36
TITIK BALIK Bagaimana masa depan masyarakat dan sumberdaya hutan dalam tatanan dunia yang sedang tumbuh? Rights and Resources 2011–2012

TITIK BALIK - rightsandresources.org · yang jauh lebih besar terhadap sumberdaya dibandingkan dengan jumlah penduduk ialah peningkatan konsumsi, yang digerakkan oleh permintaan penduduk

Embed Size (px)

Citation preview

1

TITIK BALIKBagaimana masa depan masyarakat dan sumberdaya hutan dalam tatanan dunia yang sedang tumbuh?

Rights and Resources2011–2012

PRAKARsA HAK dAn sumBeRdAyA

Rights and Resources Initiative (RRI) (Prakarsa Hak dan Sumberdaya) merupakan koalisi strategis yang terdiri dari organisasi internasional, regional, dan masyarakat yang terlibat dalam pengembangan, penelitian, dan konservasi untuk memajukan reformasi penguasaan hutan, kebijakan, dan pasar secara global. Misi Rights and Resources Initiative (RRI) ialah mendukung perjuangan masyarakat setempat dan masyarakat adat melawan kemiskinan dan peminggiran dengan memajukan komitmen dan tindakan global yang lebih besar terhadap reformasi kebijakan, pasar, dan hukum yang menjamin hak-hak mereka untuk memiliki, mengendalikan, dan memanfaatkan sumberdaya alam, khususnya lahan dan hutan. RRI dikoordinasikan oleh Rights and Resources Group (Kelompok Hak dan Sumberdaya), organisasi nirlaba yang berkantor di Washington, D.C. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.rightsandresources.org.

mITRA

Yang disajikan di sini merupakan pendapat penulis dan bukan selalu merupakan pendapat lembaga-lembaga yang telah bermurah hati mendukung pekerjaan ini

ataupun pendapat seluruh Mitra Koalisi.

PenduKung

1

seKILAs:

HAK dAn sumBeRdAyA 2011-2012 Di seluruh dunia, penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan sistem perdagangan dan tata kelola terus mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Sekalipun demikian, tahun 2011 mungkin diingat dengan baik sebagai tahun titik balik dari beberapa hal yang menentukan: ini merupakan tahun ketika pergeseran kekuatan politik dan ekonomi global ke negara berkembang menjadi jelas; ini merupakan tahun ketika paradigma ekonomi konvensional mengakui semakin meningkatnya kelangkaan sumberdaya alam; dan ini merupakan tahun yang menunjukkan peran penting pengelolaan sumberdaya alam setempat untuk menjamin ketahanan global. 2011 dikuasai oleh krisis ekonomi yang semakin dalam. Ekonom memperkirakan terjadinya resesi panjang; bahkan “dasawarsa yang hilang”. Pemerintah Barat dan lembaga-lembaga multilateral melihat keunggulan mereka di atas segalanya—dari perdagangan global hingga perundingan tentang perubahan iklim—mulai merosot. Di tempat mereka, ada pelaku-pelaku baru dari negara berkembang, yang naiknya mereka dipercepat oleh turunnya dunia Barat. Walau penduduk dunia mencapai tujuh miliar jiwa pada tahun 2011, gambaran kependudukan di hampir semua tempat ialah keluarga yang agak kecil dan penduduk dunia yang semakin mantap dari waktu ke waktu. Ancaman jangka panjang yang jauh lebih besar terhadap sumberdaya dibandingkan dengan jumlah penduduk ialah peningkatan konsumsi, yang digerakkan oleh permintaan penduduk kota kelas menengah yang melonjak di kalangan negara berkembang. Kemunculan tatanan dunia baru membangkitkan ancaman baru terhadap sumberdaya alam, hutan, dan pemeliharanya menurut tradisi. Investasi yang membubung untuk prasarana dan pertambangan di Asia dan Amerika Latin sedang menyebar ke Afrika, yang berpotensi menghentikan pertumbuhan sehingga tak berkelanjutan selama beberapa dasawarsa. Pengembang baru sering merasa bebas dari kepentingan lingkungan dan sosial yang akhir-akhir ini telah menghambat rekan mereka di Barat. Akan tetapi, masih ada harapan—yang sebagian besar berasal dari masyarakat dan pengusaha swasta maju setempat. Pemelihara setempat atas sumberdaya alam yang tersisa di dunia menjadi sulit untuk diabaikan. Pengakuan pada tahun 2011 tentang pentingnya masyarakat hutan dalam memelihara penyerapan karbon hutan yang mutlak hanyalah sebuah contoh. Bangkitnya politik populer yang menuntut kendali yang lebih besar terhadap sumberdaya setempat menantang bisnis-seperti-biasa dan mengarah pada perubahan politik di daerah setempat, sehingga memberikan pengaruh secara internasional. Penolakan dari masyarakat setempat yang kita lihat pada tahun 2010 mengarah pada kemenangan yang menonjol pada tahun 2011. Akankah tatanan dunia baru mengakui dan menghargai hak-hak masyarakat serta mendukung penggunaan sumberdaya mereka secara berkelanjutan? Di tingkat dunia, akan adakah perubahan menuju tata kelola yang lebih menyeluruh? Atau akankah kita menyaksikan tetap dikuasainya masyarakat setempat dan penggunaan sumberdaya alam secara boros –tetapi oleh majikan yang berbeda? Banyak yang bergantung pada apakah hak masyarakat desa dan penghuni hutan di negara berkembang sekarang ini dihargai dan apakah mereka dapat mengatur dan mengelola sumberdaya alam yang sangat penting untuk tetap bertahan hidupnya dan kemakmuran umat manusia.

2

ucAPAn TeRImA KAsIH:

Laporan ini dibuat oleh Fred Pearce dan pegawai Rights and Resources Group (Grup Hak dan Sumberdaya) dengan bantuan dari Mitra dan Rekan Kerja RRI. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Alastair Sarre atas bantuan tajuk tulisannya yang tidak ternilai.

Rights and Resources Initiative (Prakarsa Hak dan Sumberdaya)Washington, D.C.Hak Cipta © 2012 Rights and Resources InitiativePerbanyakan diizinkan dengan menyebutkan sumbernyaISBN 978-0-9833674-3-7 Rancangan dan tata letak oleh Lomangino Studio (www.lomangino.com).

DIcEtAK DI AtAS KErtAS yAng tELAh DISErtIfIKASI oLEh DEWAn PEmAngKuAn hutAn.

daftar Isi

seKILAs: Hak dan sumberdaya 2011-2012 1

BAgIAn sATu: Titik Balik 5 Sumberdaya manusia di pusat tatanan dunia berkembang 5 Penguasaan hutan dan kesenjangan dalam pelaksanaan: undang-undang 9 tertulis pada buku, tetapi tidak dalam kenyataan BAgIAn duA: Tahun Pusat Perhatian 11 rEDD terseok-seok, penguasaan lahan menjadi daya tarik 11 Investasi untuk prasarana melonjak, demikian pula perselisihan 16 Penyerobotan lahan semakin menjadi-jadi 18 tujuh miliar dan penghitungan: Konsumsi mengalahkan jumlah 20 penduduk sebagai ancaman penting menyakitkan hati dan pendudukan: Bosan dengan ketimpangan 23

BAgIAn TIgA: Pertanyaan untuk Tahun 2012 27 Akankah 2012 menjadi akhir tindakan global yang efektif terhadap perubahan iklim? 27 Akankah rEDD diperbarui atau ditinggalkan? 27 menuju ke mana jalan reformasi penguasaan lahan di Indonesia? 27 Akankah rio menjadi kenyataan? 28 Akankah penghargaan terhadap hak masyarakat setempat menjadi ciri 2012? 28

KoTAK Dasawarsa yang hilang di Durban: Berpihak pada kemiskinan dalam iklim ketidakpasti 12 Dapatkah pasar karbon hutan global berlangsung? 13 Indonesia: Komitmen bersejarah terhadap reformasi penguasaan 14 lahan di negara yang dilanda sengketa republik Afrika tengah/nigeria: Pemetaan penguasaan oleh 15 masyarakat semakin dipertimbangkan Sudan Selatan: mengibarkan bendera di negara terbaru dunia 17 cina/Kanada: Biaya penguasaan hutan yang tidak terjamin naik karena 20 perusahaan kehutanan merugi AS$5 miliar

gAmBAR 1. Sebaran penguasaan hutan 7 2. Pusat perhatian kawasan mengenai terlepasnya lahan 18 3. Prakiraan jumlah kelas menengah dunia pada tahun 2030 21

3

4

dAfTAR sIngKATAn

AcofoP Perhimpunan masyarakat hutan Petén

BBc Lembaga Penyiaran Inggris

BRIc Brasil, rusia, India, dan cina

cIfoR Pusat Penelitian Kehutanan Internasional

cIVeTs Kolombia, Indonesia, Vietnam, mesir, turki, Afrika Selatan

cogmeTs republik Kongo, ghana, mozambik, Ethiopia, dan tanzania

cso organisasi masyarakat Sipil

RdK republik Demokratik Kongo

fPP Program masyarakat hutan

IeA Badan Energi Internasional

Imf Dana moneter Internasional

RdRL republik Demokrasi rakyat Laos

Lsm Lembaga Swadaya masyarakat

Redd Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan

RRI Prakarsa hak dan Sumberdaya

RsPo meja Bundar mengenai minyak Sawit Berkelanjutan

TIPnIs Wilayah masyarakat Adat dan taman nasional Isiboro Sécure

uneP Program Lingkungan hidup PBB

5

sumberdaya manusia de pusat tatanan dunia berkembang Dunia telah berubah. Tahun lalu merupakan titik balik ketika Barat kehilangan kekuasaan politik dan ekonominya. Krisis utang yang mencengkeram, yang berpusat di Eropa, menenggelamkan perekonomian Barat, pasar dan pengaruh politik mereka. Pada bulan Januari 2011, Dana Moneter Internasional (IMF) meramalkan pertumbuhan tahunan hingga sebesar 3%, tetapi menjelang akhir tahun, dugaan terjadinya resesi tersebar luas. Pada bulan November, Kepala IMF Christine Lagarde memperingatkan bahwa “dasawarsa yang hilang” membayang-bayangi Barat,1 karena pemerintah melakukan penghematan dalam menghadapi utang. Di sisi lain, banyak negara berkembang baru saja melewati hantaman pada tahun 2011. Cina mengakhiri tahun tersebut sebagaimana memulainya, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi tetap di atas 9%. India juga berkekuatan untuk maju, dengan pertumbuhan di atas 8%. Pertumbuhan Brasil tertatih-tatih pada tahun 2011, tetapi diprakirakan akan melakukan percepatan lagi pada tahun 2012. IMF mengatakan bahwa lembaga ini berharap perekonomian di Afrika Sub-Sahara meningkat sebesar hampir 6% pada tahun 2012. Bank Dunia melaporkan bahwa “Afrika dapat berada pada tepi lepas landas ekonomi”.2 Yang menunjukkan pergeseran bersejarah dalam kekuatan ekonomi pada tahun 2011 tak lain ialah Uni Eropa yang pergi ke Cina, memberi penghormatan, dan meminta bailout (jaminan pembayaran utang). Sistem politik dan pemerintahan juga banyak bergeser, yang mengikis kepastian dan asumsi lama. Musim semi di Arab membawa pemerintah baru di seluruh Afrika Utara dan menyemangati dilakukannya protes di seluruh dunia. Di Afrika Sub-Sahara, dua dari tiga negara sekarang mengadakan pemilihan umum secara rutin. Pada akhir tahun 2011, baik Liberia maupun Republik Demokratik Kongo (DRC) yang sebelumnya disengsarakan oleh perang memilih kembali pemimpin mereka.3

Yang menunjukkan pergeseran bersejarah dalam kekuatan ekonomi pada tahun 2011 tak lain ialah Uni Eropa yang pergi ke Cina, memberi penghormatan, dan meminta bailout (jaminan pembayaran utang).

1BAgIAn sATu:

Titik Balik

6

Sebaliknya, Indeks Demokrasi The Economist menyimpulkan bahwa 2011 merupakan tahun “demokrasi di bawah tekanan”, dengan para pemimpin di Moscow, Kiev, dan Budapest mengambil kendali atas lembaga independen seperti pengadilan, media, dan hukum. Di Yunani dan Italia yang ditunggangi krisis, pemerintah yang dipilih secara demokratis memberi jalan bagi terbentuknya kabinet teknokrat tanpa melalui pemilihan umum. Perekonomian negara berkembang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan di Barat selama bertahun-tahun. Hal baru pada tahun 2011 ialah bahwa mereka tetap memiliki kekuatan untuk maju sedangkan Barat semuanya berhenti. Mereka mungkin menderita pada masa mendatang karena turunnya permintaan di negara maju, tetapi tren penting yang tumbuh ialah bahwa negara industri baru seperti China beralih dari memasok Barat menjadi memenuhi tuntutan yang semakin besar dari kelas menengah mereka sendiri.

Bank Pembangunan Afrika melaporkan bahwa pada tahun 2011, kelas menengah Afrika bertambah sebesar 60% dalam satu dasawarsa sampai dengan tahun 2010.4

Berdasarkan tren sekarang, menjelang berlalunya “dasawarsa yang hilang” di Barat, perekonomian di banyak negara lain di dunia akan sebesar dua kali lipat–baik dalam proses menggandakan penggunaan sumberdaya dunia maupun sumbangsihnya bagi perubahan iklim dan pencemaran dunia. Pada tahun 2011, untuk pertama kalinya, konsumen di Cina bertanggung

jawab, melalui pembelian mereka, atas emisi karbon dioksida yang lebih besar daripada konsumen di Amerika.5 Tentu saja, emisi per kapita mereka tetap jauh lebih rendah, tetapi ini merupakan pertanda yang jelas tentang perubahan kekuatan ekonomi. Dalam tatanan dunia baru yang berkembang, pertanyaan pentingnya ialah apakah majikan baru di Shanghai, Mumbai, São Paulo, dan tempat lainnya lebih baik dibandingkan majikan lama di New York, London, dan Tokyo. Masyarakat hutan dan lainnya tentu saja lebih dekat dengan tuan besar baru di bumi ini. Apakah kedekatan letak itu berdampak positif terhadap agenda penguasaan hutan karena persoalan tersebut lebih dekat dengan tempat tinggal? Akankah pemerintah mereka menunjukkan kepedulian yang lebih besar sekarang karena kehidupan dan mata pencarian warga mereka sendiri yang akan terkena dampaknya? Atau, jika tidak, dapatkah masyarakat hutan memajukan sendiri tatanan ekonomi baru yang dapat menilai dengan tepat sumberdaya alam dan hak-hak orang yang mempertahankannya? Yang mengarah pada terciptanya tatanan dunia baru ialah negara-negara BRIC—Brasil, Rusia, India, dan Cina. Cina telah menjadi “bengkel dunia” dan adikuasa yang menguasai Asia Timur. Perekonomian yang tumbuh cepat di India digerakkan oleh kelas menengah terdidik dalam jumlah sangat besar. Brasil merupakan raksasa pertanian baru

Dapatkah masyara-kat hutan memaju-kan sendiri tatanan ekonomi baru yang dapat menilai dengan tepat sumberdaya alam dan hak-hak orang yang mempertah-ankannya?

7

dunia, yang menguasai Amerika Selatan. Rusia mengendalikan kekayaan mineral dan petrokimia yang sangat besar. Negara-negara lain juga masuk ke jalur cepat pada tahun 2011, seperti CIVETS—Kolombia, Indonesia, Vietnam, Mesir, Turki, dan Afrika Selatan. Akan ada lebih banyak lagi negara yang bergabung dengan mereka—seperti Republik Kongo, Ghana, Mozambik, Ethiopia, dan Tanzania (COGMETs), yang semuanya diprakirakan oleh IMF akan tumbuh sebesar lebih dari 7% per tahun antara tahun 2011 dan 2015.7 Tidak semua negara akan tumbuh sedemikian cepat. Pada tahun 2011, banyak negara miskin menyaksikan bergantinya investasi oleh lembaga bantuan pembangunan resmi Barat oleh pelaku baru, misalnya dana kekayaan yang mencengkeram dari Teluk Persia, Bank Ex-Im Cina, dan Bank Nasional Brasil untuk Pembangunan Ekonomi dan Sosial. Perubahan wajah investasi bantuan ini dapat merongrong kemajuan pencapaian sasaran lingkungan dan sosial pada proyek-proyek pembangunan; pada tahun 2011, terjadi sengketa pada proyek-proyek yang dimajukan oleh Cina, Brasil, dan lain-lain, yang menunjukkan adanya sisi bawah dari tatanan dunia baru. Serbuan kawasan hutan Afrika oleh raksasa kelapa sawit Asia Tenggara meningkat secara mencolok pada tahun 2011. Menteri komoditas Malaysia Bernard Dompok berkeliling benua ini pada bulan Desember, mengupayakan perjanjian-perjanjian baru mengenai kelapa sawit di Nigeria, Afrika Selatan, dan Maroko.8,9 Ini merupakan bagian dari pergeseran kekuatan besar-besaran di Afrika, dengan kekuasaan mantan penjajah Eropa kehilangan pengaruh ekonomi mereka. Pada bulan Agustus, Mozambik menawarkan kepada petani Brasil hingga seluas 6 juta hektar lahan “kosong” untuk penanaman kedelai yang pada akhirnya akan

gambar 1: sebaran penguasaan hutan

Dikelola oleh Pemerintah

Dimiliki oleh masyarakat & masyarakat adat

Dirancang untuk digunakan oleh masyarakat & masyarakat adat

Dimiliki oleh perorangan & perusahaan

Sumber: Sunderlin et al. 2008; Itto/rrI 2009. termasuk data terbaik yang

tersedia per Desember 2011 dari 36 negara dengan hutan terluas di dunia,

yang mewakili 85% hutan dunia.6

Afrika Asia Amerika Latin

8

dijual kepada Cina.10 Perusahaan gula Cina dan Afrika Selatan membeli hak atas lahan dan air yang dapat mengeringkan Delta Niger Dalam (di Mali).11 Kajian pada tahun 2011 memprakirakan bahwa negara berkembang menghabiskan lebih dari AS$1 triliun per tahun selama dua dasawarsa berikutnya untuk membangun prasarana perhubungan, energi, dan prasarana lainnya.12 Investasi tersebut akan berdampak terhadap lahan yang sangat luas, termasuk hutan. Dan, tergantung cara membelanjakannya, ini akan “mengunci” —atau tidak “mengunci”—keberlanjutan dan keadilan. Pembelanjaan besar-besaran untuk prasarana sebagaimana diprakirakan ialah alasan mengapa dalam Gambaran Energi Dunia 2011, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa dunia memiliki, paling banyak, enam tahun untuk beralih ke energi rendah karbon atau menghadapi perubahan iklim tak-terbalikkan: “Jika kita tidak mengubah arah sekarang, pintu akan tertutup selamanya”, kata Faith Birol, ketua ekonom IEA.13 Namun, ini tampaknya maju dengan kecepatan penuh: pada tahun 2011, perbandingan energi utama dunia yang berasal dari batu bara, bahan bakar utama terkotor, diduga mencapai 30%—naik dari 25% pada tahun 2006. Jika bencana lingkungan harus dicegah, titik balik geopolitis yang baru terjadi harus diikuti dengan cepat dengan titik balik sesuai dengan prioritas lingkungan. Akan tetapi, model pembangunan saat ini menyebabkan perubahan sosial yang mengecil; “kemajuan” ekonomi dirusak oleh pertumbuhan dunia yang tidak merata. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan melaporkan pada tahun 2011 bahwa kesenjangan pembayaran telah melebar di hampir seluruh negara maju14 dan bahwa bahkan terdapat ketimpangan yang lebih besar di banyak negara berkembang.15 Di India, misalnya, ketimpangan pendapatan telah dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir.16 Lima puluh lima orang miliarder dilaporkan memiliki harta yang bernilai sepertujuh produk domestik bruto negara yang bersangkutan,17 sedangkan separuh anak-anak di negara tersebut kurang gizi dan tiga perempat penduduknya hidup dengan pendapatan kurang dari AS$0,50 sehari. Jika majikan baru berperilaku sama dengan yang lama, dunia akan terus terbelit dalam ketidakadilan sosial dan kekurangan sumberdaya yang selalu meningkat. Masalah ini akan membentuk campuran beracun yang bahkan dapat mengguncangkan perekonomian dengan pertumbuhan tercepat sekalipun serta berisiko terhadap lahan, hutan, dan sumberdaya air yang sangat penting bagi dunia. Berita baiknya ialah bahwa ini tidak terhindarkan: Perekonomian Brasil tumbuh cepat selama satu dasawarsa, tetapi ketimpangan pendapatan di sana telah menyempit (dan kerusakan hutan hujannya yang tampaknya tak dapat dihentikan telah sangat melambat).18 Tahun lalu juga memperlihatkan munculnya modal Barat dari gerakan Pendudukan, ungkapan kemarahan yang timbul akibat ketimpangan. Bersekutu dengan kegiatan pembelaan di negara berkembang, gerakan ini dapat menantang model-model pembangunan ekonomi konvensional.19

Jika majikan baru berperilaku sama dengan yang lama, dunia akan terus terbelit dalamketidakadilan sosial dan kekurangan sumberdaya yang selalu meningkat.

9

Penguasaan hutan dan kesenjangan dalam pelaksanaan: undang-undang tertulis pada buku, tetapi tidak dalam kenyataan

mengukur kemajuan dunia dalam reformasi penguasaan lahan itu sulit. Statistik mengenai kepemilikan hutan nasional jarang diperbarui dan mengalami perubahan definisi dan informasi yang bertentangan. Pada tahun lalu, kami melaporkan bahwa pengalihan hak penguasaan hutan kepada masyarakat telah macet sedangkan pencadangan lahan jangka pendek kepada penanam modal melonjak. Walaupun telah ada perhatian yang jauh lebih baik dengan masyarakat internasional pada tahun 2011, keadaan ini tampaknya terus berlanjut. meskipun telah ada pelambatan di seluruh dunia, ada beberapa kemajuan yang menonjol. Di Laos, misalnya, pemerintah mengumumkan program penerbitan 1,5 juta sertifikat pemilikan tanah, termasuk sertifikat lahan milik masyarakat (komunal), berdasarkan rencana lima tahun sampai dengan 2015. Baru-baru ini, pemerintah menerbitkan sertifikat lahan milik masyarakat pertamanya di Distrik Songthong, Prefektur Vientiane—yang mencakup empat desa (Ban Xor, Ban Kouay, Ban Wang mar, dan Ban na Po—seluas 24.889 hektar lahan. Pada tahun 2011, rrI menelaah tatanan penguasaan hutan di 30 negara dengan hutan terluas di dunia (yang berjumlah lebih kurang setengah hutan dunia).20 telaah tersebut menilai 61 tatanan penguasaan oleh masyarakat berdasarkan undang-undang dan “seperangkat hak” yang dimiliki oleh masyarakat. hak-hak tersebut termasuk memiliki akses terhadap sumberdaya hutan; membuat keputusan tentang pengelolaan hutan; kemampuan untuk secara komersial memanen kayu dan hasil hutan lainnya; dan dapat melarang masuk orang luar. rrI juga melakukan penyelidikan apakah tatanan penguasaan lahan memberi hak untuk menyewakan, menjual, atau menggunakan hutan sebagai agunan; dan apakah mereka memberi jaminan kepada masyarakat proses sebagaimana mestinya serta penggantian yang adil jika negara mencabut hak-hak ini. Delapan puluh lima persen tatanan yang ditelaah ditetapkan setelah tahun 1992, tahun pertemuan puncak rio yang bersejarah. melalui tatanan ini, pemerintah semakin mapan atau mengakui hak masyarakat adat dan masyarakat atas sumberdaya hutan dalam landasan hukum negara mereka. tetapi, sangat banyak tatanan (58 dari 61) membatasi hak masyarakat tanpa memberi satu atau lebih seperangkat hak atau dengan memberi batas waktu atas hak tersebut. yang paling sering tidak ditemui ialah hak untuk melarang masuk orang luar dan menyewa lahan. Amerika Latin memiliki sistem yang paling luas dan rumit dalam hal tatanan penguasaan hutan masyarakat, dengan 24 tatanan terdapat di delapan negara. Di Afrika, 35% tatanan tidak dapat diterapkan karena peraturan pelaksanaannya sebagaimana dituntut oleh undang-undang belum diterbitkan. Data tersedia untuk kawasan hutan yang dicadangkan berdasarkan tatanan masing-masing untuk 42 dari 61 tatanan yang ditelaah dalam kajian tersebut. Data ini merupakan informasi resmi tentang kawasan yang dicadangkan menurut tatanan masing-masing sebagai bagian dari keseluruhan kawasan hutan di negara tersebut. Data menyoroti penerapan tatanan penguasaan hutan masyarakat yang beragam di seluruh Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Di delapan negara yang datanya tersedia, 35% hutan berada dalam beberapa tatanan penguasaan oleh masyarakat (kebanyakan berada di cina). Di enam negara Amerika Latin yang datanya tersedia, 28% hutan berada dalam beberapa tatanan penguasaan oleh masyarakat (kebanyakan berada di Brasil). Adapun di delapan negara Afrika yang datanya tersedia, hanya 5% hutan berada dalam beberapa tatanan penguasaan oleh masyarakat.21

upaya sungguh-sungguh harus dilakukan pada tahun 2012, baik untuk melaksanakan hukum yang berpihak pada penguasaan oleh masyarakat dan untuk mempertahankan hak-hak yang ada. undang-undang yang baik terdapat pada buku tidak berpengaruh apa pun bagi rakyat di tempat itu –dan bagi negara-negara selebihnya yang tergantung pada sumberdaya ini—jika ini tidak diterapkan.

11

Redd terseok-seok, penguasaan lahan menjadi daya tarik Kerangka kelembagaan dunia untuk tata kelola dan pembangunan ekonomi dirinci lagi. Bank Dunia dan lembaga bantuan pembangunan resmi Barat menjadi kurang berpengaruh. Harapan yang dimunculkan oleh Pertemuan Puncak mengenai Bumi di Rio 1992, tujuan pengentasan kemiskinan dalam Pertemuan Puncak Dunia 2002 di Johannesburg, dan janji-janji untuk mencegah perubahan iklim yang membahayakan yang diabadikan dalam Konvensi Kerangka Perubahan Iklim PBB sekarang semuanya membahana.22

Apabila ada berita baik di bagian ini, maka berarti negara, masyarakat, dan sektor swasta mulai bertindak sendiri-sendiri. Pada konferensi perubahan iklim di Durban pada akhir tahun 2011, misalnya, Cina, Brasil, Indonesia, dan 80 negara lainnya menegaskan sasaran emisi karbon sukarela (Kotak 1).23 Sasaran tersebut mungkin tidak cukup, tetapi sedang ditindaklanjuti. Laporan RRI 201124

menunjukkan bahwa negara tropis yang pernah menjadi perusak hutan telah mengubah dirinya sendiri menjadi negara pelaku reboisasi—Brasil, Cina (meskipun sebagian dengan melakukan pembalakan di negara lain), Kosta Rika, India, Korea Selatan, dan Vietnam. Dalam kebanyakan hal, reformasi penguasaan lahan untuk kemanfaatan penghuni hutan yang miskin menjadi landasan bagi perubahan ini. Sudahkah dunia mencapai titik balik dalam melindungi hutan hujan? Pertanyaan besar dalam sisa dasawarsa ini ialah apakah mekanisme usulan PBB yang dikenal dengan REDD (“pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan”) dapat mengembangkan kisah berita baik yang ada sekali-sekali ini dengan memberikan harga dunia atas kandungan karbon hutan. Jika ya, pemerintah nasional dan, kemungkinan, perusahaan swasta akan dapat mengganti sejumlah besar emisi karbon dengan berinvestasi pada konservasi hutan. Tetapi, mungkin perkembangan yang paling banyak dibicarakan pada tahun 2011 mengenai nasib REDD ialah semakin kurangnya keyakinan terhadap pasar karbon hutan dunia (Kotak 2), pengakuan bahwa REDD harus berkenaan dengan penggerak kebijakan dasar

BAgIAn duA:

Tahun Pusat Perhatian 2

Mungkin perkembangan yang paling banyak dibicarakan pada tahun 2011 mengenai nasib REDD ialah semakin kurangnya keyakinan terhadap pasar karbon hutan dunia.

12

penggundulan hutan, dan peran yang menjamin penguasaan lahan dalam mengurangi emisi dan sebagai landasan untuk reboisasi. Karena kemajuan yang lambat pada tatanan perubahan iklim dunia pada masa mendatang guna menggantikan Protokol Kyoto, keraguan besar tentang kelayakan REDD tetap ada pada tahun 2011. Banyak donor dan praktisi berpengaruh mengakui sangat pentingnya pengakuan terhadap hak penghuni hutan atas penguasaan lahan dan karbon. Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2011 menggarisbawahi bagaimana kendali oleh masyarakat merupakan jaminan jangka panjang terbaik bagi hutan.29 Tetapi, menuntut hal tersebut dalam tatanan REDD internasional yang dirancang untuk memastikan kebenaran karbon terbukti sulit.30 Pada tahun 2011, beberapa pemerintah menunjukkan peningkatan tekad untuk membantu masyarakat mendapat manfaat dari REDD. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Indonesia, menempatkan REDD dan penguasaan lahan hutan dalam inti kebijakan-kebijakan baru untuk meningkatkan keberlanjutan pembangunan

AfRIKA seLATAn: dAsAWARsA yAng HILAng dI duRBAn: BeRPIHAK PAdA KemIsKInAn dALAm IKLIm KeTIdAKPAsTIAn

Pada bulan Desember 2011, konferensi perubahan iklim PBB di Durban menyetujui, untuk pertama kalinya, bahwa kebanyakan negara berkembang perlu diikat oleh tatanan emisi gas rumah kaca berlandaskan hokum yang sama dengan negara maju. Akan tetapi, kecuali untuk sedikit negara industri yang masih terikat dalam Protokol Kyoto, tidak ada negara yang mengambil sasaran yang mengikat sampai sekitar tahun 2020. Adapun dalam hal terobosan diplomatik, kesepakatan tersebut tidak memberi harapan apa pun yang menggubris seruan ilmuwan bahwa emisi dunia akan mencapai puncak sebelum 2020. oleh karena itu, tampak adanya sedikit peluang untuk mencegah pemanasan global sekurang-kurangnya sebesar 2°c.25 Semua ini disamping besarnya bencana alam pada tahun 2011 yang tercatat.26 tanpa sasaran emisi yang besar bagi negara-negara yang tidak menandatangani Protokol Kyoto, upaya untuk mendirikan pasar besar karbon juga terlihat buruk. rEDD tidak mungkin berperan penting sebelum tahun 2020 tanpa suntikan dana besar, prospek yang tampak suram. Walaupun konferensi Durban akhirnya menetapkan Dana Iklim hijau (Green Climate Fund) untuk membantu negara berkembang menyesuaikan diri dengan perubahan iklim dan beralih ke energi karbon rendah,27 pada akhir tahun 2011, hanya AS$5 miliar dijanjikan oleh negara-negara kaya untuk program ini, sangat kurang dibandingkan dengan uS$100 miliar per tahun sebagaimana dibayangkan. tanpa janji jaminan dana, negara berkembang enggan di Durban untuk menyerahkan hasil pengawasan atas kegiatan rEDD mereka. Akibatnya, pembicaraan tentang membuat pengaman internasional untuk melindungi kepentingan masyarakat hutan hanya mengalami sedikit kemajuan. Pemerintah yang mungkin menjadi tuan rumah proyek rEDD setuju untuk menyediakan rangkuman informasi tentang pengaman, tetapi menolak untuk menerima peraturan tentang pengumpulan data atau perincian lain yang akan membuat mereka bertanggung jawab. “tanpa peraturan tersebut“, kata Louis Verchot, ketua ilmuwan cIfor pada pembicaraan tersebut, “kita tidak dapat membicarakan tentang keberlanjutan rEDD”.28

Karena janji yang lemah, ketidakpastian dana, dan meningkatnya kemungkinan kian menghangatnya dunia, apa yang dapat kita harapkan di negara-negara termiskin di dunia ini? Siapa yang akan paling menderita? Dan apakah ini berarti bagi politik nasional dan kawasan?

13

ekonomi nasional, dengan tujuan untuk mempertahankan pertumbuhan dan sekaligus untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. “Menemukan pengaturan penguasaan lahan yang tepat merupakan prasyarat bagi pembangunan dan mata pencarian berkesinambungan,” kata Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Satuan Tugas REDD pemerintah Indonesia dan Kepala Unit Bantuan Presiden, pada bulan Juli.31 Sekitar 33.000 desa berada di dalam hutan negara Indonesia. Meski dapat dibantah, katanya, itu dianggap liar, “perselisihan terjadi” sebagai akibatnya, dan perubahan diperlukan. Kuntoro memberikan pidato segera setelah Presiden Yudhoyono mengumumkan moratorium selama dua tahun atas konversi hutan alam dan lahan gambut.32 Bahkan yang lebih mengejutkan, pemerintah menyatakan kesanggupan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dengan mulai mengakui hak atas lahan setempat dan melakukan reformasi penguasaan hutan (Kotak 3).33 “Administrasi negara resmi dalam hal hak, akses, dan jaminan atas lahan harus menampung hak dan praktik tidak resmi yang berterima menurut hukum adat,” kata Kuntoro. “Reformasi penguasaan lahan dan hutan berkenaan dengan peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat, pengurangan kemiskinan dengan menyediakan pekerjaan, dan hidup selaras dengan lingkungan.”

dAPATKAH PAsAR KARBon HuTAn gLoBAL BeRLAngsung?

Skema Perdagangan Emisi Eropa,sebagai bagian dari sistem uni Eropa untuk memenuhi sasaran Protokol Kyoto, ditutup karena ambruk pada akhir tahun 2011. Karena resesi yang disebabkan oleh pasokan kredit karbon melebihi permintaan, harga anjlok sampai sebesar €7 per ton, kurang dari sepertiga harga sebelumnya. Skema tersebut juga memiliki masalah internal, tetapi ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah pasar karbon dapat memberikan yang diharapkan oleh pendukungnya dalam hal: pendanaan yang terjamin untuk proyek pengurangan emisi karbon yang juga menyediakan manfaat sosial dan lingkungan yang lebih besar. Pakar pasar komoditas terkemuka, the munden Project, mengatakan bahwa ada ketidaksesuaian antara rEDD sebagai mekanisme pasar dan rEDD sebagai wahana pembangunan dan alat konservasi.34 Ada cukup banyak masalah teknis dari segi penyediaan, misalnya masalah yang terkait dengan pengukuran dan penghitungan karbon di hutan dan pendugaan emisi apa yang mungkin ada tanpa campur tangan rEDD. risikonya ialah bahwa sebagian besar uang akan terpakai untuk pengukuran, penghitungan, dan pelaporan; risiko lainnya ialah bahwa akan ada terlalu banyak penjual dan tidak cukup pembeli sehingga menyebabkan harga anjlok. the munden Project berpendapat bahwa rEDD seharusnya menyalurkan uang secara langsung kepada masyarakat, yang akan menjalankan proyek sesuai dengan prioritas mereka sendiri. the munden Project dan lain-lainnya sedang mencari alternatif yang dapat mengurangi emisi hutan dan memberikan manfaat pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat setempat.

14

Sebagai salah satu kawasan dengan hutan hujan terbesar dan dengan salah satu yang memiliki penghuni hutan terbesar di dunia, sangat penting bagi Indonesia untuk mengubah tata kelola hutannya. Tujuan memetakan hak dan penggunaan yang ada merupakan langkah penting pertama yang paling baik dilakukan dengan pelibatan masyarakat yang kuat (Kotak 4). Ada pengakuan semakin besar selama tahun 2011 bahwa reformasi penguasaan hutan bukan hanya kebijakan pembangunan yang baik, melainkan juga kebijakan iklim. Di depan perundingan mengenai perubahan iklim di Durban pada bulan Desember, Gregory Barker, menteri perubahan iklim pemerintah Inggris, mengatakan: “Menjamin penguasaan lahan yang adil harus menjadi landasan REDD. Bukan hanya karena alasan etika, karena sangat penting dalam menarik investasi sektor swasta. Tak peduli berapa pun dana yang kita galang dan serahkan, itu tidak akan efektif, kecuali jika mengatasi penggerak yang mendasari

IndonesIA: KomITmen BeRseJARAH TeRHAdAP RefoRmAsI PenguAsAAn LAHAn dI negARA yAng dILAndA sengKeTA

Kuntoro mangkusubroto, Kepala unit Bantuan Presiden, mengumumkan maksud Indonesia untuk menerapkan perundang-undangan yang telah dicatat dalam lembaran negara selama sepuluh tahun yang mengakui hak masyarakat hutan. Komitmen bersejarah ini, yang diberikan pada Konferensi International mengenai Penguasaan, tata Kelola, dan Pengusahaan hutan di Lombok pada bulan Juli 2011, merupakan ikrar pemerintah pada tataran tertinggi yang mengakui tuntutan atas lahan masyarakat adat yang diberikan dalam sejarah Indonesia.35

“Ini merupakan puncak kebijakan Indonesia untuk hak masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan negara,’” kata Iman Santoso, koordinator kelompok pakar yang berasal dari pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil yang bekerja mengatasi persoalan penguasaan hutan negara. Setelah menyebut percepatan pengakuan atas hak adat, Kuntoro menekankan perlunya kebutuhan akan kerjasama lintas sektoral diantara berbagai instansi pemerintah untuk mengatasi rumitnya penguasaan hutan dan lahan. Pernyataan bersama yang dikeluarkan pada konferensi tersebut menyoroti komitmen pemerintah Indonesia untuk bekerja bersama organisasi masyarakat sipil dan kelompok masyarakat adat. Ini juga mengawali dibentuknya pengurus inti resmi organisasi masyarakat sipil (cSo) yang diperuntukkan bekerja bersama pemerintah guna menyusun dan melaksanakan strategi nasional baru, atau road map (rencana aksi), untuk reformasi penguasaan hutan di Indonesia.36 hubungan rutin pada waktu ini antara pengurus inti cSo dan pimpinan penting pemerintah tidak diragukan lagi membantu menyiapkan pemimpin di kedua belah pihak untuk menghadapi tekanan semakin besar yang disebabkan oleh protes tentang hak atas lahan di Jakarta pada awal tahun 2012.37 Para wakil pengurus inti cSo optimistis meskipun dengan berhati-hati, tetapi kemajuan di Indonesia selanjutnya memerlukan tanggap pemerintah terhadap ketidakadilan pada masa lalu dan tindakan tegas setelah berkonsultasi dengan pengurus inti cSo untuk menemukan sumber penyebab perselisihan dan mengubah kata-kata menjadi kenyataan pada 130 juta hektar hutan di Indonesia.38

15

penggundulan hutan.”39 Pemerintah Inggris merupakan penyokong dana terkemuka dari proyek-proyek rintisan REDD. Dapatkah cita-cita tersebut berubah menjadi kenyataan? Pertandanya bercampur-aduk, dan bahkan reformasi yang semula tampak baik di atas kertas mungkin gagal memberi manfaat jangka panjang. Ada juga risiko berat atas hasil tanpa alasan dari kebijakan REDD. Analisis biaya-manfaat tentang REDD oleh McKinsey & Company khususnya telah dikecam.40 Telaah itu menemukan bahwa biaya imbangan untuk mengembangkan proyek REDD terbesar untuk pembalakan untuk industri dan pengembangan kelapa sawit sedangkan yang terkecil untuk pertanian subsisten (untuk mencukupi kebutuhan sendiri); oleh karena itu, pertanian subsisten merupakan kegiatan pertama untuk membuka jalan bagi program REDD karena pendapatan diduga terendah. Negara seperti Guyana dan DRC menerapkan nasihat ini dalam merumuskan kebijakan REDD mereka. Akan tetapi, para pengecam mengatakan bahwa ini salah perhitungan karena hanya sedikit dari produksi petani subsisten yang dijual sehingga tidak dihitung dalam telaah tersebut. Demikian juga, biaya pemindahan petani yang digusur diabaikan. McKinsey & Company mengakui bahwa temuannya menimbulkan penyimpangan, tetapi tetap bertahan dengan telaahnya.41 Di kebanyakan negara, penggerak terbesar penggundulan hutan ialah tekanan untuk mengalihkan menjadi pertanian—baik untuk kelapa sawit di Asia Tenggara, padang penggembalaan di Amerika Latin, atau bahan bakar hayati di Afrika. Agar berhasil, REDD harus menyediakan pilihan yang realistis dan menarik secara ekonomi untuk pembukaan hutan bagi maksud ini. Tetapi, penelitian pada tahun 2011 menemukan bahwa banyak negara yang bersemangat untuk menghasilkan uang dari REDD memiliki kebijakan pertanian yang mendorong penumpukan lahan oleh agribisnis berskala besar.42 Tanpa adanya penyelesaian terhadap cara yang

RePuBLIK AfRIKA TengAH/nIgeRIA: PemeTAAn PenguAsAAn oLeH mAsyARAKAT semAKIn dIPeRTImBAngKAn

Salah satu cara untuk membantu masyarakat hutan memajukan penguasaan dan hak karbon mereka ialah melalui pemetaan oleh masyarakat. misalnya, proyek pemetaan oleh masyarakat yang dikelola oleh yayasan hutan hujan, Inggris di republik Afrika tengah,43 yang selesai pada tahun 2011, memetakan 200.000 hektar hutan dan melatih masyarakat untuk menggunakan peta mereka guna membantu menjamin penguasaan menurut undang-undang kehutanan yang baru di negara tersebut. Pemetaan oleh masyarakat dapat memiliki pengaruh jangka panjang. Pada tahun 1990-an, pemerintah Inggris mendanai pemetaan hutan masyarakat di negara bagian Cross River (Seberang Sungai), nigeria, yang memiliki setengah dari hutan di negara tersebut.44 meskipun dana tersebut segera ditarik, sekitar 30 kelompok hutan masyarakat berlanjut. Lima belas tahun kemudian, dibekali dengan peta mereka, kelompok-kelompok ini mempengaruhi pemerintah negara bagian untuk memasukkan rEDD sebagai agenda nasional dan menuntut agar pendapatan diberikan kepada masyarakat tersebut.

16

bertentangan ini, perlindungan hutan di suatu kawasan hanya akan mengakibatkan dipercepatnya hilangnya hutan di tempat lain. Reformasi penguasaan hutan mungkin merupakan kunci untuk mencegah “kebocoran” ini. Ketegangan terus berlanjut pada tahun 2011 antara penghuni hutan dan pihak yang ingin menggunakan pembiayaan karbon terutama untuk konservasi. Pada tahun 2010, Konvensi Keanekaragaman Hayati bersepakat untuk menaikkan sasaran perlindungan ekosistem menjadi 17% dari luas lahan di bumi. LSM Conservation International yang berkantor di Amerika Serikat, yang banyak terlibat dalam perancangan proyek REDD, mengumumkan sasaran barunya sendiri untuk “melindungi” sekurang-kurangnya 25% dari luas lahan bumi “untuk menjamin keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem”. Ini juga tanpa pengakuan tegas tentang hak penguasaan oleh penghuni lahan tersebut. Conservation International, bekerjasama dengan Walt Disney Company, merupakan penyelenggara utama proyek rintisan REDD pertama di Lembah Kongo, Afrika— di Provinsi Kivu Utara, RDK. Tetapi, ini belum menyelesaikan hak karbon dalam cagar milik masyarakat di daerah proyek, meskipun ada “perselisihan hebat mengenai hak atas lahan dan hutan”.45

Investasi untuk prasarana melonjak, demikian pula perselisihan Investasi besar-besaran dilakukan untuk prasarana di banyak negara berkembang, sampai sebanyak AS$1 triliun dibelanjakan setiap tahun. Investasi tersebut memicu perselisihan atas lahan. Proyek-proyek seperti jalan raya, rel kereta api, bandara, bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan tambang memakan lahan dan juga membuka daerah yang sebelumnya terasing, yang merupakan tempat tinggal bagi masyarakat adat, masyarakat miskin, dan suku minoritas. Di Bolivia, masyarakat hutan asli melakukan aksi berjalan kaki untuk mempertahankan Wilayah Masyarakat Adat dan Taman Nasional Isiboro Sécure (TIPNIS) di Amazon bagian Bolivia. Presiden Evo Morales ingin membangun jalan raya sepanjang 300 kilometer sehingga memungkinkan mengirim produk dari Brasil ke Cina melalui pelabuhan Pasifik. Masyarakat yang tinggal di hutan dataran rendah takut apabila jalan tersebut akan membuka daerah tersebut bagi pendatang dari dataran tinggi Bolivia maupun penambang Brasil, pencari minyak, pembalak, dan petani koka. Pada bulan Agustus 2011, sebagian dari 15.000 orang masyarakat adat di wilayah tersebut mulai melakukan aksi berjalan kaki sejauh 600 kilometer menuju ibu kota, La Paz. Upaya polisi untuk menghadang jalan mereka menarik perhatian internasional. Setelah dua bulan, mereka sampai di ibu kota dan memicu demonstrasi yang lebih besar. Malu karena nama baiknya sebagai pembela kaum miskin ternoda, Presiden Morales mengubah arah jalan dan melarang melewati wilayah masyarakat adat tersebut.46 Keputusan tersebut merupakan kemenangan besar bagi pegiat setempat dan telah mengilhami masyarakat lain di seluruh dunia. Proyek jalan raya menjadi kepala berita di beberapa negara lain selama tahun 2011. Yang terutama menyebabkan perdebatan ialah mereka yang melibatkan konstruksi oleh pihak asing demi kebutuhan mereka sendiri. Sebuah pusat sengketa ialah proyek di Pakistan utara untuk mengaspal dan membangun kembali bagian Jalan Raya Karakoram, yang menghubungkan China pedalaman ke Samudera Hindia dan Timur Tengah. Proyek ini, yang mempekerjakan ribuan pekerja Cina,

17

sudAn seLATAn: mengIBARKAn BendeRA dI negARA TeRBARu dunIA

Sudan Selatan memperoleh kemerdekaannya pada bulan Juli 2011. Dapatkah negara ini bangkit di atas penderitaan negara-negara tetangganya? tanda-tanda awalnya ialah kemiskinan. Penyerobotan sumberdaya menjadi inti kegiatan pemerintah sementara sebelum kemerdekaan dan tetap demikian sejak itu. Pada saat kemerdekaan, Sudah Selatan mengkapling hampir 9% wilayahnya kepada investor, termasuk seperempat “sabuk hijau” subur di negara tersebut, di sekitar ibu kota Juba.47 tetapi banyak kesepakatan tidak lebih hanya lembaran kertas dan ada sedikit tanda-tanda kegiatan ekonomi di lapangan. Jarch capital yang berkantor di new york mengaku telah disediakan 400.000 hektar lahan di negara bagian unity yang kaya minyak di Sudan Selatan, berkat kesepakatan yang diperoleh dari panglima perang setempat. Perusahaan tersebut berjanji akan bertani di sana—kelak. nile trading yang berkantor di texas mengaku telah disediakan 600.000 hektar lahan di sabuk hijau untuk membudidayakan kelapa sawit, kayu keras, dan jarak untuk bahan bakar hayati.48 Sewa ditandatangani dengan pemimpin setempat, yang mengatakan kepada BBc bahwa dirinya telah “tertipu”. Selain itu, kontrak tersebut menyatakan bahwa keseluruhan 600.000 hektar lahan tersebut berada di Lainya county (setingkat kabupaten), sedangkan county tersebut hanya seluas 340.000 hektar. Bagian Lainya county juga diaku oleh central Equatorial teak, perusahaan kehutanan yang didirikan oleh pemerintah Inggris dan finlandia. Sedikit diantara kesepakatan ini kemungkinan berlebihan, tetapi tipuan hampir tidak membantu pembangunan ekonomi dan ada risiko bahwa negara baru ini akan menjadi kleptokrasi sejak kelahirannya.

menimbulkan sengketa secara geopolitis karena melewati Gilgit Baltistan, wilayah sengketa di kawasan paling utara Pakistan. India mengaku wilayah tersebut miliknya dan memandang proyek tersebut sebagai pertanda meningkatnya pengaruh Cina.49 Proyek tersebut juga mengundang kemarahan masyarakat setempat yang kebanyakan beraliran Syiah dan Sufi yang menuntut otonomi dari Islamabad. Jalan biasanya menyebabkan dibangunnya prasarana lain: dekat dengan Jalan Raya Karakoram, para insinyur China memulai pembangunan bendungan untuk PLTA di Sungai Indus yang akan menggenangi 100 kilometer persegi Gilgit Baltistan dan menggusur 35.000 orang. Jalan Raya Karakoram merupakan bagian dari jaringan jalan yang dirancang melintas Asia oleh Dana Prasarana ASEAN dan Bank Pembangunan Asia. Proyek lain yang menimbulkan perdebatan ialah membangun jalan raya sepanjang 1.500 kilometer melalui Jalur Ekonomi Timur-Barat Asia Tenggara, yang menghubungkan Thailand, Laos, dan Vietnam ke pelabuhan Mawlamyine di Myanmar.50 Ruas jalan utama—melalui Pegunungan Dawna berhutan di Myanmar—ditentang oleh pegiat lingkungan hidup maupun penduduk Karen setempat, yang takut apabila digunakan oleh tentara Myanmar untuk memerangi pasukan separatis Persatuan Nasional Karen.

18

Penyerobotan lahan semakin menjadi-jadi Walaupun investasi untuk prasarana merupakan katalis perubahan yang ampuh di daerah-daerah terpencil, pengambilalihan lahannya telah dilakukan secara berlebihan dengan penyerobotan lahan oleh agribisnis, yang sering kali didanai dan dikelola oleh luar negeri. Penyerobotan lahan telah diakui sebagai gejala dunia. Pada tahun 2011, Oxfam dan Koalisi Lahan Internasional memperkirakan bahwa lebih dari 200 juta hektar telah dibeli atau disewa-beli oleh agribisnis sejak tahun 2001—lebih dari empat kali lipat perkiraan Bank Dunia sebelumnya.51 Menanggapi tanda bahaya yang bertambah, pada bulan Oktober, Komite Ketahanan Pangan Dunia PBB membahas panduan sukarela untuk melindungi masyarakat. Akan tetapi, karena kemarahan juru kampanye hak asasi manusia, lembaga ini menunda keputusan sampai tahun 2012. Penyerobotan lahan telah dipicu oleh kekhawatiran tentang ketahanan pangan, yang disertai dengan iming-imingan harga pangan dunia yang meningkat. Sebagian besar penyerobotan berada di lahan negara, termasuk padang rumput, hutan, dan lahan basah, yang kebanyakan diantaranya merupakan milik masyarakat adat.52 Dua pertiga diantara penyerobotan lahan yang dilaporkan terjadi di Afrika sedangkan hampir 700 juta orang hidup di lahan yang dimiliki oleh adat, tetapi penguasaannya tidak terjamin berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sebagian besar lahan ini dianggap—secara salah—oleh pemerintah sebagai “kosong” atau “kurang dimanfaatkan”. Pada tahun 2011, enam tahun setelah berakhirnya perang saudara yang lama, sebagian besar lahan di Liberia sekali lagi berada dalam beberapa jenis konsesi untuk petani, penambang, atau rimbawan asing. Di Mozambik, enam juta hektar lahan “kosong” telah dinyatakan terbuka bagi investor asing. Negara baru Sudan Selatan menyerahkan lahan bahkan sebelum mengibarkan bendera nasionalnya untuk pertama kalinya (Kotak 5).53

gambar 2: Pusat perhatian kawasan mengenai terlepasnya lahan

Afrika Asia Amerika Latin Oseania DuniaEropa

34.3

134.

5

203.

4

43.4

18.9

4.7

0.728

.6

6.3

1.5

0.1

70.9

Jumlah luas (juta hektar) hasil rujukan silang

Jumlah luas (juta hektar) yang dilaporkan

Sumber: Acuan Lahan, dalam laporan tahun 2012 Koalisi Lahan International “hak atas

Lahan dan Serbuan terhadap Lahan: temuan mengenai tekanan dari Perusahaan Dunia

terhadap Proyek Penelitian Lahan”

19

Di seluruh Afrika, kurang dari 2% hutan dimiliki secara resmi atau diatur oleh masyarakat, yang memungkinkan negara bebas untuk menyerahkan 98% selebihnya atas nama pembangunan ekonomi. Kajian pada tahun 2011 menemukan bahwa 33,5 juta hektar hutan di RDK berada dalam kendali konsesi untuk kayu, intan, atau pertambangan, tetapi tidak satu pun dimiliki oleh masyarakat hutan.54 Serupa halnya dengan Gabon dan Republik Afrika Tengah, masing-masing memiliki lahan seluas 18,9 juta dan 5,4 juta hektar, berada dalam kendali konsesi, dan tidak satu pun dikuasai oleh masyarakat. Di Afrika Timur, masyarakat penggembala secara kebiasaan memungkinkan menggunakan daerah luas. Tetapi dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, kebebasan mereka untuk berpindah bersama dengan ternak mereka semakin terbatas; bahkan di dalam daerah yang telah ditetapkan sebagai lahan desa mereka. Secara teori, Tanzania memiliki beberapa undang-undang terbaik di benuanya, yang mengakui hak-hak adat; dalam kenyataannya, pengalihan hak atas lahan untuk memenuhi kebutuhan akan pariwisata, bahan bakar hayati, dan pertambangan menjadi persoalan yang semakin besar. Pada tahun 2011, suku penggembala Maasai melaporkan “pengalihan hak atas lahan, pengusiran, ancaman, peminggiran secara terencana, dan kurangnya pengakuan hukum” kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB.55 Pemerintah Tanzania telah memberikan hak berburu kepada sebuah konsorsium dari Uni Emirat Arab atas lahan seluas 400.000 hektar lahan adat suku Maasai, termasuk beberapa desa Maasai yang terdaftar, di daerah Loliondo yang berdampingan dengan Taman Nasional Serengeti. Suku Maasai sekarang diminta untuk menjauhi daerah pemburu dan pemerintah menempatkan paramiliter elitnya Satuan Pasukan Lapangan untuk memastikan mereka melakukannya. Pada bulan Juli 2009, Satuan Pasukan Lapangan memasuki desa-desa dan, menurut Pelapor Khusus PBB bidang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Adat, membakar lebih dari 200 rumah beserta pekarangannya dan menghancurkan ladang jagung dan toko makanan. Sekitar 3.000 orang dibiarkan tanpa naungan, pangan, ataupun air, dan 50.000 ekor ternak mereka kehilangan padang penggembalaan.56 Pelapor Khusus PBB bidang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Adat mengatakan bahwa pengusiran merupakan bagian dari “kebijakan pemerintah yang lebih memihak pada kepentingan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang wisata konservasi dan perburuan satwa liar ... dibandingkan dengan hak-hak masyarakat adat.” Penyerobotan lahan juga sering disertai dengan penyerobotan air. Di Mali, misalnya, puluhan ribu hektar lahan di sepanjang tepi Sungai Niger telah disewakan kepada perusahaan gula Cina dan Afrika Selatan.57 Gula merupakan salah satu tanaman paling rakus air di dunia, dan salah satu kontrak sewa tersebut mengatakan bahwa seluruh kebutuhan irigasi penyewa harus dipenuhi sebelum hal lainnya ditangani. Skema tersebut menyerobot padang penggembalaan dan juga mengancam keringnya lahan basah di hilir Delta Niger Dalam. 1,4 juta orang di sana mengandalkan banjir tahunan untuk pertanian lahan basah tradisional, perikanan, dan padang rumput basah. Pada akhir tahun 2011, kekeringan terjadi di separuh

Meskipun ancaman penduduk dunia mungkin sedang diredam, ancaman konsumsi dunia siap meledak.

20

cInA/KAnAdA: BIAyA PenguAsAAn yAng TIdAK TeRJAmIn nAIK KARenA PeRusAHAAn KeHuTAnAn meRugI As$5 mILIAR

“Beberapa pihak telah memprakirakan bahwa sengketa atas kepemilikan pohon di Provinsi yunnan, cina, dapat merusak nama baik salah satu reksa-dana lindung-nilai yang paling berhasil dalam krisis keuangan.”58 Sampai musim semi 2011, Perusahaan Kehutanan cina (Sino forest corporation) yang berkantor di hong Kong merupakan perusahaan kayu perdagangan umum terbesar di Kanada, dengan nilai pasar lebih dari AS$6 miliar. Investor tunggal terbesar mereka ialah salah satu reksa-dana lindung-nilai paling berhasil di Wall Street, John Paulson. tetapi Sino forest merugi hampir AS$5 miliar hanya dalam beberapa minggu setelah beredarnya laporan yang meluluhlantakkan oleh analis pasar cina, muddy Waters,59 karena perusahaan tersebut dituduh melakukan kecurangan melalui pemalsuan pendapatannya dan terlalu melebih-lebihkan simpanan kayu nyatanya. menurut laporan muddy Waters, banyaknya kayu yang oleh Sino forest diaku dapat dijual dari Provinsi yunnan melebihi

“pagu panen yang berlaku sebesar enam kali lipatnya”. Penyelidikan lebih lanjut oleh surat kabar the globe and mail60 mengungkapkan bahwa banyak simpanan Sino forest saat ini diperoleh dari masyarakat dan rumah tangga setempat dengan niat buruk melalui perantara yang membayar pemegang hak sebagian kecil dari nilai sumberdaya tersebut. Pemilih tanah yang kebanyakan buta huruf sering kali dipaksa untuk menandatangani dokumen yang tidak mereka pahami dan tidak diberi apa pun yang menjamin pembayaran sehingga seluruh masyarakat setempat merasa ditipu. menurut the globe and mail, beberapa penduduk yang mengalami hal ini berharap mereka dapat menguasai kembali lahan mereka karena masalah hukum Sino forest. menyertai protes masyarakat di Wukan, Provinsi guangdong, biaya nyata dari sistem penguasaan hutan yang tidak adil, tanpa aturan, dan tertutup mulai “merembes ke atas” sehingga berdampak terhadap politisi dan investor internasional. mungkin, pelajaran mahal ini akan membuat investor memberikan perhatian lebih besar pada pertanyaan tentang hak atas lahan sebelum menanamkan modalnya di negara berkembang.

daerah yang tergenang sehingga memicu perpindahan penduduk besar-besaran. Sekitar 30% air yang seharusnya mencapai lahan basah dialihkan oleh proyek pertanian di hulu sungai.61

Dengan kurangnya air, faktor pembatas utama terhadap hasil pertanian yang menurut perkiraan terjadi di seperempat bagian dunia, penyerobotan air mulai meningkat.

Tujuh miliar dan penghitungan: Konsumsi mengalahkan jumlah penduduk sebagai ancaman penting Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar orang pada tahun 2011, lebih dari empat kali lipat jumlahnya seabad yang lalu.62 Jumlah ini masih akan terus meningkat selama beberapa waktu, tetapi laju pertumbuhannya telah menjadi setengahnya dalam satu generasi dan demikian juga jumlah anggota keluarganya. Pada hari ini, rata-rata perempuan di dunia memiliki 2,5 orang anak sedangkan ibu

21

dan neneknya memiliki lima orang anak atau lebih. Terdapat ketidakpastian tentang masa depan kependudukan di Afrika, tetapi jumlah penduduk di Cina kemungkinan mulai turun pada tahun 2030 dan sebagian besar negara Asia lainnya dan Amerika Latin akan mengikutnya. Pada tahun 2011, PBB menyinggung proyeksi pertengahan-abadnya tentang jumlah penduduk dunia yang bertambah menjadi 9,3 miliar jiwa dan memprakirakan menjadi 10 miliar jiwa di bumi ini pada akhir abad ke-21.63 Rentang galat dalam perkiraan tersebut berkisar dari enam sampai enam belas miliar, yang sangat tergantung pada apakah laju kesuburan di Afrika dapat mengejar apa yang diamati di Asia dan Amerika Latin. Meskipun demikian, pertumbuhan jumlah penduduk dunia pasti akan melambat dan banyak pihak yakin bahwa jumlah tersebut akan mencapai puncak antara 9 dan 10 miliar pada akhir abad tersebut. Tetapi, meskipun ancaman penduduk dunia mungkin sedang diredam, ancaman konsumsi dunia siap meledak. Konsumsi menggerakkan permintaan dan penggunaan sumberdaya, dan jumlah masyarakat dengan gaya hidup konsumtif di daerah perkotaan di dunia yang membengkak melonjak dengan cepat. Bumi ini mungkin tidak menghadapi kiamat menurut Malthus, tetapi benar-benar menghadapi tantangan sangat besar dalam menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk mempertahankan gaya hidup tersebut dan dalam mempertahankan hutan yang diperlukan untuk mencegah bencana iklim. Perusahaan dan ekonom sering memperlakukan sumberdaya alam seperti ikan, tanah, hutan, dan udara bersih sebagai barang cuma-cuma yang selalu tersedia. Ini didorong oleh pasokan energi murah, harga sumberdaya yang selalu jatuh sejak masa

Amerika Utara

Timur Tengah dan Afrika Utara

Eropa

Amerika Tengah dan Selatan

Afrika Sub-Sahara

Asia Pasifik

20092030

100mn

500mn

1bn

gambar 3: Prakiraan jumlah kelas menengah dunia pada tahun 2030

Sumbu x dan y digunakan sebagai koordinat untuk memetakan bulatan untuk negara/kawasan tertentu pada peta.

Sumber: Penelitian Dunia dari Standard chartered, Laporan the Super-cycle, 2010.

22

lalu, dan globalisasi—jika suatu sumberdaya habis di satu daerah, Anda hanya pindah ke daerah lain. Tetapi kelangkaan sumberdaya dunia menyebabkan kerangka pikir ini berantakan. Setelah seabad dengan sebagian besar sumberdaya cenderung menjadi lebih murah, harga-harga komoditas telah naik selama dasawarsa terakhir sebesar rata-rata 70%. Pada tahun 2011, Jeremy Grantham menyebut hal ini “mungkin peristiwa ekonomi terpenting sejak Revolusi Industri”.64

Untuk mengatasinya, pengguna sumberdaya yang berjumlah terbatas seperti logam dan hidrokarbon harus “menutup lingkaran” melalui pendaurulangan secara terencana, atau menemukan pengganti yang lebih tersedia. Terdapat lebih banyak pilihan bagi sumberdaya hayati seperti kayu dan ikan. Yang pertama ialah membudidayakannya: kayu dapat dihasilkan di perkebunan pohon, misalnya, budi daya tambak dapat menaikkan penyediaan ikan. Cara lainnya ialah melakukan konservasi sumberdaya alam yang tersisa dan memanennya secara berkelanjutan. Akibat sosial dan politik dari dua pendekatan tersebut akan sangat berbeda. Pendekatan “pertanian” menggerakkan penyerobotan lahan dan swastanisasi dan komoditasisasi sumberdaya milik bersama dan tradisional seperti hutan, padang rumput, dan perikanan. Pendekatan pengelolaan memerlukan pergeseran ke sistem berkelanjutan yang lebih beragam dan tahan. Ini juga mengharuskan mempertahankan ketersediaan bahan pangan dibandingkan dengan

pengurangannya, dan peningkatan hak pemilik tradisional dan pengguna sumberdaya tersebut. Penelitian dan pengalaman semakin membenarkan bahwa pemilik tradisional merupakan pemelihara terbaik sumberdaya alam hayati dan masyarakat yang paling mampu melakukan perubahan yang diperlukan menuju keberlanjutan, dengan ketentuan bahwa mereka mempertahankan penguasaan dan kepemilikan lahan mereka. Di Guatemala, misalnya, negara menghibahkan 12 konsesi hutan masyarakat yang mencakup lahan seluas 400.000 hektar di Cagar Alam Biosfer Maya. Cagar alam tersebut merupakan kawasan lindung terbesar di Amerika Tengah dan sebelumnya dijalankan oleh lembaga pemerintah. Banyak dorongan untuk memberi konsesi kepada masyarakat berasal dari Perhimpunan Masyarakat Hutan Petén (ACOFOP). Pada tahun 2011, cabang ACOFOP mendapat penghargaan Sasakawa dari UNEP atas karyanya mengenai pengelolaan hutan berkelanjutan di Cagar Alam Biosfer Maya.65 Sampai sekarang, proyek Maya

dipandang sebagai tidak lazim. Tetapi, keberhasilannya mengalahkan banyak permintaan tandingan atas lahan tersebut menunjukkan bahwa proyek ini mengajukan model lebih luas yang bermanfaat bagi REDD maupun produksi kayu dan hasil hutan lainnya secara berkelanjutan.

Penelitian dan pengalaman menegaskan bahwa pemilik berdasarkan tradisi merupakan pemelihara terbaik sumberdaya hayati alam maupun masyarakat yang paling dapat mencapai perubahan yang dibutuhkan menuju keberlanjutan, dengan ketentuan bahwa mereka mempertahankan penguasaan dan kepemilikan.

23

menyakitkan hati dan pendudukan: Bosan dengan ketimpangan Kegiatan pembelaan terhadap penyerobotan lahan, kurangnya konsultasi atas proyek prasarana baru, proyek REDD yang berat untuk dilaksanakan, dan tersebarnya agribisnis telah bangkit di seluruh negara berkembang selama beberapa tahun.66 Suara para pegiat tersebut bergema di perkotaan Barat pada tahun 2011. Menyakitkan hati melihat gaji bankir dan lainnya yang terlalu tinggi membangkitkan gerakan Pendudukan, yang dibentuk di banyak ibukota besar. Sekarang, ada gerakan dunia yang melibatkan pegiat di negara maju maupun berkembang. Mereka ikut merasakan bahwa ketimpangan telah mencapai tingkat yang memalukan dan bahwa sistem keuangan terlalu kuat untuk dikendalikan oleh pemerintah. Gerakan dunia ini tampaknya memperoleh waktu yang tepat, dengan keberhasilan baru-baru ini dalam mempertahankan sumberdaya alam milik bersama menghadapi perusahaan yang kuat, termasuk yang sampai saat ini merupakan perusahaan kayu yang perdagangan umum terbesar di Kanada (Kotak 6). Di Liberia, lonjakan pengambilalihan lahan oleh pihak asing untuk penanaman kelapa sawit telah dihentikan oleh perlawanan masyarakat bawah untuk masa sewa 63 tahun pada lahan seluas 220.000 hektar, yang diberikan oleh pemerintah kepada raksasa perkebunan Sime Darby dari Malaysia.67 Penduduk desa mengeluh bahwa perusahaan tersebut telah mengusir penduduk dari lahan mereka, membuka hutan secara liar dan menimbun lahan basah, serta lalai dalam memberi tahu dan melakukan musyawarah tentang rencananya ataupun memberi pekerjaan yang dijanjikan. Pertemuan umum yang dihadiri oleh anggota DPR memicu penyelidikan lingkungan hidup yang menghasilkan denda kepada perusahaan. Kelompok masyarakat sipil mengajukan permohonan banding kepada Meja Bundar mengenai Minyak Sawit Berkelanjutan (RSPO), badan perdagangan internasional yang bertujuan mengangkat taraf hidup masyarakat dan lingkungan dalam industri tersebut. Karena ditekan oleh LSM seperti FPP, maupun oleh RSPO, perusahaan tersebut membekukan kegiatannya pada bulan November 2011, menunda sampai ada kesepakatan dengan penduduk desa.68 Pada bulan Desember, perundingan dua pihak berlangsung antara perusahaan dan masyarakat, serta pemerintah terlambat terlibat dalam hal ini. Pemerintah juga mengakui bahwa kesalahan telah dilakukan karena konsesi diberikan tanpa mengikutsertakan masyarakat. Di Jambi, Indonesia, anak perusahaan Kelompok Wilmar yang berkantor di Singapura mengusir penduduk desa dengan todongan senjata dan menghancurkan rumah mereka. Protes menyebabkan perusahaan tersebut menyetujui adanya penengah melalui Ombudsman Penasihat Kepatuhan dari Perusahaan Keuangan Internasional (IFC).69

Kekhawatiran tentang masalah yang menyebar luas ini memacu Komisi Hak Asasi Manusia Asia Tenggara mengeluarkan Pernyataan Hak Asasi Manusia dan Agribisnis di Bali pada bulan Desember 2011,70 yang menyerukan kepada pemerintah dan swasta melindungi dan menghargai hak masyarakat atas lahan mereka.

Hanya karena proyek prasarana terbesar tidak lagi kebal terhadap protes, pemerintah yang sebelumnya tidak dapat ditembus juga menjadi lebih rentan menghadapi warga negaranya.

24

Upaya seluruh dunia untuk mengakhiri serbuan perkebunan kelapa sawit, terutama terhadap masyarakat hutan, masih harus menempuh jalan panjang. Tetapi citra industri tersebut telah babak belur dan perusahaan-perusahaan yang haus akan perluasan lahan itu rentan terhadap pengungkapan kegiatan tercela mereka. Hal lain yang dihadapi gerakan dunia dalam menentang ketimpangan dan penyerobotan lahan ialah pembangunan bendungan besar. Selama bertahun-tahun, lembaga bantuan pembangunan resmi Barat menolak untuk mendanai proyek pembangunan bendungan besar karena biaya lingkungan dan sosialnya yang sangat besar. Tetapi dana segar dari Cina, Brasil, dan Teluk Persia telah menghidupkan kembali pembangunan bendungan. Akibatnya, hal ini menghidupkan kembali penentangan terhadap bendungan besar pada tahun 2011. Pada bulan November, mungkin disemangati oleh Musim Semi Arab di utara, ratusan rakyat Sudan mendobrak kepasifan mereka selama beberapa dasawarsa dengan mulai duduk-duduk di tepi Sungai Nil.71 Sudah terlambat untuk memprotes pembangunan bendungan Merowe yang menelan biaya AS$2 miliar, 350 kilometer di sebelah utara Khartoum; para insinyur dari SinoHydro Corporation, perusahaan PLTA terbesar di dunia milik negara Cina, telah menyelesaikannya pada tahun

2009. Tetapi, ketika air bendungan naik, pemrotes mengeluh bahwa hanya sedikit dari 15.000 orang yang digusur oleh perusahaan diberi ganti rugi ataupun disediakan rumah pengganti. Pemerintah Sudan memicu protes baru pada tahun 2012, ketika puluhan ribu orang tergusur karena lahannya digenangi oleh perluasan bendungan Roseires di dekat perbatasan Ethiopia dan karena dua buah bendungan lain yang akan dibangun oleh kontraktor Cina di lahan suku Nubia. Suku Nubian yang menentang menyatakan dalam surat kepada SinoHydro pada bulan Januari 2011 bahwa bendungan tersebut merupakan bagian dari strategi “Arabisasi suku Nubia dengan memukimkan kembali mereka jauh dari kampung halaman mereka”.72 Benar atau tidak, perselisihan mengenai bendungan baru tampak pasti di Sudan.

Pada bulan Oktober 2011, hakim Brasil memerintahkan dihentikannya pembangunan bendungan PLTA terbesar ketiga dunia di Belo Monte, negara bagian Para, karena menurutnya ini akan menggenangi tempat tinggal ribuan masyarakat adat dan menyebabkan mereka tidak dapat menangkap ikan di Sungai Xingu.73 Hal ini meskipun proyek bernilai AS$7 miliar yang tadinya lama diperdebatkan telah memperoleh izin dari badan lingkungan hidup federal, IBAMA, pada tahun tersebut dan dukungan dari para pemimpin politik setempat, yang yakin bahwa proyek tersebut akan membawa kemajuan. Meskipun diprotes, hakim mencabut pendapatnya setelah diajukannya naik banding pada bulan Desember.74 Perselisihan ini kemungkinan berlanjut pada tahun 2012.

Sesuatu sedang ter-jadi. Karena putus asa oleh kekuatan keuangan dunia dan penyalah-gunaan hak dan sumberdaya setem-pat mereka, seba-gian besar rakyat kemungkinan kecil bangkit menghada-pi penguasa apabila terlihat terlalu kuat untuk ditantang.

25

Hanya karena proyek prasarana terbesar tidak lagi kebal terhadap protes, pemerintah yang sebelumnya tidak dapat ditembus juga menjadi lebih rentan menghadapi warga negaranya. Tahun tersebut berakhir ketika pemerintah China mundur setelah protes terhadap penyerobotan lahan dan pencemaran industri di Provinsi Guangdong, pusat pabrikasi di China selatan. Protes dimulai di Wukan, desa nelayan kecil.75 Penduduk desa mengatakan bahwa pejabat partai telah melakukan kesepakatan korup dengan pengusaha untuk menyerobot lahan mereka demi pembangunan. Unjuk rasa menentang perampasan lahan meningkat; setelah seorang pemrotes meninggal dunia dalam tahanan polisi, penduduk desa mengusir kekuatan negara, termasuk pejabat partai. Selama seminggu, Wukan otonom; kemudian, gencatan senjata dilanggar dan pemerintah setuju untuk menyelidiki penyerobotan lahan tersebut. Akankah kerusuhan tersebut menyebar? Mungkin saja. Pada bulan Desember, pemrotes di kota terdekat Haimen, yang disemangati oleh peristiwa di Wukan, mengadakan pemogokan, menuntut pembatalan rencana stasiun pembangkit listrik tenaga batu bara di kota itu yang, kata mereka, membahayakan kesehatan mereka.76 Dua orang meninggal dunia sewaktu warga kota menyerang kantor dinas-dinas kota. Sesuatu sedang terjadi. Karena putus asa oleh kekuatan keuangan dunia dan penyalahgunaan hak dan sumberdaya setempat mereka, sebagian besar rakyat kemungkinan kecil bangkit menghadapi penguasa apabila terlihat terlalu kuat untuk ditantang. Tidak perlu ada pertentangan: banyak masyarakat menginginkan investasi untuk prasarana dan pembangunan lainnya, tetapi pendekatan dari atas tidak lagi dibenarkan. Sekarang banyak contoh yang sangat bagus tentang proses memperoleh persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya dari masyarakat adat dan masyarakat; dalam jangka panjang, penerapan proses tersebut di kalangan luas itu baik bagi semua pihak.

27

Akankah 2012 menjadi akhir tindakan global yang efektif terhadap perubahan iklim?

Kesepakatan yang dicapai pada konferensi perubahan iklim di Durban yang kebanyakan negara menerima sasaran yang mengikat mengenai emisi gas rumah kaca merupakan penerimaan yang terlambat sehingga negara berkembang sekarang menguasai emisi dunia dan harus menjadi mitra aktif dalam menanggulangi perubahan iklim. Tetapi dengan menunda kesepakatan tentang apa yang sasaran tersebut yang harus capai sampai tahun 2015—dan pelaksanaannya sampai tahun 2020 atau sesudahnya—, kesepakatan tersebut mewariskan jalan panjang bagi dunia dari harapan untuk mencegah kenaikan suhu 2°C. Adakah jalan kembali? Konferensi Durban menyepakati untuk membahas di Qatar pada akhir tahun 2012 tentang cara terbaik untuk menangani “kesenjangan cita-cita” yang lebar. Itu mungkin harapan terakhir dalam mencegah perubahan iklim yang membahayakan. Akankah tuntutan ilmu pengetahuan mengalahkan kemudahan diplomasi?

Akankah Redd diperbarui atau ditinggalkan?

Tanpa adanya kesepakatan iklim dunia yang berjalan, dan dengan terus-menerus tanpa kepastian mengenai pendanaannya, masa depan REDD tidak jelas. Banyak pekerjaan baik telah dilakukan untuk membantunya menyertakan hak penguasaan dan tata kelola hutan, tetapi daya pendorong yang dibuat dengan memperkenalkannya di Bali empat tahun yang lalu melenyap. REDD dapat terpincang-pincang dengan pendanaan dari lembaga bantuan pembangunan resmi dan pasar karbon sukarela, tetapi tanpa kehendak politik yang lebih besar, REDD dapat mengalami nasib yang sama seperti Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) hasil Protokol Kyoto yang sekarat.

menuju ke mana jalan reformasi penguasaan lahan di Indonesia?

Komitmen Indonesia terhadap reformasi penguasaan hutan merupakan salah satu keberhasilan besar pada tahun 2011 dan merupakan calon mercusuar bagi

BAgIAn TIgA:

Pertanyaan untuk Tahun 2012 3

28

perubahan tata kelola hutan di mana pun. Akan tetapi, bagaimana jika ini akan habis karena kekuatan besar di negara tersebut masih ingin mengupayakan pembangunan ekonomi yang menguras sumberdaya? Akankah pemerintah menunjung tinggi komitmennya dan akankah masyarakat sipil mempertahankan caranya yang bersifat membangun? Pada akhir tahun 2012, moratorium selama dua tahun tentang perizinan hutan hampir berakhir. Kemudian, dadu akan dilempar.

Akankah Rio menjadi kenyataan?

Pertemuan Puncak mengenai Bumi di Rio semula berlangsung selama 12 hari; Rio+20 hanya akan berlangsung selama tiga hari. Rencana semula merupakan kesepakatan mengenai perubahan iklim dan keanekaragaman hayati, tetapi ditetapkan tidak ada yang sebanding untuk ditandatangani pada waktu ini. Meskipun demikian, Rio+20 menawarkan peluang besar. Hak dan tata kelola dilewatkan pada waktu yang lalu, dan terdapat ketergantungan berlebihan pada lembaga-lembaga dunia lama. Pembangunan masih dipandang sebagai barang bersama dan bukan sebagai proses yang menghasilkan pemenang dan pecundang. Jadi, dapatkah Rio+20 mendorong agenda pertumbuhan ramah lingkungan berdasarkan hak yang adil terhadap sumberdaya? Tidak jelas apakah kekacauan ekonomi Barat dan bangkitnya secara mencolok negara berkembang akan membantu ataukah menghambat agenda tersebut. Akankah Rio+20 menganjurkan rancangan baru bagi tata kelola dunia? Akankah suara masyarakat setempat didengar? Akankah para pemimpin dalam pertemuan puncak mengakui bahwa sumbangsih masyarakat hutan terhadap perekonomian ramah lingkungan setempat dapat menjadi cetak biru bagi pemeliharaan atas sumberdaya alam dunia?

Akankah penghargaan terhadap hak masyarakat setempat menjadi ciri 2012?

Dunia mencapai titik balik pada tahun 2011; kekuatan BRIC dan naiknya negara berkembang lainnya, maupun kekuatan rakyat setempat, kurang menimbulkan sengketa. Tekanan sangat besar yang dialami oleh sumberdaya alam dan rakyat setempat sekarang diakui sepenuhnya. Akan tetapi, apakah ini pertanda bertambahnya penghargaan terhadap hak dan tata kelola sumberdaya setempat? Ini pertanyaan tentang dasar pentingnya: perlindungan dan produksi sumberdaya alam di dunia secara adil hanya akan dicapai dalam beberapa dasawarsa mendatang jika hak masyarakat desa dan penghuni hutan dihargai. Agenda keberlanjutan sosial dan lingkungan bukan sepenuhnya hal baru, dan hal yang bodoh apabila memprakirakan bahwa kebangkitannya sudah dekat. Inilah saatnya perubahan yang sangat besar dalam hal geopolitik, ekonomi, dan sosial —yang mengandung risiko, tetapi juga peluang. Politik maju yang baru, yang menghargai hak masyarakat setempat, dapat mengatasi persoalan dunia yang menekan, dari perubahan iklim hingga ketahanan pangan. Jika tidak diupayakan sekarang, lalu kapan lagi?

29

cATATAn AKHIR

1 BBc. 2011. Kepala Imf memperingatkan akan “dasawarsa yang hilang” dalam ekonomi dunia. BBc (online) 9 november 2011. http://www.bbc.co.uk/news/business-15649985

2 njiraini, John. 2011. Apakah Afrika berada di landasan pacu untuk lepas landas ekonomi? the Standard (online) 7 maret 2011. http://www.standardmedia.co.ke/archives/mag/InsidePage.php?id=2000030685&cid=457&

3 the Economist. 2011. matahari bersinar terang: Pertumbuhan mengesankan di benua tersebut tampak kemungkinan berlanjut. the Economist (online) 3 Desember 2011. http://www.economist.com/node/21541008.

4 Juma, calestous. 2011. mesin baru Afrika. finance & Development Desember 2011: hlm. 6–11. http://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2011/12/pdf/juma.pdf

5 marshall, michael. 2011. Konsumen cina berbelanja lebih dari AS untuk pertama kalinya. new Scientist (online) 4 Desember 2011. http://www.newscientist.com/article/dn21239-chinas-consumers-emit-more-than-us-for-the-first-time.html

6 Sunderlin et al. 2008; rights and resources Initiative & International tropical timber organization. 2009. tropical forest tenure Assessment: trends, challenges and opportunities. yokohama, Japan and Washington, D.c.: Itto/rrI. figures 1 and 2 contain data from the following countries: Africa-Drc, Sudan, Angola, Zambia, tanzania, cAr, congo, gabon, cameroon, chad, nigeria, cote d’Ivoire, niger and togo (73% of African forests). Asia-Australia, Indonesia, India, myanmar, Papua new guinea, Japan, thailand and cambodia (80% of Asian forests). Latin America -Bolivia, Brazil, colombia, Venezuela, guyana, Suriname, Ecuador and honduras (74% of Latin American forests). rest of the world-russia, canada, u.S., Sweden, Japan, finland. State forestry Administration. 2007. china forestry yearbook. Beijing: china forestry Publishing house.

7 the Economist (2011). Sebagaimana dikutip pada catatan Akhir 3.8 reuters Africa. 2011. malaysia mengincar Afrika untuk pertumbuhan pasar minyak sawit.

reuters Africa (online) 7 Desember 2011. http://af.reuters.com/article/morocconews/idAfL5E7n63Z220111207

9 Agritrade, 2011. Kelompok perusahaan dari malaysian, Sime Darby, menanam modalnya untuk minyak sawit di Liberia. Agritrade (online) 9 Agustus 2011. http://agritrade.cta.int/Agriculture/commodities/oil-crops/malaysian-group-Sime-Darby-invests-in-palm-oil-in-Liberia

10 the oakland Institute. 2011. memahami Kesepakatan Investasi Lahan di Afrika. Laporan menurut negara: mozambik. oakland: the oakland Institute. http://www.oaklandinstitute.org/sites/oaklandinstitute.org/files/oI_country_report_mozambique_0.pdf

11 Afrique Avenir. 2011. Perluasan produksi gula di Afrika. Afrique Avenir (online) 15 maret 2011. http://www.afriqueavenir.org/en/2011/03/15/expansion-of-sugar-production-in-africa/

12 grantham, Jeremy. Waktunya bangun: hari-hari berakhirnya untuk selama-lamanya sumberdaya melimpah dan harga anjlok. the oil Drum (online) 29 April 2011. http://www.theoildrum.com/node/7853

13 Energy Bulletin. 2011. gambaran energi dunia 2011 IEA. Energy Bulletin (online) 9 november 2011. http://www.energybulletin.net/stories/2011-11-09/iea-world-energy-outlook-2011-nov-9

14 oEcD. 2011. Ikhtisar Ketimpangan Pendapatan yang melebar di negara-negara oEcD: temuan utama. Paris: organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi(oEcD). http://www.oecd.org/dataoecd/40/12/49170449.pdf

15 BBc. 2011. Ketimpangan upah “semakin parah” di negara terkemuka dalam ekonomi. BBc (online) 5 Desember 2011. http://www.bbc.co.uk/news/uk-politics-16012293

16 BBc. 2011. Ketimpangan pendapatan di India menjadi dua kali lipat dalam 20 tahun, kata oEcD. BBc (online) 7 Desember 2011. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-india-16064321

17 the new york times. 2011. Beberapa orang kuat dan terkaya diantara orang kaya di India. the new york times (online) 26 Juli 2011. http://www.nytimes.com/interactive/2011/07/27/world/asia/20110727-the-richest-rich-in-india.html

18 the new york times. 2011. Brasil berusaha pragmatis, bukan politis. the new york times (online) 18 november 2011. http://www.nytimes.com/2011/11/19/world/americas/19iht-currents19.html

19 roy, Arundhati. 2011. Perjuangan ini telah membangkitkan kembali Khayalan Kita. Pidato yang diberikan pada universitas rakyat, Washington Square, new york city, 20 november 2011. http://groups.yahoo.com/group/SouthAsiacontact/message/15085.

20 Kajian tersebut mencakup negara berikut, yang menyumbang lebih kurang separuh tutupan hutan dunia: Australia, Brasil, Bolivia, Kamboja, Kamerun, cina, Kolombia, Kongo, rDK, finlandia, gabon, guatemala, guyana, India, Indonesia, Kenya, Liberia, malaysia, meksiko, mozambik, nepal, nigeria, Png, Peru, Swedia, tanzania, thailand, Venezuela, Vietnam, dan Zambia. Lihat www.rightsandresources.org/tenuredata

21 Diantara negara yang diteliti di Amerika Latin, 63,9 juta ha berada pada beberapa tatanan penguasaan oleh masyarakat dari keseluruhan kawasan hutan di negara yang sama seluas 835 juta ha; di Asia, 155,7 juta ha dari 485,3 juta ha; dan di Afrika, 15,856 juta ha dari 357,2 juta ha.

22 Evans, Alex. 2011. Ketahanan Pangan: Apakah Kita hampir mencapainya? Pidato yang diberikan menjelang musyawarah rrI Kesepuluh di Den haag, Belanda, 7 September 2011. http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2659.pdf

23 Pearce, fred. 2010. telaah cancún: fajar menyingsing di dunia karbon rendah. new Scientist (online) 13 Desember 2010. http://www.newscientist.com/article/dn19861-cancun-analysis-dawn-breaks-on-lowcarbon-world.html?full=true

24 gregersen, hans, hosny El-Lakany, Luke Bailey, dan Andy White. 2011. Sisi Lebih hijau dari rEDD+: Pelajaran bagi rEDD+ dari negara-negara yang Kawasan hutannya Bertambah Luas. Washington, D.c.: Prakarsa hak dan Sumberdaya (rrI).

25 Pearce, fred. Dasawarsa membahayakan bagi iklim kita. new Scientist (online) 14 Desember 2011. http://www.newscientist.com/article/mg21228434.700-our-climates-dangerous-decade.html.

26 http://www.munichre.com/app_pages/www/@res/pdf/media_relations/press_dossiers/hurricane/2011-half-year-natural-catastrophe-review-usa_en.pdf

27 Koss, geof. 2011. Dana “hijau” menjadi layu dalam iklim sekarang. cQ Weekly (online) 10 Desember 2011. http://public.cq.com/docs/weeklyreport/weeklyreport-000003997655.html

28 Kovacevic, michelle. 2011. Durban membicarakan hal yang baik maupun yang buruk tentang rEDD+, kata pakar. Blog Pusat Penelitian Kehutanan Internasional/cIfor (online) 14 Desember 2011. http://blog.cifor.org/6507/durban-talks-both-good-and-bad-for-redd-says-expert/

29 Lihat, misalnya: cIfor. 2011. Kajian baru dunia menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada hutan

di kalangan masyarakat miskin perdesaan. Siaran pers (online) 15 Juni 2011. Bogor: Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (cIfor). http://www.cifor.org/mediamultimedia/newsroom/press-releases/press-releases-detail-view/article/238/new-global-study-s

robson, James P. dan Berkes, fikret. 2011. menyelidiki beberapa mitos mengenai perubahan penggunaan lahan: dapatkah kepindahan dari perdesaan ke perkotaan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati? global Environmental change 21(3): 844–854. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0959378011000690hows-high-reliance-on-forests-among-rural-poor.html

Edwards, David P., Larsen, trond h., Docherty, teegan D. S., Ansell, felicity A., hsu, Wayne W., Derhé, mia A., hamer, Keith c., dan Wilcove, David S. 2010. Lahan rusak yang layak untuk dilindungi: arti penting biologis hutan yang telah ditebang berulang-ulang di Asia tenggara. risalah royal Society B 278: 82–90 (doi:10.1098/rspb.2010.1062). http://rspb.royalsocietypublishing.org/content/early/2010/08/03/rspb.2010.1062.abstract

30 IIED. 2011. Kehebatan Karbon: Bagaimana cara mendongkrak manfaat dari rEDD+ untuk masyarakat miskin. Pengarahan Singkat IIED Juli 2011. London: Lembaga Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan (IIED). http://pubs.iied.org/pdfs/17097IIED.pdf

31 mangkusubroto, Kuntoro. 2011. Pidato yang diberikan pada Konferensi Internasional mengenai Penguasaan, tata Kelola, dan usaha hutan di Lombok, Indonesia, 12 Juli 2011. http://ukp.go.id/pidato/35-importance-of-land-and-forest-tenure-reforms-in-implementing-a-climate-change-sensitive-development-agenda

30

cATATAn AKHIR

31

32 reuters. 2011. Pertanyaan & Jawaban-minyak sawit, pertumbuhan, larangan pembukaan hutan di Indonesia. reuters (online) 25 mei 2011. http://www.reuters.com/article/2011/05/25/us-indonesia-palmoil-iduStrE74o2Lg20110525

33 Program masyarakat hutan (fPP). 2011. Data nasional terbaru mengenai rEDD+ di Indonesia. Seri Pengarahan Singkat hak, hutan, dan Iklim 2011. moreton-in-marsh: Program masyarakat hutan. http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/10/national-update-briefing-1.pdf

34 the munden Project. 2011. rEDD dan Karbon hutan: Kritik yang mengacu pada Pasar dan Saran. the munden Project. http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2215.pdf. rights and resources Initiative. 2011. Kecenderungan Penguasaan Lahan: Apakah rEDD membutuhkan Pasar Karbon Dunia supaya dapat Berjalan? Prakarsa hak dan Sumberdaya (rrI). http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2216.pdf

35 http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2503.pdf36 “membuka Kunci Potensi hutan melalui reformasi Penguasaan: Pesan pokok dan saran

dari Konferensi Internasional mengenai Penguasaan, tata Kelola, dan usaha hutan: Pengalaman dan Peluang bagi Asia dalam Keadaan yang terus Berubah.” Pernyataan bersama dari Konferensi Internasional mengenai Penguasaan, tata Kelola, dan usaha hutan: Pengalaman dan Peluang bagi Asia dalam Keadaan yang terus Berubah. Juli 2011. http://www.rightsandresources.org/publication_details.php?publicationID=2517

37 the Jakarta Post. 2012. Protes mengenai lahan memacetkan Jakarta. the Jakarta Post 13 Januari 2012.

38 http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2519.pdf39 Barker, greg. 2011. Pidato yang diberikan pada musyawarah rrI Kesebelas di London,

Inggris, 12 oktober 2011. www.rightsandresources.org/documents/index.php?pubID=269340 gregersen, hans, El Lakany, hosny, Karsenty, Alain, dan White, Andy. 2010. Apakah

Pendekatan Biaya Imbangan menunjukkan Biaya rEDD+ yang Sebenarnya? hak dan Kenyataan membayar untuk rEDD+. Washington, D.c.: Prakarsa hak dan Sumberdaya (rrI).

Dyer, nathaniel dan counsell, Simon. 2010. mcrEDD: Bagaimana “Kurva Biaya” mcKinsey menyimpangkan rEDD. Laporan ringkas Kebijakan Iklim dan hutan november 2010. the rainforest foundation. http://www.rainforestfoundationuk.org/files/mcredd%20English.pdf

Dudley, charlotte. 2011. Laporan rEDD memperbarui kritik atas kurva biaya mcKinsey. Environmental finance (online) 14 April 2011. http://www.environmental-finance.com/news/view/1662

morales, Alex. 2011. hasil kerja mcKinsey memungkinkan Kongo, guyana memperoleh bantuan, menebang pohon, kata greenpeace. Bloomberg (online) 7 April 2011. http://www.bloomberg.com/news/2011-04-06/mckinsey-work-lets-congo-guyana-get-aid-cut-trees-greenpeace-says.html

41 rainforest foundation Inggris. 2011. Kurva biaya mcKinsey pada Pengurangan gas rumah Kaca—mengatur catatan dengan Benar. 9 maret 2011. http://www.rainforestfoundationuk.org/files/mcKinsey_Abatement_cost_curve_setting_the_record_straight.pdf

42 Kissinger, gabrielle. 2011. mengaitkan hutan dan Produksi Pangan dalam rangka rEDD+. makalah Kerja ccAfS no. 1. Kopenhagen: Program Penelitian cgIAr mengenai Perubahan Iklim, Pertanian, dan Ketahanan Pangan. http://ccafs.cgiar.org/sites/default/files/assets/docs/gkissinger_linking_forests_food_redd_final-web.pdf

43 the rainforest foundation Inggris. 2011. republik Afrika tengah: mengaitkan hak, Penguatan Kemampuan, rEDD, and fLEgt. Pengarahan Singkat, november 2011. http://www.rainforestfoundationuk.org/files/rfuK%20cAr%20briefing%20rEDD%20fLEgt.pdf

44 osarogiagbon, rita. 2012. forum pemangku kepentingan mengenai perubahan iklim, rEDD & hak masyarakat yang bergantung pada hutan. Environment rights Action (online) 9 Januari 2012. http://www.eraction.org/component/content/article/282

45 tchoumba, Belmond. 2011. Proyek rintisan rEDD republik Demokratik Kongo-conservation International: Jenis Lain dari Produksi Disney. uruguay: gerakan hutan hujan Dunia dan Perkumpulan Pemikiran dan tindakan untuk Keadilan masyarakat hutan dan Lingkungan.

cATATAn AKHIR

cATATAn AKHIR

http://www.wrm.org.uy/subjects/rEDD/Drc_rEDD_en.pdf46 Phillips, tom dan cabitza, mattia. 2011. Presiden Bolivia Evo morales menangguhkan

proyek jalan Amazon. the guardian (online) 27 September 2011. http://www.guardian.co.uk/world/2011/sep/27/bolivian-president-suspends-amazon-road

47 Irrinews Africa (2011). Sebagaimana dikutip pada catatan Akhir 45.48 BBc. 2011. Bagaimana skandal peretasan memengaruhi murdoch; protes di tahrir; tempat

terakhir memulai penghitungan mundur. Berkas audio. Audiprospector (online) 8 Juli 2011. http://audioprospector.appspot.com/programme/p00hn7l1

49 hasnain, Syed Iqbal. 2011. cina membangun jalan ke tempat bencana di gilgit-Baltistan. mygilgit (online) 16 februari 2011. http://www.mygilgit.com/blog/2011/02/16/china-building-road-to-disaster-in-gilgit-baltistan/

50 macan-markar, marwaan. 2010. Jalan raya Asia tenggara membentur Pengadang Jalan di myanmar. IPS (online) 31 Agustus 2010. http://ipsnews.net/news.asp?idnews=52671

51 oxfam. 2011. Lahan dan Kekuasaan: Skandal yang Berkembang di Sekitar gelombang Baru Investasi pada Lahan. makalah Pengarahan Singkat oxfam 151. oxford: oxfam gB. http://policy-practice.oxfam.org.uk/publications/land-and-power-the-growing-scandal-surrounding-the-new-wave-of-investments-in-l-142858

52 Sindayigaya, Willy. Investasi asing untuk pertanian –“penyerobotan lahan”. gLS Zukunftsstiftung Entwicklungshilfe. http://www.entwicklungshilfe3.de/fileadmin/entwicklungshilfe/img/Land_grab_article.pdf

53 Irinnews Africa. 2011. telaah: kesepakatan lahan “mengancam pembangunan negara”. Irinnews Africa (online) 12 Desember 2011. http://www.oaklandinstitute.org/south-sudan-land-deals-threaten-countrys-development

54 molnar, Augusta dkk. 2011. Pengelolaan hutan Kemasyarakatan: Sejauh mana dan calon cakupan Pengelolaan dan usaha hutan masyarakat dan Petani Kecil. Washington, Dc: Prakarsa hak dan Sumberdaya (rrI). http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2065.pdf

55 Anonim. 2011. Bahan yang Diserahkan oleh gabungan Pemangku Kepentingan Penggembala dan Pemburu/Peramu di tanzania. Diserahkan kepada Dewan hak Asasi manusia, Perangkat Peninjauan Berkala Sedunia, tinjauan terhadap republik Persatuan tanzania Sidang ke-12. http://lib.ohchr.org/hrBodies/uPr/Documents/session12/tZ/JS4-JointSubmission4-eng.pdf

56 Anaya, James. 2010. Kasus-kasus yang Diperiksa oleh Pelapor Khusus (Juni 2009 – Juli 2010). James Anaya, Pelapor Khusus PBB Bidang hak masyarakat Adat (online) 15 September 2010. http://unsr.jamesanaya.org/cases-2010/32-united-republic-of-tanzania-alleged-forced-removal-of-pastoralists

57 the oakland Institute. 2011. memahami Kesepakatan Investasi Lahan di Afrika. Laporan menurut negara: mali. oakland: the oakland Institute. http://allafrica.com/download/resource/main/main/idatcs/00021029:0d0f31641207deae38bb314ff8a1bccd.pdf

58 mccrum, Dan. 2011. Kesalahan yang jarang ditemukan untuk Paulson. financial times (online) 25 Juni 2011. http://www.ft.com/intl/cms/s/0/dac32e02-9e7e-11e0-9469-00144feabdc0.html#axzz1jdQara6s

59 Block, carson c. 2011. Liputan yang diprakarsai oleh muddy Waters mengenai trE.to, otc:Snoff—sangat menjual. muddy Waters research (online) 2 Juni 2011. http://www.muddywatersresearch.com/research/tre/initiating-coverage-treto/

60 macKinnon, mark. 2011. Kekaisaran Sino-forest membangun dan petani yang menanggung biayanya. the globe and mail (online) 15 oktober 2011. http://www.theglobeandmail.com/globe-investor/sinoforest/the-empire-sino-forest-built-and-the-farmers-who-paid-the-price/article2201901/page1/

61 Wetlands International. 2011. masyarakat di Delta niger Dalam mengalami kekeringan yang luar biasa. (online) 25 november 2011. http://www.wetlands.org/news/Pressreleases/tabid/60/articletype/ArticleView/articleId/2744/Default.aspx

32

33

62 Pusat Pemberitaan PBBPusat Pemberitaan PBB. 2011. Karena dunia melampaui patokan 7 miliar jiwa, PBB mendesak dilakukannya tindakan untuk menghadapi tantangan penting. un news center (online) 31 oktober 2011. http://www.un.org/apps/news/story.asp?newsID=40257

63 Zlotnik, hania, nair, chandran, dan Pearce, fred. 2011. Penuh sesak. International herald tribune magazine (online) 2 Desember 2011. http://www.nytimes.com/2011/12/02/opinion/magazine-global-agenda-crowded-out.html?emc=tnt&tntemail1=y

64 grantham (2011). Sebagaimana dikutip pada catatan Akhir 11.65 Program Lingkungan PBB (unEP). 2012. Pemenang penghargaan Sasakawa unEP

2010–2011 membawa pengelolaan hutan dan pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat perdesaan di Amerika Latin dan Asia. Program Lingkungan PBB (online) 9 Januari 2012. http://www.unep.org/sasakawa/

66 Prakarsa hak dan Sumberdaya (rrI). 2011. Penolakan. Washington, D.c.: Prakarsa hak dan Sumberdaya. http://www.rightsandresources.org/publication_details.php?publicationID=2072.

67 Prakarsa hak dan Sumberdaya (rrI). 2011. Laporan triwulanan terbaru lewat email (online) Juli–September 2011. http://www.rightsandresources.org/documents/files/doc_2731.pdf. Program masyarakat hutan (fPP). 2011. Laporan Berkala Elektronik fPP (online) Desember 2011. http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/12/fpp-december-2011-e-newsletter-english-bw-final.pdf

68 yaacob, Salahudin. 2011. Komunikasi pribadi dengan marcus colchester. meja Bundar mengenai minyak Sawit Berkelanjutan. 14 oktober 2011. http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/10/letter-rspo-sd-liberia-marcus-colchester-141011.pdf

69 colchester, marcus, Anderson, Patrick, firdaus, Asep yunan, hasibuan, fatilda, dan chao, Sophie. 2011. Pelecehan hak Asasi manusia dan Perselisihan Lahan di hPh Pt Asiatic Persada, Jambi. Penyelidikan Independen atas Pt AP. moreton-on-marsh: Program masyarakat hutan (fPP), SawitWatch, and huma. http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/11/final-report-pt-ap-nov-2011-low-res-1.pdf

70 Pernyataan Bali mengenai hak Asasi manusia dan Agribisnis di Asia tenggara. 01 Desember 2011. http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2011/12/final-bali-declaration-adopted-1-dec-2011.pdf

71 AfP. 2011. Penduduk Sudan yang tergusur oleh bendungan nil duduk-duduk. AfP (online) 20 november 2011. http://www.google.com/hostednews/afp/article/ALeqm5i54Z6cgewa8bZbfucL8m_sk0LQ8g?docId=cng.62f08e7e31e2ff112b7b82a68cbd6d71.141. Anonim. 2011. Bendungan merowe, Sudan. International rivers (online). http://www.internationalrivers.org/africa/merowe-dam-sudan

72 Komite Anti Bendungan Dal-Kajbar. 2011. Surat kepada Perusahaan Sinohydro, cina, dan pemerintah cina. 12 Januari 2011. http://www.sudan-forall.org/Anti-Dal-Kajbar-Dams_Executive-Summary.pdf

73 Phillips, tom. 2011. hakim Brasil memerintahkan pembangunan bendungan Amazon dihentikan. the guardian (online) 29 September 2011. http://www.guardian.co.uk/environment/2011/sep/29/brazilian-judge-monte-bello-dam?IntcmP=Srch

74 BBc. 2011. Perusahaan bendungan Brasil memenangkan banding Belo monte. BBc (online) 16 Desember 2011. http://www.bbc.co.uk/news/world-latin-america-16228680

75 the guardian. 2011. Pemrotes Wukan mengakhiri aksi setelah pemerintah cina menawarkan konsesi. the guardian (online) 21 Desember 2011. http://www.guardian.co.uk/world/2011/dec/21/wukan-protesters-chinese-government-concessions?newsfeed=true

76 Simpson, Peter. 2011. Wukan: protes di seluruh cina Selatan ketika polisi anti huru-hara menangani penunjuk rasa di haimen. the telegraph (online) 20 Desember 2011. http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/china/8967692/Wukan-protests-across-South-china-as-riot-police-take-on-demonstrators-in-haimen.html

cATATAn AKHIR

1238 Wisconsin Avenue nWSuite 300

Washington, Dc 20007

www.rightsandresources.org