44
Transformasi Konflik sebagai Penyelesaian Konflik tanpa Kekerasan Oleh. Dr. Margaretha Hanita, SH.MSi

transformasi konflik

  • Upload
    etta

  • View
    61

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

transformasi konflik

Citation preview

Page 1: transformasi konflik

Transformasi Konflik sebagai Penyelesaian Konflik

tanpa Kekerasan Oleh.

Dr. Margaretha Hanita, SH.MSi

Page 2: transformasi konflik

Memahami Konflik Konflik berasal dari kata latin “confligere” yang berarti saling memukul atau saling berbenturan. Jika dua batang kayu yang saling dibenturkan terus menerus bisa menghasilkan api. Api bisa bersifat destruktif atau bisa juga bersifat konstruktif.

• Lewis A. Coser (1972),

Konflik sebagai perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan yang persediaanya tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleg barang yang diinginkan, melainkan juga memojokan, merugikan, atau menghancurkan lawan mereka.

• Konflik terjadi bila dua atau lebih orang merasa bahwa mereka memiliki aneka perbedaan yang mustahil didamaikan atau bila aneka sumber, relasi, kebutuhan, atau nilai hidup mereka terancam.

3

Page 3: transformasi konflik

Asumsi tentang Konflik

1. Menangani konflik secara efektif sangat dipengaruhi oleh unsur budaya.

2. Tidak ada satu cara yang “paling benar” dalam menangani konflik.

3. Konflik selalu membawa resiko atau ancaman dan kemungkinan / kesempatan (opportunities).

4

Page 4: transformasi konflik

Tulisan China yang mengandung arti krisis atau konflik terdiri atas dua simbol, yang berarti “bahaya”

dan lainnya berarti “kesempatan”

Wei Ji (Krisis atau konflik) = Wei (Bahaya) + Ji (Kesempatan)

5

Page 5: transformasi konflik

1. Informasi

2. Sumber daya

3. Relasi

4. Kepentingan atau kebutuhan

5. Struktur (kemasyarakatan atau keorganisasian)

6. Nilai-nilai hidup 7

Sumber Konflik

Page 6: transformasi konflik

INDONESIA HETEROGEN…RAWAN KONFLIK

Total luas wilayah: 1.910.931 Km2, 13.466 pulau*, 3 Zona waktu Jumlah penduduk 259 juta , 1.128 suku**, 6 agama resmi

* Sumber: Kementrian Kelautan dalam Angka 2011

** Sumber: Badan Pusat Statistik 2010

Page 7: transformasi konflik

BENCANA KONFLIK KERUSUHAN SOSIAL DI INDONESIA 2002-2007

Provinsi Kabupaten/Kota Konflik/ Kerusuhan Sosial

Sulawesi Tengah Poso 8

Maluku Kota Ambon , Buru 4

Sumatera Selatan OKU Timur , OKU, OKI 4

Sulawesi Barat Mamasa, Polewali Mandar 3

Papua Jayawijaya, Jayapura, Mimika 3

Jawa Tengah Jepara , Brebes 2

Kalimantan Timur Kota Samarinda, Nunukan 2

NTB Lombok Timur, Lomteng, Lombar 3

NTT Manggarai 1

Bali Buleleng 1

Lampung Lampung Tengah 1

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Page 8: transformasi konflik

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2009

Page 9: transformasi konflik

DAMPAK KONFLIK

• Korban jiwa dan harta benda

• Hilangnya rasa aman • Kerusakan lingkungan • Trauma psikologis • Penurunan kualitas hidup • Keterbelakangan sosial

ekonomi budaya

Page 10: transformasi konflik

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK 1. Kondisi sosial, ekonomi, dan

demografis masyarakat Indonesia yang berbeda,

2. Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya yang dapat memicu terjadinya konflik dalam kondisi ketimpangan pembangunan, kesenjangan sosial/ ekonomi

3. Dinamika sosial akibat proses transisi demokrasi yang sedang berjalan

Page 11: transformasi konflik

Karel Albert Ralahalu dalam buku

“Otonomi Daerah di Tengah Konflik” Tercatat 29.414 unit rumah penduduk,

327 unit rumah ibadah, 129 unit sarana pendidikan, 13 unit sarana kesehatan, 106 sarana perkantoran, dan 636 unit pertokoan, kios dan pasar yang hangus terbakar, serta sebanyak 63.971 KK atau 332.548 jiwa tercatat sebagi pengungsi.

4

Konflik di Maluku, sebuah contoh….

Page 12: transformasi konflik

“Kekerasan otomatis berakibat pada pelanggaran HAM, baik hak-hak sipil dan politik terutama hak-hak yang tidak boleh dikurangi dalam keadaan apapun (non derogable rights),maupun hak-hak ekonomi dan sosial budaya”.

“Konflik akan selalu ada dalam dinamika kehidupan sosial masyarakat yang pluralistik dan heterogen, sehingga konflik tersebut harus bisa ditransformasikan ke arah sesuatu yang berguna dan bermanfaat, yang perlu dicegah dan dilarang adalah penyelesaian konflik dengan kekerasan”.

5

Page 13: transformasi konflik

PENANGANAN KONFLIK

ASUMSI : Konflik itu berbahaya , tidak

normal, penyakit.

Fokus: Pemecahan Masalah.

ASUMSI : Konflik tidak dapat dihindarkan.

Fokus : Proses, membantu memanage konflik

ASUMSI : Konflik itu normal, sehat, membantu terciptanya perubahan.

Fokus: Transformasi sikap & relasi, perubahan kearah kebaikan, pertumbuhan & perkembangan , pemberdayaan & pengakuan (recognition)

RESOLUSI KONFLIK (conflict resolution)

MANAJEMEN KONFLIK (conflict management)

TRANSFORMASI KONFLIK (conflict transformation)

8

Page 14: transformasi konflik

1. Agar para pihak tidak terlibat kembali dalam tindak kekerasan,

2. Mencari kemungkinan untuk melakukan perundingan

3. Memperbaiki (to restore) hubungan para pihak

Dilakukan oleh:

1. Sebuah Tim

2. Peacekeeping force (Pasukan Pemelihara Perdamaian)

Manajemen Konflik Peace Keeping

10

Page 15: transformasi konflik

1. Membangun Perdamaian.

2. Dilakukan oleh Mediator yang terlatih.

3. Pemberdayaan (empowering)

4. Berjangka panjang.

5. Pembaruan di bidang fisik, sosial, politik, ekonomi, psikis & relasi .

6. Memperbaiki struktur.

7. Bertolak dari penghargaan terhadap martabat dan keunikan manusia.

Transformasi konflik Peace Building

Pemberdayaaan / empowering

11

Page 16: transformasi konflik

TRANSFORMASI KONFLIK

• Konflik ditransformasikan dalam kondisi damai

• Meminimalkan dampak destruktif yang ditimbulkan oleh konflik sosial

ditingkat individual dan memaksimalkan potensi berkembang yang ada

ditingkat individual untuk menjadi lebih baik; baik secara fisik, emosional,

intelektual, maupun secara spiritual.

• Membangun hubungan antar individu tanpa rasa takut dan prasangka

yang berlebihan, dimana didalamnya didasarkan atas hubungan

keterikatan saling membutuhkan (interdependensi) dan saling membawa

harapan antara satu dan lainnya.

• Hal yang paling signifikan dalam transformasi konflik adalah adanya

perubahan structural, yang dapat mengenalkan mekanisme penyelesaian

konflik dengan berprinsip pada sikap anti kekerasan (non-violence),

berkesinambungan, dan bersifat partisipatif

Page 17: transformasi konflik

Beberapa gagasan tentang perdamaian dan transformasi

• “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka hendaklah engkau (juga) condong kepadanya, dan berserah dirilah kepada Allah, karena sesungguhnya Ia Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengetahui”. (Q.S.: Al-Anfal 8 ayat 61).

• “Hai manusia, kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan kami ciptakan kamu berbangsa-bangsa bersuku-suku agar kamu saling mengenal satu sama lain (Q.S.: Al Hujarat ayat 13).

• “Telah diwartakan kepadamu, wahai manusia, tentang yang baik, dan tentang apa yang diharapkan oleh Allah darimu; yaitu, bertindak secara adil, dan mencintai kerahiman, dan berjalan dengan rendah hati mengikuti perintah Allah mu”. (Taurat: Mikha 6 : 8).

• “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah”. (Alkitab Perjanjian Baru; Matius 5 : 9)

7

Page 18: transformasi konflik

Kekerasan sebagai cara mencapai keadilan jelas bersifat tidak realistis dan tidak bermoral.

Tidak realistis karena berakhir pada kehancuran semua pihak.

Hukum kuno, mata ganti mata mengakibatkan semua pihak buta.

Tidak bermoral karena tujuannya mempermalukan pihak

lawan bukan menumbuhkan pemahamannya, tujuannya membinasakan bukan mempertobatkan.

Kekerasan lahir dari kebencian bukan dari kasih; Kekerasan menghancurkan komunitas dan menghambat

persaudaraan; “Kekerasan menciptakan monolog bukan dialog; Kekerasan menciptakan kegetiran dalam diri para korban yang

selamat, serta kebrutalan di dalam diri para pelaku”. (Marthin Luther King Jr., “Stride Toward Freedom”).

8

Page 19: transformasi konflik

12

CARA MENANGGAPI KONFLIK ..setiap orang berbeda-beda..

DIAM

MELAWAN

SECARA

TERBUKA..

NEGOSIASI

Page 20: transformasi konflik

1. Relasi dengan kakak-adik kandung dan teman-teman bermain di masa kanak-kanak;

2. Contoh cara menanggapi konflik yang ditiru dari orang tua, guru-guru, dan berbagai tokoh publik;

3. Aneka citra dan sikap yang ditayangkan oleh media publik khususnya televisi, film, dan internet;

4. Faktor sosial seperti kelangkaan berbagai sumber daya yang serius dan kemiskinan;

5. Faktor budaya dalam kehidupan masyarakat. 12

Faktor-faktor yang mempengaruhi cara

seseorang menanggapi konflik

Page 21: transformasi konflik

Pendekatan Dalam Mengatasi Konflik

Kewenangan pribadi atau masyarakat untuk mengatasi konflik berakhir

Kawasan pengambilan keputusan oleh pribadi atau masyarakat (kesempatan untuk meningkatkan relasi & memperkuat kebersamaan)

negosiasi

perdamaian

mediasi

arbitrase

pengadilan

legislasi

Batas berlakunya proses hukum

Keputusan yang sah secara hukum.

Tekanan untuk mematuhi hukum

Kekuatan hukum untuk mengatasi konflik dimulai

menghindar

Kekerasan

13

Page 22: transformasi konflik

Aneka Pendekatan dalam Mengatasi Konflik

MENGHINDAR DARI

KONFLIK

MENGHADAPI DENGAN

KEKERASAN

DUA SIKAP EKSTRIM

20

Page 23: transformasi konflik

Aneka Pendekatan . . .

Pengambilan Keputusan oleh Pribadi atau Komunitas

Negosiasi (1)

Perdamaian (2)

Mediasi (3)

DASAR: Kewenangan Pribadi atau Komunitas

21

Page 24: transformasi konflik

DASAR: Kekuatan Hukum

Arbitrasi (4)

Pengajuan Perkara ke Pengadilan (5)

Legislasi (6)

Pengambilan Keputusan yang Sah Secara HUKUM

22

Aneka Pendekatan . . .

Page 25: transformasi konflik

Kewenangan PRIBADI

Atau KOMUNITAS

1. Negosiasi

2. Perdamaian

3. Mediasi

Kekuatan HUKUM

4. Arbitrasi

5. Pengadilan

6. Legislasi

23

Aneka Pendekatan . . .

Page 26: transformasi konflik

26

PENDEKATAN HUKUM DAN HAM DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONFLIK

• Menggunakan pendekatan restorative justice, yaitu pendekatan hukum yang berorientasi kepada korban.

• Berkaitan dengan penyembuhan luka dan trauma konflik bagi korban dan para aktor konflik yang terlibat di dalamnya

• Menyelesaikan masalah2 yg terjadi dalam konflik, termasuk memberikan penegakan sanksi hukum bagi para pemicu konflik dan berusaha mengembangkan kesepahaman di antara pihak-pihak yang berkonflik untuk memajukan keharmonisan sosial.

Page 27: transformasi konflik

27

PENDEKATAN HUKUM DAN HAM DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONFLIK

• Mengidentifikasi perbaikan-perbaikan atau reformasi politik dan institusi hukum yang diperlukan untuk membangun keharmonisan sosial dalam rangka merekonstruksi bangunan masyarakat

• Pada dasarnya hukum tidak diciptakan sebagai mekanisme untuk menyelesaikan konflik, akan tetapi hukum adalah salah satu alat kontrol sosial, sehingga harus ada upaya-upaya di luar hukum dan dukungan terhadap upaya-upaya meningkatkan profesionalisme lembaga-lembaga penegak hukum

Page 28: transformasi konflik

28

• Aparat penegak hukum kerap menghadapi dilema batasan aksi yang dapat dilakukan aparat dalam rangka menegakkan hukum, khususnya saat menghadapi aksi-aksi massa yang anarkis.

• Dibutuhkan pemahaman mengenai hukum dan HAM, tidak hanya bagi aparat penegaknya, namun juga seluruh lapisan masyarakat bahwa hukum harus ditegakkan, sehingga seluruh pihak terkait menghindari tindakan-tindakan yang melanggar hukum.

Terkait pelaksanaan HAM….

Page 29: transformasi konflik

29

Pendekatan Hukum dalam

Penyelesaian Konflik

1. Menggunakan pranata hukum positif

2. Menggunakan pranata hukum adat

Page 30: transformasi konflik

30

Pendekatan hukum positif

• Menggunakan hukum yang berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia, dimana ruang lingkupnya dibagi:

1. hukum pidana

2. hukum perdata.

Page 31: transformasi konflik

31

• Apabila akibat dari konflik timbul suatu perbuatan yang melanggar hukum dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana, maka siapa saja yang melakukan tindakan pidana ini harus diproses sampai ke pengadilan, sesuai dengan ketentuan dalam KUHP dan KUHAP.

• Sedangkan apabila akibat dari dampak konflik ini termasuk suatu perbuatan pelanggaran HAM yang berat, maka selain ketentuan-ketentuan dalam KUHP juga diterapkan Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dan Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

HUKUM PIDANA

Page 32: transformasi konflik

32

• Mengenai hak-hak keperdataan warga masyarakat yang hilang atau diokupasi orang lain akibat dari konflik, maka penyelesaian secara hukum tidak bisa hanya dilakukan melalui proses pengadilan saja, akan tetapi perlu adanya kerjasama antar instansi dan lembaga yang berkaitan untuk memulihkan hak-hak keperdataan ini.

• Sebagai contoh :

- Berkaitan dengan hak-hak kepemilikan tanah, maka perlu

bekerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional dan Aparat

Pemda Setempat

- Berkaitan dengan Ijazah sekolah bisa meminta bantuan Dinas

Pendidikan.

Sehingga dalam proses penyelesaian hak-hak keperdataan harus dilakukan inventarisir dan pendataan yang menyeluruh.

Hukum Perdata

Page 33: transformasi konflik

33

Pendekatan hukum adat • Keberadaan hukum adat di setiap daerah tidak boleh

dikesampingkan dalam penyelesaian konflik di daerah, karena sudah terbukti di daerah yang hukum adatnya berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat, konflik-konflik yang terjadi bisa diselesaikan dengan hukum adat setempat.

• Bahkan sering penyelesaian konflik dengan menggunakan hukum adat lebih diutamakan daripada penyelesaian secara hukum positif.

Page 34: transformasi konflik

34

• Hukum adat dan kearifan lokal di setiap daerah berbeda-beda, akan tetapi ada suatu persamaan mendasar, yaitu dalam penyelesaian hukum adat dilakukan secara musyawarah dan kekeluargaan, sehingga hukum yang dihasilkan diterima oleh semua pihak.

• Oleh karena itu khasanah adat istiadat dan kearipan lokal yang ada disetiap daerah harus diberdayakan sebagai salah satu cara menyelesaikan konflik dan memelihara perdamaian di daerah.

Pendekatan hukum adat

Page 35: transformasi konflik

• Upaya sistematis untuk merancang kesepakatan bersama dan menemukan solusi atas kepentingan yang berbeda dengan melibatkan pihak ketiga yang netral dan dipercaya oleh kedua belah pihak untuk mendorong upaya penyelesaian yang lebih baik.

MEDIASI DALAM TRANSFORMASI KONFLIK

Page 36: transformasi konflik

Mediasi berpotensi menghasilkan lebih banyak dari sekedar menciptakan kerukunan dan memperbaiki hubungan. Mediasi berpotensi mentransformasikan kehidupan pihak yang bertikai, meningkatkan tercapai kata sepakat atau tidak tercapai kata kerukunan; mediasi bisa disebut sukses bilamana berhasil menumbuhkan dalam diri masing-masing pihak, baik rasa berdaya maupun keterbukaan dan penerimaan terhadap pihak lain. Mediasi masih tetap dianggap berhasil seandainya pun tidak tercapai pemberdayaan dan pengakuan, apalagi kalau berhasil menelorkan kesepakatan akan jauh lebih baik (Robert A. Baruch & Joseph P. Folger, The Promise of Mediation)

25

Page 37: transformasi konflik

37

Tahap-tahap Mediasi

Tahap 1:

PENDAHULUAN (MENCIPTAKAN RASA AMAN)

Tahap 3:

PEMECAHAN MASALAH (MENCIPTAKAN RASA MEMILIKI)

Tahap 4:

KESEPAKATAN (MERUMUSKAN PEMECAHAN YANG LESTARI)

Tahap 2:

PEMAPARAN KISAH (AJAKAN UNTUK SALING MEMAHAMI)

Page 38: transformasi konflik

Metode Perumusan Masalah dalam Proses Mediasi

Mediator akan bisa banyak membantu bila dia menguasai beberapa metode untuk

merumuskan masalah .

1. Menganalisis Masalah Bersama-

sama Pilihan Fokus masalah :

Dampak situasi yang terjadi bagi kedua belah pihak;

Apa yang terpenting bagi kedua belah pihak dalam mengatasi masalah ini;

Mengapa situasi ini dirasakan sulit bagi kedua belah pihak;

Aneka faktor atau kriteria yang akan digunakan untuk menentukan apakah solusi

tertentu bisa diterima oleh keduanya;

Aneka ketakutan dan kecemasan menyangkut situasi ini yang dirasakan oleh

kedua belah pihak;

Aneka kebutuhan yang dirasakan oleh kedua belah pihak dalam situasi ini.

Page 39: transformasi konflik

2. Mengidentifikasi Masalah

3. Membedakan Sebab dan Gejala

4. Pendekatan Bertahap

Pendekatan Proses Mediasi :

Tahap pertama adalah pencerahan bersama ( joint education);

Tahap kedua adalah merumuskan masalah;

Tahap ketiga adalah memunculkan aneka opsi;

Tahap keempat adalah mengevaluasi opsi;

Tahap kelima adalah merumuskan rekomendasi;

Tahap keenam atau yang terakhir adalah melakukan implementasi dan evaluasi.

Metode Perumusan Masalah dalam Proses Mediasi

Page 40: transformasi konflik

Pengungkapan Emosi di depan Meja Perundingan

1. Menerima dan Mengakui Emosi

2. Menetapkan Beberapa Aturan Dasar

3. Menciptakan Struktur Pembicaraan

Berbicara Bergantian;

Dipandu untuk Memfrasekan.

4. Menyelenggarakan kaukus atau Mengakhiri

Sesi 5. Menempuh Diplomasi Ulang-alik

Page 41: transformasi konflik

Prinsip-prinsip dalam Mediasi

1. Proses yang baik dimulai dengan pertanyaan, “ Siapa yang harus

dilibatkan?” bukan “Apa yang harus kita lakukan?”.

Berikut beberapa pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam

melakukan penilaian awal :

a. Siapa yang akan merasa paling terkena dampak dari negosiasi, proyek,

atau keputusan ini? (Kelompok ini harus ditempatkan sebagai pusat

pengambilan keputusan.

b. Siapa yang berpotensi menghalangi implementasinya bila mereka merasa

tidak puas dengan keputusan-keputusan yang diambil? (Pihak-pihak ini

harus selalu dimintai pendapatnya dan sering kali perlu diminta ikut

berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan.

c. Siapa yang bisa dimintai nasihat atau bantuan yang berharga? (Pihak ini

perlu dimintai konsultasi.

d. Siapa yang perlu dimintaui persetujuannya agar proyek ini berjalan?

e. Apa saja kepentingan, keprihatinan, atau motivasi masing-masing kelompok

atau pihak yang sudah disebutkan di atas ?

Page 42: transformasi konflik

Beberapa Prinsip Proses yang Baik

2. Proses yang baik terlaksana atas bantuan dan dukungan-dukungan yang

diterima oleh semua pihak.

3. Proses yang baik melibatkan pihak-pihak utama atau para wakilnya, tidak

hanya dalam negosiasi atau pembuatan keputusan sendiri, melainkan juga

sejak dalam merancang prosesnya.

Page 43: transformasi konflik

TIPS penyelesaian Konflik melalui Mediasi

Pengalaman melakukan mediasi dalam konflik-konflik antarpribadi akan

memperkaya diri kita dengan aneka keterampilan yang mutlak diperlukan untuk

mendampingi pemecahan konflik-konflik antar kelompok. Bahkan, mungkin yang

jauh lebih panting, pengalaman melakukan mediasi dalam konflik-

konflikantarpribadi tersebut dapat mengantar kita memasuki peziarahan dalam

rangka transformasi pribadi sebagai seorang juru damai. Setiap langkah

peziarahan pribadi ini akan meningkatkan kesiapan kita untuk memberikan

konstribusi bagi terjadinya transformasi di tengah-tengah jejaring masyarakat

manusia yang luas.

Page 44: transformasi konflik

Daftar Pustaka

Lederach, John Paul, "Introduction," and "A Framework for Building

Peace," dua bab dalam Preparing for Peace: Conflict Transformation

Across Cultures (Syracuse, New York: Syracuse University Press,

1995), hal. 3-23.

Wils, Oliver, Ulrike Hopp, Norbert Ropers, Luxshi Vimalarajah,

Wolfram Zunzer, The Systemic Approach to Conflict Transformation

Concept and Fields of Application, Berghof Foundation for Peace

Support 2006.

Galtung, Johan, The Peace Journalism Option, Transend Peace and

Development Network, 1998

Kraybill,Ronald S., Alice Frazer Evans dan Robert A. Evans “PEACE

SKILLS” Panduan Mediator, Terampil Membangun Perdamaian,

Penerbit Kanisius