47
KITAB HADIS AL-JAWA<MI’ Makalah Diajukan Untuk Seminar Kelas Mata Kuliah Tipologi Kodifikasi Hadis Dosen Pengampu DR. H. Abu Azam Al Hadi, M. Ag Oleh M. Syukrillah NIM. F08213256 PROGRAM STUDI ILMU HADIS PASCASARJANA UNIVERSITASISLAM NEGERI (UIN) SUNAN AMPEL SURABAYA 2014

Tipologi Kitab Hadis Al-Majami (Sahih Al-Bukhari dan Muslim)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dalam makalah ini akan dibahas secara spesifik tentang tipologi kitab-kitab hadis yang termasuk dalam kelompok al-jawami’. Pembahasan dimulai dari definisi, contoh kitabnya, tingkat validitas hadis-hadisnya,hingga karakteristik metodologinya.Informasi penting terkait Kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim disebutkan dalam Makalah ini.

Citation preview

  • 0

    KITAB HADIS AL-JAWA

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kedudukan hadis begitu penting dan tinggi sebagai sumber hukum dan

    referensi tertinggi kedua setelah al-Quran dalam sistem hukum Islam (al-Tashri>

    al-Isla>mi>).1 Bersama Al-Quran, hadis telah menjadi teks sentral dalam peradaban

    Islam bukan hanya dalam tataran normatif-teoritis namun juga

    terimplementasikan dalam konsensus, dialektika keilmuan dan praktek

    keberagaman umat Islam seluruh dunia sepanjang sejarahnya.

    Oleh karena itu, para intelektual muslim di bidang hadis sangat perhatian

    terhadap dokumentasi dan penulisan hadis. Aktivitas al-riwa>yah dan al-dira>yah

    hadis serta produknya dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pertama, periode

    Taqyi>d; kira-kira semenjak zaman Rasulullah hingga ke akhir abad pertama

    hijrah. Kedua, periode Tadwi>n; kira-kira dari awal abad kedua sampai

    pertengahan abad itu.Ketiga, periode Tas}ni>f; kira-kira dari pertengahan abad

    kedua hingga seterusnya.

    Periode Taqyi>d adalah periode ketika hadis dicatat dalam buku-buku kecil

    (s}ah}i>fah; booklet) oleh para Sahabat dan Tabiin. Jumlah risalah dan catatan kecil

    mengenai hadis mencapai ratusan jumlahnya. Periode Tadwi>n, dimulai dengan

    perintah Umar bin Abd al-Aziz (w. 101 H) yang menjadi khalifah saat itu untuk

    mengumpulkan dan mencatatkan hadis-hadis Rasulullah SAW. Kebanyakan buku

    dalam periode ini belum diberi nama dan belum disusun berdasarkan bab-bab

    tertentu. Adapun periode Tas}ni>f ditandai dengan munculnya buku-buku hadis

    yang mempunyai nama sendiri dan disusun berdasarkan bab-bab tertentu.

    Contohnya al-Muwa>t}t}a susunan Imam Malik bin Anas (w. 179 H), al-Musnad

    oleh Dawud al-Tayalisi (w. 203 H), al-Mus}anaf oleh Abd al-Razzaq (w. 211 H),

    1Mayoritas ulama sepakat bahwa kedudukan (manzilah) sunnah dalam adillah ash-sharyyah

    menempati posisi kedua setelah Al-Quran karena (1) al-Quran bersifat qat}iy al-thubu>t, sementara sunnah bersifat z}anniyah al-thubu>t, sehingga yang qat}iy diutamakan daripada yang z}anny, (2) karena sunnah berfungsi sebagai baya>>n bagi Al-Quran, sementara kedudukan penjelas (al-baya>n) adalah ta>bi (pengikut) bagi yang dijelaskan (al-mubayyan), (3) secara normatif, Rasulullah SAW secara taqri>ry menetapkan hal tersebut dalam hadis Muadz tatkala diutus ke Yaman. Lihat Wahbah al-Zuhaily, al-Waji>z fi Us}u>l al-Fiqh (Damaskus : Dar al-Fikr, Cet. 1, 1419 H), 37-38

  • 2

    termasuk al-Ja>mi al-S{{ah}i>h} oleh Imam Bukhari (w. 256 H), al-Ja>mi al-S{{ah}i>h}

    karya Imam Muslim (w. 261 H) dan Al-Ja>mi oleh Al-Tirmidzi (w. 279 H).2

    Selanjutnya, Abab ke-3 H (200-300 H) inilah yang menjadi kurun yang paling

    cemerlang dalam sejarah pengumpulan dan kodifikasi Sunnah, penelitian dan

    kritik hadis serta penyaringan/seleksi periwayatannya. Pada abab ini muncul para

    pakar dan ulama besar di bidang hadis, kritik hadis dan lahir produk-produk

    keilmuan yang unggul berupa al-kutub al-sittah dan lainnya yang hampir

    menghimpun seluruh hadis-hadis yang tha>bit yang menjadi referensi utama bagi

    para ulama di bidang keilmuan Islam lainnya.3 Gerakan intelektual yang massif

    di bidang penulisan kitab-kitab hadis di era tas}ni>f ini membuahkan produk

    berupa puluhan bahkan ratusan kitab-kitab sunnah berupa sunan, al-mus}annafa>t,

    al-jawa>mi, al-masa>nid, kitab-kitab tafsir, kitab al-Magha>zi>dan siyar, maupun

    berbentuk juz-juz khusus yang mencantumkan hadis-hadis dalam bab-bab

    tentang tema-tema tertentu.4

    Dalam makalah ini akan dibahas secara spesifik tentang tipologi kitab-

    kitab hadis yang termasuk dalam al-jawa>mi. Pembahasan dimulai dari definisi,

    contoh, tingkat validitas hadis-hadisnya,hingga karakteristik metodologinya.

    2Ugi Suharto, Peranan Tulisan Dalam Periwayatan Hadith (Majalah Islamia, Thn. I No. 2/Juni-

    Agustus, 2004), 82-84 3Muhammad Muhammad Abu Syuhbah dan Abd al-Ghany, Difa an al-Sunnah wa Radd Syubh

    al-Mushtariqi>n wa al-Kita>b al-Muas{iri>n- wa yali>hi al-Radd ala Man Yunkir Hujjiyyah al-Sunnah (Kairo: Maktabah al-Sunnah, cet. 1, 1989 M), 26 4 Ugi, Peranan.., 83-84

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Definisi Al-Jawa>mi

    1. Secara Etimologis

    Al-Jawa>mi adalah bentuk plural dari kata al-ja>mi (). 5Jim-mim-ain

    dalam struktur kata jamaa bermakna mengumpulkan sesuatu dari kondisi

    terpecah atau terpisah, yajmauhu jaman artinya mengumpulkannya hingga

    terhimpun.6Al-Ja>mi adalah antonim dari kata al-mutafarriq (sesuatu yang

    terpecah belah, berserakan).7Ja>mi berarti mencakup (comprehensive), meluas

    (extensive), melebar (broad), umum (general), menyeluruh (universal);

    mengumpulkan (collector), menggabungkan (compiler of a book); memadukan

    (compositor).8

    2. Secara Terminologis

    Merujukpendapatmuhadithi>n,al-Jawa>midapat didefinisikan sebagai

    berikut;

    Seluruh kitab hadis yang terdapat di dalamnya hadis dalam berbagai jenis

    tema yang dibutuhkan baik dalam masalah akidah, hukum (ah{ka>m), al-raqa> iq, etika makan, (petunjuk saat) perjalanan jauh (safar), (petunjuk saat) mukim, (hadis-hadis) yang berkaitan dengan sejarah (al-ta>rikh wa al-siyar) dan sebagainya.9

    5 Ibrahim Mustafa, et al. Mujam al-Wasi>t}. Juz 1(Kairo: Da>r al-Dawah, tth), 135

    6 Abu al-Hasan Ali bin Isma>il al-Mursy. Al-Muhkam wa al-Muh}i>t} al-Az}am. Vol. 1, ed. Abd al-

    H{ami>d Hindawy (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, cet. 1, 1421 H/2000 M), 347 7 Al-Fairuz a>ba>dy. Al-Qa>mu>s al-Muhi>t}. ed. Muhammad Nuaim al-Arqusu>sy (Beirut: Muassasah

    al-Risalah, cet. 2, 1426 H/2005 M), 710 8 Hans, Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (London: Goerge Allen & Unwin Ltd.,

    1970), 990 9 Muhammad S{iddi>q al-Minsha>wy. Qa>mu>s Must}alah{a>t al-Hadi>th al-Nabawy. (al-Qa>hirah: Da>r al-

    Fad{i>lah, tth), 49. Al-Katta>ny, Abu Abd Allah Muhammad bin Abi al-Faidh. Al-Risa>lah al-

  • 4

    Dalam ungkapan yang hampir sama, definisial-Jawa>miadalah:

    , , , : ,

    . , , , , Kitab yang tersusun atas bab-bab yang mencakup hadis-hadis dalam

    seluruh tema atau topik agama dan bab-babnya. Jumlah bab pokok ada

    delapan yaitu akidah, hukum, sejarah (siyar), adab, tafsir, al-fitan, perihal kiamat, al-mana>qib.10 \\

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kitab-kitab hadis yang

    disusun menggunakan tipe al-jawa>mi adalah kitab yang menghimpun hadis

    hadis dalam berbagai aspek masalah keagamaan, bukan hanya terbatas pada

    bidang fikih saja sebagaimana kitab-kitab muwa>t}t}a, mus}annaf dan sunan.

    Menurut Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury, kitab-kitab hadis al-jawa>mi tidak jauh

    berbeda dengan kitab-kitab hadis sunan. Perbedaannya adalah pada umumnya

    kitab-kitab sunan tidak mencantumkan bab-bab hadis tentang akidah, al-fitan

    dan al-mana>qib.11

    Sebelum dikompilasikan dalam satu himpunan kitab hadis, masing-

    masing delapan tema yang terdapat dalam kitab hadis bertipe al-jawa>mi tersebut

    terpisah-pisah dalam satu kitab tersendiri. Misalnya dalam masalah akidah, Ibnu

    Khuzaimah menulis kitab hadis al-Tauhid, dalam masalah hukum fikih ada

    sunan Abu Da>wud, Ibn Ma>jah, Al-Nasai, dll. Dalam masalah al-Raqa>iq, Imam

    Ahmad menyusun Kitab Al-Zuhd. Dalam masalah Adab, Imam Bukhari menulis

    Kitab al-Adab al-Mufrad. Untuk hadis-hadis tafsir, terdapat kitab yang ditulis

    oleh Ibnu Mardawaih dan Ibn Jari>r. Dalam masalah al-safar wa al-qiya>m, Al-

    Mustat}rafah li baya>n mashhu>r Kutub al-Sunnah al-Musharrafah. Ed. Muhammad al-Muntas}ir al-Zamzamy(Beirut: Da>r al-Bashair al-Islamiyah, cet. 6, 1421 H/2000 M), 42, Abd al-Rahma>n bin

    Ibrahi>m al-Khumaisy. Mujam Ulu>m al-H{adi>th al-Nabawy (Jeddah: Da>r al-Andalus al-Khadra>, tth), 83 10

    Nu>r al-Di>n Itr, Manh}aj al-Naqd fi Ulu>m al-H{adith (Damaskus : Dar al-Fikr, Cet. 3, 1418 H/1997 M), 198-199 11

    Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury, Al-Wajiz fi Tarif Kutub al-Hadi>th (Beirut: Da>r Ibn Kathi>r, cet. 1, 1430 H/2009 M), 19

  • 5

    Tirmidhi menulis Kitab al-Shama>il. Tentang al-Fitan ditulis oleh Nuai>m bin

    Hamma>d, dll.12

    Dalam beberapa kitab, istilah al-jawa>mi digunakan untuk pengertian

    yang lain yaitu untuk kitab-kitab yang dimaksudkan oleh penulisnya untuk

    menghimpun (mengkompilasikan) hadis-hadis Nabi secara mutlak atau tanpa

    batasan kriteria tertentu seperti kitab al-Ja>mi al-Kabi>r dan al-Ja>mi al-S}aghir

    yang disusun oleh Al-Suyu>t}i, atau kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis dari

    kumpulan kitab hadis tertentu misalnya al-Ja>mi al-Us}u>l karya Ibn al-Athi>r yang

    mengkompilasikan kutub al-hadi>th al-sittah dan Ja>mi al-al-Masa>ni>d karya Ibn

    Kathi>r yang menghimpun hadis-hadis dalam kitab hadis yang sepuluh (kutub al-

    hadi>th al-Asharah).13 Padahal, klasifikasi yang tepat untuk tipologi kitab-kitab

    tersebut adalah al-maja>mi. Kitab tipe al-maja>mi tersebut tidak memiliki atau

    mencantumkan jalur sanad periwayatan persatuan hadis yang tersendiri atau

    orisinil dari penulis kitabnya, akan tetapi bersifat copy-paste dari kitab-kitab

    hadis lain seperti kitab-kitab al-jawa>mi dan al-sunan. Demikian pula, pokok-

    pokok bahasan dan babnya mengikuti kitab-kitab hadis rujukannya.

    B. Karakteristik Kitab Hadis al-Jawa>mi

    Kitab-kitab yang disusun menggunakan tipe al-jawa>mi mempunyai

    karakteristik sendiri yang berbeda dengan tipe-tipe yang lain. Karakteristik tipe

    penyusunan kitab al-jawa>miantara lain sebagai berikut: (1) Penyusunan kitab

    topikal berdasarkan bab-bab fiqh; (2) Penyusunan bab-babnya dilakukan secara

    sistematis; (3) Kebanyakan hadis-hadisnya marfu>;(4) Kualitas hadis-hadisnya

    kebanyakan sahih; (5) Memuat hadis-hadis berbagai macam masalah agama

    seperti akidah, hukum, perbudakan, tata cara makan dan minum, berpergian dan

    tinggal di rumah, tafsir, sejarah, perilaku hidup, pekerti baik dan buruk.14

    Kitab-kitab hadis yang disusun dan dikodifikasi menggunakan tipe kitab

    al-jawa>mi jumlahnya relatif banyak, di antaranya adalah:

    12

    S{ubhi Al-S{a>lih, Ulum al-Hadith wa Musthalahuhu-Ardhun wa Dirasatun (Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin, cet. 15, 1984 M), dalam foot note hal 122-123 13

    Lihat Abu Ya>sir Muhammad bin Mat}r An al-Sunnah al-Nabawiyah; Nashatuhu wa tat}awwuruhu min al-Qarn al-Awwal ila> Nihayah al-Qarn al-Ta>si al-Hijry (Riyadh: Da>r al-Hijrah, cet. 1, 1417 H/1996 M), 248. 14

    Idri. Studi Hadis (Jakarta: Kencana Prenada Media grup,Cet. Ke-2, 2013), 121

  • 6

    1. Kitab karya Muhammad ibn Isma>i>l al-Bukha>ry (w. 256 H) yang

    berjudul al-Ja>mi al-S{ah}i>h al-Musnad al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasul

    Allah S}alla Allah alayh wa Sallam wa Sunanih wa Ayya>mih atau

    yang lebih popular dengan nama Kitab al-Ja>mi al-S{ah}i>h atau S{ah{i>h

    al-Bukha>ry.

    2. Kitab al-Ja>mi al-S{ah{i>h karya Muslim ibn Hajja>j al-Qushairy al-

    Naisabury (w. 261 H)

    3. Kitab al-Ja>mi al-S{ah}i>h karya Abu I Muhammad ibn I al-

    Tirmidzi (w. 279 H)

    4. Kitab al-Ja>mi karya Mamar ibn Rashi>d al-Azdy al-Bas}ry (w. 153 H).

    5. Kitab al-Ja>mi karya Sufyan al-Thawry (w. 161 H)

    6. Kitab al-Ja>mi karya Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H).15

    Dalam pembahasan di makalah ini akan diulas tiga kitab tipe al-

    jawa>miyang paling popular hingga era kontemporer dewasa yaitu: (1) Al-Ja>mi

    al-S{ah}i>h karya Imam al-Bukhari, (2) Al-Ja>mi al-S{ah}i>h karya Imam Muslim, dan

    (3) Al-Ja>mi karya Imam al-Tirmidzi yang popular dengan sebutan Sunan al-

    Tirmidzi karena perhatian khususnya terhadap hadis-hadis hukum.16

    C. Profil Ringkas Penulis dan Kitab bertipe al-Jawa>mi :

    1. Kitab Al-Ja>mi al-S{ah}i>h karya Imam al-Bukhari

    a. Profil Penulis

    Penulis kitab Al-Ja>mi al-S{ah}i>h atau Sahih al-Bukhari bernamalengkap

    adalah Abu Abd Allah Muhammad bin Isma>i >l bin Ibra>hi>m bin Al-Mughi>rah bin

    Bardizbah al-Ju>fy (194-256 H).17Imam Bukhari lahir pada hari Jumat setelah

    sholat Jumat tanggal 13 Syawwal 194 H.18

    15

    Ibid, 121, Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury, Al-Wajiz.., 19-20 16Itr, Manhaj al-Naqd..., 199 17

    Al-Dhahaby, Siyar Ala>m al-Nubala>, Vol.12 (Beirut : Muassasah al-Risa>lah, cet. 9, 1413 H/1993M), 392. Adapun tentang nisbat kepada al-Bukhari karena beliau berasal dari negeri yang

    bernama Bukhara, kota terbesar di wilayah Transaxonia-wilayah di seberang sungai Jeihun- yang

    sekarang masuk wilayah Uzbekistan di Asia Tengah. Lihat Al-Husaini Abd al-Majid Hasyim, al-

  • 7

    Jumlah guru al-Bukhari sangatlah banyak, lebih dari seribu orang guru.

    Daftar panjang guru-guru al-Bukhari dapat ditemukan dalam catatan biografi

    beliau dalam berbagai kitab tarikh dan rijal hadis.Al-Mizzi dalam Kitab Tahzi>b

    al-Kama>l berusaha untuk menghimpun nama-namanya dan menyusunnya secara

    alfabetis.19

    Menurut penelitian Ibnu Hajar terhadap 1080 yang menjadi guru al-

    Bukhari semuanya adalah periwayat hadis.20

    Dari 1080 orang gurunya tersebut,

    al-Bukhari menyeleksi hadis mereka dan hanya mencantumkan hadis dari 289

    orang di antara mereka dalam Kitab al-Ja>mi al-S{ah}i>h-nya.

    Adapun murid-Murid Imam Bukhari yang menjadi tokoh ulama hadis

    yaitu; (1) Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi (w. 279 H), Seorang al-Ima>m

    al-Hafiz} dalam ilmu hadis. Penulis banyak kitab di antaranya Jami At-Tirmidzy

    atau terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi. (2) Abu Hatim Ar-Razy (w. 277 H),

    Seorang tokoh di Imam para al-hafiz{} dan sangat thiqah. Pakar di Bidang jarh wa

    tadil(kritik perawi) dan ilal hadis. (3) Imam Muslim (w. 261 H). Imam para

    hafidz, penulis Kitab al-Ja>mi al-S{ah{i>h} yang terkenal dengan Sahih Muslim.

    Al-Bukhari meninggalkan sekitar 20 karya dalam bidang hadis, ilmu

    hadis, ilmu rijalul hadis dan bidang keilmuan yang lainnya.Di antara karya al-

    Bukhari yaitu: (1) Al-Ja>mi al-S{ah}i>h}, (2) al-Adab al-Mufrad, (3) Al-Mutalaf wa

    al-Mukhtalaf, (4) al-Ta>rikh al-Kabi>r, dll.21

    b. Nama Kitab Al-Ja>mi al-S{ah}i>h

    Sahih al-Bukhari, inilah nama ringkas yang popular baik di kalangan

    ulama maupun di tengah masyarakat umum. Terkadang disebut al-Ja>mi al-

    S{ah{i>h}. Tentang nama lengkap kitab ini, terdapat perbedaan penyebutan.

    Imam al-Bukhary> : Muh}addithan wa Faqi>han (Kairo: Mashr al-Arabiyah li al-Nasyr wa al-Tauzi, t.th.), 23 18

    Al-Dhahaby, Siyar Ala>m, 12/393. Ibnu Kathir, Al-Bida>yah wa al-Nihayah, ed. Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turky (Kairo: Da>r Hijrah, cet. 1, 1417 H/1997 M), 14/527. Ibnu Hajar, Taghli>q al-Tali>q, ed. Said Abdurrahman al-Qazuqy (Beirut: al-Maktab al-Islamy dan Dar Ummar, cet. 1, 1405 H), 5/385 19

    Abu al-Hajjaj bin Abdurrahman al-Mizzy, Tahdhi>b al-Kama>l, Vol. 24, ed. Basyar Awwad Maruf (Beirut: Muassasah al-Risalah, cet. 2, 1403 H/1983 M) , 431-434 20

    Ibnu Hajar, Hadyu al-Sa>ry Muqaddimah Fath} al-Ba>ry, ed. Syaikh Abd al-Qadir Syaibah al-Hamd (Riyadh: Maktabah al-Malik Fahd al-Wat{oniyyah, cet. 1, 1421 H/ 2001 M), 503, Ibnu

    Hajar, Taghliq al-Taliq, Vol. 5, 391 21

    Ibid., Vol. 2, 1314

  • 8

    Setidaknya ada tiga versi nama yang beredar di kalangan ulama: (1) Al-Ja>mi al-

    Musnad al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>lillah S{allallahu alaihi wa sallam

    wa Sunanihi wa Ayya>mihi.22 Kedua, Al-Musnad al-Ja>mi al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar

    min Umu>r Rasu>lillah Shollallahu alaihi wa sallam wa Sunanihi wa

    Ayya>mihi.23(3) Al-Ja>mi Al-S{ah}i>h} al-Musnad min H{adi>th Rasu>lillah wa Sunanihi

    wa Ayya>mihi.24Al-Shari>f Ha>tim bin Arif al-Auny menginformasikan bahwa

    Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah (1418 H) yang telah meneliti dan membahas

    dalam satu jilid khusus yang berjudul Tah}qi>q ismay al-S{ah}i>h}ain wa ism Jami> al-

    Tirmidhi> menyimpulkan bahwa nama yang tepat adalah Al-Ja>mi al-Musnad al-

    S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>lillah S{allallahu alaihi wa sallam wa

    Sunanihi wa Ayya>mihi. Al-Auny menyepakati kesimpulan tersebut.25

    Ada indikasi makna (dila>lah) penting yang terkadung di balik penamaan

    tersebut oleh Imam al-Bukhari, sebagai berikut:26Al-Ja>mi, maksudnya kitab

    tersebut menghimpun hukum-hukum (al-Ahkam) dan keutamaan berbagai

    amalan (al-fadhoil), peristiwa sejarah atau kisah-kisah masa lalu dan akan

    datang, masalah adab, ar-raqa>iq, dan tafsir. al-S{ah}i>h}, maksudnya kitab tersebut

    menghindari masuknya hadis-hadis dhoif, sebagaimana riwayat yang sahih dari

    Imam Bukhari yang menyatakan: Saya tidak memasukkan suatu hadis dalam

    kitab saya Al-Jami kecuali hadis itu sahih. Al-Musna>d, maksudnya objek utama

    takhrij hadis-hadis dalam kitab tersebut adalah hadis-hadis yang

    muttashilsanadnya melalui shahabat kepada Rasulullah SAW baik berupa

    perkataan, perbuatan maupun taqri>r Nabi SAW. Adapun, jika ada dalam kitab

    tersebut yang di luar itu, maka hanya pelengkap (taban) dan paparan penjelas

    (ard{an), bukan materi pokok (as}lan) dan tujuan. Penyebutannya merupakan

    bukti penguat (istishha>d) dan informasi tambahan (istina>s) agar kitab tersebut

    mampu menghimpun aspek-aspek substantif Islam. Al-Mukhtas}ar, menunjukkan

    22

    Ibnu S{ala>h. Ulum al-Hadis.., 22, Muhammad Muhammad Abu Syaibah, Fi Rih}>ab al-Sunnah al-Kutub al-S}ih}ah al-Sittah (Kairo: Silsilah al-Buhuth al-Islamiyah li al-Azhar, 1415 H/1995 M), 75, 23

    Siddiq Hasan Al-Qonujy, Al-Hitthah fi Dzikri as-Sihhah as-Sittah, ed. Ali Hasan al-,aby (Beirut: Dar al-Jail, tt.), 294 24

    Ibnu Hajar, Hadyu al-Sa>ry Muqaddimah Fath} al-Ba>ry.., 10 25

    Al-Sharif Hatim Arif alAuny, al-Unwa>n al-S{ahih li al-Kitab : Tarifuhu wa Ahamiyyatuhu wa Wasa>il Marifatihi wa Ihka>mihi Amthilah li al-Akht}a fih (Makkah al-Mukarramah: Dar Alam al-Fawa>id, 1419 H), 50 26

    Ibid., 50-51, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Maka>nah S{ah}i>h}ain (Kairo: al-Mathbaah al-Arabiyah al-Hadithah, cet. 1, 1402 H), 43

  • 9

    maksud Imam Bukhari yang tidak meniatkan untuk menghimpun semua hadis-

    hadis sahih yang diketahuinya dalam kitab tersebut.27

    c. Latar Belakang Penulisan Sahih Bukhari

    Menurut penelusuran Ibnu Hajar terhadap riwayat-riwayat terkait, ada

    tiga hal yang menjadi sebab penyusunan Sahih Bukhari,28

    yaitu:

    1) Kekurangpuasan terhadap metode penulisan kitab-kitab hadis yang ada pra-

    Imam Bukhari. Imam Bukhari menemukan kitab-kitab hadis yang disusun

    sebelum masa beliau baru bersifat menghimpun dan mengoleksi hadis dengan

    mencampuradukkan berbagai kualitas hadis tanpa dijelaskan kesahihan dan

    kedhoifannya. Metode semacam ini kurang tepat untuk konsumsi publik.

    Beliau tergerak minatnya untuk menghimpun hadis-hadis sahih saja yang

    tidak diragukan kesahihannya dalam satu kitab.

    2) Saran dari guru al-Bukhari, Amirul mukminin fi al-hadis wa al-Fiqh Ishaq bin

    Ibrahim al-Handzaly, yang dikenal dengan nama Ibnu Rahawaih. Imam

    Bukhari bercerita: Ketika kami berada dalam majlis Ishaq bin Rahawaih,

    beliau berkata: Alangkah baiknya, seandainya kalian menghimpun satu kitab

    yang ringkas untuk riwayat yang sahih dari sunah Rasulullah SAW. Maka,

    terbetiklah niat itu dalam hatiku dan aku pun mulai mengumpulkan hadis

    sahih untuk menyusunnya.

    3) Ilham dari Rasulullah SAW dalam mimpi al-Bukhari. Imam Bukhari berkata:

    Saya mimpi bertemu Rasulullah SAW, seakan saya berdiri di hadapan

    beliau. Saat itu di tanganku ada kipas yang aku kibaskankan untuk

    melindungi beliau. Aku bertanya kepada beberapa ahli takwil mimpi, dan

    dikatakan kepadaku: Kamu akan membela beliau dari kedustaan (atas nama

    beliau). Hal inilah yang mendorongku untuk menulis al-Ja>mi al-Sah}i>h.

    Ketiga sebab ini, tidaklah saling bertentangan. Namun, ketiganya menjadi

    faktor yang saling menguatkan motivasi imam Bukhari untuk memulai proyek

    penulisan kitab al-Ja>mi al-Shoh}i>h -nya.

    27

    Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah S{ah}i>h}ain, 34 28

    Ibn Hajar, Al-Hadyu, 311-312

  • 10

    d. Proses Penulisan dan Publikasi Periwayatan

    Imam Bukhari mulai menulis Kitab al-Ja>mi al-Shoh}i>h saat beliau berada

    di Masjidil Haram. Beliau melanjutkan dan melengkapi hadis-hadisnya hingga

    selesai penulisan kitab tersebut selama 16 tahun di berbagai tempat yang dilalui

    dan disinggahinya.29

    Al-Bukhari berupaya memilih dan menyaring sanad dan

    matan hadis-hadis dari hafalan dan catatannya. Al-Bukhari berkata: Saya

    cantumkan hadis-hadis dalam kitab iniyaitu al-Ja>mi al-S{ah{i>h}(sebagai

    seleksi) dari sekitar 600.000 hadis.30

    Kitab itu menjadi hujjah31 antara diriku

    dengan Allah.32

    Imam al-Bukhari menyelenggarakan forum-forum ilmiah untuk

    mendiktekan (imla) hadis-hadis dalam Kitab al-Ja>mi al-Shoh}i>h.Muridnya, Al-

    Farbary, menyebutkan bahwa ada 90.000 orang yang mempelajari langsung

    dengan mendengar (sima) periwayatan dari al-Bukhari, dan orang terakhir yang

    meriwayatkan secarasima di Baghdad adalah al-Qodhi Husain al-Mahamily.33

    e. Metodologi Kitabal-Ja>mi al-Shoh}i>h

    1) Kodifikasi hadis yang digunakan oleh al-Bukhari dalam penyusunan kitab

    sahihnya berbentuk fomat dan sistematika fiqh, istinba>t} al-ahka>m serta

    29

    Terdapat perbedaan riwayatan tentang tempat penulisan as-sahih ini, namun dapat

    dikompromikan, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah S{ah}i>h}ain, 36-38. Lihat Ibnu Hajar, Hadyu as-Sa>ry, Vol. 2, 479. Ibnu Hajar, Taghliq al-Taliq, Vol. 5, 418 30

    Ada yang heran dengan angka 600.000 hadis ini dan meragukan pernyataan al-Bukhari dengan

    logika; Kalau benar jumlah hadis demikian, berarti Nabi adalah orang yang banyak berkata-kata; Bantahan terhadap kesalahpahaman terhadap maksud al-Bukhari, bahwa maksud al-

    Bukhari adalah (1) cara perhitungan hadis. Jumlah yang banyak tersebut mencakup keseluruhan

    hadis baik yang berulang (mukarrar) sanadnya, satu hadis yang diriwayatkan dengan dua jalur

    dihitung sebagai dua hadis. (2) hadis yang dimaksud bukan hanya hadis marfu kepada Nabi SAW

    tetapi juga hadis mauquf dan maqt}u berupa athar shahabat dan tabiin.(3). Hadis Nabi bukan hanya berbentuk perkataan, tapi juga berbuatan dan taqri>r (persetujuan) Nabi SAW. Demikian juga mencakup seluruh peristiwa dan aktivitas kehidupan Nabi dan Shahabat.Yang dimaksud

    dengan 600.000 hadis di sinisuatu angka yang besaradalah dihitung bersama semua versi

    sanad periwayatan hadis-hadis yang memiliki matan yang sama atau serupa. Misalnya hadis:

    man yuri>d Allahu bihi khairan yufaqqihu fi al-din, diriwayatkan dari beberapa shahabat, maka masing-masing sanad dihitung sebagai hadis yang berbeda. Demikian pula variasi di tingkat

    thabaqoh selanjutnya. (lihat Abu Amr Uthma>n Ibn S{ala>h, Ulu>m al-Hadi>th (Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), ed. Nuruddin Itr (Beirut: Dar al-Fikr, cet. 3, 1418 H), 20-21 31

    Hujjah adalah jawaban ketika ditanyakan landasan setiap amal perbuatan pada Yaumul Mizan

    nanti.. Sebagaimana ayat wala taqfu ma laisa laka bihi ilmun..Setiap perkataan dan perbuatan hendaklah dilandasi dengan ilmu. Imam Bukhari menulis bab al-ilmu qabla al-qaul wal-amal. Ilmu syariat landasannya adalah Al-Quran dan Al-Hadis. 32

    Ibnu Hajar, Hadyu al-Sa>ry.. , 9 33

    Al-Dhahaby, Siyar Ala>m, Vol. 12, 433

  • 11

    istidla>l bi al-aha>di>th. Cara yang sama juga digunakan oleh Imam Malik dalam

    penyusunan al-Muwat{t{a, akan tetapi al-Bukhari menggunakannya dalam

    skala yang lebih luas, mencakup sekian banyak tema dan bab-bab

    pembahasan yang cukup terperinci. Format yang digunakan al-Bukhari ini

    berbeda dengan format yang digunakan oleh Muslim bin al-Hajjaj dalam

    Sahihnya atau al-Tirmidzi dalam Sunan-nya juga imam hadis lainnya. Imam

    Muslim dan al-Tirmidzi berkonsentrasi pada format dan teknik periwayatan

    dan eksplorasi sanad hadis serta fawaid al-hadithiyah.34qowaid al-hadithiyah.

    Penekanan pada elaborasi dan ekplorasi fiqh al-hadis tersebut tercantum

    dalam perincian bab dan tarajim al-abwab dalam al-Ja>mi al-Sah}i>h.

    2) Al-Bukhari menggunakan metode seleksi (al-Intiqa>) dan merangkum dan

    meringkas (al-Ikhtis{a>r)35 dengan cara menyeleksi hadis-hadis yang akan

    dicantumkannya dalam al-Ja>mi al-Sah}i>h . Dari 100 ribu hadis shahih yang

    dihafalnya,36

    Al-Bukhari hanya mencantumkan sebanyak 9082 hadis.37

    Dengan demikian hadis sahih yang tidak tercantum dalam sahih al-Bukhari

    lebih banyak karena maksud al-Bukhari bukan untuk menjadikan kitab

    sebagai ensiklopedi hadis yang menghimpun seluruh hadis sahih. Dengan

    demikian kritikan al-Da>raqut{ny dan ulama lain terhadap al-Bukhari yang

    tidak memasukkan hadis sahih tertentu dalam al-Jami al-Sahih padahal

    sesuai syarat al-Bukhari adalah kritikan yang tidak tepat.38

    34

    Nu>r al-Di>n Itr, Al-Imam al-Tirmidzi wa al-Muwazanah baina Ja>miihi wa al-S}ahihain (ttp: al-Lajnah al-talif wa al-tarjamah wa al-nasyr, cet. 1, 1390 H/1970 M), 26 35

    Ya>sir al-Shama>ly, Al-Wa>d}ih fi Mana>hij al-Muhaddithi>n(Amma>n: Da>r wa maktabah al-Ha>mid, cet. 3, 1427 H), 48 36

    Ibid., 49. Ada sebagian orang yang salah paham dengan angka hadis sahih yang demikian besar

    yang dihafal oleh al-Bukhari karena seluruh hadis yang terdapat seluruh kitab hadis tidak akan

    mencapai angka 100.000 hadis. Menurut al-Iraqy, kemungkinan maksud al-Bukhari adalah

    keseluruhan hadis-hadis yang mencakup hadis yang sanadnya diulang-ulang dalam berbagai

    variasi sanad dan matan, juga hadis-hadis mauquf (sanadnya hanya sampai kepada Sahabat Nabi

    SAW). LihatAl-Suyut}y,Tadrib al-Rawy fi Syarh Taqrib al-Nawawy. Ed. Muhammad Aiman bin Abdullah Al-Shibrawy (Kairo: Da>r al-Ha>dith, 1431 H/2010 M), 74 37

    Sayyid Abd al-Majid al-Ghaury. Al-Wajiz fi Tarif Kutub, 10. Hadis-hadis tersebut dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadis yang lain. Kitab-Kitab al-mustadrakat dan mustakrajaat

    adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis terkait dengan Kitab Sahih al-Bukhari secara

    sanad maupun matan. 38

    Yaitu dalam Kitab al-Daraquthny yang berjudul al-Ilzamat yang kemudian dicetak bersama al-Tatabu. Lihat Al-Da>ruqut}ny, Al-Ilzamat wa At-Tatabu, Ed. Muqbil bin Hadi al-Wadiy (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah. Cet. 2. 1405 H/1985 M)

  • 12

    3) Sahih Bukhari dianggap sebagai karya pertama yang memuat hadits sahih

    saja.Menurut Al-Hafiz} Ibn Hajar: Mereka menetapkan demikian karena

    bertaklid terhadap Al-Hamawiy. Sesudah saya hitung baik-baik dengan

    cermat bahwa jumlah hadits al-Bukhari beserta yang berulang-ulang, selain

    dari hadits mu`allaq dan muta>bi` ada 7397 buah hadits dan yang tidak

    berulang-ulang ada 2602 buah. Jumlah yang mu`allaq ada 1341 buah.Jumlah

    yang mutabi` ada 344 buah.Jumlah seluruhnya 9082 hadits.Dalam hitungan ini

    belum termasuk hadits-hadits mauquf dan hadits-hadits maqthu`. Al-Bukhari

    membagi kitabnya kedalam 97 kitab dan 4550 bab.39

    4) Kitab al-Jami disusun dalam sistematika kitab-kitab dan bab-bab. Dimulai

    dengan Kitab BudI al-Wahyi, kemudian Kitab al-Iman, Kitab al-Ilmu, Kitab

    al-Thoharoh, dan seterusnya sampai Kitab al-Tauhid. Semuanya terdiri dari

    97 kitab yang kemudian diperinci dalam bab-bab yang disertai penyebutan

    sejumlah hadis. Susunan bab-bab dan penamaannya menunjukkan istinba>t}

    fiqhiyyah, penggalianbutir-butir penting pelajaran dan hikmah dari hadis

    yang tercantum dalam masing-masing bab. Dalam keterangan bab-bab juga

    disebutkan ayat-ayat Al-Quran untuk menjelaskan keterkaitan hukum dan

    penafsirannya. Al-Bukhari bukan hanya fokus pada pencantuman hadis,

    namun memperkaya kandungan kitabnya dengan pelajaran-pelajaran fikih dan

    untaian hikmah dan tafsir ayat dengan penjudulan dan beragam kutipan

    dalam tara>jim al-abwa>b. Dengan demikian, kitab tersebut bukan hanya

    berkualitas dari aspek riwa>yah (dokumentasi) namun juga berkualitas dari

    aspek dira>yah (analisa).

    5) Pada umumnya dalam pencantuman hadis di setiap bab, Al-Bukhari mulai

    dari penyebutan hadis yang paling sahih.40

    Sebagaimana hal ini umumnya

    dilakukan oleh ahli hadis yang menyusun kitab hadis dalam sistematika fiqih.

    Al-Bukhari mendahulukan hadis yang paling penting terkait dengan judul

    bab, dan memiliki korelasi yang jelas dan kandungan petunjuk dalam matan

    hadisnya yang saling melengkapi.

    39

    Menurut Hasbi ash Shiddieqy bab-nya berjumlah 3521. Pokok-Pokok Ilmu Diroyah Hadis, jilid I (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), 208-211 40Ali Nayef BiqaI,Mana>hij al-Muhaddithin al-A s}s}ah(Beirut: Da>r al-Basha>ir al-Isla>miyah, cet. 2, 1430 H), 117

  • 13

    6) Ada perhatian terhadap aspek ulu>w al-isna>d yaitu isnad yang tinggi karena

    rangkaian perawinya yang muttas}il dengan jumlah perawi perantara yang

    sedikit sehingga jarak periwayatan antara mukharrij dengan Nabi SAW

    sangat dekat. Aspek uluw al-isna>dini adalah hal yang penting menurut ahli

    hadis karena berpengaruh kepada kekuatan validitas sanad. Jumlah perawi

    perantara sampainya hadis yang sedikit berarti lebih menjamin terbebasnya

    hadis dari masalah yang menrusak kesahihannya.41

    Kelebihan Al-Bukhari

    adalah menggabungkan aspek uluw al-isna>d dengan kebersihan sanad dan

    matannya dari catat. Dalam sanad hadis sah}i>h al-Bukhari, Jarak terdekat

    antara Imam al-Bukhari dengan Rasulullah diperantarai oleh tiga perawi.

    Inilah yang disebut thula>thiya>t al-Bukha>ri. Menurut penelitian Ibnu Hajar,

    ada lebih dari 20 hadis dalam sah}i>h al-Bukhari dalam catatan Ibnu Hajar.42

    Berikut data perbandingan thula>thiya>t dalam beberapa Kitab Hadis:43

    No Nama Kitab Jumlah Keterangan

    1 Musnad Ahmad 332 Paling banyak karena berada

    di level syaikh

    2 Sahih al-Bukhari 22 -

    3 Sahih Muslim Tidak ada -

    4 Sunan Abu Dawud Tidak ada

    Tidak ada

    -

    5 Sunan At-Tirmidzi 1 Yaitu Dari Ismail bin Musa

    al-Fazsariyy dari Umar bin

    Syakir dari Anas bin Malik

    6 Sunan An-Nasai Tidak ada -

    7 Sunan Ibnu Majah 5 Dari jalur Jubairah bin al-

    Mughallis dari Katsir bin

    Sulaim dari Anas bin Malik

    8 Sunan ad-Darimy 15 -

    41Nuruddin Itr,Manhaj al-Naqd, 358 42

    Ibnu Hajar, Fath al-Bary, Tahqiq Abdul Qadir Hamd, Vol. 1, 243 43

    Lihat Nuruddin Itr dalam Disertasinya Muwazanah baina al-Tirmidzi wa as-Sahihain, 16 dan penelusuran penulis dengan bantuan al-Maktabah al-Syamilah.

  • 14

    Contoh Thula>thiya>t al-Bukhari: Kitab al-Ilmi Bab man Kadzaba ala

    al-Nabi SAW, hadis no. 108.44

    Al-Bukhari berkata: Telah menceritakan kepada kami Makky bin

    Ibrahim, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin

    Ubaidillah dari Salamah, dia berkata; Saya mendengar Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang mengatakan sesuatu atas namaku padahal aku tidak pernah mengucapkannya, maka hendaklah dia

    menyiapkan tempat duduknya dalam neraka.

    Walaupun demikian, ada juga sanad terpanjang dalam sah}i>h al-Bukhari yaitu

    hadis nomor 7135 dalam Kitab al-Fitan Bab Yajuj wa Majuj.45 Hadis ini

    terdiri dari sembilan (9) perawi perantara atau disebut tusa>iy.

    7) Perhatian al-Bukhari untuk meriwayatkan hadis dari jalur asah{h{ual-asa>nid wa

    al-t}uru>q (sanad yang terbaik tingkat kesahihannya). Contohnya riwayat dari

    Abu al-Zinad dari Abdurrahman bin hurmuz al-Araj dari Abu Hurairah,

    sekitar 134 hadis, Muhammad Syihab Al-Zuhry dari Said bin Musayyib dari

    Abu Hurairah, sekitar 65 hadis, Abdurrozzaq dari Mamar bin Rasyid dari

    Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah RA, sekirar 47 hadis. Sanad ini

    istimewa karena mereka adalah para perawi pemilik catatan

    hadis.46

    Muhammad bin Syihab al-Zuhry dari Salim bin Abdillah dari

    Bapaknya (Ibnu Umar RA), sekitar 136 hadis.

    8) Beragam cara penyajian hadis oleh Al-Bukhari seperti menyebut hadis secara

    lengkap sanad dan matannya, menyebut matan tanpa sanad, memotong sanad

    dan hanya menyebut fulan an (dari) Rasulullah atau menyebut hadis secara

    muallaq baik untuk tujuan menjadikannya sebagai argumen (hujjah) untuk

    44

    Muhammad bin Isma>il al-Bukhari, Al-Ja>mi Al-Musnad al-S{ahi>h. Vol. 1 (Beirut: Dar T{uruq al-Najah, cet. 1, 1422 H), 33 Kitab al-Ilmi Bab man Kadzaba ala al-Nabi SAW, hadis nomor 109. Dalam makalah ini, Kitab tersebut kadang ditulis Sahih al-Bukhari atau al-Ja>mi al-S{ahi>h. 45

    Al-Bukhari, al-Jami al-Sah}i>h, Tahqiq Abdul Qodir al-Hamd, Juz 4, 327 46

    Lihat Ugi Suharto. Peranan Tulisan.., 74-84

  • 15

    tarjamah bab, atau mengisyaratkan adanya illah dalam hadis itu atau

    memang hadis itu telah dicantumkan di tempat lain sebelumnya.

    9) Jenis hadis dalam Kitab Sahih al-Bukhari. Menurut penelitian Ibnu Hajar,

    hadis-hadis yang terdapat dalam al-Ja>mi al-S{ah{i>h} ada dapat diklasifikasikan

    menjadi tiga (3) macam menurut penempatan dan fungsinya; Pertama, hadis

    al-ushul (hadis pokok/utama) yaitu hadis-hadis yang dicantumkan dengan

    sanad yang lengkap (musnad) dari al-Bukhari sampai marfu> kepada

    Rasulullah SAW menggunakan ungkapan (s}ighah) haddatsana> atau yang

    setara. Hadis semacam ini kualitasnya sahih dan sesuai syarat sahihnya yang

    sejalan dengan penamaan kitabnya al-Ja>mi al-S{ah{i>h}. Kedua, hadis-hadis

    sebagai tara>jim hadis-hadis yang tidak termasuk dalam syarat sahih al-

    Bukhari walaupun kualitasnya layak untuk dijadikan hujjah. Hadis semacam

    ini dicantumkan dalam bentuk pengungkapan yang berbeda dengan kelompok

    pertama. Hadis semacam ini dicantumkan dalam bentuk muallaqa>t.

    Termasuk juga dalam konteks ini adalah hadis-hadis yang hanya dipakai

    dalam bentukkutipan secara lafadz maupun makna untuk penjudulan bab-bab.

    Ketiga, hadis-hadis yang diposisikan sebagai muta>baat baik al-Muta>baatal-

    musnadah (hadis-hadis penguat yang dicantumkan dengan sanad yang

    lengkap (musnad) dan sampai kepada Rasulullah SAW (marfu>)) maupun

    muta>baat ghair al-musnadah.47 jumlah hadis al-muta>baat sebanyak 344

    hadis.48

    47

    Ibn Hajar, Hadyu al-Sa>ry..., 6 48

    Sayyid Abdul Majid al-Ghaury. Al-Waji>z fi Tarif Kutub al-Hadith.., 10

  • 16

    Gbr. Contoh jenis-jenis hadis dalam Sah}i>h al-Bukhari. 49

    10) Kecenderungan dan perhatian al-Bukhari dalam penyusunan al-jami al-Sahih

    kepada aspek fiqh al-hadis, dapat dibuktikan dari empat realitas dalam

    kitabnya yaitu (1) Tarajim al-Abwab, (2) al-Taliq, (4) al-Tikra>r, (4) al-

    Ikhtishar wa taqthi al-hadith al-wahid.

    11) Tarjamah dalam konteks sahih al-Bukhari adalah kalimat atau pernyataan

    pembuka yang disebutkan oleh al-Bukhari sebelum mencantumkan hadis-

    hadis yang musnad di dalam setiap bab dari kitab Sahihnya. Termasuk

    didalamnya adalah teks berupa hadis hadis-hadis marfu> atau mauquf atau

    maqthu.50Contohnya :51

    Tarjamah al-Bukhari merupakan manifestasi fiqh al-Bukhari terhadap

    berbagai persoalan syariah dengan istid}la>l-nya dengan menggunakan ayat Al-

    Quran, hadis, maupun atha>r. Secara umum, korelasi (kesesuaian)

    49Muhammad bin Isma>il al-Bukhari, S}ahih al-Bukhari.., Vol. 4, 22 50

    Abdul Azi>z Ahmad al-Ja>sim. Al-Wazi>z ila ma> fi> Tara>jim al-Bukhari min H>{adith. (Majalah Jamiah al-Malik Suud, ed. 17, al-Ulum al-Tarbiyah wa al-Dirasah al-Islamiyah (1), 1425 H/2004 M), 432 51Muhammad bin Isma>il al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Vol. 8, 30

    Judul Bab

    Hadis Tarjamah al-bab

    Hadis

    al-Ushul

    Hadis Mutabi

  • 17

    antaratarjamahal-Ba>b dengan hadis-hadis yang tercantum ada dua macam: (a)

    korelasi eksplisit, yaitu korelasi antara maksud tarjamah dengan tekstual

    hadis yang tercantum cukup jelas dan dapat langsung dipahami, baik secara

    lafadz dan makna atau makna saja. (b). korelasi implisit, yaitu korelasi yang

    cukup samar antara maksud tarjamah dengan tekstual hadis yang tercantum,

    baik secara lafadz dan makna, kecuali setelah analisa dan penelitian yang

    mendalam.Bentuk-bentuk tarjamah dalam Sahih al-Bukhari yaitu: (1)

    Tarjamah dengan teks hadis, meliputi (a) tarjamah persis dengan teks hadis

    yang tercantum, (b) tarjamah dengan teks hadis lain yang disebutkannya di

    tempat lain dalam Sahihnya, (c) tarjamah dengan teks hadis sahih tetapi

    tidak sesuai syaratnya, (d) tarjamah dengan hadis dhoif, (2) tarjamah dengan

    makna hadis, meliputi: tarjamah dengan makna hadis yang di-tarjamah-kan,

    tarjamah dengan makna hadis yang tercantum dalam bagian lain dari

    Sahihnya, tarjamah dengan makna hadis sahih yang tidak sesuai syaratnya.

    (3) Tarjamah dengan atha>r yang marfu> dan mauquf . Bervariasinya kualitas

    hadis-hadis yang tercantum sebagai tarjamahbab. Menurut penelitian Shidiq

    Hasan Khan, variasinya antara lain: (1) hadis marfu> tetapi tidak sesuai syarat

    al-Bukhari, pencantumannya hanya sebagai syahid atas syaratnya. (2)

    tarjamah dengan hadis marfu> yang tidak sesuai syaratnya untuk tujuan

    istinbath dari kandungan hadis yang akan dicantumkan baik yang bersifat

    eksplisit maupun implisit. (3) tarjamahnya adalah ungkapan dari pendapat

    madzhab ulama sebelumnya, tanpa memastikan sikap tarjih-nya atas

    pendapat tersebut, (4) tarjamah dengan masalah yang di-ikhtilaf-kan

    disebabkan teks hadis yang beragam. Al-Bukhari mencantumkan hadis-hadis

    yang mukhtalaf terkait tema tersebut agar dapat dijadikan referensi kajian

    bagi orang yang meneliti masalah tersebut.52

    12) Pengulangan (tikra>r) penyebutan hadis. Dalam Sahih al-Bukhari terdapat

    3275 hadis yang diulang.53

    Banyaknya pengulangan ini karena adanya

    tambahan informasi baik sanad maupun matan yang terkandung dalam hadis

    52

    Siddiq Hasan Al-Qanujy, Al-Hitthah.., 302-306 53

    Perhitungan Ibnu Salah yang disepakati Imam al-Nawawi bahwa dalam Sahih al-Bukhari

    terdapat 7275 hadis termasuk yang diulang (mukarrar) dan jika tanpa menghitung yang diulang

    sebanyak 4000 hadis. Lihat Al-Suyuthi. Tadrib al-Rawy fi Syarh Taqrib al-Nawawy... , 77

  • 18

    yang diulang. Bahkan kandungan informasi tambahan yang berbeda dalam

    matan hadis yang berulang tersebut seperti kedudukan hadis tersendiri

    sehingga sulit untuk diabaikan.54

    Hal ini sejalan dengan metode al-Imam al-

    Bukhari sangat memprioritaskan eksplorasi dan elaborasi kandungan hukum

    dan hikmah (fiqih hadis) dari suatu matan hadis dalam perincian berbagai

    sub-sub judul yang ada dengan menggunakan metode istidlal.55 Manfaat lain

    dari pengulangan pencantuman hadis ini antara lain penjelasan adanya

    beberapa shahabat yang meriwayatkan hadis yang sama, atau memaparkan

    beberapa variasi s}ighahtahammul wal ada seperti satu jalur sanad

    menggunakan lafadz ananah sedangkan yang lain dengan s}ighah sima

    (seperti haddatsana, samitu, dll). Jika pengulangan sanad untuk matan

    yang sama mulai dari level sahabat berarti menaikkan status hadis tersebut

    dari sifat ghari>b56. Di samping itu penyebutan hadis secara tikra>r adalah

    untuk menginformasikan adanya perbedaan riwayat hadis bersangkutan

    antara statusnya maushul atau mursal munqathi, marfu> atau mauquf. Al-

    Bukhari mentarjih dan berhujah dengan sanad hadis yang musnad maushul

    dan marfu> tetapi menyebutkan sanad lain dari hadis tersebut sesudahnya

    yang berstatus mursal, munqathi atau mauquf untuk mengindikasikan

    adanya perbedaan riwayat hadis tersebut. Dengan demikian, kritik sebagian

    ulama atas keberadaan hadis dengan sanad mursal, munqathi atau mauquf

    tersebut tidak berpengaruh kepada kualitas kesahihan hadisnya.57

    13) Al-Bukhari menggunakan tahwil al-asanid yaitu mencantunmkan cabang

    sanad tertentu yang akan bertemu pada satu perawi tertentu di atasnya

    sampai akhir sanad. Tahwil al-isnad ini dilambangkan dengan huruf ().

    Jumlah hadis dalam Sahih al-Bukhari yang dicantumkan dalam bentuk tahwi>l

    54

    Sebagaimana keterangan murid al-Bukhari yaitu Imam Muslim tentang sebab adanya tikrar dalam Muqaddimah Sahih Muslim, 3. 55

    Ibnu Hajar,Hadyu al-Sary, 17. Nur al-Din Itr. Al-Muwaza>nah, 78 dan 112 56

    Hadis ahad yang di antara salah satu atau beberapa t}abaqa>t dari rangkaian sanad perawinya hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi. 57

    idem

  • 19

    al-isna>d sebanyak 184 hadis.58 Bandingkan dengan dalam Sahih Muslim yang

    mencapai 1162 hadis dari keseluruhan hadis yang berjumlah 7388 hadis.59

    14) Untuk informasi cabang-cabang variasi sanad dari suatu matan hadis, al-

    Bukhari juga menggunakan huruf at}fwauw ( ) yang setara artinya dengan

    kata sambung dan dalam ungkapan (s}ighah) al-tahammul wa al-

    ada>(penerimaan dan penyampaian hadis) seperti : wa haddathana (sekitar 27

    hadis), wa haddathany (sekitar 25 hadis), wa akhbarana (sekitar 6 hadis) wa

    akhbarany (sekirat 35 hadis), wa samitu (sekitar 16 hadis), dll.60

    15) Untuk menghindari adanya pengulangan penyebutan matan dari beberapa

    sanad hadis yang difungsikan sebagai itibar dalam satu bab tertentu, al-

    Bukhari menggunakan ungkapan atau . Ungkapan

    mengisyaratkan adanya kesamaan atau kemiripan secara lafaz dari matan.

    Jumlahnya sekitar 100-an hadis. Sementara ungkapan mengisyaratkan

    adanya kesamaan secara makna dan jumlahnya sekitar 60-an hadis.61

    16) Dibandingkan dengan Muslim bin al-Hajja>j, Al-Bukhari sedikit sekali

    memberi keterangan tentang adanya perbedaan atau ragam lafal dari para

    perawi yang disatukan penyebutan sanadnya. Imam Muslim sering

    menginformasikan tentang siapa pemilik lafaz yang secara tekstual

    dicantumkannya. Hal sama juga dilakukan oleh An-Nasai dan Imam al-

    Tirmidzi dan Abu Dawud tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit.

    Ungkapan B M AD T N IM A

    - - 18 23 - - 1

    2 627 2 6 137 2 5

    58

    Hasil penelusuran dengan menggunakan al-Maktabah al-Sha>milah 59Jumlah hadis Muslim menurut penomoran Fuad Abdul Baqy. Lihat al-Waji>z fi Tari >f Kutub al-Hadi>th, 11 60

    Penelusuran dengan bantuan Program al-Maktabah al-Sha>milah. Data jumlah hadis tersebut termasuk hadis dalam tara>jim al-abwa>b, al-us}ul maupun al-muta>baa>t. 61

    Penelusuran dengan bantuan Program al-Maktabah al-Sha>milah

  • 20

    - 18 - - - - -

    - 1 - - - - -

    - 1 - - - - -

    - 1 - - - - -

    - 17 - - - - -

    Dari data di atas dapat diketahui bahwa Imam Muslim adalah penulis kitab

    hadis yang paling perhatian dengan teknik periwayatan sanad dan matan

    hadis (al-s}inaah al-hadithiyah). Sementara Imam al-Bukhari tidak terlalu

    fokus dari aspek ini, namun beliau unggul dari aspek al-istinba>t} al-

    hadi>thiyyah dan istid}la>l fiqhiyyah. Menurut Nu>r al-Di>n Itr, al-Tirmidzi

    termasuk ulama hadis yang mengikuti jejak Imam Muslim. Dari penelusuran

    dengan al-Maktabah al-Sha>milah dapat diketahui bahwa selain data di atas,

    ungkapan al-Tirmidzi dalam mengelaborasi informasi sanad dan matan yang

    beragam maupun yang ghari>b antara lain la> narifu ha>dha> al-hadi>th ala> ha>dha>

    al-lafz} illa> min ha>dha> al-wajh, atau la> narifu ala> dha>lika al-lafz}, atau

    tafarrada fula>n ala> dha>lika al-lafz}.

    17) Al-Bukhari cukup banyak meringkas sanad hadis dalam bentuk hadis

    muallaq. Hadis muallaq yaitu hadis yang marfu> (sampai kepada Rasulullah

    SAW) akan tetapi tidak disebutkan sanadnya yang bersambung secara

    lengkap oleh al-Bukhari. Sebagiannya ada yang karena sudah disebutkan di

    bagian lain dari kitabnya. Namun ada juga yang sama sekali tidak ditemukan

    sanad lengkapnya dalam kitab Sahihnya.62

    Jumlah hadis Muallaqa >t dalam

    shahih al-Bukhari sebanyak 1341 hadis.63Di antaranya berupa mutabaat dan

    62

    Ibn Hajar, al-Nukat ala> Kita>b Ibn S{ala>h, Vol. 1, ed. DR. Rabi bin Hady Umair (Riyadh : Daral-Rayah, cet. 3, 1415 H/1994 M), 325 63

    Bandingkan dengan Sahih Muslim yang hanya terdapat 12 hadis muallaq yaitu satu hadis yang

    di-taliq tanpa di-washl-kannya di bagian lain, tetapi di-washl-kan oleh penyusun kitab hadis lain

  • 21

    penjelasan adanya ragam riwayat sebanyak 384 hadis.64

    Al-Bukhari

    melakukan tali>q untuk tujuan meringkas uraian sanad hadis dan menjauhi

    adanya pengulangan (repetisi) karena mayoritas hadis-hadis muallaqa>t

    tersebut telah disebutkan sanad lengkapnya (maus}ul) di tempat lain dalam

    Kitab Sahihnya.65

    Al-Bukhari mengindari repetisi kecuali untuk sesuatu yang

    ada faidahnya. Apabila suatu matan mengandung berbagai kandungan

    hukum, maka al-Bukhari mengulang penyebutannya dalam bab-bab terkait

    baik secara lengkap ataupun mengutip sebagiannya. Apabila terjadi repetisi,

    al-Bukhari menghindari penyebutan ulang sanad yang sama tapi beralih

    kepada jalur sanad yang lain baik perubahan itu itu dari perawi t}abaqah

    gurunya atau guru dari gurunya. Apabila dalam kondisi tertentu tidak ada

    alternatif jalur sanad yang lain karena hadis tersebut hanya punya satu sanad

    tetapi kandungan matannya mencakup beberapa petunjuk hukum sehingga

    perlu ada pengulangan, maka al-Bukhari meringkas sanadnya ataupun

    meringkas matannya (hanya menyebut matan yang berkaitan dengan bab).66

    Hal inilah yang menyebabkan al-Bukhari melakukan taliq terhadap hadis

    yang sanadnya maushul di bagian lain kitabnya. Adapun hadis yang tidak

    disebutkan sanad lengkap bersambung (maus}ul) oleh al-Bukhari di tempat

    lain dalam Sahihnya sebanyak 170 hadis.67

    Ibnu Hajar al-Asqalany menyusun

    kitab khusus yang menyebutkan sanad lengkap hadis-hadis tersebut dalam

    kitabnya Taghliq al-Tali>q.

    18) Dari aspek validitas (kesahihan)nya, Ibnu Hajar menyebutkan klasifikasinya:

    (1) Hadis-hadis muallaqat dengan ungkapan (s}ighah) jazm (indikasi yang

    tegas dan pasti) yang sahih sesuai dengan syarat al-Bukhari. Al-Bukhari

    men-taliq hadis semacam ini, bisa jadi karena tidak langsung didengarnya

    (as-sima) tetapi diperoleh dengan cara al-mudhakarah atau al-ija>zah (2)

    Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan (s}ighah) jazm akan tetapi tidak

    yaitu hadis dalam Kitab al-Haidh bab al-tayammum dari al-Laits bin Saad. Lihat Al-Suyut}i. Tadrib Ra>wy , 88-89 64

    Ibid., 77. Bandingkan dengan jumlah muta>baa>t dan shawa>hid dalam Sahih Muslim sebanyak 1618. Lihat Sayyid Abdul Majid al-Ghaury. Al-Wajiz fi Tarif Kutub al-Hadi>th, 11 65

    Ibn Hajar, Al-Nukat, Vol. 1, 325, Ali Nayef BiqaI, Mana>hij al-Muhaddithin al-As}s}ah, 125 66

    Ibid., Vol. 1, 325 67

    Al-Suyut}y. Tadrib al-Rawy... , 89.

  • 22

    sesuai syarat al-Bukhari. (3) Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan

    (s}ighah) jazm dan nilainya dhaif karena sanadnya terputus (al-inqit}a), (4)

    Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan (s}ighah) tamri>d} (indikasi yang tidak

    tegas dan pasti), nilainya sahih tetapi tidak sesuai syarat al-Bukhari, (5)

    Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan tamri>d}yang nilainya hasan, (6)

    Hadis-hadis muallaqa>t dengan ungkapan (s}ighah) tamri>d} yang nilainya

    dhoif. Hadis yang kualitasnya dhoif ini ada yang dhoif dengan penguat

    (yunjabar) sehingga dapat naik ke level hasan, namun ada pula yang dhoif

    tanpa penguat sehingga tidak dapat naik level. Al-Bukhari menyebutkan

    hadis model terakhir ini dalam konteks kritik validitasnya dengan

    mengisyaratkan secara eksplisit kedhoifannya.68 Menurut penelitian al-Hafiz}

    Ibnu Hajar, jumlah hadis muallaq dengan sighat jazm yang berkualitas sahih

    tetapi tidak memenuhi syarat al-Bukhari cukup banyak dalam Sahih al-

    Bukhari. Sementara hadis muallaq dengan shighat tamrid} yang dipaparkan

    dalam konteks dijadikan hujah, pendalilan dan bukti (ihtija>j dan istishha>d)

    oleh al-Bukhari, maka hukumnya sahih atau hasan atau dhoif dengan

    penguat. Adapun, hadis muallaqtamridh ini yang disebutkan dalam konteks

    kritik dan penolakan (ar-radd) maka hadis tersebut dhoif menurut al-

    Bukhari.69

    2. Kitab Al-Ja>mi al-S{ahi>h atau Sahih Muslim

    a. Nama Penulis

    Penulisnya adalah seorang al-Ima>m, al-Ha>fiz}, kritikus hadis, Abu al-

    Husain Muslim Ibn al-Hajja>j Ibn Muslim al-Qushairy al-Naisabuwry. Beliau lahir

    tahun 204 H dan meninggal tahun 261 H.70

    Beliau belajar hadis dengan melakukan rihlah untuk menemui banyak

    guru sehingga beliau mencapai level tinggi ulama hadis dunia. Di antara guru-

    guru penting dan terbanyak periwayatan hadisnya oleh Imam Muslim; Abu Bakar

    68

    Ibn Hajar, al-Nukat,Vol. 1, 325-326. Contoh-contoh hadis dalam al-Bukhari sesuai klasifikasi di atas dapat dilihat dalam Kitab tersebut 69

    Ibid., 342 70

    Abu Ya>sir Muhammad bin Mat}r A

  • 23

    Ibn Abi Shaibah (sebanyak 1450 hadis), Zuhair Ibn Harb Abu Khaithumah

    (1281), Muhammad Ibn al-Muthanna (772 hadis), Yahya bin Yahya Ibn Bakr al-

    Naisa>bu>ry (689 hadis), Qutaibah Ibn Sai>d (668 hadis).71Termasuk di antara

    gurunya adalah Imam al-Bukhari. Adapun di antara murid-muridnya adalah

    Muhammad bin Makhlad ibn Hafs} al-Dawry, Abu Awa>nah al-Isfara>iny dan

    Muhammad bin I bin Su>rah al-Tirmidhi atau yang lebih dikenal dengan Imam

    al-Tirmidhi.72

    Banyak pengakuan ulama di masanya dan sesudah zamannya atas

    integritas dan kapasitas keilmuan hadisnya. Di antaranya Ahmad bin Salamah

    berkata: Saya melihat Abu Zurah dan Abu Ha>tim mengunggulkan Muslim bin

    al-Hajja>j atas para ulama (mashaikh) di masa mereka.73 Muhammad bin Abd al-

    Wahha>b al-Farra> berkata: Muslim bin al-Hajja>j adalah salah seorang ulama

    dunia dan wadah ensiklopedi ilmu.74

    b. Nama Kitab

    Ulama berbeda pendapat dalam menyebutkan dan menetapkan nama

    Kitab ini. Ada yang hanya menyebutkan al-Sahi>h saja tanpa atribut yang lain.

    Seperti pendapat Ibn al-Nadi>m, Ibn Asa>kir, Ibn Kathi>r, al-Dhahaby, Ibn al-Jazry,

    al-Ya>fiy, dll. Ada yang menyebutkan al-Ja>mi al-Sahi>h. Ada pula yang hanya

    menyebut Kita>b Muslim seperti pernyataan Abu Aly al-Naisa>bu>ry dan riwayat

    dari Ibn Atiyah Kitab Muslim Ibn al-Hajja>j al-Sahi>h, Kitab Muslim Ibn al-

    Hajja>j al-Musnad. Sementara Nama yang populer di kalangan ulama adalah

    Sahih Muslim. Ibn S{alah meriwayatkan pernyataan dari Imam Muslim sendiri

    yang menyatakan:

    . " "

    71

    Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry, Riwayah S}ahi>h Muslim min T{ari>q Ibn Ma>ha>n Muqa>ranah bi Riwayah Ibn Sufya>n (Tesis, Kuliyah Tarbiyah Qism al-Hadi>th al-Nabawy al-Shari>f, Ja>miah

    Takri>t, 2010 M), 18 72

    Ibid., 26 73

    Ahmad Fari>d, Min Ala>m al-Salaf, Vol. 2, 308 74

    Ibid., 310

  • 24

    Saya menyusun Kitab al-Musnad al-S{ahi>h ini dari tiga ratus ribu hadis yang saya dengar (dari guru saya).75

    Menurut al-Qanu>jy dan dalam riwayat kedua dari Ibnu Kathi>r, namanya

    adalah S{ahi>h Muslim. Adapun menurut penelitian Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-

    Dawry, penamaan dengan Al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas{ar min al-Sunan dan

    Al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar min al-Sunan bi al-Naql al-Adl an al-Adl

    an Rasul Allah S{alla> Allah Alaih wa Sallam adalah hal yang aneh. Dengan

    demikian nama yang asli (orisinil) menurut Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry

    dan Muhammad Abd al-Rahma>n T{awa>libah adalah al-Musnad al-S{ahi>h dan

    yang populer di masyarakat adalah S{ahi>h Muslim.76

    c. Motivasi dan Proses Penulisannya

    Ada dua faktor yang disebutkan sendiri oleh Imam Muslim bin al-

    Hajja>jSebagaimana tersebut pengantar Kitab Sahih Muslim, yaitu:

    1) Menjawab permintaan dari salah seorang muridnya.

    2) Banyaknya kitab-kitab yang ditulis pada masa itu yang dipenuhi oleh

    hadis-hadis yang lemah, munkar dan palsu sementara kitab-kitab itu

    menyebar luas di tengah masyarakat umum.77

    Imam Muslim menyusun Kitab Sahihnya tersebut selama lima belas (15) tahun

    dengan menyeleksi dari 300 ribu hadis-hadis sahih yang dikumpulkan dan

    dihafalnya.78

    Kemudian Kitab tersebut disodorkan untuk dikoreksi dan

    mendapatkan pengakuan dari ulama hadis di zamannya di antaranya Imam Abu

    Zurah al-Ra>zy. Abu Zurah membantu mengoreksi dan menunjukkan beberapa

    hadis yang terdapat illat-nya dan Imam Muslim kemudian membuangnya dari

    Kitab Sahihnya.79Imam Muslim berkata tentang Kitabnya ini: Seandainya para

    75Uthma>n Ibn Abd al-Rahma>n Ibn al-S{alah, S{iyanah S{ah{i>h Muslim Min al-Ikhla>l wa al-Ghalat} wa Hima>yatih min al-Isqa>t} wa al-Saqt}, ed. Muwaffiq Abd Allah Abd al-Qa>dir (Beirut: Da>r al-Gharb al-Islamy, cet. 2, 1408 H), 67 76Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry, Riwayah S}ahi>h Muslim.., 34-35 77

    Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy Al-Naisa>bu>ry, al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar bi Naql al-Adl an al-Adl Ila> Rasul Allah S{alla> Allah Alaihi wa Sallam atau Sahih Muslim. Vol. 1. Ed.Muhammad Fuad Abd al-Ba>qy (Beirut: Dar Ihya> al-Turath al-Araby, tth), 7 78

    Muhammad Muhammad Abu Syaibah, Fi Rih}>ab al-Sunnah, 109-110 79

    Ibid., 111

  • 25

    ahli hadis mencatat hadis selama dua ratus tahun, maka porosnya adalah seputar

    pada hadis-hadis dalam (Kitab) Musnad ini.80

    d. Tingkatan Perawi Hadis dalam Sahih Muslim

    Sebagaimana disebutkan sendiri oleh Imam Muslim, dalam Kitab Sahihnya

    terdapat 3 jenis perawi, yaitu (1) Para perawi di level huffa>z} danmutqini>n yang

    lurus dn kokoh ke-d}a>bit-annya dalam periwayatan hadis dan tanpa cacat dalam

    periwayatan. (2) Para perawi dikenal dengan sifat jujur dalam periwayatan (s{idq)

    namun berada di level menengah (di bawah level pertama) dalam kekuatan

    hafalan dan ketepatan (itqa>n) riwayat, (3) Para perawi yang dinyatakan lemah

    (d}uafa>) dan ditinggalkan hadisnya (matru>ki>n)dan mayoritas hadisnya

    munka>r.81Secara eksplisit, Imam Muslim menyatakan bahwa beliau

    mencantumkan hadis-hadis dari para perawi jenis pertama kemudian diikuti

    dengan pencantuman para level kedua. Adapun perawi level atau jenis ketiga,

    Imam Muslim menghindarinya.82

    Jika diteliti lebih lanjut, perawi level kedua,

    hadis-hadisnya dijadikan sebagai mutabaa>t dan shawa>hid oleh Imam Muslim.

    Sementara ada sedikit hadis di level ketiga yang dicantumkan baik karena sanad

    riwayatnya a>ly seperti perawi Suwaid bin Sai>d atau karena adanya riwayat-

    riwayat lain dari para perawi thiqa>t yang menguatkan validitasnya.

    e. Metodologi Penulisan

    1) Hadis-hadis disusun secara sistematis dalam kitab-kitab dan pasal-pasal

    tematis fikih (abwa>b fiqhiyyah). Akan tetapi, berbeda dengan kitab

    jawa>mi yang lain, Kitab ini tidak menyertakan penetapan hukum

    (istinbat}) dan pendapat-pendapat fikih. Demikian pula tidak

    mencantumkan penjelasan ringkas (tarjamah) masing-masing bab yang

    80Uthma>n Ibn Abd al-Rahma>n Ibn al-S{alah, S{iya>nah S{ah{i>h Muslim Min al-Ikhla>l wa al-Ghalat} wa Hima>yatih min al-Isqa>t} wa al-Saqt}, ed. Muwaffiq Abd Allah Abd al-Qa>dir (Beirut: Da>r al-Gharb al-Islamy, cet. 2, 1408 H), 67 81

    Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy Al-Naisa>bu>ry, al-Musnad al-S{ahi>h al-Mukhtas}ar bi Naql al-Adl an al-Adl Ila> Rasul Allah S{alla> Allah Alaihi wa Sallam atau Sahih Muslim. Vol. 1. Ed.Muhammad Fuad Abd al-Ba>qy (Beirut: Dar Ihya> al-Turath al-Araby, tth), 4-5 82

    Ibid., 5-6

  • 26

    terkait akidah dan juga tidak menakwilkannya.Dalam masing-masing bab,

    pencantuman hadis dimulai dari hadis yang diriwayatkan perawi yang

    paling thiqah dan mutqi>n kemudian hadis dari perawi di bawah level itu.

    Muslim juga memperbanyak hadis-hadis mutabaa>t dan shawa>hid.83

    2) Aspek teknik pencantuman sanad (s}inaah al-asa>ni>d).

    a) Imam Muslim mengkombinasikan upaya peringkasan (Ikhtis}a>r)

    dan penghimpunan seluas-luasnya (isti>a>b) terhadap riwayat-

    riwayat terkait dengan tema bab. Hal ini dilakukan dengan (i)

    menggunakan cara pengalihan sanad (tahwi>l al-sanad) dengan

    kode huruf. Jumlah hadis yang tercantum tahwi>l sanad ini

    sebanyak 1236 hadis. (ii) Menggambungkan penyebutan para

    perawi yang menjadi gurunya (jam al-Shuyu>kh). Hal ini bila suatu

    hadis didengar atau diterimanya melalui lebih dari satu orang

    guru. Demikian pula untuk para guru dari gurunya pada level

    perawi di atasnya (shaikh shaikhihi). (iii) Mengisyaratkan adanya

    variasi sanad. Hal ini dengan cara menyebutkan suatu hadis

    dengan sanad dan matan yang lengkap kemudian menyebutkan

    berbagai variasi jalur sanad sampai titik temu percabangan sanad

    dengan mengisyaratkan lanjutannya. Hal ini bila ada tambahan

    informasi yang dianggap penting dalam riwayat tersebut seperti

    perbedaan redaksi lambang periwayatan (siyagh al-a>da>).84Contoh:

    : : :

    83Mus}addiq Ami>n At}iyyah al-Dawry, Riwayah S}ahi>h Muslim.., 40 84

    Amin Muhammad al-Qud}ah dan Sharf Mahmu>d al-Qud}ah, Manhaj al-Ima>m Muslim fi

    S}ahi>hihi(MakalahKulliyah al-Shariah, Ja>miah al-Urduniyyah, t.th.), 13-14

  • 27

    .85 (iv) Mengisyaratkan adanya variasi pada matan. Seperti hadis

    berikut:

    : :"

    : " 86 b) Metode dalam pengulangan hadis (al-Tikra>r). Jika hadis memiliki

    tambahan informasi baik sanad maupun matan maka dilakukan

    tikra>r agar tampilan variasi jalur sanad banyak (taaddud al-t}uruq)

    dan mengindari masalah gharabah. Kebiasaan Imam Muslim

    adalah menghindari pengulangan hadis di berbagai tempat. Beliau

    hanya menyebutkan pengulangan riwayat pada satu tempat

    tertentu dan tidak mengulangnya di tempat lain, walaupun

    substansi makna berkaitan hukum fikih yang beragam.87

    c) Membedakan antara ungkapan redaksi lambang periwayatan

    tertentu (siyagh al-ada>). Yaitu antara haddathana>dan akhbarana.

    Hal ini karena keduanya dianggap memiliki indikasi cara

    tahammul yang berbeda. haddathana>melambangkan al-sama dan

    akhbarana melambangkan al-ard. Hal ini disebutkan oleh Muslim

    dalam hadis berikut:

    : :

    85

    Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy,S}ahi>h Muslim. Vol. 1, 92 86

    Ibid.,Vol. 2, 1071 87

    Amin Muhammad al-Qud}ah dan Sharf Mahmu>d al-Qud}ah, Manhaj al-Ima>m Muslim, 13-14

  • 82

    : 88 :

    .natam namutnacnep kinket kepsA )3

    anerak ayngnalugnem nad danas rulaj-rulaj naktubeynem milsuM mamI

    aynada naktaraysignem ,aguJ .natam iskader naadebrep aynada

    milsuM mamI ,aynhotnoC .aynmalad id mukuh hadiaf nahabmat

    :tukireb sidah malad natam isairav tapme tubeynem

    : : :

    - -

    98

    :

    :

    :

    88

    0361 ,3 .loV .milsuM h>iha}S ,yriahsuQ-la j>ajjaH-la nib milsuM98

    5361 ,3 .loV,.dibI

  • 29

    : : :

    :90

    4) Aspek terkait hadis-hadis yang tidak bersambung sanadnya sampai

    Rasulullah SAW (muttashil).

    Pada prinsipnya Imam Muslim sangat menghindari adanya hadis-hadis

    yang tidak bersambung sanadnya sampai Rasulullah SAW (muttashil),

    seperti hadis-hadis muallaqa>t, mauqu>fa>t dan maqt}ua>t. Walaupun

    demikian, terdapat juga hadis-hadis kategori tersebut dengan jumlah yang

    sangat sedikit dalam Kitab Sahihnya. Menurut al-Ha>fiz} Abu Yala al-

    Ghassa>ny, terdapat 14 hadis yang muallaq dalam Sahih Muslim. Di

    antara contohnya, Imam Muslim berkata:

    :

    . :

    91

    Dalam hadis di atas ada pemotongan sanad sehingga terjadi muallaq

    antara Imam Muslim (204 H-261 H) dengan al-Laith bin Saad (135 H-

    199 H) dengan mengihilangkan seorang perawi yaitu Yahya bin Bukair

    yang menjadi guru Imam Muslim.92

    Adapun hadis-hadis yang berkategori mauqu>fa>t dan maqt}ua>t hanya

    terdapat dalam pengantar (muqaddimah) Kitab Sahihnya. Contohnya:

    90

    Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy, S}ahi>h Muslim. Vol. 3, 1636 91

    Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy, S}ahi>h Muslim. Vol. 1, 281 92

    Amin Muhammad al-Qud}ah dan Sharf Mahmu>d al-Qud}ah, Manhaj al-Ima>m Muslim fi

    S}ahi>hihi(MakalahKulliyah al-Shariah, Ja>miah al-Urduniyyah, t.th.), 13-14

  • 30

    : : :

    93

    Hadis di atas adalah hadis mauquf pada Sahabat Abdullah Ibn Masud.

    " : :

    "

    : : :

    Hadis di atas adalah hadis maqtu> pada Ta>bii>n bernama Muhammad bin

    Siri>n.94

    f. Perbandingan antara Sahih Muslim dengan Sahih Bukhari

    Mayoritas ulama hadis menyepakati bahwa kitab yang paling sahih

    setelah Al-Quran adalah sahih al-Bukhari dan Muslim. Sementara, di antara

    kedua kitab sahih tersebut, sahih al-Bukhari paling unggul dan paling banyak

    faidah ilmiyahnya.95

    Adapun pendapat selain itu, seperti riwayat dari Imam as-

    SyafiI yang menyatakan bahwa kitab yang paling sahih setelah Al-Quran adalah

    al-Muwat}t}a Imam Malik, dijawab oleh Ibnu Sholah bahwa pendapat tersebut

    disampaikan Imam al-Syafii karena Kitab sahih al-Bukhari dan Muslim belum

    muncul (ditulis).96

    Demikian pula, dari penelitian para ulama hadis bahwa Imam

    Malik tidak bermaksud secara khusus mengumpulkan hadis-hadis sahih, karena

    di dalamnya terdapat hadis-hadis mursal, munqathi bahkan balaghah (ungkapan-

    ungkapan sastra).97

    93

    Muslim bin al-Hajja>j al-Qushairy, S}ahi>h Muslim. Vol. 1, 1 94

    Ibid., 15 95

    Ibn Sala>h,Ulu>m al-Hadi>th (Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), 18, Al-Suyuthi. Tadri>b al-Ra>wy fi Sharh Taqri>b al-Nawawy, ed. Abu Muadz Thoriq bin Aud } Allah bin Muhammad (Riyadh: Da>r al-Ashimah, 1423 H), 1/121 96

    Ibn S{ala>h,Ulu>m al-Hadi>th (Muqaddimah Ibn Al-S{ala>h), 18 97

    Ibid.

  • 31

    Menurut Nur al-di>n Itr; Imam Malik mencampur hadis dengan perkataan

    shahabat dan tabiin dan mencantumkannya dalam bentuk (siyaq) yang sama.

    Hadisnya tidak khusus untuk hadis marfu>. Adapun sahih al-Bukhari,

    membedakan antara hadis marfu> dengan perkataan shahabat, dan tabiin dan

    mencantumkannya ditempat khusus yaitu pada tarojim al-ba>b. Kitab sahih al-

    Bukhari adalah kitab yang secara khusus menghimpun hadis-hadis sahih yang

    marfu>. Sehingga pantas diunggulkan. Namun juga Itr juga setuju jika dikatakan

    bahwa al-Muwat}t}a karya Imam malik adalah kitab sahih yang pertama kali

    ada.98

    Di samping itu, kalaupun dikatakan bahwa al-Muwat}t}a adalah kitab

    sahih, maka sebagimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar bahwa kitab al-Muwat}t}a

    Imam Malik hanya diakui sahih terbatas dikalangan pengikut mazhabnya dan

    sementara ulama yang berpendapat bolehnya berhujjah dengan hadis-hadis

    mursal dan munqathi dan sebaigainya, bukan dinilai dari sisi persyaratan hadis

    sahih.99

    Walaupun dalam sahih al-Bukhari terdapat hadis-hadis munqathi, namun

    hal itu berbeda dengan yang terdapat dalam al-Muwat}t}a. Yang terdapat dalam

    al-Muwat}t}a, pada umumnya adalah hadis yang memang asli hadis itu demikian

    didengar Imam Malik dari guru hadisnya dan baginya, hadis tersebut adalah

    hujjah. Adapun adanya hadis munqathi dalam sahih al-Bukhari lantaran

    disengaja dibuang sanadnya oleh al-Bukhari, baik dengan tujuan untuk

    meringkas, karena telah disebutkan secara maushul di tempat lain dari kitabnya

    atau dengan tujuan untuk mengindikasikan bahwa hadis itu tidak sesuai syarat

    sahihnya dan membedakan jenis hadis itu dengan hadis lain yang sesuai

    syaratnya sehingga jelas bagi yang meneliti bahwa hadis tersebut di luar konteks

    batasan kitabnya yang menghimpun hadis sahih yang musnad. Pencamtuman

    jenis hadis tersebut dalam sahih al-Bukhari mengandung faidah sebagai tanbi>h,

    istishhas dan tafsir atas sebagian ayat-ayat al-Quran, dalam lain-lain.100

    Di antara kalangan ulama hadis ada pula yang mengunggulkan sahih

    Muslim di atas sahih Bukhari,seperti Abu Ali an-Naisaburi, guru Imam al- 98

    Ibid. 99

    Ibn Hajar, al-Nukat ala> Kita>b Ibn S{ala>h,Vol. 1, 277-278 100

    Al-Suyut}y,Tadri>b al-Ra>wy, Vol. 1, 120

  • 32

    Hakim.101

    Namun, pendapat ini bertentangan dengan pendapat jumhur ulama

    hadis yang menetapkan bahwa Sahih al-Bukhari lebih unggul dibanding Sahih

    Muslim.102

    Keunggulan ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:103

    1. Keunggulan sebagai pioner/perintis. Kitab Sahih Bukhari adalah kitab hadis

    pertama yang secara khusus menghimpun hadis-hadis sahih. Adapun sahih

    Muslim, misalnya sebagai saingan terdekat sahih al-Bukhari baru muncul

    kemudian, apalagi kitab-kitab hadis lain seperti kitab sunan dan musnad.

    Bahkan, Al-Hafiz Abu al-Hasan al-Daruquthny berpendapat:Seandainya

    bukan karena Imam Bukhari, maka tidak ada karya Imam Muslim.

    Sesungguhnya Muslim merujuk Kitab Sahih al-Bukhari dan menjadikannya

    sebagai mustakrajan dan menambah sejumlah hadis.104 Hal senada juga

    dikatakan oleh al-Hakim.105

    2. Keunggulan dari aspek standar persyaratan kesahihan. Bukhari memiliki

    syarat yang lebih ketat dari Imam Muslim dari aspek ittishol sanad. Al-

    Bukhari mensyaratkan thubut al-Talaqqi> antar perawi yang menjadi guru-

    murid walaupun hanya sekali. Sementara Muslim mencukupkan adanya

    kepastian muas{arahantarperawi. Dalam hal ini, Imam Bukhari lebih

    ih{tiyat{(hati-hati) dan tathabbut (cermat dan teliti).

    3. Keunggulan sebagai kitab hadis yang paling sedikit dikritik. Hadis-hadis

    yang dikritik dalam sahih Bukhari lebih sedikit dibandingkan dalam kitab

    Sahih Muslim. Dari 210 hadis yang dikritik oleh Al-Daraquthni, sebanyak 78

    hadis khusus terdapat dalam Sahih al-Bukhari dan 100 hadis terdapat dalam

    Sahih Muslim, sementara 32 hadis sama-sama terdapat dalam kedua kitab

    tersebut. Itu pun, mayoritas hadis-hadis al-Bukhari yang dikritik terjawab

    oleh Ibnu Hajar dalam Hadyu as-Sary dan Fath al-Bary.

    4. Keunggulan dari tingkat kepercayaan terhadap para perawinya. Perawi hadis

    yang dipermasalahkan dalam Sahih al-bukhari lebih sedikit dibandingkan

    101

    Ibn Sala>h,Ulu>m al-Hadi>th, 18-19 102

    Al-Suyuthi.Tadri>b al-Ra>wy, Vol.1, 122, Saaduddin bin Muhammad al-Kiby. Muqaddimah al-Nawawi fi Ulu>m al-Hadi>th(Al-Maktab al-Islamy, Beirut, cet. 1, 1417 H/1997 M) , 12 103

    Al-Suyuthi. Tadri>b al-Ra>wy.., Vol. 1, 122-dst, Khalil Ibrahim Mulakhatar, Makanah S{ah}i>h}ain..., 88-90, Ibnu Hajar, An-Nukat, Vol. 1, 283-189 104

    Ibn Hajar. Hadyu al-Sa>ry, 14 105

    Idem.

  • 33

    sahih Muslim. Riwayat perawi hadis yang bermasalah yang secara tersendiri

    dipakai oleh al-Bukhari dan tidak dipakai oleh Muslim, lebih sedikit dikritik

    dibandingkan sebaliknya pada sahih Muslim. Dari 435 perawi al-Bukhari

    yang tidak ada periwayatannya dalam Sahih Muslim terdapat 80 orang

    perawi yang dikritik atau sebanyak 18, 39 %, sementara dari 620 perawi

    khusus perawi Muslim tanpa ada riwayatnya dalam Sahih al-Bukhari

    terdapat 160 oarng perawi yang dkritik atau sebanyak 25, 81 %. 106

    Mayoritas para perawi yang dikritik adalah guru-guru al-Bukhari sendiri yang

    pernah dijumpainya, bermajelis dan berdiskusi dengannya, diketahui persis

    keadaannya dan telah diteliti periwayatannya sehingga dapat diseleksi

    hadisnya yang kuat dari periwayatannya yang waham (berdasar dugaan yang

    berpotensi keliru).107

    Al-Bukhari juga tidak terlalu banyak mencantumkan

    hadis-hadis mereka. Hal ini berbeda dengan Imam Muslim.108

    5. Keunggulan dari aspek kekayaan kandungan ilmunya. Sebagaimana

    dinyatakan oleh An-Nawawi bahwa Sahih al-Bukhari adalah kitab yang

    paling banyak memberikan faedah keilmuan mengingat didalamnya

    terkandung penjelasan istinbath fiqih, dan intisari hikmah dan lain-lainnya.

    6. Keunggulan pengakuan ulama hadis. Imam as-Suyuthi menegaskan bahwa

    jumhur ulama hadis menetapkan bahwa Kitab yang paling sahih adalah sahih

    al-Bukhari karena paling ketat dalam persyaratan ittis}a>l sanad dan paling

    itqa>n dalam aspek perawi (rija>l) hadisnya. Imam Nawawi dan Ibnu Hajar

    sebagaimana dikutip oleh Imam al-Suyuthi berpendapat bahwa ulama sepakat

    untuk mengunggulkan al-Bukhari di atas Muslim dari aspek keluasan dan

    kedalaman ilmu hadisnya. Imam Muslim adalah muridnya dan mengambil

    ilmu hadis darinya serta memanfaatkan hal-hal positif dari kitab gurunya,

    sahih al-Bukhari dan mengikuti jejaknya dalam metode penulisan kitab

    hadis.109

    Tentu saja, keunggulan-keunggulan di atas tidak bersifat mutlak untuk

    setiap hadis dalam al-Bukhari atas Muslim.Namun, penilaian tersebut hanya

    106

    Ya>sir al-Shama>ly, Al-Wa>d}ih fi Mana>hij al-Muhaddithi>n, 58 107

    Idem. 108

    Idem.,60 109

    Ibn Hajar, Hadyu as-Sary (Kairo : Dar al-Royyan, cet. 1), 514

  • 34

    bersifat global. Karenasebagaimana pendapat Az-Zarkasybahwa ada

    beberapa hadis dalam sahih Muslim lebih sahih daripada dalam Kitab al-

    Bukhari.110

    Demikian pula, dari sisi sistematika dan metodologi penulisan riwayat

    hadismenurutsebagian ulamaSahih Muslim lebih unggul dari Sahih al-

    Bukhari.111

    g. Syarat Sahih Al-Bukhari dan Muslim

    Imam Bukhari diakui memakai standard tinggi dalam seleksi hadis

    shohih yang dicantumkannya dalam kitab al-Ja>mi as-Sah}i>h.112 Namun

    sayangnya, Imam Bukhari sendiri tidak menjelaskan tentang kriteria, standar

    atau syarat kesahihan hadis-hadisnya baik dalam kitab al-Ja>mi as-Sah}i>h maupun

    kitab-kitabnya yang lain.113 Di sisi lain, banyak kitab-kitab hadis dan takhrij

    yang menggunakan istilah ala> shart} al-Bukhari. Padahal, rumusan istilah ini

    masih merupakan sesuatu yang kontroversial. Apakah sebenarnya yang dimaksud

    dengan ala shart} al-Bukhari tersebut? Jelas, istilah shart} al-Bukhari belumlah

    dikenal sebelum zaman al-Bukhari, atau pada masa beliau sendiri, bahkan

    beberapa waktu setelah zaman beliau.Abu Muadz Thariq bin Audhillah

    berpendapat bahwa orang yang pertama kali memperkenalkan istilah ini adalah

    Imam Al-Da>ruqut}ny (w. 385 H) dalam kitabnya Al-Ilzamat.114

    Imam al-Hakim (w. 405 H) adalah ulama hadis yang mempopulerkan

    istilah ala shart} al-Bukhari, ala shart} Muslim, ala shart} al-Bukhari wa Muslim,

    110

    lihat Al-Suyu>t}y. Tadri>b,Vol. 1, 172 111

    Nu>r al-Di>n itr, Manh}aj al-Naqd.,257-258. Footnoot komentar DR. Itr dalam Ibnu S{ala>h,Ulu>m al-Hadith.., 19 112Sebagaimana disebutkan dalam berbagai kitab ulumul hadis. Yang menjelaskan tentang

    peringkat kesahihan hadis. 113

    Shams al-Di>n Muhammad bin Ahmad Al-Dhahaby. Siyar Ala>m Nubala>, Vol. 10 (Beirut: Muassasah ar-Risalah, cet. 9, 1413 H/1993 M), 96 114

    Komentar atas Kitab Tadri>b al-Ra>wy, Vol. 1, 179, Dalam kitab tersebut, al-Da>ruqut}ny menyebutkan tentang adanya hadis-hadis yang sebenarnya sesuai dengan syarat al-Bukhari

    maupun muslim tetapi tidak dikeluarkan oleh keduanya dalam kitab shohih masing-masing. Al-

    Da>ruquthny juga mengkritisi hadis-hadis al-Bukhari dalam al-Jami As-S{ahih yang tidak sesuai dengan syarat tersebut karena adanya illat. Al-Da>ruquthny. Al-Ilzamat wa Tatabu, 56

  • 35

    atau ala shart}ihima .Istilah tersebut banyak dipakai dalam kitabnya Al-

    Mustadrak ala al-S{ahi>hai>n.115 Para peneliti hadis cukup antusias untuk meneliti

    dan merumuskan apa yang menjadi syarat Imam al-Bukhari. Metode yang

    digunakan para ulama adalah metode induktif yaitu meneliti hadis-hadis al-

    Shohih al-Jami untuk menentukan syarat shohihnya. Di antaranya pendapat Al-

    Hazimy (w. 584 H). Al-Hazimi>menyusun Kitab Shurut} al-Aimmah dan

    menyampaikan teorinya tentang syarat al-Bukhari dan Muslim. Menurut al-

    Hazimy, syarat al-Bukhari adalah mencantumkan hadis-hadis yang ittishol sanad

    oleh para perawi tsiqah yang mutqi>n (teliti dan cermat) dan multazim (berguru

    dengan menyertainya dalam setiap keadaan) kepada orang yang diambil

    periwayatan hadis itu dalam waktu yang lama. Terkadang juga menggunakan

    periwayatan hadis dari perawi pada tingkatan yang lebih rendah dalam hal itqon

    dan lebih singkat masa mulazamah-nya. Syarat perawi yang lebih rendah dari itu

    dicantumkan oleh al-Bukhari hanya sebagai syawahid dan mutabaah.116 Menurut

    al-Hazimy, target utama al-Bukhari dalam seleksi hadisnya adalah riwayat dari

    para perawi terbaik dari level pertama dalam hal ke-thiqa>h-an, namun dalam

    kondisi tertentu al-Bukhari menurunkan standar kriterianya. Bahkan, al-Bukhari

    juga menampilkan hadis dari beberapa perawi yang dinilai ada unsur

    kedhoifannya. Akan tetapi tidak sampai sangat dhoif yang tertolak semua

    hadisnya. Apalagi, aspek ked}ai >fan sangat beragam dan para ulama berbeda

    dalam menetapkan penyebabnya.117

    Sementara, menurut Imam an-Nawawi (w. 676 H)118

    berpendapat bahwa

    yang dimaksud dengan syarat shohih al-Bukhari adalah rija>l al-isna>d yang

    terdapat dalam kitab shohih-nya.Karena al-Bukhari tidak menjelaskan syarat

    115

    Lihat Muhammad bin Abdillah Al-Hakim an-Naisabury, al-Mustadrak ala Shohihain, Vol. 1, ed. Muqbil bin Hadi al-Wadiy (Kairo: Dar al-Haromain, Cet. 1, 1417 H/1997 M), 41.

    Penggunaan istilah-istilah tersebut oleh al-Hakim dalam mengklaim tingkat keshohihan hadis-

    hadis dalam al-Mustadrak banyak mengundang kritikan bahkan protes pedas dari ulama hadis

    lain. Hal ini karena terbukti al-Hakim banyak mengklaim suatu hadis sebagai hadis sahih. Lihat

    Ibid.,Vol1, 144. 116

    Al-Suyu>t}y dalam Tadrib al-Ra>wy, Vol, 1, 175. Al-Hazimi memberi contoh lima tingkatan (t}abaqa>t) senioritas dan kapabilitas murid-murid al-Zuhri. Al-Bukhari memilih tingkatan tertinggi perawi al-Zuhri sebagai perawi sahih karena menghimpun kemampuan hafalan (hifz}), sifat itqon dan lamanya mulazamah (menyertai dan berguru) kpd al-Zuhri. 117

    Al-Hazimy. Syurut al-Aimmah as-Sittah, 70-71 118

    Pendapat al-Nawawi tentang syarat shohih al-Bukhari ini tidak dibahas oleh Muhibbin dalam

    disertasinya.

  • 36

    shohihnya baik dalam kitab shohihnya maupun kitab lainnya.119

    Konsep syarat

    shohih al-Bukhari dengan hanya mengacu kepada perawi yang disebutkan oleh

    al-Bukhari dalam kitab shohihnya, memiliki kelemahan. Secara aplikasi, dengan

    perspektif semacam itu, al-Hakim dianggap tasa>hul dalam mengklaim kesahihan

    suatu hadis sebagai ala syart{ asy-Syaikhani atau ala syarth al-Bukhari, dst.

    3. Kitab Al-Ja>mi al-Tirmidhi

    a. Nama Penulis

    Muhammad ibn Isa> ibn Shuwrah Ibn Mu>sa> Ibn al-D{ah}h}a>k al-Sulamy al-

    Turmudhy. Lahir di penghujung tahun 210 H. Sebagian pakar sejarah

    menyatakan bahwa Beliau lahir dalam keadaan buta. Namun, yang tepat Beliau

    ditimpa kebutaan pada usia tua setelah masa rihlah menuntut ilmu dan

    pendokumentasian ilmunya. 120

    Beliau berguru kepada Imam al-Bukhari bahkan mendapat pujian yang

    tingi dari guunya tersebut: manfaat ilmu yang saya peroleh darimu lebh banyak

    daripada apa yang kamu dapatkan dari saya. 121Beliau juga belajar kepada Imam

    Muslim Ibn al-Hajja>j, akan tetapi hadis yang diriwayatkan dari Imam Muslim

    hanya satu hadis saja, yaitu hadis:

    Hitunglah munculnya hilal Bulan Shaban untuk Bulan Ramadhan122

    Al-Tirmidhi juga berjumpa dengan Imam Abu Da>wud Sulaiman Ibn al-

    Ashab al-Sijista>ny dan Abd al-Rahma>n al-Dara>my, Abu Zurah al-Ra>zy. Namun

    yang paling besar pengaruhnya dan paling lama mula>zamah (belajar bersama)

    gurunya adalah ami>r al-mumini>n fi al-hadi>th Muhammad Ibn Ismail al-

    119

    Al-Suyut}i, Tadrib 1/175 120

    Ahmad Fari>d, Min Ala>m al-Salaf, vol. 2 (Iskandariyah: Da>r al-In, cet. 1, 1418 H), 363 121

    Ibid., Vol. 2, 365 122Muhammad bin Ikir dan Muhammad Fua>d Abd al-Ba>qy (Mesir: Shirkah Maktabah wa Mat}baah Must}afa al-Halaby,

    Cet. 2, 1395 H/1975 M), 62

  • 37

    Bukhary. Al-Tirmidhi bukan hanya belajar periwayatan dan ulu>m al-hadi>th-nya

    namun juga fikih hadisnya.123

    b. Nama Kitab

    Ada beberapa nama yang dikenal oleh para ulama atas Kitab tersebut,

    antara lain (1) S}ahih al-Tirmidhi. Sebagaimana yang dipakai oleh al-Khati>b al-

    Baghdady, (2)Al-Ja>mi al-S{ahi>h. sebagaimana disebut oleh al-Ha>kim. Namun

    kedua nama ini kurang tepat karena secara faktual, Imam al-Tirmidhi sendiri

    mengakui bahwa di samping hadis-hadis sahih dan hasan, kitabnya

    mencantumkan juga kualitas di bawah level itu. (3) al-Ja>mi al-Kabi>r,

    sebagimana disebutkan oleh al-Kattany dalam Kitabnya al-Risalah al-

    Mustat}rafah, namun nama ini juga jarang dikenal. (4) al-Sunan. Nama ini

    cukup populer dan biasanya digandengkan dengan nama penulisnya menjadi

    Sunan al-Tirmidhi untuk membedakan dengan kitab sunan yang lain.

    Penamaan dengan sunan karena kitab tersebut meliputi hadis-hadis hukum yang

    disusun dengan sistematika bab-bab fikih. (5) al-Ja>mi. inilah nama yang paling

    populer dan paling banyak dipakai dengan menyertakan atribut nama penulisnya

    menjadi al-Ja>mi al-Tirmidhi. Penamaan kitab tersebut dengan al-Ja>mi lebih

    diterima oleh para ahli hadis karena hadis-hadisnya mencakup 8 tema besar

    dalam kategori kitab al-jawa>mi.124

    c. Posisi Kitab al-Ja>mi

    Abu I> al-Tirmidhy berkata:

    - )( : -

    Saya menyusun kitab al-Jamidan saya sodorkan kepada para ulama negeri Hijaz, Iraq dan Khurasan, kemudian mereka menyepakati dan

    merekomendasikanya. Barangsiapa yang dalam rumahnya memiliki

    123

    Nu>r al-Di>n Itr, al-Ima>m al-Tirmidhy wa al-Muwa>zanah Baina Ja>miih wa baina al-S{ahi>hai>n (T.tp: T{abaah al-Lajnah al-Tali>f wa al-Tarjamah wa Nashr, cet. 1, 1390 H/1970 M), 16-17 124Itr, Muwa>zanah, 58

  • 38

    kitab (al-Ja>mi) ini maka seakan-akan di dalam rumahnya ada Nabi yang sedang berbicara. 125

    Al-Dhahaby mengakui bahwa dalam Kitab al-Ja>mi terdapat ilmu yang

    bermanfaat dan faidah yang banyak dan menghimpun pokok-pokok permasalahan

    agama. Bahkan kitab tersebut menjadi salah satu dari pondasi-pondasi Islam.

    Akan tetapi, yang keberadaan sebagian hadis-hadis yang lemah bahkan palsu

    mengotorinya. Kebanyakan hadis semaca ini terdapat dalam masalah fad{a>il.126

    Menurutpenulis Kitab Kashf al-Z{unu>n bahwa Ktab al-Ja>mi al-Tirmidhi

    merupakan kitab urutan ketiga dari al-kutub al-sittah. 127Namun, Imam al-

    Dhahaby berpendapat bahwa level Kitab Ja>mi al-Tirmidhi lebih rendah

    peringkatnya dibanding Kitab Sunan Abi Da>wud dan Nasa>I karena

    mencantumkan hadis-hadis yang riwayatkan oleh al-Mas}lu>b dan al-Kalby dan

    semisalnya.128

    Sementara itu, jika dipahami dari pengkodean dalam Kitab

    Tahdhi>b al-Kama>l, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, Taqri>b dan Tadkirah al-Huffa>z} bahwa

    peringkat (rutba>h) Ja>mi al-Tirmidhi sesudah Kitab Sunan Abi Dawu>d, dan

    sebelum Sunan Nasa>i.129

    d. Keunggulan Kitab al-Ja>mi :

    1. Dari aspek susunan yang baik dan tanpa pengulangan.

    2. Dari aspek penyebutan mazhab-mazhab para ahli fikih dan segi istidla>l

    dari setiap pendapat ulama mazhab.

    3. Dari aspek penjelasan dan penilaian tentang hadis baik s}ahi>h, hasan,

    d}ai>f, ghari>b, illat, dll

    125

    Ibn Hajar al-Asqala>ny, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, vol. 9 (India: Mat{baah Da>irah al-Maarif al-Niz}amiyah, ct. 1, 1326 H), 389 126

    Al-Dhahaby, Tadhkirah al-Huffa>z{, vol. 2 (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah,cet. 1, 1419 H), 254 127

    H{a>jy Khalifah, Kashf al-Z{unu>n An Usa>ma al-Kutub wa al-Funu>n, vol. 1 (Baghda>d: Maktabah al-Muthanna>, 1941 M), 559 128

    Sham al-Di>n al-Dhahaby, Ta>rikh al-Isla>m wa wafiya>t al-Masha>hi>r wa al-Ala>m, vol. 3, ed. Basha>r Awwa>d Maru>f (t.t: Da>r al-Gharb al-Isla>my, cet. 1, 2003 M), 961 129

    Abu> Ya>sir Muhammad Ibn Mat}r al-Zahra>ny, Tadwi>n al-Sunnah al-Nabawiyyah: Nashatuhu wa Tatawwuruhu min al-Qarn al-Awwal Ila> Niha>yah al-Qarn al-Ta>si al-Hijry (Riyadh: Da>r al-Hijrah, cet. 1, 1417 H), 138

  • 39

    4. Dari aspek penjelasan nama-nama perawi dan julukan (laqab) dan

    panggilan (kunyah), dll yang bermanfaat dalam kaitannya dengan ilmu

    rijal. Sementara di bagian akhir Kitab al-Ja>mi disebutkan Kitab Al-Ilal

    yang juga cukup penting dan bermanfaat. 130

    Karena itu dikatakan bahwa Kitab tersebut cukup menjadi pegangan bagi

    mujtahid dan muqallid.Bahkan Abu Isma>i>l al-Harawy, Kitab tersebut lebih

    bermanfaat daripada Kitab al-S{ahi>hai>n. Alasannya karena setiap orang bisa

    mendapatkan faidah darinya, sementara kedua kitab Sahih tersebut hanya mampu

    diraih oleh seorang alim yang luas ilmunya.131

    Imam Al-Tirmidhy menegaskan bahwa semua hadis yang terdapat dalam

    kitanya adalah hadis yang diamalkan (mamu>l bih). Sebagian ulama

    mengambilnya (sebagai hujjah) kecuali dua hadis saja yaitu hadis Ibn Abbas yang

    berbunyi ( `

    ).132Dan hadis (

    ).133

    e. Metodologi Kitab al-Ja>mi :

    1. Tersusun secara sistematis mengikuti pola pembahasan fiqih (abwa>b

    fiqhiyyah)seperti Sunan Abi Da>wud. Dibuka dengan Ba>b al-T{aha>rah,

    kemudian Al-S{alah dan seterusnya. Di bagian akhir ditutup dengan Ba>b

    Tafsir al-Quran, al-Daawa>t dan al-Mana>qib.

    2. Dalam masing-masing bab, disebutkan satu atau beberapa hadis terkait

    dengan disertai penjelasan status kesahihannya. Terkadang ada

    130

    Al-Hittah fi Dhikry al-S{ihhah al-Sittah , 372 131Ali> bin S