Upload
asyfa-nupus
View
409
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 2
II. CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS .................................... 4
III. RELIABILITAS DAN VALIDITAS …………………………………………….. 7
IV. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS .................................... 8
V. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK SEKOLAH ……………… 11
VI. KREATIVITAS ANGKA ……………………………………………………….. 14
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘111
Single Test – Torrance Test
I. PENDAHULUAN
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak langsung, dan
dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada pula alat untuk mengukur cirri-ciri
kepribadian kreatif, dan dapat dilakukan pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif.
Sesuai dengan definisi USOE (U. S Office of Education) yang membedakan enam jenis bakat
dikembangkan alat identifikasi untuk masing-masing bidang tertentu.
Untuk mengukur kemampuan intelektual umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih
banyak memakan waktu dan biaya. Yang sudah dugunakan di Indonesia adalah tes Stanford-
Binet dan Wechsler intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam
ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi anak sudah
optimal. Di Indonesiayang sudah banyak digunakan adalah tes Progressive Matrices, Culture-
Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif Indonesia yang khusus dikontruksi untuk
Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indosnesia, dapat digunakan
untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejah mana seseorang mampu mengikuti
pendidikan tersier.
Tes untuk mengukur bakat kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia,
demikian pula tes untuk mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik.
Tes luar negeriyang mengukut kreativitas adalah tes dari Guilford yang mengukur kemampuan
berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran, kelenturan, orisionalitas dan
kerncian dalam berpikir.
Tes Torrance untuk mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dapat
digunakan mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk verbal
dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan peneltian. Tes lainnya untuk
mengukur berpikir kreatif dan termasuk baru ialah Tes Berpikir Kreatif-Produksi Menggambar
(Test for Creative Thinking-Drawing Production) dari Jellen dan Urban (1985). Penilaiannya
mencakup sembilan dimensi.
Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal (Utami
Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelekdari Guilford, dengan
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘112
dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam
dimensi produk. Untuk setiap kategori produk ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu
permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifatyang sama, macam-
macam penggunaan, dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk
parallel (ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur kelancara,
kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir. Tahun 1986 telah dilakukan penelitian
pembakuan TKVyang menghasilkan nilai baku untuk umur 10 – 18 tahun, dan pengukuran
“Creative Questient”.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance “Circles Test”, dan dibukukan untuk
umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. TKF kecuali mengukur aspek
kreativitas tersebut di muka, juga mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi
antara unsure-unsuryang diberikan.
Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusn di Indonesia mengukur dimensi efektif dari
kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh dimensi. Skala ini disusun untuk
anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan
terdiridari empat sub-skala, yaitu untuk mengukur fungsi kognitif (belajar), motivasi, kreativitas
dan kepemimpinan. Sub-skala untuk kreativitas meliputi 10 butir untuk dinilai guru. Akibat
kesuliatan dalam menggunakan alatdari Renzulli, maka disusun Alat Sederhana untuk
Identifikasi Kreativitas, dengan format untuk Sekolah Dasar dan format untuk Sekolah
Menengah. Disnilah dimensi kreativitas digabungka dengan dimensi laindari keberbakatan.
Skala Nominasi Keberbakatan yang dapat digunakan oleh guru, teman sebaya, dan diri sendiri
dikembangkan oleh Lydia Freyani Akbar untuk siswa SD. Ketiga skala tersebut ternyata
mempunyai hubungan yang bermakan dengan pengubah keberbakatan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu dengan
memberikan suatu hal (misalnya: pinsil) untuk merangsang pemikiran manfaat dari benda tsb.
(misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek, menggaris, melempar, batas halaman buku,
mencungkil, dsb.). Makin banyak alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang
juga berarti makin kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh
juga dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.
Pencarian pengukuran proses kreatif,pemikiran primer didapat menggunakan deretan
pemikiran divergent.Pada satu waktu,antara peneliti dan pembelajar menggunakan tes proses
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘113
kreatif untuk beberapa decade,dan tes pemikiran divergent menjadi popular mengukur dari
proses dan potensial kreatif.
Tes pemikiran divergent meminta individu untuk menghasilkan beberapa respon tepat
khusus, perbedaannya jelas menstandarisasi tes prestasi atau kemampuan membutuhkan satu
jawaban yang benar.Diantara tes pemikiran divergent pertama yang dikeluarkan oleh
Guilford(1967) structure of the intellect(SOI)divergent production test,Torrance’s (1962,1974)
test of creative thinking (TTCT). Hampir semua dari tes-tes ini digunakan secara luas dalam
penelitian dan pelajaran kreatifitas.
The SOI test,terdiri dari beberapa tes yang subjeknya diminta menunjukkan fakta-fakta
beberapa hasil area yang berbeda.Tes SOI ini mempresentasikan beberapa aspek dari
(1)ketepatan,(2)kelenturan, (3)keaslian,(4)Inovasi ide terdahulu.
Getzels dan Jackson (1962) and Wallach dan kogan (1965) mengembangkan deretan
pemikiran divergent yang hampir sama dengan SOI tes.Sebagai contoh,The Instances Test
meminta student list as many things that move on wheels,(Wallach dan Kogan, 1965) di variasi
dari penggunan tes,student memberikan respon yang tepat “ceritakan pada saya cara berbeda
penggunaan kursi”.Tes lainnya dari deretan tes kreatif memasukkan asosiasi kata,melekatkan
angka atau bilangan,penyelesaian cerita, problem bangunan tugas-tugas dan interpretasi
susunan gambar dan warna,dan interpretasi bermacam masalah . (Sternberg J.Robert,
(1999),Handbook of Creativity, Cambridge University Press,United State of America)
II. CONTOH - CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS
Tes yang mengukur kreatifitas secara langsung, sejumlah tes kreatifitas telah
disusun,diantaranya tes dari Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of
Creative Thingking : TTCT) yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural.Yang terakhir
sudah ada yang diadaptasi untuk Indonesia,yaitu tes lingkaran(circles test) dari Torrance. Tes
ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk
disertasinya Creativity and Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan
ukuran kreativitas figu-ral.Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia melakukan penelitian standarisasi tes lingkaran,dan tes ini
kemudian disebut tes kreatifitas figural.Ditentukan nilai baku untuk usia 10 sampai dengan 18
tahun. Tahun 1977 diperkenankan tes kreatifitas pertama yang khusus dikonstruksikan untuk
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘114
Indonesia,yaitu Tes Kreatifitas Verbal oleh Utami Munandar,berdasarkan konstruk Model
Struktur Intelek dari Guilford.
Tes yang mengukur Unsur-unsur kreatifitas, Kreatifitas merupakan suatu konstruk yang
multi-dimensional,terdiri dari berbagai dimensi,yaitu dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi
afektif (sikap dan kepribadian),dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif).Masing-masing
dimensi meliputi berbagai kategori,seperti misalnya dimensi kognitif dari kreatifitas-berfikir
divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam
berfikir,kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain.Untuk masing-masing unsure
dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa contoh tes yang mengukur
orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan batu bata yang meminta subjek untuk
memikirkan berbagai macam penggunaan yang tidak lazim untuk batu bata,tes purdue yang
biasanya digunakan dikawasan industry juga meminta subjek untuk memberi macam-macam
gagasan untuk penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry.
Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif, dari berbagai hasil ditemukan paling sedikit 50 ciri
kepribadian yang berkaitan dengan kreatifitas;dari ciri-ciri ini disusun skala yang dapat
mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri tersebut.beberapa tes mengukur ciri-ciri
tersebut.Beberapa tes mengukur ciri-ciri khusus,diantaranya adalah:
1. Tes mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk berfikir
kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir.
2. Tes Risk Taking,digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan risiko
terhadap kreatifitas.
3. Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan prefensi untuk
ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif
4. Tes Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang mengidentifikasikan diri
dengan peran jenis kelaminnya.Alat yang sudah digunakan di Indonesia ialah Ben Sex
Role Inventory.
Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan pensil untuk mengukur kreatifitas,dirancang
beberapa pendekatan alternatiF:
Daftar periksa (Checklist) dan Kuisoner, alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang
karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘115
Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang dimasa lalu.
Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi kreatif
dimasa depan.Format yang paling sederhana meminta seseorang menulis autobiografi
singkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas prilaku kreatif.
Bagian dari berfikir kreatif. Asumsi kita adalah bahwa kreatif proses yang bergerak salah
satunya karena suatu masalah telah teridentifikasi atau karena orang berlomba-lomba
untuk menghasilkan sesuatu yang sebelumnya dianggap belum ada dan tidak
mungkin,atau karena seseorang ingin mengetahui apa yang mungkin jika suatu aktifitas
telah berjalan,orang kemudian harus mulai berfikir tentang berbagai arah tujuannya.
Sekarang kita sampai pada inti dari proses ide kreatif,dalam konteks ini,(Guilford (1950)
mengacu pada munculnya ide-ide ini tampak nyata ketika ide ini digunakan pada kesempatan
sehingga berguna atau bermanfaat,Guilford berpendapat juga bahwa kelancaran ide/gagasan
adalah kapasitas untuk menghasilkan sebuah angka besar Dari ide-ide dalam periode waktu
yang diberikan,yang relavan dengan beberapa situasi,ini menjadi salah satu karakter berfikir
positif.
Selain itu untuk menjadi lancar dalam menghasilkan ide,pemikir kreatif juga harus
menjadi pemikir yang fleksibel.Pendapat Guilford,berfikir negative dapat mungkin memerlukan
bahwa menjauh dari suatu kebiasaan berfikir dan meninggalkannya kemudian masuk dalam
pola fikir yang baru.
Pemikir kreatif selalu menghasilkan ide yang original.Orang yang menghasilkan banyak
ide-ide original, dalam pandangan Guilford adalah orang yang juga menghasilkan solusi yang
kreatif untuk sebuah masalah.Guilford menyatakan kelancaran flexibilitas, originalitas dan
combinasi pengukuran kedalam cara berfikir divergen.
Sejauh ini bahwa Guilford menggunakan keahliannya dengan tes IQ dan
pengembangan tes untuk mengukur kapasitas berfikir,lebih lanjut lagi persamaan psikometri
dengan IQ,Guilford percaya bahwa masing-masing orang mempunyai kemampuan berfikir
kreatif. Ini berarti kemampuan berfikir divergen, terditribusi dengan normal diantara populasi.
Orang yang menghasilkan kemajuan - kemajuan kreatifitas (Picasso, Edison, Mozart)
menjadi bagian dari kapasitas berfikir divergen untuk derajat yang luar biasa,tetapi tiap orang
mempunyai beberapa kemampuan,jika satu dari kemampuan ini tidak dites dengan membuat
suatu asumsi,ini bisa jadi bukan tes kreatifitas dan kepribadian kreatif,oleh karena itu tes yang
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘116
lain harus diasumsikan sebagai kelanjutan diantara proses-proses. (Weisberg W.Robert,(2006),
Creativity-Understanding Innovation in problem solving, science, inventions, and the arts, John
Wiley & Sons,Inc)
III. RELIABILITAS DAN VALIDITAS
Pertanyaan pertama yang mesti diajukan tentang setiap instrumen pengukuran,apakah
itu bathroom scale atau kapasitas berfikir kreatif (creative-thinking capacity) apakah ini reliabel?
artinya apakah test itu memberikan hasil (outcomes) yang konsisten.stabilitas test melewati
berbagai administrasi disebut “test-retest reliability” mendemonstrasikan reliabilitas test-retest
merupakan kepentingan kritis bagi setiap tes, karena ini berarti kita bisa memiliki rasa percaya
diri dalam skor yang dihasilkan oleh orang-orang ketika mereka menggunakannya.
Bentuk lain reliabilitas menjadi penting ketika sebuah instrumen pengukuran
mengandung aitem-aitem majemuk. Salah seorang menggabungkan aitem-aitem itu bersama-
sama dalam men-skor tiap-tiap orang, karena lebih banyak aitem, maka skor akan lebih
stabil.Itu berarti bahwa seseorang akan berharap bahwa aitem-aitem yang beragam akan
memberikan support yang hampir sama,sejak mereka teleh merancang mengukur kapasitas
yang sama(dalam contoh ini) kapasitas berfikir secara kreatif. Utnuk menentukan konsistensi
beragam aitem itu pada tes,seseorang bisa memisahkan tes kedalam bagian-bagian.
Seseorang lalu bisa menentukan tiap skor orang pada masing-masing bagian tes. Jika dua
perangkat aitem variabel dalam mengukur kapasitas yang sama skor orang yang diberikan
pada dua bagian dari tes seharusnya sama,hal ini disebut split half reliability.
Studi penelitian telah menemukan bahwa tes berfikir divergent reliable;studi memberikan
hasil bahwa tes-tes tersebut beralasan bersifat konsisten,(Baron and Harington,1981) ini berarti
sebagaimana dicatat kita bisa percaya diri bahwa skor seseorang bersifat
representatif,performansinya walaupun demikian ada satu penyebab yang harus dikemukan
disini,kadang-kadang ditemukan bahwa performance pada tes berfikir divergent dipengaruhi
oleh kondisi dimana tes di berikan. Sebagai contoh jika anda memerintah orang untuk menjadi
kreatif dalam respon,mereka boleh memberi skor lebih tinggi daripada bila anda tidak
mengatakan sesuatu tentang menjadi kreatif pada tes. Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan berfikir divergent adalah sebuah strategi yang bisa diterapkan kepada situasi
pengetesan, daripada beberapa ciri menarik. Ide berubah secara otomatis atau karakteristik
seseorang sehingga hal menarik dari temuan-temuan ini adalah bahwa seseorang bisa
mengubah performance orang pada tes berfikir kreatif dengan mengatakan kepada mereka
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘117
untuk menjadi kreatif,sebagai situasi analog,.dalam hal ini adalah ferformance pada tes
intelegensi.
Kesimpulan bahwa tes-tes yang di design untuk mengukur kapasitas berfikir kreatif
adalah reliable,menimbulkan pertanyaan kedua tentang apakah bahwa instrumen-instrumen
mengukur? kenyataannya menggunakan tes didasarkan pada asumsi bahwa tes-tes itu
mengukur kapasitas untuk berfikir secara kreatif yaitu apa yang mereka(tes-tes) design untuk
mengukur pertanyaan dari apakah sebuah tes mengukur sesuatu yang didesign untuk
mengukur adalah pertanyaan,apakah tes itu valid?:sebuah tes yang valid mengukur apa yang
disangka benar.Jika sebuah tes tidak valid,.kemudian ini bisa menjadi reliabel tetapi akan
menjadi tidak berguna,Bathroom scale bisa secara ekstreem reliabel tapi ini tidak berguna jika
kita ingin mengukur IQ atau jumlah uang dalam rekening tabungan. (Weisberg W.Robert,
(2006), Creativity-Understanding Innovation in problem solving, science, inventions, and the
arts, John Wiley & Sons,Inc)
IV. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS
PENGUKURAN KREATIVITAS BERFIKIR
Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha mengembangkan instrumen yang
diperlukan untuk mengukur kreativitas berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan
penting dalam psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan
memungkinkan dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang
dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh Guilford.
1. Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam menjawab butir-butir
instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir
merupakan instrumen jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir.
2. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah disediakan, tapi harus
memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford
menyebut kreativitas berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen
(divergent production abilities).
Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual Guilford. Dari segi operasi,
tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan berpikir divergen. Dari segi konten, proses
berpikir divergen mengolah bahan berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses
berpikir divergen yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘118
berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Adapun butir-butir tes
kreativitas berpikir itu adalah sebagai berikut :
Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar nyata ! (waktu Anda 1 menit).
Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N! (waktu Anda 1
menit).
Buatlah sebanyak mungkin gambar dengan mengkombinasikan bangun berikut! (waktu
Anda 1 menit)
Terdapat beberapa benda sebagai berikut :
a. Anak panah
b. Lebah
c. Buaya
d. Ikan
e. Layang-layang
f. Perahu
Dengan menuliskan huruf depannya saja, tentukan :
a. Yang dijumpai di udara
b. Yang dijumpai di air
c. Binatang
d. Punya ekor (waktu Anda 1 menit)
Terdapat lima angka yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Kombinasikan beberapa angka yang kalau
dijumlahkan hasilnya 7 sebanyak mungkin (waktu Anda 1 menit).
Terdapat empat bangun sebagai berikut : Kombinasikan dengan berbagai cara untuk
membentuk objek sebanyak mungkin dan namailah objek itu (waktu Anda 1 menit).
Misalnya: Wajah
Buatlah kalimat dengan petunjuk huruf berikut sebanyak mungkin (waktu Anda 1
menit). M ------ E ------ P Misalnya : Mengapa engkau pergi. Dari gambar berikut,
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘119
buanglah tiga garis sehingga membuang dua kotak.
Misalnya:
Buatlah sebuah kotak dan hiasilah sehingga menjadi lebih bagus.
Ada dua persamaan : B – C = D dan Z = A + D. Kembangkan sebanyak mungkin
persamaan baru berdasarkan kedua persamaan tersebut! Misalnya : B – C = Z - A
Perhitungan skor kreativitas berpikir
Dalam perhitungan skor, jawaban peserta tes atas butir-butir pertanyaan kreativitas
berpikir diubah ke dalam skor kreativitas berpikir dengan cara tertentu. Pengukuran kreativitas
berpikir dilakukan dengan meminta peserta tes membuat jawaban sebanyak mungkin atas butir-
butir tugas dalam waktu yang ditentukan. Untuk dapat diubah menjadi skor, jawaban
diinterpretasikan dalam kelancaran, keluwesan dan keaslian. Menurut Ellis dan Hunt (1993 :
280), Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), Good dan Brophy (1990 : 617), Winkel (1996 : 143)
dan Rakhmat (1999 : 75), respons peserta tes akan diinterpretasikan berdasarkan tingkat
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor
kreativitas berpikir adalah skor gabungan dari ketiga unsur.
Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak
gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur
kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan
ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy (1999 : 75), kelancaran adalah
kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal
yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan
sebanyak mungkin.
Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga kesesuaian
jawaban dengan masalahnya. Tes kreativitas berpikir mendorong peserta tes menyebutkan
sebanyak mungkin jawaban dalam waktu tertentu dan skor diberikan dengan menghitung
jumlah semua respons yang sesuai dengan masalahnya. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280),
kelancaran adalah kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah sesuai
dengan perangkat yang dipersyaratkan. Sedang menurut Munandar (1992 : 49), kelancaran
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1110
adalah kemampuan memberikan banyak jawaban. Jawaban yang diberikan hendaknya
disesuaikan dengan masalahnya. Bukan hanya kuantitatas yang diperhatikan, tapi juga
kualitasnya.
Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah
atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan
mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru
membutuhkan pendekatan baru. Menurut Good dan Brophy (1990 : 617), keluwesan dapat
mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau
kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan oleh
Ellis dan Hunt (1993 : 280) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah
pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang
melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan. Menurut Munandar (1992 : 49), keluwesan
adalah kemampuan melihat masalah dari berbagai sudut tinjauan.
Dalam tes kreativitas berpikir, keluwesan ditandai oleh jumlah golongan jawaban yang
berbeda. Kadar keluwesan diukur dengan menghitung jumlah kategori respons yang berbeda.
Peserta tes diminta memberikan respons sebanyak mungkin, lalu skor keluwesan diberikan
pada jumlah kategori atau golongan respons. Skor diberikan atas jawaban yang menunjukkan
keragaman atau variasi. Menurut Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), keluwesan diukur dengan
menghitung jumlah kategori respons yang berbeda.
Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa atau unik
dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus. Dengan kata lain,
keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang jarang diberikan oleh peserta
tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian
mengukur kemampuan peserta tes dalam membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut
Winkel (1996 : 143), jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang
menghasilkan pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144) memberikan kriteria
mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit dari 5 atau
10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan kriteria lebih spesifik.
Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5 % dari kelompok bersifat tidak biasa, dan respons
yang hanya diberikan oleh 1 % dari kelompok bersifat unik
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1111
V. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK SEKOLAH
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi individu
kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang orisinal yang
didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki
banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel
dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan makin
kreatif si anak.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan ini
berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal dan Figural. Tes kreativitas verbal
merupakan kemampuan berpikir kreatif yang mengukur kelancaran, kelenturan dan orisinalitas
dalam bentuk verbal, dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah
lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes
kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun .
Adapun unsur penilaian berfikir kreatif Figural adalah sebagai berikut:
1. Fleksibel. Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Untuk gambar
lingkaran, contohnya, anak mengasosiasikannya sebagai piring, bulan, bola, telur dadar
dan sebagainya. Anak juga diminta untuk membuat sebanyak mungkin objek mati
maupun hidup pada gambar lingkaran tadi. Namun, tes kreativitas ini bukan
dimaksudkan sebagai tes menggambar, melainkan sebagai tes gagasan, sehingga
unsur "keindahan" tidak diprioritaskan.
2. Orisinalitas. Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan berbeda
dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran yang sama,
contohnya, anak mahir menggambarkannya sebagai wajah orang.
3. Elaborasi. Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu
memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa melengkapi gambar
wajah tersebut dengan mata, hidung, bibir, telinga, leher, rambut sampai aksesoris
semisal kalung dan jepit rambut. Makin detail ornamen atau organ-organ yang
digambarkannya, berarti mencirikan ia anak yang kreatif. "Jadi, anak yang kreatif tak
sekadar mengemukakan ide, tapi juga dapat mengembangkan gagasan yang
dilontarkannya," tandas Utami.
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1112
Untuk tes kreativitas Verbal, ada enam topik pertanyaan yang diajukan, yaitu :
1. Tes Permulaan Kata. Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia
diminta untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua huruf
tadi. Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan sebagainya.
2. Tes Membentuk Kata. Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah,
berdasarkan kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak mungkin.
Umpamanya anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan lain-lain.
3. Tes Kalimat 3 Kata. Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p".
Lalu mintalah ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-
huruf yang diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah. Umpamanya,
jawabanya adalah "Ani makan pisang" atau "Mana payung Anton".
4. Tes Kesamaan Sifat. Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras.
Anak dimita untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang
memiliki sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis, kelereng, roda
kursi, dan sebagainya.
5. Tes Penggunaan Tak Lazim. Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya
sehari-hari. Akan tetapi, ia justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan
benda tersebut. Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya untuk
membuat kapal-kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai bahan bacaan.
6. Tes Sebab-Akibat. Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam
keadaan nyata tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira
akibatnya bila situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut untuk
bebas berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila semua orang di
dunia ini pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa mengetahui pikiranmu?"
Menurut Utami, setiap tes tersebut terdiri dari 4 soal. Untuk tes pertama dan kedua,
setiap soal harus dijawab dalam waktu 2 menit. Sedangkan untuk tes ketiga, diberikan waktu 3
menit untuk setiap soal, sementara untuk tes berikutnya per soal diberi durasi 4 menit.
Hasil akhir tes kreativitas ini sama halnya dengan tes IQ, yakni berupa skor. Anak yang
mencapai skor 90-110 berarti tingkat kreativitasnya rata-rata, skor di bawah 80 dikategorikan
sangat lamban, sedangkan yang mampu mencapai skor 130 ke atas tergolong sangat unggul.
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1113
Namun dari pengalaman Utami selama ini, hanya sedikit anak yang bisa mencapai skor
kreativitas yang tinggi. Kebanyakan berada pada kisaran skor 90-100. Sebaliknya, banyak
sekali anak yang bisa mencapai skor tinggi untuk tes IQ. Menurutnya, "Hal ini disebabkan
berpikir kreatif kurang dirangsang, sehingga anak tak terbiasa berpikir bermacam-macam arah."
Selain pengukuran kreativitas yang sudah disebutkan, ada juga pengukuran skala sikap kreatif
yang lebih menyangkut pada segi afektif. Menurut Utami, dari berbagai penelitian ternyata
kemampuan berpikir kreatif belumlah cukup jika tanpa disertai sikap kreatif. Tanpa sikap kreatif
ini katanya produk kreatif pun takkan terwujud. Jadi, berpikir kreatif itu sendiri harus disertai ciri-
ciri sikap kreatif sebagai berikut:
1. Terbuka terhadap pengalaman baru,
2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
3. Tidak takut melakukan kesalahan ketika mengemukakan ide,
4. Imajinatif, dan
5. Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil.
VI. KREATIVITAS ANGKA
Potensi kreativitas sebenarnya ada pada tiap orang dan kreativitas tersebut dapat
diasah salah satunya melalui Angka (METRIS), yaitu dalam hal kemampuan mengenali
keteratutan pola bilangan. Bila daya kreativitas seseorang dalam pengenalan pola meningkat
maka tentu saja dapat berimbas ke jenis kreativitas yang lain, seperti peningkatan daya
kreativitas pada seni, strategi bisnis atau ilmu pengetahuan. Dengan begitu peningkatan
kreativitas tersebut dapat dijadikan sebagai barometer dalam merepresentasikan potensi daya
kreativitas seseorang.
Dengan perkembangan teknologi pengenalan pola pada cuaca seperti negara adidaya
‘Uncle Sam’ maka badai topan yang maha dahysatpun dapat dikenali arah pola gerakannya
sehingga mampu meminimalis jatuhnya korban jiwa. Contoh di atas membuktikan betapa
pentingnya kemampuan kita dalam pengenalan pola untuk kasus tertentu. Nah, kemampuan
pengenalan pola tersebut dapat terus diasah, dimana salah satu caranya dapat melalui
kecerdasan kreativitas metris. Apalagi ditunjang oleh fakta bahwa pengukuran kecerdasan
kreativitas metris sifatnya kuantitatif sehingga kemajuannya dapat dipantau dengan lebih
objektif.
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1114
Mengapa siswa perlu belajar kecerdasan kreativitas angka (metris)? Siswa bila telah
dilatih sehingga mempunyai kemampuan pengenalan pola bilangan yang baik maka
kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan kuantitatif akan lebih cepat dan efisien.
Kemampuan ini tentu saja akan berimbas pada kemampuan memilah-milah suatu
permasalahan yang kemudian mampu berusaha mengelompokannya menjadi beberapa
kelompok dengan lebih baik. Bila dalam mengklasifikasikan masalah sudah benar maka
penyelesaiannya akan menjadi lebih mudah karena bisa tahu masalah mana yang lebih
prioritas dan bisa tahu bagian apa saja yang tepat ditugaskan untuk menyelesaikan tiap
kelompok masalah tersebut. Jadi orang yang bekerja pada bidang dimana kemampuan
pengenalan pola masalah sangat dibutuhkan seperti pekejaan seorang manager, maka sangat
diuntungkan apabila mempunyai kecerdasan kreativitas metris karena kemampuan pengenalan
pola masalah tersebut dapat lebih terasah.
Dalam dunia kerja kreativitas seseorang sangat dibutuhkan, misalkan seorang guru
dalam mengajarkan matematika kepada anak didiknya. Kita semua tahu bahwa pelajaran
matematika menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Oleh karena itu
pengajaran yang bentuknya konkret tidak abstrak sangat penting bagi anak untuk belajar
memvisualisasi suatu angka atau bilangan. Nah disitulah letak seberapa besar kreativitas
seorang guru bisa membawa materi yang diajarkan sekonkret mungkin dalam kehidupan
sehari-hari.
Bagi seorang pengusaha (enterprenur) kemampuan mengenali pola usaha tertentu
dengan potensi profit yang akan dihasilkan pada masa yang akan datang tentu saja sangat
dibutuhkan. Orang sering menyebutnya kemampuan membaca pola usaha itu sebagai intuisi
bisnis. Demikian juga kemampuan menghubungan pola informasi yang satu dengan informasi
yang lain sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis, dunia saham. Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan kemampuan tersebut sangat penting. Misalkan terbukti dalam sejarah ketika
Michelson melakukan percobaan menentukan kecepatan cahaya dari berbagai arah terbukti
secara eksperimen bahwa kecepatan cahaya terbukti selalu sama. Nah, informasi ini bagi
sijenius Einstein mempunyai makna yang sangat spesial. Dengan kemampuan dia mengenali
pola informasi dari percobaan Michelson dengan pemahaman dia saat itu maka muncul
kreativitas dari pemikirannya bahwa ETER tidak perlu ada. Cahaya atau gelombang
elektromagnet (gel.TV, gel.radio dll) dalam proses perambatannya tidak membutuhkan zat
perantara atau ETER. Nah, jadi sudah menjadi lebih jelaskan, bahwa kemampuan mengenali
keteraturan pola atau menghubungkan pola satu dengan pola yang lainnya akan memunculkan
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1115
kemampuan daya kreativitas, makanya kemampuan ini sangat berguna bagi orang yang ingin
sukses.
Salah satu enterpreneur yang fenomenal adalah steve jobs, pendiri perusahaan
komputer apple. Setelah cukup lama tidak me-lauching produk sefenomenal komputer apple
yang menekankan pada konsep grafis, namun daya kreativitasnya tidaklah meredup. Hal ini
terbukti setelah apple memproduksi iPod yang laku keras dan yang lebih fenomenal adalah
produk iPhonenya dengan konsep inovatifnya dimana semua tombol untuk mengoperasikan
sebuah hand phone menggunakan full touch screen. Ini sungguh ide kreatif yang sangat
brialian sehingga produknya selalu laris diserap oleh pasar.
Kemampuan kreativitas Angka (Metris) dapat diasah melalui peningkatan kemampuan
pengenalan keteraturan pola bilangan dengan makin baik. Beberapa pola bilangan yang akan
coba dikenali keteraturannya membutuhkan tingkat kreativitas tertentu mulai dari yang biasa
(pola bilangan eksplisit) hingga kreativitas tinggi (pola bilangan implisit). Kelebihan dari
mengasah Kreativitas melalui Angka (Metris) ini karena pengukuran kreativitas dapat dilakukan
secara obyektif melalui faktor ketepatan dan kecepatan dalam mengeksekusi pola bilangan.
REFERENSIAiken, L. R & Groth-Mamat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 2.
Edisi XII. Jakarta : Indeks
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologu, Edisi VII (Terjemahan). Jakarta : PT Indeks
Solso R. L, dkk (2008). Psikologi Kognitif, Edisi VIII. Jakarta : Erlangga
Psikodiagnostik V (Bakat, Minat Dan Perstasi)Dra.Nunnie Retna Widagdo MM.
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1116