6
Tujuan penggunaan antiseptika pada kulit adalah untuk membasmi mikroorganisme yang kebetulan berada di permukaan kulit, tetapi tidak memperbanyak diri di tempat itu dan pada umumnya akan mati sendiri (transient flora). Penggunaan yang lebih penting adalah untuk membasmi resident flora, yakni jasad-jasad renik yang merupakan penghuni alamiah di kulit dan terutama terdiri dari mikrokok pathogen, seperti Staphylococus epidermis, Corynebacteria, Propionibacteri dan kadang-kadang Staphylococus aureus. Flora permanen ini terdapat pada lokasi yang lebih dalam dan lebih sukar dihilangkan daripada flora transien (Tjay dan Rahardja, 2007). Antiseptika dapat bersifat toksik bagi jaringan, menghambat penyembuhan luka dan menimbulkan sensitasi. Antiseptika juga sukar mendifusi ke dalam kulit, karena terendap oleh protein dan khasiatnya sering kali ditiadakan atau dikurangi oleh cairan tubuh. Beberapa zat tidak tepat digunakan pada luka yang terbuka, karena bersifat toksik dan merangsang bagi sel (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada umumnya antiseptik memiliki khasiat bakterisid dengan spektrum kerja luas, yang meliputi bakteri Gram- positif dan Gram-negatif, virus dan fungi. Banyak faktor yang mempengaruhi khasiat antiseptik, yaitu sebagai berikut:

TP Persentasi Povidon Farfis Anggi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TP Persentasi Povidon Farfis Anggi

Tujuan penggunaan antiseptika pada kulit adalah untuk membasmi

mikroorganisme yang kebetulan berada di permukaan kulit, tetapi tidak

memperbanyak diri di tempat itu dan pada umumnya akan mati sendiri (transient

flora). Penggunaan yang lebih penting adalah untuk membasmi resident flora, yakni

jasad-jasad renik yang merupakan penghuni alamiah di kulit dan terutama terdiri dari

mikrokok pathogen, seperti Staphylococus epidermis, Corynebacteria,

Propionibacteri dan kadang-kadang Staphylococus aureus. Flora permanen ini

terdapat pada lokasi yang lebih dalam dan lebih sukar dihilangkan daripada flora

transien (Tjay dan Rahardja, 2007).

Antiseptika dapat bersifat toksik bagi jaringan, menghambat penyembuhan

luka dan menimbulkan sensitasi. Antiseptika juga sukar mendifusi ke dalam kulit,

karena terendap oleh protein dan khasiatnya sering kali ditiadakan atau dikurangi

oleh cairan tubuh. Beberapa zat tidak tepat digunakan pada luka yang terbuka, karena

bersifat toksik dan merangsang bagi sel (Tjay dan Rahardja, 2007).

Pada umumnya antiseptik memiliki khasiat bakterisid dengan spektrum kerja

luas, yang meliputi bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, virus dan fungi. Banyak

faktor yang mempengaruhi khasiat antiseptik, yaitu sebagai berikut:

Spektrum kerja

Konsentrasi

Kebersihan permukaan yang akan didesinfeksi

Waktu exposure

pH dan suhu

Zat pelarut (Tjay dan Rahardja, 2007)

Antiseptik bekerja berdasarkan berbagai proses kimiawi atau fisika dengan tujuan

guna meniadakan risiko transmisi dari jasad renik. Prose-proses adalah:

Denaturasi protein mikroorganisme

Pengendapan protein dalam protoplasma

Oksidasi protein

Page 2: TP Persentasi Povidon Farfis Anggi

Mengganggu sistem dan proses enzim

Modifikasi dinding sel atau membran sitoplasma (Tjay dan Rahardja, 2007)

Antiseptik dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu:

Senyawa halogen: povidon iod, iodoform, Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit,

tosilkloramida, klorheksidin, kliokinol, heksaklorofen, triklokarben,

klorksilenol dan triklosan.

Derivat fenol: fenol, kresol, resorsinol dan timol.

Zat-zat dengan aktivitas permukaan: cetrimida, cetylpiridinium, benzalkonium

dan dequalinium.

Senyawa alkohol, aldehid dan asam: etanol, dan isopropanol, formaldehid dan

glutaral, asam asetat dan borat.

Senyawa logam: merkuri klorida, fenil-merkunitrat dan merbromin, perak

nitrat dan silverdiazin, seng oksida.

Oksidansia: hidrogen peroksida, seng peroksida, Na-perborat, kalium

permanganat dan kalium klorat.

Lainnya: heksetidin dan heksamidin, nitrofural, belerang, ichtammon,

etilenoksida, oksikinolin (superol) dan acriflavin. (Tjay dan Rahardja, 2007)

Tujuan pembersihan luka adalah untuk menghilangkan kotoran organic dan

anorganik dan untuk menciptakan kondisi local optimum untuk penyembuhan luka.

Namun, penghapusan yang tidak perlu dari eksudat yang dapat menghilangkan luka

dari agen perbaikan yang diperlukan dan enzim yang bertanggung jawab untuk urutan

terkoordinasi penyembuhan luka dan akan menghasilkan pengeringan luka

(Morison,2004)

Povidon-iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon berwarna coklat

gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan. Dalam 10% povidon iodine

mengandung 1% iodiyum yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit dan

membunuh spora dam waktu 15 menit (Ganiswara, 1995).

Page 3: TP Persentasi Povidon Farfis Anggi

Manfaat dari povidon iodine adalah sebagai berikut:

a. Povidon-iodine 10% merupakan antiseptik solution yang digunakan:

1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka

seperti : lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau terkoyak.

2) Untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka khitan.

3) Untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya infeksi.

b. Sebagai obat kumur dengan konsentrasi 1%.

c. Sebagai pencuci tangan sebelum operasi 10%, dapat mengurangi populasi kuman

hingga 85% dan kembali ke posisi normal setelah 8 jam.

d.Sebagai larutan pembersih 2%, salep 2% , sebagai lotion 0.75% (Tjay dan

Rahardja,2007)

Povidon-iodine berangsur-angsur melepaskan iodium yang akan bekerja

sebagai antiseptic yang berspektrum luas. Zat aktif ini bersifat bakteriostatik dengan

kadar 640µg/ml dan bersifat resisten terhadap bahan ini. Povidone-iodine memiliki

toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan pembersihnya dapat

meningkatkan toksisitasnya. Povidone-iodine 10% mengandung 1% iodium yang

mampu membunuh bakteri dalam 1 menit (Ganiswara,1995)

Mekanisme kerja povidone-iodine dimulai setelah kontak langsung dengan

jaringan maka elemen iodine akan dilepaskan secara perlahan-lahan dengan aktifitas

menghambat metabolism enzim bakteri sehingga mengganggu multiplikasi bakteri

yang mengakibatkan bakteri menjadi lemah. Iodine dalam jumlah kecil diserap

masuk kedalam aliran darah, sehingga menyebabkan efek sistemik dengan akibat

shock dan anoksia jaringan. Penggunaan iodine harus dengan diencerkan terlebih

dahulu, hal ini karena iodine dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan iritasi

kulit (Ganiswara,1995)

Penggunaan iodine yang berlebihan dapat menghambat proses granulasi luka.

Povidone-iodine yang biasanya digunakan dalam perawatan luka hanya berkadar

10%. Hasil suatu penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi iodine

Page 4: TP Persentasi Povidon Farfis Anggi

yang digunakan maka semakin mempercepat fase penyembuhan luka

(Ganiswara,1995)

Daftar Pustaka:

Ganiswara,S.G.(1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi Empat. Jakarta: Gaya Baru

Hal:467-468

Morison,M.J.(2004). Manajemen Luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hal:1

Tjay,T.H dan Rahardja.(2007). Obat-Obat Penting, Khasiat Penggunaan dan Efek-

Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo Hal:242-

243