38
i TRADISI MALAM TUJUH LIKUR ( 27 RAMADHAN ) DI KAMPUNG TANDA HULU DAIK LINGGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata I Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Oleh : FINA YURIANI NIM : 100569201150 PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

TRADISI MALAM TUJUH LIKUR ( 27 RAMADHAN ) DI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku,bangsa,

Embed Size (px)

Citation preview

i

TRADISI MALAM TUJUH LIKUR ( 27 RAMADHAN )

DI KAMPUNG TANDA HULU DAIK LINGGA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Starata I

Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji

Oleh :

FINA YURIANI

NIM : 100569201150

PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………….. ……... ii

ABSTRAK…………………………………………………………………. iii

ABSTRACK………………………………………………………………... iv

TRADISI MALAM TUJUH LIKUR (27 RAMADHAN ) DI KAMPUNG

TANDA HULU DAIK LINGGA

Pendahuluan

A. Latar belakang…………………………………………………...... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….... 5

C. Tujuan dan Manfaat penelitian……….………………………….... 5

1. Tujuan……………………………………………………………… 5

2. Manfaat....…………………………………………………………. 5

D. Konsep Operasional…………………………..……………………. 6

E. Metode Penelitian………………………………….………………. 7

1. Jenis penelitian…………………………...………………………… 7

2. Lokasi penelitian…………………………………………...……....8

3. Jenis data…………………………………………………………… 8

4. Populasi dan sampel………………………………………………... 9

5. Teknik dan alat pengumpulan data………………………………... 9

6. Teknik analisa data………………………………………...………. 11

F. Kerangka Teoritis……………………..………………………...... 12

G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………..... 23

H. Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………………. 24

I. Penutup……………………...……………………………………... 31

Daftar Pustaka

iii

ABSTRAK

Malam Tujuh Likur merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat islam

di Daik Lingga khususnya masyarakat Desa Tanda Hulu yang dilakukan pada

bulan Ramadhan. Tradisi malam Tujuh Likur sebagai media komunikasi sosial

merupakan cara interaksi antar individu atau warga, dimana interkasi yang terjadi

berupa perekat hubungan sosial. Prilaku tradisi malam tujuh likur berfungsi untuk

mempetahankan solidariatas masyarakat. Permasalahannya yaitu mengapa malam

tujuh likur tetap radisi yang terus menciptakan solidaritas sosial di masyarakat

Tanda Hulu ? Tujuan penelitian untuk mengetahui alasan bahwa rutinitas acara

malam tujuh likur mampu menciptakan solidaritas sosial di masyarakat Tanda

Hulu. Permasalahan ynag terjadi dilihat dengan menggunakan teori

interaksionisme simbolik yang diungkapkan oleh Blumer.

Penelitian ini termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif. Pada

penelitian kualitatif menjelaskan tentang keadaan fakta fakta yang ada

dilapangan yaitu pembahasan tentang budaya yang ada di Daik Lingga.

Pengumpulan data data dilakukan dengan metode observasi adalah pengamatan

langsung dilokasi penelitian, observasi diklafikasikan menadi dua cara yaitu

berperan serta dan tidak berperan serta. Wawancara mendalam merupakan suatu

cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka

dengan informan, dan dukumentasi digunakan sebagai penunjang penelitian

penuls, dimana dalam dukumentasi ini dapat dilihat mengabadikan gambar

dilokasi penelitian.

Adapun hasil temuan menunjukkan bahwa tradisi malam tujuh likur yang

dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tanda Hulu merupakan sebuah media

komunikasi sosila yang mampu mempertahankan solidaritas sosial masyarakat

yang menjalankan tradisi tersebut. Solidaritas yang terbentuk dari kegiatan

membangun gerbang adalah tolong menolong dan gotong royong antar warga,

dalam bentuk prilaku individu dalm melaksanakan tindakan sosial. Tradisi malam

tujuh likur sebagai media komunikasi sosial meruupakan cara interaksi antar

individu atau warga dimana interaksi yang terjadi berupa perekat hubungan

soosial, sebagai media forum silaturrahmi meningkatkan kekeluargaan antar

warga dusun, sebagai media mengirimkan doa kepada Allah SWT dan sebagai

media berbagi rizki makanan.

Kata Kunci : Budaya Tujuh Likur

iv

ABSTRACT

Seven hours Likur is a tradition carried out by the Islamic community in Daik

Lingga village community especially Signs Hulu performed during Ramadan.

Seven nights Likur tradition as a means of social communication is a way of

interaction between individuals or citizens, wherein the adhesive interactions that

occur in the form of social relations. Behaviour tradition and night seven likur

solidariatas serves to defend society. The problem is why the night seven likur

remain a tradition that continues to create social solidarity in society Hulu Signs?

The aim of research to find out the reasons that routine evening shows seven likur

able to create social solidarity in society Hulu Signs. Problems occur ynag seen

using symbolic interactionism theory expressed by Blumer.

This research includes studies with a qualitative approach. In a qualitative

study describes the state of facts that exist in the field, namely discussion of

culture in Daik Lingga. The data collection of data is done by observation method

is direct observation of the location of research, observation diklafikasikan

menadi two ways to participate and do not participate. In-depth interview is a

way to collect data or information by means of direct face to face with the

informant, and used to support research and document penuls, which can be seen

in and document capture images of location research.

The findings indicate that the tradition and night seven likur performed by

villagers in Hulu Signs is a communication medium sosila capable of maintaining

social solidarity that runs the tradition. Solidarity formed of activity is helping to

build gates and mutual cooperation between citizens, in the form of individual

behavior preformance implement social actions. Tradition and night seven likur

as social communication media meruupakan way interaction between individuals

or citizens where the interaction that occurs in the form of adhesive soosial

relationship, as the media forum silaturrahmi increase familiarity among the

villagers, as the media send a prayer to God and as a medium for sharing rizki

food.

Keywords: Culture Seven Likur

1

TRADISI MALAM TUJUH LIKUR (27 RAMADHAN ) DI KAMPUNG

TANDA HULU DAIK LINGGA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tradisi adalah objek kultural sistem makna atau ide yang diteruskan dari masa

lalu ke generasi berikutnya. Tradisi sebagai makna, dipertahankan oleh setiap

anggota masyarakat dan dikomunikasikan dari satu generasi kepada yang lain

dalam rantai makna yang meliputi kebiasaan-kebiasaan untuk melakukan sesuatu.

Tradisi ini dialami oleh setiap anggota masyarakat secara individual melalui

proses sosialisasi, sebagai sesuatu yang tetap bertahan, tidak pernah berubah,

dalam periode waktu tertentu.

Kebudayaan adalah suatu fenomena universal.Setiap masyarakat bangsa di

dunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk dan coraknya berbeda-beda dari

masyarakat yang satu ke masyarakat lainnya. Kebudayaan secara jelas

menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku,bangsa, dan ras.

Namun manusia dan kebudayaan pada dasarnya berhubungan secara dialektis.Ada

interaksi kreatif antara manusia dan kebudayaan.

Komunikasi sosial sebagaimana dijelaskan Astrid (dalam Bungin, 2011: 32)

merupakan salahsatu bentuk komunikasi yang lebih intensif, di mana komunikasi

terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi

komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu

situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai

masalah yang dibahas.

2

Salah satu tradisi masyarakat Kabupaten Lingga yang dilaksanakan pada

setiap malam 27 Ramadhan adalah Malam Tujuh Likur.Tradisi malam tujuh likur

adalah tradisi yang dilakukan oleh warga secara rutin setahun sekali dalam bulan

Ramadhan yaitu tepatnya pada tanggal 27 Ramadhan. Malam 27 Ramadhan

dianggap masyarakat Daik Lingga sebagai malam yang suci, masyarakat Daik

memasang pelita di sekeliling rumah mereka, pelita tersebut dipasang di tiap tiap

jendela yang menggelilingi rumah, dipasang berderet mengikuti panjang jalan,

serta dipasang ditiap tiap gerbang yang dibuat menyerupai masjid.Masyarakat

mempercayai bahwa malam Tujuh Likur ini malam turunnya Lailatul Qadar. Jadi

setiap rumah harus terang benderang, supaya Lailatul Qadar bisa masuk kedalam

rumah jika rumah kita terang., kegiatan malam tujuh likur dilaksanakan dengan

memasang pelita atau lebih dikenal dengan lampu colok.

Pelita (lampu colok) adalah salah satu alat penerangan yang dipakai nenek

moyang dahulu pada saat listrik belum dikenal, lampu ini menggunakan bahan

bakar minyak tanah yang dibuat sedemikan rupa.sedangkan tradisi yang biasa

dilakukan oleh pemuda - pemuda setempat ialah membuat beberapa pintu gerbang

sebagai kerangka untuk menyusun lampu- lampu tersebut. Susunan tersebut

membentuk berbagai macam formasi seperti memanjang, melingkar dan

membentuk pola masjid yang dibuat dalam bentuk gerbang.pemasangan lampu

colok biasanya dimulai pada 21 hari bulan ramadhan yang disebut malam Satu

Likur hingga pada malam 27 Ramadhan atau sering disebut dengan Tujuh Likur.

Malam Tujuh Likur di Daik dimeriahkan dan dirayakan dengan bermacam-

macam kegiatan seperti membuat makanan lalu diantarkan di mesjid untuk

3

dibacakan doa. Setelah itu mereka beramai-ramai datang bersilaturahmi dari

gerbang ke gerbang yang lain. Selain membuat makanan untuk diantarkan di

Mesjid, warga juga membuat makanan untuk diletakkan di masing-masing

gerbang. Karena disetiap gerbang juga ada acara doa selamat digerbang tersebut

pada malam Tujuh Likur.

Setiap masyarakat yang datang berkunjung untuk melihat gerbang bisa

mencicipi makanan yang sudah disediakan.Makanan ini di buat disetiap gerbang

guna untuk mempererat silaturahmi, bersyukur dan berbagi rezeki diantara

masyarakat.Setiap orang yang datang untuk melihat gerbang-gerbang disetiap

kampung, selalu disambut dengan baik oleh penjaga gerbang. Membuat makanan

untuk diantarkan di gerbang tersebut awal mulanya tahun 90-an berkembanglah

hingga sekarang.

Setiap manusia senantiasa saling berinteraksiantar individu dengan individu

lainnya dalammasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Media yang

digunakan dalam berinteraksi sosialdalam masyarakat dikenal sebagai

mediakomunikasi sosial.Konsep media sebagai komunikasisosial dalam penelitian

ini lebih mengacu pada fungsisosial daripada bentuk fisik media itu sendiri.

Media komunikasi sosial yaitu di dalam masyarakat diperlukan hubungan atau

relasi.Untuk itu masyarakat memerlukan landasan material untukmelakukan

kegiatan dengan menggunakan alat transformasi, serta landasan spiritual, untuk

mengadakan komunikasi dengan menggunakan bahasa dan isyarat. Transformasi

dan informasi, merupakan mekanisme yang memungkinkan komunikasi dan relasi

berlangsung lancar.

4

Media komunikasi sosial tradisional merupakan saluran komunikasi yang

secara asli (indegenuous media) telahada dan digunakan dalam kehidupan sosial

masyarakat.Kedua, bahwa titik berat media komunikasi pada kemampuan dan

fungsinya sebagaihiburan, informasi bukan pada bentuk fisik darimedia tersebut.

Dengan kata lain, sebelum media massa hadir ditengah masyarakat sebagai

pranata sosial yangberfungsi informatif, bukan berarti masyarakat tidakmemiliki

saluran komunikasi dalam kehidupansosial. Pada masa itu fungsi-fungsi

informatif masihnumpang pada pranata-pranata sosial lain yangmemungkinkan

adanya interaksi satu sama lainsemisal, pasar, tempat ritual bahkan komunitas.

Di dalam Tujuh Likur terdapat unsur unsur Komunikasi sosial, komunikasi

sosial yang terjadi berupa segala bentuk dari interaksi interaksi

masyarakat.Sehingga Tujuh Likur merupakan sebuah tradisi yang selalu

menggunakan komunikasi sosial, komunikasi tersebut yang melahirkan segala

kedekatan masyarakat sehingga mampu menimbulkan sebuah solidaritas sosial

apabila nantinya pada acara Tujuh Likur dilakukan dengan dasar kesadaran dari

individu itu sendiri.

Pada akhirnya menumbuhkan kembali solidaritas sosial. Karena solidaritas

sosial adalah kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok danmerupakan

suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok didasarkan pada perasaan

moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat pengalaman

emosional bersama.Upaya memelihara solidaritas sosial tidaklahsemudah yang

dibayangkan, karena solidaritas sosialakan terus berkembang menuju kehidupan

sosialyang modern.Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

5

penelitian tentang masalah tersebut dengan mengambil judul :TRADISI MALAM

TUJUH LIKUR( 27 RAMADHAN ) di Kampung Tanda Hulu Daik Lingga.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan

masalah yang akan diteliti yaitu mengapa malam Tujuh Likur tetap menjadi tradisi

yang terus menciptakan solidaritas sosialdi masyarakat Tanda Hulu ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN

1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan bahwa rutunitas acara

malam Tujuh Likur yang masih dilaksanakan oleh masyarakat sebagai media

interaksi dan komunikasi sosial mampu menciptakan solidaritas sosialdi

masyarakat Tanda Hulu.

2. Kegunaan

Adapun manfaat yang diharapakan sehubungan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengembangan ilmu bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa sosiologi

serta acuan informasi dalam penelitian berikutnya dan juga menjadi

referensi pustaka bagi pemenuhan kebutuhan penelitian lanjutan.

2. Kegunaan praktis

6

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran serta dapat membantu sebagai bahan pengetahuan tentang tradisi

pada malam Tujuh Likur.

D. KONSEP OPERASIONAL

Dalam sebuah penelitian, konsep operasional sangat diperlukan, fungsinya

agar mempermudah, memfokoskan penelitian serta sebagai panduan bagi peneliti

untuk menindaklanjuti kasus tersebut dan menghindari kekacauan akibat

kesalahan penafsiran dalam penelitian.Beberapa konsep yang dioperasionalkan

adalah :

1. Simbol simbol yang ada pada malam Tuuh likur yaitu sebagai berikut:

a. Pelita yang dimaksud yaitu lampu yang di buat dengan menggunakan

kaleng/ botol bekas dengan memakai sumbu dari kain bekas dan bahan

bakar menggunakan minyak tanah, Pemasangan pelita di pasang secara

berurutan mulai 1 biji ( 21 ramadhan) yang dimaksud yaitu mulai dari

malam 21 ramadhan masyarakat secara perlahan lahan akan mengalami

kejayaan yang puncaknya akan dirasakan pada malam 27 ramadhan yaitu

malam 7 likur.

b. Membangun gerbang yang dimaksud yaitu membuat sebuah bangunan

yang berbentuk masjid yang di hias secantik mungkin menggunakan

kertas warna warni, yang pada malam harinya akan diterangi dengan

pelita.

c. Berdoa dan makan bersama sama di bawah gerbang yang dimaksud yaitu,

pada malam tujuh likur masyarakat diundang makan bersama sama yang

7

dilakukan dibawah gerbang dibuka dengan pembacaan doa.Tetanga yang

satu mendatangi rumah tetangga yang lain untuk mencicipi makanan yang

dimaksud yaitu bagi masyarakat yang tidak bisa mengahadiri makan

bersama sama di bawah gerbang bisa mendatangi rumah para tetangga

untuk mencicipi makanan yang dibuat pada malam tersebut.

d. Tradisi yang dimaksud adalah sebuah rutinitas malam Tujuh Likur yang

diperingati setiap malam 27 Ramadhan yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Tanda Hulu yang berasal dari budaya nenek moyang terdahulu.

e. Malam Tujuh Likur (27 Ramadhan) merupakan malam yang diyakini

oleh masyarakat desa Tanda Hulu sebagai malam yang sakral yang

dimeriahkan dengan tradisi membuat gerbang, memasang lampu pelita

disetiap gerbang, makan makan d bawah gerbang, membaca doa selamat,

serta bersilahturarahmi ke rumah tetangga.

2. Makna merupakan suatu hal yang terdapat pada malam tujuh likur yang

dianggap oleh masyarakatt desa Tanda Hulu mengandung arti tersendiri

sehingga makna pada symbol symbol yang dipercayai oleh masyarakat desa

Tanda Hulu terhadap acara malam Tujuh Likur menciptakan komunikasi

sosial dan memperkuat solidaritas masyarakat.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Dalam penelitian kualitatif seringkali berupa kata kata dan

tindakan tindakan tindakan orang dan karena itu memerlukan metode yang

8

memungkinkan peneliti untuk menagkap bahasa dan prilaku (Ahmadi, 2005:

6).

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lingga Kecamatan Lingga

Kelurahan Daik Kampung Tanda Hulu RW 3.Alasan peneliti mengambil

lokasi ini karena di Kelurahan Daik RW 3 kampung Tanda Hulu ini

tradisinya sangat unik.Masyarakat Kelurahan Daik RW 3 Kampung Tanda

Hulu juga membuat gerbang di setiap perbatasan kampung untuk merayakan

tradisi malam Tujuh Likur tersebut. Yang lebih uniknya lagi pada malam

Tujuh Likur ini masyarakat RW 3 ini juga membuat makanan di setiap

gerbang, selesai sholat masyarakat berdatangan untuk makan bersama sama

dibawah gerbang tersebut, warga juga berkunjung di setiap rumah tetangga

untuk bemaaf maafan, adanya baca doa selamat di bawah gerbang, dengan

adanya hal hal unik yang terjadi pada acara malam Tujuh Likur tersebut

membuat lokasi ini dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian.

3. Jenis data

Sumber data atau informasi yang dibutuhkan untuk menjawab

permasalahan penelitian ini, dibedakan menurut dua jenis data yaitu:

a. Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari

informan melalui wawancara dan observasi.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan penggunaan bantuan

layanan internet, media massa, dan buku.

9

4. Populasi dan sampel

Sesuai dengan jenis penelitian bahwa penelitian kualitatif tidak

menggunakan pendekatan populasi, tetapi masih mengenal istilah sampel.

Sampel dalam penelitian yang kualitatif lebih kepada pendekatan secara

intensif ke informan yang akan dijadikan sebagai sumber data dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini informan merupakan subjek yang

menjadi sumber peneliti dalam mendapatkan informasi sebagai data yang

diperlukan sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan peneliti.Penentuan

informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu dipilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2009:216). Informan

dalam penelitian ini yaitu 10 orang masyarakat Tanda Hulu dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Masyarakat yang setiap tahunnya selalu mengikuti dalam acara

tersebut.

2. Dari tokoh adat karena di anggap lebih mengetahui tentang kebudayaan

malam Tujuh Likur

3. Dari tokoh agama karena tradisi tersebut bersumber dari ajaran agama

5. Teknik dan alat pengumpulan data

Data dalam penelitian kualitatif hampir dipastikan berbentuk kata-kata,

meskipun data mentahnya bisa berbentuk benda-benda, foto, figur manusia

(Irawan, 2006:67).Pengumpulan data adalah segala kegiatan yang dilakukan

dalam usaha mengumpulkan data-data atau informasi yang menunjang

penelitian diantaranya pengetahuan mengenai permasalahan dan data yang

10

berhubungan dengan latar belakang informan terhadap penelitian.Adapun

teknik dan alat pengumpul data yaitu berupa wawancara mendalam,

observasi dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung di lokasi penelitian, observasi

diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan tidak

berperan serta.Dalam penelitian ini yang diamati tentunya adalah

masyarakat pada malam tujuh likur serta interaksi antar sesama

masyarakat pada malam tujuh likur tersebut. Selain itu, yang menjadi

pengamatan peneliti adalah mengapa tradisi malam tujuh likur masih

bertahan sampai sekarang.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau

informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan

maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti.

Wawancara mendalam dilakukan secara langsung dan berulang-

ulang.Wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan

instrument penelitian berupa interview guide.Interview guide berisikan

daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka yang digunakan untuk menjadikan

wawancara yang dilakukan agar lebih terarah bertujuan menggali

informasi yang akurat dari informan.

11

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai penunjang penelitian penulis, dimana

dalam dokumentasi ini dapat melihat, mengabadikan gambar dilokasi

penelitian.Selain itu dokumentasi juga digunakan untuk mengumpulkan

data-data yang berbentuk catatan berupa hasil-hasil wawancara, serta

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

6. Teknik analisa data

Bugdan dan Biklen (Moleong, 2006 : 248) mengenai analisis data kualitatif

mengungkapkan sebagai berikut : “Analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola,mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang di pelajari, dan memutuskan apa yang

dapat di ceritakan kepada orang lain.

a. Mengorganisasikan data

Yang dimaksud adalah data data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara , dan dukumentasi yang dicatat dalam cacatan lapangan yang

berisi tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan juga temuan

tentang apa saja yang dijumpai selama penelitian.

b. Memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola

Suatu proses dimana peneliti melakukan pemilihan dan penyerderhanaan

data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan proses transformasi data,

yaitu perubahan data yang dari awal bersifat kasar menjadi data bersifat

12

halus dan siap pakai setelah dilakukan penyeleksian dengan membuang

data yang tidak diperlukan.

c. Mensintesikan sekumpulan informasi

Diskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian

dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun

secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami.

d. Memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

Tahap ini disebut dengan penarikan kesimpulan menyangkut interprestasi

peneliti, yaitu penggambaran makna dari data yang ditampilkan.Penarikan

kesimpulan merupakan usaha untuk mencari atau memahami data yang

diperoleh.

F. KERANGKA TEORITIS

1. TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang

dikenal dengan nama interaksionist prespektive. Di antara berbagai pendekatan

yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang

dikenal dengan nama interaksionosme simbolik (symbolic interactionism).

Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata

interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan ini ialah interaksi

sosial; kata simbolik mengacu pada penggunaan symbol simbol dalam

interaksi(kamanto, 2004 : 35)

Pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga; yang pertama ialah bahwa

manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna yang dipunyai

13

sesuatu baginya. Dengandemikian tindakan (act) seorang penganut agama Hindu

di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan seorang

penganut agama islam di Pakistan, karena bagi masing-masing orang tersebut sapi

tersebut mempunyai makna (meaning) yang berbeda .(kumanto, 2004 : 36)

Bagi Blumer (Wardi Bachtiar 2006: 249) interaksionisme sombolis bertumpu

pada tiga premis yaitu:

4. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna makna yang

ada pada sesuatu itu bagi mereka.

5. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain

6. Makna tersebut disempurnakan di saat proses proses interaksi sosial

berlangsung.

Inteaksionnisme simbolis yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah

root images atau ide ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut :

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling

bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagaia

organisasi atau struktur sosial

2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan

kegiatan manusia lain. Interaksi interaksi non simbolis mencakup stimulus –

respon yang sederhana, seperti hanya untuk membersihkan tenggorokan

seseorang. Interaksi simbolis mencakup penafsiran tindakan. Bila dalam

pembicaraan seseorang pura pura batuk ketika tidak setuju dengana pokok

pokok yang diajukan oleh si pembicara, batuk tersebut menjadi suatu symbol

14

yang berarti, yang dipakai untuk penolakan. Bahasa tentu saja merupakan

symbol berarti paling umum.

3. Objek objek tidak mempunyai makna interinsik makna lebih merupakan

produk interaksi simbolis. Objek objek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

katagori yang luas yaitu :

a. Objek fisik seperti meja, tanaman atau mobil

b. Objek sosial seperti ibu guru, menteri atau teman.

c. Objek obstrak seperti nilai nilai, hak hak, peraturan.

Blumer membatasi objek sebagai segala sesuatu yang berlainan

dengannya.Dunia objek diciptakan, disetujui, ditransformir dan dikesampingkan,

lewat interaksi simbolis.Ilustrasi peranan makna yang diterapkan kepada objek

fisik dapat dilihat dalam perlakuan yang berbeda terhadap sapi di Amerika dapat

diartikan makanan, sedang diindia sapi dianggap sakral.Bila dilihat dari perspektif

lintas cultural, objek objek fisik yang maknanya kita ambil begitu saja bisa

dianggap terbentuk secara sosial.

4. Manusia tidak hanya mengenal objek ekternal, mereka dapat melihat dirinya

sebagai objek. Jadi seorang pemuda dapat melihat dirinya sebagai

mahasiswa, suami dan seorang yang baru saja menjadi ayah. Pandangan

terhadap diri sendiri ini sebagaimana dengan semua objek lahir di saat proses

interaksi sosial.

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia

sendiri.

15

6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota anggota

kelompok, hal ini disebut sebagai tindakan bersama yang dibatasi sebagai

organisasi sosial dan prilaku tindakan tindakan berbagai manusia ( Wardi

Bactiar, 2006: 250).

a. Interaksi Sosial

Disamping manusia disebut sebagai mahkluk sosial, manusia juga sering

disebut sebagai mahluk individu yang mempunyai keinginan untuk memperbaiki

dirinya sendiri sendiri, sedangkan dalam kategori mahluk sosial, manusia selalu

berkeinginan untuk melakukan interaksi dan hubungan dengan orang lain karena

akan timbul dalam diri manusia itu sendiri rasa untuk mencari orang lain untuk

berinteraksi.Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan

mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan pihak-pihak yang bersangkutan

melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar, ataupun melalui surat

kabar (Fahroni 2009: 11).

Penelitian sosial yang menggunakan metode interaksionisme simbolik adalah

penelitian yang dilakukan dengan tingkat kepedulian yang tinggi atas setiap gerak

interaksi sosial yang terjadi di tingkat mikro. Interaksionisme simbolik memiliki

substansi yaitu kehidupan masyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan

komunikasi antarindividual maupun antar kelompok dengan menggunakan simbol

simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar dan memberikan

tanggapan terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya dan dari luar dirinya

(Agus Salim, 2008 :18& 22).

16

Manusia hanya memiliki kapasitas umum untuk berpikir, kapasitas ini harus

dibentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial. Pandangan ini

menyebabkan teoritisi interaksionalisme simbolik memusatkan perhatian pada

bentuk bentuk interaksi sosial yakni sosialisasi.Kemanpuan manusia untuk

berpikir dikembangkan sejak dini dalam sosialisasi anak anak dan diperhalus

selama sosialisasi di masa dewasa. Teoritisi interaksionalisme simbolik

mempunyai pandangan mengenai proses sosialisasi yang berbeda dari pandangan

sebagian besar sosiolog lain (Ritzer, 2004 :290)

Makna dari simbol simbol memberi karakteristik yang khas pada tindakan

sosial(yang meliputi suatu akktor tunggal) dan interaksi sosial (yang meliputi dua

atau lebih actor yang terlibat di dalam tindakan sosial bersama) manusia.Tindakan

sosial adalah ketika individu bertindak bersama orang lain yang dipikirkan.

Dengan kata lain di dalam melaksanakan suatu tindakan, orang berusaha

mengukur sekaligus dampaknya pada actor actor lain yang terlibat. Meskipun

sering terlibat di dalam prilaku kebiasaan yang tidak berpikir panjang, orang

mempunyai kemampuan untuk terlibat didalam tindakan sosial.(Ritzer, 2012 :

631)

Di dalam proses interaksi sosial, orang mengomunikasikan secara simbolis

makna makna kepada kepada orang orang yang terlibat. Orang orang lain

menafsirkan symbol symbol itu mengorentasikan tindakan mereka, merespons

berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata lain, didalam interaksi sosial para

actor terlibat didalam suatu proses saling mempengaruhi. Christoper 2001 (dalam

17

Ritzer, 2012: 632) mengacu kepada interaksi sosial yang dinamis itu sebagai suatu

tarian yang melibatkan para partner tersebut.

Interaksi sosial sebagai berikut: “interaksi sosial merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan orang perorang antara

kelompok manusia.Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau

intersimulasi dan respon antar individu antar kelompok atau antar individu dan

kelompok (Syarifuddin, 2011: 87).Suatu interaksi merupakan hubungan timbal

balik antara seseorang dengan kelompoknya dalam suatu masyarakat.

Suatu interaksi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

bermasyarakat karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan kita sehari-

hari sangat membutuhkan bantuan dan pentunjuk dari orang lain, sehingga sangat

penting untuk melakukan suatu interkasi dengan kelompok yang ada dalam

masyarakat tersebut.Dalam suatu masyarakat diperlukan suatu interaksi karena

tanpa interaksi tersebut kita akan dijauhi oleh orang lain karena dianggap tidak

dapat beradaptasi dan berkomunikasi dalam menyampaikan sesuatu.

b. Komunikasi

Komunikasi sosial sebagaimana dijelaskan Astrid (dalam Bungin )merupakan

salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, di mana komunikasi terjadi

secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi

berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi

integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah

yang dibahas.

18

Sebagaimana pendapat tersebut menjelaskan bahwa komunikasi sosial sebagai

suatuproses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas sosial,tertib sosial,

penerusan nilai-nilai lama yang dilestarikan oleh suatu masyarakat

melaluikomunikasi sosial kesadaran masyarakat dipupuk, dibina, dan diperluas.

Melalui komunikasi sosial masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus.

Sehingga dalam proses komunikasi sosial dapat terjadi adanya kontak sosial

(sosial contact).

Komunikasi sosial, dijelaskan oleh pendapat David Sholle (dalam Machmud,

2011: 61) mengatakan bahwa media menciptakan suatu cara untuk memandang,

suatu metode untuk mengatur dan menilai, suatu sarana untuk seleksi dan rujukan

yang merupakan ranah yang dapat didiskusikan, dan sebagai akibatnya media

menghasilkan suatu ranah pengetahuan yang kompleks dari posisi subjek yang

berhubungan dengan ranah tersebut.

Setiap individu atau masyarakat dalam melakukan proses penyampaian pesan,

boleh dilakukan dengan menggunakan komunikasi lisan atau bukanlisan.

Komunikasi lisan sebagai proses penyampaian pesan yang dilakukan dengan

menggunakan kata atau kalimat yang dilakukan dalam bentuk percakapan,

perbincangan ata forum yang melibatkan interaksi dua arah (Machmud, 2011: 38).

Selain itu menurut Mulyana (dalam Machmud, 2011: 68) komunikasi

memiliki 4 (empat) fungsi: pertama, sebagai fungsi sosial, fungsi ini

menekankan kepada eksperesi individu, kedua, sebagai fungsi ekspresif,

komunikasi ini dapat dilakukan secara individu atau berkelompok, dan ketiga,

fungsi ritual, fungsi ini biasanya dilakukan secara kolektif, dimana kelompok

19

masyarakat selalu melakukan upacara- upacara, dimana kegiatan upacara

dilakukan selalu meng-gunakan perilaku-perilaku simbolik, dan keempat,

komunikasi sebagai fungsi instrumental yang memiliki beberapa tujuan umum,

seperti memberi informasi, mengajar, mendorong mengubah sikap dan keyakinan.

Media komunikasi sosial pada masyaraka tsangat berperan untuk menjaga

tertib sosial, penerus nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh suatu

masyarakat serta melalui media komunikasi sosial kesadaran masyarakat akan

dapat dipupuk dan diperluas. Sangat sedikit literatur yang secara spesifik

menjelaskan konsep media komunikasi sosial.Kebanyakan para sarjana hanya

mengklasifikasikanmedia secara dikotomis, itu pun diukur dariteknologi, luas

lingkup atau dari salurankomunikasinya. Sebelum media berkembang menjadi

interaktif, Rogers membedakan komunikasiatas saluran komunikasi

interpersonal dankomunikasi massa. Sedang pembedaan yang umum digunakan

antara lain media tradisional – media modern, media mikro – media makro,

media rakyat – media massa (Yuliarso, 1997: 55).

c. Simbol-simbol

Penjelsan tentang simbol ini juga dipertegas oleh White, makna atau simbol

hanya dapat ditangkap melalui cara nonsensoris; melaui cara simbolik. Sebagai

contoh: makana suatu warna tergantung kepada mereka yang menggunakannya.

Warna merah, misalnya, dapat berarti berani (“merah berarti berani, dan putih

suci”), dapat berarti komunis (“kaum merah”).Warna putih dapat berarti suci,

dapat berarti berkabung (pada orang Tionghoa), dapat pula berarti menyerah.

Makna-makna tersebut tidak dapat ditangkap dengan pancaindera; sebagaimana

20

telah dikemukakan White, makna-makna tersebut tidak ada kaitannya dengan

sifat-sifat yang secara intrinsik terdapat pada warna( kumanto, 2004 : 36).

Dalam hemat penulis, simbol merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakatutamanya dalam masyarakat multi etnik, terutama dalam

melakukan interaksi antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya.

Suatu simbol menjadi penting karena dapat membuat manusia dalam melakukan

sesuatu akan sungguh-sungguh dan berfikir secara manusiawi.

Dalam melakukan suatu tindakan sosial seseorang akan selalu

mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap orang lain. Dengan kata

lain, dalam melakukan suatu tindakan sosial manusia akan memikirkan dampak

negatif ataupun positif dari tindakan yang iya lakukan terhadap orang yang terlibat

dalam tindakan tersebut.

Di samping kegunaan yang bersifat umum, simbol-simbol pada umumnya dan

bahasa pada khususnya mempunyai sejumlah fungsi, antara lain:

a. Simbol-simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia

material dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat

kategori, dan mengingat obyek-obyek yang mereka temukan di mana saja.

Dalam hal ini bahasa mempunyai peran yang sangat penting.

b. Simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk memahami

lingkungannya

c. simbol-simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir. Dalam

arti ini, berfikir dapat dianggap sebagai simbolik dengan diri sendiri.

21

d. Simbol-simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memecahkan

persoalan. Binatang coba memecahkan masalah dengan trial and error,

sedangkan manusia biasa berfikir dengan menggunakan simbol-simbol

sebelum melakukan pilihan-pilihan dalam melakukan sesuatu.

e. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensiari segi

waktu, tempat, dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-

simbol manusia bisa membayangkan bagaimana hidup di masa lampau atau

akan datang. Mereka juga bisa membayangkan tentang diri mereka sendiri

berdasarkan pandangan orang lain.

f. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataan-

kenyataan metafisis seperti surga atau neraka.

g. Simbol-simbol memungkinkan manusia tidak diperbudak oleh lingkungannya.

Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan dirinya kepada

sesuatu yang mereka perbuat (Raho, 2007 : 110)

Kehidupan masyarakat Sunda dan masyarakat Batak. Masyarakat Sunda

menganggap bahwa orang Batak itu sanagat kasar dalam berbicara, bagi

masyarakat Batak merasa bahwa tindakan yang mereka lakukan merupakan suatu

keberanian dan sifat terang-terangan atau terbuka apa adanya, malahan mereka

menganggap bahwa orang Sunda tertutup dan lemah dalam melakukan suatu

tindakan. Ini adalah fenomena dalam masyarakat yang berbeda kultur karena

masing-masing mempunyai kebiasaan, sehingga perlu kita memahami simbol-

simbol budaya maupun bahasa agar kita saling memahami perbedaan.

22

Masih dalam buku Teori Sosiologi Modern yang ditulis oleh Bernard Raho,

dijelaskan bahwa simbol-simbol yang mempunyai arti tersebut bisa berbentuk

gerak-gerik fisik (gesture) tetapi bisa juga dalam bentuk bahasa. Kemampuan

untuk menciptakan dan menggunakan bahasa merupakan hal yang dapat

membedakan manusia dari binatang. Bahasa memampukan kita untuk

menanggapi bukan hanya simbol-simbol yang berbentuk gerak-gerik tubuh

melainkan juga simbo-simbol yang berbentuk kata-kata. Misalnya, saya melihat

seorangteman menyeberang jalan raya padahal ada bus yang akan lewat dengan

kecepatan tinggi .saya tidak perlu berlari ke jalan raya dan menariknya keluar,

melainkan, saya bisa menggunakan simbol bahasa: “Lari cepat ada mobil yang

akan lewat.” Guna mempertahankankeberlangsungan suatu kehidupan sosial,

maka para aktor harus dapat menghayati simbol-simbol dengan arti yang sama.

Hal itu berarti bahwa mereka harus mengerti bahasa yang sama(Raho, 2007 : 100)

Menurut Karp dan Yoels (1979) dalam Kamanto Sunarto (2004), bahwa studi

sosiologi terhadap gerak tubuh dan isyarat tangan ini dinamakan

kenesics.Komunikasi nonverbal (nonverbal communication) atau bahasa tubuh

(bodylanguage), yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan

bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia, kita gunakan secara sadar

maupun tidak atau menyampaikan perasaan kepada orang lain.

23

G. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Kondisi Geografis Desa Tanda Hulu

Desa Tanda Hulu merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten

Lingga, Kecamatan Lingga Provinsi Kepulauan Riau yang luas wilayahnya

mencapai 5 hektar. Desa Tanda hulu terdiri atas 4 Rukun Tetangga yaitu RT 01

yang berada di Kampung Darat, RT 02 berada di Tanda Hilir, RT 03 jumlah

berada di Tanda Hulu, serta RT 04 berada di desa Seranggung. Desa Tanda Hulu

merupakan sebuah desa yang terletak di pusat Kabupaten Lingga, dimana desa

tersebut tidak hanya didiami oeh masyarakat lokal saja, namun banyak masyarakat

luar yang merupakan masyarakat yang berasal dari desa atau wilayah lain yang

mempunyai tujuan tertentuseperti bersekolah dan bekerja, sehingga menetap di

desa Tanda Hulu.

Masyarakat yang memilih bersekolah ke Daik Lingga dan tinggal di wilayah

Tanda Hulu dikarenakan tempat mereka tidak ada fasilitas sekolah yang lengkap,

serta mereka yang menetap untuk bekerja, baik itu yang ditugaskan oleh

pemerintah maupun yang bekerja di non pemerintah yang memilih mengontrak

atau mendiami kos kosan, karena bisa dikatakan wilayah Tanda Hulu telah banyak

di bangun rumah sewa yang disediakan untuk masyarakat luar yang mau

mendiami wilayah tersebut.

24

H. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Informan

Untuk menganalisa sebuah penelitian kualitatif informan dipilih oleh

peneliti, karena dianggap mampu memberikan informasi tentang masalah yang

akan diteliti. Adapun nama nama informan dalam penelitian ini yaitu: Bapak

Hamzah, Bapak H. Hasan, Bapak Sulaiman Atan yang merupakan tokoh

agama di desa Tanda Hulu, sedangkan pak Adam Ibrahim, Bapak Said Amit,

Bapak Azhari merupakan yang dianggap masyarakat sebagai tokoh adat, Ibu

Nurmadiah, Ibu Zita, Bapak Zahar, dan Bapak Lazuardi merupakan

masyarakat biasa.Sebelum peneliti membahas hasil dari analisa penelitian

maka terlebih dahulu peneliti akan menguraikan identitas informan, yang

menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanda Hulu

yang ditentukan berdasarkan umur, berdasarkan pendidikan, berdasarkan

jenis kelamin.

B. Pemaknaan Simbol Simbol dalam Mempertahankan Budaya Malam

Tujuh Likur (27 Ramadhan)

Keyakinan masyarakat untuk mempertahankan budaya malam Tujuh Likur

yaitu karena malam Tujuh Likur mempunyai makna yang khusus, apabila

tidak dilaksanakan maka masyarakat akan mendapat malapeta, kesialan

dalam hidup merupakan sebuah alasan budaya tersebut masih dipertahankan,

disamping itu karena masyarakat juga menggangap bahwa acara yang

dilaknakan pada malam tersebut merupakan acara yang penting, dikatakatan

penting karena tidak hanya masyarakat biasa yang harus melestarikan budaya

25

tersebut namun pejabat seperti bupati juga ikut berpatisipasi untuk

memeriahkan dalam pembukaan acara, tidak terlepas jugaperan dari tokoh

agama, tokoh adat serta tokoh masyarakat.

Kebudayaan malam Tujuh Likur merupakan suatu yang sangat berharga

bagi masyarakat desa Tanda Hulu sehingga masyarakat penuh keyakinan

untuk mempertahan budaya tersebut.Sesuatu yang berharga berarti dapat

dikatakan sesuatu yang mempunyai nilai.Nilai mempunyai fungsi memberi

petunjuk penting agar dapat memuaskan keinginan manusia dan memberi

arah demi tercapainya tujuan sosial kemasyarakatan. Perilaku seseorang

sangat dipengaruhi oleh nilai nilai yang dimilikinya, bila nilai itu baik maka

masyarakat dan individu akan mengulanginya, begitu juga sebaliknya,

apabila buruk maka akan dihindari. Setiap individu dapat mempunyai nilai

yang berbeda, demikian pula antara ras/ suku bangsa atau kelompok

masyarakat (Noorkasiani, 40 : 2009)

Malam Tujuh Likur mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat Tanda

Hulu. Masyarakat mengganggap bahwa nilai yang terkandung di dalam

kebudayaan malam tujuh likur mempunyai nilai yang positif seperti gotong

royong, kebersamaan, kekompakan, kerjasama, bersyukur atas segala rizki

yang didapat dengan doa selamat, berbagi kue sehingga masyarakat

mempunyai keyakinan untuk mempertahankan budaya tersebut. Yang tidak

terlepas dari berbagai alasan yang telah di ungkap oleh informan penelitian

diatas, keyakinan itu tumbuh karena makna yang terkandung dalam

kebudayaan tersebut, walaupun bisa dikatakan tidak semua masyarakat yang

26

mengetahui makna makna yang terkandung dalam simbol simbol Tujuh Likur

tersebut, namun mereka tetap memiliki keyakinan bahwa kebudayaan

tersebut mempunyai arti yang positif bagi mereka sendiri serta bagi

kehidupan mereka yang bermasyarakat, alasan lainnya yaitu keikutsertaan

para pemuka mayarakat, serta tujuan dari kebudayaan itu sendiri.

1. Makna Pelita, Membangun Gerbang, Makan Bersama Di Bawah

Gerbang Pada Malam Tujuh Likur.

Ketika manusia melakukan sebuah proses pemberian arti atau pemaknaan

maka hal tersebut menghasilkan sebuah simbol. Pada kebudayaan malam

tujuh likur yang rutinitas dilaksanakan setiap setahun sekali yaitu pada

malam 27 ramadhan tersebut terdapat simbol simbol yang mengandung

istilah tersendiri bagi masyarakat Daik Lingga khususnya masyarakat di desa

Tanda Hulu.

Makna yang terkandung pada kebudayaan tujuh likur tersebut dilihat dari

sisi agama yaitu untuk memyambut datangnya malam Lailatul Qadar, serta

berbagai simbol simbol yang di ungkapkan seperti :

1) Pelita mengandung makna melambangkan jiwa yang terang kembali

karena kite umat islam telah menjalankan ibadah pausa dan meminta

ampunan dosa, pada malam tujuh likur kita kembali kehati yang terang

benderang lagi.

2) Membangun gerbang, agar kita bisa membuat pondasi yang kuat lagi

dalam iman dan takwa kedepannya.

27

3) Berdoa dan Makan bersama dibawah gerbang, sebagai cara

mengirimkan doa kepada Allah agar dosa dosa kita sebelumnya

diampuni dan kite bersyukur kepada tuhan atas segala rizki yang

diberikan oleh tuhan.

4) Membuat gerbang dengan bentuk kubah masjid melambangkan bahwa

masjid adalah rumah Allah yang patut di agungkan oleh umat islam

Kebudayaan malam tujuh likur yang dilaksanakan oleh masyarakat

Tanda Hulu tidak bisa dilepaskan dari hubungan manusia dengan sang

pencipta yaitu Allah SWT. Dengan kebudayaan yang ada tidak hanya

menciptakan interaksi antara manusia dengan manusia saja, namun

interaksi antara manusia dengan tuhannya juga tidak terputuskan.

Kebudayaan yang dipertahankan oleh masyarakat merupakan unsur

dari adat yang memang telah dipegang teguh oleh masyarakat.Adat

merupakan gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,

norma, kebiasaan, yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini

tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak

tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku, sebuah tradisi yang

dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun mempunyai makna

tersendiri bagi adat yang mereka pegang teguh.

Masyarakat bertindak untuk melestarikan budaya malam tujuh likur

berdasarkan makna makna pada simbol yang diyakini tersebut, sehingga

budaya malam tujuh likur bisa bertahan sampai sekarang.Manusia

28

menciptakan simbol melalui pemberian nilai atau pemaknaan terhadap

sesuatu(baik berupa bunyi, kata, gerak tubuh, benda atau hal yang

lainnya). Melalui simbol ini manusia saling berkomunikasi. Sebuah

komunikasi akan berjalan lancar, apabila pihak yang terlibat menggunakan

simbol yang dapat dipahami secara bersama (Damsar, 2011 : 60-61).

Seperti tradisi pada malam tujuh likur tersebut masyarakat

menciptakan sebuah simbol terhadap sesuatu yang mereka anggap

mempunyai nilai yaitu berupa kata tujuh likur, serta benda yang gunakan

dalam acara tersebut. Pada saat acara tersebut masyarakat saling

berkomunikasi, acara tersebut tidak akan dapat berlangsung apabila tidak

terjalin komunikasi oleh karena itudengan menyakini makna dari simbol

simbol yang ada pada malam tujuh likur masyarakat terus setiap tahunnya

melakukan tindakan untuk melestarikan kebudayaan tersebut.

2. Makna Mampu Menciptakan Komunikasi Sosial Untuk Memperkuat

Solidaritas

Pada dasarnya semua prilaku tradisi lokal merupakan sebuah ajang

berkumpul dan berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat yang

mengikuti tradisi tersebut. Dan pada dasarnya adalah pada saat mereka

berkumpul dan berkomunikasi mereka merasa menjadi satu bagian dalam

komunitas tersebut sehingga akan terbentuk suatu komunikasi sosial antar

sesamanya.

Pada tradisi malam tujuh likur yang diselenggarakan oleh masyarakat

Tanda Hulu di Daik Lingga terdapat berbagai simbol simbol dalam acara

29

tersebut yang mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat desa Tanda

Hulu, simbol simbol tersebut tidak terlepas dari pemaknaan yang dulunya

berasal dari masyarakat terdahulu dan di yakini hingga saat ini oleh

masyarakat desa Tanda Hulu.

Tradisi malam Tujuh Likur yang masih dijalankan oleh masyarakat

Muslim di Desa Tanda Hulu, karena saat ini Tujuh Likur adalah sarana

bagi umat muslimuntuk berkumpul dan berdoa, serta dalam Tujuh

Likurada hal hal yang membuat masyarakat mau

menghadirinya,diantaranya sebagai cara sosialisasiwarga satu dengan

warga lainnya.

Hasil temuan data penelitian di atas menjelaskanbahwa prilaku tolong

menolong padacara tujuh likur merupakan bentuk solidaritas sosial yang

terjadipada masyarakat desa Tanda Hulu. Walaupun padamasa sekarang

ini masyarakat telah berpikir lebih modern dan saat orang semakin

disibukkan dengankegiatan masing-masing, sehingga waktubersosialisasi

dengan lingkungan semakin terbatas.

Blumer (Margaret, 2004 :269 ) manusia bukan hanya sebagai

organisme yang memberikan tanggapan, tetapi juga sebagai organisme

yang bertindak, yaitu organisme yang harus membentuk saluran bertindak

atas dasar apa yang dipertimbangkannya, daripada hanya memberikan

tanggapan pada beberapa faktor yang terdapat dalam organisasi.

Banyak orang tidak terbiasa lagi dengan hal-halseperti gotong

royong, kerja bakti, ronda dan semacam itu.Dan orang pun lebih

30

memilih hal yang bersifatpraktis. Akan tetapi pada masyarakat Desa

Tanda Hulu sebagai masyarakat desa transisi perilaku gotong royong

sebagai bentuk solidaritas mekanik ini masihtetap dipertahan, tolong

menolong ini dikarenakansecara rutinnya warga bertemu pada media

sebagaisarana komunikasi yakni pada bulan ramadhan banyak masyarakat

yang memenuhi masjid sehingga menjadi salah satu saranaberinteraksi,

bersosialisasi dengan tetangga dankerabat.

Masyarakat Desa Tanda Hulu tidak hanya memberikan tanggapan atas

apa yang akan dipersiapkan dalam acara tersebut, namun masyarakat

melakukan sebuah tindakan untuk membantu walaupun kesan seperti

repot dan ribet tentunya ada, tetapi hal ini punya nilai positif.

Yaitukekerabatan akan terasa lebih kental dan dekat.Solidaritas sosial

yang dibangun danberkembang pada warga dusun merupakansolidaritas

yang masih mempertahankan padaikatan keyakinan dan kekerabatan.

Tradisi terhadapkeyakinan yang masih terus dilestarikan oleh

wargadesa sampai sekarang ini, berupa tolong menolong dalam

keberlangsungan sebuah acara.Fenomena yang terjadi padakegiatan

malam tujuh likur sebagai mediakomunikasi sosial atau sarana interaksi

sosial antarwarga desa agar dapat mempertahankan solidaritas yang ada

31

I. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti, dapat dikemukakan

kesimpulan bahwa tradisi malam tujuh likur di desa Tanda Hulu merupakan

bentuk dari intraksi simbolik yang dipandang berdasarkan makna makna yang

terkandung pada acara tersebut sehingga masyarakat melakukan sebuah tindakan

diantaranya manusia bertindak terhadap susuatu berdasarkan makna pada acara

tersebut, makna tersebut berasal dari intraksi sosial, makna tersebut

disempurnakan saat proses interaksi berlangsung, adapun kesimpulan dalam

penelitian ini adalah :

1. Faktor yang mempengaruhi tradisi malam tujuh likur masih dilakukan dan

dilestarikan oleh masyarakat Daik Lingga khususnya masyarakat desa Tanda

Hulu karena keyakinan masyarakat atas makna yang terkandung dalam

kebudayaan tersebut, keikutsertaan para pemuka mayarakat, serta tujuan dari

kebudayaan itu sendiri. Lebih khususnya yaitu sebagai sarana mengumpulkan

warga dan menumbuhkan keakraban, kepedulian, dan saling berinteraksi dan

tradisi leluhur yang menumbuhkan hubungan antar individu melalui simbol-

simbol komunikasi dalam interpretasi dan perbuatan.

2. Tradisi malam tujuh likur sebagai media komunikasi sosial merupakan cara

interaksi antar individu atau warga, dimana interaksi yang terjadi berupa

perekat hubungan sosial, sebagai media forum silaturahmi meningkatkan

kekeluargaan antar warga dusun, sebagai media mengirimkan doa kepada

32

Allah SWT dan sebagai media berbagi rizki makanan.

3. Perilaku tradisi malam tujuh likur dapat berfungsi untuk mempertahankan

solidaritas sosial pada masyarakat. Solidaritas yang terbentuk dari kegiatan

membangun gerbang adalah tolong menolong dan gotong royong antar warga,

dalam bentuk perilaku individu dalam melaksanakan tindakan sosial, serta

bentuk solidaritas lainnya yaitu melakukan acara berdoa secara bersama sama

di bawah gerbang, gotong royong membuat lampu colok (pelita), Memberi

bantuan sumbangan berupa biaya dan minyak tanah untuk acara tersebut,

mendatangi rumah tetangga atau warga pada acara tersebut, masyrakat yang

tidak kenal saling berinteraksi dan berbaur untuk menghadiri acara tersebut

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian,dapat disampaikan beberapa

saran kepada parapihak tertentu sebagai berikut:

1. Tradisi malam tujuh likur yang sudah menjadi budaya hingga saat ini bagi

masyarakat Daik Lingga khususnya Desa Tanda Hulu merupakan

pelestarian budaya yang di dukung oleh nilai nilai agama, maka dari itu

masyarakat harus tetap mempertahan serta melestrikan budaya tersebut.

2. Perilaku tradisi lokal sebagai media komunikasi sosial diharapkan dapat

dijaga dan dilestarikan oleh pemerintah desa atau aparat desa, dan

khususnya kepala dusun, tokoh masyarakat, agama, dan pemuda agar

dapat mempertahankan perilaku solidaritas sosial tradisi lokal yang

positif seperti mempertahankan tradisi tradisi, lama gotong royong agar

dapat dilestarikan dan diajarkan kepada generasi muda.

Daftar Pustaka

Ahmadi Rulam, 2005, Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Malang :

Universitas Negeri Malang

Bungin, Burhan, 2011, Penelitian Kualitatif, Jakarta : Pranada Media Group

Drs. H. Ahmadi Abu, 2004. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Pt Rineka Cipta

Fahrono, 2009, Skripsi, Interaksi Sosial Mahasiswa Asing (Studi Tentang

Mahasiswa Pwtani Dalam Berinteraksi Dengan Warga Sekitarnya Di

Dusun Karang Bendo Banguntapan) Bantul

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Departemen Ilmu Adminstrasi Fisip Ui.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Ketiga). Jakarta : Lembaga.

Penerbit Fakultas Ekonomi Ui

Machmud, M. 2011. Komunikasi Tradisional : Pesan Kearifan Local Masyarakat

Silawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan . Yogyakarta : Litera

Moleong, Lexi J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt Remaja Rosda

Karya

Poloma M. Maergaret, 2004, Sosiologi Kontemporer, Jakarta : Pt Raja Grafindo

Persada

Prof. Dr Bactiar Wardi , M.S. 2006 Sosiologi Klasik (Dari Comte Hingga

Parsons) Bandung : Pt Remaja Rosdakarya

Prof. Damsar, 2011, Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Prenadamedia

Grup

Prof. Dr Salim Agus, 2008, Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Raho, Bernard, 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Prestasi Pustaka

Ritzer George, 2012, Teori Sosiologi (Dari Sosiologi Klasik Sampai

Perkembangan Terakhir Postmodern) Yogyakarta: Pustaka Pelajar

------------------------Dougles . Goodman, 2004, Teori Sosiologi Modern, Jakarta :

Prebada Media Grup

Salim Agus, 2008. Pengantar Sosiologi Mikro, Yogyakarta Pustaka Pelajar

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Pendiidkan, Pendekatan Kuantitatif Dan

Kualitatif Dan Rnd. Bandung : Alfabeta

Syafruddin, 2011. Pola Komunikasi Antar Budaya Dalam Interaksosial Etnis

Karo Dan Etnis Minang Di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

Dalam Judul Ilmu Sosial Fakultas Isipol Sosial Fakultas Isipol Uma

Tamher, S. Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Yuliarso, Kk. 1997. Komunikasi Sosial Dan Integrasi Sosial. Laporan Penelitian.

Yogyakarta: Ugm