Upload
azhari-winandi
View
180
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
1
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
SAYEMBARA PERANCANGAN GEDUNG BALAI KIRTI
(HALL OF FAME)
DI ISTANA BOGOR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM/DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Satuan Kerja Pengembangan Penataan Bangunan Dan Lingkungan Strategis Jalan Kramat Raya No.63, Jakarta Pusat Telp/Fax.(021)3909810 – Email: [email protected]
IKATAN ARSITEK INDONESIA Gedung Jakarta Design Center, Lantai 7 - Jalan Gatot Subroto, kavling 53, Jakarta 10260 Telp.(021)5304715; Fax.(021)5304722 Email: [email protected]
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
2
PEMBUKA
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini memaparkan peraturan yang mengikat
pihak pelaksana dan peserta Sayembara Perancangan Gedung Balai Kirti
(Hall of Fame) di Istana Bogor.
Peraturan tersebut telah mengikuti peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penyediaan bangunan gedung negara, dan telah
diselaraskan dengan buku Pedoman Penyelenggaraan Sayembara terbitan
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Penyelenggaraan sayembara ini dikerjakan oleh Satuan Kerja
Pengembangan Penataan Bangunan Dan Lingkungan Strategis, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, bekerjasama
dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) selaku Panitia Pelaksana
Penyelenggaraan Sayembara.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
3
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
1. Istana Bogor dari masa ke masa.
2. Kondisi Istana Bogor dewasa ini.
3. Gagasan pembangunan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor.
B. UMUM
1. Persyaratan perancangan gedung Balai Kirti.
2. Ruang lingkup sayembara.
3. Hadiah sayembara.
4. Jadwal sayembara.
C. KHUSUS
1. Persyaratan peserta sayembara.
2. Pendaftaran peserta sayembara.
3. Pemasukan karya sayembara.
4. Identitas peserta dan karya sayembara.
5. Batas waktu penyerahan karya sayembara.
6. Diskualifikasi peserta dan karya sayembara.
7. Panitia pelaksana.
8. Juri.
9. Kriteria penilaian.
10. Hasil penjurian.
11. Pameran.
12. Hak cipta.
D. DAFTAR JURI
E. LAMPIRAN
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
4
A. PENDAHULUAN
1. Istana Bogor dari masa ke masa.
Istana Bogor merupakan salah satu bangunan dari enam istana presiden
Republik Indonesia. Istana ini mempunyai keunikan tersendiri
sehubungan dengan aspek historis, budaya, dan geografisnya.
Pada awalnya ada keinginan dari warga Belanda yang bekerja di Batavia
(kini Jakarta) untuk mencari tempat peristirahatan berhawa sejuk, karena
Batavia dirasakan sudah terlalu panas dan ramai. Pada tahun 1744
Gubernur Jendral Gustaaf Willem Baron van Imhoff terpesona pada
kedamaian sebuah kampung kecil di Kampung Baru, di sebuah wilayah
bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Sungai Ciliwung.
Van Imhoff berencana membangun wilayah tersebut menjadi kawasan
pertanian sekaligus tempat peristirahatan bagi Gubernur Jendral.
Setahun kemudian (1745) dia memerintahkan pembangunan sebuah
pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg, yang berarti “bebas dari
masalah/kesulitan”. Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya
dengan mencontoh arsitektur gedung Blenheim Palace, tempat kediaman
Duke of Malborough dekat kota Oxford di Inggris.
Proses pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Jendral Jacob
Mossel (1750-1761). Istana Bogor dibangun tiga lantai untuk tempat
peristirahatan. Seiring waktu, perubahan-perubahan mulai dilakukan
terhadap bangunan tersebut baik semasa Gubernur Jendral Herman
Willem Daendels maupun Sir Stamford Raffles sehingga bangunan yang
tadinya merupakan tempat peristirahatan berubah menjadi istana
bergaya Palladian, dengan luas halaman mencapai 28,4 hektar dan luas
bangunan sebesar 14,892 m2.
Antara tahun 1808-1811, Gubernur Jendral Daendels memperluas
bangunan tersebut dengan penambahan sayap bangunan di bagian kiri
dan kanan sementara bangunan induknya diubah menjadi dua lantai.
Halamannya dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
5
dari perbatasan India-Nepal. Antara tahun 1811-1816, Gubernur Jendral
Raffles memugar bangunan istana tersebut dan membangun monumen
untuk mengenang istrinya, Olivia Marianne, yang meninggal di sana pada
tahun 1814. Monnumen tersebut sempat tumbang tertiup angin ribut,
namun kemudian didirikan kembali seperti aslinya.
Pada masa Gubernur Jendral Baron van der Capellen (1817-1826),
dilakukan perubahan besar-besaran. Sebuah menara didirikan di tengah
bangunan induk sehingga istana tersebut semakin megah sedangkan
lahan di sekelilingnya dijadikan kebun raya. Pada masa Gubernur Jendral
Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856), seluruh bangunan yang
roboh akibat gempa bumi diratakan, kemudian didirikan bangunan baru
yang mengadopsi gaya bangunan arsitektur Eropa abad XIX, berlantai
satu. Selain itu dilakukan perubahan berupa penambahan dua jembatan
penghubung antara gedung induk dan sayap kanan serta kiri. Bangunan-
bangunan baru tersebut baru terwujud seutuhnya pada masa Gubernur
Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montagner (1856-1861).
Pada tanggal 30 Mei 1868 pengelolaan kebun raya (sekarang disebut
Kebun Botani Bogor) secara resmi dipisahkan dari pengelolaan istana.
Selanjutnya, pada tahun 1880 kebun raya tersebut dijadikan lembaga
penelitian sampai sekarang dan mengharumkan nama Indonesia dalam
bidang ilmu pengetahuan alam di dunia internasional.
Pada tahun 1870 istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi
para gubernur jendral Belanda. Penghuni terakhir istana tersebut adalah
Gubernur Jendral Tjarda van Starjenborg Stachourwer. Dia terpaksa
menyerahkan istana tersebut kepada Jendral Imamura yang mewakili
pemerintah pendudukan Jepang setelah pemerintah Hindia-Belanda
menyerah.
Pada akhir perang dunia II tentara Jepang menyerah kepada pihak
Sekutu, dilanjutkan dengan pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia
oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Barisan Keamanan
Rakyat (BKR) sempat menduduki Istana Buitenzorg dan mengibarkan
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
6
bendera merah putih. Istana tersebut selanjutnya diberi nama Istana
Kepresidenan Bogor dan diserahkan kepada Pemerintah Indonesia pada
akhir tahun 1949. Setelah mengalami penambahan serambi dengan
sepuluh tiang besar bergaya Ionic dan dilengkapi beberapa bangunan
penelitian, Istana Kepresidenan Bogor mulai digunakan oleh Pemerintah
Indonesia pada bulan Januari 1950.
Seiring dengan berjalannya arus reformasi, dirasakan adanya keinginan
masyarakat untuk membuka Istana Bogor. Pada tanggal 16 Agustus
2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diselenggarakan
acara berjudul “Semerbak Kemerdekaan” yang dimeriahkan oleh
penampilan Twilite Orchestra dibawah pimpinan konduktor Addie MS
untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI ke 57. Sejak itu Istana Bogor
dibuka bagi masyarakat setiap hari ulang tahun kota Bogor, baik untuk
kunjungan dalam negri maupun luar negri.
Untuk melengkapi program kunjungan wisata ke Istana Bogor dan
meningkatkan upaya pembelajaran sejarah kepemimpinan Presiden RI
serta lebih memenuhi harapan masyarakat akan keterbukaan Istana
Bogor tersebut, dirasakan keperluan untuk membangun gedung Balai Kirti
di Istana Kepresidenan Bogor.
2. Kondisi Istana Bogor dewasa ini.
Istana Bogor mempunyai bangunan induk serta sayap kiri dan kanan.
Keseluruhan kompleks istana kini mencapai luas 1,5 ha. Adapun
bangunan-bangunan di dalam kompleks Istana Bogor terdiri dari:
a. Bangunan induk sebagai tempat penyelenggaraan acara kenegaraan,
pertemuan, dan upacara resmi.
b. Bangunan sayap kiri dan kanan untuk tamu kepala negara yang
datang berkunjung, dan untuk perjamuan bagi tamu negara asing.
c. Bangunan paviliun di sebelah kanan dan kiri, dikenal dengan nama
Dyah Bayurini, dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
7
Presiden beserta keluarganya. Bangunan ini termasuk dalam lima
paviliun yang terpisah dari istana.
d. Kantor pribadi Presiden.
e. Perpustakaan.
f. Museum.
g. Ruang makan.
h. Ruang sidang mentri dan tempat pemutaran film.
i. Ruang Garuda sebagai tempat upacara resmi.
j. Ruang Teratai sebagai sayap tepat penerimaan tamu-tamu negara.
3. Gagasan pembangunan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor.
Selama ini Istana Bogor telah menjadi saksi sejarah dari berlangsungnya
berbagai kegiatan para Presiden RI, juga berbagai acara kenegaraan
sejak dari masa-masa awal kemerdekaan sampai dewasa ini. Komplek
Istana Bogor dengan demikian merupakan bagian penting dari perjalanan
sejarah bangsa Indonesia.
Di sisi lain, sejak masa kepemimpinan Presiden RI pertama sampai
dengan Presiden RI ke enam telah banyak kegiatan dan peristiwa
bersejarah yang terjadi dalam komplek ini sebagai bagian dari tonggak-
tonggak perjalan sejarah bangsa. Kegiatan dan peristiwa bersejarah
tersebut telah meninggalkan bekas dalam bentuk benda bersejarah
berupa foto, buku, lukisan, benda seni, catatan, dan lainnya. Benda-
benda bersejarah tersebut dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu:
a. Perpustakaan.
Terdapat koleksi buku sebanyak 3250 judul yang daftarnya tersedia di
kepustakaan istana.
b. Koleksi benda seni.
Koleksi ini meliputi 450 lukisan karya Basuki Abdullah, Makowski,
Ernst Dezentje, dan lainnya, 216 patung terbuat dari beragam
material, dan berbagai hadiah kenegaraan seperti tengkorak harimau
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
8
berlapis perak hadiah dari Perdana Mentri Thanom Kittikachorn dari
Thailand pada tahun 1958. Selain itu terdapat 196 benda keramik
yang tersimpan di museum istana dan terpasang sebagai unsur
dekoratif di setiap ruangan dalam bangunan istana.
Pembangunan Balai Kirti dengan demikian sekaligus akan berperan
sebagai tempat bagi pembelajaran sejarah perjuangan bangsa serta
pengembangan koleksi, konservasi sekaligus pameran baneda-benda
tersebut di atas.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
9
B. UMUM
1. Persyaratan perancangan gedung Balai Kirti.
1.1. Peristilahan.
“Kirti” berasal dari bahasa Jawa kuno dan Sanskrit. Kata tersebut
mengandung berbagai arti, yakni:
Amal utama.
Jasa.
Pekerjaan utama.
Tindakan yang membawa kemasyhuran.
Monumen.
(S.Prawiroatmodjo, 1957; Wojowasito, 1977; Mardiwarsito, 1978;
Zoetmulder, 1982).
Balai Kirti dengan demikian berarti bangunan yang menampung berbagai
benda bersejarah peninggalan perjalanan sejarah kepemimpinan para
Presiden RI. Dapat pula dikatakan bahwa bangunan ini mencakup fungsi
perpustakaan, museum, dan ruang pamer. Dengan memperhatikan
kompleksitas lokasi dan sensitivitas peran masyarakat, terutama
masyarakat pemerhati arsitektur Indonesia, maka dirasa perlu untuk
melaksanakan pembangunan Balai Kirti ini melalui proses sayembara.
1.2. Kriteria Perancangan.
1.2.1. Tapak bangunan.
Kawasan Istana Bogor merupakan kawasan cagar budaya yang dilindungi
UU Nomor 11 Tahun 2010. Dengan demikian setiap perancangan di
dalam kawasan tersebut harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan
dengan kepekaan yang tinggi, baik terhadap tata letak bangunan-
bangunan yang ada maupun kapasitas daya dukung tapaknya.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
10
Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemilihan lokasi tapak pembangunan Balai Kirti adalah:
Memberi kesan posisi yang strategis dan penting.
Merupakan bagian dari penataan pintu masuk dari dekat gereja
sehingga pintu tersebut menjadi menyamping, terpinggirkanm dan
kurang penting.
Mempertahankan poros istana, menghindari penurunan kualitas
ruang luarnya, dan menghindari penghalangan view dari istana ke
halaman kebun raya maupun sebaliknya.
Tapak bangunan perlu mempertimbangkan operasional bangunan
istana kepresidenan. Saat Presiden sedang menerima kunjungan
tamu di Istana Bogor, arus pengunjung umum harus dapat ditutup
untuk sementara sampai acara tersebut selesai dilaksanakan.
Karena itu gagasan desainnya pun perlu mempertimbangkan aspek
protokoler dan keamanan.
1.2.2. Rancangan bangunan.
Desain bangunan Balai Kirti harus mempertimbangkan dan
memberi apresiasi kepada penampilan istana sebagai bangunan
cagar budaya dan bangunan kenegaraan.
Bangunan Balai Kirti harus dirancang sebagai satu kesatuan dengan
bangunan lain dalam komplek Istana Bogor, baik sirkulasi maupun
keserasian bentuknya
Bangunan Balai Kirti diharapkan tetap mempertahankan konsep,
suasana lanskap, dan tata hijau kawasan Istana Bogor serta Kebun
Raya Bogor.
Bangunan Balai Kirti diharapkan dapat dikunjungi oleh tamu
kenegaraan serta tamu Presiden lainnya, baik saat kunjungan
kenegaraan maupun dalam acara penting lainnya. Dilain pihak
bangunan Balai Kirti ini juga dapat dikunjungi masyarakat umum
yang ingin menyaksikan atau mempelajari benda-benda koleksi
saat berwisata ke Kebun Raya Bogor atau dalam kunjungan studi.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
11
Desain bangunan Balai Kirti harus memperhitungkan kapasitas daya
dukung tapak yang tersedia.
Desain bangunan Balai Kirti dapat merupakan pengembangan dari
bangunan-bangunan yang telah ada di dalam komplek Istana
Bogor.
Gagasan yang diusulkan oleh para peserta harus mengandung
unsur penerapan energi terbarukan, baik berkaitan dengan sarana
dan prasarana infra-struktur, sistem drainase, keberadaan vegetasi,
maupun pola ruang luar eksisting.
1.2.3. Kapasitas bangunan.
Pada garis besarnya gedung Balai Kirti ini harus dapat menampung
maksimal 3000 pengunjung/hari pada saat puncak kunjungan.
1.2.4. Program ruangan.
Bangunan Balai Kirti harus merupakan gabungan fungsi-fungsi
museum, perpustakaan, dan pameran yang disusun dalam 4 zona
ruangan, yaitu:
Zona publik non-koleksi, seperti Hall, Lobby, Auditorium,
Perpustakaan, Toko Cindera-mata, dan sejenisnya.
Zona publik koleksi, seperti Ruang Pengenalan, Ruang Audio-
visual, Ruang Pameran Tetap, Ruang Pameran Kontemporer,
dan sejenisnya.
Zona koleksi non-publik, seperti Ruang Simpan Koleksi, Ruang
Kerja Kurator, Bengkel-kerja, Ruang Perawatan, Laboratorium,
Ruang Fotografi, dan sejenisnya.
Zona non-koleksi non-publik, seperti Ruang Kepala Balai, Ruang
Rapat, Ruang Administrasi, Gudang Peralatan, dan Ruangan-
ruangan Pendukung lainnya.
1.2.5. Luasan ruangan.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
12
Perkiraan luas total lantai bangunan Balai Kirti adalah sekitar 9000 m2,
dengan rincian sebagai berikut:
a. Lobby dan Hall 450 m2
b. R. Pengenalan 450 m2
c. R. Pameran & Koleksi Tetap 2000 m2
d. R. Pameran Temporer 2000 m2
e. R. Audio-visual 900 m2
f. R. Seminar 600 m2
g. R. Kepala Balai & R. Rapat 350 m2
h. R. Sekretariat 300 m2
i. R. Kurator 300 m2
j. R. Penyimpanan & Perawatan Koleksi 450 m2
k.Fasilitas Pendukung lainnya 1200 m2
2. Ruang lingkup sayembara.
Sayembara perancangan gedung Balai Kirti ini merupakan sayembara
pra-rancangan. Dari para peserta, pihak Panitia Pelaksana
Penyelenggaraan Sayembara mengharapkan masukan berupa:
Gambar pra-rancangan bangunan yang mempertimbangkan
keberadaan bangunan-bangunan eksisting dalam kompleks
Istana Bogor dan statusnya sebagai bangunan-bangunan cagar
budaya.
Gambar pra-rancangan yang layak untuk dilanjutkan ke tahap
Detail Engineering Design (DED).
3. Hadiah sayembara.
Dari para peserta akan dipilih pemenang tiga karya terbaik dengan hadiah
sebagai berikut:
Pemenang pertama Rp. 75.000.000,-
Pemenang ke dua Rp. 30.000.000,-
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
13
Pemenang ke tiga Rp. 15.000.000,-
Ketiga pemenang karya terbaik tersebut selanjutnya akan diminta untuk
membuat maket karyanya masing-masing, dengan pengganti biaya
pembuatan maket sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi tiap
karya.
Pembuatan maket tersebut diperlukan dalam rangka penyajian di
hadapan Presiden Republik Indonesia sebagai pihak yang akan
menetapkan pemenang sayembara ini. Pemenang tersebut selanjutnya
akan diikut-sertakan dalam tim konsultan pemenang tender DED proyek
pembangunan Gedung Balai Kirti di Komplek Istana Bogor.
Selain itu semua peserta akan memperoleh sertifikat keikut-sertaan
dalam sayembara ini.
4. Jadwal sayembara.
Pengumuman dan pengambilan
TOR sayembara 19 Juni–13 Agustus 2012
Penjelasan teknis & peninjauan lapangan 02 Juli 2012
Pembuatan karya 02 Juli–14 Agustus 2012
Pemasukan karya 14 Agustus 2012
Evaluasi administratif & penjurian 15-16 Agustus 2012
Pengumuman hasil penjurian 17 Agustus 2012
Penetapan pemenang Menunggu waktu audiensi
kepada Presiden RI
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
14
C. KHUSUS
1. Persyaratan peserta.
Sayembara ini bersifat terbuka bagi anggota IAI baik di dalam
maupun luar negri.
Peserta sayembara harus memiliki Sertifikat Keahlian Arsitektur
(SKA) Madya yang masih berlaku
Sayembara ini dapat diikuti peserta perorangan maupun kelompok.
Untuk peserta kelompok, hanya pimpinannya yang harus memiliki
SKA Madya yang masih berlaku.
Tiap peserta perorangan maupun kelompok dapat memasukkan
lebih dari satu karya dengan melakukan pendaftaran yang berbeda.
Anggota Panitia Penyelenggara Sayembara, Para Juri, dan instansi
maupun sanak-keluarganya tidak boleh mengikuti sayembara ini.
2. Pendaftaran peserta.
Para peserta tidak perlu mendaftarkan diri untuk mengikuti
sayembara ini melainkan langsung mengunduh TOR sayembara di
situs www.iai.or.id
Kehadiran para peserta dalam acara penjelasan teknis akan
dianggap sebagai kesediaan untuk mengikuti sayembara ini.
Kelengkapan persyaratan administratif para peserta akan diperiksa
oleh Panitia Pelaksana Penyelenggaraan Sayembara saat pra-
penjurian pada tanggal 15 Agustus 2012.
3. Penjelasan teknis & peninjauan lapangan.
Penjelasan teknis sayembara dan tanya-jawab akan dilaksanakan
pada tanggal 02 Juli 2012, pukul 10.00 WIB, di Bogor. Lokasi
tempat pejelasan teknis akan diberitahukan kepada para peserta
melalui situs www.iai.or.id.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
15
Peninjauan lapangan akan dilaksanakan seusai acara penjelasan
teknis. Mengingat pentingnya acara tersebut, seluruh peserta
sayembara diharapkan dapat menghadirinya.
Risalah penjelasan teknis dan tanya-jawab tersebut dapat dilihat
kembali oleh para peserta melalui situs www.iai.or.id Risalah
tersebut merupakan bagian dari dokumen sayembara dan bersifat
mengikat. Setelah itu pihak penyelenggara tidak akan melayani
pertanyaan dari para peserta.
Para peserta juga diharapkan berinisiatif melakukan survey dan
pengamatan sendiri terhadap situasi dan kondisi di lokasi tapak
perancangan
4. Tata-cara pemasukan karya sayembara.
Karya sayembara dipaparkan dalam enam lembar gambar
berukuran A1 dengan rincian sebagai berikut:
Lembar 1
Gagasan dan konsep perancangan (tanpa skala)
Lembar 2
Blok plan yang memperlihatkan hubungan antara bangunan-
bangunan dalam komplek Istana Bogor dan Balai Kirti (1:500)
Lembar 3
Rencana tapak yang memperlihatkan hubungan ruang antara
komplek Istana Bogor dan Balai Kirti, sistem sirkulasi yang
memperlihatkan akses internal, akses publik, dan akses darurat
di dalam keseluruhan komplek, dan penataan lanskap
keseluruhan komplek (1:500)
Lembar 4
Denah lantai-lantai bangunan yang memperlihatkan hubungan
antar-ruangan dan sirkulasi di dalam gedung Balai Kirti (1:200)
Lembar 5
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
16
Tampak dan potongan gedung Balai Kirti yang memperlihatkan
hubungan vertikal lantai-lantai bangunan dalam gedung Balai
Kirti (1:200)
Lembar 6
Perspektif ruang, ruangan, dan detail yang dianggap perlu untuk
ditampilkan dalam rangka menjelaskan konsep rancangan
berkesinambungan dan ramah lingkungan
Gambar-gambar pada tiap lembar harus disusun dalam posisi
landscape dan diberi nomor sesuai urutannya di sudut kanan
bawah. Tiap lembar gambar kemudian ditempelkan pada panil
impraboard berukuran A1. Selanjutnya seluruh panil dimasukkan
ke dalam amplop besar berukuran A1, lalu ditutup rapat dengan
lakban dan dikirim ke alamat Panitia Pelaksana Penyelenggaraan
Sayembara.
5. Identitas peserta dan karya sayembara.
Untuk menjaga anonimitas, para peserta tidak boleh membubuhkan
apapun pada tiap lembar gambar kecuali judul dan nomor gambar.
Para peserta juga tidak boleh membubuhkan apapun pada amplop
besar yang berisi lembar-lembar gambar.
Identitas para peserta harus diketik dalam kertas berukuran folio
dan ditandatangi oleh yang bersangkutan, atau oleh pimpinan
apabila peserta merupakan kelompok. Identitas tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam amplop berukuran folio bersama dengan
bukti identitas, yaitu fotocopy KTP, Kartu Anggota IAI minimal
tahun 2010; serta SKA yang masih berlaku. Amplop tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam amplop besar berukuran A1 yang
berisi lembar gambar yang telah diberi lapisan impraboard. Pada
amplop berukuran folio tersebut juga tidak boleh dibubuhkan
apapun.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
17
Pelanggaran atas peraturan ini akan mengakibatkan diskualifikasi
karya peserta yang bersangkutan.
6. Batas waktu penyerahan karya sayembara.
Karya sayembara dimasukkan pada tanggal 14 Agustus 2012, selambat-
lambatnya pukul 19.00 WIB kepada Sekretariat Panitia Pelaksana
Penyelenggaraan Sayembara dengan alamat sebagai berikut:
Ikatan Arsitek Indonesia
Sekretariat Nasional
Gedung Jakarta Design Center, lantai 7
Jl. Gatot Subroto, kavling 53
Jakarta 10260
Contact persons:
Titi
Iman Sudrajad
7. Diskualifikasi peserta dan karya sayembara.
Peserta yang memasukkan karya dengan tidak mematuhi ketentuan
seperti yang tertera dalam tata-cara pemasukan karya sayembara
akan terkena diskualifikasi sehingga hasil karyanya tidak akan
dinilai oleh para juri.
Peserta yang tidak dilengkapi bukti identitas sebagaimana yang
tertera dalam identitas peserta dan karya sayembara juga akan
terkena diskualifikasi sehingga hasil karyanya tidak akan dinilai oleh
para juri.
8. Panitia pelaksana.
Panitia Pelaksana Penyelenggaraan Sayembara ini adalah Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) bekerjasama dengan Satuan Kerja Pengembangan
Penataan Bangunan Dan Lingkungan Strategis, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebagai penyelia. Seluruh
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
18
kegiatan penyelenggaraan sayembara ini dikoordinasikan oleh sekretariat
yang beralamat di:
Ikatan Arsitek Indonesia
Sekretariat Nasional
Gedung Jakarta Design Center, lantai 7
Jl. Gatot Subroto, kavling 53
Jakarta 10260
Website: www.iai.or.id
Email: [email protected]
9. Juri.
Para juri sayembara ini adalah:
Prof. Slamet Wirasondjaja, IAI
Prof. Sandy A.Siregar, IAI
Prof. Gunawan Tjahjono, IAI
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Strategis, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum.
Pejabat Sekretariat Presiden Republik Indonesia.
10. Kriteria penilaian.
Dewan juri akan melakukan penilaian atas dasar butir-butir sebagai
berikut:
a. Keserasian tapak dan desain bangunan gedung Balai Kirti terhadap
penampilan Istana Bogor sebagai bangunan kenegaraan yang
monumental dan merupakan situs bersejarah.
b. Kesatuan dengan bangunan-bangunan eksisting di dalam komplek
Istana Bogor, khususnya sirkulasi dan keserasian bentuknya.
b. Kejelasan kebutuhan, persyaratan dan standar ruangan.
c. Analisis tapak dan identifikasi masalah.
d. Konsep perancangan.
TOR Sayembara Perancangan Balai Kirti (Hall of Fame) di Istana Bogor
19
e. Konsistensi antara program ruangan, tema, konsep dengan
rancangan arsitektur.
f. Estetika rancangan.
g. Penataan ruang luar dan ruang dalam.
h. Kemampuan karya rancangan untuk dilanjutkan menjadi dokumen
DED.
11. Hasil penjurian.
Karya pemenang pertama, ke dua, dan ke tiga dalam sayembara ini akan
dipaparkan oleh para juri ke hadapan Presiden Republik Indonesia. Beliau
akan menetapkan pemenang dari tiga karya terbaik tersebut.
12. Pameran.
Seluruh karya peserta sayembara akan dipamerkan oleh Kementerian PU
kepada masyarakat. Waktu dan tempat pameran akan ditetapkan
kemudian oleh instansi terkait.
13. Hak cipta.
Hak cipta karya pemenang pertama, ke dua, dan ke tiga dalam
sayembara ini menjadi milik Kementerian Pekerjaan Umum
Hak cipta karya para peserta lainnya tetap dimiliki yang
bersangkutan. Akan tetapi Kementerian PU berhak memakai karya-
karya tersebut untuk kepentingan publikasi dan pameran instansi
terkait.
D. LAMPIRAN
Peta Kebun Raya Bogor dan komplek Istana Bogor