12
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017 862 PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SEKOLAH DASAR Titik Haryati 1 , Oktaviani Adhi Suciptaningsih 2 , Suwarno Widodo 3 [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 FPIPSKR UNIVERSITAS PGRI SEMARANG Abstrak Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar (SD). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran bahasa Jawa di SD dan menganalisis arti penting pembelajaran bahasa Jawa pada siswa SD. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Lokasi penelitian di SD N 2 Sukorejo (Kabupaten Kendal) dan SD N 2 Sekaran (Kota Semarang). Subyek penelitian terdiri dari siswa dan guru kelas V SD N 2 Sukorejo, sejumlah 29 siswa dan 1 orang guru dan siswa dan guru kelas V SD 2 Sekaran sejumlah 27 siswa dan 1 orang guru. Informan terdiri dari Kepala UPTD Kecamatan Gunungpati, Kepala SD N 2 Sekaran, dan Dosen Pendidikan Bahasa Jawa UPGRIS. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif pasif, indept interview, dokumen dan angket. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik Miles dan Huberman. Teknik validitas data menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas V SD dilakukan selama 2 jam pelajaran per minggu. Materi yang diajarkan adalah bahasa Jawa, cerita wayang, aksara Jawa, legenda, geguritan dan tembang macapat. Kendala yang dialami guru adalah guru tidak mempunyai ketrampilan yang memadai mengenai tembang macapat sehingga kesulitan dalam menyanyikan tembang macapat, sedangkan kesulitan siswa adalah mempelajari kosakata bahasa Jawa, kesulitan dalam menghafal huruf Jawa, dan kesulitan dalam menyanyikan tembang macapat. Arti penting pembelajaran Bahasa Jawa pada siswa SD adalah sebagai media pendidikan karakter bagi siswa dan melestarikan budaya Jawa. Kata Kunci: Pembelajaran, Bahasa Jawa, Sekolah Dasar Abstract Java language is one of the local content subjects in primary school. The purpose of this research is to describe the learning of Java language in primary school and analyze the importance of learning Java language in primary school students. This research belongs to descriptive qualitative research with case study method. Research location at SD N 2 Sukorejo (Kendal Regency) and SD N 2 Sekaran (Semarang City). The subjects of the study consisted of students and teachers of grade V SD N 2 Sukorejo, a number of 29 students and 1 teacher and students and V grade teacher SD 2 Sekaran a number of 27 students and 1 teacher. The informants consisted of Head of UPTD Gunungpati, Head of SD N 2 Sekaran, and Lecturer of Java Language Education UPGRIS. Data collection techniques used passive participative observation, indept interviews, documents and questionnaires. While the technique of data analysis using Miles and Huberman techniques. The technique of data validity using data triangulation. The results showed that the learning of Java language in grade V SD students was conducted for 2 hours lessons per week. The material taught is Javanese, puppet story, Javanese script, legend, geguritan and tembang macapat. Constraints experienced by teachers is that teachers do not have adequate skills about tembang macapat so difficult to sing tembang macapat, while the difficulty of students is to learn the vocabulary of Java language, difficulty in memorizing the letters Java, and difficulties in singing tembang macapat. The importance of learning Java language in primary students is as a medium of character education for students and preserving Javanese culture. Keywords: Learning, Javanese Language, Primary School

Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

862

PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SEKOLAH DASAR

Titik Haryati1, Oktaviani Adhi Suciptaningsih

2, Suwarno Widodo

3

[email protected], [email protected]

2, [email protected]

3

FPIPSKR UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

Abstrak

Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar (SD). Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pembelajaran bahasa Jawa di SD dan menganalisis arti penting pembelajaran bahasa Jawa pada siswa SD.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Lokasi penelitian di SD N 2 Sukorejo

(Kabupaten Kendal) dan SD N 2 Sekaran (Kota Semarang). Subyek penelitian terdiri dari siswa dan guru kelas V SD N 2

Sukorejo, sejumlah 29 siswa dan 1 orang guru dan siswa dan guru kelas V SD 2 Sekaran sejumlah 27 siswa dan 1 orang guru.

Informan terdiri dari Kepala UPTD Kecamatan Gunungpati, Kepala SD N 2 Sekaran, dan Dosen Pendidikan Bahasa Jawa

UPGRIS. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif pasif, indept interview, dokumen dan angket. Sedangkan

teknik analisis data menggunakan teknik Miles dan Huberman. Teknik validitas data menggunakan triangulasi data. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas V SD dilakukan selama 2 jam pelajaran per minggu.

Materi yang diajarkan adalah bahasa Jawa, cerita wayang, aksara Jawa, legenda, geguritan dan tembang macapat. Kendala yang

dialami guru adalah guru tidak mempunyai ketrampilan yang memadai mengenai tembang macapat sehingga kesulitan dalam

menyanyikan tembang macapat, sedangkan kesulitan siswa adalah mempelajari kosakata bahasa Jawa, kesulitan dalam menghafal

huruf Jawa, dan kesulitan dalam menyanyikan tembang macapat. Arti penting pembelajaran Bahasa Jawa pada siswa SD adalah

sebagai media pendidikan karakter bagi siswa dan melestarikan budaya Jawa.

Kata Kunci: Pembelajaran, Bahasa Jawa, Sekolah Dasar

Abstract

Java language is one of the local content subjects in primary school. The purpose of this research is to describe the learning of

Java language in primary school and analyze the importance of learning Java language in primary school students. This research

belongs to descriptive qualitative research with case study method. Research location at SD N 2 Sukorejo (Kendal Regency) and

SD N 2 Sekaran (Semarang City). The subjects of the study consisted of students and teachers of grade V SD N 2 Sukorejo, a

number of 29 students and 1 teacher and students and V grade teacher SD 2 Sekaran a number of 27 students and 1 teacher. The

informants consisted of Head of UPTD Gunungpati, Head of SD N 2 Sekaran, and Lecturer of Java Language Education UPGRIS.

Data collection techniques used passive participative observation, indept interviews, documents and questionnaires. While the

technique of data analysis using Miles and Huberman techniques. The technique of data validity using data triangulation. The

results showed that the learning of Java language in grade V SD students was conducted for 2 hours lessons per week. The

material taught is Javanese, puppet story, Javanese script, legend, geguritan and tembang macapat. Constraints experienced by

teachers is that teachers do not have adequate skills about tembang macapat so difficult to sing tembang macapat, while the

difficulty of students is to learn the vocabulary of Java language, difficulty in memorizing the letters Java, and difficulties in

singing tembang macapat. The importance of learning Java language in primary students is as a medium of character education

for students and preserving Javanese culture.

Keywords: Learning, Javanese Language, Primary School

user
Stamp
Page 2: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

863

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu bentuk

manifestasi budaya yang merepresentasi pola pikir

masyarakat pendukungnya. Di Indonesia, bahasa

Jawa merupakan bahasa yang paling banyak

digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa

keseharian (vernacular). Jumlah penutur bahasa Jawa

di dunia mencapai 75,6 juta jiwa (Laksono, 2009).

Bahasa Jawa terdiri dari bahasa Jawa ragam “Ngoko”

dan bahasa Jawa ragam “Krama”. Penggunaan

bahasa Jawa ragam “Ngoko” dan bahasa Jawa ragam

“ Krama” bergantung pada lawan bicara, yakni dalam

arti dengan siapa berbicara, dilihat dari segi umur dan

strata sosial. Bahasa Jawa merupakan salah satu

bagian dari budaya Jawa yang penting dan bersifat

adiluhung (Hartanti, 2012; Kurniawan, 2013).

Bahasa Jawa merupakan bahasa yang unik karena

mengandung nilai-nilai kesopanan, keramahan, dan

penghormatan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa

menganut nilai-nilai merendahkan diri sendiri dan

meninggikan orang lain karena dalam kepercayaan

masyarakat tinggi hati hanya akan membawa dampak

buruk bagi diri sendiri. Nilai-nilai ini dapat dilihat

dalam variasi bahasa Jawa ragam “Krama”, dimana

ragam ini digunakan dalam komunikasi terhadap

orang yang lebih tua dan kepada orang lain.

Akan tetapi penggunaan bahasa Jawa terutama

bahasa Jawa ragam “Krama” pada saat ini sudah

semakin tergeser terutama di kalangan generasi

muda. Ada banyak hal yang menyebabkan

pergeseran ini diantaranya disebabkan oleh seringnya

para penutur bahasa Jawa menggunakan bahasa Jawa

Ngoko dalam komunikasi sehari-hari, perkembangan

media informasi, pembelajaran bahasa daerah yang

semakin tergeser, dan lingkungan yang semakin tidak

kondusif dalam mempertahankan penggunaan bahasa

Jawa. Pergeseran penggunaan bahasa Jawa ragam

“Krama” ini juga mengindikasikan adanya

pergeseran nilai-nilai yang dianut oleh generasi muda

masyarakat Jawa (Khazanah, 2012; Untari, 2016).

Untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam

melestarikan bahasa Jawa agar tidak punah. Di

Provinsi Jawa Tengah, upaya tersebut dilakukan

dengan memasukkan Bahasa Jawa sebagai mata

pelajaran muatan lokal wajib yang ada di Sekolah

Dasar (SD). Berikut merupakan sejumlah peraturan

perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai

dasar pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di

sekolah:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pasal 37 dinyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan

dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama;

pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu

pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan

budaya; pendidikan jasamani dan olahraga;

keterampilan/ kejuruan; dan muatan lokal”. Sedangkan

bahan kajian bahasa mencakup Bahasa Indonesia,

Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing dengan

pertimbangan bahwa Bahasa Indonesia merupakan

bahasa nasional; Bahasa Daerah merupakan bahasa ibu

peserta didik; dan Bahasa Asing terutama Bahasa

Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat

penting kegunaannya di dalam pergaulan masyarakat

global.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang

Negara, serta Lagu Kebangsaan pada Pasal 42

dinyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib

mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan

sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan

fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai

dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi

bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Keputusan Konggres Bahasa Jawi VI Tanggal

8-12 November 2016 merekomendasikan beberapa hal

diantaranya adalah bahwa pembelajaran bahasa Jawa

yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan diberikan di

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-

Kanak, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

Isi kurikulum bahasa Jawa sebagai muatan-lokal-wajib

layak dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kondisi

pemakaian bahasa Jawa di masyarakat saat ini;

Pembelajaran bahasa Jawa perlu difokuskan pada

berbahasa Jawa krama alus.

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57

Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012

Page 3: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

864

tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa Pasal 5

dinyatakan bahwa pembinaan bahasa, sastra dan

aksara Jawa dilaksanakan di satuan pendidikan

formal pada SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/

SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/ SMALB, SMK/ MAK/

Paket C dan sederajat; Pelaksanaan mata pelajaran

Bahasa Jawa di satuan pendidikan. secara terpisah/

berdiri sendiri sebagai ata pelajaran; Jam pelajaran

Bahasa Jawa dialokasikan dalam struktur kurikulum

satuan pendidikan; Alokasi waktu pelajaran Bahasa

Jawa sekurang-kurangnya 2 (dua) jam pelajaran

setiap minggu, pada setiap tingkatan kelas.

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Tengah No. 423.5/ 14995 Tanggal 4

Juni 2014 tentang Kurikulum Mata Pelajaran

Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk SD/SDLB/MI,

SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/MA dan SMK

Negeri dan Swasta di Provinsi Jawa Tengah, yang

kemudian ditindaklanjuti dengan edaran Kepala

Dinas Provinsi Jawa Tengah No. 423.5/ 15322 yang

menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan

kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa sebagai muatan

lokal wajib di Provinsi Jawa Tengah diharapkan

dapat menyosialisasikan dokumen kurikulum 2013

kepada satuan pendidikan SD/SDLB/MI,

SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/MA dan

SMK; melaksanakan kurikulum muatan lokal Bahasa

Jawa 2 (dua ) jam setiap minggu secara terpisah

sebagai mata pelajaran yang dialokasikan dalam

struktur kurikulum 2013.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dan

Aksara Jawa Pasal 7 dinyatakan bahwa “Bahasa Jawa

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : sarana

komunikasi dalam keluarga dan masyarakat di

daerah; sarana pengungkapan dan pengembangan

sastra dan budaya Jawa dalam bingkai ke-Indonesia-

an; pembentuk kepribadian dan peneguh jatidiri suatu

masyarakat di daerah; sarana pemerkaya kosa kata

bahasa Indonesia dan wahana pendukung dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

daerah”.

Sedangkan dalam pasal 8 dinyatakan bahwa

“Sastra Jawa mempunyai fungsi-fungsi sebagai

berikut :

Sarana untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat agar dapat mahami nilai-nilai seni dan

budaya di daerah; sumber kearifan budaya lokal untuk

didayagunakan dalam pembangunan watak dan karakter

bangsa; sumber tata nilai budaya di daerah sebagai

masukan muatan lokal dalam proses pendidikan dan

pembelajaran di sekolah; sumber tata nilai sosial dan

kearifan budaya lokal di daerah untuk

didayagunakandalam pembinaa dan pengembangan

kebudayaan nasional. Fungsi bahasa Jawa antara lain:

bahasa Jawa adalah bahasa budaya di samping

berfungsi komunikatif juga berperan sebagai sarana

perwujudan sikap budaya yang sarat dengan nilai-nilai

luhur; sopan santun berbahasa Jawa berarti mengetahui

akan batas-batas sopan santun, mengetahui cara

menggunakan adat yang baik dan mempunyai rasa

tanggungjawab untuk perbaikan hidup bersama, dan

agar mencapai kesopanan yang dapat menjadi hiasan

diri pribadi seseorang, maka syarat yang harus

ditempuh adalah sebagai berikut: pandai menegangkan

perasaan orang lain di dalam pergaulan, pandai

menghormati kawan maupun lawan, dan pandai

menjaga tutur kata, tidak kasar, dan tidak menyakiti hati

orang lain (Sabdwara dalam Supartinah, 2010: 24).

Aksara Jawa mempunyai fungsi-fungsi sebagai

berikut: sarana untuk penulisan sastra Jawa sebagai

sumber tata nilai budaya di daerah yang memiliki

keunggulan; sarana ekspresi dan apresiasi dalam

beraksara yang memiliki nilai-nilai estetika; dan sarana

pembentukan karakter dan peneguhan jatidiri suatu

daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

pembelajaran bahasa Jawa di SD dan menganalisis arti

penting pembelajaran bahasa Jawa di pada siswa SD.

METODE Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian

kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan metode postpositivistik karena

berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Sedangkan

studi kasus adalah penelitian yang terfokus pada suatu

kasus tertentu (bisa berupa tunggal/ jamak, individu/

kelompok) untuk diamati dan dianalisis secara cermat

sampai tuntas sehingga diperoleh kesimpulan yang

akurat (Sutedi, 2009: 61). Dalam hal ini kasus yang

diamati adalah proses pembelajaran bahasa Jawa pada

Page 4: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

865

siswa kelas V SD. Lokasi penelitian di SD N 2

Sukorejo (Kabupaten Kendal) dan SD N 2 Sekaran

(Kota Semarang). Subyek penelitian terdiri dari siswa

dan guru kelas V SD N 2 Sukorejo, sejumlah 29

siswa dan 1 orang guru dan siswa dan guru kelas V SD

2 Sekaran sejumlah 27 siswa dan 1 orang guru.

Informan terdiri dari Kepala

UPTD Kecamatan Gunungpati, Kepala SD N 2

Sekaran, dan Dosen Pendidikan Bahasa Jawa

UPGRIS. Penelitian dilakukan selama 12 bulan.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi

partisipatif pasif yakni peneliti datang ke dua SD

tersebut, untuk mengamati proses pembelajaran

bahasa Jawa, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut; indept interview (wawancara mendalam

baik subyek maupun informan); dan dokumen

(berbentuk kebijakan pemerintah mengenai

pembelajaran bahasa Jawa di SD, gambar tulisan

aksara Jawa, buku ajar siswa, dll). Sedangkan teknik

analisis data menggunakan teknik Miles dan

Huberman yakni dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus, sehingga data

sudah jenuh, dengan langkah pengumpulan data,

reduksi data, display data, dan kesimpulan atau

verifikasi data. Teknik validitas data menggunakan

triangulasi data yakni mengkroscek antara data hasil

observasi, indept interview dan dokumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Bahasa Jawa pada Siswa Kelas V

SDN 2

Pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas

V SD sesuai dengan kurikulum muatan lokal bahasa

Jawa yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Tengah memiliki kompetensi inti dan

kompetensi dasar sebagai berikut:

Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Bahasa Jawa Kelas V SD Semester 1

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1

. Menerima, menghargai dan menjalankan ajaran

1.1. Menerima dan bangga akan anugerah Tuhan

Yang

agama yang dianutnya

Maha Esa berupa Bahasa Jawa sebagai bahasa

Ibu

2

. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung

2.1. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab,

santun

jawab, santun, peduli, percaya diri dan cinta

dan percaya diri dalam mengungkapkan

keinginan

tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, dan pendapat menggunakan bahasa Jawa.

teman, tetangga dan guru

2.2. Menunjukkan perilaku berbahasa yang santun

yang

ditunjukkan dengan ketepatan penggunaan ragam

bahasa (unggah-ungguh basa).

2.3. Menunjukkan perilaku, tindakan, dan perbuatan

yang mencerminkan kepribadian Jawa.

3

. Memahami pengetahuan faktual dan 3.1. Memahami teks pidato

konseptual dengan cara mengamati dan 3.2. Memahami teks cerita wayang Pandawa "Karna

mencoba, mendengar, melihat, membaca

serta Madeg Senopati"

menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara

3.3. Memahami teks bacaan deskriptif tentang

peristiwa

alam dalam ragam “Ngoko”

kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan

3.4. Memahami pasangan huruf Jawa (10 pasangan)

dan kegiatannya, dan benda-benda yang

Page 5: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

866

dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat

bermain.

4

. Menyajikan pengetahuan faktual dan 4.1. Membuat dan menyajikan teks pidato sederhana

konseptual dalam bahasa yang jelas, logis

dan dengan ragam “Krama”.

sistematis, dalam karya yang estetis dalam

4.2. Menyampaikan tanggapan tentang isi cerita

wayang

gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan "Karna Madeg Senapati" dengan ragam “Krama”

4.3. Menulis karangan deskriptif tentang peristiwa

alam

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku

dengan ragam bahasa “Ngoko” dan

anak beriman dan berakhlak mulia

menyampaikannya secara lisan dengan membaca

nyaring.

4.4. Membaca dan menulis kalimat berhuruf Jawa

menggunakan pasangan huruf Jawa (10

pasangan)

Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Bahasa Jawa Kelas V SD Semester 2

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1

. Menerima, menghargai dan menjalankan ajaran

1.1. Menerima dan bangga akan anugerah Tuhan

Yang

agama yang dianutnya

Maha Esa berupa Bahasa Jawa sebagai bahasa

Ibu.

1.2. 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa

berupa bahasa Jawa sebagai jati diri,

1.3. sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,

menghormati dan menghargai ajaran agama yang

dianutnya.

2

. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung

2.1. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab,

santun

jawab, santun, peduli, percaya diri dan cinta

dan percaya diri dalam mengungkapkan

keinginan

tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, dan pendapat menggunakan bahasa Jawa.

teman, tetangga dan guru

2.2. Menunjukkan perilaku berbahasa yang santun

yang

ditunjukkan dengan ketepatan penggunaan ragam

bahasa (unggah-ungguh basa).

2.3. Menunjukkan perilaku, tindakan, dan perbuatan

yang mencerminkan kepribadian Jawa.

3

. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual 3.1. Memahami tembang Pangkur

dengan cara mengamati dan mencoba 3.2. Memahami cerita legenda

(mendengar, melihat, membaca) serta

menanya 3.3. Memahami teks cerita wayang "Srikandhi Madeg

berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis Senapati"

3.4. Memahami pasangan huruf Jawa (20 pasangan)

tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

Page 6: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

867

dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat

bermain.

4

. Menyajikan pengetahuan faktual dan 4.1. Membaca indah geguritan

konseptual dalam bahasa yang jelas, logis

dan 4.2. Menceritakan kembali teks cerita legenda dengan

sistematis, dalam karya yang estetis dalam ragam bahasa “Krama”

gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan 4.3. Menceritakan kembali teks cerita wayang

"Srikandhi Madeg Senapati"dengan ragam

dalam tindakan yang mencerminkan perilaku

“Krama”

anak beriman dan berakhlak mulia

4.4. Membaca dan menulis kalimat huruf Jawa

menggunakan pasangan huruf Jawa (20

pasangan)

Sesuai dengan tabel di atas materi

pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas V SD

meliputi bahasa Jawa, cerita wayang, aksara Jawa,

legenda, geguritan dan tembang macapat. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa

Jawa di SD belum sepenuhnya sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor, yakni: (1) keterbatasan informasi

yang diperoleh guru berkaitan dengan kurikulum

muatan lokal bahasa Jawa sebagaimana telah

dijelaskan dalam edaran Kepala Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Tengah; (2) belum adanya buku ajar

yang baku, sehingga para guru menggunakan buku

ajar seadanya; dan (3) minimnya media yang dapat

digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa.

Hasil indept interview menunjukkan bahwa

terdapat kendala dalam pembelajaran bahasa Jawa

pada siswa kelas V SD baik dari pihak guru maupun

pihak siswa. Kendala dari pihak guru adalah bahwa

tidak semua guru menguasai materi yang ada dalam

muatan lokal bahasa Jawa, seperti pada materi

tembang Macapat. Secara teori guru dapat

mempelajari dari buku ajar yang digunakan. Tetapi

tidak semua guru mempunyai skill nembang

macapat. Sehingga pada pelaksanaannya sering kali

pada materi tersebut guru meminta bantuan guru

kelas lain yang mempunyai skill tembang

macapatuntuk mengajar. Sedangkan kendala dari

pihak siswa diantaranya (1) kesulitan dalam

mempelajari kosakata bahasa Jawa, (2) kesulitan

dalam menghafal huruf/ aksara Jawa, dan (3)

kesulitan dalam menyanyikan tembang macapat.

Kesulitan dalam mempelajari kosakata bahasa

Jawa dikarenakan bahasa Jawa sendiri mempunyai

istilah-istilah khusus dimana meskipun maknanya

sama, tetapi istilah yang digunakan bisa berbeda,

bergantung pada siapa lawan bicara. Seperti yang

terjadi pada saat KBM bahasa Jawa di kelas V SD N

Sekaran, siswa kebingungan ketika diminta guru

meng-Krama-kan kalimat : “Bapak uwis mangan”.

Yang seharusnya “Bapak sampun dahar”, tetapi

siswa tersebut mengatakan “Bapak sampun maem”.

Istilah “mangan”, “dahar”, dan “maem” sebenarnya

mempunyai makna yang sama, tetapi karena

subyeknya adalah orang yang lebih tua dari siswa

sehingga menggunakan istilah yang lebih halus.

Dalam halini penguasaan siswa dalam istilah-istilah

bahasa “Krama” masih sangat sedikit. Meskipun

bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan

dalam berkomunikasi sehari-hari pada siswa.

Kesulitan dalam menghafal huruf/ aksara Jawa

bagi siswa disebabkan banyaknya huruf Jawa dan

pasangannya dengan bentuk yang belum familiar.

Seperti yang terlihat dalam gambar berikut:

Page 7: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

868

Gambar 1. Huruf/ Aksara Jawa

Sumber: https://melatiarumsari.wordpress.com/2008/08/13/aksara-jawahanya-pengingat-saja/

Siswa diharapkan tidak hanya dapat menghafal huruf/

aksara Jawa tetapi juga merangkai huruf/aksara Jawa

tersebut dalam sebuah kalimat, misalnya seperti contoh

di bawah ini:

Gambar 2. Contoh Kalimat dengan Menggunakan Huruf/ Aksara Jawa

Sumber: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fassets.kompasiana.com

Page 8: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

869

Gambar 3. Siswa Belajar Nulis Jawa

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Berdasarkan angket, terdapat 14 orang siswa

kelas V SD N 2 Sukorejo tidak bisa menulis

huruf/aksara Jawa dan 22 orang siswa kelas V SD N 2

Sekaran tidak bisa menulis huruf/aksara Jawa.

Selanjutnya adalah kesulitan dalam menyanyikan

tembang macapat. Tembang macapat adalah puisi

tradisional Jawa yang mempunyai aturan dalam hal

jumlah baris dalam setiap bait (“guru gatra”), jumlah

suku kata dalam setiap baris, Kinanthi, Sinom,

Asmarandana, Gambuh, (“guru wilangan”),

serta bunyi sajak akhir dalam Dandanggula, Durma,

Pangkur, Megatruh, Pocung. setiap baris (“guru

lagu”). Ada 11 tembang Contoh

tembang macapat, yakni : Maskumambang, Kinanthi,

Gambar 4. Tembang Macapat

Page 9: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

870

Dalam hal ini siswa tidak hanya diminta untuk

hafal lirik tetapi juga bisa menyanyikannya. Karena

tingkat kesulitan yang begitu tinggi, maka banyak

siswa yang tidak menyukai materi ini. Karena

keterbatasan pemahaman guru mengenai materi ini

juga, terkadang guru tidak menjelaskan makna dari

tembang tersebut.

Arti Penting Pembelajaran Bahasa Jawa di SD Pembelajaran bahasa Jawa pada siswa SD

sangat penting dilakukan. Salah satunya adalah untuk

mengembangkan berbagai kemampuan siswa sesuai

dengan materi yang disampaikan oleh guru.

Pembelajaran bahasa Jawa di SD meliputi membaca,

menyimak, berbicara, dan menulis. Membaca

dilakukan untuk mengembangkan kemampuan

memahami isi bacaan, makna suatu bacaan yang

biasanya ditentukan oleh situasi dan konteks dalam

bacaan. Kegiatan menyimak hakikatnya sama dengan

kegiatan membaca, hanya saja pada kegiatan

menyimak merupakan pemahaman teks lisan.

Kegiatan menulis dilakukan

untuk mengembangkan kemampuan

mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan

perasaan secara tertulis. Kegiatan berbicara diarahkan

untuk mengembangkan kemampuan mengungkapkan

gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan

dengan menggunakan bahasa Jawa.

Selain hal tersebut di atas pembelajaran muatan

lokal Bahasa Jawa pada siswa SD mempunyai arti

penting terhadap pembentukan karakter siswa dan

pelestarian budaya daerah yang sarat akan kearifan

lokal. Effendy (2010), menyatakan bahwa keberadaan

kearifan lokal sebagai ciri khas suatu daerah

merupakan pembeda yang sangat jelas antara

komponen budaya yang satu dengan yang lain.

Kearifan lokal sebagai komponen lokal menjadi jati

diri sekaligus sebagai penegas yang dapat

mengakomodasi dan mengendalikan pengaruh luar

yang berusaha merongrong kebudayaan lokal.

Fungsi kearifan lokal, yaitu : kearifan lokal

merupakan semen pengikat berbagai bentuk

kebudayaan yang sudah ada sehingga disadari

keberadaanya ; kearifan lokal berfungsi untuk

mengantisipasi, menyaring, bahkan mentransformasikan

berbagai untuk pengaruh budaya luar sehingga sesuai

dengan ciri-ciri masyarakat lokal; kearifan lokal dengan

demikian berfungsi untuk memberikan sumbangan

terhadap kebudayaan yang lebih luas, baik nasional

maupun internasional (Ratna, 2011). Lebih lanjut Ratna

menyatakan bahwa kearifan lokal sebagai warisan budaya

hendaknya dipelihara dan dilestarikan sebab dalam

kebudayaan lokal terdapat sistem norma, pengetahuan

lokal, dan pengetahuan tradisional, yakni berbagai konsep

dan teori yang sudah digunakan oleh nenek moyang dalam

menopang keberlangsungan hidupnya.

Pembentukan karakter siswa melalui proses

pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa didapatdari

berbagai materi yang diajarkan. Pada materi bahasa Jawa

misalnya, dalam penggunaan ragam bahasa Jawa “Ngoko”

dan “Krama” ketika berkomunikasi dengan orang lain

mengajarkan siswa untuk mengembangkan karakter

hormat, peduli, menghargai orang lain. Sedangkan dalam

materi aksara Jawa, siswa diharapkan dapat

mengembangkan karakter sabar, pantang menyerah, sebab

menulis Jawa membutuhkan ketrampilan khusus.

Sedangkan dalam materi geguritan terdapat berbagai

macam nasihat kehidupan. Begitu juga dengan tembang

macapat. Nasihat-nasihat tentang kehidupan tersebut akan

membentuk karakter siswa menjadi karakter yang baik,

berkepribadian santun dan rendah hati seperti karakter

orang Jawa pada umumnya. Karakter dan kepribadian

inilah yang nantinya akan merepresentasikan karakter

siswa sebagai masyarakat Jawa.

Geertz (1983), menyatakan bahwa pada masyarakat

Jawa terdapat prinsip kehormatan, hal ini dipelajari melalui

tiga sikap, dalam rangka menghormati orang lain, yaitu

sikap takut (wedi), malu (isin), dan segan (sungkan). Wedi,

berarti takut, baik sebagai reaksi terhadap ancaman fisik

maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enak

suatu tindakan. Suseno (1984) menyatakan bahwa untuk

pertama kalinya individu belajar merasa takut terhadap

orang yang harus dihormati, dan dipuji apabila bersikap

wedi terhadap orang asing.

Sikap kedua yang menjadi ciri masyarakat Jawa

adalah isin. Secara harafiah berarti malu. Isin dapat juga

berarti malu-malu, merasa bersalah. Suseno (1984)

Page 10: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

871

menyatakan bahwa belajar merasa malu (ngerti isin)

adalah langkah pertama menuju kepribadian Jawa

yang matang. Sebaliknya, penilaian ora ngerti isin,

merupakan suatu kritik yang sangat tajam.

Pembelajaran bahasa Jawa dalam hal ini

merupakan cara menanamkan pendidikan karakter

pada siswa. Penanaman pendidikan karakter ternyata

mampu mendidik siswa menjadi individu yang unggul

dari aspek pengetahuan, cerdas secara emosional, dan

kuat dalam kepribadian (Lickona, 2006: 93;

Darmayanti & Wibowo, 2014:76). Bagi pihak

sekolah, pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter

untuk siswa bukan hanya sekedar memenuhi tugas

dan tanggung jawab dalam rangka menjalankan

kurikulum yang telah dibebankan, akan tetapi

penanaman nilai-nilai karakter

merupakan penyeimbang atas pengetahuan yang

dimiliki oleh seorang siswa (Murniyetti, 2016).

PENUTUP

Simpulan

Pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa pada siswa

kelas V SD N 2 Sukorejo dan pada siswa kelas V SD

N 2 Sekaran belum bisa dilakukan sesuai kurikulum

karena berbagai macam kendala. Pembelajaran

muatan lokal bahasa Jawa mempunyai arti penting

dalam pembentukan karakter siswa menjadi

masyarakat yang “Njawani” dan juga menjaga

kearifan lokal sebagai upaya melestarikan kebudayaan

Jawa.

Saran

Mengingat pentingnya peranan pembelajaran

muatan lokal bahasa Jawa pada siswa SD, maka

diperlukan cara yang efektif dan efisien agar nantinya

dapat berguna bagi keberlangsungan kehidupan siswa,

masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini

diperlukan pelatihan bagi guru agar memiliki

pengetahuan dan skill tentang berbagai materi bahasa

Jawa. Selain itu diperlukan media yang efektif dan

efisien dalam proses pembelajaran bahasa Jawa,

seperti gambar huruf/ aksara Jawa, kamus bahasa

Jawa, buku macapat, dll.

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih kami ucapkan kepada Kemenristek Dikti yang

telah mendanai penelitian ini sehingga dapat terselesaikan

dengan baik. Terimakasih juga kami ucapkan kepada

warga SD N 2 Sukorejo Kabupaten Kendal dan warga SD

N 2 Sekaran Kota Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

Darmayanti, S., & Wibowo, U. 2014. “Evaluasi Program

Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten

Kulon Progo”. Jurnal Prima Edukasia. Vol. 2. No. 2.

Hal. 223-234.

Effendy, Moh. Hafid. 2010. Local Wisdom dalam Tembang

Macapat Madura. OKARA. Vol. 1. Tahun X. Mei

2015. Hal 55-72.

Hartanti, Diah Wahyu. 2012. Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berbahasa Jawa melalui Lagu Dolanan

Anak TK B di B.A Aisyiyah Jati Mulur Sukoharjo

Tahun 2011/ 2012. Skripsi Mahasiswa Prodi PAUD

FKIP UMS.

Khazanah, Dewianti. 2012. Kedudukan Bahasa

Jawa Ragam Krama pada Kalangan Generasi

Muda: Studi Kasus di Desa Randegan

Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto dan di

Dusun Tutul Kecamatan Ambulu, Jember.

Jurnal Pengembangan Pendidikan Volume 3

Nomor 2 Desember 2012. Hal. 1-11.

Kurniawan, Dadan A, Sariyatun, Nunuk Suryani.

2013. Kajian Nilai-Nilai Edukatif dalam

budaya Jawa sebagai Bentuk Inventarisasi dan

Transformasinya bagi Penguatan Karakter

(Studi Kasus di Lingkungan Keluarga Priyayi

di Surakarta).

jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sejarah/article/.

../1149/133.

Dokumentasi Bahasa-Bahasa Daerah di

Indonesia. Makalah pada Seminar

Page 11: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

872

Internasional Bahasa dan Pendidikan Anak

Bangsa. Bandung.

Lickona, Thomas. 2006. “Eleven Principles of

Effective Character Education”. Journal of

Moral Education. Vol. 25. No. 1. Hal. 93-100.

Murniyetti, Engkizar, dan Fuady Anwar. 2016. Pola

Pelaksanaan Pendidikan Karakter terhadap

Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan

Karakter. Tahun VI. Nomor 2. Oktober 2016.

Hal. 156-166.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra:

Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam

Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Supartinah. 2010. Upaya Peningkatan

Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa

Kelas VI SD dengan Model Pembelajaran

STAD dalam Role Playing. Widyaparwa.

Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa

Jepang. Bandung: Humaniora.

Untari, Dewi. 2016. Pelestarian Bahasa Jawa

Ragam Krama dalam Ranah Masyarakat di

Kabupaten Sragen. Prosiding The Third

Prasasti International Seminar “Current

Research in Linguistics”. 2-3 August 2016

Hal. 196-200. ISBN: 978-602-73498-1

Page 12: Titik Haryati , Oktaviani Adhi Suciptaningsih , Suwarno

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

873