Upload
fitri-desi
View
385
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
TIPE/ GAYA DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku/cara yang dipilih dan
digunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku
anggota organisasi (Hadari Nawawi, 2003: 115). Sementara Agus Dharma
mengartikan gaya kepemimpinan sebagai pola tingkah laku yang ditunjukkan
seseorang pada saat mempengaruhi orang lain. Paul Hersey & Kenneth Blanchard
mengatakan bahwa gaya kepemim-pinan merupakan pola perilaku pada saat
seseorang mencoba mempengaruhi orang lain dan mereka menerimanya.
Menurut Tannenbaum & Schmidt, ada empat faktor yang mem-pengaruhi gaya
kepemimpinan, yaitu:
a. Sistem nilai
b. Rasa yakin terhadap bawahan/anggota yang dipimpin
c. Kecenderungan dalam kepemimpinan
d. Perasaan aman dalam situasi tertentu
Banyak sekali tipe/gaya kepemimpinan yang dapat dipakai, baik yang bersifat
tradisional maupun yang modern dan lebih sesuai diterapkan pada situasi saat ini.
Eugene Emerson Jennings & Robert T. Golembiewaski mengatakan ada enam
tipe/gaya kepemimpinan, yaitu: (1) Otokratis, (2) Diktatoris, (3) Demokratis, (4)
Kharismatis, (5) Paternalistis, dan (6) Laissez-Faire. Hadari Nawawi
mengemukakan ada tiga tipe kepemimpinan, yang masing-masing terdiri atas
beberapa gaya kepemim-pinan. Ketiga tipe kepemimpinan tersebut adalah: (a)
Tipe Otoriter, (b) Tipe Demokratis, dan (c) Tipe Bebas (Laissez Faire/Free-Rein).
Secara singkat beberapa tipe tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.
A. TIPE KEPEMIMPINAN OTORITER
Merupakan tipe kepemimpinan yang menghimpun sejumlah
perilaku/gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada diri pemimpin sebagai
satu-satunya penentu, penguasa, dan pengendali organisasi dan kegiatannya,
dalam usaha mencapai tujuan. Tipe kepemimpinan Otoriter yang dilaksanakan
dari titik ekstrim tertinggi menuju titik ekstrim terendah, meliputi beberapa
gaya/perilaku kepemimpinan, yaitu: (1) Otokrat (Autocrat), (2) Diktatoris
(Dictator) (3) Otokrasi yang Lunak (Benevolent Autocrat), (4) Pembelot Diserter),
(5) Pelindung dan Penyelamat (Missionary), (6) Gaya/perilaku Kepemimpinan
Kompromis (Compromiser).
Dampak dari kepemimpinan otoriter yang dilaksanakan pada titik ekstrim
tertinggi pada kehidupan organisasi/perusahaan adalah:
1. Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah, tidak berani
mengambil keputusan dalam memecahkan masalah, karena takut dinyatakan
salah.
2. Anggota tidak ikut berpartisipasi aktif bukan karena tidak mampu, tetapi
karena tidak dihargai atau mungkin akan dinilai sebagai pembangkangan
yang dapat merugikan dirinya.
3. Kehidupan organisasi berlangsung statis dan tidak berkembang, karena tidak
ada inisiatif, kreativitas, maupun gagasan dari anggota.
4. Tidak membina/mengambangkan potensi kepemimpinan anggota untuk
kaderisasi kepemimpinan.
5. Kedisiplinan, usaha keras anggota dilakukan secara terpaksa dan cenderung
berpura-pura, karena takut sanksi/hukuman.
6. Biasanya muncul orang/tokoh sebagai pengambil muka yang tidak disukai
anggota lain.
7. Secara diam-diam muncul kelompok penentang yang menunggu kesempatan
untuk melawan tindakan pimpinan.
8. Pemimpin cenderung kehabisan inisiatif, kreativitas, inovasi, karena tidak
ada masukan dari anggota. Sementara motivasi dan semangat kerja menjadi
rendah/turun.
9. Tidak ada rapat/diskusi untuk memecahkan masalah. Yang ada hanya rapat
untuk menyampaikan instruksi, sanksi bagi anggota yang melakukan
pelanggaran, dan sejenisnya.
10. Disiplin diterapkan secara ketat dan kaku, sehingga iklim kerja menjadi
tegang, saling mencurigai, dan saling tidak percaya.
11. Pemimpin cenderung tidak menyukai perubahan, perbaikan, dan
perkembangan organisasi.
Berikut ini dijelaskan masing-masing gaya/perilaku kepemimpinan yang termasuk
dalam tipe kepemimpinan otoriter.
1. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Otokrat
Karakteristiknya:
Berorientasi pada pelaksanaan tugas;
Pelaksanaan tugas tidak boleh salah/keliru, dan setiap kesalahan akan
diberikan sanksi/hukuman berat
Prinsipnya “manusia lebih suka diarahkan tanpa memikul tanggung jawab
daripada diberi kebebasan merencanakan dan melaksanakan sesuatu”;
Tidak ada kesempatan bagi anggota untuk menyampaikan inisiatif,
kreativitas, saran, dan kritik;
Tidak berorientasi pada hubungan manusiawi dengan anggota;
Tidak percaya kepada anggota/orang lain, karena takut disalah-gunakan.
2. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Diktatoris
Gaya ini lebih keras dan kejam daripada gaya otoriter. Cirinya:
Pemimpin berperilaku sebagai penguasa tunggal dan tidak dapat diganti.
Perilaku ini didukung teori bahwa pemimpin diciptakan dengan membawa
karakteristik/sifat kepemimpinan, yang tidak dimiliki orang lain;
Setiap kemauan pemimpin harus terlaksana, meskipun dengan segala cara
dan berakibat fatal bagi anggota.
Orientasi kepemimpinan hanya pada hasil, tidak peduli bagaimana cara
mencapainya;
Bersembunyi di balik slogan sebagai pelindung, penyelamat, pembela,
pahlawan, sehingga sering dipuja/dikultuskan;
Ucapannya diberlakukan sebagai peraturan yang harus dilaksana-kan dan
tidak boleh dibantah;
Senjata utamanya adalah hukuman berat bagi anggota yang
menentang/berkhianat;
Antaranggota sering terjadi saling curiga; dan
Anggota tidak boleh berinisiatif, bahkan tidak boleh mengomen-tari
ucapan, keputusan, serta perintah pimpinan.
3. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Otokratik Lunak
Ciri/karakteristiknya:
Pemimpin berorientasi pada hasil dengan dimanipulasi orientasi pada
anggota dalam kadar rendah, misalnya dengan memberikan motivasi agar
melaksanakan keputusan atasan;
Pemimpin memiliki kemampuan memberikan instruksi untuk meyakinkan
anggota untuk kepentingan bersama;
Dalam menuntut ketaatan/kepatuhan anggota dilakukan dengan membuat
peraturan, yang sebenarnya lebih banyak untuk mempertahankan
kedudukannya;
Pemimpin cenderung kurang percaya diri dalam pembuatan keputusan
dengan cara selalu mencari pendukung;
Menolak kreativitas, inisiatif, dll. dari anggota yang bukan kroni atau
orang kepercayaannya; dan
Sanksi/hukuman tetap merupakan senjata dalam menuntut kepatuhan
anggota, dengan pengawasan ketat.
4. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Pembelot (Diserter)
Ciri/karekteristiknya:
Pemimpin menghindar dari tugas dan tanggung jawab mem-pengaruhi,
menggerakkan, dan mengarahkan anggota untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan organisiasi;
Pemimpin tidak senang membuat rencana dan melaksanakan kegiatan
yang tidak menguntungkan, karena akan menjadi beban yang
memberatkan;
Pemimpin cenderung hanya melibatkan diri pada tugas ringan dan mudah;
Pemimpin bersikap keras dalam menggunakan kekuasaan kepada anggota
yang tidak mengikuti kemauannya;
Pemimpin senang menyendiri dan tertutup dengan anggota;
Pemimpin cenderung iri hati terhadap teman (sesama pemimpin) yang
sukses, dan berusaha menghalanginya dengan cara yang tidak jujur dan
tidak sportif;
Pemimpin mudah menyerah jika menghadapi kesulitan. Tugas yang berat
akan ditolak, sehingga menjadi beban yang lain;
Pekerjaan yang menguntungkan dirinya akan dilakukan dengan gigih,
tetapi jika hanya menguntungkan organisasi akan dikerjakan sekedarnya
dengan mutu rendah.
5. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Pelindung dan Penyelamat
Ciri/karakteristiknya:
Pemimpin mengutamakan orientasi hubungan, sehingga terlihat ramah,
baik hati, dan suka menolong, sehingga anggota mengikuti
arahan/petunjuk pemimpin;
Pemimpin berusaha mencegah konflik, sehingga mereka percaya dan
simpati. Tetapi sebenarnya semuanya merupakan sarana untuk
memaksakan kehendak pemimpin;
Dalam bekerja pemimpin berusaha menghindari formalitas dan birokrasi,
sehingga anggota terkesan memperoleh kemudahan dalam banyak hal.
Dampaknya, anggota merasa berhutang budi kepada pemimpin.
Pengawasan dijadikan sarana untuk memberi kesan bahwa pemimpin
memperhatikan anggota dalam melaksanakan keputusan, instruksi, dan
kebijakannya.
6. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Kompromi, cirinya:
Untuk mempertahankan kekuasaannya, pemimpin tidak ber-orientasi pada
anggota tetapi pada atasan yang menentukan jabatan kepemimpinannya.
Pemimpin senang memuji, memberi hadiah, dll. berperilaku mengambil
hati, berpura-pura, agar tujuannya tercapai;
Melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan, tetapi tujuannya untuk
meyakinkan bahwa rencana yang telah disiapkannya diterima dan
dilaksanakan;
Sebelum membuat keputusan, pemimpin selalu menghitung untung/rugi
bagi dirinya, bukan bagi anggota;
Tidak tertarik pada pengembangan pekerjaan dan organisasi, karena akan
menambah beban kerja dan tanggung jawab;
Mampu bekerja sama dengan anggota dalam pengertian dimanfaatkan dan
diperalat untuk melaksanakan pekerjaan agar memperoleh penilaian baik
terutama dari atasan; dan
Memberikan motivasi kepada anggota secara selektif, terutama bagi
bawahan yang melaksanakan pekerjaan yang akan dinilai oleh atasannya
sebagai prestasi pemimpin.
B. TIPE KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
Pada tipe ini manusia sebagai faktor terpenting dalam kepemimpinan
yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan
anggota organisasi. Filsafat demokratis yang mendasari tipa dan gaya
kepemimpinan ini adalah pengakuan bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki harkat dan martabat yang mulia dengan hak asasi yang sama.
Implementasi demokratis pada tipe kepemimpinan ini antara lain:
Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang
memiliki perbedaan kemampuan satu dengan lain;
Memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk
mengaktualisasikan diri melalui prestasinya;
Memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk
mengembangkan kemampuan masing-masing, dengan meng-hormati
nilai/norma yang berlaku;
Menumbuhkan kehidupan bersama melalui kerja sama yang saling
menghormati kelebihan dan kekurangan setiap individu;
Memberikan kesempatan setiap individu untuk maju dan bersaing secara
jujur/fair dan sehat; dan
Memberikan tanggung jawab dan kewajiban untuk mewujudkan
kehidupan bersama yang harmonis, terutama dalam organisasi.
Tipe kepemimpinan Demokratis juga dapat bergerak dari titik ekstrim
tertinggi menuju titik ekstrim terendah, yang meliputi lima gaya kepemimpinan,
yaitu: (1) Birokrat, (2) Pembangun/Pengembang Organisasi, (3) Eksekutif, (4)
Organisatoris dan Administratif, dan (5) Legitimasi/Resmi atau berdasarkan
Pengangkatan (Headmanship). Berikut ini karakteristik masing-masing gaya
kepemimpinan tersebut.
1. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Birokrat, ciri/karakteristiknya:
Pemimpin mengutamakan ketaatan pada peraturan dan meka-nisme kerja
yang telah ditentukan. Apabila birokrasi dalam pengambilan keputusan
terlalu banyak, keputusannya sering terlambat dan kurang
menguntungkan;
Pemimpin yang lebih tinggi menuntut ketaatan pemimpin di bawahnya;
Pemimpin berusaha mengembangkan hubungan informal untuk
mengimbangi hubungan kerja formal yang statis dan kaku;
Untuk membina kerja sama, dilakukan pemimpin dengan orientasi pada
posisi/kedudukan dalam struktur organisasi;
Pemimpin kurang aktif dalam mengembangkan organisasi, karena
cenderung tidak menyukai perubahan, meskipun ada gagasan, inisiatif, dan
saran dari anggota/bawahan;
Pemimpin lamban dalam mengambil keputusan; dan
Pemimpin lebih menyukai pekerjaan rutin yang statis dan beresiko
rendah.
2. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Pengembang dan Pembangun Organisasi
(Developer), karakteristiknya:
Pemimpin sangat mahir dalam menciptakan, mengembangkan, dan
membina kerja sama untuk mencapai tujuan bersama;
Bekerja secara teratur dan bertanggung jawab, sehingga efek-tivitas kerja
tinggi dalam menggerakkan anggota untuk mencapai tujuan;
Mau dan mampu mempercayai orang lain dalam melaksanakan pekerjaan,
dengan memberikan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang
jelas;
Selalu berusaha meningkatkan kemampuan kerja anggota, agar proses dan
hasil kerjanya sesuai standar;
Memiliki kemauan dan kemampuan positif dalam menghargai,
menghormati, dan memberdayakan anggota sebagai subjek maupun
sebagai individu;
Mau dan mampu membina hubungan manusiwai yang efektif, baik di
dalam maupun di luar jam kerja; dan
Yakin bahwa anggotanya merupakan individu yang mampu bertanggung
jawab jika diberi kesempatan sesuai batas-batas potensi yang dimiliki.
3. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Eksekutif, karakteristiknya:
Pemimpin yakin bahwa anggotanya dapat bekerja dan menjadi pemimpin
sebaik dirinya, sehingga harus dihormati secara manusiawi;
Pemimpin memiliki komitmen tinggi pada kegiatan pengem-bangan
kemampuan anggota yang potensial dam bidangnya;
Cenderung berorientasi pada kualitas pelaksanaan tugas dan hasilnya,
dengan menetapkan standar pekerjaan yang tinggi;
Pemimpin berdisiplin dalam bekerja, sangat meyakinkan, disegani, dan
dihormati anggota;
Selalu berusaha menumbuhkan, memlihara, dan mengembang-kan
partisipasi aktif anggota memalui motivasi kerja secara terpadu;
Memiliki semangat, moral, loyalitas, dan dedikasi kerja yang tinggi,
sehingga menjadi teladan bagi anggota;
Memiliki kemampuan menumbuhkan kesadaran dan kesediaan bekerja
keras untuk menjadi anggota yang sukses, tanpa menekan/memaksa;
Menempatkan dan menghargai anggota sebagai rekan atau partner kerja,
tidak sekedar sebagai bawahan/anak buah;
Memiliki kemampuan mewujudkan kualitas kehidupan kerja yang
kondusif, sehingga anggota merasa aman, terjamin, dan memiliki
kepuasan kerja yang tinggi;
Memiliki perhatian yang positif dalam menyelesaikan konflik
antaranggota atau antara anggota dengan pemimpin;
Terbuka terhadap kritik, saran atau pendapat, yang dimanfa-atkan untuk
memperbaiki kekeliruan dalam kepemimpinannya;
Mampu membedakan masalah yang perlu atau tidak perlu diselesaikan di
dalam maupun di luar rapat, serta memiliki prioritas dalam pemecahan
masalah.
4. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Organisatoris dan Adminis-trator,
karakteristiknya:
Pemimpin menyukai pembagian kerja yang jelas dengan membentuk unit-
unit kerja seperti urusan, seksi, bagian, bidang, divisi, dll.
Pemimpin bekerja secara terencana dengan langkah-langkah yang sesuai
dengan fungsi manajemen (perencanaan, peng-organisasian,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan);
Mementingkan tersedianya data/informasi mutakhir baik kuantitatif
maupun kualitatif untuk pengambilan keputusan;
Orientasi pada hubungan manusia (dengan anggota) rendah, karena
tuntutan utama mematuhi aturan yang berlaku, sehingga ada
kecenderungan otoriter dan setiap kesalahan anggota akan dikenakan
sanksi/hukuman;
Peraturan digunakan pemimpin untuk menolak inisiatif, gagasan, maupun
kreativitas anggota, dan pemimpin tidak menyukai adanya perubahan;
Meyakinkan anggota bahwa ide, inisiatif, dan kreativitas pemimpin harus
dilaksanakan dengan tanggung jawab;
5. Gaya atau Perilaku Kepemimpinan Resmi
Kepemimpinan ini mendapat legitimasi melalui Surat Keputusan dari
pejabat atau pihak yang berwenang. Contohnya: Kepala Biro Keuangan, Presiden,
Menteri, Ketua Lembaga Penelitian, dll.
Karakteristiknya:
Pemimpin mempertahankan diri sebagai pelindung anggota, sebagaimana
ayah melindungi anggota keluarganya. Pemimpin berusaha mengetahui
segala kegiatan/masalah anggota, karena ikut bertanggung jawab atas
dampak positif maupun negatifnya;
Pemimpin berada paling depan dalam menghadapi masalah dan
penyelesaiannya, baik masalah organisasi maupun masalah pribadi
anggota. Harapannya, anggota tetap percaya dan kedudukannya sebagai
pemimpin tetap bertahan;
Berusaha mendahulukan kepentingan organisasi daripada kepentingan
anggota maupun kepentingan pribadinya; dan
Gaya kepemimpinannya dijalankan dengan sikap pengabdian, kerelaan
berkurban dan kepeloporan yang tinggi dalam mewujudkan kegiatan yang
bermanfaat bagi kepentingan organisasi atau kepentingan bersama.
Ada beberapa perbedaan pokok antara tipe kepemimpinan Otokratis dan
tipe kepemimpinan Demokratis:
OTOKRATIS DEMOKRATIS
Lebih berorientasi pada tugas;
Mempengaruhi anggota dg.
memberitahu pekerjaan & cara
melakukannya;
Menekankan bahwa kuasa pe-
mimpin berasal dari posisi/ ja-
batan yg. dimiliki, dan bawahan
cenderung malas & sulit diper-
caya;
Kebijakan dan keputusan lahir
dari pemimpin.
Lebih berorientasi pada hubungan
Berbagi tanggung jawab
kepemim-pinan dg. melibatkan
anggota dlm. perencanaan &
pelaksanaan tugas
Menekankan bahwa kuasa
pemim-pin berasal dari kelompok
yg. di-pimpin, dan bawahan dapat
meng-arahkan sendiri & kreatif
jika dimo-tivasi;
Kebijakan terbuka dari forum
diskusi & keputusan kelompok.
C. TIPE KEPEMIMPINAN BEBAS / PARTISIPATIF (LAISSEZ-FAIRE /
FREE-REIN)
Tipe kepemimpinan ini berpandangan bahwa anggota organisasi mampu
mandiri dalam membuat keputusan atau mengurus dirinya, dengan seminimal
mungkin pengarahan dari pimpinan. Tipe kepemim-pinan ini biasanya paling sulit
diterapkan oleh pimpinan, karena dia lebih banyak bertindak sebagai pusat
informasi dan hanya sedikit melakukan pengawasan. Kontak baru terjadi apabila
pemimpin memberikan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan. Dampak yang sering terjadi dalam tipe kepemimpinan ini adalah terjadi
kekacauan, karena pemimpin sengaja membiarkan para anggota berbeda
kepentingan dan kemampuan untuk bertindak ke arahnya sendiri. Pemimpin lebih
banyak berperan sebagai penasihat jika diperlukan. Gaya/perilaku kepemimpinan
yang termasuk tipe kepemim-pinan Bebas ini adalah (1) Agitator dan (2) Simbol.
Dalam perkembangan selanjutnya, seorang pemimpin dalam satu
organisasi tidak cukup hanya menerapkan satu tipe/gaya kepemimpinan untuk
semua situasi. Setiap organisasi memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan
organisasi lain. Dalam organisasi sejenis pun akan menghadapi masalah,
lingkungan, cara mencapai tujuan, watak/ kepriba-dian pemimpin maupun
anggota organisasi, dll. yang berbeda-beda. Setiap saat situasi organisasi maupun
situasi personalnya bisa berubah. Untuk itu, akhirnya muncul teori kepemimpinan
baru yang dikenal dengan Teori/Pendekatan Kontingensi (Contingency Approach)
atau Teori Situasional. Dalam teori/pendekatan ini, gaya kepemimpinan harus
disesuaikan dengan situasi organisasi serta situasi orang yang dipimpin, dan
dimungkinkan setiap saat berubah. Teori/pendekatan ini juga berpendapat bahwa
tidak ada satu jalan (tipe/gaya kepemimpinan) terbaik untuk mengelola dan
mengurus satu organisasi, apalagi yang berlaku secara umum untuk semua situasi.
D. GAYA/PERILAKU KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Kepemimpinan Situasional dihasilkan dari rangkaian tiga faktor,
yaitusifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta
peristiwa yangdiharapkan kepada kelompok
Ada beberapa model kepemimpinan yang merupakan pengem-bangan Teori
Kepemimpinan Situasional, yaitu:
1. Model Kepemimpinan Situasional dari Fiedler
Ada tiga dimensi dalam situasi yang dihadapi pemimpin:
Hubungan pemimpin dengan anggota;
Situasi akan menguntungkan apabila pemimpin diterima oleh anggotanya,
atau sebaliknya.
Derajad dari susunan tugas;
Artinya, setiap orang mengetahui rincian tugasnya, wewenang, serta
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas tersebut.
Posisi kekuasaan pemimpin.
Artinya, kedudukan/posisi kekuasaan formal pemimpin menjadi tegas dan
kuat, sehingga mempermudah usahanya dalam mem-pengaruhi pikiran,
perasaan, sikap, dan perilaku anggota organi-sasinya.
2. Model Kepemimpinan Situasional Tiga Dimensi dari Reddin
Menurut Reddin, ada tiga pola dasar yang dapat digunakan untuk
menetapkan pola perilaku kepemimpinan, yaitu:
a. berorientasi pada tugas (task oriented);
b. berorientasi pada hubungan (relationship oriented); dan
c. berorientasi pada efektivitas (effectiveness oriented).
Dari ketiga orientasi ini, Reddin mengelompokkan ada empat
gaya/perilaku yang tidak efektif, yaitu (a) Deserter, (b) Missionary , (c) Autocrat,
dan (d) Compromiser. Sedangkan gaya/perilaku kepemim-pinan yang efektif
adalah (a) Bureaucrat, (b) Developer, (c) Benevolent Autocrat, dan (d) Executive.
3. Model Kepemimpinan Kontinum dari Tannenbaum & Schmidt
Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan untuk merealisasikan
kepemimpinan yang efektif, yaitu:
a. kekuatan pemimpin (pendidikan, pengalaman, pribadi, dll.)
b. kekuatan anggota organisasi sebagai bawahan (pendidikan, pengalaman,
motivasi kerja, tanggung jawab, dll.), dan
c. kekuatan situasi/interaksi pimpinan dengan anggota (suasana/ iklim kerja,
budaya organisasi, dll.).
Perilaku kepemimpinan pada model ini meliputi:
Pemimpin sebagai pengambil keputusan;
Pemimpin yang menawarkan (menjual) keputusan;
(Pemimpin membuat alternatif keputusan yg. ditawarkan kepada anggota
untuk dipilih tanpa diubah).
Pemimpin menyampaikan gagasan, dan meminta anggota memb-hasnya
sebelum ditetapkan menjadi keputusan;
Pemimpin menawarkan keputusan yang boleh didiskusikan dan dapat
diubah sebelum ditetapkan;
Pemimpin yang menyampaikan masalah, menerima saran, dan membuat
keputusan;
Pemimpin yang menyerahkan pembuatan keputusan kepada kelompok,
dengan batas-batas tertentu; dan
Pemimpin mempercayakan kepada anggota untuk menjalankan fungsinya
dalam batas-batas yang telah ditetapkan pimpinan.
4. Model Kepemimpinan Situasional dari Hersey dan Blanchard
Model ini bertolak dari prinsip bahwa kepemimpinan yang efektif dapat
diwujudkan melalui kemampuan memilih perilaku/gaya kepe-mimpinan yang
tepat berdasarkan tingkat kesiapan (readiness) dan kematangan (maturation)
anggota organisasi. Teori ini menyatakan bahwa keefektifan kepemimpinan
sangat dipengaruhi tingkat kemam-puan (kesiapan & kematangan) anggota
organisasi dalam menerima atau menolak pimpinan.
Gaya/perilaku kepemimpinan dalam model ini terdiri dari:
1. Telling Style (gaya mengatakan/memerintah/mengarahkan)
Dilaksanakan dengan orientasi pada tugas tinggi, orientasi pada hubungan
rendah.
Pemimpin merupakan pusat kegiatan.
Sesuai untuk lingkungan organisasi yang kesiapan & kemata-ngan pribadi
anggotanya rendah.
Perlu instruksi spesifik, pengarahan, dan pengawasan ketat.
2. Selling Style (gaya menawarkan/menjual)
Dilaksanakan dg. orientasi pada tugas dan hubungan tinggi.
Sesuai untuk situasi anggota yg. kesiapan & kematangannya masih rendah
dan kemampuan kerja belum memadai.
Pemimpin berperan menawarkan (menjual) tugas-tugas kepada mereka
yang mau & mampu, dengan memberikan pengarahan kepada anggota yg.
kemampuan & kemauan kerjanya rendah.
Pemimpin sebagai pengarah dan pendukung anggotanya.
3. Participating Style (gaya partisipasi)
Dilaksanakan dengan orientasi pada tugas rendah, orientasi pada hubungan
tinggi.
Menunjukkan kesediaan & kemampuan pemimpin dalam men-
dayagunakan anggota.
Sesuai jika kesiapan & kematangan anggota sudah tinggi.
Pengambilan keputusan dilakukan bersama atau dilakukan sendiri oleh
pimpinan sebagai atasan.
4. Delegating Style (gaya pendelegasian wewenang)
Dilaksanakan dengan orientasi tugas dan orientasi hubungan rendah.
Sesuai jika kesiapan & kematangan anggota sangat tinggi.
Kemampuan & keahlian anggota untuk bekerja juga tinggi, sehingga layak
diberikan pelimpahan wewenang.
E. GAYA/PERILAKU KEPEMIMPINAN KARISMATIK
Yaitu gaya/perilaku kepemimpinan berdasarkan karakteristik kualitas
kepribadian istimewa pemimpin, karena memiliki daya tarik yang sangat
memukau sehingga memperoleh banyak anggota.
Indikator kepemimpinan karismatik menurut Yulk adalah:
Pengikutnya meyakini kebenarannya dalam cara memimpin;
Pengikutnya menerima gaya kepemimpinannya tanpa bertanya;
Pengikutnya memiliki kasih sayang kepada pemimpin;
Adanya kesadaran untuk mematuhi perintah pemimpin;
Dalam mewujudkan misi organisasi melibatkan pengikutnya seca-ra
emosional;
Mempertinggi pencapaian kinerja pengikutnya; dan
Dipercaya pengikutnya bahwa dengan kepemimpinannya akan mampu
mewujudkan misi organisasi.
Beberapa karakteristik utama kepemimpinan karismatik antara lain:
Percaya diri, tentang kemampuan dan penilaian dirinya;
Memiliki visi dan tujuan ideal untuk masa depan yang lebih baik;
Mampu mengungkapkan visi secara jelas;
Yakin terhadap visinya, punya komitmen kuat, bersedia menerima resiko,
mengeluarkan biaya tinggi, melibatkan diri dalam pengor-banan;
Memunculkan perilaku baru yang tidak konvensional, kadang-kadang
keluar aturan;
Dipahami sebagai agen perubahan, bukan pengikut status quo;
Memiliki kepekaan terhadap lingkungan, menilai lingkungan secara
realistis, melaksanakan manajemen sumber daya untuk perubah-an.
F. GAYA/PERILAKU KEPEMIMPINAN AHLI (EXPERT)
Merupakan gaya/perilaku yang didasari keahlian tertentu yang dimiliki
pemimpin, sesuai bidang pekerjaan utama di organisasi-nya. Gaya ini
menekankan bahwa pemimpin harus profesional di bidangnya, karena pendidikan
formal atau pengalaman kerja yang lama dalam bidang tersebut.
1. Gaya/perilaku Kepemimpinan Paternalistik
Merupakan pemimpin yang memiliki sikap kedewasaan (kebapak-
bapakan) dalam arti dapat melindungi, mengayomi, dan menolong anggotanya.
Biasanya berlaku untuk masyarakat tradisional/ agraris.
2. Gaya/perilaku Kepemimpinan Transformasional
Merupakan gaya kepemimpinan yang ditandai dengan pemimpin yang
memandu/memotivasi anggota untuk mencapai tujuan dengan memperjelas peran
dan tuntutan tugas. Kepemimpinan transforma-sional lebih menekankan pada
kegiatan pemberdayaan melalui pe-ningkatan konsep diri anggota yang positif.
Ciri-cirinya:
Cenderung karismatik, melalui perumusan visi dan misi yang jelas, bangga
terhadap pimpinan;
Mengutamakan inspirasi dengan mengomunikasikan harapan yang tinggi;
Mampu memberikan rangsangan intelektual, menggalakkan kecer-dasan,
membangun organisasi belajar, mengutamakan rasionali-tas, dan
pemecahan masalah secara teliti;
Mempertimbangkan faktor individu, perhatian secara pribadi, mem-
perlakukan anggota secara individu, menyelenggarakan pelatihan, dan
menasehati.
Kepemimpinan transformasional berusaha menanamkan dan mendo-
rong anggota untuk bersifat kritis terhadap pendapat/ pandangan yang sudah
mapan di lingkungan organisasi atau yang ditetapkan oleh pemimpin.
Scott Burd mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan pendekatan yang diterapkan dalam rangka memperta-hankan
pemimpin dan organisasinya dengan cara penggabungan tiga unsur, yaitu strategi,
kepemimpinan, dan budaya organisasi.
Strategi mencakup kemampuan dalam menetapkan arah yang akan dituju
organisasi, dengan membangun visi dan merumuskan rencana strategis & rencana
operasional.
Kepemimpinan, mencakup kegiatan merealisasikan strategi melalui
tindakan kepemimpinan transformasional yang sesuai dengan fungsi dan situasi,
menjadi pemimpin yang dapat mempengaruhi dan diakui anggota, mampu
memotivasi, menciptakan lingkungan kondusif, dan menciptakan cara kerja yang
lebih mudah.
Budaya organisasi, merupakan realisasi kepemimpinan transforma-
sional yang mencakup kemampuan memotivasi anggota untuk menerapkan
strategi, memahami budaya kerja, berlaku adil, mene-rima perubahan yang
inovatif, dan membangkitkan semangat kerja tim.
DAFTAR PUSTAKA
http://satyaexcel.blogspot.com/2014/09/konsep-dasar-kepemimpinan.html.(27 maret 2015)