Upload
jaish8904
View
42
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TONSILITIS, TONSILEKTOMI
DAN
ADENOIDEKTOMI
Oleh : dr. Putu Wirya Masna SpTHT
PENDAHULUAN
Masalah-masalah kesehatan karena gangguan dari tonsil adenoid merupakan salah satu
masalah yang paling sering dijumpai dalam masyarakat. Keluhan-keluhan sakit
tenggorok, infeksi traktus respiratorius bagian atas dan penyakit-penyakit telinga yang
disebabkannya, paling sering ditemukan pada anak-anak.
Meskipun insiden tonsilektomi dan adenoidektomi belakangan ini cenderung makin
menurun, di Amerika Serikat jenis operasi ini masih merupakan jenis operasi yang paling
banyak dilakukan, dimana pada dekade 70-an dilakukan lebih dari 1 juta operasi, dan
sekarang angka tersebut sudah jauh menurun menjadi sekitar 250.000 operasi
pertahunnya.
ANATOMI
Adenoid
Disebut juga tonsila faringealis, merupakan masa kelenjar limfoid. Ujung terletak pada
dinding belakang Nasofaring.
Nasofaring berfungsi sebagai tempat lewatnya udara pernafasan dan sekresi sinonasal
yang berasal dari rongga hidung menuju orofaring; sebagai resonator box dalam
pembentukan suara dan sebagaiarea drainase untuk tuba Eustachii-telinga tengah-mastoid
komplek.
Adenoid dibentuk dari bulan ke 3 sampai bulan ke 7 dari embryogenesis, telah ada waktu
lahir. Pembesaran pada masa permulaan dan pertengahan masa anak-anak terjadi sebagai
respon terhadap berbagai macam paparan antigenik, seperti virus, bakteri, allergen,
makanan dan faktor lingkungan lainnya. Kebanyakan adenoid mengalami represi selama
masa pubertas atau permulaan masa dewasa.
Hubungan anatomi antara nasofaring dan adenoid mempunyai implikasi terhadap
penyakit pada tuba Eustachii, komplek telinga tengah dan hidung serta sinus-sinus para
nasalis. Obstruksi fungsional dan mekanikal dari tuba eustacheus dengan peradangan
adenoid memegang peranan penting didalam perkembangan penyakit-penyakit pada
telinga tengah. Pada anak-anak yang lebih muda, pembesaran adenoid dan reinfeksi
kronis merupakan penyebab yang signifikan terhadap sinusitis yang kronis dan berulang-
ulang.
Adenoid mendapat aliran darah dari cabang-cabang faringeal A.Carotis external,beberapa
cabang kecil dari A.Maxilaris interna dan A.Facialis. Persarafan berasal dari
N.Glossopharyngeus dan N.Vagus refered pain dari adenoid (juga tonsil) juga dirasakan
pada telinga dan tenggorokan.
Anatomi makro dan mikroskopis dari anoid merefleksikan banyak fungsinya dan secara
signifikan berbeda dari tonsil.
Pada adenoid ditemukan invaginasi oleh lipatan-lipatan dalam denga beberapa
pembentukan crypti, berbeda jauh dengan system extesif crypti yang dijmpai pada tonsil.
Adenoid mempunyai 3 type epithelium permukaan: pseudostritified colunar, stratified
squamous dan transitional. Infeksi kronis atau pembesaran adenoid cenderung
memperbanyak epithelium squamous yang spesialis (aktif dalam proses pembetukan
antigen) dan makin menurunya proporsi epithelium (aktif dalam pembentukan
mucocelularis)
Bendungan sekresi sinonasal yang mengikuti obstruksi hidung akan menyebabkan
naiknya paparan ke stimulasi antigen dan akan menyebabkan terjadinya peradangan
chronis dari anoid yang kehilangan fungsinya.
Tonsil
Disebut juga tonsila palatina, sepasang, bentuknya ovoid dan terletak pada dinding lateral
orofaring. Meskipun umumnya terletak di orofaring, pembentukan yang eksesif akan
menyebabkan masuknya tonsil ke nasofaring yang akan menyebabkan obstruksi
hidung.Lebih senang pertumbuhannya yang eksesif akan masuk ke hipofaring yang akan
menyebkan and awake yang mengganggu pernafasan. Karena lokasi anatomisnya yang
dianggap jarang mengganggu tuba eustacheus, middle ear complex dan sinus, tetapi
karena gangguan tonsil dan adenoid terus terjadi secara bersamaan, keadaan ini akan
menyebabkan gangguan pula pada organ-organ tubuh.
Hiperplsia tonsil dapat menyebabkan gangguan pada lidah, gangguan bicara dan
gangguan pertumbuhan orofacial. Sama jaga dengan adenoid, hubungan antara volume
orofaring,besarnya tonsil dan etiologi obstruksi saluran nafas bagian atas penyebabnya
multifactorialm, tetapi masih ada hubunganya dengan hyperplasia tonsil dan secara
anatomi mengecilnya orofaring.
Permukaan dalam tonsil melekat pada fascia yang menutupi M.Constritor superior. Batas
adenoid adalah N.Palatoglossus (pilar anterior) dan batas posteriornya adalah
M.Palatopharyngeus (pilar posterior). Tonsil mungkin membesar kearah inferior dan
menjadi satu dengan jaringan tonsila laringeus pada dasar lidah.
Tonsil diberi suplai darah oleh A.Ascending pharyngeal, A.Ascending palatina dan
cabang-cabang dari A.Inguinalis dan A.Facyalis dan semua cabang-cabang itu
merupakan cabang dari A.Carotis external.
A.Carotis interna terletak sekitar 2cm posterolateral dari permukaan dalam tonsil
sehingga operasi tonsil dengan cara deseksi hal ini harus diperhatikan dengan benar agar
tidak terjadi kecelkaan yang fatal kalau arteri itu sampai terkena.
Aliran limfe dari tonsil terutama mengalir ke jaringan limfe cervical superior yang dalam
dan kelenjar-kelenjar jubular. Karena itulah peradangan pada tonsil bisa menjalar
menjadi cervical adenitis / abses pada muka. Persarafanya berasal dari
N.Glossopharyngeus dan beberapa cabang N.Palatum melalui ganglion spheno palatina.
Struktur histologis dari tosil sangat tergatung dari fungsinya sebagai salah satu organ
immunologis. Tonsil dan adenoid tidak mempunyai saluran limfatik yang afferent, tetapi
10-30 masa deputi crypti yang berhubungan dengan parenchym tonsil oleh epithelium
squamosa yang spesial memproses antigen, berfungsi sebagai system immune yang
mengakses aliran antigen baik yang melalui udara maupun melalui makanan.
Epithelium dari crypti mempunyai peranan yang karena kompleks yang terdiri dari sel-sel
spesial menghasilkan antigen dan mikropores yang menghasilkan antigen untuk sel-sel
limfoid yang aktif secara immunologis yang menutupi efithelium tonsil. Empat zona atau
compartment yang penting pada pembentukan antigen yang telah diperbaiki sebagai
berikut, Epitelium squamosa yang spesialis, ekstra follicular area ( T Cell ), mantle zone
dari lymphoid follicle dan grminal center dari lymphid follicle ( B Cells ).
MICROBIOLOGI DAN IMUNOLOGI
Microbiologi dan Imunologi dari tonsil dan adenoid adalah sama sehingga akan kita
bicarakan bersamaan.
MICROBIOLOGI
Satu-satunya bakteri yang paling sering menjadi penyebab terjadinya tonsilitis akut
adalah Group A β hemolytic Streptococcus ( GABHS ) selain juga ditemukan banyak
microorganisme lainnya, baik yang aerob maupun yang anaerob.
BACTERIA AND VIRUSES COMMONLY CULTURED FROM THE TONSILS AND
ADENOIDS.
BACTERIA
AEROBIC :
- Group A β hemolytic streptococci
- Group B, C, G streptococcus
- Haemophilus influenzae ( type b and non typeable )
- Streptococcus pneumoniae
- Moraxella catarrhalis
- Staphylococcus aureus
- Neisseria spicies
- Micobacteria species
ANAEROBIC :
- Bacteroides species
- Peptococcus spesies
- Peptostreptococcus species
- Actinomyces species
VIRUSES
- Epstein – Barr
- Adeno virus
- Influenzae A and B
- Herpes Simplex
- Respiratory syncytial
- Para influenzae
IMUNOLOGI :
Tonsil dan adenoid merupakan organ yang unik karena mereka terlibat dalam
pembentukan imunitas lokal dan sistem pertahanan imunitas tubuh. Infeksi bakterial yang
kronis pada tonsil dan adenoid akan menyebabkan terjadinya antibody lokal, perubahan
dari rasio sel B dan sel T dan menurut beberapa penelitian, akan kembali ke keadaan
normal setelah dilakukan Tosilo-adenoidektomi. Karena punya andil dalam pembentukan
antibody lokal dan antibody untuk tubuh, tonsil dan adenoid baru boleh dihilangkan kalau
ada indikasi yang jelas.
KLASIFIKASI KLINIS DARI ADENOID DAN TONSIL :
1. Infeksi / inflamasi :
Adenoid :
- Adenoid akuta
- Adenoid akuta yang berulang
- Adenoid kronis yang persisten
Tonsil :
- Tonsilitis akuta
- Tonsilitis akuta yang berulang
- Tonsilitis kronik yang persisten
2. Obstruksi
- nasofaringealis
- orofaringealis
- kombinasi
3. Neoplasia
- benigna
- maligna
GRADASI PEMBESARAN TONSIL
Berdasarkan pada ratio dari tonsil dibandingkan dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial
kedua tonsil.
T o : Tonsil masuk di dalam fossa
T I : < 25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T II : >25 % <50 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T III : > 50% <75 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T IV : > 75 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
KOMPLIKASI TONSILITIS
1. Komplikasi sekitar tonsil
- peritonsilitis
- peritonsilar abses
- abses parafaringeal
- parotitis
2. Komplikasi jauh dari tonsil
- arthritis
- myositis
- nefritis
- miokarditis
- retinitis
- ensefalitis
INDIKASI UNTUK ADENOIDEKTOMI
1. Obstruksi
- Adenoid hyperplasia dengan obstruksi hidung kronis atau nafas melalui
mulut
- Sleep apnea dan atau gangguan tidur
- Kegagalan bernafas normal
- Cor pulmonal
- Kelainan menelan
- Kelainan bicara
- Kelainan orofasial / dental yang menyebabkan aliran udara menjadi sempit
2. Infeksi
- Adenoiditis kronis / berulang
- Otitis media kronis yang berulang dengan efusi
- Otitis media kronis
3. Neoplasma
- Kecurigaan neoplasma, benigna atau maligna.
INDIKASI UNTUK TONSILEKTOMI
1. Obstruksi
- Hiperplasia tonsil dengan obstruksi
- Sleep apnea atau gangguan tidur
- Kegagalan untuk bernafas
- Cor pulmonale
- Gangguan menelan Gangguan bicara
- Kelainan dental yang menyebabkan
2. Infeksi
- Tonsilitis kronis atau sering berulang
- Tonsilitis dengan :
- Abses Peri axilar
- Abses kelenjar limfe leher
- Obstuksi akut jalan nafas
- Penyakit gangguan klep jantung
- Tonsilitis yang persisten dengan :
- Sakit tengorokan yang persisten
- Kelenjar limfe cervical yang nyeri tekan
- Halitosis
3. Tonsilolithiasis
4. Careir streptococcus yang tidak respnsif terhadap terapi
5. Otitis Media Chronis yang berulang
6. Neoplasia utau suspek neoplasia benigna / maligna
PENUTUP
Untuk indikasi tonsilektomi berdasarkan kekambuhannya, kita mengikuti.....
yaitu kalau observasi dilakukan hanya setahun, minimum kekambuhan 7 kali; jika
observasi dilakukan 2 tahun, sebelumnya minimal 5 kali kekambuhan dan kalau
observasi dilakukan berturut-turut 3 tahun, maka mimimal kekambuhan 3 kali dalam
setahunnya.