90
Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009 TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMAKAIAN ARUS LISTRIK PADA PLN CABANG MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH ADE IRMA ANDAYANI S 040200044 Departemen Hukum Keperdataan Jurusan Hukum Perdata BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

  • Upload
    vodiep

  • View
    222

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

PEMAKAIAN ARUS LISTRIK PADA PLN CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

ADE IRMA ANDAYANI S

040200044

Departemen Hukum Keperdataan Jurusan Hukum Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009

Page 2: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

PEMAKAIAN ARUS LISTRIK PADA PLN CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

ADE IRMA ANDAYANI S

040200044

Departemen Hukum Keperdataan Jurusan Hukum Perdata BW

Disetujui

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

( Rabiatul Syariah, SH, M.Hum )

Dosen Pembimbing I Dosen Pembmbing II

( Prof. Dr. Tan Kamello, SH. MS ) ( Syamsul Rizal, SH, M.Hum )

Page 3: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

mengkaruniakan kesehatan dan kelapangan berfikir kepada penulis sehingga akhirnya

tulisan dalam bentuk skipsi ini dapat juga diselesaikan oleh penulis sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan.

Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah membawa nikmat Islam kepada kita semua.

Adapun skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian

Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan”. Penulisan skripsi ini

dimaksudkan memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Kedua orang tua Penulis, yakni “Syahrial Sitorus dan Yusnaini Sirait” yang sangat

penulis cintai dan sayangi. Dimana, berkat doa, kasih sayang, kesabaran dan

keikhlasan hati mereka membesarkan, mendidik dan selalu memberikan dorongan

semangat serta pengorbanan yang tidak dapat penulis balas dengan apapun.

Semoga kasih sayang mereka tetap menyertai penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH. MS selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen

Pembimbing I penulis yang telah bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 4: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

3. Bapak Syamsul Rizal, SH, M. Hum selaku Dosen Pembimbing II penulis yang

telah bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syariffudin Hasibuan, SH, DFM, MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Muhammad Husni, SH, M. Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Alwan, SH selaku Dosen Wali penulis di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

9. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah memberikan bimbingan selama dalam

perkuliahan.

10. Ibu Marlina Panjaitan yang selalu membantu penulis sewaktu melakukan

penelitian dan mengambil data di PT. PLN Cabang Medan, serta selalu

mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.

11. Bapak Ari Irawan, SH selaku pegawai PLN bagian Keuangan dan Administrasi

yang telah memberikan data dan bahan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Kak Dewi beserta suaminya Bang Ryan, Bah Uki beserta istrinya Kak Dila,

Kakakku Tuti beserta pacarnya Bang Yeyen, Bah David dan Adikku Ade, serta

saudara-saudaraku yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Seseorang yang penulis cintai dan sayangi (anugerah terindah ku) “Yudha

Rahman Arif Johan Siagian” yang selalu memberikan semangat kepada penulis

Page 5: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

dalam segala hal dan yang telah memberikan banyak dukungan dalam penulisan

skripsi ini. Terima kasih cinta…

14. Kepada Seluruh Keluarga Cendana, yaitu Nek Keisyah, Almarhum Papa Johan

(yang selalu menyayangi penulis), Mami (yang selalu mendukung dan membantu

penulis dalam segala hal), Bang Ari (yang selalu mendukung dan menasehati

penulis dalam segala hal), Bang Nanda (Kucek), Kakak dan Dedek (yang selalu

mendengarkan curhatan penulis).

15. Terspesial seorang sahabat yang sangat penulis sayangi “QQ_Bondut” (CintaKi),

juga sobatku “Mawan_Bontu” (CintaWan) terima kasih atas dorongan dan

dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis, serta semua bantuan-bantuan

yang telah diberikan terhadap penulis selama ini.

16. Sepupuku “Fuji”, “Eva”, “Rizka” dan yang lainnya yang selalu mendukung

penulis dalam penulisan skripsi ini.

17. Dan teman-teman lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas bantuan dan doanya.

Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, disini penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik

dari segi materi maupun penulisan kata yang disebabkan keterbatasan pengetahuan

penulis. Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan tugas-tugas penulis di masa yang akan datang.

Demikian penulis hajatkan, semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi

kita semua.

Medan, Februari 2009

Ade Irma Andayani S

Page 6: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…….………………………………………………. . i

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. v

ABSTRAKS..……………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1

A. Latar Belakang………………………………………..... 1

B. Perumusan Masalah…………………………………..... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…..…………………..... 5

D. Keaslian Penelitian……………..…………………….... 5

E. Tinjauan Kepustakaan…… …………………………... 6

F. Metode Penelitian……..………………………………. 8

G. Sistematika Penelitian…………………………………. 9

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA

UMUM…………………………………………………….. . 11

A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya…………………. 11

B. Syarat Sahnya dan Asas-Asas Suatu Perjanjian..………. 16

C. Berakhirnya Suatu Perjanjian…………………………... 22

D. Pengertian Wanprestasi………………………………… 28

E. Akibat Wanprestasi…………………………………….. 29

BAB III PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA SEBAGAI PERUSAHAN

UMUM…..………………………………… 37

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Listrik Negara (PLN)... . 37

B. Sifat, Maksud dan Tujuan Perusahaan Umum Listrik

Page 7: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Negara............................................................................... 40

C. Modal Perusahaan Listrik Negara……………………… 42

D. Organisasi Badan Kepengurusan PLN…………………. 43

E. Pembinaan dan Pengawasan PLN Sebagai Perusahaan

Umum…………………………………………………... 49

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI

DALAM PERJANJIAN ARUS LISTRIK PADA PLN

CABANG MEDAN…………………………………............ 55

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam

Perjanjian………………………………………………. 55

B. Perjanjian Baku Dalam Pemakaian Arus Listrik Antara

PLN Dan pelanggan……………………………………. 59

C. Wanprestasi dan Tanggung Jawab Para Pihak Dalam

Terjadinya Kelalaian…………………………………… 63

D. Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara PLN Dengan

Pelanggan……………………………………………... .. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….. 82

A. Kesimpulan……………………………………………... 82

B. Saran……………………………………………………. 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Tenaga listrik merupakan salah satu sumber daya yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena tenaga listrik merupakan energi yang sangat penting untuk menopang kehidupan manusia. Untuk memperoleh tenaga listrik, maka seseorang harus mengadakan hubungan dengan pihak Perusahaan Listrik Negara dan sebelum menjadi pelanggan arus listrik pada PLN, calon pelanggan tersebut haruslah mengajukan suatu permohonan penyambungan arus listrik pada pihak PLN. Dalam permohonan tersebut dicantumkan besarnya daya atau kapasitas yang diinginkan, dan selanjutnya pihak PLN akan mengadakan penyambungan arus listrik sebesar daya atau kapasitas yang dimohonkan. Kesepakatan inilah yang membuat adanya ikatan hukum bagi kedua belah pihak. Masalah yang sering terjadi dalam perjanjian pemakaian arus listrik antara pihak konsumen dan PLN adalah mengenai bagaimana tanggung jawab pelanggan dan PLN di dalam perjanjian pemakaian arus listrik, bagaimana bentuk ganti rugi akibat wanprestasi, penyelesaian sengketa antara Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan konsumen. Mengenai hal perjanjian pemakaian arus listrik dapat ditinjau secara yuridis di dalam Undang-undang No. 15 Tahun 1985 mengenai Ketenagalistrikan. Dimana megenai hal perjanjian pemakaian arus listrik ini memiliki akibat hukum bagi kedua belah pihak. Metode penulisan yang dipergunakan dalam penyusunan dan pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini adalah Metode Library Research atau penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari Perundang-undangan dan sejumlah buku, dan Field Research atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meneliti langsung dengan mencari data-data ke PT PLN (Persero) Cabang di jalan Listrik No. 8 Medan, guna memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam pembahasan skripsi ini, misalnya dengan melakukan interview atau wawancara dengan pihak PLN. Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen dalam perjanjian pemakaian arus listrik ini ada pada Pasal 8 Undang-undang No. 8 Tahun 1999, memberi larangan kepada pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan produksi dan perdagangan barang atau jasa. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 mengenai Undang-undang Perlindungan Konsumen tidak hanya mencantumkan hak-hak dan kewajiban dari konsumen, melainkan juga mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari pelaku usaha yaitu pada Pasal 5 Undang-undang No. 8 Tahun 1999, sehingga apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pemakaian arus listrik ada di atur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 dan Undang-undang No. 15 Tahun 1985 yaitu mengenai Ketenagalistrikan.

Page 9: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PT. PLN (Persero) adalah sebuah perusahaan jasa yang bergerak di bidang

ketenagalistrikan. Dengan kata lain, tenaga listrik juga merupakan salah satu sumber

daya yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena tenaga listrik merupakan

energi yang sangat penting untuk menopang kehidupan manusia.

Perusahaan ini berkewajiban menjalankan tugas yang dibebankan negara

kepadanya yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap listrik. Begitu pentingnya

kebutuhan masyarakat terhadap listrik, sehingga tidak mungkin dapat ditawar-tawar

lagi bahwa sebagian besar kehidupan masyarakat didukung oleh listrik. Selain

menjalankan fungsi bisnisnya PT. PLN (Persero) lebih banyak menjalankan fungsi

sosialnya, apalagi di Sumatera Utara mempunyai sebagian besar pelanggan rumah

tangga. Perusahaan ini terus mencoba untuk tetap dapat berbuat lebih baik kepada

masyarakat, sebagaiman falsafah yang dimiliki oleh perusahaan ini yaitu :

“keberhasilan perusahaan bukan sekedar ditentukan oleh besarnya laba tetapi juga

oleh kemampuan perusahaan memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan,

sehingga mereka mampu ikut serta secara aktif dalam kegiatan produktif dan

memperoleh kehidupan sejahtera”.1

Dari usaha dan kerja keras yang telah dilakukan oleh pihak PT. PLN (Persero)

nampaknya belum mampu mendongkrak kinerja secara maksimal. Apa yang

diharapkan masyarakat terhadap pasokan listrik yang unggul dan aman serta adanya

1 PT PLN (Persero), Budaya Perusahaan, PLN Pusat, Jakarta, 2000, hlm. 9.

Page 10: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

semboyan “Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik” mungkin belum bisa

terwujud. Sebagaimana diketahui adanya pemadaman listrik secara bergilir, akhirnya

memupuskan harapan masyarakat dan semboyan tersebut. Keterbatasan pasokan

energi yang dibangkitkan oleh PLN Sumatera Utara saat ini devisit dengan kebutuhan

masyarakat terhadap listrik. Kebutuhan masyarakat pada saat beban puncak lebih

tinggi ketimbang pasokan listrik yang tersedia. Artinya pada saat kondisi normal yaitu

dimana seluruh mesin-mesin pembangkit PLN beroperasi, tidak dapat memasok

seluruh kebutuhan listrik masyarakat, ditambah lagi dengan kondisi mesin-mesin

pembangkit yang sudah tua dan memerlukan pemeliharaan terjadwal yang tidak

ditangguhkan, sehingga bila mesin mengalami turun mesin (overhoul) maka devisit

listrik akan semakin pesat yang mengakibatkan terjadinya pemadaman listrik bergilir.

Kondisi inilah yang dialami oleh pembangkit PLN khususnya PT. PLN

Sumatera Utara. Kenaikan TDL 2003 yang semula diharapkan dapat menutup devisit

anggaran PLN juga belum mampu membuat PLN dapat menyediakan listrik yang

aman dan handal. Apalagi ditambah dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)

menjadikan PLN semakin terpuruk. Kondisi ketenagalistrikan di Indonesia, terutama

sejak tahun 1996, memang sangat memprihatinkan. Kebaikan Tarif Dasar Listrik

(TDL) yang sudah mencapai diatas 100%, terbukti belum mampu menyehatkan

finansial PT. PLN.2

2 Tulus Abadi dan Sudaryatmo, Memahami Hak dan Kewajiban Anda Sebagai Konsumen

Listrik, YLKI, Jakarta, 2004, hlm. 4.

Tingkat pertumbuhan listrik sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

masyarakat bahkan pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh kenaikan

pertumbuhan listrik. Selama tiga dasawarsa terakhir, sejak 1970, penyedia tenaga

listrik mengalami peningkatan dua kali lipat, setiap lima tahun, dengan pertumbuhan

Page 11: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

rata-rata 14% pertahun. Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi di Indonesia

hanya bertumbuh sebesar 7%, dengan pertumbuhan penduduk 1,8% pertahun.

Sebagai perusahaan penyedia jasa ketenagalistrikan yang berada pada satu

pihak dan masyarakat sebagai pelanggan pada pihak yang lain, sesungguhnya

mempunyai hubungan yang sangat erat. Satu hubungan yang dibangun atas sebuah

keterikatan antara para pihak yang mempunyai prestasi. Hubungan ini pada dasarnya

dibentuk melalui keinginan para pihak untuk saling mengikatkan diri, dan tentunya

keterikatan ini dimulai dari suatu proses yang disebut dengan permohonan.

Permohonan disampaikan masyarakat untuk mendapat pelayanan ketenagalistrikan

yang disediakan oleh PT. PLN (Persero).

Dalam hal tersebut calon pelanggan datang mengajukan permohonan dan telah

bersedia membayar sejumlah uang kepada PT. PLN (Persero) untuk dicatat sebagai

pelanggan PLN. Dengan demikian karena calon pelanggan telah setuju maka

timbullah satu keterikatan tersebut. Karena perjanjian dapat dilakukan dengan tertulis

maupun lisan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara 2 orang yang

membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa rangkaian perikatan yang

mengandung janji-janji atau kesanggupan yang telah diucapkan atau ditulis.3

3 HR Daeng Naja., Contrant Drafting, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 6.

Dan

kesepakatan inilah yang membuat ikatan hukum bagi kedua belah pihak.

Dalam hubungan hukum yang terjadi diantara konsumen dengan PLN, bisa

terjadi adanya wanprestasi yang mengakibatkan salah satu pihak menderita kerugian.

Misalnya, pelanggan secara sepihak melakukan tindakan-tindakan seperti menambah

atau memperbesar daya dari daya yang sebenarnya menurut kontrak yang telah

disepakati. Jika hal ini dilakukan, maka dikatakanlah pelanggan tersebut telah

melakukan wanprestasi.

Page 12: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Tindakan para konsumen yang dinyatakan wanprestasi dalam pemakaian arus

listrik merupakan tindakan yang merugikan PT. PLN (Persero), sehingga

menimbulkan akibat hukum yaitu mewajibkan konsumen untuk mengganti kerugian

yang diderita oleh PT. PLN (Persero) berupa tagihan susulan sesuai dengan jenis

pelanggaran yang dilakukan oleh konsumen. Ditambah dengan biaya-biaya lainnya

sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dan PT. PLN (Persero) berhak

melakukan pemutusan sambungan arus listrik para konsumen sebelum dilunasinya

tagihan susulan dari konsumen yang wanprestasi.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian?

2. Bagaimana perjanjian baku dalam pemakaian arus listrik antara PLN dan

pelanggan?

3. Bagaimana wanprestasi dan tanggung jawab para pihak dalam terjadinya

kelalaian?

4. Bagaimana alternatif penyelesaian sengketa antara PLN dengan pelanggan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui hak dan kewjiban para pihak dalam perjanjian pemakaian arus

listrik.

Page 13: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

2. Untuk mengetahui perjanjian baku dalam pemakaian arus listrik antara PLN dan

pelanggan.

3. Untuk mengetahui tentang wanprestasi dan tanggung jawab para pihak dalam

terjadinya kelalaian.

4. Untuk mengetahui alternatif penyelesaian sengketa antara PLN dengan pelanggan.

Adapun manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoretis hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan untuk

pengembangan wawasan dan dapat digunakan sebagai literatur di bidang Hukum

Perdata khususnya perjanjian pemakaian arus listrik.

2. Secara praktis semoga kiranya masyarakat dan praktisi dapat mengetahui dan

memahami bahwa sebenarnya antara pelanggan dengan PT. PLN terjalin suatu

perikatan yang didasarkan pada perjanjian tertulis.

D. Keaslian Penelitian

Skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian

Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan”. Sepanjang pengetahuan penulis,

penulisan skripsi ini belum pernah diteliti. Oleh karena itu penelitian ini dapat

dikatakan penelitian yang pertama kali dilakukan, sehingga keaslian penelitian ini

dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam Pasal 1338 KUH Perdata dinyatakan bahwa : “Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Dari Pasal 1338 KUH Perdata ini, dapat ditarik suatu gambaran bahwa, pada

Page 14: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

prinsipnya suatu perjanjian tidak dapat dibatalkam oleh sepihak, karena dengan

adanya pembatalan tersebut, tentunya akan menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya.

Pembatalan perjanjian hanya dapat dilakukan apabila diketahui adanya

kekhilafan ataupun paksaan dari salah satu pihak ketika membuat perjanjian.

Kekhilafan dan paksaan merupakan alasan yang dapat membatalkan perjanjian. Selain

itu juga penipuan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak yang lainnya dalam

membuat perjanjian, dapat dijadikan sebagai alasan untuk dapat dibatalkannya suatu

perjanjian secara sepihak oleh satu pihak. Karena menurut Pasal 1320 KUH Perdata

suatu perjanjian yang tidak didasarkan kepada syarat subjektif, maka perjanjian

tersebut dapat dibatalkan.

Meminta pembatalan perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektifnya

dapat dilakukan dengan cara :

1. Melakukan penuntutan secara aktif di muka Hakim atau Pengadilan. 2. Dengan cara pembatalan yaitu menunggu pihak yang mengajukan pembatalan

di muka Hakim. Sehingga dengan adanya gugatan yang diajukan oleh pihak lawan karena ia tidak memenuhi prestasi perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat subjektif yang memungkinkan untuk dibatalkannya perjanjian tersebut.4

Akan tetapi apabila suatu pembatalan terhadap perjanjian yang dilakukan

secara sepihak tanpa disertai alasan yang sah menurut hukum, maka pihak yang

menderita kerugian akibat dibatalkannya perjanjiannya dapat menuntut kerugian

kepada pihak yang membatalkan perjanjian tersebut, karena dengan adanya

pembatalan yang dilakukan oleh salah satu pihak akan menimbulkan kerugian bagi

pihak lain.

Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak

tanpa disertai alasan yang sah, maka apabila perjanjian tersebut telah berlangsung

lama, pihak yang dirugikan atas pembatalan tersebut dapat mengajukan tuntutan ganti

4 M. Yahya Harahap., Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 17.

Page 15: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

rugi kepada pihak yang membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak. Ganti rugi

yang diajukan oleh pihak yang dirugikan atas pembatalan yang sepihak tersebut

adalah dapat berupa biaya, rugi, maupun bunga atas kerugian yang dideritanya.

Namun apabila dalam pembatalan yang dilakukan secara sepihak terhadap

perjanjian yang mereka perbuat, sedangkan segala isi maupun ketentuan yang

tercantum di dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan sama sekali oleh kedua

belah pihak, maka dengan adanya pembatalan perjanjian tersebut oleh salah satu

pihak secara sepihak tidak menimbulkan akibat hukum apa-apa. Pembatalan

perjanjian tersebut hanya membawa para pihak pada keadaan semula yaitu keadaan

sebelumnya para pihak dianggap tidak pernah melakukan atau mengadakan perjanjian

diantara mereka.

Dengan demikian jelaslah bahwa suatu perjanjian hanya dapat dibatalkan

secara sepihak oleh salah satu pihak apabila tidak memenuhi syarat sah subjektif dari

suatu perjanjian. Pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan dengan mengajukannya

kepada pengadilan ataupun dengan pembelaan atau gugatan pihak yang akan

membatalkan perjanjian.

Dalam perjanjian, pernyataan keadaan wanprestasi ini tidaklah dapat terjadi

dengan sendirinya, akan tetapi harus terlebih dahulu diperlukan adanya suatu

pernyataan lalai atau sommatie yaitu suatu peringatan/teguran dari PT. PLN (Persero)

pada saat kapan selambatnya ia mengharapkan pemenuhan prestasi. Dari pesan ini

pula selanjutnya akan ditentukan dengan pasti saat mana seseorang berada dalam

keadaan wanprestasi atau ingkar janji tersebut, sehingga pihak yang wanprestasi harus

pula menanggung segala akibat yang telah merugikan pihak yang lainnya.

Sebagai akibat timbulnya kerugian dari salah satu pihak tersebut, maka

undang-undang memberikan sesuatu hak baginya untuk menuntut beberapa hal yaitu :

Page 16: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Pemenuhan prestasi; 2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi; 3. Ganti rugi; 4. Pembatalan perjanjian; 5. Pembatalan disertai ganti rugi.5

F. Metode Penelitian

Di dalam pencarian data yang diperlukan untuk menunjang penyusunan skripsi

ini, penulis melakukannya dengan mengadakan penelitian yang terdiri dari 2 (dua)

cara yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu menggunakan suatu metode penelitian ilmiah yang mengumpulkan literatur

yang berhubungan dengan materi yang dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meneliti

langsung dengan mencari data-data ke lapangan sesuai dengan apa yang

dibutuhkan di dalam skripsi ini, misalnya dengan melakukan interview atau

wawancara dengan Bapak Ari Irawan selaku pegawai PT. PLN Cabang Medan

bagian Keuangan dan Administrasi.

G. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat diuraikan

srbagai berikut :

1. BAB I : Pendahuluan

Yang menjadi sub bab dari bab pertama ini, yaitu Latar Belakang,

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian

5 R. Wirjono Prodjodikoro., Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,

Sumur, Bandung, 1995. hal. 52.

Page 17: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika

Penulisan.

2. BAB II : Perjanjian dan Wanprestasi Pada Umumnya

Yang menjadi sub bab dari bab kedua, yaitu Pengertian Perjanjian

Pada Umumnya, Syarat Sahnya dan Asas-asas Suatu Perjanjian,

Berakhirnya Suatu Perjanjian, Pengertian Wanprestasi, Akibat

Hukum Wanprestasi.

3. BAB III : Perusahaan Listrik Negara Sebagai Perusahaan Umum

Yang menjadi sub bab dari bab ketiga, yaitu Sejarah Berdirinya PLN,

Sifat, Maksud dan Tujuan Perusahaan Listrik Negara, Modal

Perusahaan Listrik Negara, Oeganisasi (Badan) Kepengurusan

Perusahaan Listrik Negara, Pembinaan dan Pengawasan PLN sebagai

Perusahaan Umum.

4. BAB IV :Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian

Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan

Yang menjadi sub bab dari bab keempat, yaitu Hak dan Kewajiban

Para Pihak Dalam Perjanjian, Perjanjian Baku Dalam Pemakaian

Arus Listrik Antara PLN dengan Pelanggan, Wanprestasi dan

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Terjadinya Kelalaian, Alternatif

Penyelesaian Sengketa Antara PLN dengan Pelanggan.

5. BAB V : Kesimpulan dan Saran

Dalam penulisan ini penulis membuat suatu kesimpulan dan juga

saran yang menjadi bahan masukan untuk penelitian mengenai

masalah dalam skripsi ini akan turut pula dimasukkan daftar bacaan

dan lampiran-lampiran.

Page 18: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya

Buku III B.W. berjudul “Perihal Perikatan”. Perkataan “Perikatan”

(verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan “Perjanjian”, sebab dalam

Buku III itu, diatur juga perihal hubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber

pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari

perbuatan yang melanggar hukum (onrechtmatige daad) dan perihal perikatan yang

timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan

(zaakwaarneming). Tetapi sebagian besar dari Buku III ditujukan pada perikatan-

perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Jadi berisikan hukum

perjanjian. Perikatan merupakan suatu pengertian abstrak, sedangkan suatu perjanjian

adalah suatu peristiwa hukum yang kongkrit.

Adapun yang dimaksud dengan “perikatan” oleh Buku III B.W. itu, ialah:

Suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta beda) antara dua orang, yang

memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya,

sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Buku II

mengatur perihal hubungan-hubungan hukum antara orang dengan orang (hak-hak

perseorangan), meskipun mungkin yang menjadi objek juga suatu benda. Oleh karena

sifat hukum yang termuat dalam Buku III itu selalu berupa suatu tuntut-menuntut,

maka isi Buku III itu juga dinamakan “hukum perhutangan”. Pihak yang berhak

menuntut dinamakan pihak berpiutang atau “kreditur”, sedangkan pihak yang wajib

Page 19: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

memenuhi tuntutan dinamakan pihak berhutang atau “debitur”.

Secara umum, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang

berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.

Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah “suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih”.6

Menurut R. Subekti, “suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua

pihak itu setuju melakukan sesuatu”.

Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

istilah perjanjian tetapi memakai kata persetujuan. Yang menjadi masalah adalah

apakah kedua kata tersebut yaitu perjanjian dan persetujuan memiliki arti yang sama.

7 Dapat dikatakan bahwa dua perkataan

(perjanjian dan persetujuam) itu adalah sama artinya.

M. Yahya Harahap mengatakan perjanjian adalah “hubungan hukum kekayaan

atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu

pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk

menunaikan prestasi”.8

1. Terdapat para pihak yang berjanji;

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-

unsur yang membentuk pengertian perjanjian adalah sebagai berikut :

2. Perjanjian itu didasarkan kepada kata sepakat/kesesuaian kehendak;

3. Perjanjian merupakan perbuatan hukum atau hubungan hukum;

6 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio., Terjemahan KUH Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta,

1994, hlm. 306. 7 R. Subekti, Ibid, hlm. 1. 8 M. Yahya Harahap, Op. Cit. hlm. 6.

Page 20: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

4. Terletak dalam bidang harta kekayaan;

5. Adanya hak dan kewajiban para pihak;

6. Menimbulkan akibat hukum yang mengikat.

Dari 6 (enam) unsur tersebut ada hal yang perlu diperjelas, misalnya

perubahan konsep perjanjian yang menurut paham KUH Perdata dikatakan perjanjian

hanya merupakan perbuatan (handeling), selanjutnya oleh para sarjana disempurnakan

menjadi perbuatan hukum (rechtshandeling) dan perkembangan terakhir dikatakan

sebagai hubungan hukum (rechtsverhoudingen). Jadi para ahli hukum perdata hendak

menemukan perbedaan antara perbuatan hukum dengan hubungan hukum. Perbedaan

ini bukan hanya mengenai istilahnya saja tetapi lebih kepada substansi yang dibawa

oleh pengertian perjanjian itu.

Sudikno Mertokusumo menjelaskan, bahwa perbuatan hukum

(rechtshandeling) yang selama ini dimaksudkan dalam pengertian perjanjian adalah

satu perbuatan hukum berisi dua (een tweezijdigerechtshandeling) yakni perbuatan

penawaran (aanbod) dan penerimaan (aanvaarding). Berbeda halnya kalau perjanjian

dikatakan sebagai dua perbuatan hukum yang masing-masing berisi satu (twee

eenzijdige rechtshandeling) yakni penawaran dan penerimaan yang didasarkan kepada

kata sepakat antara dua orang yang saling berhubungan untuk menimbulkan akibat

hukum, maka konsep perjanjian yang demikian merupakan suatu hubungan hukum

(rechtsverhoudingen).9

Sehubungan dengan perkembangan pengertian perjanjian tersebut, Purwahid

Patrik menyimpulkan bahwa “perjanjian dapat dirumuskan sebagai hubungan hukum

9 Sudikno Mertokusumo, Op. Cit., hlm. 7-8.

Page 21: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

antara dua pihak dimana masing-masing melakukan perbuatan hukum sepihak”. 10

1. perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang;

Berdasarkan hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan (prestasi), perjanjian

dibagi dalam 3 (tiga) macam, yakni:

2. perjanjian untuk berbuat sesuatu;

3. perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Sebagaimana gambaran mengenai pengertian prestasi ini, dapat dilihat dalam

perjanjian ekspor/impor. Perjanjian ekspor/impor pada hakikatnya merupakan

perjanjian yang berisi perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang.

Disatu pihak, penjual menyerahkan sejumlah barang sesuai dengan kualitas, jumlah

dan karakteristik tertentu kepada pembeli. Sementara itu dipihak lain, pembeli

menyerahkan sejumlah uang kepada penjual sesuai dengan harga yang disepakati.

Unsur-unsur yang ada dalam suatu perjanjian dapat dikelompokkan menjadi:

1. Unsur essensialia

Unsur essensialia adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada dalam setiap

perjanjian. Tanpa unsur ini perjanjian mungkin tidak ada. Dengan demikian unsur

ini penting untuk terciptanya perjanjian, mutlak harus ada agar perjanjian itu sah

sehingga merupakan syarat sahnya perjanjian. Sebagai contoh, dalam suatu

perjanjian jual beli harus ada barang dan harga yang disepakati sebab tanpa barang

dan harga perjanjian jual beli tidak mungkin dapat dilaksanakan.

2. Unsur naturalia

Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur dalam undang-undang, tetapi

dapat diganti atau disingkirkan oleh pihak. Undang-undang dalam hal ini hanya

10 Purwahid Patrik, Makalah, Pembahasan Perkembangan Hukum Perjanjian, Seminar

Nasional Asosiasi Pengajar Hukum Perdata/Dagang, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1990, hlm. 15.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

bersifat mengatur atau menambah (regelend/aanvullend). Sebagai contoh, dalam

suatu perjanjian jual beli dapat diatur tentang kewajiban penjual untuk

menanggung biaya penyerahan.

3. Unsur accidentalia

Unsur accidentalia adalah unsur yang harus dimuat atau disebut secara tegas

dalam perjanjian. Unsur ini ditambahkan oleh para pihak dalam perjanjian artinya

undang-undang tidak mengaturnya. Dengan demikian unsur ini harus secara tegas

diperjanjikan para pihak.11

Hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Dalam pengertian ini, hukum

perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian

yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Sistem

ini kemudian melahirkan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) yang

membuka kesempatan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk menentukan

hal-hal berikut ini:

1. Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiri dalam

kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interpretasi kontrak tersebut.

2. Pilihan forum (choice of jurisdiction), yakni para pihak menentukan sendiri dalam

kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa

diantara pihak dalam kontrak tersebut.

3. Pilihan domisili (choice of domicile), dalam hal ini masing-masing pihak

melakukan penunjukan dimanakah domisili hukum dari para pihak tersebut.

Kebebasan di atas tidak hanya berlaku untuk perjanjian yang hanya meliputi satu

wilayah negara, melainkan berlaku juga dalam perjanjian yang melintasi batas-

batas negara.

11 J. Satrio., Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1998, hlm. 67-72.

Page 23: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

B. Syarat Syahnya dan Asas-asas Suatu Perjanjian

Perjanjian harus memenuhi beberapa syarat tertentu supaya dapat dikatakan

sah. Dalam KUH Perdata ditemukan ketentuan yang menyebutkan syarat sah suatu

perjanjian, yakni Pasal 1320. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, ada empat syarat

yang harus dipenuhi supaya suatu perjanjian sah, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian; 3. Mengenai suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mengandung makna bahwa para

pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau ada persesuaian kemauan atau

saling menyetujui kehendak masing-masing, yang dilahirkan oleh para pihak dengan

tiada paksaan, kekeliruan dan penipuan. Dimana, apa yang dikehendaki oleh pihak

yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka menghendaki sesuatu hal

yang sama secara timbal balik, misalnya seorang penjual suatu benda untuk

mendapatkan uang, sedang si pembeli menginginkan benda itu dari yang menjualnya.

Kecakapan untuk membuat perjanjian merupakan syarat umum untuk dapat

melakukan perbuatan hukum secara sah, yaitu harus sudah dewasa, sehat akal pikiran,

dan tidak dilarang oleh suatu perundang-undangan untuk melakukan sesuatu

perbuatan tertentu. Orang yang cakap adalah mereka yang telah berumur 21 tahun

tetapi telah pernah kawin, sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

Pasal 7 pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16

tahun. Tidak termasuk orang-orang yang sakit ingatan atau bersifat pemboros yang

karena itu oleh Pengadilan diputuskan dibawah pengampuan dan seorang perempuan

yang masih bersuami. Mengenai seorang perempuan yang masih bersuami setelah

Page 24: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

dikeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963, maka sejak saat

itu seorang perempuan yang masih bersuami telah dapat bertindak bebas dalam

melakukan perbuatan hukum serta sudah diperbolehkan menghadap di muka

Pengadilan tanpa seizin suami.

Dengan kata lain, orang yang tidak cakap tidak memenuhi syarat untuk

membuat perjanjian. Adapun orang yang tidak cakap menurut Pasal 1330 KUH

Perdata ialah:

a. Orang-orang yang belum dewasa; b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan; c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang,

dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.

d. Suatu hal tertentu mengarah kepada barang yang menjadi objek suatu perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUH Perdata, barang yang menjadi objek suatu perjanjian ini harus tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan. Misalnya jual beli beras sebanyak 100 kilogram adalah dimungkinkan asal disebutkan macam atau jenis dan rupanya, sedangkan jual beli beras 100 kilogram tanpa disebutkan macam atau jenis, warna dan rupanya dapat dibatalkan.

Suatu sebab yang halal merupakan syarat yang keempat atau terakhir agar

suatu perjanjian sah. Mengenai syarat ini, Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan

bahwa suatu perjanjian tanpa sebab atau perjanjian yang telah dibuat karena suatu

sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan. Dengan sebab (bahasa

Belanda oorzaak, bahasa Latin causa) ini dimaksudkan tiada lain daripada isi

perjanjian. Jadi, yang dimaksudkan dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian

adalah isi perjanjian tersebut.

Dua syarat yang pertama dinamakan syarat-syarat subjektif karena mengenai

orang-orang atau subjek-subjek yang mengadakan perjanjian. Dimana, syarat

subjektif adalah suatu syarat yang menyangkut pada subjek-subjek perjanjian itu atau

dengan perkataan lain, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang membuat

Page 25: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

perjanjian, hal ini meliputi kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya dan

kecakapan pihak yang membuat perjanjian. Sedangkan dua syarat yang terakhir

dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek

dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.

Setiap perjanjian semestinya memenuhi keempat syarat di atas supaya sah.

Perjanjian yang tidak memenuhi keempat syarat tersebut mempunyai beberapa

kemungkinan. Jika suatu perjanjian tidak memenuhi dua syarat yang pertama atau

syarat subjektif maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya

perjanjian dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak

cakap atau pihak yang telah memberikan sepakat secara tidak bebas. Sementara itu,

perjanjian yang tidak memenuhi syarat objektif mengakibatkan perjanjian itu batal

demi hukum (null and Void). Perjanjian semacam ini sejak semula dianggap tidak

pernah ada. Oleh karena itu, para pihak tidak mempunyai dasar untuk saling

menuntut.

Akibat perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian

disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan:

1. Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya.

2. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat

kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan

cukup untuk itu.

3. Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.

Dengan demikian, perjanjian yang dibuat secara sah yaitu memenuhi syarat-

syarat Pasal 1320 KUH Perdata berlaku sebagai Undang-undang bagi para pihak yang

membuat perjanjian. Artinya pihak-pihak harus mentaati isi perjanjian seperti mereka

Page 26: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

mentaati Undang-undang sehingga melanggar perjanjian yang mereka buat dianggap

sama dengan melanggar Undang-undang. Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat

pihak-pihak dan perjanjian tersebut tidak boleh ditarik kembali atau membatalkan

harus memperoleh persetujuan pihak lainnya.

Dalam hukum perjanjian dikenal berbagai asas. Arti asas secara etimologi

adalah dasar (“sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat”).12. Mahadi

menjelaskan bahwa asas adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai

dasar, sebagai tumpuan, sebagai tempat untuk menyandarkan, untuk mengembalikan

sesuatu hal, yang hendak dijelaskan.13

Apabila arti asas tersebut diartikan sebagai bidang hukum maka dapat

diperoleh suatu makna baru yaitu asas hukum merupakan dasar atau pikiran yang

melandasi pembentukan hukum positif. Dengan perkataan lain asas hukum

merupakan suatu petunjuk yang masih bersifat umum dan tidak bersifat konkrit

seperti norma hukum yang tertulis dalam hukum positif. Bellefroid memberikan

pengertian asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan

oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan yang lebih umum. Asas hukum

merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.14

Jadi pembentukan hukum sebagaimana yang dikatakan oleh Eikema Hommes

adalah “praktis berorientasi pada asas-asas hukum, dengan perkataan lain merupakan

dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif”.

15

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta, 1990, hlm. 52. 13 Mahadi., Falsafah Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, hlm. 119. 14 Sudikno Mertokusumo, Op. Cit, hlm. 32. 15 Ibid., hlm. 33.

. Oleh karena

sedemikian pentingnya asas hukum ini dalam suatu sistem hukum, maka asas hukum

ini lazim juga disebut sebagai jantungnya peraturan hukum, disebut demikian kata

Page 27: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Satjipto Rahardjo karena dua hal yakni, pertama, asas hukum merupakan landasan

yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan hukum itu

pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, sebagai alasan

bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum.16

Asas-asas hukum perjanjian itu, menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah

sebagai berikut:

17

1. Asas kebebasan berkontrak

Terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Undang-undang memperbolehkan membuat perjanjian berupa

dan berisi apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya.

Tujuan dari pembuat undang-undang menuangkan kebebasan berkontrak dalam

bentuk formal, sebagai suatu asas dalam hukum perjanjian adalah untuk

menghindari terjadinya kekosongan hukum dilapangan hukum perjanjian.

2. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan mengikatnya suatu perjanjian.

Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka

yang membuatnya sendiri seperti undang-undang, kedua belah pihak terikat oleh

kesepakatan dalam perjanjian yang mereka buat.

3. Asas Konsensualisme

Suatu perjanjian cukup adanya kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian

itu tanpa diikuti dengan perbuatan hukum yang lain.

16 Sajtipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 85. 17 Mariam Darus Badrulzaman, Sistem Hukum Perdata Nasional, Dewan Kerjasama Hukum

Belanda Dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Medan, 1987, hlm. 17.

Page 28: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

4. Asas Itikad Baik

Menurut Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, semua perjanjian itu harus

dilaksanakan dengan itikad baik.

5. Asas Kekuatan Berlakunya Suatu Perjanjian

Pada prinsipnya semua perjanjian itu hanya berlaku bagi pihak yang membuatnya

saja, tidak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga, diatur dalam Pasal 1315 dan Pasal

1340 KUH Perdata.

6. Asas Kepercayaan

Seseorang mengadakan perjanjian dengan pihak lain menumbuhkan kepercayaan

diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya atau

memenuhi prestasinya.

7. Asas Persamaan Hukum

Asas ini menempatkan para pihak dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan,

sehingga para pihak wajib menghormati satu sama lain.

8. Asas Keseimbangan

Asas ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan yang menghendaki kedua

belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu.

9. Asas Kepastian Hukum

Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai

undang-undang bagi para pihak.

10. Asas Moral

Terdapat dalam Pasal 1339 KUH Perdata, dalam asas ini terdapat faktor-faktor

yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum

berdasarkan pada moral-moral.

Page 29: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

11. Asas Kebiasaan

Asas ini terdapat dalam Pasal 1347 KUH Perdata, suatu perjanjian tidak hanya

mengikat untuk apa yang secara tegas diatur akan tetapi juga hal-hal yang dalam

keadaan dan kebiasaan yang lazim diikuti.

C. Berakhirnya Suatu Perjanjian

Di dalam KUH Perdata dapat ditemukan ketentuan tentang berakhirnya suatu

perjanjian. Secara khusus dalam Pasal 1381 disebutkan sepuluh cara untuk

mengakhiri perjanjian, yaitu:

1. Pembayaran

Pertama sekali harus disadari, sesuai dengan maksud undang-undang, pengertian

pembayaran dalam hal ini harus dipahami secara luas tidak boleh diartikan dalam

ruang lingkup yang sempit, seperti yang selalu diartikan oleh orang hanya terbatas

pada masalah yang berkaitan dengan pelunasan hutang semata-mata. Mengartikan

pembayaran hanya terbatas pada pelunasan hutang semata-mata tidaklah

selamanya benar. Karena ditinjau dari segi yuridis teknis, tidak selamanya mesti

berbentuk sejumlah uang atau barang tertentu bisa saja dengan pemenuhan jasa.

Atau pembayaran dengan bentuk tidak berwujud atau dengan immaterial.

Pembayaran prestasi dapat dilaksanakan dengan melakukan suatu prestasi.

Namun demikian masalah pembayaran ini salah satu alasan atau syarat untuk

timbulnya kewajiban melakukan pembayaran, disebabkan adanya perjanjian yang

mana hal ini harus didahului oleh tindakan hukum yang menimbulkan hubungan

hukum, misalnya hubungan hukum perjanjian jual beli.

Itulah sebabnya pembayaran tanpa hutang adalah merupakan sesuatu yang tidak

Page 30: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

dapat dipikirkan alasannya atau tidak beralasan sama sekali. Kecuali hal itu

berupa sedekah, sumbangan sukarela atau karena dorongan moral. Karena secara

yuridis, setiap pembayaran didahului dengan penetapan hutang. Maka pembayaran

hutang pada dasarnya adalah perwujudan dari hutang prestasi. Dengan

pembayaran prestasi perjanjian hapus dengan sendirinya.

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan. Cara ini

biasanya dilakukan jika kreditur menolak menerima pembayaran. Ini dimaksudkan

untuk menolong atau melindungi debitur yang ingin membayar, tetapi kreditur

tidak mau menerimanya.

3. Pembaharuan hutang (novatie)

Pembaharuan hutang berarti terjadi suatu perjanjian baru dengan maksud untuk

menggantikan atau menghapus perjanjian lama.

4. Perjumpaan hutang atau kompensasi

Perjumpaan hutang atau kompensasi adalah merupakan cara menghapuskan

hutang dengan memperhitungkan utang-piutang masing-masing pihak sehingga

salah satu perikatan menjadi hapus.

5. Percampuran hutang

Percampurang hutang terjadi jika kedudukan kreditur dan debitur menjadi satu,

maka terjadilah secara otomatis percampuran hutang, misalnya:

“Bila debitur menjadi ahli waris tunggal dari kreditur”.

“Bila seorang wanita juga seorang debitur kemudian menikah (kawin) dengan

kreditur dalam suatu percampuran hutang”.18

6. Pembebasan hutang

Pembebasan hutang ini adalah merupakan tindakan kreditur membebaskan

18 Abdulkadir Muhammad., Op. Cit, hlm. 144.

Page 31: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

kewajiban debitur memenuhi pelaksanaan perjanjian.

Masalah ini pada masa sekarang sungguh sangat sulit, hal ini disebabkan karena

ketatnya persaingan ekonomi pada masa sekarang, namun demikian bila kreditur

menyatakan bahwa debitur telah dibebaskan dari seluruh kewajiban pembayaran

hutang uang maka hapuslah hutang dari pada debitur.

Dengan demikian yang sangat dibutuhkan dalam pembebasan hutang ini ialah

adanya kehendak kreditur membebaskan kewajiban debitur untuk melaksanakan

pemenuhan perjanjian serta sekaligus menggugurkan perjanjian itu sendiri. Jadi

pembebasan hutang sebagai tindakan hukum tidak lain dari pernyataan kehendak

yang sepihak yaitu tindakan hukum sepihak yang timbul atau datang dari

pernyataan kehendak kreditur.

Akan tetapi walaupun pembebasan hutang dikategorikan sebagai tindakan hukum

sepihak tentu tidak melarang kemungkinan terjadinya pembebasan hutang

berdasarkan tindakan hukum kedua belah pihak. Malahan ditinjau dari segi teoritis

hakikat pembebasan hutang terjadi adanya tindakan hukum atas kehendak kedua

belah pihak. Umpamanya kreditur atas kehendak sendiri menyatakan pembebasan

hutang debitur. Dapat dilihat atas pembebasan yang dinyatakan kreditur tadi tentu

sekurang-kurangnya diperlukan juga pernyataan penerimaan pembebasan dari

pihak debitur. Dengan adanya penerimaan yang menyetujui pembebasan hutang

dari pihak debitur jelas nampak adanya tindakan hukum kedua belah pihak, yang

satu (kreditur) menyatakan kehendak pembebasan dan debitur dinyatakan

persetujuan menerima pembebasan. Tidak mungkin pernyataan pembebasan bisa

terlaksana tanpa persetujuan debitur, sekurang-kurangnya dibutuhkan penerimaan

debitur.

Page 32: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

7. Musnahnya barang yang terhutang

Jika barang yang menjadi objek suatu perjanjian musnah, maka perjanjian itu

menjadi hapus asal musnahnya barang itu bukan karena kesalahan si berhutang

dan dalam hal ini debitur harus membuktikannya.

8. Kebatalan atau pembatalan

Dikatakan suatu perjanjian batal demi hukum jika perjanjian itu tidak memenuhi

syarat objektif. Sedangkan terjadinya suatu pembatalan jika perjanjian tidak

memenuhi syarat subjektif, misalnya seorang anak yang belum dewasa

mengadakan perjanjian jual beli dengan orang dewasa, maka perjanjian itu dapat

dibatalkan oleh orang tuanya dengan alasan karena anaknya belum dewasa.

9. Berlakunya suatu syarat batal

Yang dimaksud dengan syarat batal adalah suatu syarat yang jika tidak dipenuhi,

maka perjanjian itu menjadi batal atau perjanjian itu tidak pernah ada. Ini biasanya

digantungkan pada suatu peristiwa yang terjadinya tidak tentu. Misalnya, saya

akan memberikan suatu sepeda motor kepadamu jika kamu lulus menjadi sarjana.

Berlakunya syarat batal yang merupakan salah satu cara untuk menghapuskan

suatu perjanjian dapat diberlakukan pada perjanjian bersyarat.

10. Lewat waktu (daluwarsa)

Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau dibebaskan dari suatu

perikatan dengan lewatnya waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan

oleh undang-undang.

Menurut Subekti, cara-cara di atas belum lengkap sebab masih ada cara-cara

lain yang tidak disebutkan, seperti berakhirnya suatu ketetapan waktu (termijn) dalam

suatu perjanjian atau meninggalnya salah satu pihak dalam beberapa macam

perjanjian, seperti meninggalnya seorang persero dalam suatu perjanjian firma dan

Page 33: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

pada umumnya dalam perjanjian-perjanjian dimana prestasi hanya dapat dilaksanakan

oleh si debitur sendiri dan tidak oleh orang lain.

Sementara itu menurut R. Setiawan, yang dimaksud dengan “pembayaran”

adalah setiap pelunasan perikatan. Jadi, misalnya pemenuhan persetujuan kerja oleh

buruh atau penyerahan barang oleh penjual. Pada umumnya dengan dilakukannya

pembayaran, perikatan menjadi hapus, tetapi adakalanya perikatannya tetap ada dan

pihak ketiga menggantikan kedudukan kreditur semula (subrogasi).

R. Setiawan menambahkan bahwa persetujuan dapat hapus karena hal-hal

berikut ini:

1. Hapusnya persetujuan ditentukan dalam persetujuan oleh para pihak. Misalnya,

persetujuan akan berlaku untuk waktu tertentu.

2. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu persetujuan. Misalnya,

menurut Pasal 1066 ayat (3) bahwa para ahli waris dapat mengadakan persetujuan

untuk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan pemecahan harta warisan.

Akan tetapi, waktu persetujuan tersebut oleh ayat (4) Pasal 1066 dibatasi

berlakunya hanya untuk lima tahun.

3. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya

peristiwa tertentu, persetujuan akan hapus. Misalnya jika salah satu meninggal

persetujuan menjadi hapus:

a. Persetujuan perseroan Pasal 1646 ayat (4);

b. Persetujuan pemberian kuasa Pasal 1813;

c. Persetujuan kerja Pasal 1603 j.

Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging). Opzegging dapat

dilakukan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak. Opzegging hanya ada

pada persetujuan-persetujuan yang bersifat sementara, misalnya:

Page 34: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Persetujuan kerja;

2. Persetujuan sewa-menyewa.

3. Persetujuan hapus karena putusan hakim.

4. Persetujuan hapus karena tujuan persetujuan telah tercapai.

5. Persetujuan hapus dengan persetujuan para pihak (herroeping).

Pengakhiran dapat terjadi, baik ketika tujuan sudah tercapai maupun ketika

tujuan belum atau tidak tercapai. Mengenai tujuan belum atau tidak tercapai, tetapi

perjanjian diakhiri, terjadi karena satu atau semua pihak tidak lagi mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan isi perjanjian.

D. Pengertian Wanprestasi

Jika ada pihak yang tidak melakukan isi perjanjian, pihak itu dikatakan

melakukan wanprestasi. Perkataan ini berasal dari bahasa Belanda yang berarti

prestasi buruk (bandingkan: wanbeheer yang berarti pengurusan buruk, wandaad

perbuatan buruk).

Wanprestasi dapat berupa 4 (empat) macam, yaitu:

1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; 2. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; 3. melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi terlambat; 4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.19

Menurut pendapat M. Yahya Harahap dalam bukunya segi-segi Hukum

Perjanjian, yang dimaksud dengan wanprestasi adalah “Pelaksanaan kewajiban yang

tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya”.

Kata “Tidak tepat pada waktunya dan tidak layak” apabila dihubungkan dengan

kewajiban merupakan perbuatan melanggar hukum. Pihak debitur sebagian atau

19 Subekti., Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996, hlm. 1.

Page 35: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

secara keseluruhannya tidak menempati ataupun berbuat sesuatu yang tidak sesuai

dengan isi perjanjian yang telah disepakati bersama.

E. Akibat Hukum Wanprestasi

Dalam keadaan normal perjanjian dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya

tanpa gangguan ataupun halangan. Tetapi pada waktu yang tertentu, yang tidak dapat

diduga oleh para pihak, muncul halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian tidak dapat

dilaksanakan dengan baik, faktor penyebab terjadinya wanprestasi oleh Abdulkadir

Muhammad diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu:

1. Faktor dari luar

Menurut Abdulkadir Muhammad, faktor dari luar adalah “peristiwa yang tidak

diharapkan terjadi dan tidak dapat diduga akan terjadi ketika perjanjian dibuat”.20

2. Faktor dari dalam diri para pihak

Menurut Abdulkadir Muhammad, faktor dari dalam diri para pihak merupakan

kesalahan yang timbul dari diri para pihak, baik kesalahan tersebut yang dilakukan

dengan sengaja ataupun karena kelalaian pihak itu sendiri, dan para pihak itu

sendiri, dan para pihak sebelumnya telah mengetahui akibat yang timbul dari

perbuatannya tersebut.

Hak kelalaian atau wanprestasi para pihak dalam perjanjian ini harus

dinyatakan terlebih dahulu secara resmi yaitu dengan memperingatkan kepada pihak

yang lalai, bahwa pihak kreditur menghendaki pemenuhan prestasi oleh pihak debitur.

Menurut undang-undang peringatan tersebut harus dinyatakan tertulis, namun

sekarang sudah dilazimkan bahwa peringatan itu dapat dilakukan secara lisan asalkan

20 Abdulkadir Muhammad,II, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,

Citra Aditya Bakti, 1992, hlm. 12.

Page 36: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

cukup tegas menyatakan desakan agar segera memenuhi prestasinya terhadap

perjanjian yang mereka perbuat.

Peringatan tersebut dapat dinyatakan pernyataan lalai yang diberikan oleh

pihak kreditur kepada pihak debitur. J. Satrio memperinci pernyataan lalai tersebut

dalam beberapa bentuk yaitu:

1. Berbentuk surat perintah atau akta lain yang sejenis. 2. Berdasarkan kekuatan perjanjian itu sendiri. Apabila dalam surat perjanjian telah

ditetapkan ketentuan : debitur dianggap bersalah jika satu kali saja dia melewati batas waktu yang diperjanjikan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong debitur untuk tepat waktu dalam melaksanakan kewajiban dan sekaligus juga menghindari proses dan prosedur atas adanya wanprestasi dalam jangka waktu yang panjang. Dengan adanya penegasan seperti ini dalam perjanjian, tanpa tegoran kelalaian dengan sendirinya pihak debitur sudah dapat dinyatakan lalai, bila ia tidak menepati waktu dan pelaksanaan prestasi sebagaimana mestinya.

3. Jika tegoran kelalaian sudah dilakukan barulah menyusul peringatan (aanmaning) dan biasanya juga disebut dengan sommasi. Dalam sommasi inilah pihak kreditur menyatakan segala haknya atas penuntutan prestasi kepada pihak debitur.21

Jadi dengan adanya pernyataan lalai yang diberikan oleh pihak kreditur kepada

pihak debitur, maka menyebabkan pihak debitur dalam keadaan wanprestasi, bila ia

tidak mengindahkan pernyataan lalai tersebut. Pernyataan lalai sangat diperlukan

karena akibat wanprestasi tersebut adalah sangat besar baik bagi kepentingan pihak

kreditur maupun pihak debitur. Dalam perjanjian biasanya telah ditentukan di dalam

isi perjanjian itu sendiri, hak dan kewajiban para pihak serta sanksi yang ditetapkan

apabila pihak debitur tidak menepati waktu atau pelaksanaan perjanjian.

Wanprestasi debitur dapat berupa empat macam kategori yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; 2. Melaksanakan apa yang diperjanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang

diperjanjikan; 3. Melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi terlambat; 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh untuk dilakukan.22

21 J. Satrio., Op. Cit, hlm. 41. 22 R. Subekti. Op. Cit, hlm. 45.

Page 37: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Debitur yang oleh pihak kreditur dituduh lalai, dapat mengajukan pembelaan

diri atas tuduhan tersebut. Adapun pembelaan debitur yang dituduh dapat didasarkan

atas tiga alasan, yaitu:

1. Mengajukan tuntutan adanya keadaan yang memaksa;

2. Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga wanprestasi;

3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti

rugi.23

Yang dimaksud pihak kreditur melepaskan haknya atas tuntutannya kepada

pihak debitur adalah bahwa pihak kreditur telah mengetahui bahwa ketika pihak

debitur mengembalikan barang yang diperjanjikan, pihak kreditur telah mengetahui

bahwa pengembalian barang sudah terlambat selama seminggu. Akan tetapi atas

keterlambatan tersebut pihak kreditur tidak mengajukan keberatan ataupun sanksi

maka terhadap debitur yang terlambat mengembalikan barang, dapat diartikan bahwa

pihak kreditur telah melepaskan haknya untuk pihak debitur yang telah nyata

wanprestasi.

Dalam Pasal 1338 KUH Perdata dinyatakan bahwa : “Semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Dari Pasal 1338 KUH Perdata di atas dapat ditarik suatu gambaran bahwa,

pada prinsipnya suatu perjanjian tidak dapat dibatalkan oleh sepihak, karena dengan

adanya pembatalan tersebut, tentunya akan menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya.

Pembatalan perjanjian hanya dapat dilakukan apabila diketahui adanya

kekhilafan ataupun paksaan dari salah satu pihak ketika membuat perjanjian.

Kekhilafan dan paksaan merupakan alasan yang dapat membatalkan perjanjian. Selain

itu juga penipuan yang dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak yang lainnya dalam

23 R. Wirjono Prodjodikoro., Op. Cit, hlm. 52.

Page 38: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

membuat perjanjian, dapat dijadikan sebagai alasan untuk dapat dibatalkannya suatu

perjanjian secara sepihak oleh salah satu pihak. Karena menurut Pasal 1320 KUH

Perdata suatu perjanjian yang tidak didasarkan kepada syarat subjektif perjanjian,

maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.

Meminta pembatalan perjanjian yang tidak memenuhi syarat subjektifnya

dapat dilakukan dengan cara :

1. Melakukan penuntutan secara aktif di muka Hakim atau Pengadilan

2. Dengan cara pembatalan yaitu menunggu pihak yang mengajukan pembatalan di

muka Hakim. Sehingga dengan adanya gugatan yang diajukan oleh pihak lawan

karena ia tidak memenuhi prestasi perjanjian, maka ia dapat mengajukan

pembelaan bahwa perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat subjektif yang

memungkinkan untuk dibatalkannya perjanjian tersebut.

Untuk penuntutan secara aktif sebagaimana yang disebutkan oleh undang-

undang, maka undang-undang mengatur pembatasan waktu penuntutan yaitu 5 tahun

di dalam perjanjian yang diadakan. Sebaliknya terhadap pembatalan perjanjian

sebagai pembelaan tidak ditetapkan batas waktunya. Hal ini sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan oleh Pasal 1454 KUH Perdata.

Penuntutan pembatalan akan diterima baik oleh hakim jika ternyata sudah ada

penerimaan baik dari pihak yang dirugikan, karena seorang yang sudah menerima

baik suatu kekurangan atau suatu perbuatan yang merugikan baginya, dapat dianggap

telah melepaskan haknya untuk meminta pembatalan. Akan tetapi apabila suatu

pembatalan terhadap perjanjian yang dilakukan secara sepihak tanpa disertai alasan

yang sah menurut hukum, maka pihak yang oleh pihak lain dibatalkannya

perjanjiannya dapat menuntut kerugian kepada pihak yang membatalkan perjanjian

tersebut secara sepihak, karena dengan adanya pembatalan yang dilakukan sepihak

Page 39: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

oleh salah satu pihak akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

Dalam hukum perjanjian pada dasarnya suatu syarat pembatalan perjanjian

selamanya berlaku surut hingga lahirnya perjanjian. Syarat batal adalah suatu syarat

yang apabila terjadi, akan menimbulkan akibat yaitu penghentian perjanjian dan

membawa segala sesuatu kembali seperti keadaan semula, seolah-olah tidak pernah

terjadi suatu perjanjian diantara kedua belah pihak. Berarti dengan adanya pembatalan

perjanjian akan menghapuskan segala kewajiban ataupun hak yang timbul dari

perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya.

Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak oleh salah satu pihak

tanpa disertai alasan yang sah, maka apabila perjanjian tersebut telah berlangsung

lama, pihak yang dirugikan atas pembatalan tersebut dapat mengajukan tuntutan ganti

rugi kepada pihak yang membatalkan perjanjian tersebut secara sepihak. Ganti rugi

yang diajukan oleh pihak yang dirugikan atas pembatalan yang sepihak tersebut

adalah dapat berupa biaya, rugi, maupun bunga atas kerugian yang dideritanya.

Namun apabila dalam pembatalan yang dilakukan secara sepihak terhadap

perjanjian yang mereka perbuat, sedangkan segala isi maupun ketentuan yang

tercantum di dalam perjanjian tersebut belum dilaksanakan sama sekali oleh kedua

belah pihak, maka dengan adanya pembatalan perjanjian tersebut oleh salah satu

pihak secara sepihak tidak menimbulkan akibat hukum apa-apa. Pembatalan

perjanjian tersebut hanya membawa para pihak pada keadaan semula yaitu keadaan

sebelumnya para pihak dianggap tidak pernah melakukan atau mengadakan perjanjian

diantara mereka.

Dengan demikian jelaslah bahwa suatu perjanjian hanya dapat dibatalkan

secara sepihak oleh salah satu pihak apabila tidak memenuhi syarat sah subjektif dari

suatu perjanjian. Pembatalan tersebut hanya dapat dilakukan dengan mengajukannya

Page 40: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

kepada pengadilan ataupun dengan pembelaan atau gugatan pihak yang akan

membatalkan perjanjian.

Terhadap perjanjian yang dibatalkan secara sepihak tanpa alasan yang sah,

dapat diajukan tuntutan kepada pihak yang membatalkannya selama perjanjian

tersebut telah berlangsung, sebaliknya apabila pembatalan secara sepihak tersebut

terjadi sebelum adanya pelaksanaan perjanjian maka pembatalan itu hanya membawa

pada keadaan semula yaitu keadaan yang dianggap tidak pernah terjadi perjanjian.

Dalam perjanjian, pernyataan keadaan wanprestasi ini tidaklah dapat terjadi

dengan sendirinya, akan tetapi harus terlebih dahulu diperlukan adanya suatu

pernyataan lalai atau sommatie yaitu suatu pesan dari pihak pemberi pekerjaan

borongan pada saat kapan selambatnya ia mengharapkan pemenuhan prestasi. Dari

pesan ini pula selanjutnya akan ditentukan dengan pasti saat mana seseorang berada

dalam keadaan wanprestasi atau ingkar janji tersebut, sehingga pihak yang

wanprestasi harus pula menanggung segala akibat yang telah merugikan pihak

lainnya.

Sebagai akibat timbulnya kerugian dari salah satu pihak tersebut, maka

undang-undang memberikan sesuatu hak baginya untuk menuntut diantara beberapa

hal yaitu:

1. Pemenuhan prestasi;

2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;

3. Ganti rugi;

4. Pembatalan perjanjian;

5. Pembatalan disertai ganti rugi.

Bentuk rugi tersebut di atas pada pelaksanaannya dapat diperinci dalam tiga

bentuk yaitu biaya, rugi dan bunga.

Page 41: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Menurut R. Setiawan disebutkan bahwa dalam Pasal 1246 KUH Perdata ganti

rugi terdiri dari dua faktor yaitu:

a. Kerugian yang nyata-nyata diderita; b. Keuntungan yang seharusnya diperoleh.

Kedua faktor tersebut dicakup dalam pengertian, biaya, kerugian dan bunga. Biaya

adalah pengeluaran-pengeluaran yang nyata, misalnya biaya Notaris, biaya perjalanan

dan seterusnya. Kerugian adalah berkurangnya kekayaan kreditur sebagai akibat dari

pada ingkar janji dan bunga adalah keuntungan yang seharusnya diperoleh kreditur

jika tidak terjadi ingkar janji.24

Dalam perjanjian ditentukan bahwa dalam hal terlambatnya salah satu pihak

untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan dalam jadwal waktu

yang telah ditentukan adalah merupakan salah satu bentuk dari wanprestasi.

Penentuan wanprestasi ini sendiri erat kaitannya dengan suatu pernyataan lalai yaitu

suatu pesan dari salah satu pihak untuk memberitahukan pada saat kapan selanjutnya

ia mengharapkan pemenuhan prestasi.

Dengan demikian sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan dalam penentuan

pernyataan wanprestasinya salah satu pihak adalah ketentuan batas pelaksanaan

kewajiban itu sendiri.

Keterlambatan melakukan kewajiban ini dapat juga terjadi dari bentuk

wanprestasi lainnya, seperti halnya melaksanakan kewajiban yang tidak sesuai dengan

apa yang telah diperjanjikan. Sementara bentuk wanprestasi ini juga harus dapat

dibedakan terhadap lalainya pihak kedua untuk tidak melakukan kewajiban sama

sekali, karena dalam hal demikian pihak kedua tidak dapat dianggap terlambat

memenuhi pelaksanaan prestasi. Sementara sanksi dalam hal pihak kedua melaksakan

24 R. Setiawan., Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 2.

Page 42: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

kewajiban sama sekali yang selanjutnya dapat dikategorikan menolak untuk

melaksanakan kewajiban, maka sebagai sanksinya pihak pertama berhak atas uang

jaminan yang diberikan oleh salah satu pihak.

BAB III

PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA SEBAGAI PERUSAHAAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik mulai ada di

wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun

kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di tanah pertapakan

kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di Jl. Listrik No. 8 Medan, dibangun oleh

NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan

kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927),

Sibolga (NV ANIWM) Brastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai tahun 1931

(milik Gemeente-Kotapraja), Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan

Perusahaan Listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan

perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera

Utara, Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi

pemerintahan tentera Jepang waktu itu.

Setelah proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, dikumandangkanlah

Page 43: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan Listrik diseluruh penjuru tanah air untuk

mengambil alih Perusahaan Listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan tentara

Jepang. Perusahaan Listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada Pemerintah

RI dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenal peristiwa ambil alih

itu, maka dengan Penetapan Pemerintah No. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 Oktober

sebagai Hari Listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana

yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 Oktober 1953

keluar surat Keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi

Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan Pasal 33

ayat (2) UUD 1945.

Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri Perusahaan

Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Sumatera Timur dan Tapanuli)

yang mula-mula dikepalai R. Sukarno (merangkap Kepala di Aceh), tahun 1959

dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT

No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan dirubah. Sumatera

Utara, Aceh, Sumbar dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I.

Tahun 1965, BPU PLN dibubarkan dengan Peraturan Menteri PU No.

9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah

kerja menjadi 15 Kesatuan Daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap menjadi

Eksploitasi I.

Dari Eksploitasi I menjadi Eksploitaasi II

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut,

maka dengan Keputusan Direksi PLN No. Kpts 009/DIRPLN/ 66 tanggal 14 April

1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang

Medan, Binjai, Sibolga, Cabang Pematang Siantar (berkedudukan di Tebing Tinggi).

Page 44: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

PP No. 18 Tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum

Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan,

menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik keseluruh Wilayah Negara RI.

Dalam SK Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi PLN

Eksploitasi II Sumatera Utara.

Eksploitasi II menjadi Wilayah II

Kemudian menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN

Eksploitasi menjadi PLN Wilayah. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II

Sumatera Utara.

Dari PERUM menjadi PERSERO

Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994

maka ditetapkan status PLN sebagai Persero. Adapun yang membelakangi perubahan

status tersebut adalah untuk mengantisipasi kebutuhan listrik yang terus meningkat

dewasa ini. Dizaman pada abad 21 nanti, PLN tidak dapat tidak, harus mampu

menghadapi tantangan yang ada. PLN mampu menggunakan tolak ukur Internasional,

dan harus mampu berswada tinggi, dengan manajemen yang berani transparan,

terbuka, disentralisasi, profit centre dan cost centre.

Untuk mencapai tujuan PLN meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

mendorong perkembangan industri pada PJPT II yang tanggung jawabnya cukup

besar dan berat, kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan instansi dan lembaga

yang terkait, perlu dibina dan ditingkatkan terus.

Pemisahan PT PLN (Persero) Wilayah II dan PT PLN (Persero) Pembangkit

dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara

Perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan

dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya

Page 45: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan

indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya.

Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera

Utara di masa-masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Syarat Keputusan No.

078.K/023/DIR/1966 Tanggal 9 Agustus 1966 dibentuk organisasi baru dibidang jasa

pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkit dan Penyaluran Sumatera

Bagian Utara.

Dengan pembentukan organisasi baru PLN Pembangkit dan Penyaluran

Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PLN Wilayah II, maka fungsi-fungsi

Pembangkit dan Penyaluran yang sebelumnya dikelola PLN Wilayah II berpidah

tanggung jawab pengelolaannya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut.

Sementara itu, PLN Wilayah II berkonsentrasi pada distribusi dan penjualan tenaga

listrik.

Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin

tersedianya tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga

yang wajar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil

dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

B. Sifat, Maksud dan Tujuan Perusahaan Umum Listrik Negara

Dalam Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia Tahun 1988 yang

sejalan dengan Undang-undang No. 15 Tahun 1985 tentang “Ketenagalistrikan”,

menyatakan bahwa pembangunan ketenagalistrikan (PLN) bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata serta mendorong

peningkatan kegiatan ekonomi, yang kemudian lebih diperluas lagi dengan

Page 46: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990 Pasal 5, yang tidak hanya

menerangkan tujuannya saja melainkan juga sifat dan maksud dari pembangunan

ketenagalistrikan (PLN) tersebut.

Sifat usaha PLN adalah menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum

dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Maksud didirikan PLN adalah untuk mengusahakan penyedia tenaga listrik

dalam jumlah dan mutu yang memadai dengan tujuan:

1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta

mendorong peningkatan kegiatan ekonomi;

2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pembangunan penyediaan

tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat;

3. Menjaga perintis kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.25

Lapangan usaha PLN sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Pemerintah ini yaitu

dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi dan terjaminnya keselamatan

kekayaan Negara, perusahaan menyelenggarakan penyedia tenaga listrik yang

meliputi kegiatan pembangkitan, transmisi dan distribusi sampai dengan titik

pemakaian.

Apabila kembali kita lihat bagaimanakah kedudukan PLN sebagai Perusahaan

Umum (setelah kita ketahui sejarah lahirnya PLN) bahwa PLN pada dasarnya tidak

diatur berdasarkan KUH Perdata dan juga tidak diatur berdasarkan KUH Dagang.

Akan tetapi PLN sebagai PERUM tunduk dan diatur secara tersendiri dalam berbagai

peraturan, yang terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990.

25 Ibid., hlm. 11.

Page 47: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

C. Modal Perusahaan Listrik Negara

Modal adalah merupakan bagian dari hak pemilik dalam perusahaan yaitu

selisih antara aktiva (harta) dan kewajiban (hutang) Perusahaan dan tidak merupakan

nilai jual suatu perusahaan.

Pada perusahaan negara, Modal Perusahaan merupakan kekayaan negara yang

dipisahkan, hal ini adalah sesuai dengan kedudukannya sebagai badan hukum, yang

harus mempunyai kekayaan sendiri terlepas dari kekayaan umum negara, dan dengan

demikian dapat dipelihara terlepas dari pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara.26

1. Modal disetor yaitu modal yang berupa uang tunai.

Seperti kita ketahui bahwa dalam mendirikan suatu perusahaan salah satu

syarat adalah dengan adanya penyetoran modal. Umumnya modal itu dapat dibagi

atas:

2. Modal ditempatkan yaitu modal suatu perusahaan yang dinilai berdasarkan aktiva

yang ada pada saat perusahaan didirikan.

Sehubungan dengan itu Perusahaan Listrik Negara yang bergerak dalam

bidang jasa pelayanan tenaga listrik, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun

1960, menyatakan bahwa Modal Perusahaan (PLN) adalah kekayaan negara yang

dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan tidak terbagi-

bagi atas saham-saham. Adapun besarnya modal perusahaan adalah sama dengan nilai

seluruh kekayaan negara yang telah tertanam dalam perusahaan, yang didasarkan pada

Penetapan Menteri Keuangan sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan

bersama oleh Departemen Keuangan dan Departemen yang bertanggung jawab dalam

bidang ketenagalistrikan.

26 C.S.T. Kansil., Op. Cit, hlm. 106.

Page 48: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Akan tetapi sebagaimana umumnya perusahaan dalam perkembangannya tentu

membutuhkan modal tambahan, akan halnya bagi PLN sebagai Perusahaan Negara

(PERUM) untuk memperoleh dana sebagai tambahan modal untuk memperluas

usahanya, yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dilakukan dengan

Peraturan Pemerintah. Tetapi Perusahaan (PLN) dapat juga menambah modalnya

dengan dana yang dibentuk dan dipupuk secara intern, yang diperoleh dari laba

perusahaan. Jadi pembelanjaan untuk investasi yang dilaksanakan oleh Perusahaan

(PLN) dapat berasal dari:

1. Dana intern perusahaan;

2. Penyertaan Negara melalui APBN;

3. Pinjaman dari dalam atau luar negeri;

4. Sumber-sumber lainnya yang sah.27

D. Organisasi Badan Kepengurusan PLN

Kepengurusan dalam suatu perusahaan (badan usaha) adalah hal yang penting

karena jalannya tergantung pada kebijaksanaan yang diambil oleh para pengurusnya,

dan terhadap kebijaksanaan pengurus akan selalu diawasi oleh para pemilik melalui

wakil-wakilnya yang duduk pada unsur pengawasan.

Pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) unsur pengurus (pelaksana) dan unsur

pengawas dalam organisasi PLN, secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Unsur Pimpinan

Perusahaan (PLN) dipimpin dan dikelola oleh suatu Direksi sebagai kesatuan yang

terdiri dari seorang Direktur Utama sebagai Pimpinan Umum Perusahaan dan para

27 Pasal 9 Peraturan Pemerintahan Nomor 17 Tahun 1990, tentang Perusahaan Umum Listrik

Negara.

Page 49: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Direktur yang membantu Direktur Utama dalam melaksanakan tugasnya.

Dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990, dinyatakan bahwa

Direksi atau Direktur Utama untuk dan atas nama Direksi menerima petunjuk-

petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada Menteri (Menteri yang bertanggung

jawab dalam bidang ketenagalistrikan) tentang kebijaksanaan umum untuk

menjalankan tugas-tugas perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Sedangkan pelaksanaan tanggung jawab adminitratif fungsional perusahaan

sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terhadap Pemerintah, dalam hal ini

Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagalistrikan, dan Menteri

Keuangan yang dilakukan oleh Direktur Utama atas nama Direksi.

Adapun tugas dan wewenang Direksi (sesuai dengan Pasal 15 Peraturan

Pemerintah No. 17 Tahun 1990) adalah sebagai berikut:

a. Memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan maksud dan

tujuan Perusahaan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan

hasil guna dari perusahaan;

b. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan;

c. Mewakili perusahaan didalam dan diluar Pengadilan;

d. Melaksanakan kebijsanaan umum dan mengurus perusahaan yang telah

digariskan oleh Menteri;

e. Menetapkan kebijaksanaan perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan umum

yang ditetapkan oleh Menteri;

f. Menyiapkan pada waktunya rencana kerja tahunan perusahaan lengkap dengan

anggaran keuangan;

g. Mengadakan dan memelihara tata buku dan administrasi perusahaan sesuai

dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu perusahaan;

Page 50: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

h. Menyiapkan susunan organisasi perusahaan lengkap dengan perincian

tugasnya;

i. Mengangkat dan memberhentikan Pegawai sesuai dengan Peraturan

Kepegawaian yang berlaku bagi perusahaan;

j. Menetapkan gaji, pensiun/jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi pegawai

serta mengatur semua hal kepegawaian lainnya, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

k. Memberikan segala keterangan tentang keadaan dan jalannya perusahaan, baik

dalam bentuk laporan tahunan, maupun laporan berkala menurut cara dan

waktu yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintahan ini serta setiap kali

diminta oleh Menteri;

l. Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan petunjuk Menteri.

2. Unsur Pengawas Utama

Unsur Pengawas Utama Perusahaan (PLN) adalah Satuan Pengawasan Intern

(SPI) yang bertugas melaksanakan fungsi operatif pengawasan perusahaan

didalam rangka tugas pokok perusahaan, perencanaan, koordinasi, pelaksanaan

operatif pengawasan, kontrol dan pembinaan ketatalaksanaan pengawasan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.28

28 Laporan Tahunan 1990/1991, Op, Cit., hlm. 8.

Adapun Pengawasan Intern Perusahaan (sebagaimana diatur dalam Pasal 38

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990) dilakukan oleh Satuan Pengawasan

Intern yang dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada

Direktur Utama. Satuan Pengawasan Intern bertugas membantu Direktur Utama

dalam mengadakan penilaian atas sistem pengendalian pengelolaan (manajemen)

dan pelaksanaannya pada perusahaan dan memberikan saran-saran perbaikannya.

Page 51: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Sebagai Aparat Pengawas Intern Perusahaan, SPI bertugas melaksanakan

kepengawasan pada seluruh unit satuan kerja di lingkungan perusahaan dengan 2

(dua) cara, yaitu : Pengawasan tak langsung dan pengawasan langsung, yang

hasilnya disampaikan/dilaporkan kepada Direktur Utama sebagai bahan

pengambilan keputusan. Pelaksanaan tindak lanjutnya dimonitor oleh SPI.

3. Unsur Pelaksanaan Utama

Unsur Pelaksanaan Utama PLN terdiri dari 5 (lima) Direktorat yaitu:

a. Direktorat Bina Program

Direktorat ini bertugas menyelenggarakan tatalaksana operatif di bidang

perencana investasi, pembinaan sistem informasi menejemen dan pembinaan

kegiatan-kegiatan penelitian dan penyelidikan, dalam rangka tugas PLN untuk

pengaturannya, pembinaan, pengembangan dan perusahaan tenaga listrik serta

menyusun program pelaksanaannya.

b. Direktorat Pembangunan

Direktorat ini bertugas menyelenggarakan tatalaksana operatif pembangunan

bidang listrik yang meliputi pengadaan perencanaan pelaksanaan,

pengendalian dan pengawasan proyek pembangunan serta pembinaan kegiatan

enjiniring.

c. Direktorat Pengusahaan

Direktorat ini bertugas menyelenggarakan tatalaksana operatif di bidang

pengusahaan tenaga listrik.

d. Direktorat Keuangan

Direktorat ini bertugas menyelenggarakan tatalaksana operatif di bidang

keuangan perusahaan.

Page 52: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

e. Direktorat Administrasi

Direktorat ini bertugas menyelenggarakan tatalaksana operatif di bidang

administrasi perusahaan, pelayanan teknis, pengelolaan kepegawaian dan

pembinaan organisasi, hubungan masyarakat, pembinaan usaha-usaha

keselamatan kerja dan keamanan/ketertiban, merumuskan peraturan

perundang-undangan serta memberikan pertimbangan dan bantuan hukum.

4. Unsur Penunjangan

Unsur-unsur penunjangan pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) terdiri dari :

a. PLN Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan (PPMK), yang mengembangkan

tugas pokok untuk menyelenggarakan dan membina usaha-usaha penelitian

dan pengembangan serta pemberian jasa-jasa teknik di bidang tenaga listrik

pada khususnya dan bidang energi pada umumnya.

b. PLN Pusat Pengembangan Menejemen (PPM), memiliki tugas pokok untuk

mengembangkan sistem menejemen agar PLN dapat mencapai sasaran-

sasarannya secara efektif dan efesien.

c. PLN Pusat Penyelidikan dan Latihan (Pusdiklat), memiliki tugas pokok untuk

menyelenggarakan pengembangan Pegawai melalui pendidikan dan latihan.

d. PLN Pusat Pelayanan Enjiniring (PPE), bertugas memberikan pelayanan

enjiniring kepada Direktorat-direktorat dan satuan organisasi PLN yang

bersangkutan.

5. Unsur Pelaksanaan Wilayah

Unsur Pelaksanaan Wilayah pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) terdiri dari :

a. Unsur PLN wilayah, terdiri dari 11 Satuan Administrasi diluar Jawa yang

bertugas menyelenggarakan pembangkitan, penyaluran dan pendistribusian

tenaga listrik.

Page 53: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

b. Unsur PLN distribusi, terdiri dari 4 Satuan Administrasi di Pulau Jawa yang

bertugas menyelenggarakan pendistribusian listrik.

c. Unsur PLN Pembangkitan dan Penyaluran, terdiri dari PLN Pembangkitan dan

Penyaluran Jawa bagian Barat serta PLN, Pembangkitan dan Penyaluran Jawa

Bagian Timur dan Bali. Unsur tersebut bertugas menyelenggarakan

pembangkitan dan pelayanan tenaga listrik.

d. Unsur PLN Pusat Pengatur Beban (PLB), bertugas untuk merencanakan dan

melaksanakan pengaturan operasi sistem jaringan interkoneksi dan terpadu

secara terpusat.

e. Unsur PLN Proyek Induk, adalah proyek yang bertugas menangani sejumlah

proyek pembangkitan sejenis, transmisi atau campuran dari keduanya terdapat

dalam suatu daerah kerja tertentu, yang dibentuk dan dibubarkan dengan Surat

Keputusan Direksi.

f. Unsur PLN Proyek Khusus adalah proyek pembangkit dan atau transmisi yang

dianggap dan dinilai oleh wilayah, Induk, yang dibentuk dan dibubarkan

dengan Surat Keputusan Direksi.

E. Pembinaan dan Pengawasan PLN Sebagai Perusahaan Umum

Dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor IV/MPR-RI/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara telah digariskan

suatu ketentuan bahwa pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur

pemerintah baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah sebagai aparatur

perekonomian negara dilakukan secara terus menerus agar dapat menjadi alat yang

Page 54: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

efisien, efektif, bersih dan berwibawa, sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas

umum pemerintahan dan menggerakkan pelaksanaan pembangunan secara lancar.29

1. Sebagai aparatur perekonomian negara, yaitu lembaga yang melaksanakan tugas-

tugas pemerintahan di bidang usaha negara. Dalam kedudukan ini perusahaan

milik negara adalah merupakan unsur dari kelembagaan pemerintahan dan tunduk

pada peraturan-peraturan di bidang tata pemerintahan, khususnya yang

bersangkutan dengan penguasaan dan pengurusan kekayaan negara, yang

dilimpahkan kepadanya sebagai modal atau penyertaan negara, baik yang

dipisahkan atau yang tidak dipisahkan.

Sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, Pemerintah telah

mengambil langkah-langkah untuk menertibkan dan menggolongkan Perusahaan-

perusahaan Negara dalam tiga bentuk yaitu : PERJAN, PERUM, dan PERSERO.

Sebagai langkah lanjut dari usaha-usaha penertiban dan penyempurnaan

penguasaan, pengurusan dan penyeragaman bentuk perusahaan milik negara tersebut,

maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983, yang dimaksudkan

untuk lebih meningkatkan, menertibkan dan menyeragamkan pembinaan serta

pengawasan perusahaan-perusahaan milik negara, satu dan lain agar dapat

melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan pendiriannya.

Sesungguhnya kedudukan Perusahaan Negara mempunyai dua faset, yakni:

2. Sebagai salah satu unsur didalam kehidupan perekonomian nasional disamping

perusahaan swasta dan koperasi. Dalam kedudukan ini perusahaan milik negara

merupakan subjek hukum yang dalam lalulintas hukum perekonomian dan hukum

29 Drs. C.S.T. Kansil, SH., Op. Cit., hlm.159.

Page 55: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

perikatan, hak dan kewajibannya disesuaikan dengan badan-badan hukum perdata

lainnya.30

Oleh karena itu lahirnya Peraturan Pemerintahan Nomor 3 Tahun 1983

tersebut di atas adalah menetapkan kekuasaan, wewenang, tugas, dan kewajiban dari

masing-masing instansi yang langsung berhubungan dengan pembinaan dan

pengawasan dalam rangka memantapkan pengelolaan PERJAN, PERUM dan

PERSERO.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai Perusahaan Umum (PERUM)

tentunya tidak terlepas dari maksud Peraturan Pemerintah tersebut. Pembinaan

terhadap PLN sebagai PERUM dilakukan oleh Menteri Pertambangan dan Energi,

yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Direktur Jenderal berdasarkan ketentuan-

ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi.

Sedangkan Pengawasan Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

1990, untuk itu dibentuk Dewan Pengawas yang bertanggung jawab kepada Menteri

Pertambangan dan Energi, dan Menteri dapat menetapkan lebih lanjut kewenangan

Direktur Jenderal sesuai dengan bidang kegiatan dalam rangka pembinaan terhadap

Dewan Pengawas. Dewan Pengawas bertugas untuk melaksanakan pengawasan

terhadap kelangsungan pengelolaan perusahaan (PLN) termasuk pelaksanaan rencana

kerja dan anggaran perusahaan.

Jadi Dewan Pengawas merupakan lembaga pengawasan dilingkungan PERUM

yang mewakili Menteri dalam melaksanakan pengawasan sehari-hari atas jalannya

perusahaan milik negara ini.

31

30 Ibid., hlm. 160. 31 Ibid., hlm. 171.

Page 56: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pengawasan dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990,

dinyatakan bahwa:

1. Menteri melakukan pengawasan umum atas jalannya perusahaan;

2. Pada perusahaan dibentuk Pengawas yang bertanggung jawab pada Menteri;

3. Dewan Pengawas melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku terhadap Perusahaan dan menjalankan

keputusan-keputusan dan petunjuk-petunjuk dari Menteri.

Dalam menjalankan tugasnya Dewan Pengawas (sesuai dengan Pasal 26

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990) berkewajiban:

1. Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri melalui Direktur Jenderal

mengenai rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta

perubahan/tambahannya dan laporan-laporan lainnya dari Direksi.

2. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan Anggaran Perusahaan serta

menyampaikan hasil penilaiannya kepada Menteri dengan tembusannya kepada

Direksi dan Direktur Jenderal.

3. Mengikuti perkembangan kegiatan Perusahaan dan dalam hal perusahaan

menunjukkan gejala kemunduran, segera melaporkannya kepada Menteri dengan

tembusan kepada Direktur Jenderal, dengan disertai saran mengenai langkah

perbaikan yang harus ditempuh.

4. Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri dengan tembusan kepada

Direktur Jenderal dan kepada Direksi mengenai setiap masalah lainnya yang

dianggap penting bagi pengelolaan perusahaan.

5. Memberikan laporan kepada Menteri dan Menteri Keuangan secara berkala

(triwulan dan tahunan) serta pada setiap waktu yang diperlukan mengenai

perkembangan Perusahaan dan hasil pelaksanaan tugas Badan Pengawas.

Page 57: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

6. Melakukan tugas-tugas pengawasan lain yang ditentukan oleh Menteri.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Badan Pengawas (Pasal 28

Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990) mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. Melihat buku-buku dan surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa

keadaan kas (untuk keperluan verifikasi) dan memeriksa kekayaan perusahaan.

2. Memasuki pekarangan-pekarangan, gedung-gedung dan kantor-kantor yang

dipergunakan oleh perusahaan.

3. Meminta penjelasan-penjelasan dari Pemimpin Perusahaan mengenai segala

persoalan yang menyangkut pengelolaan perusahaan.

4. Meminta Direksi dan atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direksi untuk

menghadiri rapat Badan Pengawas.

5. Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal

yang dibicarakan.

6. Melakukan hal-hal yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalan peraturan

pendirian perusahaan.

Dewan Pengawas Perusahaan Umum Listrik Negara sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1990, terdiri dari unsur pejabat

Departemen teknis yang bersangkutan, Departemen Keuangan dan

Departemen/Instansi lain yang kegiatannya berhubungan dengan PERUM, PLN, atau

pejabat lain yang diusulkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi dengan

memperhatikan pertimbangan Menteri Keuangan. Salah seorang anggota Dewan

Pengawas PERUM PLN diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas tersebut.

Keanggotaan Dewan Pengawas PERUM pada hakikatnya mencerminkan

Page 58: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

wewenang pengawas dari pemerintah c,q. Menteri/Pejabat yang bersangkutan, sesuai

dengan bidangnya.32

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN

PEMAKAIAN ARUS LISTRIK PADA PLN CABANG MEDAN

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian

Dalam hukum perlindungan konsumen terdapat prestasi-prestasi yang akan

dijalankan para pihak. Prestasi ini berupa hak dan kewajiban yang timbul akibat

adanya perikatan para pihak. Hak dan kewajiban ini merupakan kewajiban timbal

balik dari para pihak. Dimana terdapat hak pada salah satu pihak maka akan

melahirkan kewajiban dipihak lain.

Dalam rangka melindungi kepentingan Konsumen, dapat dilihat dalam Pasal 8

Undang-undang No. 8 Tahun 1999, yakni memberikan larangan kepada pelaku usaha

dalam melaksanakan kegiatan produksi dan perdagangan barang atau jasa yaitu:

32 Ibid, hlm. 173.

Page 59: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan satndar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi atau netto dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.

3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.

4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang atau jasa tersebut.

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang atau jasa tersebut.

6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etika, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang atau jasa tersebut.

7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tersebut.

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label.

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang.

10. Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Secara garis besar larangan yang dikenakan dalam Pasal 8 Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 dapat dibagi kedalam dua larangan yaitu:

1. Larangan mengenai produk itu sendiri yang tidak memenuhi syarat dan standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan oleh konsumen.

2. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar dan tidak akurat yang menyesatkan konsumen.

Undang-undang tentang perlindungan konsumen tidak hanya mencantumkan

hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen melainkan juga hak-hak dan kewajiban-

kewajiban dari pelaku usaha.

Dalam perjanjian penyambungan atau pemakaian arus listrik terdapat hak dan

kewajiban sebagaimana yang terdapat pada pelaku usaha dan konsumen lain. Menurut

ketentuan Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

disebutkan bahwa konsumen memiliki hak:

Page 60: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.

2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakannya.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa dan perlindungan konsumen secara patut.

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur serta tidak

diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila

barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

9. Hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.

Selain hak konsumen dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen juga

diatur tentang kewajiban konsumen yang diatur dalam Pasal 5 UUPK, yaitu:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; 3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara

patut. Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai

keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen maka pelaku usaha

memiliki hak, yakni:

1. Mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beritikad baik.

2. Menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang dipergunakan.

3. Melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

4. Rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang diperdagangkan.33

Sebagaimana konsekuensi dari hak konsumen yang telah diuraikan maka

pelaku usaha dibebankan kewajiban sebagai berikut:

33 Zumrotin K. Susilo., Penyambungan Lidah Konsumen, YLKI, Jakarta, 1996, hlm. 3.

Page 61: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, jujur serta tidak diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku.

5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba barang dan jasa serta memberi jaminan atas barang yang dibuat atau diperdagangkan.

6. Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan.34

Dalam hal pengaturan hak konsumen listrik sebelumnya telah diatur dalam

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan. Namun sejak tahun

2004 undang-undang tersebut telah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi sehingga

kekosongan hukum tersebut kembali kepada Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985.

Tidak hanya dalam UUPK, hak konsumen juga diatur dalam undang-undang

ketenagalistrikan. Beberapa pasal didalam Undang-undang Ketenagalistrikan yang

berhubungan langsung dengan kepentingan konsumen, antara lain:

1. Penyelenggaraan usaha ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin tersedianya

tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata

serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.

2. Konsumen tenaga listrik memiliki hak untuk:

a. Mendapat pelayanan yang baik;

b. Mendapatkan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan

yang baik;

c. Memperoleh tenaga listrik dengan harga wajar;

34 Shidarta., Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, 2000, hlm. 28.

Page 62: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

d. Mendapatkan pelayanan untuk perbaikan jika ada gangguan tenaga listrik;

e. Mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan

dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin usaha penyedia tenaga

listrik, sesuai syarat yang diatur dalam perjanjian tenaga listrik.

Selain hak, konsumen listrik juga berkewajiban untuk:

1. Melaksanakan pengamanan terhadap instalasi ketenagalistrikan; 2. Menjaga keamanan instalasi ketenagalistrikan; 3. Memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya; 4. Membayar uang langganan atau harga tenaga listrik sesuai ketentuan atau

perjanjian; 5. Konsumen tenaga listrik bertanggung jawab apabila karena kelalaiannya

mengakibatkan kerugian pada pemegang izin usaha penyedia tenaga listrik.

B. Perjanjian Baku Dalam Pemakaian Arus Listrik Antara PLN dan Pelanggan

Dalam era globalisasi, pembakuan syarat-syarat perjanjian merupakan mode

yang tidak dapat dihindari. Bagi pengusaha mungkin ini merupakan cara mencapai

tujuan ekonomi yang efesien, praktis dan cepat.

Pelaksanaan klausula baku di Indonesia tidak semata-mata diserahkan kepada

para pengusaha, melainkan juga harus disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila yang

menjadi dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dijabarkan dalam

berbagai peraturan perundang-undangan.

Setelah terjadi revolusi industri di Eropa Barat pada abad ke-19, kebutuhan

perjanjian standar makin berkembang. Jumlah transaksi perdagangan makin mengikat,

konsentrasi modal makin besar, sehingga penggunaan kontrak-kontrak baku makin

mendesak. Pada abad ke-20 pembakuan syarat-syarat perjanjian makin meluas.

Terjadilah penumpukan modal besar pada kelompok golongan ekonomi kuat yang

disebut kapitalis. Golongan kapitalis ini muncul sebagai pihak pengusaha yang

menyediakan jasa menawarkan produksi atau jasa mereka kepada masyarakat

Page 63: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

konsumen. Sehingga konsumen hanya dihadapkan pada dua pilihan.

Dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku, artinya tidak ada

blanko yang kosong tetapi hanya merupakan sejenis pengumuman atau pemberitahuan

kepada yang bersangkutan yang mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut. Contoh

dokumen bukti perjanjian ialah pelanggan (konsumen), nota pesanan, nota pembelian,

tiket pengangkutan dan lain sebagainya.

Pada perjanjian standar, format perjanjian tersebut dibakukan, artinya

ditentukan model, rumusan dan ukurannya sehingga tidak dapat diganti, diubah atau

dibuat dengan cara lain karena sudah dicetak dalam format perjanjian sedemikian

rupa. Model perjanjian dapat berupa blanko naskah perjanjian lengkap atau blanko

formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat perjanjian, atau dokumen bukti

perjanjian yang memuat syarat-syarat baku. Biasanya syarat-syarat perjanjian

dirumuskan secara rinci dengan menggunakan nomor-nomor atau pasal-pasal yang

disebut klausula-klausula perjanjian.

Ada sebagian klausula-klausula yang dirumuskan sedemikian rupa yang

mengandung istilah-istilah yang sangat sulit dipahami oleh kaum awam dalam waktu

singkat, sedangkan ukuran kertas perjanjian ditentukan menurut model, rumusan, isi

perjanjian, bentuk huruf dan angka yang dipergunakan. Syarat-syarat perjanjian

tersebut yang merupakan pernyataan kehendak ditentukan sendiri secara sepihak oleh

pengusaha atau organisasi pengusaha. Hal ini dapat diketahui melalui format

perjanjian yang sudah siap dipakai.

Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat perjanjian yang disodorkan

kepadanya, maka ditandatanganilah perjanjian tersebut. Tetapi jika konsumen tidak

setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang disodorkan tersebut maka ia tidak dapat

menawar syarat-syarat yang sudah dibakukan tersebut. Menawar syarat-syarat baku

Page 64: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

berarti menolak perjanjian. Pilihannya cuma menerima atau menolak.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, tujuan perjanjian standar dibuat oleh

pengusaha karena jelas memberikan keuntungan berupa:

1. Efesien biaya, waktu dan tenaga; 2. Praktis karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir atau blanko

yang siap diisi dan ditandatangani; 3. Penyelesaian cepat karena konsumen hanya menyetujui dan menandatangani

perjanjian yang disodorkan kepadanya; 4. Homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang banyak.35

Selanjutnya disebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh pihak pengusaha

mengakibatkan kerugian bagi pihak konsumen, yaitu:

1. Tidak dapat menawar atau menghilangkan klausula-klausula dalam perjanjian standar tersebut.

2. Sebahagian isi atau klausula-klausula dalam perjanjian standar mungkin tidak dimengerti oleh konsumen, yang sering tidak dijelaskan oleh pengusaha pada waktu perjanjian tersebut ditandatangani.36

Jika konsumen membutuhkan produksi atau jasa yang ditawarkan kepadanya,

maka ia harus menyetujui perjanjian tersebut dengan syarat-syarat standar yang

disodorkan dengan sebutan “take it”. Jika konsumen tidak menyetujui syarat-syarat

standar yang ditawarkan tersebut, ia menolak mengikatkan diri dalam perjanjian

dengan pengusaha yang bersangkutan. Dalam bahasa inggris diungkapkan dengan

sebutan “leave it”.

Dalam hubungan ini, perjanjian baku artinya perjanjian yang menjadi tolak

ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang

mengadakan hubungan dalam perjanjian baku adalah meliputi model, rumusan dan

ukuran.37

35 Ibid., hlm. 34. 36 Ibid., hlm. 35. 37 Abdulkadir Muhammad,II., Op. Cit, hlm. 6.

Page 65: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Perjanjian standar atau klausula baku timbul sesuai dengan perkembangan

kebutuhan masyarakat. Tuntutan masyarakat akan efesien dan kepraktisan

mengakibatkan pemakaian perjanjian standar terus mengalami perkembangan.

Menurut Pasal 18 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 disebutkan tentang

ketentuan pencantuman klausula baku yaitu:

(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak menyerahkan kembali

barang yang dibeli konsumen; c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan dan lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak dan bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.

(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.

(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undang ini.

Menurut hasil wawancara penulis dengan salah satu Pegawai PT. PLN Cabang

Medan disebutkan bahwa :

Perjanjian antara PLN dengan konsumen sebelumnya telah dipersiapkan oleh pelaku usaha dalam bentuk formulir, dan seorang konsumen dapat langsung

Page 66: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

menandatangani perjanjian tersebut, yang artinya bahwa konsumen itu menerima isi perjanjian tersebut. Isi dari perjanjian itu akan mengikat konsumen untuk tidak berbuat sesuatu atau dapat berbuat sesuatu yang diperbolehkan oleh pelaku usaha serta bentuk sanksi dari pelanggaran atas kesalahan dari konsumen tersebut.38

C. Wanprestasi dan Tanggung Jawab Para Pihak dalam Terjadinya Kelalaian

Dengan demikian perjanjian antara pelaku usaha (PT. PLN) dengan konsumen

adalah berbentuk perjanjian baku artinya bahwa konsumen tidak ikut serta dalam

pembuatan perjanjian tersebut.

Dalam perjanjian penggunaan arus listrik antara PT. PLN dengan konsumen

tidak ada disebutkan dengan tegas tentang wanprestasi yang dilakukan oleh

perusahaan PT. PLN. Dalam perjanjian tersebut hanya disebutkan tentang kewajiban-

kewajiban yang harus dilakukan oleh PT. PLN yaitu:

1. Menyediakan tenaga listrik.

2. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

3. Memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum.

4. Membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga-tenaga listrik dari

pusat-pusat pembangkitan, jaringan-jaringan transmisi dan distribusi milik

perusahaan, sesuai dengan norma-norma yang sehat di bidang industri dan niaga.

5. Merencanakan atau merumuskan dan mengusulkan rencana peraturan-peraturan

untuk selanjutnya diajukan kepada Menteri guna mendapatkan keputusan dan

penetapannya, sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, berupa peraturan

pelaksanaan dari ketentuan mengenai pembangkitan, transmisi dan distribusi

38 Wawancara dengan Ari Irawan, Pegawai bagian Keuangan dan Administrasi PT. PLN

Cabang Medan.

Page 67: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

tenaga listrik beserta penggunaannya sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 15 Tahun 1985.

6. Merencanakan, menentukan dan melaksanakan rencana pembangunan di bidang

listrik, sesuai dengan kebijaksanaan cq. Keputusan pemerintah dan turut serta

dalam pembuatan-pembuatan rencana umum untuk perkembangan ekonomi dan

ketahanan nasional yang menyangkut kebijaksanaan umum di bidang tenaga

listrik.

7. Mendirikan bengkel-bengkel untuk reperasi alat-alat tenaga listrik,

menyelenggarakan jasa-jasa antara lain pemeliharaan dan pembelian yang dapat

digunakan pihak ketiga.

8. Membangun dan menyelenggarakan pusat-pusat pembangkitan jaringan-jaringan

di waktu-waktu yang akan datang termasuk pembelian yang diperlukan sesuai

dengan norma-norma yang sehat di bidang industri dan niaga.

9. Bertanggung jawab atas kebijakan kelistrikan, melakukan:

a. Pengelolaan serta pengembangan kelistrikan;

b. Penetapan penggunaan sumber daya energi untuk pengembangan kelistrikan;

c. Pengaturan, pengesahan dan pemberian izin peruntukan, penggunaan,

penyediaan dan pengusahaan kelistrikan;

d. Pengaturan dan penetapan bentuk-bentuk dan cara-cara penyelenggaraan

usaha-usaha di bidang kelistrikan, baik untuk kemanfaatan umum maupun

untuk keperluan sendiri;

e. Penetapan harga listrik untuk kemanfaatan umum;

f. Hal-hal lain yang berkenaan dengan kebijaksanaan kelistrikan.

Dalam perjanjian tersebut jika pihak PT. PLN tidak melaksanakan

kewajibannya, maka PT. PLN dikatakan telah wanprestasi dan diwajibkan

Page 68: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

memberikan ganti rugi kepada pelanggan sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Nomor 15 Tahun 1985.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi pelanggan pemakaian arus

listrik yaitu kepada pelanggan haruslah menurut prosedur dan tata cara yang telah

ditetapkan di dalam Surat Edaran PT. PLN (Persero) Nomor 68 K/010/DIR/2000,

selanjutnya pihak PLN akan meneliti berkas permohonan tersebut, apakah telah sesuai

atau tidak dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Apabila calon pelanggan telah

memenuhi segala persyaratan yang telah ditentukan, maka pihak PT. PLN (Persero)

akan melakukan penyambungan arus listrik kepada pihak pemohon.

Adapun prosedur izin penyambungan arus listrik yang diatur pada buku

pedoman dan petunjuk Surat Edaran PT. PLN (Persero) Nomor 68 K/010/DIR/2000

adalah sebagai berikut:

1. Permintaan sambungan baru.

Peminta (pemohon) datang sendiri keperusahaan PT. PLN (Persero) melalui

fungsi pelayanan langganan PT. PLN (Persero) di kantor PT. PLN (Persero) yang

bersangkutan. Peminta dimohon untuk mengisi formulir tata usaha langganan I-01

(TUL.I-01) yang telah tersedia di loket serta membubuhkan tanda tangannya.

2. Permintaan melalui surat.

Permintaan yang melalui surat, petugas fungsi pelayanan langganan harus

membuat formulir tata usaha langganan I-01 (TUL.I-01) berdasarkan dengan surat

yang diterima dari kepala cabang kemudian diberi nomor urut 1.a.

3. Permintaan menunggu penyelesaian.

Formulir tata usaha langganan I-01 (TUL.I-01) dibuat dalam rangkap tiga dan

pada hari yang bersangkutan, yakni:

Page 69: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

a. Aslinya dikirim kepada kepala cabang untuk mendapatkan persetujuan atau

dikirim langsung kebagian teknik untuk ditinjau kemungkinan teknisnya.

b. Lembaran kedua dimasukkan dalam arsip permintaan yang menunggu

penyelesaian.

c. Lembaran ketiga diberikan kepada peminta. Pada waktu petugas pelayanan

langganan mengirim lembar pertama kepada kepala cabang atau bagian teknis

(dalam buku expedisi), tanggal pengiriman dicatat pada lembar kedua. Dua

kali seminggu wajib diperiksa arsip ini pegawai senior (Kepala seksi, oleh

seorang yang ditunjuk untuk hal ini), agar tidak terjadi keterlambatan-

keterlambatan, fungsi pelayanan langganan dengan bagian teknik bersama-

sama menyelesaikannya.

4. Permintaan yang dikabulkan atau diizinkan.

Setelah formulir tata usaha I-01 (TUL.I-01) lembar pertama dikembalikan dari

Kepala cabang kepada bagian, selanjutnya peminta diberitahu dengan

mengirimkan surat izin penyambungan melalui pos atau menyampaikannya

kepada peminta sewaktu ia datang ke fungsi pelayanan. Surat izin penyambungan

disiapkan oleh fungsi sekretariat dengan rangkap 3 (tiga), setelah ditandatangani

oleh kepala cabang. Lembar pertama disampaikan pada pemohon, lembar kedua

bersama-sama dengan formulir I-01 (TUL.I-01). Lembar pertama dikembalikan

kepada bagian pelayanan langganan sedangkan lembar ketiga disimpan sebagai

arsip di sekretariatan PT PLN (Persero). Bentuk dan redaksi surat izin tersebut

dibuat secara seragam oleh kantor distribusi atau wilayah, yang berisikan antara

lain, daya yang tersedia, biaya penyambungan, uang jaminan langganan, juga

anjuran kepada peminta untuk menghubungi instalasi yang diakui sah oleh PLN

setempat. Lembar pertama formulir I-01 (TUL.I-01) dan surat izin lembar kedua

Page 70: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

oleh pelayanan langganan bersama-sama lembar kedua formulir I-01 (TUL.I-01)

diarsipkan di dalam arsip permintaan yang menunggu penyelesaian.

5. Permintaan yang ditolak.

Bilamana hasil pemeriksaan ternyata tidak memenuhi syarat-syarat

penyambungan, maka fungsi sekretariat akan membuat surat penolakan

ditandatangani oleh kepala cabang maka lembar pertama formulir I-01 (TUL.I-01)

dikirim kembali ke bagian pelayanan langganan, yang selanjutnya

menggabungkannya dengan lembar kedua yaitu surat izin dan digabungkan

kedalam arsip permintaan yang ditolak, sedangkan lembaran yang ketiga dari surat

penolakan merupakan arsip kesekretariatan PT. PLN (Persero).

6. Permintaan yang menunggu pembayaran.

Yang dimaksud permintaan yang menunggu pembayaran adalah permintaan

dimana instalasi yang telah dipasang oleh instalatir yang sah dan telah diperiksa

oleh PT. PLN (Persero), tetapi pemohon belum membayar biaya penyambungan

dan uang jaminan langganan. Semua surat-surat permintaan ini beserta

lampirannya diarsipkan dengan arsip permintaan yang menunggu pembayaran.

7. Permintaan yang diluluskan.

Permintaan yang diluluskan adalah permintaan dari pemohon yang telah

menyelesaikan uang jaminan langganan dan biaya penyambungan pada PT. PLN

(Persero). PT. PLN (Persero) mengeluarkan surat perintah kerja sambungan rumah

dan perubahan data langganan (PDL) tetapi penyambungannya masih dalam

proses teknis. Surat-surat sehubungan dengan permintaan ini akan dimasukkan ke

dalam arsip permintaan yang diluluskan.

8. Permintaan yang digugurkan.

Page 71: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Jika dalam waktu yang telah ditentukan oleh PT PLN (Persero) pada surat izin

penyambungan, peminta tidak menyelesaikan pembayaran biaya penyambungan

dan uang jaminan langganan maka permintaan menjadi gugur. Surat permintaan

beserta lampirannya dimasukkan kedalam permintaan yang digugurkan oleh PT.

PLN (Persero).

9. Sambungan yang diberikan.

Bilamana penyambungan telah dilaksanakan oleh bagian teknik, maka surat

permintaan beserta lampirannya dan lain-lainnya dimasukkan ke dalam arsip

sambungan yang diberikan.

10. Permintaan Perubahan Daya:

Formulir ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan dipergunakan untuk melayani

langganan yang menghendaki penambahan, penurunan daya dan perubahan tarif.

a. Permintaan tambahan daya. Prosedur ini sama dengan pemasangan baru arus

listrik dengan catatan bahwa setiap catatan yang masuk perlu diperiksa oleh

bagian teknik untuk mengetahui apakah instalasi yang ada perlu direvisi atau

tidak.

b. Permintaan turun daya. Formulir I-01 (TUL.I-01) diisi dalam rangkap 3 (tiga).

Lembaran ketiga diberikan kepada langganan. Lembaran kedua dijadikan arsip

dan lembar pertama tidak kirimkan kepada bagian teknik tetapi dibuatkan

dalam Perubahan Data Langganan (PDL) setelah syarat-syarat dipenuhi.

c. Permintaan perubahan tarif. Formulir TUL.I-01 dibuat dalam rangkap 3 (tiga).

Lembaran ketiga diberikan kepada pemohon. Lembaran ini dipergunakan

untuk proses peninjauan tempat langganan dan penentuan pelanggan

tergantung dari hasil peninjauan yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero).

Prosedur ini disamakan dengan permintaan pemasangan baru arus listrik.

Page 72: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Dalam keadaan normal perjanjian dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya

tanpa gangguan, tanpa halangan, sehingga pelaksanaan perjanjian termasuk perjanjian

penyambungan arus listrik pada PT. PLN (Persero) lancar atau tidak terhalang

sehingga tidak menimbulkannya tuntutan dari salah satu pihak.

Dalam hal tidak terlaksananya perjanjian sebagaimana mestinya, terhadap

kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam perjanjian yang diadakan oleh para pihak

inilah yang disebut dengan wanprestasi.

”Dalam perjanjian penyambungan (pemakaian) arus listrik pada PT. PLN

(Persero) mungkin saja dapat terjadi wanprestasi yang disebabkan oleh faktor

kelalaian. Seorang pelanggan baru dapat dinyatakan wanprestasi telah adanya

pernyataan lalai dari pihak PT. PLN (Persero)”.39

1. Berbentuk surat perintah atau akta lain yang sejenis.

Adapun mengenai bentuk pernyataan lalai ini, sesuai dengan ketentuan Pasal

1238 KUH Perdata, dapat berupa:

2. Berdasarkan kekuatan perjanjian itu sendiri.

Apabila dalam surat perjanjian telah ditetapkan ketentuan debitur telah dianggap

bersalah jika satu kalipun debitur melewati batas waktu yang diperjanjiakan. Hal

ini dimaksudkan untuk mendorong debitur tepat melaksanakan kewajiban dan

sekaligus pula untuk menghindarkan proses dan prosedur. Dengan adanya

penegasan seperti ini dalam perjanjian, tanpa penegoran kelalaian, dengan

sendirinya debitur atau pelanggan pemakai arus listrik sudah berada dalam

keadaan lalai bila ia tidak melaksanakan prestasi tepat pada waktunya.

39 Hasil Wawancara Dengan Ari Irawan., Pegawai Bagian Keuangan dan Administrasi PT.

PLN Cabang Medan.

Page 73: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

3. Jika tegoran kelalaian sudah dilakukan barulah menyusul peringatan dan biasanya

juga sommasi.

Sommasi berarti peringatan agar debitur melaksanakan kelalaian yang telah disampaikan kreditur kepadanya. Dalam sommasi inilah kreditur menyatakan kehendaknya, perjanjian harus dilaksanakan dalam batas waktu yang tertentu. Tentu adalah lumrah untuk memberi batas waktu yang benar-benar menurut kelayakan sesuai dengan berat ringannya objek prestasi yang hendak dilaksanakan. Kalau demikian jelaslah fungsi pernyataan lalai tiada lain dari tegoran atau pemberitahuan tentang kelalaian debitur tentang pelaksanaan perjanjian sesuai dengan batas waktu yang telah diperjanjikan.40

1. Pengenaan biaya keterlambatan;

Dalam kontrak penyambungan arus listrik antara pihak PT. PLN (Persero)

dengan pelanggan, yang sering digunakan oleh pihak PT. PLN (Persero) untuk

menyatakan bahwa pihak pelanggan dalam keadaan wanprestasi adalah pernyataan

lalai yang telah ditentukan bagi pihak pelanggan di dalam kontrak penyambungan

arus listrik telah ditentukan bahwa apabila pihak pelanggan tidak memenuhi

ketentuan-ketentuan yang telah diperjanjikan dinyatakan lalai dengan sendirinya, baik

tanpa atau dengan surat peringatan.

Perjanjian penyambungan arus listrik pada PT. PLN (Persero) biasanya telah

ditetapkan dalam suatu bentuk perjanjian yang dibuat oleh PT. PLN (Persero) adalah

perjanjian baku. Di dalam perjanjian tersebut telah ditetapkan hak dan kewajiban para

pihak dan sanksi bagi para pihak apabila pihak pelanggan lalai akan perjanjiannya.

Sanksi atas pelanggaran tersebut dapat berupa :

2. Tagihan susulan; 3. Pemutusan sementara; 4. Pemutusan rampung; 5. Pembatalan perjanjian jual beli tenaga listrik; 6. Bentuk-bentuk sanksi lainnya yang dinyatakan dalam perjanjian jual beli

tenaga listrik. Pihak pelanggan tidak dapat berbuat apapun dalam menentukan isi dari

perjanjian. Apabila ia setuju dengan isi perjanjian penyambungan kontrak arus listrik,

40 Ibid.

Page 74: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

maka pelanggan tinggal menandatangani perjanjian tersebut. Apabila pelanggan

merasa tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian penyambungan

arus listrik dari PT. PLN (Persero), maka pelanggan tidak perlu menandatangani

perjanjian tersebut. Bila konsumen tidak menandatangani perjanjian, maka tidak ada

ikatan antara PT. PLN (Persero) dan pelanggan.

Biasanya dalam perjanjian baku, pihak pelanggan merupakan pihak yang

lemah karena segala ketentuan yang dibuat dalam perjanjian adalah keseluruhannya

berasal dari insiatif pihak PT. PLN (Persero) sebagai kreditur, pihak pelanggan hanya

tinggal menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap perjanjian yang diadakan oleh

pihak pelanggan dan pihak PLN.

Untuk menghindari salah penafsiran dalam menafsirkan segala ketentuan yang

tercantum di dalam isi perjanjian, maka pihak pelanggan harus melakukan beberapa

langkah antara lain:

1. Jika kata-kata suatu perjanjian dapat diberikan berbagai macam penafsiran maka haruslah diselidiki maksud kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut, dari pada memegang teguh arti kata-kata menurut huruf.

2. Jika suatu perjanjian berisikan dua macam pengertian, maka harus dipilih pengertian sedemikian rupa yang memungkinkan janji tersebut dapat dilaksanakan, dari pada memberikan pengertian yang tidak memungkinkan suatu perjanjian dilaksanakan.

3. Jika kata-kata dapat memberikan dua macam pengertian, maka harus dipilih pengertian yang paling selaras dengan sifat perjanjian.

4. Apa yang meragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan di negeri atau dimana tempat perjanjian dilaksanakan.

5. Semua janji diartikan dalam hubungan satu sama lain, tiap janji harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian keseluruhannya.

6. Jika ada keraguan-keraguan, maka suatu perjanjian harus ditafsirkan atas kerugian orang yang telah dimintakan perjanjian sesuatu hal dan untuk kepentingan keuntungan orang yang telah mengikatkan dirinya untuk itu.41

Dengan adanya perjanjian baku dalam kontrak penyambungan arus listrik pada

PT. PLN (Persero), maka pelanggan dengan sendirinya telah berada dalam keadaan

41 Ibid.

Page 75: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

wanprestasi, apabila pelanggan tidak mentaati segala ketentuan yang tercantum di

dalam perjanjian tersebut maupun melewati batas waktu yang telah ditetapkan dalam

perjanjian.

Dalam kontrak penyambungan arus listrik yang dilaksanakan oleh pihak PT.

PLN (Persero) Cabang Medan dengan pelanggan, bentuk wanprestasinya lebih

dikhususkan lagi dengan adanya Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 68

K/010/DIR/2000 Tentang Tagihan Susulan pemakaian tenaga listrik secara tidak sah.

Di dalam Surat Edaran ini telah ditentukan secara khusus mengenai bentuk

wanprestasi yang dapat terjadi dilakukan oleh pihak pelanggan.

Dengan demikian, Surat Edaran Nomor 68 K/010/DIR/2000 tentang tagihan

susulan terhadap pemakaian tenaga listrik secara tidak sah, telah tegas menentukan

bahwa seorang pelanggan telah melakukan sesuatu hal yang menyebabkan dirinya

dalam keadaan wanprestasi, sesuai pelanggaran yang dilakukan olehnya.

Apabila pihak PT. PLN (Persero) menyatakan pihak pelanggan telah dalam keadaan wanprestasi, karena tidak memenuhi prestasi yang telah ditetapkan dan atau lewat batas waktu yang telah ditentukan dalam kontrak penyambungan arus listrik. Pernyataan tersebut dapat juga didahului dengan adanya tegoran yang dilakukan oleh pihak PT. PLN (Persero).42

Apabila pelanggan sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih

janjinya untuk memenuhi prestasinya, maka jika ia tetap berada dalam keadaan lalai

Suatu perjanjian atau tegoran boleh dilakukan secara lisan, asal cukup tegas

menyatakan desakan kepada pihak pelanggan supaya memenuhi prestasinya dewasa

ini dilakukan dengan secara tertulis. Begitu pula terhadap peringatan dan tegoran yang

telah diberikan oleh pihak PT. PLN (Persero) kepada pihak pelanggan biasanya

dilakukan secara tertulis dengan surat tercatat.

42 Ibid.

Page 76: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

atau alpa untuk memenuhi prestasinya terhadap pihak PT. PLN (Persero), maka pihak

pelangan sudah dapat dinyatakan wanprestasi atas pelanggaran yang dilakukannya.

Selain pelanggan, pihak PT. PLN (Persero) dapat juga dinyatakan lalai atau wanprestasi apabila ia tidak memenuhi prestasi atau pun kewajibannya yang telah ditetapkan dalam kontrak penyambungan arus listrik. Bentuk wanprestasi dari pihak PT. PLN (Persero) dapat berupa tidak menyediakan daya listrik yang dimintakan oleh pihak pelanggan.43

Tagihan susulan yang dibebankan oleh pihak PT. PLN (Persero) terhadap para pelanggan adalah tidak sama. Hal ini dengan bentuk atau golongan pelanggaran yang dilakukan oleh pihak konsumen. Bertambah besar pelanggaran yang telah dilakukan oleh konsumen maka semakin besar pula tagihan susulan yang ditetapkan pihak PT. PLN (Persero).

Di dalam pergaulan masyarakat sering dilakukan perbuatan-perbuatan hukum

oleh para subjek hukum. Manusia sebagai subjek hukum sering mengadakan

hubungan hukum dengan subjek hukum lainnya. Salah satu kebutuhan tersebut adalah

mengenai pemakaian arus listrik, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut para

subjek hukum haruslah mengadakan hubungan dengan pihak PT. PLN (Persero)

dengan merealisasikan dengan bentuk suatu kontrak penyambungan arus listrik.

Dalam hubungan hukum ini sering terjadi salah satu pihak atau pihak

pelanggan melakukan wanprestasi, yang merugikan pihak PT. PLN (Persero). Akibat

wanprestasi tersebut pihak PT. PLN (Persero) dapat melakukan atau meminta ganti

rugi. Ganti rugi disini tidaklah sama dengan ganti rugi yang diatur dalam KUH

Perdata, karena secara khusus bentuk ganti rugi atas wanprestasinya konsumen telah

ditetapkan dalam Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 68 K/010/DIR/2000

yang menetapkan bahwa bentuk ganti rugi tersebut berupa tagihan susulan.

44

Daya kedapatan adalah jumlah daya dari permeter listrik lampu pijar dan

pelepasan gas serta alat-alat listrik lainnya yang terpasang maupun yang dilihat dari

43 Ibid. 44 Ibid.

Page 77: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

letak dan keadaannya dapat dianggap akan atau sudah dipakai, yang kedapatan

ditempat pelanggaran pada waktu diadakan pemeriksaan dan kesemuanya dijadikan

dan/atau dijalankan dan/atau dinyalakan hingga aliran listrik terputus dengan cara

sebagai berikut :

1. Regu pemeriksaan PT. PLN (Persero) dengan disaksikan oleh pelanggan atau

wakilnya menjalankan atau menyalakan secara bertahap (dimulai dari yang

memakai daya terbesar) semua motor listrik, alat-alat listrik serta lampu pijar dan

atau pelepasan gas yang terpasang sehingga aliran listrik terputus.

2. Jika sesudah motor listrik, alat-alat listrik dan lampu pijar juga belum terputus,

maka dilanjutkan dengan cara bertahap menjalankan atau menyalakan semua

motor listrik, alat-alat listrik, dan lampu pijar yang kedapatan tidak terpasang

ditempat pelanggaran (yang dilihat dari dekat dan keadaannya dapat diduga akan

atau sudah dipakai).

3. Jika semua motor listrik, alat-alat listrik serta lampu pijar dan atau pelepasan gas

baik yang terpasang maupun yang tidak terpasang sudah dijalankan atau

dinyalakan dan aliran listrik dan lampu pijar serta pelepasan gas, baik yang

terpasang maupun tidak terpasang dianggap sebagai daya kedapatan oleh PT. PLN

(Persero).

4. Dalam hal pelanggaran tersebut dilakukan oleh bukan pelanggan, maka daya yang

kedapatan adalah jumlah dari semua motor listrik, alat-alat listrik dan lampu pijar

atau pelepasan gas baik yang terpasang maupun yang tidak terpasang, yang

kedapatan di rumah atau ditempat pelanggaran (yang dilihat dari keadaan maupun

letaknya dapat dianggap akan atau sudah dipakai).

Dengan demikian dari segi Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 68

K/010/DIR/2000, apabila pelanggan melakukan pelanggaran pemakaian arus listrik

Page 78: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

dengan melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ditetapkan oleh pihak PT. PLN

(Persero) dalam pemakaian arus listrik menurut golongan pelanggarannya maka akan

timbul akibat hukum tertentu, yakni dalam hal ini pihak PT. PLN (Persero) berhak

atas :

1. Melakukan pemutusan sambungan aliran listrik yang bersangkutan seketika itu juga.

2. Menuntut ganti rugi berupa tagihan susulan sesuai dengan golongan pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggaran atau atas pemakaian tenaga listrik tersebut ditambah dengan biaya lainnya (biaya penggantian, biaya perbaikan) akibat kerusakan yang timbul, karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggar.45

Besarnya tagihan susulan ditetapkan menurut macam pelanggaran yang

dilakukan. Penyambungan kembali akan dilakukan jika tagihan susulan tersebut telah

dilunasi.

Pelanggar sehubungan tindakan pelanggaran pemakaian tenaga listrik dapat

diklasifikasikan atas dua :

1. Si pelanggar yang berkedudukan sebagai pelanggan PT. PLN (Persero).

2. Si pelanggar yang berkedudukan bukan sebagai pelanggan PT. PLN (Persero).

Jika pelanggar adalah pelanggan pada PT. PLN (Persero), maka apabila ia telah memenuhi kewajibannya yaitu ganti rugi berupa tagihan susulan maka pihak PT. PLN (Persero) akan menyambungkan kembali aliran listrik yang terputus sementara tersebut. Sebaliknya jika pelanggar bukanlah pelanggan pada PT. PLN (Persero), maka PT. PLN (Persero) tidak akan melakukan penyambungan kembali arus listrik yang telah terputus tersebut. Untuk mendapatkan kembali sambungan arus listrik yang terputus, si pelanggar harus mengajukan permohonan izin penyambungan arus listrik baru kepada PT. PLN (Persero).46

Jika dikaitkan dengan ketentuan KUH Perdata, maka tindakan yang dilakukan

oleh pelanggar merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum, tindakan tersebut

membawa akibat kerugian bagi pihak PT. PLN (Persero), khususnya pada PT. PLN

45 Ibid. 46 Ibid.

Page 79: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Cabang Medan. Oleh karenanya pihak PT. PLN (Persero) berhak menuntut ganti rugi

kepada pelanggar tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa pada dasarnya

Keputusan Direksi PT. PLN Nomor 68 K/010/DIR/2000 mengatur perihal ganti rugi

yang diakibatkan oleh suatu perbuatan melawan hukum dengan melakukan pencurian

arus listrik. Adapun Keputusan Direksi PT. PLN Nomor 68 K/010/DIR/2000

mengatur secara khusus mengenai ganti rugi akibat pemakaian arus listrik yang

melawan hukum. Dalam hal ini Keputusan Direksi PT. PLN Nomor 68

K/010/DIR/2000 merupakan Lex Specialis sehingga dapat mengenyampingkan

ketentuan umum yang berlaku di dalam KUH Perdata yang mengatur perihal ganti

rugi khususnya pada Pasal 1365 KUH Perdata.

Jadi jika ketentuan mengenai wanprestasi pihak konsumen yang melanggar

pemakaian arus listrik belum diatur tentang ganti rugi secara khusus dalam peraturan

PT. PLN (Persero), maka berlaku ketentuan yang diatur dalam KUH Perdata.

Jadi jelaslah bahwa diadakannya kontrak pemakaian arus listrik antara pihak

PT. PLN (Persero) dengan pelanggan maka akan timbul hak-hak dan kewajiban

diantara kedua belah pihak, antara lain pihak PT. PLN (Persero) wajib menyediakan

tenaga listrik pada pelanggan dan sebaliknya pelanggan berhak untuk mendapatkan

atau mempergunakan arus listrik yang dimaksud sesuai dengan kebutuhannya.

D. Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dengan Konsumen

Dalam realita kontrak atau perjanjian yang telah disepakati bersama tersebut

sering disalah gunakan oleh pihak planggan. Artinya, pihak pelanggan sering

melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam pemakaian arus listrik.

Page 80: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Pelanggaran pemakaian arus listrik pihak pelanggan tentunya dapat

menimbulkan kerugian bagi pihak PT. PLN (Persero). Untuk menghindari terjadinya

kerugian tersebut, maka pihak PT. PLN (Persero) dapat mengupayakan suatu hal bagi

penyelesaian pelanggaran pemakaian arus listrik yang dilakukan oleh pelanggan.

Bila salah satu dari pelanggan arus listrik pada PT. PLN (Persero) Cabang

Medan pada saat mengajukan permohonan penyambungan atau pemasangan daya arus

listrik memohon daya sebesar 1000 KwH. Atas dasar permohonan tersebut maka

pihak PT. PLN (Persero) akan mengabulkan permohonan tersebut, sekaligus

menyambungkan daya sebesar 1000 KwH kepada pihak pelanggan yang mengajukan

permohonan daya tersebut.

Jika pada saat dilakukan operasi pemeriksaan aliran listrik sebagai upaya

untuk mencari pelanggar pemakai arus listrik oleh Team OPAL (Operasi Penertiban

Aliran Listrik). Bila terbukti pelanggan menggunakan daya listrik tidak sebagaimana

yang disepakati sesuai kontrak yang diadakan yaitu daya yang kedapatan ternyata

lebih besar dari daya yang terpasang semula, maka pelanggar telah melakukan

perbuatannya yang melanggar ketentuan kontrak perjanjian serta di dalam Surat

Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor 68 K/010/DIR/2000 tentang pemakaian

tenaga listrik tidak sah.

Atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh pelanggan, pihak PT. PLN

(Persero) melalui Team OPAL memberitahukan hal pelanggaran tersebut kepada

pihak pelanggan yang menggunakan daya arus listrik melebihi kapasitas yang tersedia

tanpa seizin PT. PLN (Persero). Pemberitahuan tersebut disampaikan dengan Surat

panggilan yang intinya memerintahkan pelanggan untuk menghadap pimpinan PT.

PLN (Persero) Cabang Medan.

Page 81: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Kehadiran pelanggan yang melanggar ketentuan pemakaian arus listrik adalah

sangat berarti, guna membicarakan perihal pelanggaran yang dilakukan oleh pihak

pelanggan.

Pihak pelanggan yang melanggar ketentuan PT. PLN (Persero), diwajibkan

untuk membayar tagihan susulan tersebut dengan jenis pelanggaran yang telah

diberitahukan kepadanya. Selama tagihan susulan yang dibebankan oleh PT. PLN

(Persero) terhadap pelanggar, belum dibayar oleh pelanggar tersebut maka pihak PT.

PLN (Persero) Cabang Medan berhak untuk memutuskan aliran listrik yang

tersambung pada rumah, bangunan, tempat terjadinya pelanggaran, hotel, yang

dimiliki oleh pelanggar untuk sementara waktu.

Apabila pihak pelanggan tidak mampu melakukan pembayaran tagihan

susulan sekaligus, maka pihak PT. PLN (Persero) setelah bermusyawarah dengan

pihak pelanggan akan memberikan kelonggaran pada pelanggan yang melanggar

tersebut, adalah dengan memperbolehkan pihak pelanggar untuk membayar tagihan

susulan secara angsuran atau bertahap dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak. Pihak PT. PLN (Persero) akan menetapkan batas waktu yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak. Pihak PT. PLN (Persero) akan menetapkan batas

waktu pembayaran tagihan susulan yaitu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sejak

ditetapkannya pembayaran tagihan susulan kepada pihak pelanggan.

Apabila tagihan susulan karena suatu dan lain hal tidak dilunasi oleh pelanggar

maka pihak PT. PLN (Persero) akan melakukan tindakan sebagai berikut :

1. Pihak PT. PLN (Persero) akan melakukan penyambungan kembali arus listrik

yang telah terputus.

2. Jika tagihan susulan tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 (dua) bulan, maka

sambungan arus listrik akan dibongkar dengan ketentuan bahwa penyambungan

Page 82: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

kembali akan dilayani sebagai sambungan baru dengan memperhitungkan dengan

Biaya Penyambungan Baru.

3. Bila pelanggar bukan pelanggan maka melalui Pengadilan Negeri persoalannya

diajukan sebagai tindak pidana pencurian.

Apabila dikaitkan dengan ketentuan KUH Perdata, maka tindakan yang

dilakukan oleh pelanggar merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum.

Perbuatan melanggar hukum tersebut tentunya membawa kerugian bagi pihak PT.

PLN (Persero). Oleh sebab itu wajar apabila pihak PT. PLN (Persero) menuntut ganti

rugi kepada pelanggar. Walaupun bentuk ganti rugi yang ditetapkan oleh pihak PT.

PLN (Persero) merupakan bentuk ganti rugi yang bersifat lex specialis (khusus), yang

mengenyampingkan bentuk ganti rugi yang diatur secara umum di dalam Pasal 1365

KUH Perdata. Bentuk ganti rugi yang ditetapkan oleh pihak PT. PLN (Persero)

merupakan bentuk ganti rugi yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi PT.

PLN (Persero) Nomor 68 K/010/DIR/2000.

Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa upaya hukum yang dapat

ditempuh oleh pihak PT. PLN (Persero) dalam menyelesaikan masalah pelanggaran

pemakaian arus listrik pelanggan adalah dengan jalan musyawarah terlebih dahulu.

Dengan musyawarah tersebut sedapat mungkin PT. PLN (Persero) akan memberikan

kelonggaran-kelonggaran sanksi kepada pelanggan yang pelanggaran pemakaian arus

listrik.

Kelonggaran-kelonggaran tersebut baru dapat diberikan apabila diantara kedua

belah pihak telah mencapai kata mufakat dalam musyawarah tersebut. Apabila tidak

tercapai kata mufakat, maka kedua belah pihak akan menempuh jalur hukum dengan

mengajukan sengketa tersebut ke Pengadilan. Pengajuan tersebut diharapkan untuk

mencapai penyelesaian sengketa dengan adil dan seimbang.

Page 83: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 84: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah

ditarik kesimpulan :

1. Bahwa kewajiban PT. PLN (Persero) di dalam perjanjian pemakaian arus listrik

adalah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat, memperhatikan

keselamatan kerja dan keselamatan umum. Sedangkan kewajiban pihak pelanggan

adalah membayar iuran rekening bulanan, membayar denda apabila pembayaran

rekening listrik bulanan sudah melampaui batas atau lewat waktu.

2. Bahwa dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku, yang artinya

tidak ada blanko yang kosong tetapi hanya merupakan sejenis pengumuman atau

pemberitahuan kepada yang bersangkutan yang mengikatkan diri dalam perjanjian

tersebut. Contoh dokumen bukti perjanjian ialah pelanggan (konsumen), nota

pesanan, nota pembelian, tiket pengangkutan dan lain sebagainya. Dengan

demikian perjanjian antara pelaku usaha (PT. PLN) dengan konsumen adalah

berbentuk perjanjian baku artinya bahwa konsumen tidak ikut serta dalam

pembuatan perjanjian tersebut.

3. Bahwa dalam kontrak penyambungan arus listrik antara pihak PT. PLN (Persero)

dengan pelanggan, yang sering digunakan oleh pihak PT. PLN (Persero) untuk

menyatakan bahwa pihak pelanggan dalam keadaan wanprestasi adalah

pernyataan lalai yang telah ditentukan bagi pihak pelanggan di dalam kontrak

penyambungan arus listrik telah ditentukan bahwa apabila pihak pelanggan tidak

memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah diperjanjikan dinyatakan lalai dengan

sendirinya, baik tanpa atau dengan surat peringatan.

Page 85: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Akan tetapi, dalam perjanjian penyambungan (pemakaian) arus listrik pada PT.

PLN (Persero) mungkin saja dapat terjadi wanprestasi yang disebabkan oleh

faktor kelalaian. Seorang pelanggan baru dapat dinyatakan wanprestasi telah

adanya pernyataan lalai dari pihak PT. PLN (Persero). Dalam perjanjian tersebut

jika pihak PT. PLN tidak melaksanakan kewajibannya, maka PT. PLN dikatakan

telah wanprestasi dan diwajibkan memberikan ganti rugi kepada pelanggan

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985.

4. Bahwa upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pihak PT. PLN (Persero) dalam

menyelesaikan masalah pelanggaran pemakaian arus listrik pelanggan adalah

dengan jalan musyawarah terlebih dahulu. Dengan musyawarah tersebut sedapat

mungkin PT. PLN (Persero) akan memberikan kelonggaran-kelonggaran sanksi

kepada pelanggan yang pelanggaran pemakaian arus listrik.

Kelonggaran-kelonggaran tersebut baru dapat diberikan apabila diantara kedua

belah pihak telah mencapai kata mufakat dalam musyawarah tersebut. Apabila

tidak tercapai kata mufakat, maka kedua belah pihak akan menempuh jalur hukum

dengan mengajukan sengketa tersebut ke Pengadilan. Pengajuan tersebut

diharapkan untuk mencapai penyelesaian sengketa dengan adil dan seimbang.

B. Saran

Saran-saran yang penulis dapat ajukan dari kesimpulan di atas sebagai berikut

:

1. Memberantas atau mencegah pencurian arus listrik dengan cara lebih

meningkatkan pengawasan dan pengontrolan pemakaian arus listrik kepada

pelanggan serta meningkatkan staf serta karyawan PLN untuk lebih disiplin dan

jujur dalam menjalankan pengawasan dan pengontrolan.

Page 86: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

2. Masyarakat agar tidak segan-segan untuk melaporkan kepada kepolisian bila

melihat adanya gejala-gejala tidak baik yang dapat menjurus kepada atau ke arah

terjadinya kriminalitas seperti pencurian arus listrik agar dapat secara cepat

mencegah terjadinya kejahatan ditengah-tengah masyarakat.

3. Agar tidak terjadi persengketaan antara pihak pelanggan dengan pihak PT. PLN

(Persero) maka kedua belah pihak harus mematuhi semua perjanjian yang telah

disepakati.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku:

Page 87: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

Abdulkadir Muhammad, II., Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, 1992. Badrulzaman, Mariam Darus., Sistem Hukum Perdata Nasional, Dewan Kerjasama Hukum Belanda Dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Medan, 1987. Harahap M Yahya., Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1992. Mahadi., Falsafah Hukum Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989. Naja HR Daeng., Contrant Drafting, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. Patrik Purwahid., Pembahasan Perkembangan Hukum Perjanjian, Makalah Seminar Nasional Asosiasi Pengajar Hukum Perdata/Dagang, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1990. Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986. Projodikoro R Wirjono ., Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Penerbit Sumur, Bandung, 1995. Satrio.J., Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1998. Setiawan R., Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Jakarta, 1990. Shidarta., Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, 2000. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996. Subekti.R dan Tjitrosudibio.R., Terjemahan KUH Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994. Tulus Abadi dan Sudaryatmo., Memahami Hak dan Kewajiban Anda Sebagai Konsumen Listrik, YLKI, Jakarta, 2004. Susilo Zumrotin K., Penyambungan Lidah Konsumen, YLKI, Jakarta, 1996. Peraturan Perundang-undangan: Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985, Tentang Ketenagalistrikan. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990, tentang Perusahaan Umum Listrik Negara.

WAWANCARA

Page 88: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

1. Dalam perjanjian pemakaian arus listrik, kapan pelanggan dinyatakan

wanprestasi?

RESPONDEN

BAPAK ARI IRAWAN, SH., SEBAGAI STAF KEPEGAWAIAN BAGIAN

KEUANGAN DAN ADMINISTRASI, SELAKU PIHAK PLN

Jawab : Pelanggan dinyatakan wanprestasi apabila pelanggan telah melanggar

salah satu ketentuan dalam perjanjian penyambungan arus listrik. Misalnya, tidak melunasi tagihan listrik (terlambat membayar rekening listrik).

2. Apakah pihak PLN juga dapat dikatakan wanprestasi?

Jawab : Dalam perjanjian arus listrik pada daya kecil, tidak ada dinyatakan bahwa

pihak PLN dapat dikatakan wanprestasi, dalam perjanjian tersebut pelangganlah yang dapat dikatakan wanprestasi, karena dasar wanprestasi adalah perjanjian. Begitu juga halnya dalam perjanjian arus listrik daya besar, tidak ada dinyatakan bahwa pihak PLN dapat dikatakan wanprestasi.

Akan tetapi dalam isi perjanjian pemakaian arus listrik daya besar, dalam Pasal 19 ada ketentuan bahwa “segala yang belum/kurang dalam perjanjian ini dapat dibuat Amandemen/Addendum dengan persetujuan kedua belah pihak”. Dengan kata lain, bisa saja didalam perjanjian yang lain pelanggan membuat ketentuan tentang apabila wanprestasinya ada pada pihak PLN.

3. Apakah pihak PLN dapat menuntut ganti rugi kepada pelanggan yang telah

melakukan wanprestasi?

Jawab : Sesuai dengan isi perjanjian yang telah disetujui oleh pelanggan maka

pihak PLN dapat menuntut ganti rugi kepada pelanggan apabila pelanggan yang bersangkutan telah melakukan suatu wanprestasi, misalnya keterlambatan dalam pembayaran rekening listrik. Dalam hal ini, sebagaimana yang telah ditetapkan PT. PLN (Persero) maka pelanggan akan mendapat surat pemberitahuan pemutusan sementara aliran listrik dari pihak PLN dan dikenakan sanksi membayar Biaya Keterlambatan (BK) untuk setiap bulan keterlambatannya sesuai Tarip Dasar Listrik yang berlaku, dari jumlah perlembar rekening setiap bulan keterlambatan pembayaran rekening.

Page 89: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

4. Tindakan apa yang dilakukan oleh pihak PLN terhadap pelanggan yang telah

melakukan wanprestasi dalam pemakaian arus listrik?

Jawab : Tindakan yang dilakukan PLN adalah berupa PPTL (Penertiban

Penggunaan Tenaga Listrik) terhadap pelanggan, apabila tidak dilunasi juga maka akan dikenakan tagihan susulan atau denda. Bisa juga dilakukan OPAL (Operasi Penertiban Aliran Listrik), sesuai ketentuan yang diatur dalam perjanjian pemakaian arus listrik daya kecil, pelanggan bersedia dan tidak akan menghalangi apabila sewaktu-waktu petugas dari PT. PLN (Persero)/OPAL (Operasi Penertiban Aliran Listrik) untuk melakukan pendataan penggunaan bangunan.

5. Bagaimana tanggung jawab pihak PLN apabila salah satu Pegawai/Karyawan

PLN telah melakukan suatu kelalaian yang merugikan pelanggan?

Jawab : Apabila salah satu karyawan/pegawai PLN telah melakukan kelalaian

yang merugikan pihak pelanggan, maka PLN akan menurunkan jabatan pegawai tersebut (turun dua peringkat), dan apabila dalam 1 (satu) tahun itu ia telah melakukan kelalaian lagi maka ia akan dipecat (dilakukan pemecatan).

6. Apakah sama permohonan penyambungan arus listrik yang berlaku di PT. PLN

(Persero) Cabang Medan dengan permohonan penyambungan arus listrik di PT.

PLN (Persero) lainnya?

Jawab : Perjanjian penyambungan arus listrik yang berlaku di PT. PLN (Persero)

Cabang Medan adalah sama dengan perjanjian penyambungan arus listrik yang berlaku di PT. PLN (Persero) lainnya. Dengan kata lain, bahwa perjanjian penyambungan arus listrik di semua Sumatera Utara adalah sama.

7. Apa tujuan pemutusan/pemadaman listrik yang dilakukan secara bergilir?

Jawab : Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan pasokan energi yang

dibangkitkan oleh PLN Sumatera Utara saat ini devisit dengan kebutuhan masyarakat terhadap listrik. Kebutuhan masyarakat pada saat beban puncak lebih tinggi ketimbang pasokan listrik yang tersedia.

Artinya, pada saat kondisi normal yaitu dimana seluruh mesin-mesin pembangkit PLN beroperasi, tidak dapat memasok seluruh kebutuhan listrik masyarakat, ditambah lagi dengan kondisi mesin-mesin

Page 90: TINJAUAN YURIDIS TENTANG WANPRESTASI DALAM …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36836/1/09E00564.pdf · Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam PerjanjianPemakaian

Ade Irma Andayani S. : Tinjauan Yuridis Tentang Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemakaian Arus Listrik Pada PLN Cabang Medan, 2009. USU Repository © 2009

pembangkit yang sudah tua dan memerlukan pemeliharaan terjadwal yang tidak ditangguhkan, sehingga bila mesin mengalami turun mesin (overhoul) maka devisit listrik akan semakin besar yang mengakibatkan terjadinya pemadaman listrik bergilir.