Upload
nguyenliem
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL
HEIRMAYANI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007
ABSTRAK
HEIRMAYANI Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol Dibimbing oleh DEWI RATIH AGUNGPRIYONO dan SRI ESTUNINGSIH Parasetamol adalah obat yang digunakan secara meluas di masyarakat Digolongkan obat yang berlabel bebas terbatas bisa dibeli secara bebas Penggunaannya kadang menyalahi aturan pakai yang tertera pada pembungkus obat tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek parasetamol dosis normal optimum selama 6 minggu pada organ hati mencit Hasil yang diperoleh diharapkan dapat melengkapi informasi dasar tentang toksikopatologi hati akibat obat-obatan kimiawi Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit yang diberi 500 mg 50 kgBB parasetamol intragastric Parameter histopatologi hati yang dipakai adalah dengan menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan yang mengalami nekrosa pada kelompok yang diberi parasetamol Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Tukey (α = 005) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan pertambahan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum menyebabkan terjadinya peningkatan lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratifnya menurun Kata kunci Parasetamol hepatotoksikopatologi toksikopatologi hati
ABSTRACT
HEIRMAYANI Toxicopathology of mice liver (Mus musculus) received paracetamol Under the direction of DEWI RATIH AGUNGPRIYONO and SRI ESTUNINGSIH
Paracetamol is drugs that common used widely by many people Paracetamol classify as limited free labling drugs so that everybody can it without prescription Many people use this drug sometimes were not follow the direction written on the label The aim of this research was to study the effect of normal optimum dose of paracetamol for 6 weeks application within mice liver Thirty six mice were used in this research and given 500 mg 50kgBW of paracetamol intragastrically Histopathology parameters that used to evaluate the hepatocytes lesion is to count the percentage of lesion degeneration and necrosis exist The data then were analysed statistically using Analysis of Variance (ANOVA) continued by Tukey test (α = 005) The result showed as the time of paracetamol application increase there were also increase of necrosis hepatocytes percentage while the percentage of degeneration hepatocytes were decreased Key words Paracetamol hepatotoxicopathology liver toxicopathology
TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL
HEIRMAYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007
Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol
Nama Heirmayani NRP B04103128
Disetujui
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929
Diketahui
Wakil Dekan FKH IPB
Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090
Tanggal Lulus 20 September 2007
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini
adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian
Parasetamol
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono
PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh
Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko
Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di
Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini
Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada
Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh
mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa
mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai
saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan
semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna
dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima
kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran
tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta
seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bogor Juli 2007
Heirmayani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan
Nuryani
Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat
Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas
(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang
pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
ABSTRAK
HEIRMAYANI Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol Dibimbing oleh DEWI RATIH AGUNGPRIYONO dan SRI ESTUNINGSIH Parasetamol adalah obat yang digunakan secara meluas di masyarakat Digolongkan obat yang berlabel bebas terbatas bisa dibeli secara bebas Penggunaannya kadang menyalahi aturan pakai yang tertera pada pembungkus obat tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek parasetamol dosis normal optimum selama 6 minggu pada organ hati mencit Hasil yang diperoleh diharapkan dapat melengkapi informasi dasar tentang toksikopatologi hati akibat obat-obatan kimiawi Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit yang diberi 500 mg 50 kgBB parasetamol intragastric Parameter histopatologi hati yang dipakai adalah dengan menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan yang mengalami nekrosa pada kelompok yang diberi parasetamol Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Tukey (α = 005) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan pertambahan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum menyebabkan terjadinya peningkatan lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratifnya menurun Kata kunci Parasetamol hepatotoksikopatologi toksikopatologi hati
ABSTRACT
HEIRMAYANI Toxicopathology of mice liver (Mus musculus) received paracetamol Under the direction of DEWI RATIH AGUNGPRIYONO and SRI ESTUNINGSIH
Paracetamol is drugs that common used widely by many people Paracetamol classify as limited free labling drugs so that everybody can it without prescription Many people use this drug sometimes were not follow the direction written on the label The aim of this research was to study the effect of normal optimum dose of paracetamol for 6 weeks application within mice liver Thirty six mice were used in this research and given 500 mg 50kgBW of paracetamol intragastrically Histopathology parameters that used to evaluate the hepatocytes lesion is to count the percentage of lesion degeneration and necrosis exist The data then were analysed statistically using Analysis of Variance (ANOVA) continued by Tukey test (α = 005) The result showed as the time of paracetamol application increase there were also increase of necrosis hepatocytes percentage while the percentage of degeneration hepatocytes were decreased Key words Paracetamol hepatotoxicopathology liver toxicopathology
TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL
HEIRMAYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007
Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol
Nama Heirmayani NRP B04103128
Disetujui
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929
Diketahui
Wakil Dekan FKH IPB
Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090
Tanggal Lulus 20 September 2007
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini
adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian
Parasetamol
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono
PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh
Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko
Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di
Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini
Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada
Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh
mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa
mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai
saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan
semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna
dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima
kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran
tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta
seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bogor Juli 2007
Heirmayani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan
Nuryani
Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat
Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas
(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang
pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL
HEIRMAYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007
Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol
Nama Heirmayani NRP B04103128
Disetujui
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929
Diketahui
Wakil Dekan FKH IPB
Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090
Tanggal Lulus 20 September 2007
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini
adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian
Parasetamol
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono
PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh
Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko
Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di
Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini
Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada
Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh
mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa
mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai
saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan
semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna
dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima
kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran
tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta
seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bogor Juli 2007
Heirmayani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan
Nuryani
Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat
Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas
(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang
pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol
Nama Heirmayani NRP B04103128
Disetujui
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II
Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929
Diketahui
Wakil Dekan FKH IPB
Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090
Tanggal Lulus 20 September 2007
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini
adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian
Parasetamol
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono
PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh
Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko
Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di
Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini
Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada
Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh
mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa
mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai
saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan
semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna
dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima
kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran
tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta
seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bogor Juli 2007
Heirmayani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan
Nuryani
Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat
Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas
(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang
pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini
adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian
Parasetamol
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono
PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh
Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko
Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di
Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini
Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada
Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh
mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa
mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai
saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan
semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna
dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima
kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran
tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta
seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat
disebutkan namanya satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Bogor Juli 2007
Heirmayani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan
Nuryani
Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat
Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas
(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang
pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan
Nuryani
Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat
Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas
(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang
pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN i x
PENDAHULUAN 1
TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
KESIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20
2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23
3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11
2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11
3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13
4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20
5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23
6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25
7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25
8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27
9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28
10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37
2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38
3 Hasil Analisis Statistik 39
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya
berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu
banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih
banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis
dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas
dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak
mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap
terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat
Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah
diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk
menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau
empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai
kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat
(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-
kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)
Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi
telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg
Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala
Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab
rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas
hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun
membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan
merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang
mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)
Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan
yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
2
Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid
peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas
yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal
ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan
Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui
dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa
sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap
gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan
hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol
dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus
musculus)
Hipotesa
H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati
H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar
mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis
normal optimum
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
TINJAUAN PUSTAKA
Hati
Anatomi dan Histologi Hati
Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik
adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di
dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi
tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna
coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang
dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali
bagian kirinya (Ganong 2003)
Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit
terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan
lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati
sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena
sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai
komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid
cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan
kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran
empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)
Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu
intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan
banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang
terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi
untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)
Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada
hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat
ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan
sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di
sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran
sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal
yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
4
empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati
terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi
tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal
menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh
afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat
mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang
menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal
merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)
Fisiologi Hati
Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme
merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta
mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan
glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi
sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai
kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana
seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga
mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa
glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal
Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa
Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan
kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)
Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah
masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika
Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke
dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan
dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik
dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan
pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap
oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
5
masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah
dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ
hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-
25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)
Toksikopatologi Hati
Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar
pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari
80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali
secara sempurna
Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset
pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel
inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat
bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi
mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini
biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi
yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang
bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami
kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+
dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi
bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus
berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-
vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan
degenerasi hidropis (Cheville 1999)
Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang
sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan
adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan
lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati
meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah
lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
6
diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak
yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung
juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi
asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma
mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang
dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi
protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak
tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati
secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam
sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi
lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam
sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)
Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga
terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu
apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang
dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel
saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa
biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa
ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)
Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)
Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)
Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang
1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium
permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu
proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara
infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum
disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara
akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif
yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan
dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi
dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
7
1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas
tanpa batas-batas lobuler yang jelas
2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil
dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi
yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan
3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli
Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam
lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan
pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena
pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu
4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah
pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini
jarang terjadi pada hewan
5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena
sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran
darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada
hepatitis toksik akut
Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu
nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di
sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak
lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi
hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke
dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)
Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan
gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi
lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran
lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena
sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan
oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga
secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang
menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati
umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
8
Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian
besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi
menjadi 3 golongan (Nabib 1987)
1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan
carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik
Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel
parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada
terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang
berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan
2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang
diduga memiliki efek imunomodulator
3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu
diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik
Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel
hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi
trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati
Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter
kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)
Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme
terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan
penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya
tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati
meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)
Karakteristik dan Data Biologis Mencit
Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan
Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium
adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan
sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan
kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan
haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
9
ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis
Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik
Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan
Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan
dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)
yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi
genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi
dengan baik
Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Subfilum Vertebrata
Kelas Mamalia
Ordo Rodensia
Genus Mus
Spesies Mus musculus
Data biologis mencit
Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun
Lama produksi ekonomis 9 bulan
Lama kebuntingan 19-21 hari
Kawin sesudah beranak 1-24 jam
Umur disapih 21 hari
Umur dewasa 35 hari
Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)
Siklus estrus 4-5 hari
Siklus kelamin poli estrus
Lama estrus 12-14 jam
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
10
Perkawinan pada waktu estrus
Ovulasi dekat akhir periode estrus
Fertilisasi 2 jam sesudah kawin
Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram
Berat lahir 05-10 gram
Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15
Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi
Uterus bikornua bermuara di cerviks
Suhu 35-39oC
Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan
anastesi naik sampai 230menit jika stress
Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan
anastesi dan naik 750menit jika stress
Tekanan darah 130-160 sistol
(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)
Parasetamol (Asetaminofen)
Rumus Kimia
Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa
ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik
antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen
Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia
(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak
berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai
pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan
parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi
walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik
kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)
Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam
tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan
parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini
Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
11
analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam
tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena
senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)
Acetanilide Paracetamol Aniline
Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus
2006)
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
12
Farmakodinamik
Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama
dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol
bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi
produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit
Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol
Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan
tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin
bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung
menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan
perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga
menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol
menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan
pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi
Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam
menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan
COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal
sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol
meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya
belum diketahui (Anonimus 2006)
Farmakokinetik
Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel
hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam
waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis
yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma
bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini
mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi
setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam
sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk
terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian
Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
13
parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme
parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3
+
metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis
Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
14
Toksikologi
Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol
dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut
nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat
menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan
kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh
Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg
BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)
Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena
lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas
dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas
(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa
dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal
bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati
memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati
(Susana 1987)
Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase
II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1
(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang
tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal
NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi
parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol
merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak
Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah
banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati
kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul
vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis
hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation
pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan
mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
15
glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh
darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu
parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan
methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit
(Anonimus 2006)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007
Alat dan Bahan
A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor
berumur 2 bulan dan berkelamin jantan
B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang
digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel
pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol
wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin
(BNF 10)
C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan
adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen
inkubator cetakan paraffin dan mikrotom
D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas
untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin
alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol
E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass
Metode
A Parasetamol
Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg
50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa
B Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi
dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian
parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
17
berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok
kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan
sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi
6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit
Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu
untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing
kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi
pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel
palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg
BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6
minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-
masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis
kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10
C Pembuatan Preparat Histopatologis
Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan
fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses
dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam
paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini
dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir
adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)
Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
D Parameter Pengamatan Histopatologi
Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit
sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan
pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi
hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang
seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
18
buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi
lapang pandang
E Evaluasi Data
Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari
kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah
di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa
menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
Tukey (α = 005)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang
ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan
hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun
perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada
interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid
sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa
Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6
minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4
Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu
Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()
Nekrosa ()
1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd
Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a
2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de
Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab
3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def
Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab
4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f
Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab
5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef
Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc
6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f
Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
20
0102030405060708090
100
k
erus
akan
hep
atos
it
P K P K P K P K P K P K
I 2 3 4 5 6
Minggu
Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok
kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai
minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan
kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa
persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis
normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu
Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami
degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan
(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-
minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang
mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
21
Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi
dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis
berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit
ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim
cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan
berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan
penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit
menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat
toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-
asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan
reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran
sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat
merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol
yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan
metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik
Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific
Pathogen Free (SPF)
Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan
cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah
sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah
secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan
minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada
kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada
minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama
waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi
persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol
di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan
asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa
parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom
P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
22
biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh
Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin
(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal
ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya
fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang
dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi
berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati
Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan
kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)
Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati
baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan
hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 5
Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh
VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij
2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi
VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij
3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij
VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij
4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij
VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j
5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij
VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij
6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij
VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
23
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
k
erus
akan
hep
atos
it
VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS
1 2 3 4 5 6Minggu
Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal
Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang
mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini
membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel
Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi
hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju
vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran
pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati
melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis
(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal
mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
24
hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et
al 1999)
Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara
(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga
apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan
kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-
potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan
menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan
membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan
masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan
sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini
merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup
Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida
darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi
maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel
(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan
maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan
terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)
atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas
mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme
termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi
seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan
fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang
masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi
Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti
dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel
limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga
mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan
pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran
histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
25
2microm
Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
2microm
Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio
hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X
Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi
oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses
antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
26
tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk
Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami
gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol
adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase
(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang
digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga
tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah
Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada
bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid
(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut
Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka
sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati
sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti
menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan
lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada
kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena
sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka
sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena
sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan
perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit
dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan
sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat
pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik
yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi
pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
27
Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah
kuning) Pewarnaan HE
Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit
dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena
sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)
Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis
(panah kuning) Pewarnaan HE
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
28
Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan
jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang
yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Gambar 9
0
500
1000
1500
2000
2500
P K P K P K P K P K P K
1 2 3 4 5 6
Minggu
Jum
lah
sel r
adan
g
VSVP
Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
29
Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)
Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab
Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab
Kontrol VP 626 plusmn 49339ab
Kontrol VS 642 plusmn 55651ab
2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab
Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab
Kontrol VP 1202 plusmn 89366b
Kontrol VS 939 plusmn 70164ab
3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab
Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab
Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab
Kontrol VS 885 plusmn 24576ab
4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab
Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab
Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab
Kontrol VS 969 plusmn 132842ab
5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab
Perlakuan VS 505 plusmn 30006a
Kontrol VP 959 plusmn 32716ab
Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab
6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab
Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab
Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab
Kontrol VS 761 plusmn 50567ab
Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)
Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak
berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya
Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi
kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas
antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi
klinik
Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh
perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan
reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan
merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang
merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk
memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti
bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat
basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang
berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
30
dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-
bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis
dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat
membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer
yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi
mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran
darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)
Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic
(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi
batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya
lipidosis nekrosa dan fibrosis
Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat
menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian
hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal
hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan
sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan
akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya
radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi
fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi
berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis
statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi
hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di
vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap
minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum
dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat
toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan
vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol
sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk
menurunkan symptom peradangan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis
normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan
lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun
Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan
waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum
penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati
2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang
berperan dalam metabolisme hati
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
DAFTAR PUSTAKA
Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93
Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6
Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity
umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]
Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22
41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology
Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology
Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa
State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta
Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada
Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of
Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486
Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of
Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan
Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108
Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-
hatihtlm [21 Januari 2003]
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
33
Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171
Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi
Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90
Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN
Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal
London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga
2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press
Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto
Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium
Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117
Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan
Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4
Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah
Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24
Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced
Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
34
Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah
(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
36
Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling organtriming darr
Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam
darr Dehidrasi
Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr
Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam
darr Embeding
Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr
Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm
darr Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek darr
Staining Pewarnaan
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
37
Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin
Xylol I 2 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Alkohol absolut 2 menit darr
Alkohol 95 1 menit darr
Alkohol 80 1 menit darr
Cuci dengan air kran 1 menit darr
Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr
Cuci dengan air kran 30 detik darr
Lithium carbonat 15-30 detik darr
Cuci dengan air kran 2 menit darr
Eosin 2-3 menit darr
Cuci dengan air kran 30-60 detik darr
Alkohol 95 10 celupan darr
Alkohol absolut I 10 celupan darr
Alkohol absolut II 2 menit darr
Xylol I 1 menit darr
Xylol II 2 menit darr
Tutup dengan cover glass
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
NEKROSA Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives
NORMAL
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
NORMAL Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives HIDROPIS
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
HIDROPIS Tukey HSD
Subset for alpha =
05
PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives NEKROSA
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
NEKROSA Tukey HSD
PERLAKUAN N Subset for alpha = 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
Descriptives RADANG
95 Confidence Interval for Mean
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000
RADANG Tukey HSD
Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000