9
Tjokroamin oto Judul Film : Guru Bangsa Tjokroaminoto Data Film: Sutradara : Garin Nugroho Produser : Christine Hakim Penulis Naskah : Ari Syarif, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Erik Supit Pemain : Reza Rahadian, Christine Hakim, Alex Abbad, Egi Fedly, Chelsea Islan, Maia Estianty, Alex Komang, Ibnu Jamil, Deva Mahenra, Tanta Ginting, Putri Ayudya, Sujiwo Tejo, Christoffer Nelwan, Arjan Onderdenwijngaard Genre : Sejarah Indonesia Tanggal Rilis Perdana : 09 April 2015 Durasi : 160 min. Studio : Picklock Production Produksi : ~Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto~ Lokasi Menonton : MOI Blitz Megaplex (Mall Of Indonesia)

Tjokroaminoto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tjokroaminoto

Citation preview

Tjokroaminoto

Judul Film : Guru Bangsa TjokroaminotoData Film: Sutradara : Garin Nugroho Produser : Christine Hakim Penulis Naskah : Ari Syarif, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Erik Supit Pemain : Reza Rahadian, Christine Hakim, Alex Abbad, Egi Fedly, Chelsea Islan, Maia Estianty, Alex Komang, Ibnu Jamil, Deva Mahenra, Tanta Ginting, Putri Ayudya, Sujiwo Tejo, Christoffer Nelwan, Arjan Onderdenwijngaard Genre : Sejarah Indonesia Tanggal Rilis Perdana : 09 April 2015 Durasi : 160 min. Studio : Picklock Production Produksi : ~Yayasan Keluarga Besar HOS Tjokroaminoto~ Lokasi Menonton : MOI Blitz Megaplex (Mall Of Indonesia)

PendahuluanIndonesia merupakan negara yang memperjuangkan sendiri kemerdekaannya. Perjuangan Bangsa Indonesia melawan imperialisme dan kolonialisme penjajah merupakan hal yang telah dikorbankan dan diperjuangkan oleh banyak orang. Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan memakan waktu yang banyak, tenaga dan pikiran serta pengorbanan banyak pejuang. Di masa tersebut, banyak pahlawan pahlawan yang berani berkorban demi bangsa untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan oleh penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia terhadap perilaku dan kekerasan penjajah. Tokoh- tokoh besar banyak terlihat, seperti Soekarno, Moh. Hatta, Kartosuwiryo serta para tokoh Partai Komunis Indonesia ( PKI ) seperti Alimin, Musso dan Tan Malaka, dan lainnya. Sebagian besar tokoh tersebut memiliki guru yang sama, yaitu H.O.S Cokroaminoto atau Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Film ini mengkisahkan hidup dari Tjokroaminoto pada saat Indonesia belum merdeka. Perjuangan Tjokroaminoto yang menjunjung tinggi keadilan dan persamaan hak merupakan hal yang menjadi penggerak bagi masyarakat Indonesia memperjuangkan juga hak-haknya. Dengan pandangan yang tegas dan penuh keyakinan, Tjokroaminoto telah menginspirasi banyak tokoh-tokoh dan sekaligus mengajari tokoh-tokoh tersebut dengan bekal untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada waktu setelah terlepas dari masa tanam paksa akhir tahun 1800, Hindia Belanda ( Indonesia ) memasuki babak baru yang cukup berpengaruh bagi bangsa.Sistem Tanam Paksa yang menjerat rakyat dihapuskan. Sistem itu kemudian diganti oleh Belanda dengan politik etis yang berkontribusi besar dalam pemberian pendidikan bagi kaum pribum serta perbedaan sedikit dari sisi politik. Namun kesenjangan ekonomi masih banyak ditemukan. Masih Banyak rakyat yang masih belum dapat mengemban pendidikan tersebut dan kesenjangan sosial antar etnis dan kasta masih terlihat sangat jelas dan masih dipermasalahkan. Tjokroaminoto adalah seorang yang beragama Islam, tentu saja hidupnya berjalan sesuai ajaran-ajaran Islam, dalam perjuangannya Tjokroaminoto menerapkan filosofi Hijrah yang artinya berpindah dari tempat yang buruk ke tempat yang lebih baik. Tjokroaminoto memaknainya menjadi berubah menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya.Seorang Guru bangsa Indonesia bernama H.O.S Tjokroaminoto yang terlahir dari kaum ningrat Jawa dengan latar belakang keislaman yang sangat kuat dan disiplin tidak tega melihat penderitaan dan penjajahan yang dilakukan oleh kaum Belanda kepada rakyat Indonesia. Tjokroaminoto merupakan anak yang nakal di masa kecilnya, namun hal ini tidak mempengaruhi pendidikannya. Tjokroaminoto tetap mendapat pendidikan yang baik karena kecerdasannya. Di masa karirnya, karna kecerdasannya, Tjokroaminoto menjadi pemimpin Sarekat Islam. Disinilah puncak perjuangannya untuk mengangkat keaadilan dan hak yang ditujukan bagi rakyat melawan penjajah. Pada masa yang berlangsung, banyak hal yang terjadi. Politik di Indonesia yang dijalankan Belanda semakin menyudutkan rakyat. Banyak insiden-insiden yang terjadi dan hal itu membuat semangat Tjokroaminoto berkobar untuk menuju Indonesia Merdeka. Sarekat Dagang Islam ia gagas menjadi hal yang lain dengan nama Sarekat Islam yang lebih ditujukan untuk hal luas dan tentunya berdasar agama. Tujuan Sarekat Islam ini mengembangkan jiwa dagang., membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha., memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat., memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam dan Hidup menurut perintah agama. Sarekat Islam tidak membatasi anggotanya. Sarekat Islam bertujuan untuk membangun persaudaraan dan tolong-menolong untuk masyarakat muslim serta mengembangkan perekonomian. SI ini berhasil meraup banyak anggota. Semasa keberhasilannya, SI banyak diwaspadai oleh Belanda dan dianggap ancaman karena perkembangannya yang sangat pesat. Tentunya Belanda berusaha untuk menghentikan hal tersebut, namun SI berhasil mempelopori masyarakat Indonesia untuk merdeka. SI juga membantu perekonomian bangsa bagi mereka yang kurang berbekal pendidikan agar tidak ditindas dan dirampas oleh Belanda.

Isi Resensi Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto lahir di Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun bernama lengkap Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pahlawan nasional sekarang lebih dikenal dengan nama H.O.S Cokroaminoto, merupakan seorang pemimpin salah satu organisasi yaitu Sarekat Islam (SI). Ia kemudian meninggal pada umur 52 tahun yaitu tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta.Film ini dimulai dengan adegan dimana Tjokroaminoto sedang diinterogasi oleh pihak Belanda menyangkut masalah Sarekat Islamnya. Lalu film kembali ke masa lalu dan mengkisahkan masa kecil dari Tjokroaminoto. Tjokroaminoto merupakan seorang yang lahir di keluarga ningrat yang sangat taat dan disiplin terhadap agama dan adatnya. Kehidupannya sudah nyaman dan serba berkecukupan. Ia setiap hari menggunakan pakaian adat yaitu sarung dan beskap. Orang tua Tjokroaminoto sangat disiplin dan memiliki charisma yang berwibawa dalam mengajarkan anaknya. Dari kecil, ia sudah diajar oleh orangtuanya dengan ajaran Mahatma Gandhi yang artinya keteguhan berpegang pada kebenaran tanpa kekerasan. Tetapi saat masih kecil, Tjokroaminoto merupakan anak yang nakal dan jahil. Ia sangat aktif dan terkadang suka berkelahi. Hal itu lah yang menyebabkan ia harus berpindah sekolah beberapa kali. Tak jarang ia mendapat hukuman dari guru dan orangtua. Namun orangtuanya terlihat sangat menyayangi dia. Tjokroaminoto walaupun sifatnya seperti itu, namun ia memiliki kecerdasan yang sangat baik. Ia dapat menyelesaikan sekolahnya di OSVIA di Magelang tahun 1902. Saat kecil itulah, Tjokroaminoto melihat seorang buruh yang disiksa, dipukuli kakinya. Darah mengucur dari buruh itu ke kapuk putih. Dari situlah mungkin semangat Tjokroaminoto untuk melawan kolonialisme dari penjajah tergugah. Tjokroaminoto lalu menikah dengan Suharsikin yang hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Sebagai seorang anak priyayi, Tjokroaminoto tentu saja dijodohkan oleh orangtuanya dengan anak priyayi pula yaitu Raden Ajeng Soeharsikin, puteri seorang patih wakil bupati Ponorogo yang bernama Raden Mas Mangoensomo. Raden Ajeng Soeharsikin, yang setelah menikah menjadi Raden Ayu Tjokroaminoto.Tjokroaminoto bekerja di pemerintahan Belanda, tetapi karena adanya praktek yang tidak adil dan kurang baik, ia meninggalkan pekerjaannya itu. Hal ini menciptakan perselisihan bukan dengan Belanda saja tetapi juga dengan mertuanya yang menginginkan dia untuk bekerja di pemerintahan karena status ningratny itu. Karena perselisihan itu, Tjokroaminoto pergi ke Semarang entah untuk apa.Lalu setelah Tetapi di sejarah dikatakan bahwa Tjokroaminoto ke Surabaya dan bekerja pada Firma Coy & CO. Tjokroaminoto juga meneruskan sekolah di Burgelijek Avondschool bagian mesin. Tjokroaminoto kemudian bekerja sebagai masinis pembantu, kemudian ditempatkan di bagian kimia pada pabrik gula di kota tersebut pada 1911 1912 .Tjokroaminoto meninggalkan istrinya yang hamil. Mertuanya menyuruh istrinya untuk menceraikan Tjokroaminoto tetapi istrinya memilih suaminya.Kemudian Tjokroaminoto dan istrinya ke rurabaya dan mendirikan kos-kosan di Gang Peneleh, Surabaya, dan dieluk-elukan. Di film hal ini tidak diceritakan dengan detil dan baik sehingga menimbulkan kebingungan. Rumah tersebut merupakan rumah dimana banyak anak-anak muda yang mempelopori kemerdekaan. Lalu Tjokroaminoto didatangi utusan Samanhudi yang berkata bahwa Sarekat Islam ingin dibekukan oleh Belanda. Hal ini tentu membingungkan karena tidak ada penjelasan dari film mengenai hal tersebut. Tetapi selama ia menjadi pemimpin dari SI tersebut, ia diberi julukan Raja tanpa Mahkota karena ditakuti oleh banyak lawan politiknya. Ia juga seorang yang adil. Di film diperlihatkan betapa Tjokroaminoto menjaga hubungan baik dengan para buruh dan berusaha semaksimal mungkin menjalankan SI. Saat itu ia sedang menonton opera, tiba-tiba ada kabar bahwa ada bentrokan antara pribumi dengan etnis Tionghoa.Ia diikuti oleh Stella yang berdarah campuran. Ia pun berusaha mendamaikan keributan tersebut. Di film diceritakan juga tentang Semaoen cs. Ada juga Kusno atau soekarno. Di film tersebut diperlihatkan bahwa Tjokroaminoto banyak mengajarkan kaum muda tersebut dan menggerakan hati mereka. Dapat dilihat dari gaya orasi Soekarno dan beberapa kali Soekarno mendekati anak dari Tjokroaminoto. Sarekat Islam mengalami perbedaan pandangan paham kiri dan paham kanan Ada yang radikal dan kooperatif. Tjokroaminoto harus menghadapi masalah itu dan mencoba bergerak dengan apa yang dia yakini. Di film ini juga ada tokoh Sneevelt yang merupakan tokoh Belanda yang pro Indonesia. Ia berkali-kali dipenringati bahwa Tjokroaminoto itu berbahaya. Tapi ia tetap yakin dan percaya mendukung Tjokroaminoto. Di akhir film diperlihatkan berbagai foto-foto Tjokroaminoto. Film ini menampilkan tokoh Tjokroaminoto yang kita tahu menjadi guru besar bagi pelopor kemerdekaan bangsa. Semasa hidupnya ia juga berusaha memperjuangkan hal tersebut lewat keadilan dan persamaan hak serta anti kekerasan. Film ini menunjukan sebagian kecil dari sejarah Indonesia yang pada waktu itu akan melahirkan tokoh-tokoh penting. Film ini menceritakan tentang Sarekat Islam yang menjadi organisasi pelopor pertama dan menerjang politik dari Belanda. Tjokroaminoto meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun.

Penutup

Film ini mengangkat tema yang menarik dan patut dicontoh. Film ini di produksi dengan sangat baik untuk ditonton karena mengandung sejarah-sejarah dari bangsa indonesia. Kostum dan property yang digunakan juga sudah sangat baik dan menunjukan keadaan Indonesia saat itu. Tetapi ada beberapa kekurangan dalam film ini, terutama pada hal alur dan penceritaan. Film ini alurnya tidak begitu jelas dan ada beberapa bagian yang banyak dilompati atau di skip sehingga detail dari sejarah indonesia sendiri kurang terlihat. Film baik sekali untuk ditonton pemuda pemuda indonesia agar mereka dapat menghargai budaya indonesia dan mengetahui seberapa sulit pahlawan kita menghadapi penjajah dan dengan menonton film ini, kita dapat lebih mengetahui sejarah indonesia.