25
EMBAHASAN 1.DARAH Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah terkandunghemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. 1.1. KOMPONEN DARAH Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari: 1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. 1. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 – 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Normal berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³ 1. Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Fungsi utama dari leukosit tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah.Plasma darah adalah bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi plasma darah : 1. Air 2. Protein Protein plasma terdiri dari :

Transfusi Darah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Transfusi Darah

EMBAHASAN

1.DARAH

Darah berasal dari bahasa Yunani haima yang artinya darah. Dalam darah

terkandunghemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein

pengangkut oksigen.

1.1. KOMPONEN DARAH

Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka ini

dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar

antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium

cairan darah yang disebut plasma darah.

Korpuskula darah terdiri dari:

1. Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).

Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi

biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan

dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.

Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.

Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit Anemia. Eritrosit berusia sekitar

120 hari.

1. Keping-keping darah atau trombosit (0,6 – 1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Normal berkisar antara 200.000-

300.000 keping/mm³

1. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-

benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Fungsi utama dari

leukosit tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam

tubuh. Peningkatan jumlah lekosit merupakan petunjuk adanya infeksi. Orang yang kelebihan leukosit

menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita

penyakit leukopenia. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah.Plasma

darah adalah bagian yang tidak mengandung sel darah. Komposisi plasma darah :

1. Air

2. Protein

Protein plasma terdiri dari :

1.   Albumin       ( 57% )

Page 2: Transfusi Darah

-Menjaga tekanan osmotik koloid

2.  Globulin        ( 40% )

-Terdiri dari α1, α 2, ß , γ globulin.

-Berperan dlm kekebalan tubuh.

-Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam:

1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen (Presipitin)

2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen (Lisin)

3. Antibodi yang dapat menawarkan racun  (Antitoksin)

3. Fibrinogen     ( 3% )

-Mengandung faktor-faktor koagulasi

Serum adalah cairan berwarna kuning supernatan yg terdapat pada darah yg mengalami koagulasi.

Serum tidak mengandung fibrinogen, faktor koagulasi ( f. II, f.V , f. VIII ).

1.2. FUNGSI DARAH

Fungsi Umum Darah adalah :

1. Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air)

2. Termoregulasi (pengatur suhu tubuh)

3. Imunologi (mengandung antibodi tubuh)

4. Homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator)

2. TRANSFUSI DARAH

Transfusi darah adalah tindakan memindahkan darah atau komponennya ke dalam sistim pembuluh

darah seseorang. Komponen darah yang biasa ditransfusikan ke dalam tubuh

Page 3: Transfusi Darah

seseorang adalah sel darah merah, trombosit, plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu

pengobatan yang bertujuan menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau

terdapat dalam jumlah yang tidak mencukupi.

Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya,yaitu

transfusi allogenic dan transfusi autologus. Transfusi allogenic adalah darah yang disimpan untuk

transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan

berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa  hari sebelumnya, dan setelah 3 hari

ditransferkan kembali ke pasien.

2.1 TUJUAN TRANSFUSI DARAH

Tujuan dari transfusi darah atara lain :

1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).

2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada

klien anemia.

3. Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor pembekuan untuk

membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).

4. Meningkatkan oksigenasi jaringan.

5. Memperbaiki fungsi Hemostatis.

2.2 INDIKASI TRANSFUSI DARAH

Dalam pedoman WHO disebutkan :

1. Transfusi tidak boleh diberikan tanpa indikasi kuat.

2. Transfusi hanya diberikan berupa komponen darah pengganti yang hilang/kurang.

Berdasarkan pada tujuan di atas, maka saat ini transfusi darah cenderung memakai komponen darah

disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya kebutuhan akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan

plasma darah yang mengandung protein dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan

komponen-konponennya adalah :

1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.

2. Anemia kronis.

3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.

4. Plasma loss atau hipoalbuminemia.

5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan elektrolit saja. Kehilangan

lebih daripada itu, setelah diberi cairan elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8

gr/dl.

2.3. JENIS TRANSFUSI DARAH

Page 4: Transfusi Darah

Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai

kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong darah yang

dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap

berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12

g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya

untuk mengatasi perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses

pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada

pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.

Indikasi :

1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar

2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume darah total.

Rumus kebutuhan whole blood

6 x  ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :

1. Darah Segar

Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan

pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII)

dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena

untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan

resiko penularan penyakit relatif banyak.

1. Darah Baru

Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor pembekuan

disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

1. Darah Simpan

Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat,

bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan

Page 5: Transfusi Darah

terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang

disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke

jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat

tinggi.

Sel darah merah

 

Packed red cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik

sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang

dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka. (3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan

memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia

terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian

transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila

kadar Hb sudah di atas 8 g%.

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan

kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit, dengan

golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.

Kebutuhan darah (ml) :

3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

-Hb pasien : Hb pasien saat ini

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah secara

nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:

1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit

2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis

3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang

4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.

Indikasi: :

Page 6: Transfusi Darah

1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.

2. Hemoglobin <8 gr/dl.

3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya empisema, atau penyakit

jantung iskemik)

4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.

Dapat disebutkan bahwa :

Hb sekitar 5 adalah CRITICAL

Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE

Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas TOLERABLE

atau OPTIMAL

1. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci)

Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.

1. Washed red cell

Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa plasma

terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma. Kelemahan washed red

cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6

jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange

transfusion.(3) Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma

1. Darah merah pekat miskin leukosit

Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada

pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi

panas dan alergi.(6)

White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % , biasanya

tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh.

Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa

menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan

antibiotik.

Indikasi :

Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur darah

positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).

Suspensi trombosit

Page 7: Transfusi Darah

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan

trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte

antibody pada penderita. (3) Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan

karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari. (2)

Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :

1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari

50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik,

demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap

tumor ganas.

2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga

memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Rumus Transfusi Trombosit

BB x 1/13 x 0.3

Macam sediaan:

1. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan 34°C

sebaiknya 24 jam.

1. Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C. Berguna untuk

meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul.

Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor. (6)

Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga

diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma

yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam. (3)

Plasma

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka bakar),

menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis,

menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin. (3)

Macam sediaan plasma adalah:

1. Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.

1. Plasma kering (lyoplylized plasma)

Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

Page 8: Transfusi Darah

1. Fresh Frozen Plasma

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu -60°C.

Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis). (3)

Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -

18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor

pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam

setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan),

terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin

dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar

faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada

pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu tubuh.

Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi

adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan

golongan darah ABO dan system Rh.

Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.

Indikasi :

-    Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)

-    Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa.

-    Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi massif

-    Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

1. Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII, faktor Von

Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya

faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.

Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus,

pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar.  (2)

Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam waktu 6

jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80

unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII

Page 9: Transfusi Darah

Indikasi :

-          Hemophilia A

-          Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi

-          Penyakit von wilebrand

Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

1. Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma. Kemurnian

96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20%

mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa

Rumus Kebutuhan Albumin

∆ albumin x BB x 0.8

2.4 GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan

jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan

darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

-                      Sistem ABO

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam

darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan

membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.

Sehingga, orang dengan golongan darah A  hanya dapat menerima darah dari orang dengan

golongan darah A atau O.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya

dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang

dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B

atau O

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta

tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan

darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan

disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB  tidak dapat

mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.

Page 10: Transfusi Darah

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi

antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat

mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor

universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama

O

-          Sistem Rhesus

Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera Macacca rhesus kepada

marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti serum yang didapat ternyata bereaksi

dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh yang ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh

Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 itu juga ditemukan dalam darah manusia.

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua kelompok,

yaitu :

1.Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya

2.Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada permukaan sel darah

merahnya

Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh(-). Sedangkan orang

dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah Rh(-) sering

disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan

golongan darah seseorang.

Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi syarat sebagai berikut: [1]

1. calon donor harus berusia 17-60 tahun,

2. berat badan minimal 50 kg

3. kadar hemoglobin >12,5 gr%

4. tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).

5. Nadi 30-100x/menit teratur

6. menandatangani formulir pendaftaranan

7. tidak mengalami gangguan pada pembeku darah

8. lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan pemeriksaan oleh

dokter

9. untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam kondisi atau

menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus, epilepsi, atau kelompok

masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami sakit seperti demam atau

influensa; baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari; pernah menerima transfusi kurang

dari setahun; begitu juga untuk yang belum setahun menato, menindik, atau akupunktur;

hamil; atau sedang menyusui.

Page 11: Transfusi Darah

Penyumbang darah (donor) disaring keadaan kesehatannya.

Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk

mengetahui adanya anemia.

Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan darah

mereka tidak memenuhi syarat untuk disumbangkan.

Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya

kanker kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan

kemungkinan tercemar oleh virus AIDS.

Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang tidak

terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu; untuk sementara waktu

bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak

diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.

Untuk yang memenuhi syarat, menyumbangkan darah adalah aman.

Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya

membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum dimasukkan, tetapi

setelah itu rasa nyeri akan hilang.

Standard unit pengambilan darah hanya sekitar 0,48 liter.

Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet

dan komponen anti pembekuan.

Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya penyakit infeksi

seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat digunakan dalam waktu selama

42 hari. Pada keadaan tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang), sel

darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.

Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang

disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan

Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi,

pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya

cocok: teknik ini disebut cross-matching.

Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya darah

donor dengan darah resipien. Dilakukan sebelum

transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.

Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:

1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum resipien

(aglutinin resipien)

Page 12: Transfusi Darah

2.  Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan serum donor

(aglutinin donor)

Cara menilai basil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

-          Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi

eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah

boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan

hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga

transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu

-          Bila Crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan denganCrossmatch minor

terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang

diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi

darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan

serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor

itu tidak dapat ditransfusikan.

2.5 PROSES TRANSFUSI DARAH

1. Jelaskan prosedur kepada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi

sebelumnya dan catatan reaksi ,jika ada.

2. Minta klien untuk melaporkan gejala berikut: Menggigil, sakit kepala, gatal dan kemerahan

dengan segera.

3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persetujuan / informed concern.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

5. Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G).

6. Gunakan selang infus yang mempunyai filterGantungkan wadah larutan NaCl 0,9% untuk

diberikan setelah menginfuskan/ pemberian transfusi darah.

7. Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta darah bila

anda telah siap menggunakannya.

8. Dengan perawat yang lain, identifikasi kebenaran produk darah dan klien :

1. Periksa kompatibilitas yang tertera pada kantong darah dan informasi pada kantong itu

sendiri.

2. Untuk darah lengkap, periksa golongan ABO dan tipe RH pada catatan klien.

3. Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.

4. Periksa tanggal kadaluarsa pada kantong darah.

5. Periksa darah terhadap adanya bekuan / gumpalan darah.

6. Tanyakan nama klien dan periksa / cocokkan dengan gelang tangannya/gelang nama.

7. Dapatkan data dasar tanda-tanda vital klien.

8. Mulai untuk mentransfusikan darah :

1. Utamakan / isi jalur IV dengan 0,9 % normal saline.

2. Mulai transfusi dengan lambat melalui tetesan pertama pada filter.

3. Atur kecepatan tetesan 2 ml/menit pada 15 menit pertama transfusi dan tetap bersama

klien. Jika ditemukan adanya reaksi, hentikan transfusi, siram / suntik jalur IV dengan

normal saline secara lambat dan beritahu dokter dan bank darah.

Page 13: Transfusi Darah

4. Monitor tanda-tanda vital :

1. Dapatkan tanda vital klien setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfusi dan

setiap jam untuk yang berikutnya mengikuti kebijakan institusi/rumah sakit.

2. Observasi klien terhadap adanya kemerahan, ruam kulit, gatal, dispnea, bintik-bintik

merah di kulit.

12  Lepaskan dan buang sarung tangan. Cuci tangan.

13.  Lanjutkan mengobservasi terhadap reaksi samping / efek samping transfusi.

14.  Catat pemberian darah dan produk darah. Catat cairan yang digunakan mengikuti kebijakan

rumah sakit / institusi.

Bila transfusi sudah selesai (complete), Kembalikan kantong plastik dan selangnya ke bank darah.

2.6 REAKSI TRANSFUSI DAN PENCEGAHANNYA

Pada umumnya komplikasi transfusi ini dibagi menjadi :

I. Reaksi imunologi

II. Reaksi non imunologi

I. REAKSI IMUNOLOGI

A. REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK

Reaksi transfusi hemolitik merupakan reaksi yang jarang terjadi tetapi serius dan terdapat pada satu

diantara dua puluh ribu penderita yang mendapat transfusi.

Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien. Hal ini bisa terjadi dengan cara reaksi transfusi hemolitik

segera dan reaksi transfusi hemolitik lambat

Reaksi ini sering terjadi akibat kesalahan manusia sebagai pelaksana, misalnya salah memasang

label atau membaca label pada botol darah.

Tanda-tanda reaksi hemolitik lain ialah menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena

leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi,

hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Pada penderita

yang teranestesi hal ini sukar untuk dideteksi dan memerlukan perhatian khusus dari ahli anestesi,

ahli bedah dan lain-lain.

Page 14: Transfusi Darah

Tanda-tanda yang dapat dikenal ialah takhikardi, hemoglobinuri, hipotensi, perdarahan yang tiba-tiba

meningkat, selanjutnya terjadi ikterus dan oliguri.

Terapi reaksi transfusi hemolitik : pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk

mempertahankan jumlah urine yang keluar. Diuretika yang digunakan ialah :

1. Manitol 25 %, sebanyak 25 gr diberikan secara intravena kemudian diikuti pemberian 40 mEq

Natrium bikarbonat.

2. Furosemid

Bila terjadi hipotensi penderita dapat diberi larutan Ringer laktat, albumin dan darah yang cocok. Bila

volume darah sudah mencapai normal penderita dapat diberi vasopressor. Selain itu penderita perlu

diberi oksigen. Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialysis.

B. REAKSI TRANSFUSI NON HEMILITIK

1. Reaksi transfusi “febrile”

Tanda-tandanya adalah sebagai berikut  : Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual.

2. Reaksi alergi

a. Anafilaksis : Keadaan ini terjadi bila terdapat protein asing pada darah transfusi.

b. Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita

sembab.

Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus disetop.

II. REAKASI NON IMUNOLOGI

a. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.

b. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi

c. Virus hepatitis, Malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr parasit serta bakteri.

e. AIDS

Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya reaksi selama transfusi, dilakukan beberapa tindakan

pencegahan. Setelah diperiksa ulang bahwa darah yang akan diberikan memang ditujukan untuk

Page 15: Transfusi Darah

resipien yang akan menerima darah tersebut, petugas secara perlahan memberikan darah kepada

resipien, biasanya selama 2 jam atau lebih untuk setiap unit darah.

Karena sebagian besar reaksi ketidakcocokan terjadi dalam15 menit pertama, , maka pada awal

prosedur, resipien harus diawasi secara ketat.

Setelah itu, petugas dapat memeriksa setiap 30- 45 menit dan jika terjadi reaksi ketidakcocokan,

maka transfusi harus dihentikan.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Teknik transfusi darah ditemukan pada tanggal 3 Juni 1667, untuk pertama kalinya

dalam sejarah kedokteran dan operasi, dokter asal Perancis, Jean Baptist Denis berhasil

melakukan transfusi darah. Keberhasilan operasi transfusi darah pertama ini merupakan

lompatan besar dalam ilmu kedokteran karena sebelumnya, banyak sekali pasien yang harus

kehilangan nyawanya akibat kekurangan darah.(4)

Pengobatan dengan transfusi diakui serta diterima dalam dunia kedokteran, setelah Dr.

Karel Landsteiner menemukan golongan darah A, B, AB dan O pada tahun 1940 dan patokan

inilah yang dipakai sampai sekarang di dunia.(3)

Teknik pemisahan plasma darah ditemukan 3 Juni 1904, Charles Richard Drew, seorang

dokter penemu teknik pemisahan dan pengawetan plasma darah, terlahir ke dunia di kota

Washington D.C. Ia menuntut ilmu kedokteran di McGill University di Montreal, Kanada. Pada

tahun 1938, Drew mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Columbia Univesity,

New York dan di sana ia melakukan penelitian terhadap berbagai problem yang ditemukan

dalam transfusi darah. Selama penelitian itu, dia menemukan bahwa plasma darah atau cairan

darah yang tidak mengandung sel, dapat dikeringkan dan disimpan dalam waktu lama tanpa

mengalami kerusakan. Penemuan besar Charles Drew ini mendapat sambutan dari dunia

inetrnasional dan pada tahun 1939, Drew menerima bantuan dana dari Asosiasi Transfusi

Darah dan ia membuka bank penyimpanan darah di Columbia Presbyterian Hospital. Pada

tahun 1940, Charles Drew menerima gelar doktor dan menjadi warga AS kulit hitam pertama

yang menerima gelar ini. Charles Drew meninggal dunia tahun 1950 akibat kecelakaan mobil.(4)

I.2. Tujuan

Page 16: Transfusi Darah

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi transfusi darah,

macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi pemberian transfusi darah,

komplikasi dan reaksi transfusi darah.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Definisi

Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran darah penerima

(resipien).(2) Definisi lain adalah sutu proses pekerjaan memindahkan darah dari orang yang

sehat kepada oarang yang sakit.(3)

Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit dan plasma yang

mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang diperlukan saja dapat

dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap, prinsip ini lebih ditekankan lagi

pentingnya di bidang pediatri dikarenakan bayi maupun anak yang sedang tumbuh tidak perlu

diganggu sistem imunologisnya oleh antigen yang tidak diperlukan. Pemberian whole blood

hanya dilakukan atas indikasi anemia pasca perdarahan yang akut dan untuk transfusi tukar.(2)

II.2. Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah

a. Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga

mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai

kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam

suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara

bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah

lengkap.(6)

b. Sel darah merah

Packed red cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau

septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong

darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan

sistem terbuka.(3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan

dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam

pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena

Page 17: Transfusi Darah

keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan

alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.

Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien, makin sedikit

jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi darah dan makin lambat

pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi gagal

jantung. Dosis yang dipergunakan untuk menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus

empiris:

Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan.

Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan adanya auto

immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji coombs dari serum resipien

terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian

washed packed red cell merupakan komponen pilihan disamping pemberian immuno supressive

(prednison, imuran) terhadap resipien.(2)

Red cell suspension

Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan pelarut dalam jumlah

yang sama.

Washed red cell

Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan saline, sisa

plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi human plasma.

Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang terjadi selama proses serta

masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired

hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3)

Darah merah pekat miskin leukosit

Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah

eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk

mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)

c. Suspensi granulosit/leukosit pekat

Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. Suhu simpan 20°±2°C.

Lama simpan harus segera ditransfusikan dalam 24 jam.(6)

Transfusi granulosit diberikan bila penderita nutropenia dengan panas tinggi telah gagal

diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48 jam. Transfusi granulosit diberikan kepada

Page 18: Transfusi Darah

para penderita leukemia, penyakit keganasan lainnya serta anemia aplastik yang jumlah

leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan suhu 39°C atau lebih.

Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi transfusi. Bila tidak

diperoleh donor yang cocok golongan ABO-nya maka dapat dipilih donor golongan O.

Komponen suspensi granulosit harus diberikan segera setelah pembuatan dan diberikan secara

intravena langsung atau dengan tetesan cepat. Efek pemberian transfusi granulosit ini akan

tampak dari penurunan suhu, bukan dari hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi

sekitar 1-3 hari pasca transfusi.(2)

d. Suspensi trombosit

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh

kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan

pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3)

Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena

trombositopenia. Indikasi pemberian komponen trombosit ialah setiap perdarahan spontan atau

suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari 50.000/mm3. misalnya

perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC

dan aplasia sumsum tulang karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas. Splenektomi

pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan

pemberian suspensi trombosit prabedah. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai

dengan 3 hari.(2)

Macam sediaan:

Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan

34°C sebaiknya 24 jam.

Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C. Berguna

untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-

10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit

donor.(6)

Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma,

sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian

memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-

72 jam.(3)

e. Plasma

Page 19: Transfusi Darah

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia,

luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan

cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma

seperti globulin.(3)

Plasma diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia. Komponen albumin di dalam

plasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang toksis terhadap jaringan otak

bayi. Tindakan ini biasanya mendahului suatu tindakan transfusi tukar. Dosis yang diperlukan

ialah 35 ml/kgbb. Penggunaan sebagai plasma expander pada renjatan, substitusi protein pada

kesulitan masukan oral jarang dilakukan.(2)

Macam sediaan plasma adalah:

Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.

Plasma kering (lyoplylized plasma)

Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

Fresh Frozen Plasma

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada

suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).(3)

Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan labil, dengan volume 150-220

ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk

meningkatkan faktor pembekuan labil bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada.

Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa urtikaria, menggigil,

demam, hipervolemia.(6)

Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti hemophilic

globulin (AHG), faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah

untuk menghentikan perdarahan karena kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A.

AHG tidak bersifat genetic marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eitrosit, tetapi

pemberian yang berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat

inhibitor terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis

maksimal, tetapi sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis.(2)

Pembuatannya dengan cara plasma segar dibekukan pada suhu -60°C, kemudian

dicairkan pada suhu 4-6°C. Akibat proses pencairan terjadi endapan yang merupakan

cryoprecipitate kemudian dipisahkan segera dari supernatant plasma.(3)

Page 20: Transfusi Darah

Setiap kantong kriopresipitat mengandung 100-150 U faktor VIII. Cara pemberian ialah

dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus, pemberian segera

setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu kamar. (2)

Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam

waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi.

Heated plasma

Plasma dipanaskan pada suhu 60°C selama 10 jam. Bahaya hepatitis berkurang. Heated

plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%, NaCL 0,06%, coprylic acid Na 0,02%, Na

acetyl tuphtophen 0,02%, natrium cone 50 mEq/L

Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari plasma.

Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml

albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa

II.3. Manfaat komponen darah

Komponen darah diberikan melalui transfusi dimaksudkan agar transfusi tepat guna,

pasien memperoleh hanya komponen darah yang diperlukan, mengurangi reaksi transfusi,

mengurangi volume transfusi, meningkatkan efisiensi penggunaan darah, serta memungkinkan

penyimpanan komponen darah pada suhu simpan optimal.(6)

II.4. Indikasi (1,5)

a. Sel darah merah

Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk

memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu yang singkat.

kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka

baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan.

Transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.

Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita penyakit keganasan,

artritis reumatoid, atau proses radang menahun yang tidak berespon terhadap hematinik

perlu dilakukan transfusi.

Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati dengan transfusi

sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.

Gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrat keganasan

membutuhkan transfusi sel darah merah dan komponen lain.

Penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat, anemia aplastik dan

anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur.

Page 21: Transfusi Darah

Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan transfusi secara

teratur, terutama setelah stroke.

Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik neonatus, malaria berat

karena plasmodium falciparum dan septikemia meningokokus.

b. Indikasi untuk transfusi trombosit adalah :

Gagal sumsum tulang yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan mielotoksik.

Kelainan fungsi trombosit, yaitu berupa kelainan fungsi trombosit yang diturunkan

seperti pada penyakit Glanzmann, sindrom Bernard-Soulier, dan defisiensi tempat

penyimpanan trombosit. Penderita defek fungsi trombosit yang didapat, sekunder

terhadap mieloma, paraproteinemia dan uremia.

Trombositopenia akibat pengenceran yang sekunder terhadap transfusi masif atau

transfusi pengganti, dan penderita mengalami perdarahan.

Pintas kardiopulmoner, baik selama atau setelahnya perdarahan dapat terjadi karena

trombositopenia akibat pengenceran, begitu juga karena gangguan fungsi trombosit.

Purpura trombositopenia autoimun, walaupun kemungkinan tidak efektif karena

trombosit yang ditransfusikan hancur oleh autoantibodi yang sirkulasi.c. Indikasi transfusi granulosit terbatas untuk kasus tertentu saja. Transfusi granulosit harus dipertimbangkan hanya untuk alasan seperti :

Neutropenia persisten dan infeksi berat yang terdapat bukti jelas infeksi bakteri atau

jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan dengan antibiotik yang tepat

selama 48-72 jam.

Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten seperti pada penyakit granulomatosa

kronis dan sebagian kasus mielodisplasia.

Sepsis neonatus, terutama pada bayi prematur dengan sepsis dapat mengalami manfaat

transfusi granulosit, walaupun keefektifannya tidak terbukti.

d. Fresh Frozen Plasma

- Untuk mengoreksi defisiensi faktor pembekuan/pengentalan di (dalam) suatu pendarahan

pasien dengan berbagai defisit faktor pembekuan atau pengentalan (penyakit hati, DIC,

transfusi masive)

- Warfarin yang berlebihan atau kekurangan vitamin K, proses perbaikan coagulopathy yang

diperlukan di dalam 12-24 jam

pasien dengan perdarahan atau pasien dengan resiko pendarahan tinggi

- Penggantian defisiensi dalam Faktor V dan XI

e. Cryoprecipitate

- Hypofibrinogenemia - Fibrinogen <>

Page 22: Transfusi Darah

· Transfusi raksasa(masive)

· defisiensi kongenital

· defisiensi yang didapat ( misalnya DIC)

- kekurangan Faktor XIII

- Uremia, dengan perdarahan yang tak bereaksi dengan therapy non-transfusion ( misalnya,

dialisis, desmopressin)

- Dysfibrinogenemia ( disfungsi fibrinogen)

II.5. Komplikasi transfusi (6)

Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum.

Komplikasi lokal yaitu :

Kegagalan memilih vena.

Fiksasi vena yang tidak baik.

Problem ditempat tusukan.

Vena pecah selama menusuk.

Komplikasi umum yaitu :

Reaksi-reaksi transfusi.

Penularan atau transmisi penyakit infeksi.

Sensitisasi imunologis

Transfusi haemochromatosis.

II.6. Reaksi transfusi (6)

1. Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah transfusi, reaksi khas berupa

peningkatan temperatur antara 38°C-40°C. Bisa disertai dengan menggigil, kemerahan,

kegelisahan dan ketegangan, jika transfusi dihentikan reaksi dan kegelisahan akan

hilang.

Pyrogen mungkin terdapat dalam material yang ditransfusikan atau dari alat yang

dipakai untuk transfusi. Pyrogen merupakan produk metabolisme bakteri.

2. Reaksi alergi terdiri dari 2 mekanisme yaitu antigen dari donor dan antibodi dalam serum

orang sakit bereaksi, antibodi dalam serum donor yang secara pasif ditransfer pada

Page 23: Transfusi Darah

pasien beredar dengan antigen yang ada pada pasien. Antigen mungkin terdapat pada sel

darah putih atau trombosit atau pada plasma donor.

3 reaksi alergi :

- Anafilaksis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia, dapat terjadi kegagalan

sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah turun, pernapasan berat.

- Urtikaria bersifat umum, reaksi berat dapat timbul asma, peningkatan temperatur,

menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan pernapasan berat.

- Pireksia sulit dibedakan dengan reaksi pirogen.

3. Sirkulasi yang overload terjadi karena setelah pemberian yang cepat dan banyak

terutama karena tambahan cairan koloid dan seluler, terjadi terutama pada penderita

anemia, kelainan jantung atau degenerasi pembuluh darah. Reaksi demam dapat

mendahului reaksi muatan sirkulasi berlebih.

4. Reaksi hemolitik terjadi setelah transfusi darah inkompatibel, reaksi yang diakibatkan

oleh transfusi darah yang sudah hemolisis invitro. Mekanisme kerusakan sel darah merah

non imunologis/kerusakan invitro.

5. Reaksi darah yang terkontaminasi bakteri khas dengan tanda kenaikan temperatur

sampai 42°C, gangguan sirkulasi perifer, hypotensi dan nadi cepat.

6. Intoksikasi citrat akibat pengumpulan citrat dalam darah dan pengurangan ion calcium,

citrat diekskresikan oleh ginjal dan dimetabolisme dalam hepar, dapat terakumulasi

dalam darah selama transfusi pasien dengan penyakit liver dan ginjal yang berat dan

dapat terjadi gagal jantung.