Upload
rafiqah-nurdin
View
163
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
Makassar, Februari 2007BAB 13
FIRE DEATHS
DISUSUN OLEH :
HELMIYADI KUSWARDHANA C 111 01 147
SYAMSUL HANAR C 111 01 196
A. TENRI ULENG C 111 99 005
ALMEIDA HANDAYANI C 111 98 128
ENDANG WIDAYATI 110 990 034
HAYYATUNNUFUS 110 2000030
MARLINI 110 2000072
(PERIODE 15 JANUARI 2007 – 24 FEBRUARI 2007)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2007
1
KEMATIAN AKIBAT LUKA BAKAR
Angka kematian akibat luka bakar (terbakar) terjadi sekitar 4000 kasus pertahun
di Amerika Serikat. Hampir 90% terjadi di rumah dandisebabkan oleh rokok , korslet alat
elektronik, kelalaian dalam menggunakan alat pemanas, anak-anak yang suka bermain
dengan korek api, atau terbakarnya pakaian. Fenomena yang disebutkan terakhir
umumnya terjadi pada kelompok umur tua dan pada kelompok muda, anak-anak.
Luka bakar dibagi atas lima kategori:
1. Terkena jilatan (lidah) api
2. Luka bakar akibat kontak dengan benda tertentu.
3. Luka bakar akibat radiasi panas
4. Luka akibat air mendidih (melepuh)
5. Luka bakar akibat bahan kimia
6. Microwave
Luka Bakar
Pada kategori pertama, luka bakar disebabkan oleh adanya kontak langsung antara
tubuh dan (lidah) api, dengan penilaian pada bagian kulit yang hangus. Luka bakar
sekejap (flash burn) merupakan salah satu jenis kategori pertama. Hal ini disebabkan oleh
ledakan awal pembakaran hasil dari pembakaran yang tiba-tiba atau karena ledakan gas,
bahan kimia, atau bahan-bahan yang mudah meledak. Jenis luka bakar ini terjadi dalam
durasi yang singkat, bahkan hanya dalam waktu beberapa detik. Seluruh permukaan kulit
yang terkena memperoleh tingkat/ derajat luka yang sama. Jika pakaian korban yang
terbakar, maka yang terdapat adalah kombinasi luka akibat ‘flash burn’ dan luka bakar
biasa. ‘Flash burn’ (luka sekejap) biasanya membuat hangus sebagian tubuh dan rambut
yang hangus terbakar (gambar 13.1). Jika kontak dengan sumber panas hanya sebentar,
atau jika kecepatan konduktivitas panas pada kulit cukup rendah, hanya akan didapatkan
luka bakar superficial.
‘Contact burns’ melibatkan kontak fisik langsung antara tubuh dan suatu benda
panas. Pada suhu permukaan benda 70˚ C atau lebih, nekrosis trans-epidermal dapat
terjadi dalam waktu kurang dari satu detik. Luka bakar atas reaksi panas dapat
ditimbulkan oleh gelombang (hawa) panas, seperti gelombang elektromagnetik. Pada
2
Gambar 13.1 (A) dan (B) ‘Flash burns’ dari ledakan methan. Rambut hangus
jenis ini tidak terjadi kontak langsung antara tubuh dengan sumber api atau kontak
dengan benda panas tertentu. Pada permulaannya, kulit akan tampak eritematous
(kemerahan) dan melepuh, dengan sebagian kulit terlihat licin. Jika waktu terpapar
dengan sumber panas lebih lama, kulit akan menjadi cokelat menyala dan kasar tampak
seperti kulit kalkun (gambar 13.2). Pada radiasi panas yang menyeluruh, rambut tetap
intak, paling tidak hanya hangus sedikit. Jika terkena radiasi panas cukup lama, akan
membuat sebagian tubuh terlihat gosong. Tiga factor yang menentukan tingkat keparahan
pada luka bakar akibat radiasi panas adalah:
1. Temperatur gelombang panas yang menerpa kulit
2. Waktu terpapar (durasi)
3. Ada tidaknya daerah kulit yang terlindung dari pakaian
Pada kasus ekstrim, radiasi panas dengan suhu yang sangat tinggi dapat
menghanguskan tubuh hanya dalam beberapa detik. Ripple dkk menyimpulkan jika suhu
udara di atas 1500 ˚C dapat menciptakan luka bakar derajat dua pada kulit hanya dalam
waktu 10 milidetik.
‘Scalding burns’ (luka melepuh) disebabkan karena kontak langsung dengan suatu
cairan panas (mendidih). Sebagian besar kasus adalah air. Jenis luka ini terdapat hanya
pada daerah kulit yang langsung bersentuhan, namun jika menggunakan pakaian walau
selembar cukup dapat melindungi tubuh. Yang terakhir adalah akibat dari bahan
kimiadan ‘microwave burns’.
3
Gambar 13.2 (A dan B) Radiasi panas menimbulkan eritema, kulit yang melepuh dan terlihat licin
Derajat Luka Bakar
Derajat luka bakar pada seseorang tergantung dari:
- Luasnya daerah yang terbakar
- Beratnya yang terbakar
- Usia korban
- Adanya trauma inhalasi
4
Gambar 13.2
Pada orang-orang yang hidup, luasnya daerah yang terbakar merupakan indikasi
sebagai persentaase dari luas total permukaan tubuh yang terlibat dengan trauma termis.
Ini ditegakkan dengan “rule of nines”. Jika satu dianggap permukaan total tubuh sebagai
100%, kemudian kepala 9%, tiap ekstremitas atas 9%, bagian depan batang tubuh 18%,
belakang 18%, tiap ektremitas bawah 18%, dan perineum 1%.
Luka bakar dapat digambarkan berdasarkan derajat satu dua, ketiga, dan keempat;
superficial, tebal sebagain, atau luka baker full-thickness; atau kombinasi dari kedua
sistem dari tatanama. Pada luka bakar derajat pertama (superficial), kulit tampak
eritematous tanpa melepuh. Secara mikroskopis, tampak pembesaran pembuluh-
pembuluh darah yang padat di dermis. Epidermis intak, tapi terdapat beberapa trauma
dari sel-sel. Tampak deskuamasi yang terus-menerus dari sel-sel epidermal yang nekrosis
contohnya pengelupasan pada terbakar sinar matahari. Luka bakar derajat pertama dapat
disebabkan karena pengelupasan pada terbakar sinar matahari. Luka baker derajat
pertama disebabkan karena paparan yang lama sampai yang panas atau cahaya yang
intensitasnya rendah contohnya terbakar sinar matahari atau paparan dalam waktu singkat
pada panas atau cahaya dengan intensitas rendah.
Luka bakar dengan derajat kedua dibagi lagi kedalam superficial dan dalam,
pada luka bakar derajat kedua, tampak dati luar lembab, lesi yang melepuh. Pada
superficial luka bakar derajat dua (partial-thickness), terdapat dekstruksi stratum
granulosum dan korneum, tetapi lapisan basalnya tidak rusak total dan edema pada
5
daerah dermo-epidermal junction. Luka ini dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pada luka
bakar derajat dua yang dalam (keadaan parsial), terjadi kerusakan total epidermis dan
kerusakan di hampir seluruh lapisan basal. Juga dapat terjadi lepuhan. Adneksa dan
dermis (folikel rambut dan kelenjar keringat) akan terserap dan berfungsi sebagai sumber
regenerasi epidermis. Luka bakar derajat dua sembuh tanpa parut.
Pada luka bakar derajat tiga (seluruh ketebalan kulit) terjadi nekrosis koagulatif
pada epidermis dan dermis yang disertai destruksi dari edneksa dermis. Penampakan luar
dari lesi terlihat seperti kulit kasar kering berwarna putih. Tidak terdapat adanya lepuhan.
Lesinya juga dapat berwarna coklat atau hitam disebabkan oleh pengarangan atau
pembentukan parut. Luka ini akan menyentuh dengan parut. Pada luka bakar derajat
empat, terdapat luka bakar yang meluas lebih dalam dari kulit.
Harus dipahami bahwa penampakan dari permukaan luka bakar tidak
menggambarkan kedalaman dari luka. Luasnya nekrosis atau derajat luka bakar hanya
bias didiagnosis pada pemeriksaan ulang pada karbon yang selamat. Namun, seseorang
yang pernah kontak dengan suatu permukaan benda panas dapat juga menimbulkan lesi
berwarna pucat dengan penampakan seperti kulit kering berwarna putih yang mirip
dengan luka bakar derajat tiga atau luka bakar pada seluruh ketebalan kulit. Sesudah itu
dapat ditemukan bagaimana pun luka tersebut adalah luka bakar derajat dua ketebalan
parsial yang dalam.
Ketebalan kulit pada tempat luka bakar dapat berefek pada penampakan dari luka
tersebut. Namun, pada kulit yang tebal seperti pada telapak tangan, luka yang tampak
sebagai luka bakar derajat tiga mungkin hanyalah luka bakar derajat dua (ketebalan
parsial), sedangkan pada kulit tipis, luka yang tampaknya seperti luka bakar derajat dua
bias saja merupakan luka bakar derajat tiga pada seluruh ketebalan kulit.
Pakaian
Pakaian seseorang yang secara tidak sengaja terbakar menyebabkan hampir 150 –
200 kematian tiap tahunnya. Korbannya cenderung anak-anak dan orang tua. Luka bakar
pada wanita yang sedang memasak jarang terjadi data mereka berada di dekat kompor
saat sedang memakai baju malam berlengan panjang, jubah atau rok dan pakaian tersebut
terbakar oleh api dari kompor tersebut.
6
Pakaian juga dapat melindungi dari kebakaran, khususnya kilatan dan cahaya
panas, dengan memantulkan dan menyerap panas, dengan memantulkan dan menyerap
panas. Luka bakar dapat dikurangi luas dan dalamnya dengan perlindungan pakaian. Bila
terpercik api, bagaimana pun pakaian dapat terbakar. Kualitas perlindungan dari pakaian
bergantung pada tipe paparan panasnya (contohnya api, kilatan dan sebagainya), bahan
kain pakaian tersebut dan ketatnya pakaian tersebut. Derajat luka bakar dapat dikurangi
bila pakaian tersebut kurang berwarna atau tidak ketat, yang dapat memberikan ruang
udara antara pakaian dan kulit; kering dan berlapis. Derajat luka bakar akan meningkat
oleh pakaian berwarnagelap yang basah oleh keringat dan sangat ketat.
Kematian karena Terbakar
Kematian yang disebabkan oleh api mungkin terjadi segera atau tertunda.
Kematian yang segera disebabkan oleh trauma termis langsung ketubuh, yaitu terbakar
atau yang lebih lazim sebuah fenomena yang disebut “smoke inhalation”. Kematian
yang tertunda dalam satu dua atau tiga hari yang disebabkan oleh karena shock,
kehilangan cairan, atau kegagalan respirasi akut, yang disebabkan oleh karena menghirup
gas dengan trauma pada cabang-cabang saluran pernapasan. Kematian setelah periode ini
pada umumnya disebabkan karena sepsis atau insufisensi respiratorik kronik.
Tubuh Yang Terbakar
Pada pemeriksaan umum, hal ini mungkin membedakan antermortem akut dari
luka baker postmortem. Pemeriksaan mikroskopik dari luka baker tidak membantu
kecuali kalau korban pernah hidup cukup lama untuk mengembangkan respon inflamasi.
Kekurangan dari salah satu respon, bagaimanapun, tidak perlu mengindikasikan bahwa
luka baker tersebut postmortem. Salah satu penulis (VJMD) mempunyai kesempatan
memeriksa lembar mikroskopis dari luka baker derajat tiga didatagkan dari Vietnam,
dengan pasien yang terus menerus dievakuasi ke jepang dimana mereka meninggal 2 atau
tiga hari kemudian. Pada beberapa luka baker tersebut, disana tidak ada rekasi inflamasi,
sepertinya disebabkan oleh trombosis yang terlalu panas dari pembuluh-pembuluh dermis
7
seperti sel inflamasi tersebut tidak dapat mencapai daerah yang terbakar dan
memproduksi reaksi.
Jika tubuh terbakar berat , kulit mungkin saja tersisa sedikit atau habis terbakar
total., otot terlihat (gambar 13.3).Otot ini biasanya rupture disebabkan oleh panas. Kulit
lain yang tidak terbakar biasanya akan memiliki konsistensi kulit terbakar. Jika korban
berbaring pada permukaan yang rata, sementara tubuh seluruhnya mungkin saja
memutuskan charred, kulit tersisa pada permukaan dapat sangat awet. Pada beberapa
tubuh yang terbakar, posi dari thoraks dan dinding abdomen mungkin habis terbakar,
memperlihatkan visceral. Organ-organ dalam mungkin terlihat.
Tulang yang terbakar berwarna abu-abu-putih, sering memperlihatkan jaringan
superficial dari fraktur panas dari permukaan kortikal (gambar 13.4). Itu dapat remuk
ketika dipegang. Ini hamper sama dengan jaringan lunak di wajah yang habis terbakar,
membocorkan tengkorak (gambar 13.5). sebelah luar dari gambaran penampakan cranial
kubah dapat memperlihatkan jaringan dari garis faktur panas yang berselang-seling. Pada
beberapa kasus gambaran sebelah luar dapat terpecah-pecah bahkan hilang /tidak ada.
Tubuh akan sering dibawa dalam keadaakn tanpa tangan dan kaki, dimana sudah hangus
terbakar dimana mereka tidak dapat dikenali pada saat dilihat atau patahan.
Tubuh yang terbakar dapat memperlihatkan betuk pugilistic. Koagulasi dari otot
yang disebabkan oleh panan menyebabkan kontraksi dari serat-serat otot dengan fleksi
resultan dari dari cabang-cabangnya. Selain itu, ekstremitas atas mengambil posisi seperti
seorang petinju menahan tangannya diatas didepannya. Adanya sikap pigilistik tidak
berkaitan dengan dengan fakta apakah seseorang masih hidup atau sudah mati sebelum
kebakaran.
Gambar 13.3. Tubuh yang hangus dimana kulit habis terbakar; otot terlihat dan rupture
8
Gambar 13.4 Kulit kepala sehingga tulang tengkorak dapat terlihat. Fraktur linear karena panas padatulang berwarna abu-abu dan putih
Gambar 13.5 Kerangka wajah yang kelihatan sebagian karena terbakarnya jaringan lunak. Beberapa bagiantulang wajah terlepas di bagian frontal kiri.
Artefak pada umumnya terdapat pada korban yang sangat parah terbakar dengan
pengarangan di bagian kepala adalah adanya epidural hematom postmortem (gambar
13.6). Epidural hematom post mortem karena luka bakar berwarna coklat dan
penampakannya rapuh dan mirip sarang tawon. Hematom ini besar, tebal (sampai 1,5
cm), dan khasnya terdapat di daerah frontal, parietal, dan temporal; pada beberapa kasus
dapat meluas sampai daerah oksipital.
Inhalasi Asap
Tidak semua tubuh korban kebakaran mengalami pengarangan dan tidak dapat
dikenali. Beberapa tubuh tidak menunjukkan adanya trauma. Sementara yang lain hanya
memperlihatkan luka bakar ringan. Pada luka bakar yang ringan, kulit memperlihatkan
warna coklat terang dengan konsistensi seperti jaket kulit kaku.
9
Gambar 13.6 (A) dan (B) Epidural hematom postmortem
(Gambar 13.2) Pelepuhan juga bisa terjadi. Pelepuhan tidak menunjukkan bahwa
orang yang meninggal masih hidup pada saat terjadi luka bakar, karena pelepuhan
tersebut bisa terjadi secara postmortem. Sebuah kesan yang keliru akan ditemukan yaitu
sebuah lingkaran erythematous yang mengelilingi pelepuhan atau luka-luka bakar yang
mengindikasikan bahwa seseorang masih hidup pada saat luka tersebut terjadi (Gambar
13.7). Ini tidak benar. Pelepuhan-pelepuhan yang memiliki lingkaran merah telah terjadi
pada badan orang yang mati. Panas yang mengenai kulit menyebabkan kontraksi kapiler-
kapiler dermal yang memaksa cairan darah ke sekitar pelepuhan atau luka-bakar, yang
menstimulasi sebuah respon inflammatory hyperemic antemortem.
Untuk korban kebakaran yang badannya menunjukkan tidak ada atau sedikit bukti
tentang injury-injury thermal, penyebab kematian seringkali terkait dengan “penghirupan
asap”.
Gambar 13.7 Luka bakar postmortem dengan lingkaran erythematous
10
Gambar 13.8 jelaga (soot) dalam larynx dan trakea
Untuk korban kebakaran yang badannya menunjukkan tidak ada atau sedikit bukti
tentang injury-injury thermal, penyebab kematian seringkali terkait dengan “penghirupan
asap”. Istilah ini biasa disamakan dengan keracunan karbon-monoksida (intoksikasi).
Pemeriksaan orang yang mengalami penghirupan asap biasanya akan menunjukkan
jelaga (soot) dalam nostril dan mulut serta melapisi larynx, trakea, dan bronchi (Gambar
13.8). Akan tetap, jika tidak ada jelaga (soot), itu tidak berarti bahwa orang tersebut
meninggal sebelum terjadinya kebakaran. Beberapa peneliti telah mengamati banyak
kasus dimana tidak ada jelaga (soot) pada larynx atau trakea, meski demikian analisis
karbon-monoksida pada darah menunjukkan kadar yang mematikan.
Pada otopsi, biasanya relatif mudah untuk menentukan apabila seseorang mati
akibat intoksikasi karbon monoksida. Livor mortis, otot-otot, dan organ-organ internal,
serta darah, akan berwarna merah seperti warna buah cherry. Disamping pewarnaan ini,
penentuan karbon monoksida pada darah dianjurkan. Pewarnaan yang menyerupai warna
buah cherry pada livor mortis sangat umum ditemukan pada bagian tubuh yang terekspos
pada cuaca dingin selama periode waktu yang lama. Disamping itu, seseorang
kemungkinan memiliki kadar karbon-monoksida yang fatal, sekalipun begitu tidak ada
warna merah-cherry yang menonjol.
Mengkaitkan antara penyebab kematian pada kasus penghirupan asap dengan
intoksikasi karbon-monoksida adalah sebuah penyederhanaan dari sebuah proses yang
rumit. Mekanisme pasti dari kematian orang yang meninggal akibat penghirupan asap
tidak selamanya jelas. Pada orang-orang yang meninggal selama kebakaran, kadar
karbon-monoksida sebenarnya, meski beracun, seringkali tidak cukup untuk
menyebabkan kematian. Kadar-kadar ini biasanya 20% lebih rendah dibanding pada
kematian yang diakibatkan oleh penghirupan karbon monoksida pada pembuangan gas.
Sehingga, menurut pengalaman beberapa peneliti, pada orang-orang yang mati karena
11
penghirupan pembuangan gas kendaraan mobil, rata-rata kadar karbonomonoksida adalah
79%, dimana 82% kasus memiliki kadar 70% atau lebih. Pada saat terjadi kebakaran,
rata-rata konsentrasi karbon-monoksida adalah 57%, dimana kadar karbon-monoksida
sebesar 30% atau 40% umum ditemukan, meski adanya beberapa yang hanya 20%. Pada
beberapa contoh, ini dapat dibantu dengan penyakit yang bersangkutan. Sehingga,
seseorang menderita atherosclerosis koroner parah bisa mati pada kadar karbon-
monoksida yang lebih rendah dari orang yang sehat. Pada kasus-kasus lain, obat dan
alkohol bisa berfungsi sebagai faktor kontribusi.
Beberapa faktor selain karbonmonoksida telah diduga sebagai penyebab kematian
pada kasus penghirupan asap. Faktor lain tersebut adalah kekurangan oksigen, sianida,
radikal bebas, dan zat-zat toksik yang tidak-diketahui. Kekurangan oksigen diakibatkan
oleh konsumsi oksigen yang tidak mencukupi pada saat terjadi kebakaran sebagai sebab-
akibat kematian pada kebakaran rumah. Jika jumlah oksigen untuk mempertahankan
hidup tidak cukup, maka kebakaran akan menyebabkan kematian.
Sianida dihasilkan pada pembakaran berbagai zat sintetik yang umum. Pada
beberapa contoh yang jarang ditemukan, sianida menjadi penyebab kematian, tapi dengan
menganggap bahwa kebanyakan kematian adalah karena keracunan sianida adalah
sebuah kesalahan. Sianida sebagai penyebab kematian pada kebakaran merupakan sebuah
teori pengacara dalam hal penuntutan perkara sipil. Mereka menggambarkan bahwa
orang yang mati telah menghisap asap sianida yang dihasilkan oleh pembakaran bahan
sintetik. Pada kenyataannya, jumlah sianida yang dihasilkan dalam kebakaran relatif
kecil, dimana konsentrasinya sangat rendah. Bahkan pada ruang tertutup yang
mengandung gas sianida murni dalam konsentrasi tinggi, seperti yang terjadi pada ruang
kematian Nazi, lemasnya tubuh tidak langsung terjadi dan kematian tidak terjadi hanya
dalam beberapa menit.
Pendeteksian dan pengukuran sianida dalam darah banyak kesulitannya. Sianida
bisa dihasilkan secara postmortem dalam darah pada tubuh atau tabung uji, melalui
proses dekomposisi. Disamping itu, jika metode analisis tidak spesifik, maka zat-zat lain
dalam darah (sulfida) bisa bereaksi seperti sianida, sehingga salah dianalisis sebagai
kadar sianida yang meningkat. Salah satu penelitian yang menyebutkan banyaknya
kematian akibat sianida dicurigai karena metodologinya. Radikal-radikal bebas telah
12
diusulkan sebagai salah satu kemungkinan dalam menyebabkan kematian, karena radikal
bebas bisa menon-aktifkan surfaktan, sehingga mencegah oksigen untuk melintasi alveoli
dalam darah.
Injuri-injury penghirupan
Injury-injury penghirupan seringkali diduga berasal dari penghirupan gas-
gas panas dengan “pembakaran” jalur-jalur udara. Pada awal 1945, Moritz dkk.,
menemukan bahwa penghirupan udara kering panas yang dapat menyebabkan
pembakaran langsung pada kulit memiliki sedikit atau tidak ada pengaruh pada paru-
paru. Pada penelitian, dimana hewan percobaan menghirup udara pada ruang yang berada
dalam keadaan kering, panasnya adalah pada 350 dan 500 0 C. Udara yang kering ini
akan kehilangan banyak dari pemanasannya sebelum mencapai paru-paru sebagaimana
tanpa terjadinya luka-luka pada paru-pau bagian laiinya. Luka-luka yang ada pada
trachea bagian atas merupakan bagian luka yang digambarkan sebagai suatu kondisi
yang tidak terlalu parah. Jika udara yang ada adalah udara panas dan basah, maka hal ini
menandakan ada suatu pembakaran yang terjadi dari udara pada tubuh seseorang.
Pembakaran (luka) yang berhubungan dengan panas pada bagian tubh manusia
yang berasal dari pohon tracheobronchial adalah merupakan hal yang jarang terjadi,
dimana hal ini lebih sering dipengaruhi dan disebabkan oleh uap air, yang mana uap air
yang ada 4000 kali lebih panas dari pada temperatur udara. 7,8 udara yang panas, apakah
merupakan udara kering atau basah, dapat dengan cepat menghasilkan suatu edema
obstruktif yang fatal yang berasal dari larynx. Hal in, adalah merupakan hal yang tidak
biasanya terjadi. Penyakit yang berhubungan dengan pernapasan merupakan penyakit
kimiawi yang disebabkan oleh adanya produk pembakaran yang tidak sempurna.8
kejadian ini akan menghasilkan edema yang berkaitan dengan paru-paru untuk luka-luka
yang ada pada permukaan endothelial-epithelial, Kegagalan dari alveolar yang
seharusnya untuk mengurangi produksi dari surfactant, dan luka-luka yang berhubungan
dengan bronchochilliary. Konsep yang berhubungan dengan laryngospasm disebabkan
oleh pernapasan gas-gas panas yang terjadi secara ekstrim merupakan hal yang telah
digambarkan disini. Laryngospasm merupakan suatu konsep yang dapat digunakan untuk
13
mencegah pernapasan dari gas-gas yang dihasilkan melalui proses pembakaran, (yaitu
carbonmonoksida).
Konsep ini hanya digunakan sebagai konsep perkiraan.
Identifikasi terhadap kematian
Dalam beberapa kasus kematian yang disebabkan oleh adanya kebakaran (api),
maka pernapasan yang berhubungan dengan panas yang terjadi pada tubuh manusia
merupakan hal yang tidak terlalu signifikan. Kematian ini merupakan suatu kondisi yang
disebabkan oleh adanya pernapasan karena rokok. Tidak ada kejelasan yang menjelaskan
secara lebih detail tentang pembakaran yang terjadi ini, dan terbangunnya suatu keadaan
dalam mengidentifikasikan hal ini dimana dilakukan secara perorangan, maupun melalui
photograph atau fingerprint.
Jika tubuh yang ada berada dalam kondisi terbakar dimana ini terjadi dalam
beberapa tingkatan yang mana kondisi yang ada ini menunjukkan bahwa struktur-struktur
yang berhubungan dengan muka adalah telah mengalami mutilasi dan tanpa dilakukan
pengambilan sidik jari terhadap tubuh yang mengalami hal tersebut, serta ini merupakan
hal yang tidak dapat dijadikan sebagai pilihan, maka metode yang lain yang berhubungan
dengan identifikasi dapat diambil dan dilakukan terhadap tubuh seseorang yang
mengalami mutilasi tersebut. Dalam keadaan yang lebih lazim, maka ini adalah
dinyatakan sebagai identifikasi yang berhubungan dengan gigi. Pada kondisi tubuh yang
mengalami luka-luka aklibat pembakaran atau kondisi lain yang berhubungan dengan
panas yang terjadi secara umum, dimana dalam hal ini tidak dilakukan pengambilan sidik
jari, maka pilihan identifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pemeriksaan terhadap gigi korban. Identifikasi yang berhubungan dengan pemeriksaan
pada gigi korban ini dengan menggunakan bantuan sinar X.
Hal ini dapat dilakukan untuk memberikan perbandingan antara pengunaan sinar
x yang dilakukan dengan metode lain seperti pemetaan terhadap bagian-bagian yang
mengalami mutilasi. Keitka identifikasi yang berhubungan dengan gigi yang ada pada
tubuh korban dilakukan dengan menggunakan keterangan grafik yang ada dan melalui
penggunaan sinar X dimana hal ini dapat dibuat dengan melalui gigi in situ, ini adalah
lebih mudah untuk memindahkan rahang pada gigi seseorang, lebih khusus lagi untuk
14
penyinaran sinar X yang memadai. Rahang pada gigi kemudian dapat menjadi retak
menurun pada bagian pertengahan dan lebih akurat penyinaran sinar X pada bagian
samping dari rahang dilakukan. 9
Prosedur-prosedur yang ada ini merupakan prosedur yang ditempuh seharusnya
tidak menimbulkan masalah ataupun efek negatif dengan keluarga dari korban. Dalam
beberapa kasus yang terjadi, ini adalah latihan yang dianggap cukup bijaksana untuk
dilakukan demi menjaga rahang yang ada untuk dijadikan sebagai referensi lebih lanjut.
Hal ini tentu dapat diwujudkan bahwa identifikasi yang dilakukan terhadap gigi manusia
yang mengalami mutilasi dengan menggunakan sinar X tidak membutuhkan adanya
kesadaran dari seseorang, namun dapat lakukan pada struktur tulang yang menonjol yang
nampak dari rahang seseorang dan iorientasi, struktur, serta hal-hal yang nampak dari
gigi dengan sendirinya. Dalam kenyatannya, identifikasi yang berhubungan dengan gigi
yang dilakukan secara positif dibuat dengan hanya menggunakan sebuah gig pada
struktut tubuh seseorang. Sebagaimana dengan apa yang digunakan secara tepat, maka
identifikasi yang berhubungan dengan gigi hanya dapat diandalkan dengan menggunakan
pengambilan terhadap sidik jari.
Metode identifikasi yang lain yang digunakan yang dapat dipercaya dalam hal
melakukan identifikasi terhadap struktur gigi, tentu dapat saja dilakukan, namun hal ini
bukanlah metode yang digunakan sebagaimana biasa, dan ini dianggap sebagai
perbandingan dari penggunaan sinar X postmortem dan penggunaan sinar X antemortem
terhadap seseorang yang telah meninggal, dimana kematiannya mencurigakan/ kematian
yang tidak pantas. Jika identifikasi yang dilakukan seseorang merupakan identifikasi
yang bersifat sementara, maka seseorang seharusnya menanyakan apakah individu yang
diamati pernah mengalami trauma atau pernah dilakukan penyinaran sinar X terhadap
dadanya.
Penyinaran sinar X yang dilakukan disini kemudian dapat dipilih untuk dijadikan
sebagai perbandingan dengan metode lain yang digunakan dalam hal melakukan
identifikasi terhadap tubuh yang tidak dikenal. Sinar X yang dilakukan pada bagian
tubuh yang dilakukan secara benar merupakan hal yang pantas untuk dijadikan sebagai
perbandingan. Identifiksi yang ada didasarkan tidak hanya pada adanya keganjilan yang
ditemui pada bagian-bagian tulang yang diperiksa namun juga pada bagian-bagian otot
15
yang halus yang telah mengalami pengerasan; petumbuhan tipus (yaitu, batu empedu,batu
ginjal,dan sebagainya), penyaringan, pemotongan, dan sekrup yang berhubungan dengan
pembedahan yang dilakukan ,dst. Identifikasi positif dapat dilakukan pada salah satu dari
sekelompo orang dari adanya perubahan-perubahan yang lazim atau hal-hal lain yang
dirasakan perlu untuk dilakukan identifikasi.
Jika identifikasi tidak dapat dilakukan dengan melalui pengambilan sidik jari,
dokumen yang berhubungan dengan gigi atau sinar X, kemudian identifikasi positif dapat
dilakukan dengan menggunakan bantuan teknik uji DNA. Jika tidak ada sama sekali
yang mungkin dapat dilakukan dari semua metode yang telah ada, kemudian hanya
identifikasi yang bersifat sementara yang didasarkan pada keadaan; milik pribadi, atau
karakteristik yang tidak spesifik seperti gigi yang ada, bekas luka, atau kekurangan dari
organ, dapat dilakukan.
Kremasi
Studi yang dilakukan secara lebih teliti dari adanya suatu perubahan pada tubuh
manusia yang mengalami luka bakar adalah merupakan hal yang digambarkan oleh
Bohnert, yang mana ia melakukan pengamatan terhadap 25 jazad yang dikremasi. 10 15
jazad yang ada, pada tiap dari peti mati yang dibuat dari pohon cemara, dikremasi pada
temperatur antara 670 dan 810 0C. Ini diambil antara 2 dan 3 jam untuk mengurangi
bagian tubuh terhadap abu dan tulang yang telah mengeras. Kremasi dari tubuh yang ada
dalam tempat kremasi berada dibawah kontrol dari kondisi yang ada dimana bagian tubuh
secara langsung disingkapkan/ dibuka untuk dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan metode identifikasi yang telah ditentukan. Dengan demikian, dalam artikel
yang ditulis oleh Bohnert, waktu yang dapat digunakan dari tahapan kremasi dari satu
tahap ke tahap berikutnya adalah merupakan hal yang tidak terlalu penting, namun lebih
baik jika tahapan yang ada tersebut dirangkaikan untuk mengidentifikasi perubahan yang
terjadi pada suatu struktur tubuh yang dikremasi.
Bohnert telah menemukan bahwa 10 menit ke dalam kremasi, maka kulit kepala
beserta rambutnya, yang telah mengalami luka bakar yang cukup parah, adalah tidak
berkapur. Jaringan-jaringan otot yang halus dari wajah adalah diarangkan. Setelah 20
menit, tabel-tabel eksternal menunjukkan adanya celah atau korona dan jahitan pada luka.
16
Ketika 30 menit,akan terjadi keretakan yang menyebabkan kerenggangan pada tengkorak
dimana tabel-tabel eksternal akan memulai untuk menjadi kepingan. Tulang yang
berhubungan dengan wajah yang telah mengeras hanya dengan jaringan otot yang tipis,
jika ada.
Pada 40 menit, calvarium telah mengalami luka hangus yang cukup parah,
membongkar sesuatu yang berkerut dan otak tengkorak. Tulang wajah bebas dari
jaringan-jaringan otot yang halus, zat kapur dan penghancuran. Jaringan-jaringan otot
halus yang ada pada leher akan ditiadakan dari sebagian kasus yang ada dan akan
dijadikan arang dalam masa istirahat dari proses kremasi yang dilakukan. Setelah 50
menit, dasar dari tengkorak akan nampak dan tulang wajah mengalami penghancuran.
Setelah 60 menit, hanya mata dari tulang wajah dan dasar tengkorak yang ada pada
sebelah kiri.
Sebagaimana untuk peti kremasi, setelah 20 menit, kulit dari dada bagian depan
dibakar, akan membuka otot yang telah dibuat arang. Dalam kesalahan ataupun kelalaian
yang dilakukan lebih dari satu kasus, maka bagian yang terdepan dari tulang rusuk adalah
akan nampak, dengan tulang dada dan tulang muda yang berharga, dimana telah
mengalami luka hangus yang parah, dalam tiga kasus yang ada di sini. Dalam waktu 30
menit, torak dan rongga yang berhubungan dengan perut tersingkap, dengan organ-organ
bagian dalam yang telah nampak buruk dan yang telah mengalami pengurangan untuk
usus yang ada, yang mana dari kejadian ini hal-hal buruk yang ada pada terlebih dahulu,
adalah merupakan bagian yang basah. Setelah 40 menit, tulang dibuka dan diberikan zat
kapur untuk bagian belakang.
Torak dan organ-organ yang berhubungan dengan perut, yang mana merupakan
bagian yang mengalami pengurangan dengan permukaan seperti sepon,adalah dengan
pengecualian dari hati, tidak dapat dikenal atau diketahui dengan 50 menit dan dikurangi
untuk abu dengan 60 menit.
Memperhatikan bagian kaki dan tangan, setelah 20 menit, kulit lengan dan kaki
dihanguskan, dengan membuka otot yang telah menjadi arang dan radius serta sebagian
dari tulang hasta yang nampak. Tulang tangan telah nampak, dan dihubungkan dengan
jaringan-jaringan otot halus yang telah diarangkan, kecuali dalam kasus-kasus dimana
kasus tersebut secara lengkap telah mengalami kerusakan secara menyeluruh. Lengan
17
bawah secara umum dikurangi untuk bagian-bagian yang terdekat dimana ini dilakukan
dalam waktu 30 menit dan absen dalam waktu 40 menit.
Lengan bagian atas adalah lebih besar tanpa adanya jaringan-jaringan otot halus
dalam waktu 40 menit, dengan kepala dari tulang bagian atas pada lengan akan nampak.
Sebagaiman pada kaki, yang membutuhkan waktu selama 30 menit pagar distal dan
tulang kering adalah lebih bebas dari jaringan-jaringan otot halus, dengan tulang yang
terbuka melalui keretakan yang terjadi secara longitudinal. Dalam waktu 50 menit,
lengan akan hancur dan tulang paha dikurangi untuk tunggul.
Penyebab kebakaran
Merokok merupakan hal yang biasanya dapat menyebabkan kebakaran pada
rumah. Dalam beberapa situasi, seseorang mungkin saja tidak mengetahui apakah
individu yang lainnya adalah perokok, dan jika benar apakah ini merupakan
kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran pada suatu tempat dalam
suatu waktu. Seseorang dapat saja selalu melakukan analisa terhadap urine untuk
mengetahui apakah ada nikotin dalam tubuhnya, yang mana hal ini akan memberikan
gambaran atau kesan bahwa seseorang yang mati adalah seorang perokok.
Anak-anak mungkin saja dapat menjadi inisiator dari kebakaran yang terjadi . Ini
seringkali dihubungkan dengan kekurangan dari pengawasan yang dberikan – ini tentu
merupakan hal yang dihubungkan dengan tingkat dari pengawasan yang diberikan.
Seringkali, anak-anak mulai melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran, dimana ketika suatu keadaan kebakaran telah mulai terjadi, maka anak –anak
akan bersikap panik dan akan bersembunyi di tempat yang tertutup, di bawah tempat
tidur, atau di dalam kamar mandi.
Di wilayah-wilayah kota, dimana standar perumahan yang diberlakukan
merupakan standar yang tinggi, maka kebakaran dengan anak-anak yang menjadi korban
merupakan hal yang tidak biasa terjadi. Reaksi dari para otoritas yang ada adalah untuk
melakukan penangkapan dan melakukan penahanan terhadap orang tua dari anak-anak
tersebut dimana hal ini dianggap sebagai tindakan kriminal dan merupakan kelalaian dari
para orang tua dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Ini seringkali
akan meredakan perasaan bersalah dari para pejabat yang berwenang dalam hal ini, yang
18
mana mereka bertanggungjawab untuk kondisi-kondisi yang berhubungan dengan
keadaan sosial terlebih lagi untuk kejadian yang berkaitan dengan masalah kebakaran
yang dapat menyebabkan kematian.
Pembunuhan melalui kebakaran
Kematian yang disebabkan oleh adanya kebakaran di suatu tempat, biasanya
adalah merupakan suatu kebetulan. Akan tetapi, kebakaran merupakan kumpulan dari
suatu kesengajaan dimana kematian yang ada di sini, adalah diklasifikasikan sebagai
suatu pembunuhan massal atau homocida. Di dalam kasus-kasus yang terjadi, dimana ada
suatu kecurigaan dari rumah yang mengalami kebakaran, maka suatu putusan yang
berhubungan dengan kematian yang disebabkan oleh adanya kebakaran yang terjadi,
seharusnya ditunda hingga dilakukan penyelidikan secara sempurna terhadap masalah
yang dihadapi tersebut.
Kebakaran merupakan hal yang dianggap sebagai adanya tujuan dan alasan-alasan
tertentu dari satu atau beberapa orang. Dimana alasan yang biasanya ada adalah untuk
alasan profit, yaitu untuk mendapatkan asuransi. Kebakaran juga mungkin saja
merupakan suatu tindakan balas dendam, karena adanya mental yang tidak normal dari
seseorang, atau untuk menyembunyikan suatu tindakan kriminal sebagaimana pencurian
atau homocida jarang terjadi, seperti biasanya sia-sia, sebagai yang pertama pemeriksa
badan menentukan bahwa seseorang meninggal sebelum terbakar.Artinya, sesungguhnya,
berbeda sekali dengan membakar tubuh , karena airnya yang tinggi. Jadi, tubuh bagian
luar menunjukkan bagian hangus yang luas, dengan patah tulang dan sebagian hilang
dari alat gerak, akan sering memperlihatkan penjaggaan sepenuhnya pada Internal rongga
perut.Api jarang sekali menghasilkan suhu yang cukup tinggi, diatas waktu yang cukup
lama, untuk membakar tubuh.Temperatur yang berubah-ubah dimana tubuh terlindungi,
tergantung pada material yang terbakar; begitu cepatnya material (mereka)
terlalap;apakah ada material baru, jika ada, gantikan material yang terbakar dan dengan
segera pemadam kebakaran mengatasinya.Bagian luar krematorium, api kekurangan
intensitas dan waktu untuk menyelesaikan pembakaran tubuh manusia .Suatu cara yang
pantas untuk membakar tubuh bagian luar krematorium adalah meninggikannya pada
19
panggangan seperti kerangka, sehingga saat dibakar, pencairan lemak akan dilalap oleh
api dan menambah komsumsi dari tubuh.
Pengorbanan Diri (Bunuh Diri)
Pengorbanan diri jarang terjadi.Beberapa individu biasanya menyiram diri mereka
dengan cairan yang mudah terbakar, biasanya dengan bensin, dan kemudian membakar
dirinya pada api.Sebuah kotak dan korek api itemukan pada keadaan seperti itu.Ini
seharusnya diperiksa untuk keperluan sidik jari.Biasanya, individu-individu menetapkan
kedua atau ketiga derajat membakar melebihi tubuh mereka, dengan dikonsentarasikan
pada bagian depan.Kematian mungkin tidak cepat ;akan tetapi, menggalnya
individu/seseorang disebabkan karena komplikasi dari membakar dirinya.Dalam
penelitian 32 kasus oleh Shkum dan Johnston, 56,24% individu meniggal dalam keadaan
separti itu.
Ini hampir sama persis dengan penelitian yang dilakukan oleh Leth dan Hard-
Madsen,yang menemukan bahwa 56% dari rangkaian kematian mereka 43 kasus terjadi
pada keadaan seperti itu.
Ahli forensik patologi seharusnya menjaga bagian-bagian dari pakaian untuk
menganalisis adanya zat yang mudah menguap.Pakaian ini harus ditempatkan dalam
sebuah botol kaca dengan tutup sekrup pada bagian atasnya.Pakaian itu tidak boleh
disimpan pada sebuah tas plastik, sebagai zat yang mudah menguap kemungkinan besar
dapat menguap melalui plastik.Cara lain sebelum menyiapkan pakaian untuk
pemeriksaan terhadap zat yang mudah menguap adalah menempatkannya pada sebuah
kaleng cat dan menutup kaleng tersebut.Satu kemungkinan juga ingin diambil tanah dari
bawah dimana individu awalnya membakar diri mereka untuk menganalisa adanya zat
yang mudah menguap.
Pada kematian yang disebabkan oleh pengorbanan diri, jarang diuraikan bahwa
konsentrasi karbon monoksida darah tidak dapat ditinggikan tetapi dapat menjadi normal
sejak api menyala.Begitu seringnya hal tersebut tidak disadari/dimengerti, pada sebagian
besar kematian yang disebakan oleh pengorbanan diri dan sebagian lagi disebabakan oleh
kobaran api, karbon monoksida ditinggikan.Saat pengorbanan diri terjadi diluar ruangan
atau ditempat yang besar (ruangan yang besar) salah satunya cenderung mendapatkan
20
karboin monoksida yang rendah atau karbon monosida yang negatif.Disinipun, karbon
monosikda dapat ditnggikan.Shkum dan Johnston meninjau/meneliti 32 kasus dari
pengorbanan diri, 18 kasus yang telibat individu mennggal pada saat itu. Sebelas dari
18 meninggal dengan kendaraan bermotor.Akselarasi digunakan pada 11 kasus dan
bensin pada 9 kasus, minyak tanah satu dan propan (metan)juga satu.Semua 11 individu
telah ditinggikan karbon monoksidanya meningkat dari 28% menjadi 80% dengan rata-
rata 58%.
5 individu membunuh diri mereka dirumah ,derajat karbon monoksida yaitu9, 11,
14, 33 dan 38%.Dengan rata-rata 21%.2 individu meninggal diluar ruangan .Dengan
derajat karbon monoksidanyayaitu 17 dan 25%.Dalam penelitian oleh Leth dan Hart-
Madsen, 6- dari 7 individu yang ditest karbonmonosidanya melakukan bunuh diri diruang
terbuka, dan yang ketujuh didalam ruangan yang besar. Hanya 2 dari kasus mereka
terjadi pada kendaraan bermoptor dan keduanya memiliki jumlah karbon monoksida
yang besar lebih dari 50%.Jadi kelihatannya, pada bagian lampiran kecil seprti kendaraan
bermotor bunuh diri dapat mengakibatkan tingginya derajat karbon monoksida.Pada
bagian yang lebih besar atau diluar ruangan, karbon monoksida dapat bergerak dari
“normal” menjadi sedikit ditinggikan.
Pada bagian ini tidak akan sempurna tanpa menyaebutkan manusia yang
membakar dirinya sendirinya , fenomena ini atau konsep ini tidak masuk akal dan tidak
memerlukan diskusi yang lebih jauh.
Luka Bakar/ Panas
Luka ada 3 tipe, mencelup pada panas karena kecelakaan tidak disengaja atau mencelup
yang disengaja dalam sebuah cairan panas, biasanya air;menceburkan atau menumpahkan
panas – biasanya tidak disengaja – dan uap air panas disebabkan oleh pembukaan uap
panas.Air panas menyababkan sebagian besar untuk mencelup,menumpahkan dan
mencelupkan.(gambar 13.9), ini mungkin pembunuhan atau kecelakaan , luka
panas/bakar pada anak-anak adalah keadaan yang lazim dari suatu penyiksaan/kekerasan
terhadap anak (lihat Bab 12).Saat kejadian sebagian memercikkan air panas sebagai suatu
kecelakaan.Penulis telah menyaksikan kasus-ksus dimana individu disiram dengan air
mendidih, kemudian dengan sengaja menjadikan sebagai korban.Ini biasanya
21
pembunuhan domestik, dengan suami sebagai korbannya .Beratnya sifat panas dari air
mendidih disadari pada satu kenyataan bahwa air dipanaskan sampai 158 F dapat
menyebabkan luka menyeluruh pada kulit orang dewasa dalam 1 s kontak.Percikan panas
dalam kecelakaan cenderung menjadi berlipat dan melebar dengan ukuranyang
bermacam-macam.
Kecelakaan dengan menumpahkan panas merupakan cara yang khas pada anak-
anak didapur dengan menarik panci, atau secangkir teh panas, kopi atau membasahi diri
mereka.Panas dirasakan pada wajah, leher, diatas dada, dan kedua lengan.Pakaian dapat
melindingi kulit dari panas ini.Cairan panas dingin disiramkan diatas kulit dan kemudian
akan mengalir pada tubuh, menghasilkan bekas luka bakar/panas berwarna merah,dengan
permukaan yang basah.Sebagai cairan yang bergerak mengaliri tubuh, panas tersebut
menjadi makin berkurang.
Seorang individu terlindung dari uap yang sangat panas menderita luka berat –
sepert tubuh yang terbakar.Dengan inhalasi, terdapat laring, trakea dan pernapasan yang
panas, yang pada akhirnya dapat menambah sindrom berbahaya pada pernapasan orang
dewasa.Pada beberpa kejdian, terdapat edema besar di larings, dengan kematian karena
sesak napas.
Gambar 13.9 (A) dan (B) luka bakar.Orang yang meninggal kedalam tong yang berisi cairan panas (160F).Rambutnya tidak terbakar.
22
Luka Bakar Karena Zat Kimia
Pada luka bakar karena zat kimia, jumlah jaringan yang rusak tergantung pada
agent.Agent tersebut mimiliki kekuatan dan konsentrasi, kuantitas zat kimia, durasi,
kontak, dan luas penetrasi zat kimia pada tubuh.Zat-zat kimia tersebut terus menyerang
jaringan sampai salah satu dari mereka/zat tersebut dinetralisir oleh agent yang lain atau
tidak diaktifkan oleh reaksi jaringan..
Protein zat-zat kimia membeku dengan reduksi, oksidasi, pembentukan garam,
korosi, keracunan protoplasma, kompetisi metabolisme atau hambatan, pengawetan tahu
sebagai akibat dari komplikasi zat kimia.
Gambar 13.10 (A) dan (B) Postmortem dari luka bakar oleh bensin.
Satu kasus menunjukkan jaringan-jaringan yang berbeda-beda, dengan kelihatan seperti
sebuah bentuk-sandwich pada luka bakar. Terdapat luka bakar pada kulit, serat dari
23
lemak dan luka bakar pada otot. Luka bakar adalah berdasarkan pada penyaluran air
dalam jaringan-jaringan ini.
Nyala/kilasan Api : Api melibatkan cairan hydrocarbon yang mudah terbakar.
Ujung cahaya dari hydrocarbon adalah temperatur dimana bahan bakar diuapkan
untuk memperpanjang atau menahan cahaya api. Api, bagaimana pun juga, tidak akan
meneruskan untuk membakar sampai hydrocarbon mencapai sebuah temperatur yang
tertinggi, batas lidah api atau api. Disini, lidah api akan terus membakar sampai bahan
bakar dihabiskan. Dengan bahan bakar hidrokarbon, uap dari penguapan yang terbakar,
bukan bahan bakar. Ketika uap panas, ia menaikkan temperatur hidrokarbon,
menyebabkan penguapan naik dari bahan bakar dan lalu membuat api.
Bahan bakar hidrokarbon memiliki sebuah tingkat karateristik dari konsentrasi
dimana mereka menguap dan akan terbakar. Sebagai contoh, untuk gas alam (terutama
methanin), antara 4 dan 15 %. Pada konsentrasi uap dibawah 4 %, tidak cukup
menguapkan bahan bakar untuk menyebabkan pembakaran. Jadi, gas alam hanya akan
terbakar ketika konsentrasi uap berada pada antara 4 dan 15%. Lidah api dalam suatu api
bergerak keluar dalam semua arah dari titik pengapian. Setelah kilasan awal, api yang
terjadi menyebabkan penguapan dari bahan bakar yang lalu menopang api menyala.
Temperatur pada kilasan api dari bahan bakar hidrokarbon adalah bekisar 500 sampai
9750 C.
Pada kilasan api dalam ruangan, dalam 45 detik pengapian, oksigen turun dan
CO2 naik secara sebanding. CO diproduksi 15 sampai 30 detik setelah temperatur
maksimum, terjadi ketika oksigen habis. Oksigen dapat turun sampai 8,5% dalam 1,5
samapi 3 menit, sedangkan CO2 dapat naik lebih dari 12 sampai 16% dalam waktu
kurang dari 1,5 menit. Pada perbandingan dari api, CO dapat mencapai sebuah
konsentrasi 9500 bagian per 1 juta dalam 1,5 sampai 2 menit. Jika kilasan api dibatasi
sampai suatu ruang batas seperti satu ruang dan tidak ada udara baru, api akan keluar
melalui oksigen yang cukup.
24
Flashover
Api dalam ruang terbatas seperti sebuah ruangan dapat menghasilkan sebuah fenomena
yang disebut suatu Flashover. Ketika sebuah api memulai, bahkan jika ia pada awalnya
kecil, ia menghasilkan panas pancaran, gas panas dan asap. Gas dan asap naik,
membentuk sebuah lapisan dibawah plafon. Setelah asap dan gas panas berhimpun dan
mengumpul, lapisan ini menebal, memperluas kebawah menuju lantai. Pada awalnya, gas
panas memanasi langit-langit dan berbatasan dengan bagian atas dinding. Pancaran panas
dari api dan gas panas mulai memanaskan benda-benda pada bagian bawah ruangan.
Benda-benda yang mudah terbakar dalam ruangan mulai memberikan gas-gas yang
mudah terbakar (proses ini disebut pyrolysis). Jika api yang terbentuk pada awal
meredup, atau jika oksigen yang cukup tidak dapat masuk ke dalam ruangan, api akan
meredup. Jika api terus membakar, sederhananya, luka bakar kimia diklasifikasikan
sebagai penyebab-penyebab oleh asam, alkali, dan vesicant (zat-zat yang menghasilkan
lepuhan).
Asam kuat umumnya memiliki pH kurang dari 2. Pengantar Alkaline biasanya
membutuhkan suatu pH dari 11,5 atau lebih besar untuk melukai jaringan. Pesentase dari
bahan kimia dalam larutan biasanya menentukan kadar tingkat kerusakan jaringan. Alkali
menghasilkan luka yang lebih hebat dari asam karena mereka cenderung melarutkan
protein dan lemak. Mereka menghasilkan suatu liquifaksi nekrosis, membuat invasi yang
lebih dalam pada jaringan oleh bahan-bahan kimia, dengan luka bakar dalam dan edema.
Dalam perbandingan, asam mengendapkan protein, menghasilkan sebuah liquifaksi
nekrosis dengan sebuah keropeng. Luka bakar dihasilkan oleh asam cenderung untuk
terbatas, kering dan kasar. Edema adalah ringan. Luka bakar kadang-kadang ketebalan
tingkat kedua. Jika terdapat kontak memanjang, dapat menjadi luka bakar tingkat ketiga,
khususnya dari belerang pekat atau asam nitrat. Pada kasus ini, scab cenderung gelap,
mirip kulit jaket, dan kering. Air keras memberikan luka bakar yang lebih dalam dari
pada kebanyakan asam. Warna dari eschar bergantung pada tingkat asam. Asam nitrat
menghasilkan suatu scab kuning; asam belerang warna hitam atau coklat; asam garam
warna putih atau abu-abu; dan phenol warna abu-abu terang atau coklat terang.
25
Beberapa perantara, seperti phenol, fosfor kuning, dan ammonium sulfida, tidak
hanya menyebabkan luka bakar kimia tapi racun. Jadi, phenol berhubungan dengan akut
tubular nekrosis; fosfor dengan hati dan nekrosis ginjal.
Beberapa persenyawaan yang umum dapat menghasilkan luka bakar kimia.
Kontak panjang dengan bensin atau semen dapat berakibat luka bakar kimia. Semen
memiliki pH 12,5 sampai 14 dan itu adalah campuran alkaline yang sangat kuat. Kontak
panjang dengan hidrokarbon, seperti bensin, dapat mengakibatkan luka bakar kimia
melalui efek/pengaruh pedih dan daya larut lipid yang tinggi (gambar 13.10). Yang
selanjutnya memutuskan jaringan lemak. Luka bakar kimia bensin adalah luka bakar
parsial
Luka Bakar Microwave
Microwave menciptakan panas melalui agitasi molekul. Makin besar kandungan air
dalam jaringan, makin besar panas yang dihasilkan. Jadi, otot, yang memiliki lebih
banyak air daripada lemak, cenderung untuk lebih panas dari pada lemak. Sedangkan
oven biasa/rumah tangga menghasilkan pancaran panas dari sisi luar, microwave secara
langsung memanaskan jaringan dalam. Dengan pancaran panas, luka maksimal terjadi di
sisi luar tubuh, sedangkan dengan oven microwave, kebalikannya, terjadi pada sisi dalam.
Luka bakar yang disebabkan oleh oven microwave , seperti yang diberikan dalam
kepustakaan, cenderung secara tidak langsung. Hal ini biasanya berupa kasus-kasus
dimana sebuah microwave memanaskan cairan ke temperatur yang sangat tinggi dan
orang tidak tahu seberapa panas alat itu. Luka microwave secara langsung adalah kasus
yang langka. Alexander et al. melaporkan dua anak-anak yang mendapat luka bakar
ketebalan-sebagian dan ketebalan-penuh disebabkan ketika bagian tubuhnya berada
dalam oven microwave. Biopsi dari luka bakar dalam akan mencapai temperatur
pengapian. Jika hal ini terjadi lebih atau kurang secara bergantian, api akan menyapu
seluruh ruang memakan banyak benda-benda yang mudah terbakar. Hal ini disebut
flashover. Periode pra-flashover berlangsung 5 – 20 menit pada kebanyakan situasi.
Waktu untuk flashover tidak dapat diperkirakan dengan tepat, bergantung pada banyak
faktor-faktor (contohnya bensin, oksigen). Temperatur dalam sebuah ruangan pada waktu
flashover adalah bekisar antara 500-6000 C atau 932-11120F.
26
Daftar Pustaka
1. National Safety Council. Accident Facts (1998) Itasca. IL
2. Moritz AR and Hendri;uest FC, Studies of thermal injury: II. The relative
importance of time and surface temperature in the causation of cutaneous burns.
Am J Pathol 1974: 23:695-720.
3. Ripple GR, Torrington KG, and Phillips YY, Predictive criteria for burns from
brief thermal exposures. J Occ Med. 32(3):215-9, 1990.
4. McAnnalley BH, et al., Determination of inorganic sulfide and cyanide in blood
using specific ion electrodes: Application to the investigation of hydrogen sulfide
and cyanide poisoning. J anal Toxicol 1979: 3:111-114.
5. Silverman SH, et al., Cyanide toxicity in burned patiens. J Trauma 1988: 28:171-
176.
6. Lowry WT, et al., Free radical production from controlled low energy fires:
Toxicity consideration. J Forens Sci 1985:30:73-85.
7. Moritz AR. Henriques FC. And McLean R. The effects of inhaled heat on the air
passages and lungs. Am J pathol 1945: 21:311-331.
8. Zajtchuk R. (Ed.). Textbook of Military Medicine, Part 1. Volume 5.
Conventional Warfare: Ballistics, Blast and Burn Injuries. U.S. Government
Printing Office, Washington, D.C. 1991.
9. Norton LE, The Norton technique for dental identification. Forens Sci Gaz 1978:
9(4):1-2
10. Bohnert M. Rost Tiand Pollak S. The degree of destruction of human bodies.
27
28