80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A CHARGE BERSIFAT UNUS TESTIS NULLUS TESTIS DAN RELEVANSINYA DENGAN ASAS IN DUBIO PRO REO DALAM IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP (Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh NANANG FAO RINO NIM. E0006182 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

  • Upload
    vandung

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA

DENGAN ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A CHARGE BERSIFAT

UNUS TESTIS NULLUS TESTIS DAN RELEVANSINYA DENGAN ASAS

IN DUBIO PRO REO DALAM IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP

(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung

Nomor: 2175 K/Pid/2007)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

NANANG FAO RINO

NIM. E0006182

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

Page 2: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN

ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A CHARGE BERSIFAT UNUS TESTIS

NULLUS TESTIS DAN RELEVANSINYA DENGAN ASAS IN DUBIO PRO REO

DALAM IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP (Studi Perkara penggunaan surat

palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007)

Oleh

NANANG FAO RINO

NIM. E0006182

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 17 Januari 2013

Dosen Pembimbing

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Bambang Santoso, S.H., M.Hum

NIP. 19620209 198903 1 001

Muhammad Rustamaji S.H., M.H

NIP. 19821008 200501 1 001

Page 3: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (skripsi)

TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN

ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A CHARGE BERSIFAT UNUS TESTIS

NULLUS TESTIS DAN RELEVANSINYA DENGAN ASAS IN DUBIO PRO REO

DALAM IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP (Studi Perkara penggunaan surat

palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007)

DISUSUN OLEH

Nanang Fao Rino

NIM : E0006182

Penulisan Hukum ini telah diterima dan dipertahankan Oleh Dewan Penguji

Penulisan Hukum (Skripsi)Fakultas Hukuk Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada

Hari : Selasa

Tanggal : 29 Januari 2013

DEWAN PENGUJI

1. Kristiyadi, S.H., M.H. : (…………………………)

Ketua

2. Bambang Santoso, S.H., M.Hum. : (…………………………)

Sekertaris

3. Edy Herdyanto, S.H., M.H. : (…………………………)

Anggota

MENGETAHUI

DEKAN

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.H.

NIP. 195702031985032001

Page 4: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Nanang Fao Rino

NIM : E0006182

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

“TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN

ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A CHARGE BERSIFAT UNUS TESTIS

NULLUS TESTIS DAN RELEVANSINYA DENGAN ASAS IN DUBIO PRO

REO DALAM IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP (Studi Perkara

penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175

K/Pid/2007)” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum

(skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 17 Maret 2013

yang membuat pernyataan

Nanang Fao Rino

NIM.E0006182

Page 5: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Lakukan yang terbaik maka kamu akan mendapatkan yang terbaik untukmu

(Nanang Fao Rino.)

Forgive your enemy but never forget their names

(John F. Kennedy)

Lihatlah kedua telapak tanganmu makan akan kamu lihat seluruh garis-garis

yang ada dalam telapak tanganmu.

Garis yang akan menentukan nasibmu, rezekimu, dan jodohmu.

Ketika kamu melihat lebih jauh lebih dalam kedalam kedua telapak tanganmu,

maka kamu tau bahwa sebenarnya nasibmu, rezekimu, dan jodohmu ada dalam

genggamanmu sendiri, jadi berusahalah dengan tanganmu sendiri.

Karena semua perjalanan yang akan kamu tempuh dalam genggamanmu sendiri.

(Nanang Fao Rino)

Page 6: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini didedikasikan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan

hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Penelitian

Hukum ini .

2. Bapak Sukimin dan Ibu Tatik Rubyati serta adikku tercinta Alfonsus

Angga Dwi Prayoga yang selama ini telah memberi kasih sayang dan doa

serta dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian

Hukum ini.

3. Bapak Edy Herdyanto yang senantiasa memberikan nasihat dan motivasi

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini

dengan baik.

4. Sahabatku dan adik-adikku yang senantiasa memberikan semangat dalam

penulisan hukum ini. Raharjo Kurniawan, Mega Anjar sari, Lukmanu

Kurnia, Rizka amalia, Rennyza Harsyahni, Puraditya SK, Ericko

Priambodo, Cristian, Irma Okta Yunitasari, Yogi Aditya, dan Margi

Wicaksono.

5. Keluarga besar angkatan 2006, keluarga besar MCC FH UNS yang telah

menjadi bagian keluarga, terimakasih atas pengertian dan dukungannya.

6. Keluarga besar Laboratorium seni Teater Delik yang akan selalu menjadi

sedulur-sedulurku.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan

hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala

kebaikan Bapak, Ibu, rekan-rekan menjadi amalan dan mendapat balasan

kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa.

8. Almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 7: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

Nanang Fao Rino. E 0006182. TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI

OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A CHARGE

BERSIFAT UNUS TESTIS NULLUS TESTIS DAN RELEVANSINYA DENGAN

ASAS IN DUBIO PRO REO DALAM IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP

(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor:

2175 K/Pid/2007). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan

Hukum (Skripsi). 2013.

Penulisan hukum yang berjudul Tinjauan Yuridis Pengajuan Kasasi Oleh Terdakwa

dengan Alasan Hukum Bahwa Saksi A Charge Bersifat Unus Testis Nullus Testis dan

Relevansinya dengan Asas In Dubio Pro Reo Dalam Impelementasi Pasal 183 KUHAP.

Penulisan hukum ini termasuk penelitian hukum normatif, bersifat preskiptif dengan

menggunakan sumber bahan- bahan hukum, baik yang berupa bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah

dengan cara studi kepustakaan melalui pengumpulan peraturan perundang-undangan,

buku, dan dokumen lain yang mendukung, diantaranya Putusan Mahkamah Agung

Nomor 2175/K/PID/2007. Dalam penulisan hukum ini, penulis menggunakan analisis

dengan metode silogisme yang berpangkal dari penalaran pengajuan premis mayor yaitu

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Premis Minor yaitu Putusan Mahkamah

Agung Nomor 2175/K/PID/2007 dari kedua hal tersebut kemudian ditarik sebuah

penalaran mengenai alasan pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan saksi a charge

bersifat unus testis nullus testis dan bagaimana relevansinya dengan asas in dubio pro reo

dalam implementasi pasal 183 KUHAP.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diperoleh bahwa terhadap

adanya alasan pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan bahwa saksi a charge

bersifat unus testis nullus testis tidak memenuhi ketentuan yang terdapat dalam Pasal 183

KUHAP sebagai syarat minimum pembuktian. Karena berdasarkan fakta hukum dalam

persidangan ditemukan bahwa terdapat kekurangan dalam penggunaan alat bukti oleh

terdakwa dalam membuktikan kesalahan terdakwa.

Dengan munculnya sifat unus testis nullus testis pada saksi a charge menimbulkan

sebuah permasalahan, dimana dalam minimum pembuktian yang terdapat dalam Pasal

183 KUHAP akan menimbulkan kekurangan alat bukti yang akan menciptakan

ketidakyakinan hakim mengenai bersalah atau tidaknya terdakwa. Mengenai hal tersebut

sesusai asas in dubio pro reo bahwa jika terjadi keragu-raguan mengenai suatu hal

haruslah diputuskan hal-hal yang menguntungkan terdakwa. Jika di hubungkan dengan

Pasal 191 KUHAP maka terdakwa harus diputus bebas karena perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan.

Kata Kunci : Pembuktian, Unus testis Nullus testis, in dubio pro reo

Page 8: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRACT

Nanang Fao Rino. E 0006182. JURIDICAL REVIEW SUBMISSIONS of

CASSATION by the DEFENDANT by REASON of the LAW that A CHARGE are

UNUS TESTIS NULLUS TESTIS and RELEVANCE to the PRINCIPLE of IN

DUBIO PRO REO in IMPLEMENTATION OF ARTICLE 183 CODE of

CRIMINAL PROCEDURE (Case study of the use of false papers in Supreme

Court number: 2122 K/Pid/2007)..Law Faculty of Surakarta Sebelas Maret

University. Law Writing (Thesis). 2011.

The writing of the law entitled the review of Cassation Submissions

Juridical by the defendant by reason of the law That A Charge Are Unus Testis

Nullus Testis and relevance to the principle of In Dubio Pro Reo In

Implementation of article 183 CODE of CRIMINAL PROCEDURE.

The writing of this law including normative legal research, is preskiptif by

using a source of legal materials, either in the form of legal materials of primary

and secondary legal materials. Legal materials collection techniques in this

research is to study how the library through the collection of legislation, books,

and other documents that supports, among others, Supreme Court No.

2122/K/PID/2007. In the writing of this law, the author uses the analysis with the

method of reasoning stem from the syllogism filing major premise that the book of

the law of Criminal Procedure Law and the Minor Premise that the verdict of the

Supreme Court No. 2122/K/PID/2007 from these two things are then pulled a

reasoning as to why the filing of Cassation by the defendant by reason of the

witness of a charge are unus testis nullus testis and how its relevance with the

principle of in dubio pro reo in implementation of article 183 CODE of

CRIMINAL PROCEDURE.

Based on the results of research conducted by the authors retrieved that

against the filing of a reason of Cassation by the defendant on the grounds that

witness a charge are unus testis nullus testis did not meet the conditions contained

in article 183 CODE of CRIMINAL PROCEDURE as a minimum requirement of

proof. Because it is based on the legal facts in the trial found that there were

deficiencies in the use of evidence by the defendant in error proves the defendant.

With the advent of the unus testis nullus testis on a charge raises a

problem, where in the minimum of proof contained in article 183 CODE of

CRIMINAL PROCEDURE would give rise to lack of evidence that will create the

ketidakyakinan judge of the guilt of the accused or not. About the sesusai the

principle of in dubio pro reo that in case of doubt regarding a matter shall be

decided upon things that are favorable to the defendant. If the connect to article

191 CRIMINAL PROCEDURE CODE then the defendant should be terminated

because free Act of didakwakan to the defendant not proven legally and

convincingly.

Keywords: Authentication, Unus Testis Nullus Testis, In Dubio Pro Reo

Page 9: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis akhirnya dapat

menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS

PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN HUKUM

BAHWA SAKSI A CHARGE BERSIFAT UNUS TESTIS NULLUS TESTIS

DAN RELEVANSINYA DENGAN ASAS IN DUBIO PRO REO DALAM

IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP (Studi Perkara penggunaan surat

palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007). Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum (Skripsi).

2013.”.

Penulisan hukum ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Penulisan hukum ini membahas tentang apakah alasan pengajuan

kasasi oleh terdakwa dengan alasan saksi a charge bersifat unus testis nullus testis

memenuhi ketentuan Pasal 183 KUHAP dan bagaimana Relevansi saksi a charge

bersifat unus testis nullus testis dengan prinsip in dubio pro reo dalam

implementasi Pasal 183 KUHAP (studi kasus dalam Putusan Mahkamah Agung

Nomor: 2175/K/PID/2007). Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini

terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis dengan besar hati akan

menerima segala masukan yang dapat memperkaya pengetahuan penulis di

kemudian hari.

Dengan selesainya penulisan hukum ini maka dengan segala kerendahan hati

penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan hukum ini :

1. Ibu Prof. Hartiwiningsih S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

dalam penyusunan penulisan hukum ini.

Page 10: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

3. Bapak Edy Herdyanto, S.H.,M.H. yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan penulisan hukum ini.

4. Bapak Kristiyadi, S.H., M.H. selaku Ketua Penguji Skripsi yang telah

memberikan saran dan kritik terhadap penulisan hukum ini.

5. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum. selaku Sekertaris Penguji Skripsi

yang telah memberikan saran dan kritik terhadap penulisan hukum ini.

6. Bapak Syafrudin Yudo W., S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan saran dan nasehat kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang dengan keikhlasan dan kemuliaan hati telah meberikan bekal ilmu

kepada penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

8. Bapak dan Ibu di Bagian Akademik, Bagian Kemahasiswaan, Bagian Tata

Usaha dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

9. Bapak Sukimin dan Ibu Tatik Rubiyati serta adikku tercinta Angga Dwi

Prayoga yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moril maupun

materiil.

10. Keluarga besar angkatan 2006, keluarga besar Teater Delik, MCC FH UNS

yang telah menjadi bagian keluarga, terimakasih atas pengertian dan

dukungannya.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya penulisan hukum

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan

Bapak, Ibu, rekan-rekan menjadi amalan dan mendapat balasan kebaikan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

Nanang Fao Rino

Page 11: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.......................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................... ..............iv

HALAMAN MOTTO...................................................................... ................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................... ............... vi

ABSTRAK......................................................................................... .............. vii

KATA PENGANTAR...................................................................... ............... ix

DAFTAR ISI..................................................................................... ............... xi

DAFTAR SKEMA............................................................................ ............... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5

E. Metode Penelitian ............................................................... 6

F. Sistematika Penelitian ........................................................ 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................... ............. 10

A. Kerangka Teori..................................................................10

1. Tinjauan Umum tentang Upaya Hukum......................10

2. Tinjauan Umum tentang Alat Bukti............................13

3. Tinjauan Umum tentang Asas in dubio pro reo..........18

4. Tinjauan Umum tentang Hukum Pembuktian.............20

5. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim…………...25

B. Kerangka Pemikiran..............................................................33

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 35

A. Hasil Penelitian................................................................... .. 35

Page 12: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1. Kasus Posisi ............................................................... 35

2. Dakwaan ..................................................................... 39

3. Putusan ....................................................................... 51

B. Pembahasan ………………………………………………...55

1. Pengajuan Kasasi oleh Terdakwa dengan alasan Hukum

bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis

Memenuhi Ketentuan Pasal 183 KUHAP...................55

2. Relevansi saksi a charge bersifat unus testis nullus

testis dengan prinsip in dubio pro reo dalam

impelmentasi pasal 183 KUHAP.................................64

BAB IV. PENUTUP ..................................................................................67

A. Simpulan .............................................................................. 67

A. Saran ..................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68

LAMPIRAN

Page 13: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Halaman

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran .......................................... 29

Gambar 2. Konsep Teori Kehendak John Austin ................................ 39

Gambar 3. Metode Penemuan Hukum Hakim .................................. 43

Tabel 1. Metode Penafsiran dan Argumentasi Hukum……………. 42

Page 14: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara hukum, demikian penegasan Pasal 1 ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Norma ini

bermakna bahwa di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, hukum

merupakan urat nadi seluruh aspek kehidupan. Hukum mempunyai posisi

strategis dan dominan dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Hukum, sebagai suatu sistem dapat berperan dengan baik dan benar di tengah

masyarakat jika instrumen pelaksanaanya dilengkapi kewenangan-

kewenangan dalam bidang penegakan hukum.

Dalam suatu negara hukum, pemerintah harus menjamin adanya

penegakan hukum dan tercapainya tujuan hukum. Dalam penegakan hukum

ada tiga unsur yang harus selalu mendapat perhatian, yaitu: keadilan,

kemanfaatan atau hasil guna (doelmatigheid) dan kepastian hukum (Sudikno

Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993:1). Sedangkan tujuan pokok dari hukum

adalah terciptanya ketertiban. Setiap orang mengharapkan dapat ditetapkannya

hukum jika terjadi suatu peristiwa, itulah arti kepastian hukum.

Kepastian hukum merupakan perlindungan justiciable dari tindakan

sewenang-wenang, yang berarti seseorang akan mendapatkan sesuatu yang

diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya

kepastian hukum, dengan kepastian hukum maka masyarakat akan lebih tertib.

Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum dan kepastian hukum akan

memungkinkan tercapainya tujuan hukum yang lain yaitu ketertiban

masyarakat. Penegakan hukum pada satu sisi harus ada kepastian hukum juga

diusahakan harus memberi manfaat pada masyarakat, selain menciptakan

keadilan.

Untuk mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum, diperlukan baik

norma-norma hukum atau peraturan perundang-undangan, juga aparatur

Page 15: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pengemban dan penegak hukum yang profesional, berintegritas, dan disiplin

yang didukung oleh sarana dan prasarana hukum serta perilaku hukum

masyarakat. Oleh karena itu setiap negara hukum termasuk Negara Indonesia

harus memiliki institusi aparat penegak hukum yang berfungsi sebagai

menegakkan keadilan dan menciptakan keadaan yang adil dan tentram. Aparat

penegak hukum tersebut terdiri dari polisi, hakim dan jaksa. Dalam

menjalankan tugasnya mereka mempunyai peran dan tugas masing-masing

yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Kedudukan aparat dalam pelaksanaan peradilan merupakan subsistem

yang mendukung total sistem proses penegakan hukum dalam suatu kesatuan

menyeluruh, sehingga harus dipikirkan langkah-langkah yang menuju suatu

pelembagaan alat-alat kekuasaan penegak hukum dalam suatu pola law

enforcement centre, yaitu suatu lembaga yang menghimpun mereka dalam

sistem penegakan yang terpadu dalam suatu sentra penegakan hukum. Dalam

sentra tadilah berlangsung proses penegakan hukum, mulai dari penyidikan,

penuntutan dan peradilan. Sehingga dalam penertiban aparat, yang pertama

kali dilakukan ialah tindakan pembentukan dan penjernihan fungsi dan

wewenang diantara sesama instansi aparat penegak hukum. Kalau ini sudah

terbentuk dan terjernihkan, baru menyusul pembagian tugas dan wewenang

yang jelas dalam lingkungan interen instansi yang bersangkutan (Yahya

Harahap, 2002: 62).

Kedudukan Hakim sebagai salah satu aparat dalam pelaksanaan

peradilan berperan besar pembentukan hukum (judge made law). Hakim

dalam memeriksa perkara dapat menggunakan konstruksi hukum dalam

rangka pembentukan hukum (judge made law) maupun interpretasi atau

penafsiran dalam rangka mencari dan menemukan hukumnya (rehtcsvinding).

Hakim memegang peranan yang sangat penting. Ia sebagai penegak

hukum dan keadilan, serta pejabat negara yang mempunyai tugas mulia dalam

mewujudkan negara hukum, memberikan kepastian hukum, dan kemanfaatan

bagi masyarakat melalui putusan hukumnya di pengadilan. Seperti diuraikan

sebelumnya, bahwa hukum materiil yang dipergunakan hakim di Pengadilan

Page 16: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tertentu masih banyak yang belum diwujudkan dalam bentuk Undang-

Undang. Oleh karena itu, dalam kaitan dengan memutuskan perkara, hakim

harus senantiasa mendasarkan pada hukum yang berlaku dalam arti luas, yang

meliputi; Undang-Undang sebagai hukum positif, kebiasaan yang hidup di

dalam masyarakat, yurisprudensi, serta pendapat para ahli (doktrin hukum).

Kedudukan dan peran hakim dalam menjalankan fungsinya yang luhur

dan mulia untuk hukum dan keadilan melalui badan-badan peradilan, tidaklah

mudah. Mudah diucapkan, namun sukar dilaksanakan. Karena hakim dalam

mengemban amanat tersebut, serta merta terbebas dari godaan-godaan

duniawi. Ironisnya, tidak sedikit hakim yang gagal mengemban amanat serta

kepercayaan yang diletakkan di pundaknya itu, yang selain menciderai rasa

keadilan masyarakat, juga merusak citra, harkat dan martabat peradilan dan

pribadi hakim itu sendiri. Karena putusan yang dibuatnya, jauh bahkan

bertentangan dengan hukum, keadilan dan kebenaran.

Tentu, para pencari keadilan akan sangat kecewa apabila putusan

hakim tersebut tidak rasa keadilan. Lebih-lebih jika tidak ada kepastian hukum

tiada kepastian kapan putusan hakim dijatuhkan dan kapan pula dapat

dilaksanakan. "Justice delayed is justice denied". Kridibilitas semacam inilah

yang kini banyak dipertanyakan.

Apabila dilihat dari Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175

K/Pid/2007 secara lebih dalam, didalamPutusan tersebut dikemukakan alasan

terdakwa mengajukan upaya hukum kasasi atas putusan dalam Pengadilan

dalam tingkat banding yang menyatakan terdakwa bersalah.

Terdakwa yang dalam hal ini sebagai pemohon kasasi mengajukan

kasasi dengan alasan bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis.

Anggapan itu didasari terdakwa beranggapan bahwa saksi yang di ajukan oleh

Jaksa Penuntut umum menggunakan surat palsu dalam memberikan

keterangannya, serta hadirnya penyidik sebagai saksi tidak relevan dalam

persidangan tersebut.

Dengan adanya alasan hukum tersebut majelis hakim dalam

pembuktian dalam pemeriksaan sidang memandang bahwa alasan hukum

Page 17: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

tersebut benar adanya, sehingga menilik Pasal 183 KUHAP hakim memutus

bebas dalam tingkat banding. Hal tersebut dikarenakan hakim tidak

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindakan terdakwalah yang bersalah

melakukan kesalahan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis

tertarik menelaah lebih lanjut persoalan tersebut dalam penulisan hukum yang

berjudul “TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH

TERDAKWA DENGAN ALASAN HUKUM BAHWA SAKSI A

CHARGE BERSIFAT UNUS TESTIS NULLUS TESTIS DAN

RELEVANSINYA DENGAN ASAS IN DUBIO PRO REO DALAM

IMPLEMENTASI PASAL 183 KUHAP (Studi Perkara penggunaan

surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175

K/Pid/2007)”

B. Perumusan Masalah

1. Apakah pengajuan kasasi oleh Terdakwa dengan alasan hukum bahwa

saksi a charge bersifat unus testis nullus testis memenuhi ketentuan Pasal

183 KUHAP?

2. Bagaimana relevansi saksi a charge bersifat unus testis nullus testis

dengan prinsip in dubio pro reo dalam implementasi Pasal 183 KUHAP?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan jelas, tujuan

tersebut adalah untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan

maksud penelitian yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai

oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui Apakah pengajuan kasasi oleh Terdakwa dengan

alasan hukum bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis

memenuhi ketentuan Pasal 183 KUHAP.

Page 18: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Untuk mengetahui relevansi saksi a charge bersifat unus testis nullus

testis dengan prinsip in dubio pro reo dalam implementasi Pasal 183

KUHAP.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah, memperluas wawasan, pengetahuan, dan

kemampuan penulis dalam mengkaji masalah di bidang Hukum Acara

Pidana, terutama menyangkut pengajuan kasasi dan argumentasi

hakim dalam memutus perkara pidana dengan kesesuaian dalam

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar

akademik Sarjana di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan ini akan

bermanfaat bagi penulis sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat yang

dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam terkait pengembangan ilmu di bidang hukum acara

pidana.

b. Hasil penelitian hukum ini diharapakan dapat menambah referensi dan

literature dalam pengembangkan ilmu hukum.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan

penalaran, membantu dan memberikan masukan terhadap berbagai

pihak yang berminat dalam mengkaji masalah yang sama.

b. Diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi berbagai pihak

dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis ditahap berikutnya.

Page 19: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian

doktrinal atau disebut juga penelitian hukum normatif. Metode penelitian

hukum normatif merupakan suatu perosedural penelitian ilmiah demi

menemukan fakta atas logika keilmuan hukum yaitu dari sisi normatifnya.

Penelitian hukum doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat

preskriptif bukan deskriptif sebagaimana ilmu sosial dan ilmu alam (Peter

Mahmud Marzuki, 2006 : 33).

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai

apakah alasan saksi a charge bersifat unus testis nullus testis dan

bagaimana relevansinya dengan asas in dubio pro reo dalam Pasal 183

KUHAP.

2. Sifat Penelitian

Sifat dalam penelitian hukum adalah preskriptif dan terapan.

Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan

hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep

hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum

menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam

melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2006:22). Sifat

preskriptif dalam penelitian ini yaitu penulis akan mempelajari mengenai

Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007 tentang penggunaan

surat palsu.

3. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

menggunakan pendekatan tersebut, penelitian akan mendapatkan informasi

dari berbagai aspek mengenai isu yang coba dicari jawabannya.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum

diantaranya pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan

kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach),

pendekatan komparatif (comparative approach) dan pendekatan

Page 20: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

konseptual (conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006:93).

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu

pendekatan studi kasus (case study). Pendekatan ini dilakukan dengan

menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu-isu yang dihadapi yang

telah menjadi putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Meskipun pendekatan kasus ini bermakna empiris, namun dalamsuatu

penelitian normatif kasus tersebut dipelajari untuk mendapatkan gambaran

apakah kasus tersebut berdampak pada dimensi penormaan dalam suatu

aturan hukum dalam praktek hukum (Jhony Ibrahim, 2006:321).

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Dalam buku Penelitian Hukum karangan Peter Mahmud Marzuki

(2006:141) mengatakan bahwa pada dasarnya penelitian hukum tidak

mengenal adanya data, sehingga yang digunakan adalah bahan hukum

dalam hal ini bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penelitian hukum ini adalah norma atau

kaidah dasar dalam hukum di Indonesia, yakni :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana

3) Putusan Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer sehingga dapat membantu

memahami dan menganalisis bahan hukum primer, misalnya buku-

buku, literatur, dokumen resmi, atau karya ilmiah yang berkaitan

dengan penelitian ini.

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan hukum

ini terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal hukum yang terkait,

dan internet yang mengulas mengenai upaya hukum kasasi oleh

Page 21: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

terdakwa dengan alasan hukum saksi a charge bersifat unus testis

nullus testis dan relevansinya dengan asas in dubio pro reo

dalamimplementasi Pasal183 KUHAP .

5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum yang dilakukan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah silogisme.Silogisme adalah metode argumentasi yang

di konklusinya diambil dari premis-premis yang menyatakan permasalahan

yang berlainan. Menurut Philipus M. Hudjon mengemukakan bahwa

penalaran hukum yang merupakan premis mayor adalah aturan hukum dan

premis minor merupakan fakta hukum. (Peter Mahmud Marzuki, 2005:47)

F. Sistematika penulisan

Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, penganalisaan,

serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika

penulisan hukum ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab yang kedua ini memuat dua sub bab, yaitu

kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka

teori penulis akan menguraikan tinjauan umum tentang

Upaya Hukum Kasasi, alat bukti, asas indubio pro reo,

pembuktian dan Tindak Pidana Penggunaan Surat Palsu.

Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis akan

menampilkan bagan kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 22: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab

permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya :

Pertama, Apakah pengajuan kasasi oleh Terdakwa

dengan alasan hukum bahwa saksi a charge bersifat unus

testis nullus testis memenuhi ketentuan Pasal 163

KUHAP serta bagaimana relevansi saksi a charge

bersifat unus testis nullus testis dengan prinsip in dubio

pro reo dalam implementasi Pasal 183 KUHAP.

BAB IV : PENUTUP

Merupakan penutup yang menguraikan secara singkat

tentang kesimpulan akhir dari pembahasan dan jawaban

atas rumusan permasalahan, dan diakhiri dengan saran-

saran yang didasarkan atas hasil keseluruhan penelitian

Page 23: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Upaya Hukum

a. Upaya Hukum Biasa

1) Pemeriksaan Tinggkat Banding

Pemeriksaan banding diatur dalam Pasal 67 KUHAP.

Dalam Pasal tersebut ditentukan bahwa terdakwa atau penuntut

umum berhak untuk memintabanding terhadap putusan pengadilan,

kecuali terhadap putusan bebas atau putusan lepas darisegala

tuntutan hukum, karena kurang tepatnya penerapan hukum dan

putusan pengadilandalam acara cepat.

Acara pemeriksaan banding diatur dalam Pasal 233 sampai

dengan 243 KUHAP. Permintaann banding diajukan kepada

Panitera pengadilan Negeri dalam jangka waktu 7 hari setelah

putusan pengadilan ditetapkan dan diberitahukan kepada terdakwa

yang tidak hadir dalamsidang (Pasal 233 ayat (2).

Permintaan banding dapat dicabut oleh pemohon sebelum

diputuskan oleh Hakim Pengadilan Tinggi tetapi setelah dicabut

tidak boleh diajukan lagi. Pengadilan Tinggi memeriksa dan

memutuskan perkara dengan tiga orang Hakim Tinggi.

Putusan Pengadilan Tinggi dapat berupa:

a) menguatkan Putusan Pengadilan Negeri,

b) mengubah Putusan Pengadilan Negeri, dan

c) membatalkan Putusan Pengadilan Negeri

2) Kasasi

Pemeriksaan kasasi diatur dalam Pasal 244 sampai dengan

258 KUHAP. Dasar hukum diadakannya pemeriksaan kasasi

adalah Pasal 10 ayat (3) undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970

Page 24: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menentukan bahwa terhadap putusan-putusan yang diberikan

tingkat akhir oleh pengadilan-pengadilan lain, kasasi dapat diminta

kepada Mahkamah Agung (sekarang diatur dalam Pasal 11 ayat (2)

huruf a Undang-UndangNomor 4 Tahun 2004).

Hak terdakwa dan penuntut umum untuk kasasi diatur

dalam Pasal 244 KUHAP. Permohonan kasasi dapat diminta

kepada panitera pengadilan yang memutus tingkat pertama dalam

jangka waktu 14 hari setelah putusan diberitahukan kepada

terdakwa (Pasal 245 ayat (1) KUHAP). Permohonan kasasi dapat

dicabut sebelum ada putusan Mahkamah Agung, tetapi setelah

dicabut tidak boleh diajukan lagi (Pasal 247 KUHAP). Hakim

Agung, bila perlu untuk kepentingan pemeriksaan Mahkamah

Agung, dibenarkan mendengarkan keterangan langsung dan

terbuka dari saksi maupun penuntut umum.

Putusan Mahkamah Agung dapat berupa:

a) menolak Permohonan kasasi, atau

b) mengabulkan permohonan kasasi

Penolakan kasasi karena berbagai hal:

a) aturan hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya dalam

pemeriksaan sebelumnya;

b) acara pelaksanaan pengadilan tidak dijalankan menurut

ketentuan undang-undang;

c) hakim yang memeriksa dalam pengadilan sebelumnya tidak

berwenang.

b. Upaya Hukum Luar Biasa

1) Pemeriksaan Tingkat Kasasi Demi Kepentingan Hukum

Pada kasasi ini Mahkamah Agung mendapat data dari Jaksa

Agung, karena dialah yang melaporkan atau meminta kasasi.

Sebelumnya, Jaksa Agung menerima laporan dari kejaksaan yang

menurut pandangan mereka ada keputusan pengadilan yang sudah

Page 25: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

mempunyai kekuatan hukum tetapi perlu dimintakan kasasi demi

kepentingan umum.

Bertolak dari laporan tersebut, Jaksa Agung dapat

mengetahui adanya putusan pengadilan yang perlu dimintakan

kasasi.

Kasasi demi kepentingan hukum diatur dalam Pasal 259

sampai dengan 262 KUHAP. Putusan Mahkamah Agung dalam

kasasi tersebut tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan

(Pasal 259KUHAP).

2) Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan yang Telah

Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap

Pasal 23 Ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004

tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan :

“Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat

mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung,

apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam

undang-undang.”

Menurut Penjelasan Pasal tersebut dijelaskan bahwa Yang

dimaksud dengan hal atau keadaan tertentu dalam ketentuan ini

antara lain adalah ditemukannya bukti baru (novum) dan/atau

adanya kekhilafan/kekeliruan hakim dalam menerapkan

hukumnya.

Menurut ketentuan Pasal 28 UU No. 14 Tahun 1985 Jo

Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 yang menjelaskan :

(1) Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan

memutus:

a. permohonan kasasi;

b. sengketa tentang kewenangan mengadili;

c. permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 26: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Tinjauan Umum tentang Alat Bukti

Dalam KUHAP telah diatur mengenai alat bukti yang sah dalam

pemeriksaan pembuktian dalam persidangan perkara pidana. Dimana

pembuktian tersebut akan membantu hakim dalam memeriksa, mengadili

dan memutus suatu perkara. Serta hakim harus secara sungguh-sungguh

memeriksa alat-alat bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.

Selain itu juga alat bukti tersebut berguna untuk menambah keyakinan

hakim atau kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan

oleh terdakwa.

Menurut Pasal 184 KUHAP, alat-alat bukti yang sah adalah:

a. Keterangan saksi,

b. Keterangan ahli,

c. Surat,

d. Petunjuk,

e. Keterangan Terdakwa.

Hakim, penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukum, terikat

dan terbatas hanya diperbolehkan menggunakan alat-alat bukti itu saja.

Mereka tidak leluasa mempergunakan alat bukti yang dikehendakinya

diluar alat bukti yang ditentukan Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Dinilai

sebagai alat bukti, dan yang mempunyai “kekuatan pembuktian” hanya

terbatas pada alat-alat bukti itu saja. Pembuktian di luar alat bukti yang

disebut pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP, tidak mempunyai nilai serta

tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat (M. Yahya

Harahap, 2006: 285).

Berdasarkan pada urutan alat-alat bukti dalam Pasal 184 ayat (1)

KUHAP maka dapat disimpulkan bahwa dalam perkara yang terutama

suatu tindak pidana dibuktikan dengan alat bukti saksi. Di dalam

melakukan suatu tindak pidana, seseorang akan berusaha menghilangkan

jejaknya. Selanjutnya akan diuraikan alat-alat bukti yang tersebut dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP baik yang berhubungan dengan penerapan

Page 27: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

alat-alat bukti itu maupun yang berhubungan dengan kekuatan

pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti tersebut.

a. Keterangan saksi

Pengertian keterangan saksi terdapat pada Pasal 1 angka 27

KUHAP disebutkan bahwa keterangan saksi adalah salah satu alat

bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi

mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri

dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuanya itu.

Sedangkan pengertian dari saksi seperti yang telah disebutkan dalam

Pasal 1 angka 26 KUHAP adalah orang yang dapat memberikan

keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan

tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan

ia alami sendiri.

Pada umumnya alat bukti keterangan saksi merupakan alat

bukti yang paling utama dalam perkara pidana. Hampir semua

pembuktian perkara pidana selalu bersandar kepada pemeriksaan

keterangan saksi. Sekurang-kurangnya disamping pembuktian dengan

alat bukti yang lain, masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat

bukti keterangan saksi (M. Yahya Harahap, 2006: 286).

Dalam Pasal 185 ayat (5) KUHAP dinyatakan bahwa baik

pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran saja,

bukan merupakan keterangan saksi (Andi Hamzah, 2008: 260). Nilai

kekuatan pembuktian keterangan saksi tidak hanya dilihat dari unsur

pengucapan sumpah atau janji saja. Ada syarat yang harus melekat

pada keterangan itu supaya dapat mempunyai nilai sebagai alat bukti

yang sah, mengenai sampai sejauh mana kekuatan pembuktian alat

pembuktian keterangan saksi sebagai alat bukti yang sah, maupun nilai

kekuatan pembuktian keterangaan saksi dapat diikuti penjelasan

sebagai berikut:

1) Mempunyai kekuatan pembuktian bebas;

Page 28: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Nilai kekuatan pembuktianya tergantung pada penilaian hakim (M.

Yahya Harahap, 2006: 294-295).

Alat bukti keterangan saksi sebagai alat bukti yang bebas yang

tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dan tidak

menentukan sama sekali, tidak mengikat hakim. hakim bebas menilai

kekuatan atau kebenaran yang melekat pada keterangan itu, dan dapat

menerima atau menyingkirkannya.

b. Keterangan ahli

Dalam Pasal 1 angka 28 KUHAP telah disebutkan bahwa

keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang

memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat

terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

Keterangan ahli berbeda dengan keterangan saksi, tetapi sulit pula

dibedakan dengan tegas. Di dalam peranannya seorang ahli merangkap

pula sebagai saksi. Isi keterangan seorang saksi dan ahli berbeda,

keterangan seorang saksi mengenai apa yang dialami saksi itu sendiri

sedangkan keterangan seorang ahli ialah mengenai suatu penilaian

mengenai hal-hal yang sudah nyata ada dan pengambilan kesimpulan

mengenai hal-hal itu (Andi Hamzah, 2008: 274).

KUHAP membedakan keterangan seorang ahli dipersidangan

sebagai alat bukti “keterangan ahli” dan keterangan seorang ahli secara

tertulis di luar sidang pengadilan sebagai alat bukti “surat”. Mengenai

kekuatan pembuktian yang melekat pada keterangan ahli pada

prinsipnya yaitu tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang

mengikat dan menentukan. Dengan demikian nilai kekuatan

pembuktian keterangan ahli sama halnya dengan nilai kekuatan

pembuktian yang melekat pada alat bukti keterangan saksi.

Page 29: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

c. Surat

Alat bukti surat diatur dalam Pasal 187 KUHAP. Menurut

ketentuan itu, surat yang dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah

menurut undang-undang ialah (M. Yahya Harahap, 2006: 306), yaitu:

1) Surat yang dibuat atas sumpah jabatan;

2) Atau surat yang dikaitkan dengan sumpah.

Kemudian dalam Pasal tersebut juga merinci mengenai bentuk-

bentuk alat bukti surat yang terdiri atas 4 (empat) ayat (Andi Hamzah,

2008: 275), yaitu:

1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya,

yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

didengar, dilihat, atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan

alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu;

2) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan

yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu

keadaan;

3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahlianya mengenai sesuatu hal atau keadaan yang

diminta secara resmi;

4) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan

isi dari alat pembuktian yang lain.

Dalam hukum acara pidana sama sekali tidak mengatur

ketentuan yang khusus tentang nilai kekuatan pembuktian surat.

d. Petunjuk

Alat bukti petunjuk diatur dalam Pasal 188 ayat (1) KUHAP

yang memberikan definisi petunjuk adalah sebagai berikut: “petunjuk

adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya,

Page 30: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana

itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan

siapa pelakunya”. Sedangkan pada Pasal 188 ayat (2) KUHAP

menjelaskan bahwa petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan

saksi, surat, dan keterangan terdakwa.

Dalam Pasal 188 ayat (3) KUHAP mengatakan bahwa

penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap

keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana,

setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan

keseksamaan berdasarkan hati nuraninya (Andi hamzah, 2008: 277).

Adapun mengenai kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk serupa

sifat dan kekuatannya dengan alat bukti lain, yaitu hanya mempunyai

sifat kekuatan pembuktian “yang bebas” (M. Yahya Harahap, 2006:

317).

e. Keterangan Terdakwa

Selain alat bukti surat, terdapat pula alat bukti lain, yaitu

keterangan terdakwa. Pengertian keterangan terdakwa tercantum dalam

Pasal 189 ayat (1) KUHAP, yang berbunyi “keterangan terdakwa ialah

apa yang terdakwa nyatakan di persidangan tentang perbuatan yang ia

lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri”.

Penempatan alat bukti terdakwa pada urutan terakhir dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP, merupakan salah satu alasan yang

dipergunakan untuk menempatkan proses pemeriksaan keterangan

terdakwa dilakukan belakangan sesudah pemeriksaan keterangan saksi.

Berdasarkan pada ketentuan pada Pasal 189 ayat (4) KUHAP yang

menyatakan bahwa “keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk

membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang

didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti

yang lain”.

Page 31: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya

sendiri. Keterangan terdakwa saja seperti yang disebut diatas, tidak

cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan

yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat

bukti yang lain (C.S.I. Kansil, 1993: 237).

Jadi menurut ketentuan pada Pasal 189 ayat (4) KUHAP

tersebut, bahwa keterangan seluruhnya dari terdakwa di muka hakim

untuk menjadi bukti yang sempurna harus disertai dengan keterangan

yang jelas tentang keadaan-keadaan, dimana peristiwa pidana

diperbuat, keterangan mana semua atau sebagian harus cocok dengan

keterangan si korban atau dengan bukti-bukti yang lain. Meskipun

tidak disebutkan dalam Undang-Undang, bahwa suatu keterangan

terdakwa hanya berharga apabila pengakuan itu mengenai hal-hal yang

terdakwa alami sendiri, seperti halnya dengan kesaksiannya.

3. Tinjauan Umum tentang Asas in dubio pro reo

Menurut “Kamus Hukum” yang ditulis oleh Simorangkir

(2006:73), frasa in dubio pro reo diartikan sebagai “jika ada keragu-

raguan mengenai sesuatu hal haruslah diputuskan hal-hal yang

menguntungkan terdakwa”.

Asas in dubio pro reo sendiri sudah sering digunakan Mahkamah

Agung (“MA”) untuk memutus perkara, di antaranya dalam Putusan

Mahkamah Agung No. 33 K/MIL/2009 yang salah satu

pertimbangannya menyebutkan bahwa:

“asas IN DUBIO PRO REO yang menyatakan jika terjadi keragu-

raguan apakah Terdakwa salah atau tidak maka sebaiknya

diberikan hal yang menguntungkan bagi Terdakwa yaitu

dibebaskan dari dakwaan.”

Selain itu, MA juga pernah berpendapat mengenai hubungan antara

hukum acara pidana dengan asas in dubio pro reo pada Putusan

Page 32: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Mahkamah Agung No. 2175/K/Pid/2007 yang salah satu

pertimbanganya menyatakan:

“...sistem pembuktian di negara kita memakai sistem "Negatief

Wettelijk", yaitu keyakinan yang disertai dengan mempergunakan

alat-alat bukti yang sah menurut Undang-Undang; Hal ini dapat

terlihat pada Pasal 183 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), yang berbunyi

sebagai berikut: "Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan pidana

kepada seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan, bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang

bersalah melakukannya"

Pertimbangan Putusan yang sama juga menyebutkan:

“Suatu asas yang disebut "IN DUBIO PRO REO" yang juga

berlaku bagi hukum pidana..... Asas ini tidak tertulis dalam

Undang-Undang Pidana, namun tidak dapat dihilangkan

kaitannya dengan asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan" (“Geen

Straf Zonder Schuld") atau "Anwijzigheid van alle Schuld' yang

sudah menjadi yurisprudensi konstan dan dapat diturunkan dari

Pasal 182 ayat (6) KUHAP”

Sedangkan Pasal 182 ayat (6) KUHAP sendiri menyebutkan:

“Pada asasnya putusan dalam musyawarah majelis merupakan

hasil permufakatan bulat kecuali jika hal itu setelah diusahakan

dengan sungguh-sungguh tidak dapat dicapai, maka berlaku

ketentuan sebagai berikut:

a. putusan diambil dengan suara terbanyak;

b. jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh

putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling

menguntungkan bagi terdakwa.”

Page 33: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Berdasarkan putusan Mahkamah Agung tersebut dapat kita ketahui

bahwa penerapan asas in dubio pro reo sejalan dengan pengaturan Pasal

183 dan Pasal 182 ayat (6) KUHAP. Pasal 183 KUHAP mengharuskan

hakim yang hendak menjatuhkan putusan pidana untuk memperoleh

keyakinan berdasarkan alat bukti bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Sedangkan, Pasal 182 ayat (6) KUHAP mengatur keadaan bila

proses pengambilan putusan dalam musyawarah majelis hakim tidak

dicapai hasil pemufakatan bulat, dan tidak dapat diambil putusan

berdasarkan suara terbanyak (karena pendapat anggota majelis hakim

berbeda-beda), maka putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang

paling menguntungkan bagi terdakwa

Jadi, praktiknya asas in dubio pro reo ini digunakan bila hakim

berdasarkan alat bukti yang ada masih memiliki keragu-raguan mengenai

bersalah atau tidaknya terdakwa. Bila hakim masih memiliki keraguan

mengenai bersalah atau tidaknya terdakwa, maka berlaku Pasal 183

KUHAP yang melarang hakim menjatuhkan pidana bila berdasarkan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia tidak memperoleh

keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukannya.

4. Tinjauan Umum tentang Hukum Pembuktian

Pembuktian mempunyai peranan penting dalam pemeriksaan

perkara di persidangan. Karena dengan pembuktian inilah nasib terdakwa

ditentukan. Apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang

ditentukan Undang-Undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang

didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa dibebaskan dari hukuman.

Sebaliknya apabila pembuktian dengan alat-alat bukti yang disebut dalam

Pasal 184 KUHAP dapat dibuktikan akan terdakwa dinyatakan bersalah

dan dijatuhi hukuman.

Page 34: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Sebelum membahas mengenai sistem pembuktian, ada baiknya kita

masuk terlebih dahulu pada pengertian pembuktian. Pembuktian

merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang boleh

dipergunakan hakim, penuntut umum, atau penasehat hukum, dimana

masing-masing terikat pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti

yang ditentukan Undang-Undang. Artinya bahwasanya hakim, penuntut

umum, terdakwa dan penasehat hukum tidak boleh leluasa bertindak

dengan caranya sendiri dalam penilaian pembuktian. Terdakwa tidak bisa

leluasa mempertahankan sesuatu yang dianggap benar diluar ketentuan

yang telah digariskan Undang-Undang. Pembuktian yang dilakukan oleh

Jaksa Penuntut Umum harus benar-benar diuji dengan alat bukti secara

teliti. Karena dalam perkara pidana seorang terdakwa tidak dibebani

pembuktian, beban pembuktian diletakkan kepada penuntut umum yang

berarti menjadi kewajiban bagi penuntut umum untuk membuktikan salah

atau tidaknya terdakwa. Begitu juga dengan majelis hakim jika meletakkan

kebenaran yang ditemukan dalam putusan yang akan mereka jatuhkan ,

kebenaran itu harus diuji dengan alat bukti, dengan kekuatan pembuktian

yang melekat pada setiap alat bukti yang mereka temukan. Kalau tidak

demikian bisa saja orang yang sebenarnya melakukan tindak pidana bebas

dari hukuman, sedangkan orang yang tidak bersalah justru mendapatkan

hukuman.

Beberapa teori sistem pembuktian pidana antara lain :

a. Conviction– in time

Dalam teori sistem pembuktian convention-intime

menentukan salah tidaknya seorang terdakwa, semata-mata

ditentukan oleh penilaian keyakinan hakim. Keyakinan hakimlah

yang menentukan keterbuktian kesalahan terdakwa. Dari mana

hakim menarik dan menyimpulkan keyakinanya, tidak menjadi

masalah dalam sistem ini. Keyakinan boleh disimpulkan dan

diambil hakim dari alat-alat bukti yang diperiksanya dalam sidang

pengadilan. Bisa juga melalui hasil pemeriksaan alat-alat bukti itu

Page 35: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

diabaikan hakim dan langsung menarik keyakinan dari keterangan

atau pengakuan terdakwa.

Sistem ini diakui memang mengandung banyak kelemahan.

Hakim dapat saja menjatuhkan hukuman pada seorang terdakwa

semata-mata atas dasar keyakinan belaka tanpa di dukung alat

bukti yang cukup. Didalam putusan hakim terkandung didalamnya

suatu kepercayaan yang terlalu besar kepada ketetapan kesan-kesan

perseorangan belaka dari seorang hakim. Sehingga pengawasan

terhadap putusan-putusan hakim seperti ini adalah sukar untuk

dilakukan oleh karena Badan Pengawas tidak mengetahui

pertimbangan-pertimbangan hakim yang melahirkan pendapat

hakim kearah putusan.

Jadi dalam sistem pembuktian conviction intime ini,

sekalipun kesalahan terdakwa sudah cukup terbukti, akan tetapi

pembuktian yang cukup dikesampingkan oleh keyakinan hakim.

Seolah-olah sistem ini menyerahkan sepenuhnya nasib terdakwa

kepada keyakinan hakim semata-mata.

b. Conviction-raisonce

Dalam teori conviction-raisonce ini, keyakinan hakim tetap

memegang peranan penting dalam menentukan salah tidaknya

seorang terdakwa. Akan tetapi dalam sistem pembuktian ini, faktor

keyakinan hakim dibatasi. Dalam teori ini keyakinan hakim harus

didukung alasan-alasan dan suatu kesimpulan yang logis, yang

tidak didasarkan kepada Undang-Undang akan tetapi ketentuan-

ketentuan menurut ilmu pengetahuan hakim sendiri, menurut

pilihannya sendiri tentang pelaksanaan pembuktian yang

dipergunakan hakim.

c. Pembuktian menurut Undang-Undang secara positif (Positief

wettelijk Stelsel)

Pembuktian menurut Undang-Undang secara positif adalah

merupakan pembuktian yang bertolak belakang dengan sistem

Page 36: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pembuktian menurut keyakinan atau conviction intime. Dalam

sistem pembuktian ini keyakinan hakim tidak berperan

menentukan salah tidaknya terdakwa. Sistem ini berpedoman pada

prinsip pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan oleh

Undang-Undang.

Sistem pembuktian ini benar-benar menuntut hakim suatu

kewajiban mencari dan menemukan kebenaran salah tidaknya

terdakwa sesuai dengan tatacara pembuktian dengan alat-alat bukti

yang ditentukan Undang-Undang. Dari semula pemeriksaan

perkara, hakim harus mengesampingkan faktor-faktor keyakinanya.

Hakim semata-mata berdiri tegak pada nilai pembuktian objektif

tanpa mencampuradukkan hasil pembuktian yang diperoleh

dipersidangan dengan unsur subyektif keyakinanya.

d. Pembuktian Undang-Undang secara Negatif (Negatief Wettelijk

Stelsel)

Sistem pembuktian menurut Undang-Undang secara negatif

merupakan teori antar sistem pembuktian menurut Undang-Undang

secara positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan atau

conviction in time. Sistem pembuktian menurut Undang-Undang

secara negatif merupakan suatu sistem keseimbangan antara kedua

sistem yang saling bertolak belakang secara ekstrim. Dari

keseimbangan tersebut, sistem pembuktian menurut Undang-

Undang secara negatif menggabungkan ke dalam dirinya secara

terpadu sistem pembuktian menurut Undang-Undang secara

positif.

Di dalam sistem pembuktian ini untuk menentukan

seseorang terdakwa dinyatakan bersalah, apabila kesalahan yang

didakwakan kepadanya dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti

yang sah menurut Undang-Undang sekaligus keterbuktian

kesalahan tadi dibarengi pula dengan keyakinan hakim. Dalam

menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa menurut sistem

Page 37: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pembuktian Undang-Undang secara negatif, terdapat dua

komponen antara lain:

1) Pembuktian harus dilakukan menurut ketentuan cara dan

dengan alat-alat bukti yang sah menurut Undang-Undang.

2) Keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas ketentuan

cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut Undang-

Undang.

Dengan demikian sistem ini tidak ada yang paling dominan

karena memadukan unsur-unsur obyektif dan subyektif dalam

menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa. Sehingga kalau

salah satu diantara dua unsur itu tidak ada, maka belum cukup

mendukung keterbuktian kesalahan terdakwa.

Sistem Pembuktian menurut Undang-Undang secara

negatif, merupakan sistem pembuktian yang dianut oleh KUHAP

(Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana), ketentuan itu

diperjelas dalam Pasal 183 KUHAP yang didalamnya mengandung

maksud, yaitu:

1) Putusan pidana oleh hakim harus berdasarkan sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah.

2) Harus ada keyakinan hakim telah terjadinya tindak pidana,

bahwa terdakwa yang bersalah.

Dari ketentuan bunyi Pasal 183 KUHAP di atas tersebut

bahwa pembuktian harus didasarkan pada Undang-Undang

(KUHAP), yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam Pasal 184

KUHAP, disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari

alat-alat bukti tersebut, maka terdakwalah yang dinyatakan

bersalah melakukan tindak pidana. Dengan demikian sistem

pembuktian berdasar Undang-Undang secara negatif mempunyai 2

(dua) alasan yaitu:

1) Sudah selayaknya harus ada keyakinan hakim tentang

kesalahan terdakwa.

Page 38: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Apabila aturan yang mengikat hakim dalam menyusun

keyakinannya, diharapkan ada patokan-patokan tertentu yang

menjadi acuan hakim dalam melaksanakan proses pembuktian.

5. Tinjauan Umum tentang Putusan Hakim

a. Pengertian Putusan Hakim

Pengertian Putusan Hakim adalah hasil atau kesimpulan dari

suatu perkara yang telah dipertimbangkan dengan masak-masakyang

dapat berbentuk putusan tertulis maupun lisan. (Andi Hamzah,

2009:485)

Sedangkan dalam Bab I angka 11 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan “putusan pengadilan”

adalah“pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan

terbuka, yang dapat berupa pemidaaan atau bebas atau lepas dari

segala tuntutan hukum dalam hal sertaa menurut cara yang diatur

dalam undang-undang ini.”

Menurut Lilik Mulyadi (2007:203) “Putusan Pengadilan”

adalah :

“putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam

persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah

melakukan proses dan procedural hukum acara pidana pada umumnya

berisikan ammar pemidanaan atau bebas atau pelepasan dari segala

tuntutan hukum dibuat dalam bentuk tertulis dengan tujuan

penyelesaian perkaranya”.

Putusan harus sah untuk dapat dilaksanakan. Syarat sahnya

putusan diatur dalam Pasal 195 KUHAP yakni apabila diucapkan di

sidang yang terbuka untuk umum. Hal ini dimaksudkan agar

masyarakat dapat mengetahui duduk perkara yang sebenarnya dan juga

dapat memantau apakah jalannya persidangan sesuai dengan ketentuan

di dalan KUHAP atau tidak.

Page 39: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Kemudian, apabila kita melihat dari ketentuan KUHAP, dapat

disimpulkan bahwa putusan hakim itu pada hakikatnya dapat

dikategorisasikan kedalam dua jenis, yaitu putusan akhir dan putusan

yang bukan putusan akhir. Apabila suatu perkara oleh majelis hakim

diperiksa sampai selesai pokok perkaranya, hal ini berdasarkan

ketentuan Pasal 182 ayat (3) dan ayat (8), Pasal 197, dan Pasal 199

KUHAP dinamakan dengan ”putusan akhir” atau ”putusan”.

Pada jenis putusan seperti ini prosedural yang harus dilakukan

adalah setelah persidangan dinyataka dibukadan terbuka untuk umum,

pemeriksaan identitas terdakwa, dan peringatan agar mendengar dan

memerhatikan segala sesuatu di dalam persdangan, pembacaan surat

dakwaan, keberatan, pemeriksaan alat bukti, replik dan duplik

kemudian re-replik dan re-duplik, pernyataan pemeriksaan ”ditutup”,

serta musyawarah majelis hakim, dan pembacaan ”putusan”.

Adapun mengenai putusan yang bukan putusan akhir dalam praktik

dapat berupa ”penetapan” atau ”putusan sela” yang bersumber pada

ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP. Putusan ini secara formal dapat

mengakhiri perkara apabila terdakwa/penasihat hukum dan penuntut

umum telah menerima putusan itu. Akan tetapi, secara materiil perkara

tersebut dapat dibuka kembali apabila salah satu pihak (terdakwa atau

penasihat hukum atau penuntuut umum) mengajukanperlawanan dan

perlawanan tersebut oleh pengadilan tinggi dibenarkan sehingga

pengadilan tinggi memerintahkan pengadilan negeri melanjutkan

pemeriksaan perkara yang bersangkutan.

b. Bentuk-Bentuk Putusan Hakim dalam Perkara Pidana

1) Putusan Bebas (Vrijspraak)

Putusan bebas dalam rumpun hukum Eropa Kontinental

lazim disebut dengan putusan “Vrijspraak”, sedangkan dalam

rumpun Anglo-Saxon disebut putusan “Acquittal”. Pada asasnya,

esensi dari putusan bebas terjadi karena terdakwa dinyatakan tidak

Page 40: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana sebagaimana didakwakan jaksa/penuntut umum dalam surat

dakwaan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP,

putusan bebas/Vrijspraak dapat dijatuhkan oleh Majelis Hakim

oleh karena :

a) Dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan.

b) Kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum.

Dalam penjelasan Pasal 191 ayat (1) KUHAP menyebutkan

bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang didakwakan

kepadanya tidak terbukti sah dan meyakinkan adalah tidak cukup

terbukti menurut penilaian hakim atas dasar pembuktian dengan

menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana.

Alasan hakim dalam memutus bebas adalah :

a) Ketiadaan alat bukti seperti ditentukan asas minimum

pembuktian menurut undang-undang secara negative (negative

wettelijke bewijs theorie) sebagaimana dianut oleh KUHAP.

Pada prinsipnya Majelis Hakim dalam persidangan tidak cukup

dapat membuktian tentang kesalahan terdakwa serta hakim

tidak yakin terhadap kesalahan tersebut.

b) Majelis Hakim berpandangan terhadap asas minimum

pembuktian yang ditetapkan oleh undang-undang telah

terpenuhi misalnya berupa adanya dua orang saksi atau adanya

petunjuk, tetapi Majelis Hakim tidak yakin akan kesalahan

terdakwa. (Lilik Mulyadi,2007:217-218)

2) Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum (Onslag van

alle Rechtsvervolging)

Pada Pasal 191 ayat (2) KUHAP mengatur secara Eksplisit

tentang “putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum” atau

“Onslag van alle Rechtsvervolging”.Pada ketentuan Pasal tersebut,

Page 41: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

putusan lepas dari segala tuntutan hukum dirumuskan dengan

redaksional bahwa “Jika pengadilan berpendapat bahwa

perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi

perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka

terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum”.

Dengan demikian, bahwa putusan pelepasan, tindak pidana

yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum memang terbukti

secara sah dan meyakinkan menurut hukum,tetapi terdakwa tidak

dapat dipidana dikarenakan perbuatan terdakwa tersebut bukan

merupakan “perbuatan pidana”, tetapi perbuatan lain misalnya

termasuk dalam yurisdiksi hukum perdata ataukah hukum dagang.

(Lilik Mulyadi,2007:223-224)

3) Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum

Diatur dalam Pasal 191 ayat (2), yang berbunyi: “Jika

pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan

kepada terdakwa terbukti,tetapi perbuatan itu tidak merupakan

suatu tindak pidana maka terdakwa diputus lepas dari segala

tuntutan hukum.”

Dapat kita lihat bahwa putusan pelepasan dari segala

tuntutan hukum landasannya terletak pada kenyataan apa yang

didakwakan dan yang telah terbukti tersebut, tidak merupakan

tindak pidana, tetapi termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata

atau hukum adat.

4) Putusan Pemidanaan

Putusan Pemidanaan diatur oleh ketentuan Pasal 193 ayat

(1) KUHAP. Apabila dijabarkan lebih detail, terhadap putusan

pemidanaan dapat terjadi jika :

a) Dari hasil pemeriksaan di depan persidangan

b) Majelis hakim berpendapat, bahwa:

Page 42: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

(1) Perbuatan terdakwa sebagaimana didakwakan

jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaan telah terbukti

secara sah dan meyakinkan menurut hukum;

(2) Perbuatan terdakwa tersebut merupakan ruang lingkup

tindak pidana (kejahatan/misdrijven atau

pelanggaran/overtredingen)

(3) Dipenuhinya ketentuan alat-alat bukti dan fakta-fakta di

persidangan (Pasal 183, Pasal 184 ayat (1) KUHAP)

Oleh karena itu majelis hakim lalu menjatuhkan putusan

pemidanaan kepada terdakwa

Putusan hakim dapat dieksekusi bila putusan tersebut telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, yang telah diterima oleh para

pihak yang bersangkutan.Putusan yang berupa penghukuman

terdakwa dapat berupa pidana seperti yang diatur dalam Pasal 10

KUHP, yaitu :

a) Pidana Pokok

(1) Pidana mati

(2) Pidana penjara

(3) Kurungan

(4) Denda

b) Pidana Tambahan

(1) Pencabutan hak-hak tertentu

(2) Perampasan barang-barang tertentu

(3) Pengumuman putusan hakim

c. Isi Putusan

Apabila pemeriksaan sidang dinyatakan selesai seperti yang

diatur dalam Pasal 182 ayat 1 KUHAP, tahap proses persidangan

selanjutnya ialah penuntutan, pembelaan, dan jawaban. Dan kalau

tahap proses penuntutan, pembelaan, dan jawaban telah berakhir,

tibalah saatnya hakim ketua menyatakan ”pemeriksaan dinyatakan

Page 43: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

tertutup”. Pernyataan inilah yang mengantar persidangan ke tahap

musyawarah hakim, guna menyiapkan putusan yang akan dijatuhkan

pengadilan (M. Yahya Harahap, 2002 : 347). Dalam Pasal 182 ayat 4

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) ditentukan

bahwa musyawarah yang disebut diatas harus didasarkan atas surat

dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam persidangan.

Ditentukan selanjutnya dalam Pasal 182 ayat 5 KUHAP bahwa dalam

musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan pertanyaan

dimulai dari hakim yang termuda sampai yang tertua, sedangkan yang

terakhir mengemukakan pendapatnya adalah hakim ketua majelis dan

semua pendapat harus disertai pertimbangan beserta alasannya. Dalam

ayat berikutnya, yakni ayat 6 Pasal 182 KUHAP itu diatur bahwa

sedapat mungkin musyawarah majelis merupakan permufakatan bulat,

kecuali jika hal itu telah diusahakan sungguh-sungguh tidak dapat

dicapai, maka ditempuh dua cara yaitu :

1) Putusan diambil dengan suara terbanyak;

2) Jika yang tersebut pada huruf a tidak dapat diperoleh, maka yang

dipakai ialah pendapat hakim yang menguntungkan bagi terdakwa.

Pasal 197 ayat (1) KUHAP diatur formalitas yang harus

dipenuhi suatu putusan hakim, dan menurut ayat (2) Pasal itu, kalau

ketentuan tersebut tidak dipenuhi kecuali yang tersebut pada angka g

dan putusan batal demi hukum. Ketentuan tersebut adalah Kepala

putusan yang ditulis berbunyi: ”DEMI KEADILAN

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

1) Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur dan tanggal lahir, jenis

kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan

terdakwa.

2) Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.

3) Pertimbangan yang disusun secara singkat mengenai fakta dan

keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan

di sidang yang menjadi dasar penentuankesalahan terdakwa.

Page 44: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

4) Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan.

5) Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

pemidanaan atau tindakan dan Pasal perundang-undangan yang

menjadi dasar hukum dari putusan disertai keadaan yang

memberatkan dan memperingan terdakwa.

6) Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali

perkara oleh hakim tunggal.

7) Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua

unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya

dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.

8) Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan

menyebutkan jumlahnya pasti dan ketentuan mengenai barang

bukti.

9) Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan

dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik yang

dianggap palsu.

10) Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau

dibebaskan.

11) Hari dan tanggal putusan, nama Penuntut Umum, nama Hakim

yang memutus dan nama Panitera.

Kemudian, dalam Pasal 200 KUHAP dikatakan bahwa surat

putusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah

putusan tersebut diucapkan.

d. Pertimbangan Hakim dalam putusan

Pertimbangan hakim dalam suatu putusan yang mengandung

penghukuman terdakwa, harus ditujukan kepada hal terbuktinya suatu

peristiwa pidana yang didakwakan kepada terdakwa. Oleh sebab itu,

suatu tindak pidana selalu terdiri dari beberapa bagian yang merupakan

syarat perbuatan tersebut dapat dipidana, sehingga tiap-tiap bagian

tersebut harus ditinjau apakah perbuatan tersebut dapat dianggap nyata

Page 45: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

telah terjadi. Hakim juga mempunyai pertimbangan-pertimbangan

untuk meringankan maupun memberatkan terdakwa.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menjatuhkan

pidana menurut rumusan Naskah Rancangan KUHP tahun 2000 Pasal

51, hasil penyempurnaan Tim Intern Departemen Kehakiman dan

HAM adalah sebagai berikut :

1) Kesalahan pelaku tindak pidana

2) Motif dan tujuan melakukan tindak pidana

3) Cara melakukan tindak pidana

4) Sikap batin pelaku tindak pidana

5) Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku tindak pidana

6) Sikap dan tindak pelaku sesudah melakukan tindak pidana

7) Pengaruh pidana terhadap masa depan pelaku tindak pidana

8) Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan

9) Pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban

10) Apakah tindak pidana dilakukan dengan perencanaan

Hakim mempunyai pertimbangan-pertimbangan untuk

meringankan maupun memberatkan terdakwa. Faktor-faktor yang

meringankan merupakan refleksi sifat yang baik dari terdakwa dan

faktor-faktor yang memberatkan dinilai sebagai sifat yang jahat dari

terdakwa.

Page 46: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

B. Kerangka Pemikiran

Pasal 183 KUHAP

Upaya Hukum oleh

terdakwa

Alasan hukum saksi a chage

bersifat unus testis nullus

testis

Pemeriksaan dan pembuktian

pada tingkat Kasasi

Hakim tidak memperoleh

keyakinan bahwa terdawa

bersalah

Asas In dubio pro reo

Membebaskan

Terdakwa dari

segala Dakwaan

Putusan Pengadilan

Tinggi

Page 47: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Keterangan:

Atas putusan pengadilan tinggi, terdakwa mengajukan upaya hukum

kasasi dengan alasan hukum bahwa saksi a charge bersifat unus testis

nullus testis. Hal tersebut didasarkan kepada kedudukan saksi yang

menggunakan surat palsu dalam memberikan kesaksiannya dalam

persidangan, serta kedudukan saksi kepolisian yang diahadirkan dalam

persidangan diangap tidak wajar, hal itu dikarenakan kedudukan saksi

sebagai penyidik seharusnya hanya bisa dihadirkan sebagai saksi

verbalisan apabila Terdakwa membantah berita acara pemeriksaan.

Atas dasar alasan hukum tersebut majelis hakim pada Pengadilan tingkat

Kasasi berpendapat bahwa hakim tidak menemukan keyakinan bahwa

terdakwa bersalah atas kesalahan yang dilakukan, hal tersebut menilik

pada Pasal 183 KUHAP.

Page 48: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kasus Posisi

Bahwa pada mulanya pada hari, tanggal dan bulan yang sudah

tidak dapat diingat lagi sekira tahun 1997, saksi Abdul Latif bersama

Maimunah Binti Abdul Rahman, Junaid, Samsul Bahri dan Arifin sedang

berada di lokasi lahan tanah milik saksi Abdul Latif terletak di Sungai

Bengawan dengan ukuran panjang kurang lebih 545 meter dan lebar 200

meter berdasarkan Surat keputusan No.15/SK/KK-JL/II/1981 tanggal 21

Februari 1981 dan Surat Penunjukan dengan No. 87/S.Pen/KK-JL/III/1981

tanggal 29 Maret 1981 dan Surat Kuasa No. 70/KD/JL/06/1983 dengan

nama-nama orang yang berhak memiliki lokasi tanah di daerah Sungai

Bengawan antara lain : Abdul Latif, Jakaria, Karim, Hasan, Baco, Petas,

Bas, Runtas, Junait, Latami, Hanafi, H. Ronal, Guli, Jamhari, Umar,

Usman, Bain, Aisyah, Mustika, di mana saksi Abdul Latif didatangi Abdul

Muin bersama-sama temannya yang meminta agar saksi Abdul Latif tidak

lagi meneruskan menggarap lahan di Sungai Bengawan tersebut, sehingga

karena merasa saling memiliki bukti surat maka dilakukan pertemuan

untuk membahas hal tersebut bertempat di Kantor Camat Tarakan utara,

namun tidak ada titik temu dan Camat waktu tersebut Badrun

menyarankan agar tidak meneruskan penggarapan lokasi tersebut, yang

selanjutnya pada sekitar bulan April sampai dengan Agustus 2004 kembali

diadakan pertemuan di Kantor Camat Tarakan utara untuk menyelesaikan

lokasi tanah di Sungai Bengawan di mana telah hadir diantaranya Saksi

Abdul Latif,Tamin, Permin, Mustika (Ahli waris Abdul Rahman),

sedangkan pihak lain hadir mereka Terdakwa, Samad dan Sari (anak

Terdakwa Abdul Muin) yang dalam pertemuan tersebut masing-masing

pihak menunjukkan surat surat bukti kepemilikan tanah dan Camat

Page 49: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tarakan utara (saksi Hendra Arfandi, Ap) mendukung surat dari mereka

Terdakwa karena dianggap Iebih tua, namun saksi Abdul Latif dan kawan-

kawan tidak terima karena Iebih dahulu menggarap dan mengerjakan tanah

di lahan Sungai Bengawan, kemudian karena tidak ada titik temu maka

saksi Abdul Latif dan kawan-kawan meminta kepada Camat Tarakan utara

(saksi Hendra Arfandi, Ap) foto copy surat bukti kepemilikan lahan di

Sungai Bengawan milik mereka Terdakwa berupa Surat Keterangan

No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 yang isinya antara lain Muin dan

kawan-kawan mengajukan surat permohonan untuk meminta sebidang

tanah pegunungan kepada Kepala Kampung Juata Laut dan dalam surat itu

pula Kepala Kampung Juata Laut tidak berkeberatan atas permohonan

saudara Muin, dan kawan-kawan yang kemudian ditandatangani pada

tanggal 17 Juni 1977 oleh dan atas nama M. Dusun sebagai Kepala

Kampung Juata Laut Iengkap dengan stempel Kepala Kampung Juata

Laut, selanjutnya berdasarkan foto copy surat tersebut saksi Abdul Latif

dan kawan-kawan mempelajarinya dan membandingkan antara Surat

Keterangan No. 01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 milik Terdakwa

Abdul Muin dengan bukti Surat Keputusan No.15/SK/KK /JL/II/1981

tanggal 21 Februari 1981 dan Surat Penunjukan dengan No.87/S.Pen/KK-

JL/III/1981 tanggal 29 Maret 1981 milik saksi Abdul Latif dan kawan-

kawan serta surat lain yang dibuat oleh saksi M. Dusun Kepala Kampung

Juata Laut dalam kurun waktu yang sama berupa Surat Keterangan

No.47/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 dan Surat dari Kepala Desa Juata

Laut Kecamatan Tarakan barat M. Dusun tanggal 13 Juli 1982 yang

ditujukan kepada Pimpinan perusahaan PT. Misaya Mitra Juata Laut, yang

kemudian saksi Abdul Latif menemukan kejanggalan-kejanggalan pada

Surat Keterangan No 01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 antara lain

tandatangan dari saksi M. Dusun sebagai Kepala Kampung Juata Laut

tidak sama, Stempel yang digunakan juga tidak sama, sehingga kemudian

saksi Abdul Latif menanyakan kepada saksi M. Dusun yang kemudian

saksi M. Dusun menjelaskan tidak pernah membuatkan surat tanah yang

Page 50: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

terletak di Sungai Bengawan kepada Terdakwa Abdul Muin namun yang

diberikan hanya berupa Surat Tambak saja yang untuk itu saksi M. Dusun

membuat Surat pernyataan tertanggal 12 September Yang pada pokoknya

menjelaskan Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 atas nama Muin adalah

palsu.

Bahwa selanjutnya disela-sela pertemuan para pihak untuk mencari

titik temu perihal lahan yang terletak di Sungai bengawan tersebut, maka

ternyata secara sepihak dan tanpa sepengetahuan Abdul Latif dan kawan-

kawan dengan berdasarkan Surat Keterangan No. 01/KD/JL/1977 tanggal

17 Juni 1977 Terdakwa Abdul Muin dan Herman Bin Abdul Muin

melakukan pembicaraan dengan PT. Kayan Putra Utama Coal yang

diwakili saksi Dony Adi Saputra, S.Hut dan beberapa kali meninjau ke

lokasi di sungai Bengawan dan yang terakhir ikut menyaksikan Camat

Tarakan utara Hendra Arfandi, Ap yang selanjutnya ada penegasan pula

dari Terdakwa Abdul Muin dan Terdakwa Herman serta Camat Tarakan

utara yang menyatakan keabsahan dan keaslian dari Surat Keterangan

No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 sehingga dengan keadaan

demikian maka PT. Kayan Putra Utama Coal bersedia melakukan

pembayaran dengan terlebih dahulu mereka Terdakwa dengan

menggunakan Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977

menjual dengan melepaskan sebagian lahan tanah yang terletak di Sungai

Bengawan Letak : Jl. Bengawan Indah/RT 01, Kelurahan Juata Permai,

Kecamatan Tarakan utara Kota Tarakan, Ukuran tanah : panjang lebih

kurang 800 meter, lebar lebih kurang : 600 meter dan luas lebih kurang

480.000 meter persegi, dilepaskan panjang lebih kurang : 857/706 meter,

lebar lebih kurang : 108/287 meter, luas lebih kurang : 221.716 meter

persegi dengan batas-batas utara : Jl. Sungai bengawan, timur : Perwatasan

: Abd. Samaa, AM, selatan : Perwatasan Kaharuddin dan barat : Kawasan

pertambakan dilepas kepada PT. Kayan Putra Utama Coal yang untuk itu

mereka Terdakwa mendapatkan ganti rugi dari PT. Kayan Putra Utama

Coal sebesar Rp. 665.148.000,-sebagaimana diterangkan dalam Surat

Page 51: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan untuk melepaskan tanah dan semua kepentingan tanggal 24

April 2004 yang ditandatangani Terdakwa Abdul Muin dan Soegwanto

dari PT. Kayan Putra Utama Coal di hadapan saksi-saksi Sugijanto Ketua

RT.01 Juata Permai, dan Lurah Juata Permai Kaharudin, dan dilegalisasi

No.66/AKT/CTU/VIII/2004 oleh Camat Tarakan utara Hendra Arfandi,

Ap. Selanjutnya berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pembayaran

diantaranya di Kantor Camat Tarakan utara dalam bentuk Cek dari pihak

PT. Kayan Putra Utama Coal diwakili saksi Dony Adi Saputra, S.Hut dan

dari pihak yang melepaskan lahan diwakili mereka Terdakwa Abdul Muin

dan Herman dengan disaksikan Camat Tarakan utara Herman Arfandi, Ap

yang setelah pembayaran dilakukan dan diterima mereka Terdakwa, maka

Camat Tarakan utara menyerahkan Surat pelepasan Hak Tanah dan foto

copy Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977.

Bahwa dari pertemuan antara pihak Abdul Latif dan kawan-kawan

dengan mereka Terdakwa maka Camat Tarakan utara membuatkan

beberapa Berita Acara Musyawarah dan Berita Acara Peninjauan lokasi

lahan yang dipermasalahkan yang dibuat dan ditandatangani pada tanggal

7 Agustus 2004 maka Camat Tarakan utara (saksi Hendra Arfandi, Ap)

menyimpulkan lahan tersebut adalah penguasaan kelompok Abdul Muin

dan kawan-kawan, yang selanjutnya Terdakwa Abdul Muin menghibahkan

sisa lokasi lahan tanah yang terletak di Sungai Bengawan panjang Iebih

kurang 800 meter, lebar Iebih kurang : 600 meter dan luas lebih kurang

480.000 meter persegi, dilepaskan dengan panjang lebih kurang : 500

meter, Iebar Iebih kurang : 50 meter, luas Iebih kurang : 25.000 meter

persegi dengan batas-batas utara : Perwatasan Mulyani, timur : Jl. Cakra,

selatan : Perwatasan Haryani dan barat: Jl. Manggala dengan dihibahkan

kepada Herman yang beralamat : Selumit RT.1 No.67 Kelurahan Selumit,

Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan.

Bahwa selanjutnya Abdul Latif dan kawan-kawan mengetahui

perbuatan yang dilakukan mereka Terdakwa dengan menjual sebagian

lahan kepada PT KPUC yang juga merupakan lahan milik Abdul Latif dan

Page 52: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

kawan-kawan dan menemukan adanya kejanggalan-kejanggalan Surat

Keterangan No. 01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1777 diantaranya berupa

tandatangan yang berbeda dari M. Dusun sebagai Kepala Kampung Juata

Laut dan Cap Stempel Kepala Kampung Juata Laut yang juga berbeda,

maka melaporkan kepada pihak berwajib.

2. Dakwaan

Dakwaan pertama

Bahwa mereka Terdakwa I. ABDUL MUIN Bin MALLANGKA

dan II.HERMAN Bin ABDUL MUIN secara bersama-sama atau masing-

masing bertindak sendiri-sendiri pada hari Selasa, tanggal 20 April 2004,

atau pada suatu waktu tertentu dalam tahun 2004 bertempat Kantor Camat

Tarakan utara,Tarakan atau di tempat lain yang masih termasuk dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Tarakan, sebagai yang melakukan,

menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, dengan

sengaja mempergunakan surat yang palsu atau yang dipalsukan itu, seolah-

olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, dan apabila dari pemakaiannya

dapat menimbulkan sesuatu kerugian, dilakukan oleh Terdakwa dengan

cara dan keadaan antara lain sebagai berikut :

Bahwa pada mulanya pada hari, tanggal dan bulan yang sudah

tidak dapat diingat lagi sekira tahun 1997, saksi Abdul Latif

bersama Maimunah Binti Abdul Rahman, Junaid, Samsul Bahri

dan Arifin sedang berada di lokasi lahan tanah milik saksi Abdul

Latif terletak di Sungai Bengawan dengan ukuran panjang kurang

lebih 545 meter dan lebar 200 meter berdasarkan Surat keputusan

No.15/SK/KK-JL/II/1981 tanggal 21 Februari 1981 dan Surat

Penunjukan dengan No. 87/S.Pen/KK-JL/III/1981 tanggal 29 Maret

1981 dan Surat Kuasa No. 70/KD/JL/06/1983 dengan nama-nama

orang yang berhak memiliki lokasi tanah di daerah Sungai

Bengawan antara lain : Abdul Latif, Jakaria, Karim, Hasan, Baco,

Petas, Bas, Runtas, Junait, Latami, Hanafi, H. Ronal, Guli,

Page 53: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Jamhari, Umar, Usman, Bain, Aisyah, Mustika, di mana saksi

Abdul Latif didatangi Abdul Muin bersama-sama temannya yang

meminta agar saksi Abdul Latif tidak lagi meneruskan menggarap

lahan di Sungai Bengawan tersebut, sehingga karena merasa saling

memiliki bukti surat maka dilakukan pertemuan untuk membahas

hal tersebut bertempat di Kantor Camat Tarakan utara, namun tidak

ada titik temu dan Camat waktu tersebut Badrun menyarankan agar

tidak meneruskan penggarapan lokasi tersebut, yang selanjutnya

pada sekitar bulan April sampai dengan Agustus 2004 kembali

diadakan pertemuan di Kantor Camat Tarakan utara untuk

menyelesaikan lokasi tanah di Sungai Bengawan di mana telah

hadir diantaranya Saksi Abdul Latif,Tamin, Permin, Mustika (Ahli

waris Abdul Rahman), sedangkan pihak lain hadir mereka

Terdakwa, Samad dan Sari (anak Terdakwa Abdul Muin) yang

dalam pertemuan tersebut masing-masing pihak menunjukkan surat

surat bukti kepemilikan tanah dan Camat Tarakan utara (saksi

Hendra Arfandi, Ap) mendukung surat dari mereka Terdakwa

karena dianggap Iebih tua, namun saksi Abdul Latif dan kawan-

kawan tidak terima karena Iebih dahulu menggarap dan

mengerjakan tanah di lahan Sungai Bengawan, kemudian karena

tidak ada titik temu maka saksi Abdul Latif dan kawan-kawan

meminta kepada Camat Tarakan utara (saksi Hendra Arfandi, Ap)

foto copy surat bukti kepemilikan lahan di Sungai Bengawan milik

mereka Terdakwa berupa Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977

tanggal 17 Juni 1977 yang isinya antara lain Muin dan kawan-

kawan mengajukan surat permohonan untuk meminta sebidang

tanah pegunungan kepada Kepala Kampung Juata Laut dan dalam

surat itu pula Kepala Kampung Juata Laut tidak berkeberatan atas

permohonan saudara Muin, dan kawan-kawan yang kemudian

ditandatangani pada tanggal 17 Juni 1977 oleh dan atas nama M.

Dusun sebagai Kepala Kampung Juata Laut Iengkap dengan

Page 54: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

stempel Kepala Kampung Juata Laut, selanjutnya berdasarkan foto

copy surat tersebut saksi Abdul Latif dan kawan-kawan

mempelajarinya dan membandingkan antara Surat Keterangan No.

01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 milik Terdakwa Abdul Muin

dengan bukti Surat Keputusan No.15/SK/KK /JL/II/1981 tanggal

21 Februari 1981 dan Surat Penunjukan dengan No.87/S.Pen/KK-

JL/III/1981 tanggal 29 Maret 1981 milik saksi Abdul Latif dan

kawan-kawan serta surat lain yang dibuat oleh saksi M. Dusun

Kepala Kampung Juata Laut dalam kurun waktu yang sama berupa

Surat Keterangan No.47/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 dan

Surat dari Kepala Desa Juata Laut Kecamatan Tarakan barat M.

Dusun tanggal 13 Juli 1982 yang ditujukan kepada Pimpinan

perusahaan PT. Misaya Mitra Juata Laut, yang kemudian saksi

Abdul Latif menemukan kejanggalan-kejanggalan pada Surat

Keterangan No 01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 antara lain

tandatangan dari saksi M. Dusun sebagai Kepala Kampung Juata

Laut tidak sama, Stempel yang digunakan juga tidak sama,

sehingga kemudian saksi Abdul Latif menanyakan kepada saksi M.

Dusun yang kemudian saksi M. Dusun menjelaskan tidak pernah

membuatkan surat tanah yang terletak di Sungai Bengawan kepada

Terdakwa Abdul Muin namun yang diberikan hanya berupa Surat

Tambak saja yang untuk itu saksi M. Dusun membuat Surat

pernyataan tertanggal 12 September Yang pada pokoknya

menjelaskan Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 atas nama Muin

adalah palsu ;

Bahwa selanjutnya disela-sela pertemuan para pihak untuk mencari

titik temu perihal lahan yang terletak di Sungai bengawan tersebut,

maka ternyata secara sepihak dan tanpa sepengetahuan Abdul Latif

dan kawan-kawan dengan berdasarkan Surat Keterangan No.

01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 Terdakwa Abdul Muin dan

Page 55: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Herman Bin Abdul Muin melakukan pembicaraan dengan PT.

Kayan Putra Utama Coal yang diwakili saksi Dony Adi Saputra,

S.Hut dan beberapa kali meninjau ke lokasi di sungai Bengawan

dan yang terakhir ikut menyaksikan Camat Tarakan utara Hendra

Arfandi, Ap yang selanjutnya ada penegasan pula dari Terdakwa

Abdul Muin dan Terdakwa Herman serta Camat Tarakan utara

yang menyatakan keabsahan dan keaslian dari Surat Keterangan

No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 sehingga dengan keadaan

demikian maka PT. Kayan Putra Utama Coal bersedia melakukan

pembayaran dengan terlebih dahulu mereka Terdakwa dengan

menggunakan Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17

Juni 1977 menjual dengan melepaskan sebagian lahan tanah yang

terletak di Sungai Bengawan Letak : Jl. Bengawan Indah/RT 01,

Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan utara Kota Tarakan,

Ukuran tanah : panjang lebih kurang 800 meter, lebar lebih kurang

: 600 meter dan luas lebih kurang 480.000 meter persegi,

dilepaskan panjang lebih kurang : 857/706 meter, lebar lebih

kurang : 108/287 meter, luas lebih kurang : 221.716 meter persegi

dengan batas-batas utara : Jl. Sungai bengawan, timur : Perwatasan

: Abd. Samaa, AM, selatan : Perwatasan Kaharuddin dan barat :

Kawasan pertambakan dilepas kepada PT. Kayan Putra Utama

Coal yang untuk itu mereka Terdakwa mendapatkan ganti rugi dari

PT. Kayan Putra Utama Coal sebesar Rp. 665.148.000,-

sebagaimana diterangkan dalam Surat Keterangan untuk

melepaskan tanah dan semua kepentingan tanggal 24 April 2004

yang ditandatangani Terdakwa Abdul Muin dan Soegwanto dari

PT. Kayan Putra Utama Coal di hadapan saksi-saksi Sugijanto

Ketua RT.01 Juata Permai, dan Lurah Juata Permai Kaharudin, dan

dilegalisasi No.66/AKT/CTU/VIII/2004 oleh Camat Tarakan utara

Hendra Arfandi, Ap. Selanjutnya berdasarkan hal tersebut maka

dilakukan pembayaran diantaranya di Kantor Camat Tarakan utara

Page 56: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dalam bentuk Cek dari pihak PT. Kayan Putra Utama Coal diwakili

saksi Dony Adi Saputra, S.Hut dan dari pihak yang melepaskan

lahan diwakili mereka Terdakwa Abdul Muin dan Herman dengan

disaksikan Camat Tarakan utara Herman Arfandi, Ap yang setelah

pembayaran dilakukan dan diterima mereka Terdakwa, maka

Camat Tarakan utara menyerahkan Surat pelepasan Hak Tanah dan

foto copy Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni

1977 ;

Bahwa dari pertemuan antara pihak Abdul Latif dan kawan-kawan

dengan mereka Terdakwa maka Camat Tarakan utara membuatkan

beberapa Berita Acara Musyawarah dan Berita Acara Peninjauan

lokasi lahan yang dipermasalahkan yang dibuat dan ditandatangani

pada tanggal 7 Agustus 2004 maka Camat Tarakan utara (saksi

Hendra Arfandi, Ap) menyimpulkan lahan tersebut adalah

penguasaan kelompok Abdul Muin dan kawan-kawan, yang

selanjutnya Terdakwa Abdul Muin menghibahkan sisa lokasi lahan

tanah yang terletak di Sungai Bengawan panjang Iebih kurang 800

meter, lebar Iebih kurang : 600 meter dan luas lebih kurang

480.000 meter persegi, dilepaskan dengan panjang lebih kurang :

500 meter, Iebar Iebih kurang : 50 meter, luas Iebih kurang :

25.000 meter persegi dengan batas-batas utara : Perwatasan

Mulyani, timur : Jl. Cakra, selatan : Perwatasan Haryani dan barat:

Jl. Manggala dengan dihibahkan kepada Herman yang beralamat :

Selumit RT.1 No.67 Kelurahan Selumit, Kecamatan Tarakan

Tengah, Kota Tarakan ;

Bahwa selanjutnya Abdul Latif dan kawan-kawan mengetahui

perbuatan yang dilakukan mereka Terdakwa dengan menjual

sebagian lahan kepada PT KPUC yang juga merupakan lahan milik

Abdul Latif dan kawan-kawan dan menemukan adanya

kejanggalan-kejanggalan Surat Keterangan No. 01/KD/JL/1977

Page 57: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tanggal 17 Juni 1777 diantaranya berupa tandatangan yang berbeda

dari M. Dusun sebagai Kepala Kampung Juata Laut dan Cap

Stempel Kepala Kampung Juata Laut yang juga berbeda, maka

melaporkan kepada pihak berwajib, dan kemudian berdasarkan

Berita Acara Pemeriksaan Laboratorik Kriminalistik Barang Bukti

tandatangan an. M. Dusun ( QC ) dan Cap Stempel Kepala

Kampung Juata Laut (QC) yang terdapat pada Surat Keterangan

No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 diperbandingkan dengan

surat-surat lain yang merupakan produk pada kisaran waktu yang

sama yang dibuat dan ditandatangani M. Dusun lengkap dengan

cap stempelnya Kepala Kampung Juata Laut Kecamatan Tarakan

berupa Surat Keputusan No.15/SK/KK-JL/II/1981 tanggal 21

Februari 1981, Surat penunjukkan dengan No.87/S.Pen/KK-

JL/III/1981 tanggal 29 Maret 1981 milik saksi Abdul Latif, dan

Surat Keterangan No.47/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 serta

Surat dari Kepala Desa Juata Laut Kecamatan Tarakan barat M.

Dusun tanggal 13 Juli 1982 yang ditujukan kepada Pimpinan

Perusahaan PT. Misaya Mitra Juata Laut yang mencantumkan

tandatangan M. Dusun sebagai Kepala Kampung Juata Laut (KT)

dan Cap / stempel Kepala Kampung Juata Laut (KC) maka

diperoleh kesimpulan :

1. Tandatangan QT adalah NON IDENTIK dengan KT, atau

dengan kata lain bahwa tandatangan atas nama M. Dusun yang

terdapat pada 1 lembar Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh

Kantor Kepala Kampung Juata Laut, Kecamatan Tarakan

dengan Nomor : 01/KD/JL/1977 di buat di Tarakan pada

tanggal 17 Juni 1977, dan dilaminating dengan plastik warna

bening (transparan) yang dipersoalkan tersebut romawi II A di

atas, adalah merupakan PRODUK YANG BERBEDA dengan

tandatangan KT, atas nama M. Dusun, sebagaimana terdapat

Page 58: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

pada Dokumen pembanding yang tersedia ;

2. Cap Stempel QC adalah NON IDENTIK dengan KC, atau

dengan kata lain bahwa Cap stempel : Kepala Kampung Juata

Laut Kecamatan Tarakan yang terdapat pada 1 lembar Surat

Keterangan yang dikeluarkan oleh Kantor Kepala Kampung

Juata Laut Kecamatan Tarakan No.01/KD/JL/1977 di buat di

Tarakan pada tanggal 17 Juni 1977, dan dilaminating dengan

plastik warna bening (transparan) yang dipersoalkan tersebut

romawi II A di atas, adalah MERUPAKAN PRODUK YANG

BERBEDA dengan Cap stempel : Kepala Kampung Juata Laut

Kecamatan Tarakan" sebagaimana yang terdapat pada

Dokumen pembanding yang tersedia ;

Selengkapnya sebagaimana diterangkan dalam Berita Acara

Pemeriksaan Laboratorik Kriminalistik Barang Bukti tandatangan

an. M. Dusun dan Cap Stempel Kepala Kampung Juata Laut yang

terdapat pada Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni

1977 yang dibuat dan ditandatangani oleh lr. Indriani Budhiarti dan

Drs. Kuntoro tanggal 2 Februari 2006 dari PUSLABFOR

BARESKRIM POLRI LABORATORIUM FORENSIK CABANG

SURABAYA, sehingga akibat perbuatan mereka Terdakwa

merugikan kepentingan hak dari saksi Abdul Latif dan kawan-

kawan ;

Perbuatan Terdakwa tersebut melanggar Pasal 263 ayat (2) jo Pasal 55

ayat 1 ke 1 KUHP ;

Atau:

Ke-Dua :

Bahwa mereka Terdakwa I. ABDUL MUIN Bin MALLANGKA

dan II. HERMAN Bin ABDUL MUIN secara bersama-sama atau masing-

masing bertindak sendiri-sendiri pada hari Selasa tanggal 20 April 2004,

atau pada suatu waktu tertentu dalam tahun 2004 bertempat Kantor Camat

Page 59: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tarakan utara,Tarakan atau di tempat lain yang masih termasuk dalam

daerah hukum Pengadilan Negeri Tarakan, sebagai yang melakukan,

menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan

hak, menjual, menukarkan atau menjadikan sebagai tanggungan hutang,

suatu hak milik atas tanah negara atautanah partikelir ataupun sesuatu

gedung, bangunan, tanaman atau persemaian di atas tanah hak milik, yang

diketahuinya bahwa orang lain mempunyai hak atau turut mempunyai hak

atas benda-benda tersebut, dilakukan oleh Terdakwa dengan cara dan

keadaan antara lain sebagai berikut:

Bahwa pada mulanya pada hari, tanggal dan bulan yang sudah

tidak dapat diingat lagi sekira tahun 1997, saksi Abdul Latif

bersama Maimunah Binti Abdul Rahman, Junaid, Samsul Bahri

dan Arifin sedang berada di lokasi lahan tanah milik saksi Abdul

Latif, dkk terletak di Sungai Bengawan dengan ukuran panjang

kurang lebih 545 meter dan lebar 200 meter berdasarkan Surat

keputusan No.15/SK/KK-JL/II/1981 tanggal 21 Februari 1981 dan

Surat penunjukan dengan No. 87/S.Pen/KK-JL/III/1981 tanggal 29

Maret 1981 dan Surat Kuasa No. 70/KD/JL/06/1983 dengan nama-

nama orang yang berhak memiliki lokasi tanah di daerah Sungai

Bengawan antara lain : Abdul Latif, Jakaria, Karim, Hasan, Baco,

Petas, Bas, Runtas, Junait, Latami, Hanafi, H. Ronal, Guli,

Jamhari, Umar, Usman, Bain, Aisyah, Mustika , di mana saksi

Abdul Latif didatangi Abdul Muin bersama-sama temannya yang

meminta agar saksi Abdul Latif tidak lagi meneruskan menggarap

lahan di Sungai Bengawan tersebut, sehingga karena merasa saling

memiliki bukti surat maka dilakukan pertemuan untuk membahas

hal tersebut bertempat di Kantor Camat Tarakan utara, namun tidak

ada titik temu dan Camat waktu tersebut Badrun menyarankan agar

tidak meneruskan penggarapan lokasi tersebut, yang selanjutnya

pada sekitar bulan April sampai dengan Agustus 2004 kembali

Page 60: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

diadakan pertemuan di Kantor Camat Tarakan utara untuk

menyelesaikan lokasi tanah di Sungai Bengawan di mana telah

hadir diantaranya Saksi Abdul Latif, Tamin, Permin, Mustika (ahli

waris Abdul Rahman), sedangkan pihak lain hadir Mereka

Terdakwa, Samad dan Sari (anak Terdakwa Abdul Muin) yang

dalam pertemuan tersebut masing-masing pihak menunjukkan

surat-surat bukti kepemilikan tanah dan Camat Tarakan utara (saksi

Hendra Arfandi, Ap) mendukung surat dari mereka Terdakwa

karena dianggap lebih tua, namun saksi Abdul Latif dan kawan-

kawan tidak terima karena lebih dahulu menggarap dan

mengerjakan tanah di lahan Sungai Bengawan, kemudian karena

tidak ada titik temu maka saksi Abdul Latif dan kawan-kawan

meminta kepada Camat Tarakan utara (saksi Hendra Arfandi, Ap)

foto copy surat bukti kepemilikan lahan di Sungai Bengawan milik

mereka Terdakwa berupa Surat Keterangan No. 01/KD/JL/1977

tanggal 17 Juni 1977 yang isinya antara lain Muin dan kawan-

kawan mengajukan surat permohonan untuk meminta sebidang

tanah pegunungan kepada Kepala Kampung Juata Laut dan dalam

surat itu pula Kepala Kampung Juata Laut tidak berkeberatan atas

permohonan saudara Muin, dan kawan-kawan yang kemudian

ditandatangani pada tanggal 17 Juni 1977 oleh dan atas nama M.

Dusun sebagai Kepala Kampung Juata Laut lengkap dengan

stempel Kepala Kampung Juata Laut, selanjutnya berdasarkan foto

copy surat tersebut saksi Abdul Latif dan kawan-kawan

mempelajarinya dan membandingkan antara Surat Keterangan No.

01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 milik Terdakwa Abdul Muin

dengan bukti Surat Keputusan No.15/SK/KK-JL/lI/1981 tanggal 21

Februari 1981 dan Surat penunjukan dengan No.87/S.Pen/KK-

JL/III/1981 tanggal 29 Maret 1981 milik saksi Abdul Latif dan

kawan-kawan serta surat lain yang dibuat oleh sales: M. Dusun

Kepala Kampung Juata Laut dalam kurun waktu yang sama berupa

Page 61: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Surat Keterangan No. 47/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 dan

Surat dari Kepala Desa Juata Laut Kecamatan Tarakan barat M.

Dusun tanggal 13 Juli 1982 yang ditujukan kepada Pimpinan

perusahaan PT. Misaya Mitra Juata Laut, yang kemudian saksi

Abdul Latif menemukan kejanggalan-kejanggalan pada Surat

Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 antara lain

tandatangan dari saksi M. Dusun sebagai Kepala Kampung Juata

Laut tidak sama, stempel yang digunakan juga tidak sama,

sehingga kemudian saksi Abdul Latif menanyakan kepada saksi M.

Dusun yang kemudian saksi M.Dusun menjelaskan tidak pernah

membuatkan surat tanah yang terletak di Sungai Bengawan kepada

Terdakwa Abdul Muin namun yang diberikan hanya berupa Surat

Tambak saja yang untuk itu saksi M. Dusun membuat Surat

pernyataan tertanggal 12 September yang pada pokoknya

menjelaskan Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 atas nama Muin

adalah palsu ;

Bahwa selanjutnya disela-sela pertemuan para pihak untuk mencari

titik temu perihal lahan yang terletak di Sungai Bengawan tersebut,

maka ternyata secara sepihak dan tanpa sepengetahuan dari Abdul

Latif dan kawan-kawan dengan berdasarkan Surat Keterangan No.

01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 Terdakwa Abdul Muin dan

Herman Bin Abdul Muin melakukan pembicaraan dengan PT

Kayan Putra Utama Coal yang diwakili saksi Dony Adi Saputra,

S.Hut dan beberapa kali meninjau ke lokasi di Sungai Bengawan

dan yang terakhir ikut menyaksikan Camat Tarakan utara Hendra

Arfandi, Ap yang selanjutnya ada penegasan pula dari Terdakwa

Abdul Muin dan Terdakwa Herman serta Camat Tarakan utara

yang menyatakan keabsahan dan keaslian dari Surat Keterangan

No. 01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni 1977 sehingga dengan

keadaan demikian maka PT Kayan Putra Utama Coal bersedia

Page 62: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

melakukan pembayaran dengan terlebih dahulu mereka Terdakwa

dengan menggunakan Surat Keterangan No. 01/KD/JL/1977

tanggal 17 Juni 1977 menjual dengan melepaskan sebagian lahan

tanah yang terletak di Sungai Bengawan Letak : Jl. Bengawan

Indah/RT.01, Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan utara

Kota Tarakan, Ukuran tanah : panjang lebih kurang 800 meter,

lebar lebih kurang : 600 meter dan luas lebih kurang 480.000 meter

persegi, dilepaskan panjang lebih kurang : 857/706 meter, lebar

lebih kurang : 108/287 meter, luas lebih kurang : 221.716 meter

persegi dengan batas-batas utara : Jl. Sungai Bengawan, timur :

Perwatasan Abd. Samaa. AM, selatan : Perwatasan Kaharuddin

dan barat : Kawasan pertambakan kepada PT. Kayan Putra Utama

Coal yang untuk itu mereka Terdakwa mendapatkan ganti rugi dari

PT Kayan Putra Utama Coal sebesar Rp 665.148.000,-

sebagaimana diterangkan dalam surat keterangan untuk

melepaskan tanah dan semua kepentingan tanggal 24 April 2004

yang ditandatangani Terdakwa Abdul Muin dan Soegwanto dari

PT Kayan Putra Utama Coal di hadapan saksi-saksi Sugijanto

Ketua RT.01 Juata Permai, dan Lurah Juata Permai Kaharudin, dan

dilegalisasi No.66/AKT/CTU/VIII/2004 oleh Camat Tarakan utara

Hendra Arfandi, Ap. Selanjutnya berdasarkan hal tersebut maka

dilakukan pembayaran diantaranya di Kantor Camat Tarakan utara

dalam bentuk Cek dari pihak PT. Kayan Putra Utama Coal diwakili

saksi Dony Adi Saputra, S.Hut dan dari pihak yang melepaskan

lahan diwakili mereka Terdakwa Abdul Muin dan Herman dengan

disaksikan Camat Tarakan utara Herman Arfandi, Ap yang setelah

pembayaran dilakukan dan diterima mereka Terdakwa, maka

Camat Tarakan utara menyerahkan Surat pelepasan Hak Tanah dan

foto copy Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni

1977 ;

Page 63: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Bahwa dari pertemuan antara pihak Abdul Latif dan kawan-kawan

dengan merek Terdakwa maka Camat Tarakan utara membuatkan

beberapa Berita Acara Musyawarah dan Berita Acara Peninjauan

lokasi lahan yang dipermasalahkan yang dibuat dan ditandatngani

pada tanggal 7 Agustus 2004 maka Camat Tarakan utara (saksi

Hendra Arfandi, Ap) menyimpulkan lahan tersebut adalah

penguasaan kelompok Abdul Muin dan kawan-kawan, yang

selanjutnya Terdakwa Abdul Muin menghibahkan sisa lokasi lahan

tanah yang terletak di Sungai Bengawan panjang lebih kurang 800

meter, lebar lebih kurang: 600 meter dan luas lebih kurang 480.000

meter persegi, dilepaskan dengan panjang lebih kurang : 500 meter,

lebar lebih kurang : 50 meter, luas lebih kurang : 25.000 meter

persegi dengan batas-batas utara : Perwatasan Mulyani, timur : Jl.

Cakra , selatan : Perwatasan Haryani dan barat: Jl. Manggala

dengan dihibahkan kepada Herman yang beralamat di Selumit RT.l

No.67 Kelurahan Selumit, Kecamatan Tarakan Tengah, kota

Tarakan ;

Bahwa selanjutnya Abdul Latif dan kawan-kawan mengetahui

perbuatan yang dilakukan mereka Terdakwa dengan menjual

sebagian kepada PT KPUC yang merupakan lahan milik Abdul

Latif dan kawan-kawan dan menemukan adanya kejanggalan-

kejanggalan Surat Keterangan No.01/KD/JL/1977 tanggal 17 Juni

1977 diantaranya berupa tandatangan yang berbeda dari M. Dusun

sebagai Kepala Kampung Juata Laut dan Cap Stempel Kepala

Kampung Juata Laut yang juga berbeda, maka melaporkan kepada

pihak berwajib, sehingga akibat perbuatan mereka Terdakwa

merugikan kepentingan hak dari saksi Abdul Latif dan kawan -

kawan ;

Perbuatan Terdakwa tersebut melanggar Pasal 385 ayat (1) jo Pasal 55

ayat 1 ke 1 KUHP ;

Page 64: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Putusan

a. Putusan Pengadilan Negeri Negeri Tarakan

Membaca putusan Pengadilan Negeri Tarakan No.

353/Pid.B/2006/ PN.Trk., tanggal 12 Februari 2007 yang amar

lengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa I. ABDUL MUIN Bin MALLANGKA dan

Terdakwa II. HERMAN Bin ABDUL MUIN tersebut di atas telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana "Secara bersama-sama mempergunakan surat palsu dan

pemakaiannya dapat menimbulkan kerugian" ;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap para Terdakwa

dengan pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan ;

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalankan para Terdakwa

dikurangkan dari pidana yang di jatuhkan tersebut di atas ;

4. Memerintahkan barang bukti/surat bukti dalam perkara ini berupa :

1(satu) lembar Surat Keterangan Nomor : 01/KD/JL/1977

tanggal 17 Juni 1977;

1(satu) eksemplar legalisir Berita Acara Musyawarah;

1 (satu) lembar legalisir Berita Acara Hasil Peninjauan Lokasi;

1 (satu) lembar legalisir Undangan Rapat; Agar tetap terlampir

dalam Berkas Perkara;

1 (satu) lembar Surat Keputusan Nomor: 15/SK/KK-JL/II/1981

tanggal 21 Januari 1981;

1 (satu) lembar Surat Penunjukan Nomor: 87/S.Pen/KK-

JL/IlI/1981 tanggal 29 Maret 1981 ;

1 (satu) lembar Surat Kuasa Nomor: 70/KD/JL/06/1983 tanggal

30 Juni 1983 ;

1 (satu) lembar Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh M.

DUSUN ; Agar dikembalikan kepada saksi Abdul Latif Bin

Page 65: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Saleh Yakup ;

1 (satu) lembar Surat Keterangan Nomor : 47/KD/JL/II/1977

tanggal 17 JUNI 1977; Agar dikembalikan kepada saksi

Lataming Bin Sunre ;

1 (satu) lembar surat yang dibuat dan ditandatangani oleh M.

DUSUN tanggal 13Juali 1982; Agar dikembalikan kepada

saksi Ismail Bin Giham ;

5. Membebankan kepada para Terdakwa untuk membayar biaya

perkara masing-masing sebesar Rp 2.000,- (dua ribu rupiah)

b. Putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di

Samarinda No.37/Pid./2007/PT.KT.SMDA., tanggal 17 Maret 2007

yang amar lengkapnya sebagai berikut :

1. Menerima permohonan banding dari kuasa hukum Terdakwa dan

Jaksa Penuntut Umum tersebut;

2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tarakan Nomor:

353/Pid.B/2006/PNTrk. tanggal 12 Februari 2007 yang

dimohonkan banding dengan perbaikan kualifikasi perbuatan

pidana dan lamanya pidana, sehingga menjadi :

3. Menyatakan bahwa, Terdakwa - Terdakwa : Abdul Muin Bin

Mallangka dan Herman Bin Abdul Muin bersalah melakukan

tindak pidana turut serta mempergunakan surat palsu dan

perbuatannya dapat menimbulkan kerugian;

4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa-Terdakwa

dengan pidana penjara masing -masing selama 1 (satu ) tahun;

5. Menetapkan masa tahanan yang pernah dijalani para Terdakwa

dikurangkan dari pidana yang dijatuhkan;

6. Menetapkan barang bukti:

1 (satu) lembar Surat Keterangan Nomor : 01/KD/JL/1977

Page 66: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

tanggal 17 Juni 1977 ;

1 (satu) eksemplar legalisir Berita Acara Musyawarah ;

1 ( satu ) lembar legalisir Berita Acara Hasil Peninjauan Lokasi

;

1 ( satu ) lembar legalisir Undangan Rapat;Agar tetap terlampir

dalam Berkas Perkara;

1 (satu) lembar Surat Keputusan Nomor : 15/SK/KK-

JL/II/1981 tanggal 21 Januari 1981;

1 (satu) lembar Surat Penunjukan Nomor : 87/S.Pen/KK-

JL/lll/1981 tanggal 29 Maret 1981;

1 (satu) lembar Surat Kuasa Nomor: 70/KD/JL/06/1983 tanggal

30 Juni 1983;

1 (satu) lembar Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh M.

DUSUN ; Agar dikembalikan kepada saksi Abdul Latif Bin

Saleh Yakup;

1 (satu) lembar Surat Keterangan Nomor : 47/KD/JU1I/1977

tanggal 17 Juni 1977; Agar dikembalikan kepada saksi

Lataming Bin Sunre ;

1 (satu) lembar surat yang dibuat dan ditandatangani oleh M.

DUSUN tanggal 13 Juli 1982; Agar dikembalikan kepada saksi

Ismail Bin Giham ;

7. Membebankan kepada Terdakwa - Terdakwa untuk membayar

ongkos perkara sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah) ;

c. Putusan Mahkamah Agung No. 2175 K/Pid/2007

MENGADILI

1) Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : 1.

ABDUL MUIN Bin MALLANGKA, 2. HERMAN Bin ABDUL

MUIN tersebut ;

2) Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di

Samarinda No. 37/PID/2007/PT.KT.SMDA tanggal 29 Mei 2007

Page 67: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

yang memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tarakan No.

353/Pid.B/2006/PN.Trk., tanggal 12 Februari 2007

MENGADILI SENDIRI

1) Menyatakan Terdakwa ABDUL MUIN Bin MALLANGKA dan

HERMAN Bin ABDUL MUIN tersebut tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan sebagaimana yang

didakwakan dalam Dakwaan Kesatu atau Kedua;

2) Membebaskan para Terdakwa oleh karena itu dari seluruh

dakwaan,;

3) Memulihkan hak para Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan

dan harkat serta martabatnya ;

4) Menetapkan Barang bukti berupa :

1 (satu) lembar Surat Keterangan Nomor : 01/KD/JL/1977

tanggal 17 Juni 1977;

1 (satu) eksemplar legalisasi Berita Acara Musyawarah ;

1 (satu) lembar legalisasi Berita Acara Hasil Peninjauan

Lokasi;

1 (satu) lembar legalisir Undangan Rapat; Agar tetap

terlampir dalam berkas ;

1 (satu) lembar Surat Keputusan Nomor : 15/SK/KK-

JL/II/1981 tanggal 21 Januari 1981

1 (satu) lembar Surat Penunjukan Nomor : 87/SPen/KK-

JL/lIl/1981 tanggal 29 Maret 1981 ;

1 (satu) lembar Surat Kuasa Nomor : 70/KD/JL/06/1983

tanggal 30 Juni 1983

1 (satu) lembar Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh

M. Dusun; Agar dikembalikan kepada saksi Abdul Latif

Bin Saleh Yakup ;

Page 68: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

1 (satu) lembar Surat Keterangan Nomor :

47/KD/JL/II/1977 tanggal 17 Juni 1977; Agar dikembalikan

kepada Saksi Lataming Bin Sunre ;

1 (satu) lembar surat yang dibuat dan ditandatangani oleh

M. Dusun tanggal 13 Juli 1982; Agar dikembalikan kepada

Saksi Ismail Bin Giham ;

5) Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan

kepada Negara.

B. PEMBAHASAN

1. Apakah pengajuan kasasi oleh Terdakwa dengan alasan hukum

bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis memenuhi

ketentuan Pasal 183 KUHAP

Dalam pengajuan upaya hukum kasasi pihak-pihak yang

mengajukan harus telah memiliki alasan hukum sebagai alasan pengajuan

kasasi. Seperti yang tertuang dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP

menjabarkan alasan-alasan mengenai pengajuan kasasi, yang selengkapnya

berbunyi:

“(1) Pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung

atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 dan

Pasal 248 guna menentukan :

a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau

diterapkan tidak sebagaimana mestinya;

b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut

ketentuan perundang-undangan;

c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya .”

Melihat dan setelah mencermati putusan Mahakamah Agung

Nomor: . 2175 K/Pid/2007, Terdakwa sebagai pemohon pengajuan Kasai

dengan alasan bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis.

Dengan katalain melihat dari ketentuan Pasal 253 ayat (1) KUHAP, maka

yang perlu dikaji disini adalah mengenai pengimplementasian Pasal 253

ayat (1) huruf a mengenai “apakah benar suatu peraturan hukum tidak

diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya.”.

Page 69: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Bahwa Pemohon Kasasi berkeberatan atas Keputusan Hakim

Banding yang hanya mengambil alih segala pertimbangan hukum Hakim

Tingkat Pertama, tanpa memberikan penilaian yang jujur dan obyektif atas

perkara a quo, yang secara essensial bertolak belakang dengan nilai-nilai

keadilan yang berlaku, hal mana terurai dalam keberatan Pemohon Kasasi

sebagai berikut :

1. JUDEX FACTI (PENGADILAN NEGERI maupun PENGADILAN

TINGGI) MENGABAIKAN FAKTA-FAKTA HUKUM:

1. Bahwa, nyata sekali Judex Facti (Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi) telah salah menerapkan hukum, sebagaimana

ternyata dari pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Negeri

Tarakan pada putusannya Nomor : 355/Pid.B/2006/PN.Trk,

tanggal 12 Februari 2007, pada halaman 65 dan seterusnya yang

mengambil kesimpulan bahwa "Surat Keterangan Nomor:

01/KD/JL/1997 tanggal 17 Juni 1977 adalah palsu" dari

keterangan-keterangan saksi yang memberatkan saja (i.c saksi

Badarudin, saksi Arsyad, dan saksi Agus Ekamto selaku Penyidik

yang memeriksa/memintai keterangan saksi M. Dusun) ;

2. Bahwa, padahal bila dilihat keterangan saksi-saksi (saksi

Badarudin, saksi Arsyad, saksi Agus Ekamto) tersebut adalah

keterangan yang direkayasa, penuh kebohongan dan tidak benar.

Hal mana keterangan saksi-saksi tersebut telah dibantah pula oleh

saksi M. Dusun ;

2. Bahwa, padahal bila dilihat dari keterangan saksi a charge yang

diajukan oleh Jaksa/Penuntut Umum (terutama saksi M. Dusun), dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Saksi M. Dusun pernah membuat surat "Surat Keterangan Nomor :

01/ KD/JL/1997 tanggal 17 Juni 1977" untuk diberikan kepada

Terdakwa I Abdul Muin Bin Mallangka ;

Atas surat yang pernah diterbitkannya tersebut Saksi M. Dusun

tidak pernah merasa mencabutnya ;

Page 70: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Saksi M. Dusun tidak pernah membuat dan menandatangani Surat

Pernyataan tanggal 12 September 2004 yang menyatakan bahwa

Surat Keterangan Nomor : 01/KD/JL/1977, tanggal 17 Juni 1977,

an. Abdul Muin adalah palsu atau dipalsukan ;

3. Bahwa, kesimpulan Judex Facti tentang adanya surat palsu Nomor :

01/KD/ JL/1977, tanggal 17 Juni 1977 nampaknya didasarkan pada

Surat Pernyataan tanggal 12 September 2004 sebagaimana dimaksud

di atas dan dikuatkan oleh keterangan saksi AGUS EKAMTO, namun

demikian Judex Facti tidak mempertimbangkan kedudukan dan

kekuatan dari alat bukti tersebut. Untuk konkritnya dapat Pemohon

Kasasi kemukakan sebagai berikut:

a. Asli dari Surat Pernyataan tanggal 12 September 2004 tersebut

tidak pernah diperlihatkan di persidangan. Oleh karenanya

seharusnya timbul pertanyaan, kenapa ? Pemohon Kasasi dapat

menduga bahwa Surat Pernyataan tanggal 12 September 2004 tentu

dengan sengaja tidak mau diperlihatkan kepada Saksi M. Dusun,

agar tidak terungkap siapa yang merekayasa surat pernyataan

tersebut. Namun demikian terlepas dari apakah terdapat rekayasa

dari pihak-pihak tertentu atau tidak, seharusnya alat bukti yang tidak

ditemukan aslinya tersebut harus dianggap bukan barang bukti" ;

b. Kehadiran saksi AGUS EKAMTO yang merupakan Penyidik dari

Kepolisian adalah suatu ketidakwajaran dalam proses peradilan

yang fair; karena lazimnya seorang Penyidik perkara hanya dapat

dihadirkan sebagai saksi verbalisan apabila Terdakwa membantah

isi Berita Acara Pemeriksaan. Hal ini merupakan sebuah fakta

bahwa dakwaan atas diri Para Terdakwa adalah memang sebuah

rekayasa serta order dari pihak- pihak tertentu;

JUDEX FACTI TIDAK TAAT TERHADAP ASAS PEMBUKTIAN.

Sebagaimana kita ketahui bersama, sistem pembuktian di Negara kita

memakai sistem "Negatief Wettelijk", yaitu keyakinan yang disertai

dengan mempergunakan alat-alat bukti yang sah menurut Undang-

Page 71: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Undang;

Hal ini dapat terlihat pada Pasal 183 KUHAP, yang berbunyi sebagai

berikut : "Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan pidana kepada

seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan, bahwa suatu tindak pidana benar-

benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya" ;

Mengenai alat bukti yang sah, dikatakan pada Pasal 184 ayat (1)

KUHAP yang menyatakan :

"Alat bukti yang sah ialah :

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli,

Dan seterusnya" ;

Tentang keterangan saksi dalam Pasal 185 KUHAP disebut :

(1) "Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan

dalam sidang" ;

(2) "Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan

bahwa Terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan

kepadanya" ;

Dari perumusan tersebut jelaslah, bahwa keterangan saksi yang

dianggap sebagai alat bukti yang sah hanyalah apa yang dinyatakan

saksi di hadapan sidang dan keterangan seorang saksi saja tidak dapat

dijadikan alat bukti yang sah sebagaimana yang lazim disebut "Unus

testis nullus testis" ;

Selanjutnya mengenai kesaksian di persidangan disebutkan dalam

Pasal 185 ayat (5) KUHAP, yaitu :

"Baik pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran

saja, bukan keterangan saksi" ;

Pasal 185 ayat (6) tentang penilaian keterangan saksi, dinyatakan :

Dalam menilai kebenaran keterangan saksi satu dengan yang lain,

Hakim harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan :

a. Persesuaian antara keterangan saksi satu sama lainnya ;

Page 72: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain

c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberikan

keterangan tertentu

d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada

umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu

dipercaya;

Dalam konteks sebagaimana di atas, nyata sekali bahwa Judex Facti

memberikan pertimbangan secara berat sebelah dan tidak

komprehensif sehingga menimbulkan kesimpulan-kesimpulan yang

merugikan posisi para Terdakwa ;

Padahal dalam Pasal 191 KUHAP dinyatakan secara tegas :

"Jika Pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan dalam

sidang kesalahan Terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka Terdakwa

diputus bebas." Dari ketentuan-ketentuan Pasal tersebut juga memberi

ketentuan tentang penggunaan alat-alat bukti secara langsung

("Ommiddelijkheid der bewijsvoering);

Asas ini dipakai sebagai upaya untuk menelusuri "materiele waarheid"

(kebenaran materiil) sebagaimana dinyatakan oleh Prof. Van

Bemmelen dalam bukunya berjudul "Leerboek van het Ned.

Strafprocesrecht, 6 e herziene druk', halaman 95, yang apabila

diterjemahkan secara bebas, pada dasarnya mengandung arti:

"Dalam menelusuri kebenaran materiil, maka berlaku suatu asas bahwa

keseluruhan proses yang menghantarkan kepada putusan Hakim, harus

secara langsung dihadapkan kepada Hakim dan proses secara

keseluruhan diikuti oleh Terdakwa serta harus diusahakan dengan alat

bukti yang sempurna" ;

Suatu asas yang disebut "IN DUBIO PRO REO" yang juga berlaku

bagi hukum pidana yang menyatakan bahwa apabila terdapat cukup

alasan untuk meragukan kesalahan Terdakwa, maka Hakim

membiarkan neraca timbangan jomplang untuk keuntungan Terdakwa.

Page 73: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Prinsip doktrin dalam hukum pidana tetap dominan dalam kehidupan

diri Terdakwa yang universal karenanya dihindarilah sejauh mungkin

subyektifitas atas penanganan perkara yang dihadapi siapapun, baik itu

berkaitan dengan masalah social politis maupun ekstra interventif

lainnya, sehingga adagium bahwa "Lebih baik membebaskan seribu

orang bersalah dari pada menghukum satu orang tidak bersalah", dapat

diterapkan secara total obyektif, begitu pula pada diri dan kasus

Terdakwa I Abdul Muin Bin Mallangka dan Terdakwa 2 Herman Bin

Abdul muin ;

Asas ini tidak tertulis dalam Undang-Undang Pidana, namun tidak

dapat dihilangkan kaitannya dengan asas Tiada Pidana Tanpa

Kesalahan" (Geen Straf Zonder Schuld") atau " Anwijzigheid van alle

Schuld' yang sudah menjadi yurisprudensi konstan dan dapat

diturunkan dari Pasal 182 ayat (6) KUHAP ;

4. Bahwa, oleh karenanya Judex Facti (Pengadilan Tinggi) telah salah

menerapkan hukum atau melanggar hukum, karena Pengadilan Tinggi

telah mengambil alih begitu saja putusan Pengadilan Negeri Tarakan

yang tidak sempurna pertimbangan hukumnya;

5. Bahwa dengan demikian berarti Judex Facti (Pengadilan Tinggi) tidak

meneliti secara cermat dan sama sekali tidak mempertimbangkan

secara keseluruhan bagian dari keberatan-keberatan Pemohon Kasasi,

karenanya keputusan tersebut sudah tentu tidak mempunyai

pertimbangan yang cukup (Onvoldoende Gemotiveerd);

Untuk selanjutnya kepada Mahkamah Agung Rl sudah sepatutnya

membatalkan atau menyatakan batal demi hukum putusan Pengadilan

Tinggi yang dikasasi ini ;

Setelah melihat mengenai alasan pengajuan kasasi yang di ajukan

terdakwa beserta alasan-alsan hukumnya disini penulis berpendapat bahwa

apa yang telah didalilkan terdakwa dalam mendalilkan alasan hukum

pengajuan kasasi bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis

telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang ada.

Page 74: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Hal tersebut dapat dijabarkan melalui pengertian dan penjabaran

dari sifat unus testis nullus testis mengenai kekuatan pembuktian saksi.

Mengenai satu saksi bukan saksi didalam KUHAP diatur dalamPasal 185

ayat (2), (3), dan (4) yang berbunyi sebagai berikut:

Ayat (2) : “keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktiakan

bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan

kepadanya”

Ayat (3) : “ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (2) tidak berlaku

apabila disertai satu alat bukti yang sah lainnya”

Ayat (4) : “ keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri tentang suatu

kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah

apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain

sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau

kesalahan tertentu.”

Melihat dari penjabaran Pasal 185 ayat (2), (3), dan (4) diatas

bahwa aturan Unus testis nullus testis bukanlah harus diartikan bahwa

keterangan dari seorang saksi tidak mempunyai kekuatan pembuktian

sama sekali. Pengertian yang sebenarnya ialah bahwa keterangan seorang

saksi yang berdiri sendiri memang tidak dapat memberikan kekuatan

pembuktian yang sah, tetapi jika tidak lagi berdiri sendiri dan dapat

dihubungkan dengan alat bukti yang lain, maka tentu memiliki kekuatan

pembuktian yang sah.

Apabila ditilik mengenai kesesuaian pengajuan kasasi dengan

alasan bahwa saksi a charge bersifat unus testis nullus testis dengan

kesesuaiannya dengan Pasal 183 KUHAP maka penuli akan mencoba

menyangkutkan hal tersebut terhadap prinsip minimum pembuktian seperti

yang tertuang dalam bunyi Pasal 183 KUHAP sebagai berikut:

Pasal 183 KUHAP

a. Prinsip minimum pembuktian: kesalahan dapat dibuktikan minimal

dengan dua lat bukti yang sah.

Page 75: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b. Keyakinan hakim: dengan dua alat bukti tersebut hakim memperoleh

keyakinan

Masalah yang berhubungan dengan minimum pembuktian

dalamhalini Pasal 183 ayat (1) KUHAP merupakan prinsip yang mengatur

batas yang harus dipenuhi membuktikan kesalahan terdakwa. Atau dengan

perkataan lain asas minimum pembuktian adalah suatu prinsip yang harus

dipedomani dalam menilai cukup atau tidaknya alat bukti membuktikan

salah atau tidaknya seorang terdakwa. Untuk melihat hal tersebut perlu

dilihat dan diteliti materi Pasal 183 KUHAP.

Dalam materi Pasal 183 KUHAP secara tegas menentukan bahwa

untuk menjatuhkan pidana kepada seseorang terdakwa baru boleh

dilakukan hakim apabila kesalahan terdakwa telah dapat dibuktikan

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.

Jadi minimum pembuktian yang dianggap cukup membuktikan

kesalahan terdakwa agar kepadanya dapat dijatuhkan pidana harus dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. Satu alat bukti saja, undang-

undang belum menganggap cukup membuktikan kesalahan terdakwa.

Batas minimum yang dianngap cukup oleh undang-undang paling sedikit

dengan dua alat bukti yang sah.

Melihat akan ketentuan tersebut maka perlu kita lihat bagaimana

kekuatan pembuktian yang ada pada alat bukti yang ada. Disini walaupun

alat bukti yang ada telah memenuhi secara jumlah dalam perkara ini,

namun terdakwa dalam alasan pengajuan dan permohonan kasasinya

menyatakan bahwa saksi-saksi yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut

Umum dalam perkara ini tidak dapat dipergunakan keterangannya sebagai

suatu bukti. Hal tersebut dikarenakan

a. Bahwa, nyata sekali Judex Facti (Pengadilan Negeri dan Pengadilan

Tinggi) telah salah menerapkan hukum, sebagaimana ternyata dari

pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Negeri Tarakan pada

putusannya Nomor : 355/Pid.B/2006/PN.Trk, tanggal 12 Februari

2007, pada halaman 65 dan seterusnya yang mengambil kesimpulan

Page 76: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

bahwa "Surat Keterangan Nomor: 01/KD/JL/1997 tanggal 17 Juni

1977 adalah palsu" dari keterangan-keterangan saksi yang

memberatkan saja (i.c saksi Badarudin, saksi Arsyad, dan saksi Agus

Ekamto selaku Penyidik yang memeriksa/memintai keterangan saksi

M. Dusun) ;

b. Bahwa, padahal bila dilihat keterangan saksi-saksi (saksi Badarudin,

saksi Arsyad, saksi Agus Ekamto) tersebut adalah keterangan yang

direkayasa, penuh kebohongan dan tidak benar. Hal mana keterangan

saksi-saksi tersebut telah dibantah pula oleh saksi M. Dusun ;

c. Kehadiran saksi AGUS EKAMTO yang merupakan Penyidik dari

Kepolisian adalah suatu ketidak wajaran dalam proses peradilan yang

fair; karena lazimnya seorang Penyidik perkara hanya dapat dihadirkan

sebagai saksi verbalisan apabila Terdakwa membantah isi Berita Acara

Pemeriksaan. Hal ini merupakan sebuah fakta bahwa dakwaan atas diri

Para Terdakwa adalah memang sebuah rekayasa serta order dari pihak-

pihak tertentu;

Melihat dan mendasari pada alasan-alasan terdakwa tersebut, maka

dengan kata lain disini penerapan asas minimum pembuktian tidak

terpenuhi. Hal tersebut menimbang dari alasan-alasan yang dikemukakan

sebelumnya keterangan saksi yang dapat dipergunakan hanyalah saksi M.

Dusun. Walaupin disini penyidik juga berupaya menghadirkan saksi Agus

Ekamto dalam persidangan, namun kedudukan saksi sebagai penyidik

tidak dapat didengarkan kesaksiaanya. Hal tersebut dikarenakan

kedudukan saksi dari penyidik hanya dapat dihadirkan sebagai saksi

verbalisan apabila terdakwa membantah isi Berita Acara Pemeriksaan.

Sehingga menurut hemat penulis apabila hal-hal tersebut di

hubungkan dengan penerapan prinsip unus testis nullus testis dan prinsip

minimum pembuktian yang terkandung dalam Pasal 183 KUHAP, maka

telah benar alasan-alasan yang dikemukakan terdakawa dalam pengajuan

kasasi bahwa saksi a charge yang diajukan sebagai alat bukti bersifat

unus testis nullus testis. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan asas

Page 77: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

minimumpembuktian dan dihubungkan dengan prinsip unus testis nullus

testis pada intinya tidak diperkenankan membuktikan kesalahan terdakwa

hanya dengan mendasarkan pada satu alat bukti saja.

Atas hal tersebut sebagai alasan seperti yang tertuang dalamPasal

253 KUHAP mengenai alasan kasasi, disini terlihat jelas bahwa pada

pengadilan pada tingkat sebelumnya terdapat peraturan yang tidak

diterapkan atau diterapkan tetapi tidak sebagaimana mestinya. Sehingga

mengacu pada hal tersebut telah benar bahwa terdakwa mengajukan upaya

hukum kasasi. Karena hal mengenai asas unus testis nullus testis yang

didalikan terdakwa telah sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP

tentang prinsip minimum pembuktian.

2. relevansi saksi a charge bersifat unus testis nullus testis dengan prinsip

in dubio pro reo dalam implementasi Pasal 183 KUHAP

Dalam penerapan atau impelmentasi Pasal 183 KUHAP terkait

hubungan sifat unus testis nullus testis dengan prinsip in dubio pro reo.

Perlu penulis ingatkan kembali mengenai pengertian prinsip in dubio pro

reo. Menurut “Kamus Hukum” yang ditulis oleh Simorangkir (2006:73),

frasa in dubio pro reo diartikan sebagai “jika ada keragu-raguan

mengenai sesuatu hal haruslah diputuskan hal-hal yang menguntungkan

terdakwa”.

Melihat dari adanya prinsip tersebut apabila penulis merumuskan

melaui asas unus testis nullus testis dengan prinsip in dubio pro reo maka

dapat penulis paparkan bahwa sesuai dengan prinsip pembuktian yang

terkandung dalam KUHAP bahwa prinsip pembuktian menganut prinsip

"Negatief Wettelijk", yaitu keyakinan yang disertai dengan

mempergunakan alat-alat bukti yang sah menurut Undang-Undang dalam

hakim menjatuhkan putusannya.

Mengenai adanya saksi yang bersifat unus testis nullus testis,

penulis mencoba menjabarkan bahwa terkait dengan prinsip tersebut

Page 78: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

apabila kita melihat terhadap prinsip minimum pembuktian yang

tercantum dalam Pasal 183 KUHAP, masalah yang yang berhubungan

dengan prinsip minimum pembuktian merupakan prinsip yang mengatur

mengenai batas yang harus dipenuhi untuk membuktiakan kesalahan

terdakwa. Atau dengan perkataan lain asas minimum pembuktian adalah

suatu prinsip yang harusn dipedomani dalam menilai cukup atau tidaknya

alat bukti membuktikan salah atau tidaknya terdakwa.

Menurut penulis secara tegas dalam Pasal 183 tidak diperbolehkan

seorang hakim menjatuhkan pidana apabila tidak terdapat sekurang-

kurangnya terdapat dua alat bukti yang sah. Perihal mengenai alat bukti

yang sah secara tegas telah diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Sesuai

dengan ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP, undang-undang menentukan

lima(5) alat bukti yang sah. Diluar lima jenis alat bukti tersebut tidak dapat

dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.

Perihal dalam penggunaan alat bukti yang sah sangat diperlukan

dalam hal pembuktian terdakwa apakah terbukti bersalah atau tidak

terhadap apa yang didakwakan kepadanya. Terkait dengan saksi a charge

yang bersifat unus testis nullus testis, majelis hakim tidak dapat

mengunakanatau melarang menggunakan keterangan saksi tersebut

sebagai alat bukti dalam proses pembuktian. Seperti yang dikemukakan

oleh Djoko Prakoso S.H. “Larangan ini hanya mengenai pembuktian dari

tuduhan tersebut dalam keseluruhannya. Dengan demikian, bagian-bagian

dari tuduhan boleh dianggap terbukti dengan keterangan dari seorang saksi

juga dalam hal bahan pembuktian Ybs, disamping keterangan dari saksi

tersebut, tidak sesuai dan sama sekali terlepas dari keterangan saksi

tersebut, karena mengenai bagian lain dari tuduhan, maka hakim dalam

keadaan demikian dapat memutuskan suatu hukum tanpa melanggar Pasal

185 KUHAP.”(Djoko Prkoso, 1988:72).

Melihat atas dasar hal tersebut terhadap kedudukan saksi a charge

bersifat unus testis nullus testis terhadap relevansinya dengan asas in dubio

pro reo maka penulis menarik kesimpulan bahwa tentunya dengan hanya

Page 79: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

adanya sifat unus testis nullus testis pada saksi dapat menimbulkan

keragu-raguan bagi hakim dalam menilah seorang terdakwa bersalah atau

tidak, karena jika di lihat pada Pasal 183 KUHAP mengenai batas

minimum pembuktian dalam Pasal tersebut hakim tidak diperbolehkan

menjatuhkan pidana bila berdasarkan alat bukti dalam persidangan ia tidak

memperoleh keyakinan atas bersalahnya terdakwa. Sementara dalam

adanya saksi bersifat unus testis nullus testis menjabarkan bahwa satu

saksi bukanlah saksi. Oleh karena itu berdasarkan atas hal tersebut apabila

disesuaikan dengan adanya prinsip in dubio pro reo maka melarang hakim

menjatuhkan pidana bila berdasarkan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia tidak memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar

terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya seperti yang

tertuang dalam Pasal 183 KUHAP.

Melihat hal tersebut dengan adanya sifat unus testis nullus testis

dan melihat prinsip in dubio pro reo serta menimbang mengenai prinsip

minimum pembuktian yang tertuang dalam Pasal 183 KUHAP akan

menimbulkan akibat hukum bahwa terdakwa harus debabaskan dari segala

dakwaan karena jika hakim tidak memperoleh keyakinan atas bersalahnya

terdakwa. Sehingga hakim harus memutus terdakwa bebas dari dakwaan

berdasarkan pengaturan Pasal 191 KUHAP yang menyatakan: “Jika

pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang,

kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas”

Page 80: TINJAUAN YURIDIS PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA … file(Studi Perkara penggunaan surat palsu dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2175 K/Pid/2007) Melengkapi Sebagian Persyaratan guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Unus testis nullus testis bukanlah harus diartikan bahwa keterangan dari

seorang saksi tidak mempunyai kekuatan pembuktian sama sekali.

Pengertian yang sebenarnya ialah bahwa keterangan seorang saksi yang

berdiri sendiri memang tidak dapat memberikan kekuatan pembuktian

yang sah, tetapi jika tidak lagi berdiri sendiri dan dapat dihubungkan

dengan alat bukti yang lain, maka tentu memiliki kekuatan pembuktian

yang sah. Mengenai adanya saksi yang bersifat unus testis nullus testis,

penulis melihat terhadap prinsip minimum pembuktian yang tercantum

dalam Pasal 183 KUHAP, masalah yang yang berhubungan dengan prinsip

minimum pembuktian merupakan prinsip yang mengatur mengenai batas

yang harus dipenuhi untuk membuktiakan kesalahan terdakwa

2. Dalam persidangan apabila hakim tidak memperoleh keyakinan atas

bersalahnya terdakwa akibat kurangnya sarat minimum alat bukti yang

terdiri dari dua alat bukti yang sah hakim harus memutus terdakwa bebas

dari dakwaan berdasarkan pengaturan Pasal 191 KUHAP dan sesuai

dengan penerapan asas in dubio pro reo.

B. SARAN

1. Sebaiknya dalam menjalankan fungsinya sebagai pihak-pihak penegak

hukum harus mencermati terhadap serangkaian perundang-undangan yang

ada.

2. Dalam memutus perkara sebaiknya hakim lebih teliti dalam mencermati

peraturan-peraturan yang ada guna memperoleh suatu keadilan bagi semua

pihak serta memperoleh kepastian hukum.