mengenal dan mengontrol
halusinasinya, klien mau mengungkapkan perasaannya, klien tidak
melakukan tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain,
klien dapat berhubungan dengan orang lain.
b. Analisa Data
TABEL 2.1ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA KLIEN MG
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DENGARDIRUANG ARIMBI BPJ RSJ PROPINSI BALI
TANGGAL 23 JUNI 2008
NO Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
1 2 3 4
1. Klien masuk rumah
sakait dengan keluhan
ngamuk-ngamuk dan
sempat memukul
ayahnya serta membakar
kasur
Klien tampak glisah dan
tenang
Ketika diajak bijara klien
kadang-kadang berdiri
dan kadang-kadang
duduk kembali.
Nada bicara klien lambat
Tatapan mata kosong
Resiko mencererai
diri sendiri dan
orang lain
2 Klien mengatakan
mendengar suara
ayahnya yang memnggil
dirinya, suara itu
mengatakan “kerjaanmu
ngamuk saja”
Klien mengatakan suara
itu saat klien sedang
bengong sendiri dan saat
klien sedang tertidur
sehingga klien sering
terbangun dari tidurnya.
Klien mengatakan
frekuensi munculnya
suara itu tidak tentu,
suara yang di dengarnya
berlangsung sebentar
dan bila mendengar
suara tersebut klien
merasa glisah dan
pikirannya kacau serta
Klientampak gelisah dan
tenang
Klien tampak sering
menyendiri
Klien tampak bengong
ditempat tidurnya
Klien tampak cemas
Perubahan persepsi
sensori : halusinasi
dengar
langsung menutup
telinganya
3 Klien mengatakan malu
terhadap dirinya sendiri
karena penyakit yang
dideritanya, klien malau
dan takut bertemu
Klien tampak bengong
Klien tampak menyendiri
di ruanagan
Gangguan konsep :
diri harga diri
rendah
dengan orang-orang
dirumahnyan karena
klien merasa dirinya
tidak berguna, klien
mengatakan jarang di
jenguk oleh keliarga
4
1
Klien mengatakan malas
ngomong dengan orang
lain, klien mengatakan
lebih seng menyendiri
2
Kontak mata kurang
Kadang-kadang klien
memalingkan mukaknya
darai perawat
Tatapan mata klien
kosong
Klien tampak berdiam
diri dan tidur-tiduran
diruangan
3
Kesusakan interaksi
social : harga diri
rendah
4
5 Klien mengatakan
sewaktu dirumah sempat
putus obat karena klien
malas minum obat
Klien sudah pernah
dirawat tiga kali dirumah
sakait jiwa
Kurang perhatian darai
Peñatalaksanaan
regimen therapiutik
tidak efektif di
ruangan
Klurga mengatakan
tidak ada yang
memperhataikana klien
dirumah karena ada
kesibukan yaitu upacara
ngabren
Klien mengatakan sudah
pernah dirawat tiga kali
di rumah sakait jiwa
keluarga tentang obat-
obatan yang dimiliki
klien
6 Keluarga mengatakan
tidak mengetahuai
pengertian, tanda gejala
dan cara perawatan klien
di rumah
Keluarga mengatakan
kurang memperhatikan
fungsi dan manfaat obat
bagi klien
Keluarga mengatakan
mengajak klien pulang
untuk dirawat
dirumahnya
Saat kunjungana rumah
kelurga tampak terdiam
ketika ditanya oleh
perawat
Keluarga klien tampak
bengong
Kurang pengetahuan
keluarga
c. Rumusan Masalah
1) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar
3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
4) Kerusakan interaksi social : menarik diri
5) Penatalaksanaan regiemen terapiutik tidak efektif di rumah
6) Kurang pengetahuan keluarga
d. Pohon Masalah
Akibat Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain
Core Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar
Problem
Etiologi Kerusakan interaksi social, menarik diri
Risiko Gangguan konsep diri, harga diri rendah
Kekmabuhan
Koping individu tidak efektif
Penatalaksanaan
reigemen terapiutuk
tidak efektif di Faktor Presposisi Faktor Presipitasi
rumah - Pengawasan keluarga - Klien dirumah
terhadap klien saat di sempat putus
Kurang rumah kurang karena obat dan malas
Pengetahuan ada kesibukan upacara minim obat
Keluarga ngaben
- Keluarga mengajak klien
pulang untuk dirawat
di rumahnya
e. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi dengar ditandai dengan klien masuk rumah sakit dengan
keluhan mengamuk-ngamuk dan sempat memukul ayahnya serta
membakar kasur, klien tampak gelisah dan tenang, saat diajak bicara klien
kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang duduk kembali, nada bicara
klien lambat, tatapan mata kosong, klien mengatakan mendengar suara
ayahnya yang memarahi dirinya, klien mengatakan suara itu terdengar saat
klien sedang bengong sendiri dan saat klien sedang tertidur sehingga klien
sering terbangun dari tidurnya, klien mengatakan frekuensi munculnya
suara itu tidak tertentu, suara yang didengarnya berlangsung sebentar dan
bila mandengar suara tersebut klien merasa gelisah dan pikirannya kacau,
klien tampak sering menyendiri, klien tamapak bengong di temapt
tidurnya, klien tampak cemas.
2) Perubahan persepsi sensori, halusinasi dengan berhubungan dengan
menarik diri ditandai dengan klien mengatakan mendengar suara ayahnya
yang memarahi dirinya, suara itu berkata “ kerjaanmu mengamuk saja “,
klien mengatakan suara itu terdengar saat klien sedang berbengong sendiri
dan saat klien sedang tertidur sehingga klien sering terbangun dari
tidurnya, klien mengatakan frekuensi munculnya suara itu tidak tentu,
suara yang terdengar berlangsung sebentar dan bila mendengar suara
tersebut klien merasa glisah dan pikiranya kacau, klien tampak gelisah dan
tegang, klien tampak sering menyendiri, klien tampak bengong ditempat
tidurnya, klien tampak cemas, klien mengatakan malas ngomong dengan
orang lain klien lebih senang menyendir, kontak mata kurang, kadang-
kadang klien sering memalingkan mukanya dari perawat, tatapan mata
klien kosong, klien tampak berdiam diri dan tidur-tiduran diruangannya.
3) Kerusakan interaksi social : Menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah ditandai dengan klien mengatakan malas ngomong dengan oang
lain klien lebih sering menyendiri, kontak mata kurang, kadang-kadang
klien sering memalingkan mukanya dari perawat, tatapan mata klien
kosong, klien tampak berdiam diri dan tidur-tiduran diruangannya, klien
mengatakan malu terhadap dirinya sendiri karena penyakit yang
dideritanya, klien malu dan takut bertemu dengan orang lain dirumahnya
karena merasa dirinya tiak berguna, klien mengtakan jarang dijenguk oleh
keluarga, klien tamapak bengong, klien tampak duduk termenung dengan
tatapan mata yang kosong.
4) Gangguan konsep diri : koping individu menjadi efektif dengan klien
mengatakan malu terhadap dirinya sendiri karena penyakit yang
dideritanya, klien malu dan takut bertemu dengan orang lain dirumahnya
karena merasa dirinya tiak berguna, klien mengtakan jarang dijenguk oleh
keluarga, klien tamapak bengong, klien tampak duduk termenung dengan
tatapan mata yang kosong, klien mengatakan kalau punya masalah tidak
pernah menceritakannya dengan orang lain, klien lebih suka memendam
masalahnya sendiri, tetapi masalah tersebut tidak bias dipecahkan
sehingga membuat klien stress dan bingung, klien tampak bengong, klien
tamapak menyendiri diruangan.
5) Risiko kekembuhan berhubungan dengan penatalaksanaan regiemen
therapiutik tidak efektif di rumah ditandai dengan klien di rumahnya
sempat putus obat karena klien malas minum obat, keluarga mengatakan
klien di rawat diRSJ sudah 3 kali, klien dirawat di RSJ sejak 2007, ada
riwayat kambuh berulang, klien mengatakan sewaktu di rumah sempat
putus obat karena klien malas minum obat, keluarga tidak ada yang
memperhatikan klien saat dirumah karena kesibukan yaitu upacara
ngaben, klien sidah pernah dirawat tiga kali di rumah sakait jiwa, kurang
perhatian dari keluarga tentang obat-obatan yang dimiliki klien.
6) Penatalaksanaan regimen therapiutik tidak efektif berhubungan dengan
kurang pengetahuan dari keluarga ditandai dengan klien mangatakan
sewaktu dirumah sempat putus obat karena klien malas minum obat,
keluarga tidak ada yang memperhatikan klien saat dirumah karena
kesibukan yaitu upacara ngaben, klien sidah pernah dirawat tiga kali di
rumah sakait jiwa, kurang perhatian dari keluarga tentang obat-obatan
yang dimiliki klien, keluarga mengatakan tidak mengetahuai pengertian,
tanda gejala dan cara perawatan klien di rumah, keluarga mengatakan
kurang memperhatikan fungsi dan manfaat obat bagi klien, keluarga
mengajak klien pulang untuk dirawat dirumahnya, saat kunjungan rumah,
keluarga tampak terdiam ketika ditanya oleh perawat, kluarga klien
tampak bengong.
2. Perencanaan
Pada perencanaan diprioritaskan berdasarkan core ploblem, dimana core
problem dijadikan sebagai etiologi
a) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi dengar.
b) Perubahan persepsi sensori, halusinasi dengan berhubungan
dengan menarik diri.
c) Kerusakan interaksi social : Menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
d) Gangguan konsep diri : koping individu menjadi efektif.
e) Risiko kekembuhan berhubungan dengan penatalaksanaan
regiemen therapiutik tidak efektif di rumah.
f) Penatalaksanaan regimen therapiutik tidak efektif berhubungan
dengan kurang pengetahuan dari keluarga.
6). Pemeriksaan Fisik
a). Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= klien
= Meninggal
= orang yang serumah dengan kien
= orang yang terdekat dengan klien
TABEL 2.2
RENCANA KEPERAWATAN KLIEN MGDENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DENGAR
DI RUANG ARIMBING BPK PROPINSI BALITANGGAL 23 JUNI 2008
NOHari
TanggalJam
Diagnosa Keperawatn
PerencanaanTindakan Keperawatn RasionalTujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5 6 71. Senin
23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita
Risiko cedera diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi dengar
Tujuan jangka panjang : tidak ada tindakan yang mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.Tujuan jangka pendek :1.Klien dapat membina hubungan saling percaya
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 dalam 4 x 24 jam diharapkan klien :1.1.Klien dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan criteria klien mau membalas salam perawat, mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
1.1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapiutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontak yang jelas,tepat waktu
1.1.2 Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan empaty
Hubungan saling percaya sebagai interaksi yang terapiutik perawat dengan klienUngkapkan perasaan klien kepeda perawat sebagai bukti bahwa klien mulai mempercayai perawatRasa empaty akan meningkatkan hubungan saling percaya.
1 2 3 4 5 6 72. Klien dapat
mengenal halusinasi
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
2.1Klien dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata
2.2Klien dapat menyebutkan isi, frekuensi dan waktu timbulnya halisinasi
3.1Klien dapat menyebutkan tindakan yang
2.1.1. Adakan kontrak sering dan singkat secara bertahap
2.1.2. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi denagn :
Tertawa sendiri Bicara sendiri
2.1.3. Terima halisinasi sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak bagi perawat
2.2.1. Bersama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi : sifat, isi, waktu dan frekuensi halusinasi.
2.2.2. Dorong lkien mengungkapkan perasaanya ketika sedang berhalusinasi.
3.1.1. Identifikasi bersama klien tindakan apa yang dilakukan bila sedang berhalusinasi
Mengurangi waktu kosong bagi klien sehingga dapat mengurangi frekuensi halusinasi.Halusinasi harus dikenal terlebih dahulu oleh perawat.
Menigkatkan orientasi realita klien dengan rasa percaya klien.Peran serta aktif klien sangat menentukan efektifitas tindakan keperawatn yang dilakukan.
Upaya untuk memeutus halusinasi perlu dilakukan oleh klien sendiri agar halusinasinya tidak berlanjutTindakan yang biasanaya dilakukan klien merupakan upaya
1 2 3 4 5 6 7
4. Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol
5. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
dilakukan bila sedang berhalusinasi
4.1Klien meminum obat secara teratur sesuai aturan minum obat
5.1Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasi setelah di rumah
3.1.2. Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakanya
4.1.1. Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya
4.1.2. Bantu klien untuk memastikan klien telah minum obat
5.1.1. Dorong klien untuk memberitahukan keluarga ketika timbul halusinasi
5.1.2. Lakukan kunjungan keluarga / home visite : kenalkan keluarga pada halusinasi klien, Bantu dalam memutuskan tindakan yang mengontrol halusinasi klien, ajarkan cara merawat klien dirumah.
mengatasi halusinasi
Memberikan hal yang positif / pengakuan akan meningkatkan harga diri klien
Memastikan bahwa klien minum obat secara teratur untuk mengontrol halusinasinya.
1 2 3 4 5 6 72. Senin 23
Juni 2008 Pk. 09.00 Wita
Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar berhubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang klien dapat berhubungan dengan orang lain sehingga halusinasi dapat dicegah. Tujuan jangka pendek : 1. Klien dapat
membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat :
1.1 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan criteria klien mau membalas salam perawat, mau menjabat tangan dan mau menyebutkan nama.
1.2 Klien dapat menyebutkan penyebab atau alas an menarik diri
1.1.1. Bina hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa klien dengan ramah, tepat janji, pertahankan kontak mata selama interaksi.
1.1.2. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
Kejujuran, kesedihan dan penerimaan meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dan perawat.
Mengetahuai sejauh mana pengetahuan klien sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya.
1 2 3 4 56
7
3. Klien dapat mengetahuai keuntungan berhubungan dengan orang
3.1 Klien dapat menyebutkan dua dari tiga manfaat berhubungan denga orang laian mendapatkan teman, mengungkapkan perasaan, membantu memecahkan masalah
2.1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
2.1.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya
3.1.1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang
3.1.2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain
Untuk mengetahuai alas an klien menarik diri
Memberikan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien.
Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
Untuk mengetahuai tingkat pemahaman klien terhadap informasi yang telah diberikan
1 2 3 4 5 6 74. Klien dapat
berhubungan dengan orang lain secara bertahap
5. Klien dapat dukungan keluarga dalam hubungan dengan orang lain
4.1 Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain misalnya : membalas sapaan perawat, menatap mata, mau berinteraksi
5.1 Klien dapat membina hubungan dalam keluarga
5.1 Kluarga mengunjungi klien kerumah sakit setiap minggu ecara bergantian
4.1.1. Dorong dan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap
4.1.2. Libatkan klien dalam kegiatan kelompaok kecil dan kegiatan diruangan
5.2.1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keluarga
5.2.2. Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarga seperti makan, sembahyang bersama dan rekreasi
5.2.1. Jelaskan pada keluarga kebutuhan klien
Klien mungkin dapat memahami perasaan tidak nyaman, malau dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain.
Membantu klien dalam mempertahankan hubungan interpersonal.
Untuk mengetahuai sejauh mana hubungan interpersonal klien dengan keluarga.Membantu klien untuk meningkatkan hubungan interpersonal dengan keluargaKlien menarik diri membutuhkan perhatian yang khusus
1 2 3 4 5 6 7
3. Senin 23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita
Kerusakan interksi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan jangka panjang : klien dapat berhubungan dengan orang lain.
Tujuan jangka pendek : 1. Klien dapat
membina saling percaya.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat : 1.1 Klien dapat
membina hubungan salaing percaya dengan perawat dengan kriteria klien mau membalas salam perawat, mau
5.2.2. Bantu klien untuk tetap mempertahankan hubungan dengan klien yaitu mempertahankan perhatian dengan meningkatkan kunjungan ke rumah sakit,
5.2.3. Beri klien penguatan misalnya dengan membawakan makanan kesukaan klien
1.1.1. Bina hubungan saling percaya
Keterlibatan keluarha sangat membantu klien dalam mengembangkan interksi dengan lingkungannya.
Meningkatkan rasa percaya klien pada keluarga dan merasa diperhatikan.
Hubungan saling percaya sebagai dasar interksi
1 2 3 4menjabat tangan
5 6 7
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampaun dan aspek positif kemampuan dan aspek
3. Klien dapat menilaia kemampuan yang digunakan
4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
dan mau menyebutkan nama.
2.1 Klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimiliki di RS
3.1 Klien mampu menilaikemampuan yang diadapat digunakan di RS
4.1 Klien mau mencoba kemampuan yang dimilikinya
2.1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk menyebutkan kemampuan yang dimiliki di RS
3.1.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang lain yang masih bias digunakan di RS
4.1.1. Bantu klien melakukanya bila perlu beri contoh
Klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimilikinya
Sebagai motivasi untuk meningkatkan harga diri klien
Membangkitkan rasa percaya diri klien
1 2 3 4 5 6 7
4 Senin 23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
5. Klien dapat melakuakan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemapuanya
Tujuan jangka panjang : koping individu menjadi efektif
Tujuan jangka pendek : 1. Klien dapat
membina
5.1 Klien mampu menlakuakan beberapa kegiatan secara mandiri
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat :
1.1 Klien dapat membina hubungan salaing
5.1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.1.2. Beri pujian atas keberhasialan klien
1.1.1. Bina hubungan saling percaya
Klien dapat menunjukkan kemampuan yang dimilikiMengkatkan harga riri klien
Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan meningkatkan
1 2 3 4percaya dengan
5 6kepercayaan hubungan
7
5 Senin 23 Juni 2008 Pk. 09.00 Wita
Penatalaksanaan terapiutik tidak efektif dirumah berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
2. Klien mendapat dukungan dari keluarga
Tujuan jangka panjang penatalaksanaan rigimen terapiutik efektif dirumah.
Tujuan jangka pendek : 1. Kelurga dapat
mengerti pengertian, tanda dan gejala dari
Perawat dengan kriteria klien mau membalas salam perawat, mau menjabat tangan dan mampu menyebutkan nama.
2.1 Klien mau menceritakan perasaanya
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat kali pertemuan masing-masing 15 menit dalam 4 x 24 jam diharapkan klien dapat :
1.1 Kelurga dapat menyebutkan pengertian pengertian, tanda dan gejala dari
2.1.1. Dorong klien untuk menceritakan perasaanya kepada keluarga yang menjenguk
1.1.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi
antara klien dan prewat
Menumbuhkan rasa kekelurgaan kepada klien.
Untuk mengetahuai pengetahuan keluarga tentang halusinasi
halusinasi halusinasi1 2 3 4 5 6 7
2. Keluarga memperhatukan pengobatan klien
3. Keluarga bias melakuakan perawatan pada klien dengan halusinsai
2.1 Salah satu anggota keluarga mau bertanggung jawab dalam pemberian obat kepada klien
3.1 Keluarga dapat merawat klien dengan baik
1.1.2. Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian, dan tanda gejala halusinasi
2.1.1. Anjurkannkeluarga untuk benar-benar memperhatiakan pengobatan klien
3.1.1. Beri penjelasan kepada kelurga tentang perawatan klien halusinasi.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang halisinasi
Motovasai kepada keluarga untuk mendukung pengobatan klien
Menambah pengetahuan keluarga dalam hal perawatan kalien halisinasi.