17
Prevalensi dan insiden Sifilis pada Pendonor Darah di Israel Data dari 1.290.222 pendonor dalam 5 tahun terakhir, digunakan untuk menganalisis prevalensi dan insiden dari sifilis. Berikut adalah tes dari pendonor yang positif terhadap hemaglutinasi Treponema Pallidum termasuk dalam Laboratorium Penelitian penyakit kelamin dan absorbs antibody terhadap Treponema. Model regresi bertahap digunakan untuk mengidentifikasi serologi sifilis yang positif. Prevalensidari sifilis mencapai 47 : 100.00, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dan secara signifikan meningkat sesuai bertambahnya umur ( P < 0,001 ). Penduduk asli Israel mepunyai prevalensi yang rendah terhadap penyakit sifilis ( 21 : 100.00 ), sementara prevalensi lebih tinggi ditemukan di daerah imigran dari Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Selatan ( odds rasio dari 19 : 10,8 dan 7,3, resp., P < 0,001 masing-masingnya ). Dari 33,2% dari pendonor mempunyai bukti seropositif infeksi baru, dan 66,8% post infeksi. Insiden sekitar 8 : 100.00 orang pertahun. Koinfeksi dengan HIV, HCV dan HBV menambah jumlah donor yang positif sekitar 8%, 1,88% dan 0,37%. Data pendukung dibutuhkan untuk melanjutkan skrining darah pendonor di Israel untuk sifilis dan menggunakan langkah-langkah pencegahan untuk populasi yang beresiko, dalam upaya meningkatkan kesehatan

Translate Jurnal (Syphillis)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Translate Jurnal (Syphillis)

Citation preview

Prevalensi dan insiden Sifilis pada Pendonor Darah di Israel

Data dari 1.290.222 pendonor dalam 5 tahun terakhir, digunakan untuk

menganalisis prevalensi dan insiden dari sifilis. Berikut adalah tes dari pendonor

yang positif terhadap hemaglutinasi Treponema Pallidum termasuk dalam

Laboratorium Penelitian penyakit kelamin dan absorbs antibody terhadap

Treponema. Model regresi bertahap digunakan untuk mengidentifikasi serologi

sifilis yang positif. Prevalensidari sifilis mencapai 47 : 100.00, tidak ada

perbedaan antara pria dan wanita dan secara signifikan meningkat sesuai

bertambahnya umur ( P < 0,001 ). Penduduk asli Israel mepunyai prevalensi yang

rendah terhadap penyakit sifilis ( 21 : 100.00 ), sementara prevalensi lebih tinggi

ditemukan di daerah imigran dari Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Selatan

( odds rasio dari 19 : 10,8 dan 7,3, resp., P < 0,001 masing-masingnya ). Dari

33,2% dari pendonor mempunyai bukti seropositif infeksi baru, dan 66,8% post

infeksi. Insiden sekitar 8 : 100.00 orang pertahun. Koinfeksi dengan HIV, HCV

dan HBV menambah jumlah donor yang positif sekitar 8%, 1,88% dan 0,37%.

Data pendukung dibutuhkan untuk melanjutkan skrining darah pendonor di Israel

untuk sifilis dan menggunakan langkah-langkah pencegahan untuk populasi yang

beresiko, dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat, keamanan darah dan

kualitas. Sebuah studi berikut untuk menilai darah pendonor seperti pengetahuan,

sikap dan rencana perilaku. Pada zaman migrasi global, informasi ini mungkin

sangat berguna untuk blood servise di seluruh dunia.

1. Pendahuluan

Sifilis adalah penyakit menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh

Treponema Pallidum, yang mana juga menular melalui plasenta selama kehamilan

dan tranfusi darah.

Meskipun nilaiskrining serologi rutin dari darah pendonor untuk sifilis

telah menjadi perdebatan akhir-akhir ini, dan komponen darah yang diinginkan itu

kurang infektif untuksifilis, transmisi melalui komponen-komponen darah masih

terjadi. Oelh karena itu, prosedur standar operasional dari penetapan darah dari

seluruh dunia termasuk kedalam rekomendasi untuk dilakukannya skrining

tersebut. Pedoman rancangan baru untuk skrining, pengujian dan penatalaksanaan

dari seluruh pendonor dan komponen-komponennya baru-baru ini disebutkan oleh

FDA.

Banyak bagian di dunia yang insiden dan prevalensi sifilisnya masih tinggi

diantara relawan dan keluarga. Disini banyak dilaporkan kelompok yang

mempunyai resiko tinggi, baik dari Negara maju maupun berkembang, ang

menunjukkan peningkatan prevalensi dan insiden sifilis.

Di Israel, tes skrining untuk sifilis dilakukan terhadap komunitas IMS

secara umum dan populasi yang mempunyai resiko tinggi, dari “ National Blood

Services” terhadap seluruh darah relawan/pendonor dan juga terhadap semua

wanita hamil. Konfirmasi tes untuk semua sampel yang positif secara khusus

dilaporkan oleh “ Central National Reference Laboratory “ dari Departemen

Kesehatan dalam penyakit kelamin, sehingga terbentuk pencatatan nasional untuk

pengawasan dan tindak lanjut.

Data dilaporkan oleh Departemen kesehatan Israel ke kantor regional

WHO di Eropa menunjukakan bahwa insiden sifilis dari polulasi umu di Israel

mencapai 2,52 ; 5,8 ; dan < 0,7 per 100.000 pada tahun 1996, 2001, dan 2005.

Meskipun insiden dari sifilis di Israel pada populasi secara umum pada tahun

2005 lebih sedikit, laporan lebih lanjut antara tahun 2004 dan 2009 pada orang

dengan resiko tinggi perilaku seksual menunjukkanpeningkatan prevalensi dan

insiden sifilis pada kelompok tertentu. Kami mempelajari mengenai prevalensi

dan insiden sifilis serta koinfeksi dengan penyakit menular lain pada darah

relawan/pendonor dari “ Israel National Magen David Adom Blood Services “

(MDABS ) mulai tahun 2005-2009 untuk menilai penyebab dari penyakit menular

seksual terhadap populasi ini.

2. Bahan dan Metode Penelitian

2.1 Populasi Penelitian.

Seluruh pendonor darah di Israel yang merupakan sukarelawan yang tidak

dibayar. Pendonor dikumpulkan melalui kendaraan donor darah atau ruangan

donor darah. Sebelum donasi, pendonor mengisi kuesioner riwayat kesehatan,

yang meliputi usia, jenis kelamin, negara kelahiran, dan tahun imigrasi (jika masih

berlaku), dan pertanyaan-pertanyaan yang fokus pada kesehatan umum pendonor,

gaya hidup dan perilaku yang berisiko, diikuti dengan wawancara pribadi singkat,

tekanan darah dan pengukuran hemoglobin, dan pemeriksaan fisik. Pendonor

dapat didiskualifikasi dan dikeluarkan dari donasi berdasarkan tulisan mereka dan

jawaban-jawaban verbal atau informasi sebelumnya di data dasar MDABS.

Kriteria eksklusi yang relevan meliputi, dikeluarkan secara permanen jika

diketahui menderita hepatitis atau HIV, berdasarkan uji sebelumnya atau laporan

pribadi, pria yang pernah melakukan hubungan seks dengan pria (MSM) sejak

tahun 1977, dan orang-orang yang diberikan uang untuk seks (pekerja seks).

Dikeluarkan sementara selama 12 bulan meliputi pendonor yang berobat untuk

sifilis atau gonore dalam tahun sebelumnya dan mereka yang pernah melakukan

hubungan seks dengan orang-orang yang telah disebutkan di atas [7]. Penelitian

ini menggunakan data rekam medis pendonor MDA Blood Services untuk periode

2005-2009.

2.2. Uji Laboratorium

2.2.1. Skrining untuk Sifilis (lihat Gambar 1).

Uji ini sudah dilakukan menggunakan serologi spesifik Treponema Pallidum

hemagglutination assay (TPHA) dari uji hemaglutinasi autoindirek Biokit-

Syphagen TPHA (Biokit, Barcelona, Spanyol), dilakukan pada alat pen-tipe-an

darah Olympus PK 7200 (Olympus, Jepang). Tiap sampel reaktif awal telah diuji

lebih jauh dalam dua sampel yang identik, berdasarkan instruksi. Jika dua dari tiga

menunjukkan hasil yang positif (Repeat Reactive), unit tersebut dikeluarkan dan

sampel dikirim ke National Reference Laboratory for Venereal Diseases of the

Israeli Ministry of Health untuk uji konfirmasi serologis menggunakan uji

hemaglutinasi TPHA yang berbeda, uji treponemal non-spesifik Venereal Disease

Research Laboratory (VDRL), menggunakan Antigen BD VDRL (Becton

Dickinson, USA), dan uji fluorescent Treponemal absorption (FTA-ABS) dengan

Trepo-Spot IF, Fluoline H (Biomerieux France).

Berdasarkan hasil konfirmasi, pendonor dapat digolongkan menjadi:

(a) “Infeksi Aktif/ Baru”: jika hasil konfirmasi adalah salah satu dari berikut

ini: VDRL+ TPHA+ FTA+; VDRL- TPHA- FTA+; VDRL+ TPHA- FTA+

atau VDRL+ TPHA+ FTA-, pendonor belum diobati dan oleh karena itu

mungkin bisa menjadi penyebab infeksi [26];

(b) “Scar Serologis/ Infeksi yang lalu”: jika hasil konfirmasi adalah VDRL-

TPHA+ FTA+

Uji tersebut digolongkan sebagai positif palsu ketika VDRL- TPHA+ dan

FTA-.

Prevalensi adalah jumlah pendonor dengan TPHA positif dari total populasi

pendonor. Insidens adalah jumlah pendonor dengan TPHA positif baru dari total

populasi pendonor. Serokonversi adalah ketika donasi didapatkan seronegatif

tetapi ketika diulang memberikan hasil reaksi konfirmasi seropositif.

2.2.2. Skrining untuk Virus-Virus Lain yang Bertransmisi Melalui Transfusi

Uji ini dilakukan di laboratorium MDABS menggunakan

chemiluminescentimmunoassay untuk human immunodeficiency virus (HIV),

hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), dan human T-lymphotropic virus (HTLV)

(Prism, Abbott laboratories, USA), dan Individual Unit Nucleic Acid Testing (ID-

NAT) untuk HIV, HBV, dan HCV menggunakan Procleix Ultrio (Novartis, USA).

2.3. Analisis Statistik.

Seroprevalensi adalah proporsi dari serologis pendonor yang sudah

dikonfirmasi positif dari jumlah total pendonor dan diberikan 95% confidence

intervals.

Angka serokonversi tiap 100.000 orang tiap tahun dihitung dari jumlah

pendonor yang di-serokonversi, dibagi dengan jumlah total orang tiap tahunnya

yang melakukan donasi, dikali dengan 100.000.

Perbandingan proporsi dilakukan dengan perkiraan normal. Uji chi-square

digunakan untuk menguji hubungan antara variabel-variabel kategori.

Dua model dari regresi logistik digunakan untuk menginvestigasi variabel-

variabel yang berhubungan dengan seropositif total (Ya/Tidak) dan infeksi baru

(Ya/Tidak). Kami memperkirakan model tersebut dengan variabel-variabel yang

menjelaskannya: usia, negara kelahiran (dikelompokkan menjadi kelahiran Israel,

Eropa Timur, dan negara-negara pendiri USSR, Eropa Barat, Amerika Utara, dan

Oceania, Afrika, Asia, dan Amerika Selatan), tahun imigrasi (sama dengan 1

untuk tahun imigrasi ≥ 1990 dan 0 untuk sebelum 1990), dan interaksi 2 jalur

antara tahun imigrasi dan kelompok negara. Kelompok negara adalah variabel

kategori, dengan Israel sebagai kategori referensi untuk setiap lima kelompok

negara lainnya. Kami menggunakan metode yang bergantung pada keadaan

mendatang untuk menyeleksi variabel. Nilai P untuk variabel-variabel yang

signifikan, dan perkiraan odds ratio dengan confidence intervals 95%.

3. Hasil

Data yang dianalisis meliputi total dari 1.290.222 donasi darah,

dikumpulkan dari 605.549 pendonor, dengan rata-rata 2,1 unit/donor (rentang 1-

57). 69% pendonor adalah pria dan 31% pendonor adalah wanita. Usia rata-rata

pendonor adalah 33 ± 12,4 tahun. 79% pendonor darah lahir di Israel, dan 21%

merupakan emigrasi dari negara lain (Tabel 1).

Dari 605.549 pendonor pada tahun 2005-2009, didapatkan 283 seropositif,

menunjukkan prevalensi 47 tiap 100.000 orang. Angka prevalensi adalah seluruh

pendonor seropositif sifilis (dengan infeksi baru dan infeksi yang lalu) yang

dianalisis dari jenis kelamin, usia, asal negara, dan tahun imigrasi ke Israel

diterangkan dalam Tabel 1.

Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang hampir sama untuk

sifilis, masing-masing 45 dan 49 per 100.000 . Ada Kenaikan signifikan (𝑃 <0,001) pada prevalensi sifilis berdasarkan usia: usia donor 45 tahun dan lebih

tua, yang menyumbangkan sekitar seperlima dari total jumlah, terdiri 36,7 % dari

hasil seropositif. Tingkat prevalensi yaitu masing-masing 7.4, 6.5, dan 3.7 kali

lebih tinggi pada donor usia 45 atau lebih tua, 35-44, dan 25-35 tahun, masing-

masing, dibandingkan dengan usia 24 tahun. Ketika dianalisis dengan negara

asal, tingkat tertinggi dari seropositif terdeteksi di donor yang lahir di Timur

Eropa dan Afrika (192 per 100.000 dan 178 per 100.000 responden), bila

dibandingkan dengan penduduk asli Israel.

Sembilan puluh empat dari 283 donor dengan seropositif (33%),

didiagnosis sebagai Infeksi baru oleh National ReferenceLaboratory for Venereal

Diseases, dan 189 dari 283 (67%) yang didefinisikan sebagai Infeksi pada masa

lampau / berdasarkan serologis Scars. Distribusi seropositif antara donor pada

kasus baru atau kasus dengan infeksi lama serupa antara kedua kelompok (Tabel

2), berikut ulasan riwayat penyakit donor dan kuesionermodel regresi logistik

(Tabel 3) memungkinkan identifikasidari kontribusi marjinal faktor penentu

atasuntuk risiko seropositif, baik infeksi secara keseluruhan atau infeksi baru.

Umur meningkatkan risiko sifilis pada populasi tertentu donor darah

(mengontrol variabel lain dalammodel). Setiap tahun tambahan usia

menambahkan 6% untuk risikobaik jumlah seropositif atau infeksi baru (rasio

odds =1,06, 𝑃 <0,001). Tahun adanya imigrasi (di atas dan di bawah 1990) dan

negara imigrasi juga memiliki hubungan yang signifikan.L ebih khusus, imigran

baru (tahun imigrasi≥ 1990) dari Afrika, Eropa Timur, dan Amerika Selatan

memilikirisiko secara signifikan lebih tinggi untuk sifilis (dengan odds rasio

19.0,10.8, dan 7.3, resp dengan 𝑃 <0,001 untuk masing-masingnya) dibandingkan

dengan pendonosr kelahiran Israel dan orang-orang tersebut berimigrasi sebelum

1990.Hasil yang sama disajikan untuk infeksi yang baru.Insiden berdasarkan

tahun disajikan pada Gambar 2.

Koinfeksi dari seropositif untuk sifilis dengan penyakit yang dapat

ditularkan lewat donor darah ditemukan: 2 dari 25 Donor HIV-positif memiliki

seropositif untuk sifilis (8%), dibandingkan dengan 0,046% di antara donor darah

HIV-negatif (𝑃 <0,001). Selain itu, 0,37% dan 1,88% dari donor positif untuk

hepatitis B dan C juga positif sifilis, dibandingkan dengan 0,046 dan 0,045%

antara donor yang negatif untuk virus hepatitis ini (𝑃 <0,001).

4. Diskusi

penelitian sebelumnya dari prevalensi sifilis di Israel sebagian besar

dialami orang-orang dengan perilaku seksual berisiko tinggi, seperti pekerja seks.

Hanya dalam satu penelitian, dilaporkan pada tahun 2005 dan dilakukan di yang

daerah terbatas, insiden yang rendah 0,7 kasus sifilis di antara 100.000 populasi

[21].Donor darah sukarela dianggap sebagai populasi terpilih, karena mereka di

screening untuk penyakit sebelumnya dan perilaku seksual, baik oleh kuesioner

rinci dan selama wawancara pribadi sebelum sumbangan. Namun, karena donor

darah dilakukan oleh semua warga negara, maka perlu memperbarui mengenai

insiden dan prevalensi sifilis pada populasi ini. Data pada tahun 2005-2009

menunjukkan prevalensi 47 per 100.000, 33% didiagnosis sebai infeksi saat ini

dan 67% infeksi pada masa lampau/ “serological scars”, sebagai tambahan

ditemukan Insiden 8 dari 100.000 orang pertahun ditemukan, dengan

peningkatan 11,4 pada tahun 2005. Tiga variable utama pada penelitian kami

secara statistic berhubungan antara factor risiko seropositif (baik untuk kelompok

infeksi secara keseluruhan atau infeksi baru) dengan usia donosr, asal negara, dan

waktu berimigrasi ke Israel. Prevalensi dari sifilis meningkat berdasarkan usia.

Pendonor dengan usia 35-44 tahun dan > 45 tahun memiliki risiko 6.5 dan 7.4 kali

lebih besar menderita sifilis, bila dibandingkan donor dengan usia 24 tahun atau

kurang.Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menemukan peningkatan

sifilis primer atau sekunder pada dewasa di USA seiring dengan penambahan

umur. [27, 28].

Negara daerah asal dan waktu imigrasi. Israel merupakan Negara yang

menampung imigran yahudi dari berbagai Negara. Dari tahun 1990 sampai

2001 lebih dari 900.000 imigran datang ke Israel ( 13% dari total penduduk

Israel. Kebanyakan berasal dari Uni Soviet dan Afrika [29]. Penelitian kami

menyatakan bahwa imigran baru dari Afrika dan eropa timur yang tiba setelah

tahun 1990 memiliki risiko masing masing 19 dan 10.8 kali lebih besar untuk

seropositif sifilis dibandingkan pendonor yang lahirn di Israel. Penelitian serupa

untuk prevalensi pada Negara asal tersebut, yang dilaporkan oleh Israeli MOH

[30] dan pada tahun 2001 oleh WHO. [21]. Hasil ini sesuai dengan tingginya

insiden sifilis pada Negara komunis di Eropa timur, dengan angka kejadian

masing-masing 262, 245, 150 kasus per 100.000 untuk Federasi Rusia,

Kazakhstan, dan ukraina [21], Data yang di publikasi dari Afrika pada tahun

2001 tingkat infeksi yakni 1000. 300-400, dan 100-200 kasus per 100.000 sampel

di Zambia, Kenya, dan Benin [31].

Penelitian ini juga mencari hubungan sifilis dengan penyakit lain yang

ditularkan lewat transfuse darah, misalnya HIV, hepatitis B dan C, dibandingkan

dengan donor dengan sifilis negative .

Disebutkan bahwa 62% dari unit yang yang didonasikan oleh penduduk

asli , memiliki risiko rendah untuk infeksi baru. Penelitian yang akan datang

direncanakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan prilaku dari pendonor.

Hal ini meningkatkan kesehatan masyarakat.