Upload
roiholan
View
131
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Oleh:
Roi Holan Ambarita
0718011080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS LAMPUNG
2008
BAB I
PENDAHULUAN
Transkripsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam
sel, dimana informasi genetik yang tersimpan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA) disalin menjadi molekul asam
ribonukleat (RNA) duta atau mesengger RNA (mRNA). Proses ini
dikatalisis oleh enzim RNA polymerase yang berperan sebagai
enzim transkriptase.
Transkripsi berlangsung pada seluruh sel, baik yang giat
membelah atau tidak. Pada embryo semua sel giat melakukan
transkripsi sedangkan pada dewasa yang melakukan transkripsi
besar-besaran adalah sel-sel dari jaringan atau alat yang giat
bekerja, yakni kelenjar dan saraf. Transkripsi ialah mencetak
RNA, RNA ini berguna untuk mensintesis protein dan
perlangkapan lain yang berhubungan dengan sintesis itu.
Untuk melakukan transkripsi atau membuat duplikat gen,
maka kromosom yang terletak pada heliks ganda terlebih dahulu
diuraikan. Untuk selanjutnya suatu enzim RNA polymerase
melekat pada bagian tertentu dari gen yang disebut sekuens
pengontrol atau promotor, dan pada saat terjadinya perlekatan
ini gen mengalami penggandaan seperti pada waktu replikasi
DNA. Oleh karena yang melekat adalah RNA polymerase maka
duplikat yang terbentuk bukan potongan DNA baru, akan tetapi
suatu molekul yang disebut Ribo Nucleic Acid (RNA) yang
2
berfungsi mentranskripsi seluruh gen yang ada di inti sel. Setelah
seluruh transkripsi selesai maka RNA polymerase akan mencapai
sekuens khusus DNA yang disebut dengan sekuens
terminasi/akhir dan pada saat ini proses akan berhenti, dan
untuk selanjutnya salinan RNA bergerak menuju sitoplasma yakni
ribosom untuk menyampaikan pesan DNA dan ini dikenal dengan
messenger RNA (mRNA).
Sintesa RNA yang diarahkan oleh DNA terjadi pada sel
prokariot dan eukariot. Pada sel prokariot, transkripsi terhenti
tepat fase terminasi, ketika enzim polimerase mencapai titik
tersebut polimerase melepas RNA dan DNA. Pada sel eukariot
enzim-enzim memodifikasi kedua ujung melekul pra-mRNA.
Tutup terdiri guonosin trifosfat yang sudah dimodifikasi
ditambahkan ke ujung 5’ segera setelah RNA dibuat.
Selama transkripsi, nukleotida ARN di dalam ikatan
nukleoplasma melengkapi basa-basa pada satu dari dua rantai
ADN. Molekul-molekul gula ARN berikatan dengan kelompok
fosfat ARN membentuk rantai tunggal ARNd. Setiap kombinasi
tiga basa pada ARNd merupakan sebuah kodon. Rantai ARNd
kemudian memisahkan diri dari ADN dan bergerak ke dalam
sitoplasma.
3
BAB II
TRANSKRIPSI
Transkripsi adalah suatu proses untuk membaca informasi
yang disimpan dalam urutan nukleotida DNA menjadi RNA.
Sintesis RNA membutuhkan enzim RNA polymerase.
Berbagai macam protein dan enzim disintesis di dalam sel-
sel suatu organisme. Setiap protein atau enzim mempunyai sifat
dan fungsi yang berbeda tetapi secara bersama mereka
menentukan dan mengontrol proses-proses metabolisme pada
saat diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan dengan pola
yang sangat kompleks, yang menjadi ciri secara individual dan
spesies.
Protein tersusun atas satu atau lebih polipeptida yang
terbentuk sebagai benang panjang untaian asam amino yang
beragam. Struktur protein lebih kompleks dibanding DNA,
mempunyai tatanan tiga dimensi dan pola ikatan antar molekul
yang merupakan ciri spesifik dari berbagai protein/enzim, dan
berakibat pada kekhasan fungsi masing-masing protein atau
enzim tersebut. Gambaran penting proses sintesis suatu untai
polipeptida ditentukan oleh gen tertentu. Susunan asam amino
4
dari polipeptida tersebut ditentukan oleh urutan basa nukleotida
DNA template, hasil transkripsi mRNA, dan juga molekul tRNA
sebagai media adaptor pembawa asam amino yang sesuai
dengan urutan nukleotida mRNA. Jadi informasi genetik yang
diwariskan gen-gen merupakan cetak biru (blue-print) yang
menentukan struktur semua enzim dan protein yang diproduksi
oleh organisme secara individual.
Proses sintesis protein terbagi atas transkripsi dan translasi.
Seperti kita ketahui DNA sebagai media untuk proses transkripsi
suatu gen berada di kromosom dan terikat oleh protein histon.
Saat menjelang proses transkripsi berjalan, biasanya didahului
signal dari luar akan kebutuhan suatu protein atau molekul lain
yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan,
metabolisme, dan fungsi lain di tingkat sel maupun jaringan.
Keseluruhan sekuen asam nukleat yang dapat ditranskrip
menjadi RNA fungsional dan protein, pada waktu dan tempat
yang tepat selama pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Komposisi gen adalah daerah pengkode (exon and intron)
yang mengkode RNA atau protein dan urutan-urutan pengaturan
(Regulatory sequences: termasuk promoter yang menginisiasi
terjadinya transkripsi, enhancer/silencer yang menentukan tinggi
rendahnya aktivitas transkripsi, polyadenylation site, splicing
sites serta signal terminasi transkripsi).
Produk gen adalah RNA yang kemudian ditranslasi menjadi
protein, hanya RNA seperti rRNA, tRNA, snRNA, snoRNA dan
miRNA. Satu gen mempunyai potensi menghasilkan banyak
produk karena adanya promoter-promoter yang berbeda dan
alternative splicing.
2.1. TAHAPAN TRANSKRIPSI
5
Transkripsi terjadi pada sel prokariotik dan eukariotik
melalui tahapan sebagai berikut:
A. Transkripsi Prokariotik
Tahap transkripsi melalui: inisiasi, elongasi dan terminasi.
Enzim yang bertanggung jawab atas transkripsi adalah RNA
polimerase yang bergerak di sepanjang gen dari promoternya
sampai persis di belakang terminatornya. RNA polimerase
menyusun molekul RNA dengan urutan nukleotida yang
berkomplementer dengan untaian cetakan gen tersebut.
Rentangan DNA yang ditranskripsi disebut unit transkripsi.
Inisiasi
Setelah terikat dengan promoter, RNA polimerase mengulur
kedua untai DNA dan mengawali sintesa RNA pada titik awal
(strat) pada untai cetakan tersebut. Urutan nukleotida di dalam
promoter menentukan ke arah mana RNA polimerase itu
menghadap dan menentukan untai mana yang digunakan
sebagai cetakannya.
Elongasi
RNA polimerase bekerja downstream dari promoter,
mengulur DNA dan memanjangkan RNA yang tumbuh dalam
arah 5’ à 3’. Bersama setelah transkripsi untai, untai DNA
membentuk kembali helik ganda.
Terminasi
Akhirnya RNA polimerase mentranskripsi terminator, suatu
urutan nukleotida di sepanjang DNA yang menandakan akhir dari
unit transkripsi tersebut. Segera setelah itu RNAnya dilepas dan
polimerase berpisah dari DNA.
6
Secara rinci Transkripsi prokariotik dapat
diterangkan sebagai berikut:
RNA polimerase tersusun atas 5 subunit (2, 1, 1’ dan 1,/
2²). Transkripsi dimulai dari sekuen promoter. Promoter
mengandung sekuen DNA khusus yang berperan sebagai tempat
ikatan dengan RNA polimerase.
Tahap Inisiasi
RNA polimerase mengenali sebuah konsensus sekuen (-10
dan -35). Subunit dari RNA polymerase berperan dalam
mengenali dan mengikatkan diri dengan promoter pada titik -35.
Ikatan antara enzim dengan promoter tersebut membentuk
sebuah “closed promoter complex” dimana promoter tetap
double helix.
Double helix kemudian terbuka sedikit pada titik -10, yang
kaya akan ikatan yang lemah antara A-T, dan membentuk “open
promoter complek.” Setelah terikat dengan promoter, RNA
polimerase mengulurkan kedua untaian DNA mengawali sintesa
pada titik awal strat kodon +1. Mulai membuka pada -10.
Tahap Elongasi
RNA polimerase bekerja down stream dari promoter
mengulur DNA dan memanjangkan RNA dalam arah 5’ à 3’.
Tahap Terminasi
RNA polimerase mentranskrip urut-urutan DNA yang disebut
terminator, ketika itu polimerase mencapai titik tersebut
polimerase melepaskan RNA dan DNA.
B. Transkripsi Eukariotik
Tahap transkripsi melalui: inisiasi, elongasi dan terminasi.
7
Inisiasi
Enzim yang mentranskripsi gen pengkode protein menjadi
pra-mRNA ialah RNA polimerase II. Transkripsi dimulai dari
sekuen promoter. Promoter mengandung sekuen DNA khusus
(TATA…) yang dikenal dengan TATA box, diletakkan kira-kira 25
bp ke arah upstream. TATA box berperan untuk meletakkan RNA
polimerase II pada tempat yang tepat sebelum transkripsi.
Elongasi
Untaian yang sedang tumbuh memperlihatkan jejak dari
polimerase, panjang setiap untai baru mencerminkan sejauh
mana enzim itu telah berjalan dari titik awal di sepanjang
cetakan tersebut. Banyaknya molekul polimerase secara
simultan mentranskripsi gen tunggal akan meningkatkan jumlah
mRNA dan membantu suatu sel membuat protein jumlah yang
lebih besar.
Terminasi
Enzim polimerase ini terus melewati sinyal terminasi, suatu
urutan AAUAA di dalam pra-mRNA. Pada titik yang lebih jauh
kira-kira 10-35 nukleotida, pra-mRNA ini hingga terlepas dari
enzim tersebut. Tempat pemotongan pada RNA juga merupakan
tempat untuk penambahan ekor poli (A).
Secara rinci Transkripsi Eukariotik dapat diterangkan
sebagai berikut:
Tahap Inisiasi
Transkripsi dimulai dari sekuen promoter -25. Promoter
mengandung sekuen DNA khusus TATA yang dikenal TATA box
diletakan 25 bp upstream. Pengikatan RNA polimerase II dengan
8
promoter memerlukan beberapa protein yang disebut
transkription factor II. Bergabungnya transkripsi faktor II D diikuti
oleh TF II A dan TF II B. RNA polimerase II yang diikuti oleh TF II
D, TF II A dan TF II B. RNA polimerase II menempel yang diikuti
oleh TF F,E,H,J.
Tahap Elongasi
Berjalan sampai akhir tahap terminasi pada ekor poli (A)
yang terbentuk oleh pemotongan di arah downstream dari
terminasi sinyal pengakhir AAUAA untuk melindungi RNA dari
degradasi dan ekor poli (A) dapat mempermudah ekspor mRNA
dari nukleus ke sitoplasma.
9
10
11
12
13
14
2.2. PROSES TRANSKRIPSI
15
Proses ini berlangsung di dalam inti sel. Mula-mula bagian
dari double helix membuka dibawah pengaruh enzim polimerase.
ARN polimerase merupakan holoenzim, terdiri dari dua subunit
yaitu yang kecil dinamakan faktor sigma, sedangkan yang besar
disebut enzim inti terdiri dari dua unit alpha, dua unit beta dan
satu unit omega.
Setelah double helix membuka maka pita ARNd dibentuk
sepanjang salah satu dari pita ADN itu. Basa pada ARNd
dikomplementer dengan basa yang menyusun ADN itu. Contoh
jika urutan basa pada ADN adalah SGS GST GAT maka rantai
pada ARNd adalah GSG SGA SUA. ARNd telah disalin oleh ADN
untuk membawa kode-kode genetik. Proses seperti inilah yang
disebut transkripsi. Pita ADN yang dapat mencetak ARNd
disebut pita sense, sedangkan pita ADN yang tidak dapat
mencetak ARNd disebut pita nonsense.
ARNd yang sudah terbentuk menerima pesan genetik dari
ADN segera meninggalkan nukleus melalui pori-pori dari
membran nukleus menuju ke ribosom dalam sitoplasma. ARNd
menempatkan diri pada leher ribosom.
Sementara itu, ARNt dalam sitoplasma mengikat asam
amino yang telah berenergi dengan ATP. Sebuah molekul ARNt
mengikat satu macam asam amino saja sehingga paling sedikit
diperlukan 20 ARNt. Pada proses pengikatan asam amino
diperlukan enzim amino asil sintetase, maka paling sedikit
diperlukan 20 enzim semacam ini. Selanjutnya ARNt yang telah
mengikat asam amino akan menuju ribosom.
16
2.3. DNA MENGHASILKAN CETAKAN BAGI REPLIKASI DAN
TRANSKRIPSI
Informasi genetik yang disimpan dalam rangkaian
nukleotida DNA mempunyai dua tujuan. Informasi genetik
tersebut merupakan sumber informasi bagi sintesis semua
molekul protein pada sel serta organisme, dan juga memberikan
informasi yang diwariskan kepada sel-sel anak atau generasi
berikutnya. Kedua fungsi ini harus memenuhi persyaratan bahwa
molekul DNA berfungsi sebagai cetakan, yang dalam hal pertama
untuk transkripsi informasi ke dalam RNA, dan dalam hal kedua,
untuk replikasi informasi ke dalam molekul DNA turunannya.
Sifat saling melengkapi pada model DNA untai-ganda dari
Watson dan Crick, sangat mendukung perkiraan bahwa replikasi
molekul DNA terjadi dengan cara semikonservatif. Jadi, kalau
setiap utas untai pada molekul induk DNA untai-ganda terpisah
dari komplemennya pada saat replikasi, masing-masing bagian
tersebut akan berfungsi sebagai cetakan, yang dengan cetakan
ini disintesis untai komplementer yang baru (Gambar 37-4).
Kedua molekul DNA turunan beruntai-ganda yang baru terbentuk
17
dan masing-masing mengandung satu utas untai (tapi bersifat
komplementer dan bukan identik) dari molekul DNA induk
beruntai-ganda, kemudian disortir di antara dua buah sel turunan
(Gambar 37-5). Setiap sel turunan mengandung molekul DNA
dengan informasi yang identik dengan yang dimiliki oleh sel
induknya; padahal dalam setiap sel turunan, molekul DNA sel
induk hanya dilestarikan sebagian.
18
19
20
2.4. EKSPRESI GENA
21
Ekspresi gena meliputi proses transkripsi DNA menjadi
mRNA, dan translasi mRNA menjadi protein. DNA
(deoxyribonucleic acid) merupakan rangkaian basa/nukleotide
yang membawa informasi untuk membentuk protein. Empat
nukleotide penyusun DNA adalah guanin (G), sitosin (C), adenin
(A) dan timin (T). DNA mempunyai dua rantai nukleotide (rantai
sense dan antisense) yang berinteraksi satu sama lain,
membentuk struktur double helix. Sedangkan mRNA (messenger
ribonucleic acid) terdiri dari satu rantai nuckleotida (rantai
sense), dan timin diganti dengan urasil (U). Gena sendiri
didefinisikan sebagai rangkaian nukleotide dalam DNA yang
mengkode protein.
Dalam proses transkripsi, informasi yang dibawa DNA
diterjemahkan menjadi mRNA. Sebelum menjadi mRNA, terlebih
dahulu terbentuk precursor of mRNA (pre-mRNA), yang terdiri
dari exon (rangkaian nukleotide yang diterjemahkan) dan intron
(rangkaian nukleotide yang tidak diterjemahkan). Salah satu
proses yang penting dalam pembentukan mRNA dari pre-mRNA
adalah splicing.
2.5. SPLICING
Splicing merupakan proses pembuangan intron dan
penggabungan exon pada pre-mRNA untuk membentuk mRNA.
Mesin splicing dinamakan spliceosome, tersusun atas lima
protein small nuclear ribonucleoprotein (U1, U2, U4, U5 dan U6
snRNP) dan protein non-snRNP (U2AF65, U2AF35) [6],[20].
Secara garis besar splicing dibagi menjadi dua langkah (Gambar
1, Gambar 2A):
Pemotongan 5’ splice site.
22
Pemotongan 3’ splice site dan penggabungan exon [20].
Gambar 1. Proses splicing secara garis besar . Garis tebal hijau:
exon; garis tipis hijau: intron; GU: 5’ splice site; AG:3’ splice
site[20].
Spliceosome bisa mengenali splice site dengan tepat karena
adanya interaksi antara protein SR dengan exonic splicing
enhancers (ESEs) [20]. Selain ESEs, dikenal pula intronic
splicing enhancers (ISEs), exonic dan intronic splicing silencer
(ESSs dan ISSs), yang juga diperlukan untuk pengenalan exon
(Gambar 2B) [5].
23
Gambar 2. Komponen proses splicing (n=G,A,U atau C; y=T,C;
r=A,G). (A) Komponen klasik splicing: branch site, 5’ splice site,
3’ splice site; . (B) Interaksi antar komponen splicing [5].
Splicing alternatif adalah penggabungan antara 5’ dengan 3’
splice site yang berbeda sehingga satu gena mengekspresikan
24
lebih dari satu mRNA dan menghasilkan protein dengan fungsi
beragam bahkan berlawanan [5]. Jadi, dalam splicing alternatif,
spliceosome mengenali lebih dari satu 5’ dan 3’ splice site dan
semuanya diekspresikan menjadi protein yang berbeda-beda.
Proses ini merupakan hal yang normal. Dari kira-kira 30.000 gena
pada manusia, 59%nya mengalami splicing alternatif.
2.6. PENYAKIT GENETIK AKIBAT GANGGUAN SPLICING
Hampir 50% penyakit genetik disebabkan oleh mutasi yg
mengganggu splicing. Mutasi adalah perubahan nukleotide pada
DNA.
Berdasarkan mekanismenya, penyakit genetik akibat
penyimpangan splicing dibagi menjadi empat kategori (Gambar
3) [5]:
Akibat mutasi yang menyebabkan gangguan pada splice site
Sebagian besar mutasi yang mengganggu splicing berupa
perubahan satu nukleotide, dalam intron atau exon pada splice
site klasik. Mutasi ini menyebabkan terbuangnya exon (exon
skipping), tidak terpotongnya intron atau menimbulkan splice
site baru. Penggunaan splice site yang menyimpang maupun
terdapatnya intron pada mRNA menyebabkan tidak berfungsinya
mRNA tersebut [5]. Misalnya pada penyakit β-thalasemia.
Akibat mutasi pada splicing alternatif
Mutasi ini mengakibatkan pergeseran rasio protein-protein
yang dihasilkan. Ini terjadi pada penyakit FrontoTemporal
Dementia and Parkinsonism linked to chromosome 17 (FTDP 17).
Akibat mutasi yang mengganggu komponen basal splicing
25
Misalnya Spinal Muscular Atrophy (SMA).
Akibat mutasi yang mempengaruhi regulator splicing
alternatif
Terjadi pada penyakit Myotonic Dystrophy.
Gambar 3. Empat golongan penyakit genetik akibat gangguan
splicing. (A) Mutasi yang merusak penggunaan splice site (B)
Mutasi yang menyebabkan gangguan splicing alternatif. (C)
Mutasi yang mengganggu komponen basal splicing. (D) Mutasi
yang mempengaruhi regulator splicing alternatif [5].
26
2.7. PERANAN ANTISENSE DALAM PENYAKIT GENETIK
AKIBAT GANGGUAN PROSES SPLICING
β-Thalasemia
β-Thalasemia merupakan penyakit darah genetik yang
ditandai dengan gangguan produksi β-globin (komponen
hemoglobin) akibat adanya mutasi pada gena β-globin. Hal ini
menyebabkan turunnya kemampuan sel darah merah dalam
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Mutasi pada intron 2
nukleotide ke-654, 705 atau 745 menyebabkan munculnya 5’
dan 3’ splice site baru sehingga sebagian intron tidak terbuang.
Antisense oligonukleotide berperan memblok penggunaan splice
site yang menyimpang tersebut oleh spliceosome, sehingga
produksi β-globin kembali normal (Gb 5a) [17].
FTDP-17
FTDP-17 adalah penyakit yang ditandai dengan demensia
progresif akibat adanya mutasi pada gena tau. Demensia adalah
hilangnya fungsi intelektual (seperti berpikir, mengingat dan
berargumentasi) sehingga mengganggu kehidupan penderita
dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pada sel saraf
(neuron) manusia yang normal tidak memiliki exon 10 karena
adanya struktur tertentu pada 5’ splice site-nya. Mutasi yang
merusak struktur ini menyebabkan adanya exon 10 dan
bermanifestasi sebagai penyakit FTDP-17. Penelitian yang
dilakukan oleh Kalbfuss et al menunjukkan bahwa antisense
27
oligonukleotide dapat menyebabkan exon 10 terbuang (exon
skipping) (Gambar 5b)[17].
Gambar 5. Peran antisense oligonukleotide dalam mempengaruhi
proses splicing. (A) Oligonukleotide memblok penggunaan splice
site yang menyimpang, sehingga spliceosome kembali
mengenali splice site yang sebenarnya, (B) Oligonukleotide
menginduksi terjadinya exon skipping [17].
Spinal Muscular Atrophy (SMA)
SMA merupakan penyakit yang ditandai dengan
kemunduran fungsi sel saraf motorik pada sumsum tulang
belakang, mengakibatkan kelumpuhan dan pengecilan otot
bagian atas yang bersifat progresif [12],[15]. Pada 95% pasien
SMA tidak memiliki (delesi) gena SMN1 (Survival Motor Neuron
28
1). Selain gena ini terdapat gena SMN2, yang identik dengan
SMN1 [9]. Gena SMN1 memproduksi protein SMN yang utuh,
sedangkan SMN2 mengkode protein SMN tanpa exon 7(SMNΔ7).
Hal ini disebabkan adanya perbedaan satu nukleotide pada exon
7 gena SMN2 [11],[16]. Perubahan nukleotide ini menyebabkan
gangguan pada ESE [2], atau mengakibatkan peningkatan
aktivitas splicing silencer [7].
Karena pasien SMA hanya menyisakan gena SMN2, maka terapi
SMA ditujukan untuk meningkatkan ekspresi gena SMN2 yang
mengandung exon 7. Salah satunya dengan antisense
oligonukleotide. Lim dan Hertel [10], serta peneliti lain berhasil
menunjukkan peranan antisense dalam mempengaruhi splicing
SMN2 sehingga terjadi peningkatan ekspresi SMN2 dengan exon
7 (Gambar 6) [3],[14],[19].
Gambar 6. Antisense oligonukleotide mempengaruhi splicing
SMN2 sehingga ekspresi gena SMN2 yang mengandung exon 7
meningkat [10].
29
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah
transkripsi ini adalah sebagai berikut:
Transkripsi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam sel,
dimana informasi genetik yang tersimpan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA) disalin menjadi molekul asam
ribonukleat (RNA) duta atau mesengger RNA (mRNA).
Transkripsi terjadi yang bertanggung jawab adalah enzim RNA
polimerase yang bergerak di sepanjang gen dari promoternya
sampai persis dibelakang terminatornya.
Sel prokariotik, RNA ditranskripsi dari cetakan DNA.
Sel eukariotik, transkripsi RNA (pra-mRNA) disambung dan
dimodifikasi untuk menghasilkan mRNA yang berpindah dari
nukleus ke sitoplasma.
30
Transkripsi terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap inisiasi,
elongasi, dan terminasi.
Informasi genetik yang disimpan dalam rangkaian nukleotida
DNA mempunyai dua tujuan, yakni:
Sebagai sumber informasi bagi sintesis semua molekul
protein pada sel serta organisme.
Memberikan informasi yang diwariskan kepada sel-sel anak
atau generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://inherent.brawijaya.ac.id/biomol/index.php, diakses 8 Maret
2008 pukul 21.40 WIB.
http://io.ppi-jepang.org/article.php?edition=7, diakses 14
Februari 2008 pukul 15.35 WIB.
http://regeni.wordpress.com/bahan-ajar/tugas-terstruktur/
transkripsi.htm, diakses 28 Februari 2008 pukul 18.12
WIB.
http://ridwanamiruddin.wordpress.com, diakses 14 Februari 2008
pukul 15.45 WIB.
http://www.avicenia.8m.com/index_makalah.htm, diakses 14
Februari 2008 pukul 16.05 WIB.
Murray, Robert K. 1999. Biokimia Harper Edisi 24. Jakarta: EGC.
31
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang senantiasa memberikan rahmat dan petunjuk-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah biokimia
ini. Penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas terstruktur
mata kuliah biokimia. Dalam makalah ini, penulis khusus
membahas “Transkripsi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Tiwuk sebagai dosen yang mengajar mata kuliah
Biokimia, yang telah memberikan tugas yang sangat bermanfaat
ini. Dimana dengan diberikannya tugas ini dapat menambah
wawasan penulis mengenai transkripsi, tahapan transkripsi,
proses transkripsi, dan hal-hal yang berhubungan dengan
transkripsi.
Penulis juga berterima kasih kepada pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
32
Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal
kepada pihak yang telah memberikan petunjuk, bimbingan,
bantuan serta dorongan kepada penulis sehingga terwujudnya
makalah “Transkripsi” ini.
Segala kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada
makalah ini penulis serahkan kepada semua pihak untuk dapat
menilainya. Penulis hanya dapat berharap semoga makalah
“Transkripsi” ini dapat berguna bagi para pembaca. Untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
nantikan guna penyempurnaan di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Bandar Lampung, 12 Maret 2008
Roi Holan Ambarita
NPM: 0718011080
33
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
………………………………………………………………................ i
Daftar Isi
………………………………………………………………………...............
iii
BAB I. PENDAHULUAN
………………………………………………………………….. 1
BAB II. TRANSKRIPSI
………………………………………………………............... 3
BAB III. KESIMPULAN .....................................................................
27
Daftar Pustaka
……………………………………………………………………………. 28
34
iiii
Lampiran
35
iii
36
iii