4
KERANGKA ACUAN KEGIATAN DISKUSI INTERNAL HATE SPEECH 1. LATAR BELAKANG Prinsip-prinsip bagi penegakan demokrasi, hak asasi manusia dan keadilan membawa LBH ke tengah lapangan perlawanan atas ketidakadilan struktural yang dibangun dalam bingkai Orde Baru. LBH memilih untuk berada di sisi pergerakan kaum buruh, petani, mahasiswa, kaum miskin kota, dan semua kekuatan yang memperjuangkan demokrasi. Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi serta dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi kebebasannya tersebut manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya. Kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara yang beragam termasuk agama/keyakinan. Keragaman agama dan keyakinan, telah menjadi consensus pendirian Negara Indonesia. Sejak awal, Kosntitusi telah menjamin hak kebebasan beragama dan menyatakan bahwa ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Dan menyatakan pula bahwa ”Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal tersebut memberikan batasan hubungan agama dengan Negara. Yaitu Negara Indonesia tidak akan didasarkan kepada suatu agama tertentu, namun menyatakan keyakinan kepada adanya Tuhan. Rumusan tersebut berasal dari sila pertama Pancasila sebagai ideologi nasional Negara. Dan untuk mengikat keberagaman untuk mencapai tujuan Negara, Indonesia diikat dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Tor Hate Speech

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hukum

Citation preview

Page 1: Tor Hate Speech

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

DISKUSI INTERNAL

HATE SPEECH

1. LATAR BELAKANG

Prinsip-prinsip bagi penegakan demokrasi, hak asasi manusia dan keadilan membawa LBH ke tengah lapangan perlawanan atas ketidakadilan struktural yang dibangun dalam bingkai Orde Baru. LBH memilih untuk berada di sisi pergerakan kaum buruh, petani, mahasiswa, kaum miskin kota, dan semua kekuatan yang memperjuangkan demokrasi.

Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi serta dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi kebebasannya tersebut manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

Kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara yang beragam termasuk agama/keyakinan. Keragaman agama dan keyakinan, telah menjadi consensus pendirian Negara Indonesia. Sejak awal, Kosntitusi telah menjamin hak kebebasan beragama dan menyatakan bahwa ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Dan menyatakan pula bahwa ”Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal tersebut memberikan batasan hubungan agama dengan Negara. Yaitu Negara Indonesia tidak akan didasarkan kepada suatu agama tertentu, namun menyatakan keyakinan kepada adanya Tuhan. Rumusan tersebut berasal dari  sila pertama Pancasila sebagai ideologi nasional Negara. Dan untuk mengikat keberagaman untuk mencapai tujuan Negara, Indonesia diikat dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Ke-Bhinekaan tersebut pada faktanya sangat jauh dari mimpi. Sebagai contoh Provinsi Jawa Barat memiliki phenomena masyarakat yang tersopan dan santun dalam bertatakrama di dalam bermasyarakat masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, nomor satu se-Indonesia dalam kasus tindak kekerasan yang mengatas namakan agama. Dan hal ini terjadi paling banyak berupa kasus intern Islam, seperti Ahmadiyah,

Page 2: Tor Hate Speech

ataupun Syiah yang dianggap sesat oleh sekelompok umat islam lainnya. Berdasarkan survey, aksi intoleransi berbasis agama semakin marak terjadi. Kelompok-kelompok minoritas keagamaan seperti di atas tersbut menjadi sasaran intimidasi, koersi, persekusi, perusakan properti, penutupan paksa tempat ibadah, penjarahan, penganiayaan, dan bentuk kekerasan lainnya. Pelanggaran hak kebebasan beragama/berkeyakinan dan intoleransi, umumnya diawali melalui Penyebaran kebencian atau permusuhan yang dilakukan secara terus menerus, oleh satu kelompok agama terhadap kelompok agama lainnya (hate speech).

Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

Disisi lain terjadi pula gerakan advokasi hak kebebasan beragama/berkeyakinan yang dilakukan masyarakat sipil maupun pemerintah daerah. Gerakan baik dalam bentuk advokasi kasus-kasus pelanggaran hak kebebasan beragama, kampanye toleransi, pendidikan sampai pada upaya–upaya perubahan kebijakan. Sejumlah tokoh dan LSM telah mengajukan uji materiil UU Penodaan Agama ke Mahkamah Konstitusi (MK). Untuk rumah ibadah, terdapat sejumlah putusan TUN yang menegaskan ijin mendirikan rumah ibadah. Pada upaya membangun toleransi, tumbuh gerakan-gerakan yang dimotori generasi muda, seperti “bedaisme”, Indonesia tanpa diskriminasi, “Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu Berkualitas (GKPB)  dll. Sedangkan pada level pejabat publik, hadir tokoh-tokoh seperti Gubernur DKI Jakarta, yang menolak pemindahan Lurah Susan, atas dasar keyakinannya, menyelesaikan ketegangan terkait pembangunan Gereja Cinta Kasih. Bupati Wonosobo, Kholiq Arif yang membela kehadiran penganut agama-agama minoritas dan Ahmadiyah di wilayahnya, ditengah sejumlah kepala daerah mengeluarkan larangan aktivitas Ahmadiyah.

Untuk itu kegiatan diskusi ini diselenggarakan guna membangun perkembangan pengetahuan, dan konsep hak kebebasan beragama berkeyakinan terutama untuk para peserta diskusi, dan Menghasilkan rekomendasi untuk membangun Indonesia tanpa kebencian. Melalui pemahaman yang utuh, diharapkan dapat mewujudkan kehidupan yang damai, aman dan sejahtera dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 3: Tor Hate Speech

2. TUJUAN KEGIATANA. Mendiskusikan bersama kebijakan mengenai penodaan agama

khususnya di Jawa Barat dikaitkan dengan potensi terjadinya kasus kekerasan beratasnamakan agama.

B. Membuat suatu rekomendasi ataupun upaya yang tepat untuk membangun indonesia tanpa kekerasan dan kebencian.

3. WAKTU DAN TEMPATKegiatan ini akan dilaksanakan pada:Hari :Tanggal :Waktu :Tempat :

4. UNDANGAN

5. SUSUNAN ACARA

Waktu Kegiatan KeteranganPembukaanPengantar diskusiDiskusi bersamaKesimpulan dan penutp

6. PEMREKARSA KEGIATAN

7. CONTACT PERSON