37
EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP KONSEP , PENDEKATAN, DAN IMPLIKASI PADA PEMBANGUNAN Chapter I only

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

  • Upload
    ngocong

  • View
    322

  • Download
    26

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP

Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pem

bangunan

EDITOR:SOLIKIN M. JUHRO

Kampus Utama BI Institute, Gedung DJl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350

Telp. (+62) 21 500 131Faks. (+62) 21 386 4884www.bi.go.id/id/institute

TRANSFORMATIONALLEADERSHIP

KONSEP, PENDEKATAN, DANIMPLIKASI PADA PEMBANGUNAN

Chapter I only

Page 2: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung
Page 3: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

EDITOR:SOLIKIN M. JUHRO

TRANSFORMATIONALLEADERSHIP

KONSEP, PENDEKATAN, DAN IMPLIKASI PADA PEMBANGUNAN

EDITOR:SOLIKIN M. JUHRO

TRANSFORMATIONALLEADERSHIP

KONSEP, PENDEKATAN, DAN IMPLIKASI PADA PEMBANGUNAN

Page 4: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership:Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan

© Bank Indonesia Institute, 2019

Editor:Solikin M. Juhro

PenerbitBank Indonesia Institute

ISBN 978-602-51302-9-8 (PDF)ISBN 978-602-51302-8-1 (Buku)

Page 5: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ______________________________________________________ iiiDAFTAR TABEL __________________________________________________ vDAFTAR GAMBAR _______________________________________________ viDAFTAR BOKS ___________________________________________________ viiiKONTRIBUTOR __________________________________________________ ixSAMBUTAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR _____________________ xACKNOWLEDGEMENT __________________________________________ xii

BAGIAN IDIMENSI KONSEPTUAL TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP

1. Tantangan dan Urgensi Transformational Leadership ______________ 3 Solikin M. Juhro

2. Transformational Leadership dalam Perspektif Historis Teori Kepemimpinan ___________________________________________ 23 Donni Hadiwaluyo, Solikin M. Juhro

3. Transformational Leadership, Gaya Kepemimpinan Masa Depan ___ 47 Solikin M. Juhro, A. Farid Aulia, Donni Hadiwaluyo

BAGIAN IIPENDEKATAN DALAM TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP

4. Transformational Leadership Berbasis Applied Neuroscience _______ 73 Solikin M. Juhro, A. Farid Aulia

5. Transformational Leadership dalam Perspektif Medis ______________ 99 Rizki Edmi Edison, Solikin M. Juhro, A. Farid Aulia, Puti Archianti Widiasiha

6. Transformational Leadership dan Spiritualitas ____________________ 123 Roy T. Amboro, Solikin M. Juhro

Page 6: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunaniv

BAGIAN IIIIMPLIKASI TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP PADA PEMBANGUNAN

7. Transformational Leader, Game Changer untuk Mendorong Inovasi _ 159 Solikin M. Juhro, Edo Lavika, Dessy Aliandrina

8. Transformational Leadership sebagai Sustainable Leadership _______ 189 Solikin M, Juhro, A. Farid Aulia, Donni Hadiwaluyo

9. Kepemimpinan Ekonomi untuk Membangun Bangsa yang Unggul __ 219 Solikin M. Juhro, A. Farid Aulia, Edo Lavika, Donni Hadiwaluyo

Page 7: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Gaya kepemimpinan dan situasi yang cocok menurut Goleman (2000) _________________________________________ 24Tabel 2.2. Skala Least Preferred Co-Worker dari Fiedler _______________ 37Tabel 2.3. Gaya kepemimpinan berdasar identifikasi tiga situasi menurut Fiedler _________________________________________ 38Tabel 3.1. Klasifikasi Kompetensi Transformational Leadership dan Triple Focus ____________________________________________ 56Tabel 4.1. Ringkasan Pendekatan Transformational Leadership _________ 79Tabel 4.2. Brain Modelling _________________________________________ 80Tabel 4.3. Mind Management Model (Steve Peters, 2012) _______________ 81Tabel 4.4. Ringkasan Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional ________________________________________ 83Tabel 4.5. Keunggulan Neuroscience Terapan ________________________ 84Tabel 5.1. Data Hasil Penelitian MLQ dan WB ________________________ 109Tabel 7.1. Klasifikasi KBC dan Pengaruhnya terhadap Output Growth __ 169Tabel 7.2. Frugal Innovation menurut para ahli _______________________ 175

Page 8: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunanvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Empat jenis tantangan masa depan ______________________ 5Gambar 2.1. Distribusi skill di masing-masing level kepemimpinan _____ 31Gambar 2.2. Tiga orientasi kepemimpinan menurut Lewin, dkk. ________ 33Gambar 3.1. Posisi Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional _ 50Gambar 3.2. Triple Focus (Goleman dan Senge, 2014)__________________ 55Gambar 3.3. Revolusi Industri 4.0 ___________________________________ 65Gambar 3.4. Infografis Perubahan yang dilakukan Pemimpin. __________ 65Gambar 3.5. Top 10 Leadership Competencies ________________________ 67Gambar 4.1. Mekanisme Pengaruh Neuroscience dalam Transformational Leadership ___________________________ 85Gambar 4.2. Applied Neuroscience to Improve Breaktrough ___________ 85Gambar 4.3. Applied Neuroscience to Improve Agility ________________ 86Gambar 4.4. Applied Neuroscience to Improve Emotional Intelligence___ 87Gambar 4.5. Applied Neuroscience to Improve Social Intelligence ______ 88Gambar 4.6. Applied Neuroscience to Improve Communication Skill ____ 88Gambar 4.7. Applied Neuroscience to Improve Influencing Skill ________ 89Gambar 4.8. Applied Neuroscience to Improve Visionary Skill _________ 90Gambar 4.9. Applied Neuroscience to Improve Problem Solving ________ 91Gambar 4.10. Applied Neuroscience to Improve Decision Making _______ 92Gambar 4.11. Ringkasan Jalur Transmisi dalan Intervensi Neuroscience Terapan _________________________________ 92Gambar 5.1. Kerangka Keterkaitan Aspek Leadership, Fungsi Kognisi, Brain Mapping dan Neurofeedback ______________________ 108Gambar 6.1. Spiritualitas sebagai fondasi dan jangkar transformational leadership ____________________________________________ 138Gambar 7.1. Frugal Innovation Model (Sumber: Yasser Bhatti, 2011) _____ 182Gambar 7.2. Frugal Innovation Model (Sumber: Yasser Bhatty, 2012) ____ 182Gambar 7.3. Dimensi Model Frugal innovation (Sumber: Yasser Bhatti, 2012) 183Gambar 8.1. Alur Pemikiran _______________________________________ 190Gambar 8.2. Hubungan Kompetensi Transformational Leadership (Juhro & Aulia, 2017) dan Kompetensi Sustainable Leadership (Hagreaves & Fink, 2000) _______________________________ 194

Page 9: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan vii

Gambar 8.3. Hubungan antara Kategori Penilaian berdasar Design Process dengan Kriteria Frugal Innovation (Bhatti, 2011) dan Kompetensi Kepemimpinan (Juhro, 2017) ________________ 202Gambar 8.4. Breaktrough Possibility Frontier _________________________ 205Gambar 8.5. YELP dan REL dalam Model Breakthrough Possibility Model 207Gambar 9.1. Sinergi Kelembangaan Politik dan Ekonomi ______________ 223Gambar 9.2. Hubungan Kepemimpinan dan Inovasi __________________ 227Gambar 9.3. Herrmann’s Whole Brain Model _________________________ 228Gambar 9.4. Herrmann’s Four Creative Selves Model based on Whole Brain Model __________________________________________ 229Gambar 9.5. Hubungan Preferensi Berpikir dan Kemampuan Discovery _ 230Gambar 9.6. Framework Process Discovery, Incubation & Acceleration (O’Connors, Corbett & Peters, 2018) dalam Institusionalisasi Inovasi. ______________________________________________ 232Gambar 9.7. Ilustrasi Leadership Circle ______________________________ 236Gambar 9.8. Tiga Kemungkinan hubungan AD dan AK _______________ 237

Page 10: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunanviii

DAFTAR BOKS

Boks 2.1. It’s about the People ______________________________________ 43 Donni Hadiwaluyo

Boks 6.1. Empati yang Berujung Aksi ________________________________ 152 Fretdy Purba

Boks 8.1. Yang Muda yang Berinovasi _______________________________ 211 Fretdy Purba

Boks 8.2. Belajar Economic Leadership bagi Pemerintah Daerah ________ 214 Fretdy Purba

Page 11: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan ix

KONTRIBUTOR

Solikin M. Juhro adalah Direktur Eksekutif, Kepala Bank Indonesia Institute.

A. Farid Aulia adalah Dekan Akademi Leadership dan General Management (ALGM) Bank Indonesia Institute.

Fretdy Purba adalah Peneliti Senior Akademi Leadership dan General Management (ALGM) serta Faculty Member internal Bank Indonesia Institute.

Dessy Aliandrina adalah Faculty Member Bank Indonesia Institute, Kepala Program Studi Entrepreneurship Surya University, serta pendiri dan Executive Director dari Sociopreneur Indonesia (SociopreneurID).

Donni Hadiwaluyo adalah Faculty Member Bank Indonesia Institute, menyelesaikan studi S2 di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, dan di bidang Psikologi Perkembangan dari Universitas Gadjah Mada.

Edo Lavika adalah Faculty Member Bank Indonesia Institute, Head Consultant di CITAS Consulting, dan Senior Program Manager di The Center of Communication Studies Universitas Indonesia.

Rizki Edmi Edison adalah Kepala Pusat Neurosains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

Roy T. Amboro adalah Faculty Member Bank Indonesia Institute, founder NeuroLeadership Indonesia dan Proaktif Insani Mulia, serta aktif sebagai anggota NeuroLeadership Institute.

Puti Archianti Widiasih adalah Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

Page 12: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunanx

SAMBUTAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

Seraya mengucapkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam kesempatan yang baik ini Bank Indonesia dapat mempersembahkan buku “Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi bagi Pembangunan” kepada para pembaca sekalian, sebagai bentuk sumbangsih pemikiran dan pengalaman para penulis yang diharapkan dapat dijadikan referensi penting bagi pengembangan kapasitas kepemimpinan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

Setelah satu dekade berlalu sejak krisis keuangan global terjadi di tahun 2008/09, tantangan perekonomian global yang dihadapi setiap negara semakin kompleks. Hadirnya revolusi teknologi digital, perubahan konstelasi ekonomi dunia dan dinamika geopolitik global merupakan fenomena baru yang harus dihadapi. Kemajuan teknologi telah menggeser beberapa peran dan kerja manusia, mengubah model bisnis, dan ekosistem hampir pada semua aspek perekonomian. Isu tersebut membawa tantangan baru yang hadir dalam rangka penguatan momentum pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan sehingga perlu diatasi secara proaktif.

Dalam hal ini Bank Indonesia menyadari bahwa tantangan dan kompleksitas persoalan yang juga terjadi di Indonesia tersebut, harus dijawab dengan pendekatan “beyond conventional wisdom”. Dimana dalam praktiknya, selain memperkuat strategi bauran kebijakan di berbagai domain bank sentral, Bank Indonesia harus terlibat langsung dan berperan aktif dalam memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah maupun otoritas lainnya. Dinamika tersebut, pada akhirnya membawa arus baru akan kebutuhan sosok kepemimpinan yang tidak statis, namun agile dalam beradaptasi terhadap setiap magnitude permasalahan yang ada, serta memiliki komitmen yang tinggi dalam mengembangkan nilai-nilai transformasi organisasi.

Oleh karenanya, Bank Indonesia melalui Bank Indonesia Institute (BI Institute), yang resmi dibentuk sejak tahun 2016, hadir dengan visi menjadi lembaga pembelajaran, studi, dan riset terkemuka tingkat dunia yang memberikan kontribusi strategis bagi terwujudnya SDM yang berkualitas dan berintegritas, untuk hari ini maupun masa yang akan datang.

Page 13: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan xi

BI Insitute diharapkan untuk berada pada posisi yang tepat dan menunjukkan kelasnya dalam membangun kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, serta menjadi lembaga terkemuka dunia yang mampu memberikan pemikiran maupun alternatif solusi terbaik bagi bangsa dan negara. Sebagai upaya mencapai tujuan tersebut, BI Institute giat melakukan berbagai kajian, kelas sertifikasi, dan seminar internasional, termasuk diantaranya fokus membahas mengenai Transformational Leadership dalam kurun waktu tiga tahun belakangan ini.

Transformational leadership mencerminkan sikap suatu kepemimpinan partisipatif yang tidak hanya mampu memotivasi dan menggerakkan organisasi secara vertikal dan horizontal, namun juga mewujudkan suatu kapasitas organisasi yang senantiasa agile di setiap keadaan. Melalui buku ini, bahasan terkait konsep transformational leadership tersebut coba untuk digali lebih dalam, ditinjau dari segi konseptual dan isu terkini yang berkembang. Perspektif tulisan diarahkan untuk membahas secara komprehensif pentingnya konsep kepemimpinan dalam kacamata keilmuan serta dari sisi spiritual, termasuk bagaimana pada akhirnya implikasi positif dari penyatuan atas kedua konsep tersebut terhadap pembangunan sumberdaya manusia di masa akan datang.

Kami tentunya berharap, bahwa dengan hadirnya buku ini dapat menambah literasi dan pengetahuan kita semua dalam mengkaji kebutuhan atas sosok kepemimpinan yang ideal sesuai dengan perubahan zaman. Ibarat pepatah bijak yang mengatakan bahwa “setiap masa ada pemimpinnya dan setiap pemimpin ada sesuai dengan kebutuhan masanya”.

Akhirnya, semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi tekad dan perjalanan kita semua untuk terus berikhtiar dalam menghadirkan sosok pemimpin yang mampu membawa perekonomian Indonesia kedepan semakin makmur, adil dan sejahtera.

Terima kasih, selamat membaca.

Jakarta, Desember 2018

Dody Budi WaluyoDeputi Gubernur

Page 14: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunanxii

ACKNOWLEDGEMENT

Perubahan tatanan perekonomian domestik dan global menuntut bank sentral untuk lebih proaktif dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Tantangan yang dihadapi juga semakin kompleks dengan hadirnya revolusi teknologi. Suatu revolusi dengan ruang lingkup dan kompleksitas yang mampu mengubah tatanan kehidupan, mentransformasi proses bisnis dan komunikasi serta interaksi individu dan organisasi. Oleh karenanya, pemimpin dituntut untuk berinovasi, mengoptimalkan teknologi yang terus berubah secara kontinu dan eksponensial, serta menciptakan sumber pertumbuhan baru yang mampu mengakselerasi perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan. Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik transformasional sebagai poros perubahan.

Guna menjawab berbagai tantangan yang dihadapi, BI Insitute hadir sebagai lembaga yang merupakan center of advancement terkait riset, pembelajaran dan pengembangan kepemimpinan. Secara strategis, terdapat dua area utama yang menjadi fokus BI Insitute. Area strategis pertama adalah mendukung perwujudan Bank Indonesia menjadi learning-based organization, yaitu lembaga yang menjamin sumber daya manusia memiliki kompetensi dan keahlian terbaik yang terus bertumbuh, serta dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan ke depan yang semakin sulit dan kompleks. Area strategis kedua adalah menjadikan BI Institute sebagai lembaga riset dan studi terkemuka tingkat dunia di bidang ekonomi dan keuangan. Dalam menjalankan fungsinya, BI Institute didukung oleh empat pilar utama yaitu pembelajaran (learning), penelitian (research), kemitraan (partnership), dan public exposure.

Proses kristalisasi pemikiran terbaik, sebagai komitmen dalam membentuk transformational leaders, dituangkan ke dalam berbagai kegiatan di BI Institute seperti pengajaran sertifikasi, kajian/riset frontier, workshops, open lectures dan seminar level nasional dan internasional. Selain itu, sebagai wujud public exposure, BI Institute juga menerbitkan publikasi paper dalam buku, jurnal internasional, proceeding, dan naskah akademis.

Page 15: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan xiii

Buku ini berusaha merangkai hasil kristalisasi pemikiran tersebut dan memberikan perspektif baru dari kepemimpinan sebagai bentuk wakaf keilmuan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca secara inklusif. Menyertai rasa syukur atas dipublikasikannya buku ini, kami menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas dukungan penuh para Anggota Dewan Gubernur dan apresiasi tinggi kepada para kontributor A. Farid Aulia, Dessy Aliandrina, Donni Hadiwaluyo, Edo Lavika, dan Rizky Edmi Edison, Roy T. Amboro; para pakar dan narasumber Novianta Hutagalung, Lyra Puspa, Lucy Kusman; rekan-rekan di BI Institute, Fretdy Purba, Felicia V.I. Barus, Alnopri Hadi; serta rekan-rekan Asisten Peneliti Dita Herdiana dan Monica Kishi S.K. yang telah bekerja keras membantu proses penyempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat semakin memperluas khazanah ilmu pengetahuan kita.

Akhir kata, semoga buku ini dapat menjadi sumber referensi dan memberikan sudut pandang baru terhadap perkembangan kepemimpinan di Indonesia. Sebagai wujud nyata komitmen BI Institute, kami juga berharap agar berbagai program yang diselenggarakan BI Institute dapat berkontribusi dalam mencetak transformational leaders yang mumpuni bagi bangsa dan negara. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi cita-cita kita semua.

Jakarta, Desember 2018

Solikin M. JuhroKepala BI Institute

Page 16: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan

Page 17: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

BAGIAN I

DIMENSI KONSEPTUALTRANSFORMATIONAL

LEADERSHIP

Page 18: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Halaman ini sengaja dikosongkan

2 Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan

Page 19: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

1. Tantangan dan Urgensi Transformational Leadership

Solikin M. Juhro

1.1. Tantangan Pembangunan Baru: dari VUCA ke TUNASudah hampir satu dekade sejak terjadinya krisis keuangan global tahun 2008/09 kondisi ekonomi dan keuangan dunia masih belum sepenuhnya beranjak dari kondisi normalnya. Hal ini tidak hanya tercermin dari pertumbuhan ekonomi dunia yang masih di bawah angka rata-rata jangka panjangnya dalam lima tahun terakhir, namun juga kondisi pasar keuangan dunia yang masih diliputi oleh ketidakpastian yang sangat tinggi. Banyak pihak menyebut bahwa dunia saat ini telah berubah dengan cepat dan telah memasuki lingkungan baru dengan Volatility (volatilitas), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kompleksitas), dan Ambiguity (kerancuan) yang terus meningkat; dikenal dengan terminologi VUCA.

Volatility artinya perubahan kecepatan, jumlah, besaran cakupan yang tidak dapat diprediksi dan dapat juga diartikan sebagai pergolakan atau perubahan yang tidak dapat diprediksi. Perubahan tatanan atau sistem sosial secara tiba-tiba ataupun penemuan-penemuan baru yang dapat memengaruhi kehidupan sosial kita. Jika tidak diantisipasi dan tidak siap dengan adanya perubahan yang kapan pun itu dapat terjadi, maka kita akan terjerumus ke dalam perangkap kehidupan kita sendiri. Maka dari itu, melek informasi adalah cara agar kita siap mengantisipasi terjadinya perubahan tersebut, sehingga kita bisa memprediksi dan melakukan perencanaan ke depannya untuk mempersiapkan diri dari era VUCA ini.

Uncertainty artinya ketidakpastian. Apa yang tidak pasti? Keraguan kita dalam memprediksi suatu isu dan kejadian membuat suatu hal menjadi tidak pasti. Ketidakmampuan kita dalam memprediksi suatu isu dapat memerangkap kita dengan dunia ketidakpastian. Hingga akhirnya kita hanya akan diam, karena keraguan yang kita miliki. Maka dari itu, keahlian dalam menganalisis diperlukan agar kita dapat dengan cepat mengambil keputusan dalam bertindak. Dengan

Page 20: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan4

analisis, kita akan mengerti isu dan kejadian dengan cara mengupas tuntas secara mendalam sampai munculnya keputusan.

Complexity artinya situasi atau keadaan yang kompleks. Pada era VUCA ini, berbagai isu dan kejadian banyak terjadi. Tidak hanya melibatkan dua pihak yang saling berkonflik, namun banyak pihak dengan keberagamannya dapat masuk ke dalam isu tersebut. Hampir semua fenomena yang terjadi bersifat saling memengaruhi. Ambiguity akhirnya muncul di mana kita mengalami kesulitan dalam memahami isu yang dikarenakan ada banyaknya faktor yang masuk dalam satu isu. Kesulitan dalam memahami permasalahan dan proses mitigasi faktor-faktor penyebab masalah membuat banyak informasi yang beredar, namun belum terbukti kebenarannya. Maka dari itu, mengkritisi sebuah informasi dengan dapat memilih informasi yang akurat dapat membantu kita mengetahui kebenaran suatu isu.

Ke depan, tantangan yang akan dihadapi oleh perekonomian dunia juga akan semakin berat dengan hadirnya revolusi teknologi dan digital, perubahan peta kekuatan perekonomian dunia, serta berbagai dinamika geopolitik global. Teknologi dan inovasi telah tumbuh secara luar biasa pesat pada 10-20 tahun terakhir. Dan saat ini kita telah memasuki era revolusi industri baru (Revolusi Industri 4.0). Klaus Schwab (2016), mengemukakan bahwa revolusi industri saat ini berbeda secara fundamental yang disebabkan oleh kemajuan sains dan teknologi baru. Megatren yang menjadi pendorong revolusi industri dimasnifestasikan dalam beberapa aspek, yaitu fisik (seperti kendaraan otomatis, printer 3D, robot, dan munculnya material-material baru), digital (seperti blockchain dan platform on demand economy), serta biologis (seperti supercomputer yang mampu merekomendasikan pengobatan yang tepat bagi pasien kanker berdasarkan sejarah pasien). Kemajuan teknologi yang sangat cepat ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Schwab (2016) menyebutnya bahwa revolusi industri ini menjadi suatu tantangan dan juga memberikan keuntungan yang sama besar, hal ini menjadikan ‘inequality’ sebagai kata kunci untuk dijadikan fokus dalam menghadapi revolusi industri ini.

Karakteristik permasalahan dan tantangan akan terus berbeda dan berevolusi sepanjang sejarah peradaban dunia. Permasalahan dan tantangan sekarang berbeda dengan masa lalu, dan demikian pula tantangan masa depan akan berbeda dengan masa sekarang. Dunia mengalami pergeseran dan perubahan setiap saat. Masa depan akan lebih sulit diprediksi bergerak ke arah mana

Page 21: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 5

(unpredictable). Penyebab atau akar masalah dari kebijakan yang akan diambil menjadi tidak jelas (unknown). Konsekuensinya, arah kebijakan yang dibuat oleh otoritas maupun pelaku pasar menjadi tidak pasti (uncertain) dan masa depan tidak dapat diprediksi. Perubahan terjadi dengan cepat, era baru timbul menggantikan era lama. Apabila tidak disiasati dengan cepat dan cermat, perubahan tersebut akan bersifat disruptive (unthinkable). Rangkaian krisis yang terjadi dalam tiga dasawarsa belakangan menunjukkan bahwa kerentanan yang terjadi pada suatu negara akan menjalar menjadi krisis regional atau bahkan global dengan faktor yang tidak diprediksi sebelumnya.

Megatren global yang berkembang di atas tentunya memberikan tantangan dan peluang tersendiri bagi setiap negara. Mengutip Donald Rumsfeld (2002)1, dalam mengelola tantangan masa depan terdapat empat jenis tantangan yang dihadapi: a. known-known (disadari dan dikenali), b. known-unknown (disadari namun tidak dikenali), c. unknown-known (hal yang sebenarnya kita kenali, namun tidak disadari

signifikansinya), d. unknown-unknown (hal yang kita tidak sadari dan tidak kenali).

1 Dalam Graham, D. A. (2014)

Hal yang tidak kita sadari

UnknownKnown

KnownKnown

KnownUnknown

UnknownUnknown

Hal yang tidak kita kenali

Hal yang kita sadari

Hal yang kita kenali

Gambar 1.1. Empat jenis tantangan masa depan

Page 22: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan6

Tantangan ke depan yang dapat mengganggu stabilitas suatu bangsa secara umumnya merujuk kepada empat kondisi. Pertama, tantangan yang sudah kita sadari dan ketahui (The Known-Known Challenge). Permasalahan yang ada pada area ini sudah dikenali dan dipahami. Tantangan jenis ini dapat segera ditanggulangi dan dimitigasi dampaknya. Permasalahan dapat diatasi dengan melakukan perencanaan yang baik. Kedua, tantangan yang sudah disadari, namun belum dikenali dengan baik (The Known-Unknown Challenge), begitu juga area ketiga yang kita bisa sadari signifikansinya setelah mengalami berbagai pengalaman yang menyadarkan (Unknown-Known). Permasalahan pada area ini menuntut pemimpin untuk mampu melakukan inovasi karena tantangan yang ada belum pernah dihadapi sebelumnya. Keempat, tantangan yang tidak kita sadari sekaligus tidak kita kenali (The Unknown-Unknown Challenges). Tantangan di area ini merupakan hal yang paling sulit karena mengandung elemen mengejutkan dan tidak dapat diprediksi, yang berdampak luas, serta memiliki dampak negatif yang luas bagi perekonomian.

Menghadapi suatu tantangan masa depan yang penuh “kebaruan” (novelty) membuat kita harus menghadapinya dengan cara yang berbeda. Apa yang kita tahu tidaklah relevan terhadap masa depan yang penuh tantangan yang sangat berbeda. Yang relevan adalah seberapa cepat kita mencari tahu dan bekerja sama atau berkolaborasi dengan orang-orang yang lebih tahu area tantangan tersebut. Jika kita melihat empat jenis tantangan yang dihadapi sebelumnya, VUCA hanyalah mencakup area tantangan known-known, known-unknown, dan unknown-known sedangkan masih ada satu area lagi yang belum dicakup, yaitu: unknown-unknown. Justru dari area unknown-unknown inilah terkadang disrupsi lahir dan menghasilkan banyak sekali perubahan dan perbedaan. Oleh karena itu, dalam Oxford Scenario Planning dipopulerkan istilah baru: TUNA (Turbulence, Uncertainty, Novelty, and Ambiguity), untuk lebih tepat dan lebih baik mendeskripsikan masa depan dan potensi permasalahan yang dibawanya. Turbulence (turbulensi) menunjukkan betapa besarnya potensi gejolak dari perubahan yang di masa depan terjadi. Novelty (kebaruan) yang menyatu dengan kerateristik masa depan dibawa oleh para pembaharu ekonomi. Kebaruan membutuhkan pembaruan berpikir, sehingga apa yang kita tahu terkadang kurang relevan dan yang relevan adalah seberapa baik kita mencari tahu dan berkolaborasi dengan yang tahu. Tantangan masa depan di area unknown-unknown yang mengandung potensi disrupsi inilah yang sangat penting diperhatikan.

Page 23: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 7

1.2. Kata Kunci: TransformasiSecara lugas, pengertian transformasi merujuk pada sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap akhir (ultimate). Menurut kamus Cambridge, transformasi adalah perubahan total dalam penampilan atau karakter sesuatu atau seseorang, agar hal atau orang itu menjadi lebih baik. Dalam konteks organisasi, proses perubahan yang mendalam dan radikal akan mengarahkan organisasi ke arah baru dan membawanya ke tingkat efektivitas yang sama sekali berbeda. Tidak hanya sekadar kemajuan, transformasi menyiratkan perubahan karakter dasar dengan konfigurasi atau struktur sebelumnya. Oleh karenanya, dalam pengertian umum, transformasi berbeda dengan perubahan (change), karena perubahan masih mengandung unsur reversibilitas atau dapat kembali ke karakter sebelumnya, sementara transformasi tidak.

Dalam penerapannya, transformasi dilakukan dalam berbagai lingkup, dalam lingkup yang luas adalah transformasi negara atau bangsa, sementara dalam lingkup yang lebih kecil adalah transformasi organisasi, bahkan individu. Suatu bangsa atau organisasi saat ini dan ke depan dihadapkan dengan persaingan yang semakin ketat, sehingga transformasi untuk meningkatkan daya saingnya adalah suatu keniscayaan. Transformasi melibatkan interaksi yang kompleks dan simultan. Dalam prosesnya, berbagai bentuk yang mungkin bisa muncul yang mencerminkan kemungkinan masa depan, mulai dari sekadar penggantian sistem hingga transformasi lengkap ke tingkat kompleksitas yang lebih tinggi.

Dalam lingkup suatu negara atau bangsa, transformasi banyak merujuk pada dinamika pembangunan yang dilakukan secara menyeluruh oleh negara tersebut. Dengan kata lain, transformasi pembangunan adalah transformasi yang bersifat struktural dalam segala aspek kehidupan, baik perubahan kultural, politik, sosial, ekonomi, maupun yang lainnya. Dalam wujud yang lebih tegas, bahkan, transformasi merujuk kepada perubahan dalam pembangunan nasional yang menjadi visi dan misi suatu pemerintahan. Sementara itu, ketika suatu organisasi dihadapkan pada tantangan-tantangan yang sulit dan/atau peluang yang sangat menjanjikan maka perubahan saja tidak cukup. Transformasi juga diperlukan. Transformasi menuntut perubahan fundamental identitas dan strategi organisasi, kepemimpinan dan budaya, praktik dan proses, produk, serta layanan. Transformasi organisasi adalah proses dalam rangka memperbarui dirinya untuk masa depan yang berkelanjutan dalam lingkungan yang sangat kompleks dan terus berubah.

Page 24: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan8

Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang terus mengalami beberapa tahapan transformasi pembangunan menuju cita-citanya. Jika merujuk pada Pembukaan UUD 1945 maka cita-cita bangsa Indonesia adalah menjadi negara yang berdaulat dan sejahtera, lahir dan batin. Jika mengacu pada tahapan dalam teori pertumbuhan klasik (Rostow), bangsa Indonesia berkeinginan untuk bertransformasi dari negara dengan struktur masyarakat yang tradisional menuju tinggal landas menjadi negara dengan kematangan ekonomi yang tinggi. Tentunya, untuk mencapai cita-cita tersebut, berbagai rezim pemerintahan republik ini memiliki fokus tujuan dan strategi pembangunan yang berbeda-beda, sesuai dengan tantangan pembangunan yang dihadapi dan preferensi kebijakan yang diambil.

Pada masa Orde Lama atau era Presiden Soekarno, misalnya, strategi pembangunan dirancang dengan lebih menekankan pada usaha pembangunan politik. Hal ini sesuai dengan situasi saat itu, yaitu masa perjuangan fisik untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan nasional. Dimensi ekonomi mulai mendapatkan ruang yang luas pada masa Orde Baru yang berpedoman pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional. Pada era Presiden Soeharto inilah transformasi pembangunan dikawal oleh Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dilaksanakan berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Selanjutnya di era pasca pergerakan reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyusun strategi pembangunan yang sesuai konteks Indonesia dengan memadukan pendekatan sumber daya (resources), pengetahuan (knowledge), dan budaya (culture). Pertumbuhan ekonomi yang dianut adalah pertumbuhan disertai pemerataan, growth with equality, agar benar-benar membawa rasa adil. Ekonomi dalam negeri yang berdimensi kewilayahan, daerah-daerah menjadi kekuatan ekonomi lokal. Spirit transformasi juga dicanangkan secara kuat oleh Presiden Joko Widodo dengan visinya untuk mewujudkan “Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Pada era kepemimpinan ini, Jokowi merancang sembilan agenda prioritas yang disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Cita-cita luhur bangsa Indonesia. “berdaulat dan sejahtera”, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 di atas adalah sesuatu yang memiliki

Page 25: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 9

hakiki, universal, dan tidak tergerus oleh dimensi waktu maupun perubahan kepemimpinan. Oleh karenanya, dalam perspektif lain, makna “berdaulat dan sejahtera” juga merefleksikan keinginan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang unggul dan relevan di masa depan. Tentunya untuk mewujudkan hal ini semakin tidak mudah karena sifat tantangan yang dihadapai oleh bangsa ini ke depan akan semakin berat dan kompleks, sebagaimana dijelaskan sebelumnya dalam terminologi VUCA-TUNA.

Transformasi pembangunan ke depan akan diwarnai oleh berbagai disrupsi teknologi dan dinamika politik dalam dan luar negeri serta ketidakpastian dan perubahan lanskap ekonomi global. Kompleksitas tantangan muncul karena hampir semua aspek yang diperhitungkan dalam pengambilan kebijakan bersifat endogenous atau saling memengaruhi satu sama lain. Oleh karenanya, strategi pembangunan perlu mengantisipasi masa depan dengan mengembangkan berbagai skenario pembangunan yang relevan. Yang tak kalah pentingnya adalah perlunya pengembangan kepemimpinan yang sadar dan fasih mengelola masa depan, yang akan memengaruhi kualitas pengambilan keputusan dan kebijakan strategis, untuk menghadapi masa depan yang dipenuhi kebaruan dan pembaruan, yang diakibatkan terutama oleh disrupsi teknologi yang bersifat eksponensial.

Antisipasi masa depan perlu dilakukan secara terstruktur dan sistematis dengan menggunakan framework yang dapat menjadi bahasa yang sama, dan dipahami dalam perspektif yang sama oleh seluruh elemen bangsa. Bentuk antisipasi terstruktur dan sistematis ini dapat berupa inisiatif pengembangan scenario planning, yang terintegrasi dengan strategic planning. Sebagaimana di beberapa negara maju, hal ini dapat diperkuat dengan institusionalisasi kapabilitas khusus yang mengantisipasi masa depan dan mengembangkan skenario-skenario masa depan yang relevan dan memberikan rekomendasi strategis ke berbagai otoritas di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perencanaan strategis di Indonesia dan dalam jangka panjang membangun Indonesia yang relevan terhadap masa depan.

Demikian pula Bank Indonesia yang telah memulai tahapan transformasi di awal 2000-an, sejalan dengan mandat baru yang diemban sebagai bank sentral modern yang independen, melalui penguatan kelembagaan, kerangka kebijakan, organisasi dan sumber daya manusia (SDM). Pengalaman krisis keuangan Asia 1997/98 memberikan pelajaran yang sangat berharga untuk mematangkan kiprah Bank Indonesia dalam berkontribusi nyata bagi pembangunan nasional. Krisis

Page 26: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan10

keuangan global 2008/09 melahirkan dimensi tantangan yang semakin kompleks. Bank Indonesia menyadari bahwa kompleksitas masalah pasca krisis tidak dapat hanya dijawab melalui penguatan struktur kelembagaan dan kebijakan yang lama atau konvensional, namun harus beyond conventional wisdom.

Bank Indonesia pun dituntut untuk menjadi organisasi pembelajaran yang agile dalam menghadapi kompleksitas (organizational agility) dan adaptif dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain. Selain memperkuat strategi kebijakan di berbagai domain kebijakan bank sentral (moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran), Bank Indonesia menyadari peran sumber daya manusia yang kompeten dan mumpuni sangat diperlukan. Untuk itu, Bank Indonesia mendorong perlunya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembelajaran mengenai kepemimpinan ekonomi (economic leadership) perlu ditanamkan ke dalam setiap domain pembelajaran sehingga dapat menciptakan kesadaran pentingnya kepemimpinan inovatif dan memberikan kontribusi strategis dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Beberapa tantangan besar tersebut telah dijawab oleh Bank Indonesia melalui Program Transformasi di 2014 untuk memastikan fungsi, tugas, dan wewenang Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Transformasi akan menjadi spirit Bank Indonesia ke depan untuk mewujudkan visi Bank Indonesia sebagai bank sentral yang kredibel serta memberi kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia. Suatu transformasi yang berdampak luas, tidak hanya untuk Bank Indonesia tetapi untuk bangsa dan negara, karena bank sentral adalah martabat bagi setiap bangsa.

1.3. Urgensi Kepemimpinan – Transformational LeadershipDalam perspektif kepemimpinan, megatren global yang masif sebagaimana diindikasikan di atas membuat organisasi harus mampu menerjemahkan tantangan tersebut menjadi suatu visi dan aksi yang jelas (KPMG International, 2014). Megatren global ini terkait dengan isu pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan, teknologi, sumber daya manusia, dan kepemimpinan yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Megatren ekonomi ditandai dengan pergeseran peta kekuatan perekonomian dunia. Dalam hal ini, China dan India menjadi sorotan. Diperkirakan pada tahun 2030, Tiongkok dan India akan menyumbang 35% (tiga puluh lima persen)

Page 27: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 11

populasi dunia dan 25% (dua puluh lima persen) GDP dunia. Megatren demografi ditandai dengan meningkatnya perpindahan antar negara (borderless society) dan meningkatnya penduduk berumur lanjut. Diperkirakan kenaikan penduduk usia lanjut mencapai 5% (lima persen) dalam lima belas tahun ke depan. Pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan melambat. Hal ini membawa konsekuensi pada kebijakan yang dikeluarkan organisasi, pemerintahan, atau non-pemerintahan. Megatren urbanisasi ditandai pertumbuhan populasi dunia yang akan menetap di kota (urban) yang mencapai 10% (sepuluh persen) pada 2030. Urbanisasi yang terjadi menyebabkan pertumbuhan PDB enam ratus kota top di dunia akan meningkat sebesar 50% (lima puluh persen) atau sekitar USD 34 Triliun. PBB memperkirakan pertambahan penduduk terjadi di emerging economies. Sehingga, peranan kota dalam pembangunan menjadi sangat penting.

Sementara itu, megatren perdagangan internasional, kawasan Asia Pasifik diyakini tetap mampu menjadi poros perdagangan dan investasi dunia. Namun, dampak dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru (Trump Effects) diperkirakan akan mendorong keseimbangan baru, termasuk dalam konsep peningkatan global production network. Antisipasi industri nasional terhadap dampak dari perubahan ini dapat diupayakan melalui penguatan kerja sama internasional serta perdagangan dan investasi dalam kawasan. Demikian pula dengan megatren dalam persaingan sumber daya alam. Persaingan memperebutkan sumber daya alam (terutama energi dan air) ke depan akan tetap tinggi seiring dengan bertambahnya penduduk dunia, meningkatnya kegiatan ekonomi, serta perubahan gaya hidup. Inovasi dan teknologi diperlukan untuk mengatasi kelangkaan sumber daya.

Selain beberapa megatren di atas, kepemimipinan menjadi isu utama yang juga harus diperhatikan. Dalam World Economy Forum dikatakan bahwa krisis terbesar saat ini adalah krisis kepemimpinan (Shahid, 2015). Kepemimpinan dapat menjadi akar dari solusi atau akar dari masalah. Survei Deloitte dalam Leading the New World of Work Human Capital Trend tahun 2014-2015 kepada prominent CEO di dunia memperlihatkan bahwa kepemimpinan semakin penting kedudukannya, namun pada saat bersamaan gap kesiapan pemimpin semakin melebar (Deloitte, 2015). Terkait hal ini, permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan organisasi adalah cara mengelola leadership pipeline di tengah perkembangan organisasi yang pesat serta kecenderungan rendahnya engagement.

Page 28: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan12

Oleh karenanya, fokus pada pengembangan kepemimpinan strategis secara terintegrasi diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kepemimpinan di masa kini dan ke depan yang mampu berselancar dalam dinamika arus perubahan. Karakteristik kepemimpinan tersebut secara umum sejalan dengan ciri-ciri kepemimpinan transformasional (transformational leadership), yaitu suatu kepemimpinan yang tidak hanya mampu memotivasi dan menggerakkan, namun juga mewujudkan kapasitas untuk senantiasa agile di setiap keadaan. Kepemimpinan yang dapat menjadi ujung tombak transformasi dalam sebuah organisasi bahkan negara. Suatu organisasi tidak akan mampu bertransformasi sebelum leader bertransformasi. Transformational leadership merupakan suatu kepemimpinan partisipatif ketika leader dan followers bersinergi mencapai visi dan misi bersama. Jika dilihat dari rekam jejaknya, dengan karakteristik individual yang dimiliki, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, dan Muhammad Yunus adalah sedikit contoh dari pemimpin-pemimpin transformasional yang dapat kita jumpai dalam satu setengah abad terakhir ini.

Terkait dengan isu kepemimpinan tersebut adalah adanya tren pergeseran kepentingan dari human resources management menjadi brain resources management. Hal ini sudah banyak diinisiasi oleh lembaga pemerintahan/non-pemerintahan seperti Obama’s Brain Initiative (US). Otak yang memiliki lebih dari seratus miliar saraf dan seratus trililun koneksi ini mendorong penemuan neuroscience untuk meneliti cara kerja/aktivitas sel otak yang terkoneksi secara struktural dan fungsional yang berdampak pada perilaku seseorang. Neuroscience didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sistem saraf, dengan pendekatan multidisiplin, untuk melihat proses biologis (termasuk sistem listrik dan kimiawi) yang terjadi di otak saat individu berpikir atau bertindak. Penelitian neuroscience saat ini tidak lagi terbatas pada otak orang-orang yang mengalami gangguan (disorder) namun otak orang-orang sukses. Penelitian neuroscience terapan ini akan meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain dan sistem/lingkungan. Sebagai sebuah ilmu yang mutakhir, neuroscience terapan diyakini dapat menjadi salah satu solusi untuk menjalankan misi mengubah orang lain dan lingkungan menjadi lebih baik.

Telah disinggung sebelumnya bahwa krisis kepemimpinan merupakan suatu megatren yang harus dipersiapkan dan dihadapi. Kofi Annan (2016)2 mantan Sekjen PBB mengatakan,

2 Dalam Human Development Report 2016

Page 29: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 13

”What does the illegal drugs trade have in common with the death toll from the Ebola epidemic? Or what does our collective failure so far to address climate change (the climate agreement in Paris marks the beginning, not the end, of the road) or why does the Security Council unable to stop the violence in Syria and Iraq?” Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah kepentingan politik yang tidak

ada serta kegagalan kepemimpinan dalam penanganan kasus tersebut. Kofi Annan lebih lanjut menjelaskan bahwa keahlian, kemampuan, dan pengalaman pemimpin untuk memecahkan dan mendatangkan solusi dari suatu masalah yang terjadi di masyarakat sudah cukup mumpuni. Masalahnya adalah belum ada kepemimpinan yang menggembleng keinginan terhadap suatu perubahan. Dunia mengalami krisis kepemimpinan, bukan krisis pengetahuan.

Pada akhirnya, dunia akan selalu berubah dan masalah yang muncul akan semakin kompleks dan semakin sulit diurai. Untuk menjawab permasalahan ini dibutuhkan kepemimpinan yang handal. Dalam ranah ekonomi pun, dibutuhkan kepemimpinan ekonomi yang tepat dan proaktif dalam menjawab tantangan masa depan yang serba VUCA-TUNA dan memiliki kemampuan substansial, visioner, mampu mendiagnosis permasalahan, dan mampu melahirkan ide-ide inovatif untuk menjawab tantangan. Dalam praktiknya, untuk menjadi seorang pemimpin yang transformatif tidaklah mudah.

Dalam perkembangan terakhir, muncullah disiplin neuroscience (terapan) yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menjalankan misi mengubah orang lain dan lingkungan menjadi lebih baik. Hal ini karena otak adalah master kontrol untuk mengintegrasikan seluruh sistem tubuh termasuk komponen utama dari perasaan dan insting. Pemimpin juga merupakan master kontrol dalam organisasi. Pemimpin dapat mengendalikan otak orang lain dengan cara mengelola otak sendiri sehingga otak bawahan dapat tune-in dengan otak pemimpin. Ketika otak pemimpin dan bawahan telah selaras, maka pemimpin dan bawahan akan bersinergi dengan efektif untuk mencapai tujuan bersama karena pemimpin adalah individu yang memiliki kecukupan akan status, kekuasaan, dominasi, dan pengaruh (Swart, 2015). “When soldiers know their leaders care for them as they care for their own children,

then the soldiers love their leaders as they do their own fathers” – Liu Ji (1310-75) Lesson of War

Kepemimpinan yang bertujuan mengubah budaya dan struktur organisasi pada akhirnya juga menuntut transformasi pribadi dalam mengembangkan kualitas pribadi: kesadaran diri, empati, keotentikan dan sebagainya. Beberapa

Page 30: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan14

pertanyaan yang muncul antara lain: bagaimana kita memupuk sifat-sifat ini? Bagaimana kita masuk ke dalam untuk memeriksa nilai-nilai yang kita pegang teguh pada diri kita, menjadi utuh dan terintegrasi dalam kehidupan pribadi dan profesional kita? Bagaimana kita menjadi lebih peduli terhadap satu sama lain dan lingkungan kita? Bagaimana kita memupuk sumber daya batin kita? Bagaimana kita menyentuh basis dengan spiritualitas kita, domain kehidupan kita yang berkaitan dengan makna dan tujuan akhir? Bisa jadi, inilah tantangan transformasi yang sesungguhnya.

Isu-isu terkait dengan VUCA-TUNA yang menyertai megatren dalam perubahan lingkungan global yang pesat serta tantangan kepemimpinan yang diuraikan diatas sangat relevan dalam kasus Indonesia. Sebagai suatu emerging country dengan struktur ekonomi yang masih tergolong “small-open”, pembangunan ekonomi Indonesia sangat terpengaruh oleh dampak megatren sebagaimana dipaparkan di atas. Dalam kaitan ini, tantangan Indonesia terkait dengan dampak dan risiko terbesar terhadap masa depan bangsa adalah area the known-unknown dan the unknown-unknown. Dalam kaitan ini, kompleksitas permasalahan yang dihadapi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi global 2008/09 patut dicermati. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terbilang cukup kuat (dibandingkan dengan peer countries) dan kecenderungan inflasi yang lebih semakin rendah, terdapat growth paradox terkait dengan kualitas pembangunan ekonomi belum dapat dikatakan optimal, yang tercermin pada angka pengangguran yang masih cukup tinggi serta angka gini ratio yang belum membaik secara signifikan.

Sementara itu, dalam lingkup global, daya saing perekonomian Indonesia juga masih belum beranjak ke posisi yang membanggakan. Di tingkat regional, tingkat daya saing Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Urgensi penguatan daya saing menjadi mengemuka sejalan dengan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak 2015. Beberapa permasalahan struktural terkait dengan daya saing berusaha yang masih belum terlalu tinggi akibat belum memadainya kebutuhan dasar dalam melakukan penanaman modal (basic requirement) seperti kelembagaan dan infrastruktur, efisiensi perekonomian yang masih rendah, termasuk inflasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain, serta inovasi yang relatif belum banyak.

Tantangan global ke depan diperkirakan akan semakin berat dengan adanya kecenderungan melambatnya produktivitas ekonomi global sehingga secara fundamental pertumbuhan ekonomi global tidak dapat setinggi era sebelumnya.

Page 31: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 15

Belum lagi, munculnya gelombang populism yang mendorong kebijakan ekonomi yang inward-looking, cenderung protektif hingga keluar dari kerjasama ekonomi dan perdagangan global (de-globalization) semakin menurunkan volume perdagangan dunia. Last but not least, perkembangan ekonomi digital yang berkembang pesat. Bagaikan pisau bermata dua, berkembangnya ekonomi digital dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui inovasi digital, namun bagi yang kalah bersaing akan tersingkir. Dinamika perkembangan ekonomi global tersebut berdampak signifikan terhadap kinerja perekonomian nasional.

Oleh karena itu, langkah strategis untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut harus dipersiapkan dengan baik. Dinamika lingkungan strategis nasional dan global yang terus berubah harus menjadi pertimbangan dasar suatu organisasi untuk terus adaptif terhadap perubahan zaman. Demikian pula, kemampuan memfasilitasi perubahan (facilitating change) merupakan aspek penting yang harus diperhatikan seorang pemimpin. Tidak hanya itu, pemimpin juga dituntut untuk mampu melakukan orkestrasi inovasi, mulai dari pengembangan kapasitas inovasi individu dan tim hingga institutionalisasi inovasi. Pemimpin yang mampu melakukan ini dapat kita sebut sebagai game changer atau orang-orang yang membawa pembaruan, merubah dan mengangkat persaingan ke level yang berbeda. Inilah salah satu ciri kepemimpinan transformatif.

1.4. Mengenai Buku IniBuku ini disusun dengan tujuan agar memberikan referensi yang dalam dan kontekstual bagi para pembaca tentang transformational leadership dan beberapa isu strategis terkait. Sepemahaman penulis, buku ini unik dan cukup komprehensif, paling tidak di Indonesia. Sangat jarang referensi mengenai transformational leadership yang mengulas dimensi konseptual atau teoritis, praktik dan tools terkait, maupun bagaimana implikasi kepemimpinan pada pembangunan suatu bangsa. Terlebih lagi, beberapa paparan dalam buku ini didasarkan pada kristalisasi pemikiran yang didukung oleh hasil riset yang robust, beberapa di antaranya telah dipublikasi pada jurnal internasional. Oleh karenanya, merupakan suatu peluang yang sangat baik apabila nantinya pembaca merujuk publikasi tersebut untuk dapat mendalami isu terkait.

Para pembaca diharapkan dapat memahami berbagai dimensi kepemimpinan yang sangat luas untuk dapat mengambil peran dalam menjadi seorang pemimpin ekonomi di bidangnya masing-masing dan dapat memberikan kontribusi ide-

Page 32: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan16

ide maupun terobosan kreatif untuk dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan tingkat kedalaman dan keluasan substansinya, buku ini dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas, kalangan akademisi, pengambil kebijakan publik, maupun profesional. Baik baby boomer sampai dengan golongan milenial dapat turut serta dalam mentransformasikan diri menjadi seorang pemimpin ekonomi yang dapat membawa dampak positif bagi negara ini.

Sejalan dengan judul buku, terdapat 9 bab yang terbagi menjadi tiga bagian yang terangkai menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bagian pertama terkait dengan dimensi konseptual transformational leadership, yang terdiri dari tiga bab. Bab 1 membahas mengenai tantangan pembangunan yang dihadapi, baik secara global, regional, maupun di Indonesia, serta urgensi transformational leadership dalam menjawab tantangan tersebut. Bab 2 akan memaparkan perspektif historis perkembangan teori kepemimpinan yang relevan dengan konteks pada zamannya, termasuk teori mengenai transformational leadership. Sementara itu, bab 3 akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai transformational leadership serta relevansinya sebagai kepemimpinan masa depan.

Bagian kedua mengeksplorasi beberapa pendekatan dalam transformational leadership, yang terdiri dari tiga bab. Bab 4 akan menggali isu-isu mengenai transformational leadership serta neurosains terapan sebagai salah satu pendekatan yang efektif dalam mendorong kepemimpinan transformasional. Bab 5 akan mengeksplorasi transformational leadership dari perspektif medis, termasuk bukti empiris mengenai optimalisasi cara kerja otak yang dapat mengoptimalisasi efektivitas transformational leadership. Selanjutnya, bab 6 akan membahas mengenai tantangan transformasi serta peran dari aspek spiritualitas yang menjadi penting dalam sebuah kepemimpinan transformasional.

Bagian ketiga menyajikan implikasi transformational leadership pada pembangunan, yang terdiri dari tiga bab. Bab 7 ditujukan untuk menggali isu-isu terkait transformational leadership serta frugal innovation sebagai salah satu pendekatan yang efektif dalam upaya menemukan sumber-sumber baru pendorong pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, bab 8 akan menguraikan peran transformational leadership sebagai tipe kepemimpinan yang sustainable dan mampu menjadi game changer, sekaligus mengajukan model Breakthrough Possibility Frontier untuk mencerminkan proses pengembangan kapasitas seorang pemimpin sehingga dapat melakukan terobosan. Terakhir, bab 9 akan menguraikan mengenai

Page 33: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 17

pembangunan bangsa yang unggul melalui kepemimpinan transformasional yang berwawasan kebangsaan, termasuk di dalamnya mengenai pelembagaan inovasi sehingga inovasi dapat dilakukan terus menerus dan berkelanjutan.

Elaborasi lebih lanjut dari substansi bab-bab tersebut (bab 2 sampai dengan bab 9) dapat dirangkum sebagai berikut.

Bab 2 memaparkan perspektif historis perkembangan teori kepemimpinan yang relevan dengan konteks pada zamannya. Penjelasan mengenai teori kepemimpinan tersebut akan dimulai dari the great man theory of leadership, the trait theory of leadership, the skill theory of leadership, the contingency theory, transactional and transformational leadership. Penggunaan tipe kepemimpinan tersebut akan sangat bergantung pada situasi yang sedang terjadi. Dalam konteks tersebut, transformational leadership merupakan tipe kepemimpinan yang mampu menghadapi perubahan dan situasi yang tidak pasti. Dalam kaitan ini, pengembangan pemikiran mengenai kepemimpinan tranformasional secara teoretik telah memberi warna baru dalam kemandegan pemikiran teori kepemimpinan pada tahun 1980-an. Cukup pesatnya perkembangan pemikiran dan daya tarik kepemimpinan transformasional dilandasi oleh kemampuannya di dalam mengubah manusia dari dalam dirinya sebagai komponen terkecil dalam organisasi. Perubahan internal dan permanen di dalam diri manusia tentu berlanjut pada perubahan tim, dan berlanjut lagi pada perubahan organisasi.

Bab 3 memaparkan fenomena-fenomena kepemimpinan yang menarik dan inherent dalam transformational leadership sebagai gaya kepemimpinan masa depan. Dari paparan bab ini, kita diharapkan dapat meyakini bahwa lingkungan yang dicirikan oleh ketidakpastian, gejolak global, dan ketidakstabilan organisasi membutuhkan kepemimpinan transformasional di semua level organisasi. Beberapa argumen yang terbangun menyimpulkan bahwa transformational leadership adalah kepemimpinan yang cocok untuk masa kini dan masa depan. Yang menarik, pada bab ini juga disampaikan bahwa di tengah kekuatannya yang sejalan dengan pemikiran di zaman modern, kepemimpinan transformasional tidak terlepas dari beberapa kritik. Namun, kritik-kritik yang ada masih belum cukup untuk menggoyahkan konsep inti dari teori kepemimpinan transformasional. Dalam perspektif pemikiran yang positif, teori kepemimpinan transformasional, atau bahkan teori kepemimpinan apa pun, dapat dipelajari atau diajarkan; hanya perbedaannya terletak pada seberapa baik seseorang dapat beradaptasi dan menerapkan pengetahuan kepemimpinan.

Page 34: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan18

Bab 4 merupakan pemikiran research based yang ditujukan untuk menggali isu-isu terkait dengan transformational leadership serta keberadaan neuroscience terapan sebagai salah satu pendekatan yang efektif dalam mendorong transformational leadership. Secara khusus, pertanyaan yang akan dijawab adalah: (i) mengapa diperlukan transformational leadership? (Why); (ii) apakah keunggulan relatif neuroscience terapan dibandingkan dengan pendekatan lain? (What); dan (iii) bagaimana mekanisme transmisi neuroscience terapan dalam mendorong transformational leadership? (How) Dari hasil pengamatan awal dapat disimpulkan bahwa transformational leadership sangat dibutuhkan karena merupakan suatu kepemimpinan yang tidak hanya mampu memotivasi dan menggerakkan organisasi secara vertikal dan horizontal, namun juga mewujudkan kapasitas organisasi untuk senantiasa agile di setiap keadaan. Dalam kaitan ini, sebagai suatu pendekatan, neuroscience terapan dapat memberikan pemahaman aktivitas dan cara kerja otak manusia yang membantu leader untuk memimpin transformasi organsisasi.

Bab 5 memaparkan hasil penelitian lanjutan untuk mengetahui pemetaan otak transformational leader dan pengaruh stimulasi melalui pendekatan neurosains, seperti neurofeedback, dalam mengubah bentuk aktivitas otak leader. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan adanya indikator-indikator objektif yang menyatakan seseorang bersifat transformational leader. Upaya mendorong transformational leadership berbasis pendekatan neurosains terapan juga diharapkan dampak positif sebagai metode alternatif yang dapat diandalkan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa adanya stimulasi terhadap otak (neurofeedback) membuat partisipan mampu untuk mengendalikan gelombang otak dalam keadaan sadar. Dengan adanya kemampuan untuk mengendalikan gelombang otak, seorang leader diharapkan dapat bekerja dengan lebih optimal.

Bab 6 mendalami aspek spiritual dalam kepemimpinan, khusunya tantangan transformasi dan peran spiritualitas dalam kepemimpinan transformasional. Spiritualitas menjadi aspek penting dalam kepemimpinan karena dapat berperan sebagai fondasi dan jangkar dalam kepemimpinan transformasional. Dalam hal ini, spiritualitas tidak diartikan hanya terbatas pada agama, namun berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang mengandung kebijaksanaan universal. Pemimpin dengan derajat spiritual yang tinggi juga cenderung lebih bijaksana dalam melihat sesuatu. Wujud kewaskitaan telah menajamkan mata batinnya untuk merasa peka terhadap gejala-gejala sosial yang

Page 35: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 19

ada. Dengan kepekaan itu seorang pemimpin spiritual menjalin ikatan saling percaya dengan yang lain. Bahkan ia dapat menembus ruang dan waktu menjadi lebih visioner.

Bab 7 berangkat dari beberapa hasil studi yang menunjukkan bahwa transformational leadership berpengaruh pada kreativitas dan inovasi organisasi. Secara khusus, bab ini juga merupakan pemikiran research based yang menggali isu-isu terkait dengan transformational leadership serta frugal innovation sebagai salah satu pendekatan yang efektif dalam upaya menemukan sumber-sumber baru pendorong pertumbuhan ekonomi (new source of economic growth). Hasil pengamatan menunjukkan mengenai pentingnya peran kualitas inovasi dan potensi kepemimpinan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Untuk melengkapi klaim tersebut, penting sekali untuk melakukan pendalaman isu mengenai bagaimana peran transformational leadership sebagai game changer melakukan terobosan (breakthrough) dalam mendorong game changing frugal innovation sebagai strategic driver pertumbuhan ekonomi.

Bab 8 mencoba membangun pemikiran lebih lanjut mengenai peran kepemimpinan transformatif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Setiap pemimpin memiliki tugas untuk menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi. Dalam melaksanakan tugas itu, di era yang penuh dengan ketidakpastian ini, pemimpin menghadapi persoalan kelangkaan dan keterbatasan (scarcity & constraints, baik sumber daya, waktu, maupun energi). Pemimpin perlu memiliki kompetensi khas yang terdapat dalam karakteristik transformational leadership, untuk melakukan inovasi dalam keterbatasan (frugal innovation). Adanya keterkaitan yang erat antara dimensi kompetensi transformational leadership dengan sustainable leadership secara tidak langsung menunjukkan bahwa transformational leadership pada hakikatnya merupakan sustainable leadership. Dalam bab ini, disampaikan pendekatan baru, yaitu Breakthrough Possibility Frontier (BPF) Model, yang mengintegrasikan kemampuan atau kapasitas individu/organisasi dalam mengelola kualitas inovasi (frugal innovation) di satu sisi, serta potensi kepemimpinan (transformational leadership) di sisi lain.

Bab 9, sebagai bab pamungkas, menguraikan beberapa dimensi pembangunan bangsa yang unggul melalui kepemimpinan transformasional yang berwawasan kebangsaan. Hal ini dapat juga disebut sebagai kepemimpinan ekonomi. Kepemimpinan seperti itu diharapkan dapat melahirkan sumber-sumber ekonomi baru melalui inovasi. Lebih dari itu, pemimpin seharusnya mampu

Page 36: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Transformational Leadership: Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan20

untuk melembagakan inovasi tersebut, sehingga suatu negara dapat berinovasi secara terus-menerus dan berkelanjutan. Orkestrasi inovasi di tingkat organisasi akan terakumulasi di tingkat industri menjadi orkestrasi pembaruan industri. Ketika produksi inovasi terobosan secara berkelanjutan terjadi di berbagai bidang (pendidikan, kesehatan, digitalisasi ekonomi, pariwisata, industri kreatif, manufacturing, dll.), maka akselerasi pun terjadi. Institusionalisasi atau pelembagaan inovasi akan menghasilkan multiplikasi. Akselerasi dan multiplikasi kemampuan inovasi ini akan menjadi sumber percepatan pertumbuhan ekonomi dari dalam, ketika terakumulasi di tingkat bangsa dan negara.

Sebagai penutup dapat kami sampaikan bahwa dalam mengimplementasikan apa yang telah pembaca dapatkan dalam buku ini, tentunya dibutuhkan kepedulian yang tinggi dalam membaca semua peluang dan kesempatan yang terlihat, terdengar, dan terasa oleh para pembaca. Bisa dimulai dari pekerjaan yang sedang dilakukan, kebutuhan dalam berorganisasi, riset maupun aktivitas lainnya di dalam lingkungan luas, seperti di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, organisasi kemasyarakatan, dan lainnya. Tidak menutup diri dengan apa yang telah disukai, tentunya akan mempermudah pembaca mengimplementasikan bacaan ini.

Akhir kata, dengan segenap kerendahan hati, dapat kami sampaikan bahwa buku ini merupakan wakaf pemikiran para penulis untuk kemajuan bersama. Oleh karenanya, kami mengajak para pembaca sekalian melakukan perjalanan spiritual, mengarungi samudera keilmuan, serta mematangkan komitmen dan tindakan kita sebagai pemimpin, paling tidak sebagai pemimpin bagi diri sendiri. Syukur-syukur jika bisa menabur kemanfaatan bagi kebaikan sesama, karena manusia terbaik itu adalah yang dapat berbuat baik bagi lingkungannya. Semoga buku ini bermanfaat dan mencerdaskan masyarakat luas. Semoga!

Page 37: TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP - bi.go.id fileTRANSFORMATIONAL LEADERSHIP Konsep, Pendekatan, dan Implikasi pada Pembangunan EDITOR: SOLIKIN M. JUHRO Kampus Utama BI Institute, Gedung

Bagian I : Dimensi Konseptual Transformational Leadership 21

ReferensiDefense.gov News Transcript: DoD News Briefing – Secretary Rumsfeld and Gen.

Myers, United States Department of Defense (defense.gov).Deloitte. (2015). Leading in the New World of Work Human Capital Trends 2015.KPMG (2014). Future State 2030: The Megatrend globals Shaping Governments.Schwab, K. & Davis, N. (2016). Shaping the Fourth Industrial Revolution. World

Economic Forum.Shahid, S. (2015). Lack of Leadership. Diunduh 23 Maret 2017 dari http://reports.

weforum.org/outlook-global-agenda-2015/top-10-trends-of-2015/3-lack-of-leadership/?doing_wp_cron=1500980728.5477719306945800781250.

Swart, T., Chisholm, K., dan Brown, P. (2015). Neuroscience for Leadership: Harnessing the Brain Gain Advantage. New York: Palgrave Macmillan.

United Nations Development Programme (UNDP). (2016). Human Development Report 2016.