30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi tekhnologi industry yang semakin maju menyebabkan semakin luasnya pemaparan getaran mekanik, karena masalah getaran mekanik hampir tidak dapat dipisahkan dari masalah tekhnologi mekanik yang merupakan faktor penunjang utama industry. Saat ini banyak alat mekanik yang digunakan dalam berbagai industry antara lain industry logam/perbengkelan, industry kayu, industry tambang, industry pertanian industry bangunan dan angkutan. Paparan getaran terhadap pekrja yang tersebar dalam berbagai industry merupakan masalh yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan berakibat menimbulkan penyakit atau kecelakaan kerja.

TPUS GETARAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TPUS GETARAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modernisasi tekhnologi industry yang semakin maju menyebabkan semakin

luasnya pemaparan getaran mekanik, karena masalah getaran mekanik hampir

tidak dapat dipisahkan dari masalah tekhnologi mekanik yang merupakan faktor

penunjang utama industry. Saat ini banyak alat mekanik yang digunakan dalam

berbagai industry antara lain industry logam/perbengkelan, industry kayu,

industry tambang, industry pertanian industry bangunan dan angkutan. Paparan

getaran terhadap pekrja yang tersebar dalam berbagai industry merupakan masalh

yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan berakibat menimbulkan

penyakit atau kecelakaan kerja.

Adapun getara yang dibutuhkan oleh manusia seperti getaran pada garpu

tala, getaran pada loud speaker dan juga getaran pada beberapa instrument (alat)

musik. Akan tetapi, pada banyak kasus, getaran tidak diinginkan kerena dapat

membuang energy, menimbulkan ketidaknyamanan, menghasilkan bunyi derau

(noise) dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan.

Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan sistem elektrik yang notabene

berskala kecil, getaran juga dapat terjadi pada struktur dengan skala yang sangat

besar seperti jembatan suspensi, gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang

angkasa. Dewasa ini, pembangunan struktur skala besar dengan bobot kecil

Page 2: TPUS GETARAN

menjadi trend baru karena dapat mengurangi biaya dan energi. Akan tetapi, Efek

terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan

masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan

gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul

akibat pekerjaanya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran

struktur tersebut akan menyebabkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat

sensitif terhadap masalah getaran.

Berdasarkan hal diatas maka dilakukan praktikum tentang pengukuran

getaran mekanik dengan alat vibration meter, hal ini dilakukan karena setiap

pekerjaan yang memakai mesin pasti menimbulkan getaran maka dari itu getaran

ini diukur dan disesuaikan dengan NAB (Nilai Ambang Batas).

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam pratikum ini adalah :

1. Mahasiswa mengenal metoda dan peralatan pengukuran getaran

2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran getaran

3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran getaran

Page 3: TPUS GETARAN

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Karakteristik Getaran

a. Pengertian Getaran

Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari

benda atau media dengan arah bolak–balik dari kedudukan

keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan

motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono,

2003:35). Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar sebuah titik (J.M.

Harrington,1996:187). Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh

getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat

mekanis lainnya (J.F. Gabriel, 1996:96). Getaran merupakan efek suatu

sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003:21). Getaran

(vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia,

mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation)

akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja

(Emil Salim, 2002:253).

Page 4: TPUS GETARAN

b. Jenis Getaran

Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terutama pada akustik

Menurut Gierke dan Nixon (1976) yang dikutip oleh J.F.

Gabriel (1996:96), getaran udara juga disebabkan oleh benda bergetar

dan diteruskan melalui udara sehingga akan mencapai telinga. Getaran

dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan menyebabkan gangguan

vestibulur yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan, dan

mual-mual. Akan tetapi dapat menimbulkan nyeri pada telinga, nyeri

dada, dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.

Getaran karena getaran mekanis, mengakibatkan resonansi atau turut

bergetarnya alat-alat tubuh.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000:87) yang dikutip oleh

Arief Budiono Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-

getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari

getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat

yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Getaran mekanis dapat

dibedakan berdasarkan pajanannya. Terdapat dua bentuk yaitu getaran

seluruh badan dan getaran pada lengan dan tangan.

Page 5: TPUS GETARAN

b. Sumber Getaran

Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri

logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan,

dan pekerjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan

adalah: bor pneumatik, alatalat ini menghasilkan getaran mekanik

dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda (Wijaya C ,

1995:174). Pada perum perhutani sumber getaran yang ada pada

peralatan seperti band resaw, cross cut, log band saw, planer, band saw,

double cross cut, dan spindel moulder.

B. Klasifikasi Getaran Mekanis

a. Getaran Seluruh Tubuh

Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration)

yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau

sedang berdiri dimana landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya

frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz (Emil Salim, 2002:253).

Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan seperti :

traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Efek pada organ tertentu

bergantung pada resonansi alamiah organ tersebut : dada (3-6 Hz),

kepala (20-30 Hz), rahang (100-150 Hz), dan seterusnya.

Page 6: TPUS GETARAN

Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan

organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek

jangka lama yang menimbulkan osteoarthritis tulang belakang (J.M.

Harrington, 2003:187-188). Menambahnya tonus otot-otot oleh karena

getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan. Kontraksi

statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam alat-alat dengan

bertambahnya panjang waktu reaksi. Rasa tidak enak menjadi sebab

kurangnya perhatian. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di

otak menjadi sebab mabuk. Sebaliknya, frekuensi diatas 20 Hz

menyebabkan pengenduran otot. Lain dari itu getaran-getaran frekuensi

tinggi 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran olah raga untuk

memulihkan otot sesudah kontraksi luar biasa (Suma’mur, 1996:78).

Badan merupakan susunan elastis yang komplek dengan tulang

sebagai penyokong alat-alat dan landasan kekuatan serta kerja otot.

Kerangka, alat-alat, urat, dan otot memiliki sifat elastis yang bekerja

secara serentak sebagai peredam dan penghantar getaran. Pengaruh

getaran terhadap tubuh ditentukan sekali oleh posisi tubuh atau sikap

kerja (J.F. Gabriel, 1996:97). Menurut Emil Salim (2002:253) yang

dikutip Arief Budiono menyebutkan getaran pada seluruh tubuh atau

umumnya (Whole Body Vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh

pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri tetapi

landasannya bergetar.

Page 7: TPUS GETARAN

b. Getaran Tangan Lengan

Menurut Emil Salim (2002:253) yang dikutip Arief Budiono

menyebutkan Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui

tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensinya biasnya

antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz,

karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini

berbahaya pada pekerjaan seperti :

1.Operator gergaji rantai

2. Tukang semprot, potong rumput

3. Gerinda,

4. Penempa palu.

Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan

patofisiologinya, efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan

(HVAS) yang terdiri atas:

1. Efek vaskuler-pemucatan pada episodik buku jari ujung

yang bertambah parah pada suhu dingin (Fenomena Raynoud).

2. Efek Neurologik buku jari ujung mengalami kesemutan dan

baal. Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat

bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah,

gangrene

Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut

disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak

Page 8: TPUS GETARAN

berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan

menimbulkan kelainan pada tangan berupa:

1. Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini

mirip dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari

anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi

dan kelainan gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar

30-40 Hz.

2. Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang (J.F.Gabriel,

1996:97).

Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit

masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar.

Namun pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga

kapasitas kerja terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan

pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya

dibanding dengan hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan

sebagai mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan

kanan yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang

berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari

kelingking, otototot interossea, dan fleksin dari jari-jari (Suma’mur,

1996:80).

Page 9: TPUS GETARAN

C. NAB dan Baku Mutu Getaran

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51 tahun 1999

menyatakan bahwa NAB getaran untuk pemajanan lengan dan tangan yaitu

sebagai berikut:

Tabel 2.1 NAB Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan

NILAI AMBANG BATAS GETARAN UNTUK PEMAJANAN

LENGAN DAN TANGAN

JUMLAH WAKTU

PEMAJANAN PER HARI

KERJA

NILAI PERCEPATAN PADA

FREKUENSI DOMINAN

METER/DETIK

KUADRAT (m/s2 )Gram

4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,4

2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61

1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81

Kurang dari 1 jam 12 1,22

Sedangkan nilai baku tingkat getaran diatur dalam suatu Surat Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/11/1996 adalah

batas maksimal tingkat getaran yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan

pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap

kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan.

Tabel 2.2 Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan

Page 10: TPUS GETARAN

D. Alat dan Teknik Pengukuran Getaran pada Mesin

a. Alat Pengukur Getaran

Salah satunya adalah Vibration meter yang berbentuk kecil dan

ringan sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery serta

dapat mengambil data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada

umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk

menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch

selector untuk memilih parameter getaran yang akan diukur.

Vibration meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level

getaran) tanpa memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran

Page 11: TPUS GETARAN

tersebut. Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan

seorang operator yang harus ahli dalam bidang getaran. Pada umumnya

alat ini digunakan untuk memonitor “trend getaran” dari suatu mesin.

Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi level

getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut

dengan menggunakan alat yang lebih lengkap (Anonim, 2009).

E. Pengendalian Getaran

Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran adalah

sebagai berikut :

a. Pengendalian Secara Teknis

1) Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya

(dilengkapi dengan damping/peredam).

2) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat,

misalnya membalut pegangan alat dengan karet.

3) Memelihara/merawat peralatan dengan baik.

Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberikan

pelumasan.

4) Meletakan peralatan dengan teratur.

Alat yang diletakan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat

menimbulkan getaran di sekelilingnya.

5) Menggunakan remote kontrol

Page 12: TPUS GETARAN

Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan

dari jauh.

b. Pengendalian Secara Administratif

Yaitu dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan:

1) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang

dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang

ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah

seseorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C.

A B C A B C A B C

2) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang

berlaku.

c. Pengendalian Secara Medis

Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun

sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang

diambil adalah 2-3 tahun sekali.

d. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung

tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).

Efek-efek berbahaya dari paparan kerja terhadap getaran paling baik

dicegah dengan memperbaiki desain alat-alat yang bergetar tersebut,

dan pemakaian sarung tangan pelindung, Resiko dapat juga dikurangi

dengan memperpendek waktu paparan. Pemeriksaan sebelum

Page 13: TPUS GETARAN

penempatan dan pemeriksaan berkala mempermudah pengenalan dini

individu-individu yang terutama rentan dan membantu mengurangi

meluasnya masalah (Wijaya C, 1995:175).

Page 14: TPUS GETARAN

BAB III

CARA KERJA PRATIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Vibration meter

2. Lembar pengukuran intensitas getaran

B. Cara Kerja

1. Dilakukan kalibrasi alat.

2. Dicek kondisi baterai, masih bagus atau perlu dilakukan pergantian.

3. Diletakkan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin

yang langsung berhubungan dengan angota tubuh operator yang akan

diukur.

4. Ditekan tombol on kemudian Harm.

5. Dicatat setiap hasil pergerakan yang diperoleh dalam waktu satu detik

misalkan 10 dt, 20 dt, 30 dt,…., menit selanutnya dijumlahkan dan dirata-

ratakan hasilnya pada lembar/form data.

Page 15: TPUS GETARAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No TK Terpajan Waktu

Penguku

ran

Intensitas getaran NAB Penilaian Keterangan

Perce

patan

(m/s2)

Kecepa

tan

(m/s)

gravita

si

1. Operator Mesin Tempa

- Usia 35 th

- Masa kerja 10 th

- Lama kerja 8 jam

- 40 jam per

minggu

10.40

WITA

8 m/s2 - - 4 m/s2 Tidak Normal Harus dilakukan

evaluasi

2. Operator Dum Truck

- Usia 30 th

- Masa kerja 5 th

- Lama kerja 8 jam

- 40 jam perminggu

10.40

WITA

6 m/s2 4 m/s2 Tidak Normal Harus dilakukan

evaluasi

4.2 Pembahasan

Dari hasil studi di atas dapat diketahui bahwa:

a. Kasus pada Operator Mesin Tempa

Page 16: TPUS GETARAN

Pada kasus pertama Pekerja Operator Mesin Tempa terpapar getaran melebihi

standar NAB yaitu 4m/s2 selama kurang dari 8 jam, sementara dia bekerja

selama 8 jam dengan keterpaparan getaran 8 m/s2 bekerja setiap harinya. Hal

ini dikarenakan posisi pekerjaannya yang menghendaki dia terpapar getaran

setiap harinya.

Bila dikaji lebih jauh dapat diprediksikan pekerja tersebut akan terpapar

getaran jenis tool-hand vibration, jika pekerjaan ini dilakukan terus menerus

maka akan berdampak pada gangguan kesehatan seperti kelainan kerusakan

pada persendian tulang sedangkan pada efek vascular pemucatan episodic

pada kuku jari ujung yang bertambah parah saat suhu dingin (fenomen

raynand) dan efek neorologik-kuku jari ujung mengalami kesemutan total dan

baal. Gangguan lain juga dapat berupa gangguan kenikmatan dalam bekerja

karena adanya proses pembentukan asam laktat yang memicu kelelahan cepat

terjadi. Metabolisme dalam tubuh dan sel serta saraf ikut mengalami

perubahan yang cukup signifikan dilakukan oleh penderita yang terpapar.

Kemungkinan lain adalah adanya factor tambahan dari segi umur dimana

pekerja memiliki umur 35 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan

tubuh dalam merespon dan meregenerasi dapat mengalami penurunan jika

pekerjaan ini dilakukan secara terus menerus dengan intensitas pemaparan

yang relative lama.

b. Kasus pada Pekerja Operator Dump Truck

Pada studi kasus kedua Pekerja Operator Dump Truck terpapar getaran

melebihi standar NAB yaitu 4m/s2 selama kurang dari 8 jam, sementara dia

bekerja selama 8 jam dengan keterpaparan getaran 6 m/s2 bekerja setiap

harinya. Hal ini dikarenakan posisi pekerjaannya yang menghendaki dia

terpapar getaran setiap harinya.

Jika ditunjau lebih jauh dapat diprediksikan pekerja tersebut akan terpapar

getaran jenis whole body vibration hal ini akan menyebabkan terjadinya

Page 17: TPUS GETARAN

gangguan kesehatan pada dada dan perut, bagian kepala dan rahang

sedangkan untuk jangka panjangnya pekerja akan mengalami osteoatritis pada

tulang belakang. Gangguan lain dapat juga brupa gangguan kenikmatan dalam

bekerja karena adanya proses pembentukan asam laktat yang memicu

kelelahan cepat terjadi. Metabolism dalam tubuh dan sel serta syaraf ikut

mengalami perubahan yang cukup signifikan dirasakan oleh penderita yang

terpapar.

Kemungkinan lain adalah adanya factor tambahan dari segi umur dimana

pekerja memiliki umur 35 tahun, hal ini mengindikasikan kemampuan tubuh

dalam merespondan meregenerasi telah mengalami penurunan.

Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran adalah

sebagai berikut :

a. Pengendalian Secara Teknis

1) Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya

(dilengkapi dengan damping/peredam).

2) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat,

misalnya membalut pegangan alat dengan karet.

3) Memelihara/merawat peralatan dengan baik.

Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberikan

pelumasan.

4) Meletakan peralatan dengan teratur.

Page 18: TPUS GETARAN

Alat yang diletakan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat

menimbulkan getaran di sekelilingnya.

5) Menggunakan remote kontrol

Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan

dari jauh.

b. Pengendalian Secara Administratif

Yaitu dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan:

1) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang

dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang

ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah

seseorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C.

A B C A B C A B C

2) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang

berlaku.

c. Pengendalian Secara Medis

Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun

sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang

diambil adalah 2-3 tahun sekali.

d. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung

tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).

Page 19: TPUS GETARAN

Emil Salim. 2002. Green Company. Jakarta : PT Astra Internasional Tbk.

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC.

Harrington, J. M. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.

Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Suma’mur, P. K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung.

Wijaya, C. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC.