Upload
yunan-syahban-maskat
View
158
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docxTRANSPLANTASI ORGAN fix.docx
Citation preview
A. KASUS
TRANSPLANTASI DAN JUAL BELI ORGAN
KOMPAS.com - Saat ini, kita mengetahui bahwa transplantasi organ telah
berkembang begitu pesat. Sampai sejauh ini, transplantasi organ yang bisa dilakukan yaitu
transplantasi organ ginjal, hati, pankreas, jantung, paru dan usus halus. Tetapi, secara umum
yang paling banyak dilakukan termasuk di Indonesia adalah transplantasi ginjal.
Teknik memindahkan organ juga sudah canggih, untuk transplantasi ginjal proses
pengambilan organ dari donor hanya dengan teknik laparaskopi, sehingga luka operasi sangat
minimal bagi pemberiorgan tersebut (donor). Teknik pengambilan organ ginjal dengan cara
laparaskopi ini sudah dikembangkan di RSCM.
Di sisi lain, permasalahan muncul adalah mencari donor yang akan memberikan organ
untuk penerima (resipien). Di Amerika, berdasarkan data United Network for Organ
Sharing (UNOS), hampir 84.000 kasus menunggu organ donor. Di Indonesia, kasus yang
akan melakukan transplantasi organ pasti banyak, antara lain penyakit gagal ginjal kronis
stadium akhir atau kegagalan fungsi hati (sirosis hati lanjut atau kanker hati) yang merupakan
indikasi untuk menjalani transplantasi organ. Di Amerika, permasalahan muncul pada organ
donor mengingat daftar tunggu yang panjang untuk menerima transplantasi organ tersebut.
Melihat kondisi tersebut, jelas bahwa saat ini kebutuhan akan donor yang bersedia
organnya didonorkan cukup tinggi. Hal ini terjadi bukan saja di Indonesia melainkan di
seluruh dunia. Oleh karena itu, kondisi ini menjadi celah bagi proses jual beli organ. Isu jual
beli organ merupakan isu penting terutama di negara-negara dengan penduduk besar antara
lain Cina, India dan AS. Pemerintah Cina pun telah melarang semua rumah sakit memberikan
organnya bagi warga negara asing, mengingat kebutuhan organ untuk negaranya sendiri
masih cukup tinggi.
Bagi Indonesia, yang merupakan salah satu negara yang berkontribusi besar
menyumbang penduduk dunia, masalah ini pun muncul. Iklan-iklan orang yang berkeinginan
untuk menjual organ tubuhnya juga sudah mulai ada di berbagai media kita. Saya sebagai
seorang dokter penyakit dalam pun pernahbeberapa kali oleh dihubungi oleh orang yang
1
berkeinginan menjual organ tubuh karena tekanan ekonomi. Padahal, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa jual beli organ melanggar hak asasi manusia.
Secara umum, kelompok masyarakat yang menjadi sasaran empuk para agen pencari organ
tubuhadalah kalangan miskin dan tenaga kerja murah seperti pembantu rumah tangga atau
pekerja perkebunan.
Transaksi proses perpindahan organ dapat berlangsung dalam kondisi disadari atau
tanpa disadari. Disadari jika si donor dengan kesadaran penuh ingin menjual organnya karena
alasan ekonomi. Permasalahan muncul jika dalam proses itu terjadi pemaksaaan atau dibuat
sedemikian rupa sehingga orang yang mendonor tidak bisa menolak organnya
didonorkan. Proses yang kedua adalah proses pengambilan organ tidak diketahui. Misalnya,
dalam suatu proses operasi, organ yang sehat dari pasien diambil. Atau, korban diculik dan
dipaksa untuk melalui proses operasi di mana organnya diambil.
Skrining donor
Sebenarnya, proses pemberian organ dari donor harus melalui proses yang panjang.
Karena proses tukar menukar organ tersebut bukan suatu proses seperti kita melakukan
penggantian onderdil mobil. Dalam proses tukar menukar onderdil mobil, jelas bahwa barang
yang akan dipasang umumnya adalah barang yang baru. Tetapi dalam proses transplantasi
organ, organ yang akan didonorkan adalah organ dari seseorang yang telah menggunakan
organ tersebut sekian lama.
Oleh karena itu, jelas bahwa ada proses skrining yang ketat untuk mendapatkan
informasi bahwa organ tersebut memang sehat dari donor yang memang sehat. Berbagai
pemeriksaan darah harus dilakukan. Proses pemeriksaan juga meliputi apakah si donor tidak
mempunyai penyakit kronis atau pembawa infeksi kronis misal virus hepatitis atau HIV.
Setelah dipastikan bahwa kondisi kesehatan donor tidak bermasalah selanjutnya
apakah kondisi darah donor cocok dengan penerima (resipien) misal kecocokan gologan
darah dan kecocokan jaringan (tissue type/HLA). Jika tidak cocok jelas organ tersebut tidak
dapat diberikan pada golongan darah yang berbeda.
Proses operasi pengambilan organ juga harus dilakukan di tempat di mana organ yang
diambil tetap dalam keadaan fresh untuk segera ditransplantasi ke resipien. Semakin cepat
2
organ tersebut dipindahkan akan sebagai baik untuk kesuksesan dari proses transplantasi
tersebut. Mengingat pentingnya skrining ini, rasanya menjadi tidak gampang proses
pengambilan organ dari seseorang.
Apalagi dugaan 3 pekerja kita yang ditembak dan organnya diambil di Malaysia.
Rasanya secara logika medis hal ini tidak mungkin terjadi. Pada saat ditembak pasti akan
terjadi perdarahan dan perdarahan ini akan menyebabkan organ-organ akan mengalami
kekurangan darah dan kondisi ini juga akan membuat organ-organ akan menjadi rusak dan
menyebabkan viabilitas organ tersebut juga menjadi berkurang.
Berbeda dengan proses operasi yang juga akan terjadi perdarahan, pasien dengan
kondisi oksigen yang dipertahankan, kekurangan darah sudah diantisipasi dengan proses
transfusi darah. Olah karena itu, wajar kalau akhirnya otopsi ulangan oleh pihak Polri di
NTB tidak menemukan ada organ yang hilang, sehingga dipastikan bahwa tidak ada latar
belakang proses jual beli organ dalam pembunuhan ketiga TKI di Malaysia.
KASUS PENJUALAN ORGAN TUBUH ILEGAL MENINGKAT
Setiap seperempat-jam Pavle Mircov dan teman hidupnya Daniella mencek e-mail
mereka. Apakah ada yang mau membayar € 30.000,- untuk ginjal mereka.
Pavle dan Daniella yang punya dua anak remaja, menawarkan ginjal mereka lewat
internet enam bulan lalu setelah Pavle (50 tahun) dipecat sebagai karyawan pabrik daging.
Upayanya untuk mencari pekerjaan tidak pernah berhasil sekalipun sebagai pelayan restoran.
Pavle juga tidak bisa mengubur ayahnya yang baru meninggal dunia, karena tidak
bisa membayar biaya penguburan. Hubungan telepon diputus. Mereka tinggal dalam rumah
tanpa tanpa listrik, karena rekening listrik tidak dibayar. Makan, sehari sekali saja. Makan
roti dengan salami, termasuk mewah. "Kalau sampai tidak bisa beli makanan, jual ginjal
bukan pengorbanan yang berat," kata Pavle Mircov.
"Jual Organ Tubuh Ilegal Meningkat, Karena Tidak Ada Pekerjaan. Transaksi Gelap
Ginjal Lewat Internet Meningkat Di Eropa," demikian berita utama koran berbahasa
Inggris The International Herald Tribune.
3
Menyebar ke Eropa
Sementara Eropa semakin dililit krisis ekonomi, perdagangan gelap organ tubuh
manusia yang dulu 'hanya' terjadi di India, Pilipinna, Brazil atau Cina, kini menyebar ke
negara-negara Eropa yang dirongrong kebangkrutan seperti Yunani, Spanyol atau Italia dan
negara-negara Balkan yang miskin seperti Serbia.
Seorang mantan pengusaha di Yunani menawarkan ginjalnya € 100.000,- untuk
menyelamatkan keluarganya supaya tidak jadi gelandangan. Menurutnya ia sampai menyewa
seorang calo untuk mencari pembeli. Trend penjualan ilegal organ tubuh manusia bahkan
dilaporkan sudah juga merembet ke Amerika.
Di banyak negara dan juga di Serbia transaksi gelap organ tubuh manusia, dilarang.
Bisa divonis sampai 10 tahun penjara. Tapi ambruknya ekonomi ditambah lagi dengan
lamanya menunggu giliran mendapat transplantasi organ tubuh yang legal di rumah sakit,
menyuburkan perdagangan gelap. Tahun lalu dilaporkan hanya satu dari setiap tiga pasien
yang menunggu transplantasi, mendapat ginjal yang baru di Serbia.
Kebutuhan mendesak dari dua belah pihak, tidak hanya pasien tapi juga warga yang
dililit krisis ekonomi, bertemu lewat internet. € 100.000,- untuk sebuah ginjal ditambah biaya
operasi dan ongkos perjalanan, bukan hal yang luar biasa.
MALAYSIA MASUK DAFTAR PENJUALAN ORGAN ILEGAL
Tahun lalu, Bangladesh mengaku warganya menjadi korban perdagangan organ di
Malaysia.
VIVAnews - Kasus dugaan perdagangan organ tubuh tiga TKI yang tewas di Malaysia
mengemuka beberapa hari belakangan. Ternyata ini bukan kali pertama Malaysia tersandung
masalah serupa. Akibatnya, Malaysia dimasukkan ke daftar jalur sindikat internasional
perdagangan organ ilegal.
Kantor berita Bernama pada 2011 melaporkan, pemerintah Bangladesh tahun lalu
pernah meminta Malaysia untuk menyelidiki berbagai kasus perdagangan organ yang
melibatkan warganya. Menurut Bangladesh, banyak warga miskin di negara mereka
diterbangkan ke beberapa tempat di Malaysia untuk diambil organnya, terutama ginjal.
4
Kepala polisi distrik Joypurat, Mozammel Haqque, mengatakan untuk setiap ginjal,
warga miskin dibayar sekitar US$2.000-3.000. Diduga, organ tubuh yang dikeluarkan di
Malaysia akan diperdagangkan di beberapa negara Asia Tenggara. Delapan orang ditahan
terkait kasus ini.
Akibat kasus tersebut, Bangladesh juga memasukkan Malaysia ke daftar jalur sindikat
internasional perdagangan organ tubuh yang harus diawasi. Menurut laporan kepolisian
Bangladesh, terdapat beberapa rumah sakit terkenal di ibukota dan kota-kota besar Malaysia
yang terlibat perdagangan haram ini.
Aegile Fernandez, direktur program di LSM pelindung tenaga kerja wanita Malaysia,
Tenaganita, mengatakan bahwa kasus ini telah terjadi pada 2009. Tenaganita, ujarnya, telah
melaporkan ke polisi dan pemerintah, tapi dua pihak ini membantah adanya kasus tersebut.
"Pada 2009, saya menerima laporan adanya organ yang diperjualkan di Johor,
terhubung dengan jaringan di Indonesia dan Singapura, segitiga yang menjadi titik panas
aktivitas ini dijalankan," kata Fernandez, dikutip dari Free Malaysia Today, Maret 2012.
Reuters membenarkan bahwa Malaysia adalah salah satu negara penjual ginjal dari
Bangladesh. Kantor berita ini menuliskan, para penjual biasanya berlagak seperti kawan atau
kerabat untuk memancing korban, yang kebanyakan warga miskin. Mereka lalu dioperasi di
Malaysia, Singapura atau India.
"Jika memang ini terjadi di bawah pengawasan kami, maka akan sangat memalukan.
Malaysia tidak boleh menjadi tempat transit penjualan organ tubuh ilegal. Jangan sampai kita
disamakan dengan China dan India dalam kasus ini," kata Presiden Asosiasi Konsumen
Subang dan Shah Alam, Jacob George kepada Free Malaysia Today.
5
B. PENDAHULUAN
Transplantasi berasal dari bahasa latin yaitu trans dan plantare, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti penanaman di tempat yang berbeda.
Transplantasi bukanlah suatu inovasi dalam dunia medis, dalam hal ini sejarah mencatat
penanganan berupa transfer organ sudah dilakukan sejak awal abad ke-2 sebelum Masehi
yang dilakukan oleh Sushruta. Sejarah berlanjut kepada Pien Ch’iao di Cina, St. Damian dan
Cosmas yang melakukan transplantasi kaki pada abad ke-3 di Roma, Gasparo Tagliacozzi
yang sukses melakukan transplantasi kulit pertama di akhir abad ke-16, dan Eduard Zim pada
tahun 1837 yang berhasil melakukan keratoplasti atau cangkok kornea.
Transplantasi yang saat ini dilakukan sudah dimulai sejak tahun 1954 dan diikuti oleh
berbagai penemuan berbagai obat penekan imun sistem (immonosupresan) dan dengan
adanya penemuan ini banyak sekali yang menyelamatkan dan meningkatkan angka harapan
hidup dari resispien organ. Dengan adanya transplantasi yang dikenal saat ini dan sudah
sangat berkembang, hal ini mampu menyelamatkan ribuan nyawa tiap individu diseluruh
dunia setiap tahun.
Pengkategorian transplantasi organ dibedakan menjadi 4 : Pertama, autograft, yaitu
transplantasi organ yang berasal dari dirinya sendiri ; Kedua, isograft, yang berasal dari
manusia yang memiliki kesamaan genetik, seperti kembar identik; Ketiga, allograft, yang
berasal dari manusia yang memiliki perbedaan genetik, contohnya orangtua, anak, atau orang
lain; dan terakhir xenograft, yang berasal spesies lain atau benda buatan manusia. Kemudian,
transplantasi juga dapat dibagi 2 berdasarkan keadaan donator organ, yaitu donor hidup
(living donor) dan donor mati (deceased donor). Diantara pembagian diatas mayoritas donor
organ saat ini berasal dari allograft deceased donor dari sistem pendonasian organ.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tindakan ini melibatkan lebih banyak peran
seperti psikiater, dokter penanggung jawab kondisi donatur dan resipien, pekerja
laboratorium, spesialis keilmuan organ terkait, dan sistem infrastruktur sebagai mediator,
kontroler, dan evaluator. Karena bagaimana pun juga, transplantasi organ tidak hanya berupa
tindakan pemindahan satu organ dari satu orang ke orang lain, tetapi juga merupakan sebuah
tindakan yang sangat invasif dan memiliki resiko dan efek samping.
6
Dalam melakukan operasi, pendonor dan resipien diharuskan melakukan berbagai
macam tes psikologis. Selain itu, ada juga pemeriksaan yang dilakukan saat awal pasien
datang. Pemeriksaan sejarah kesehatan secara singkat, seperti umur dan tinggi/berat badan,
riwayat diabetes, kanker, hipertensi, dan gangguan ginjal, dan terakhir kebiasaan merokok.
Kemudian evaluasi laboratorium terhadap tekanan darah, protein urin, golongan darah dan
human leukocyte antigen (HLA). Sayangnya, tidak semua orang dapat menjadi donator
organ, karena beberapa kondisi yang dapat berbahaya terhadap donor maupun resipien organ.
Kontra indikasi tersebut adalah perbedaan golongan darah ABO, usia yang terlampau lanjut
ataupun muda, obesitas, dan pasien dengan diabetes dan atau hipertensi.
Beberapa organ dapat didonasikan, kecuali jantung dan paru tidak mungkin dilakukan
pendonor yang masih hidup kecuali jika yang memutuskan untuk mendonorkan organnya
setelah mengalami kematian. Dalam bidang medis, kematian dari seorang didefinisikan
dengan mati batang otak (MBO).
Setelah operasi, pemeriksaan secara intensif dilakukan kepada resipien untuk
mendeteksi adanya reaksi penolakan (rejection), organ yang non-fungsional, dan infeksi
pasca operasi. Dalah hal ini dokter bersama dengan laboratorium melakukan observasi secara
ketat selama 2 minggu di rumah sakit sampai 1 tahun sejak pasien pulang, kemudian pasien
diwajibkan melakukan kontrol secara berkala dan diharapkan terus berkonsultasi tentang
kondisinya. Perlahan, kondisi resipien akan membaik daripada saat sebelum transplantasi,
akan tetapi hal ini bukan berarti kondisi tubuh pasien kembali ke kondisi semula.
Resipien akan menjadi lebih rentan terhadap infeksi sebagai efek samping dari obat
imunosupresan yang digunakan untuk menekan penolakan tubuh terhadap organ baru. Selain
itu masih ada lagi resiko lain sebagai akibat dari kegagalan organ sebelum proses
transplantasi seperti penyakit kardiovaskuler dan efek samping dari transplantasi dan obat-
obatnya, seperti hipertensi dan diabetes. Oleh karena itu, sebelum pasien pulang akan
disarankan oleh dokter untuk memulai gaya hidup dan diet sehat untuk menjaga kondisi
tubuhnya.
7
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya :
1. Pendonor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk
dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita sakit atau terjadi
kelainan.
2. Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena satu dan
lain hal, organ tubuhnya harus diganti.
3. Tim Ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak pendonor
kepada resipien.
Berkenaan dengan donor, transplantasi dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe, yaitu :
1. Pendonor Dalam Keadaan Hidup Sehat
2. Pendonor Dalam Keadaan Koma
3. Pendonor Dalam Keadaan Meninggal
C. TINJAUAN MEDIS
Indikasi utama transplantasi organ adalah kegagalan organ yang irreversible, dimana
fungsi organ tersebut tidak dapat dikembalikan seperti semula. Ini adalah terapi pengganti
(alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga dewasa ini terus
berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu
saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum,
budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan
terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah pendonor keluarga (Living Related Donor,
LRD) dan donasi organ jenazah. karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung
antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka
masyarakat), pemerintah dan swata.
JENIS-JENIS TRANSPLANTASI
Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa cel, jaringan
maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut :
8
a. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS
Perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang
dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
b. TRANSPLANTASI ALOGENIK
Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan
hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga.
c. TRANSPLANTASI SINGENIK
Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada kembar identik.
d. TRANSPLANTASI XENOGRAFT
Perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri
didefinisikan kematian batang otak.
Organ-organ yang diambil dari pendonor hidup adalah kulit, ginjal, sumsum tulang dan
darah (transfusi darah).
Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas,
paru-paru dan sel otak.
Saat ini telah dikembangkan tehnik transplantasi seperti transplantasi arteria mamaria
interna dalam operasi lintas koroner oleh George E. Green dan Parkinson.
SEL INDUK
Sel induk atau stem cell merupakan sel yang belum berdeferensiasi dan mempunyai
potensi untuk dapat berdeferensiasi. kemampuan tersebut memungkinkan sel induk menjadi
sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel baru selama organisne bersangkutan
hidup.
Penelitian sel induk dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960-an setelah dilakukannya
penelitian oleh ilmuan kanada, Ernest A. McCulloch dan James E.Till.
9
MACAM-MACAM SEL INDUK
Berdasarkan potensi :
Sel induk ber-totipotensi (toti=total)
Sel induk ber-multipotensi
Sel induk ber-unipotensi (uni-tunggal)
Berdasarkan asalnya :
Sel induk embrio (embrio stem cell)
Sel induk dewasa (adult stem cell)
Menurut sumbernya transplantasi sel induk dapat dibagi menjadi :
Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)
Sumsun tulang adalah jaringan spond yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti
tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk. Sumsum tulang
merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.
Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang
terkandung tidak sebanyak pada sumsum tulang.untuk jumlah sel induk mencukupi
suatu transplantasi. biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating
factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.
Transplantasi Sel Induk Darah Tali Pusat
Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan memiliki
keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulangatau dari darah tepi bagi
pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah
bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang dapat menyelamatkan
jiwa.
Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan manusia terutama penanganan terhadap
penyakit menurun yang hampir bisa disebut permanen seperti diabetes melitus, telah banyak
dilakukan penelitian. Salah satu kemajuan dari penelitian yang cukup membantu adalah
10
dikembangkannya teknik dengan memanfaatkan Embryonic Stem Cell. Teknik ini cukup
membantu penanganan masalah tersebut selain dengan cara lama yaitu transplantasi.
Teknik transplantasi telah banyak dilakukan dan tidaklah terlalu rumit, seperti halnya
transfusi darah, dan trasnplantasi ginjal. Namun demikian penggunaan Embryonic Stem Cell
masih sedikit dilakukan. Prinsip dasar dari penggunaan Embryonic Stem Cell adalah dengan
cara melakukan pembuahan ovum dengan sel sperma secra in vitro untuk kemudian pada hari
ke lima atau pada fase blastula dilakukan isolasi terhadap inner cell dan ditumbuhkan pada
medium dengan faktor tumbuh tertentu. Diharapkan dari sel sel yang telah diisolasi tersebut
dapat dihasilkan jaringan atau organ seperti yang dikehendaki.
Baik teknik transplantasi maupun dengan Embryonic Stem Cell sama-sama
mempunyai konsekuensi yang juga harus dipertimbangkan, mengingat objek yang digunakan
adalah organ hidup dan untuk diberikan pada manusia. Pertimbangan tersebut meliputi :
kecocokan organ, biaya, jarak, serta status moral. Disamping itu juga harus dihadapkan
kendala teknis di laboratorium seperti pada waktu isolasi inner cell pada blastosis.
Permintaan akan organ ataupun jaringan tertentu terus meningkat, dan mau tidak
mau penggunaan Embryonic Stem Cell ataupun transplantasi terus dilakukan, hanya saja
yang perlu diperhatikan adalah perlunya adanya pengaturan ataupun pembatasan terhadap
penggunaan jaringan ataupun organ hidup dari manusia serta perlunya dilihat kembali tujuan
dari penggunaan tersebut. Selain dari pada itu motif pelayanan terhadap masyarakat lebih
dapat diterima daripada motif komersialisasi jaringan ataupun organ tubuh manusia.
Dalam perkembangannya semenjak tahun 1959 tentang keberhasilan pembuahan in
vitro pada kelinci sampai saat ini telah mengalami banyak perkembangan yaitu keberhasilan
dalam membiakkan jaringan manusia seperti sel islet pankreas, neuron, sel otot cardiac yang
kesemuanya itu berasal dari Embryonic Stem Cell (ESC). Jaringan yang telah berhasil
ditumbuhkan tersebut kemudian dapat ditransplantasikan pada manusia sebagai suatu solusi
atas berbagai permasalahan kesehatan, terutama penyakit turunan secara genetis. Terapi ESC
cukup memberikan harapan bagi para penderita penyakit turunan secara genetis yang relatif
permanen seperti alzheimer, diabetes melitus, kerusakan permanen pada jaringan atau organ
vital.
11
Keberhasilan dari teknologi tersebut tidak lepas dari pengembangan prinsip kultur sel.
Terutama sel induk embrionik (ESC). Stem cell atau sel induk adalah sel yang mempunyai
kemampuan untuk membelah diri menjadi organisme utuh, dalam kondisi in vivo
dikarenakan sel tersebut masih memiliki kemampuan totipotensi. Dalam medium
pertumbuhan secara in vitro memerlukan kondisi yang tepat, atau diberikan perlakuan yang
benar, yang kemudian dapat berdiferensiasi menjadi berbagai bentuk tipe sel yang menyusun
suatu organisme. Stem cell mampu tumbuh menjadi sel yang matang dengan bentuk dan
fungsi yang khas seperti sel hati, sel kulit, atau sel syaraf dan menjadi organisme normal (in
vivo) atau dengan kata lain sel tersebut berkembang secrara pluripotensi. Berdasarkan asalnya
stem cell dapat berasal dari embrio yaitu dengan membuahkan sel sperma dan sel telur
secara in vitro yang kemudian ditumbuhkan dalam medium. Pada hari yang ke lima atau pada
fase blastosis dilakukan isolasi bagian inner cell dan ditumbuhkan pada medium yang
diperkaya dengan faktor tumbuh. Stem Cel yang diperoleh dengan cara demikian disebu
sebagai embryonic stem cell. Stem sel juga dapat diperoleh dari sel tubuh pada organisme
dewasa atau disebut sebgai adult stem cell.
Teknik transplantasi tersebut sebenarnya tidaklah terlalu rumit, hanya saja dibutuhkan
prosedur yang cukup panjang agar dapat dilakukan transplantasi. Mulai dari membuat surat
perjanjian sampai dilakukan pemeriksaan medis untuk menentukan tingkat kesehatan dan
kecocokan jaringan atau organ dari pendonor. Setelah dilakukan proses transplantasipun
masih harus dilakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui perkembangan lebih
lanjut.
Permasalahan teknis yang paling mendasar adalah berkenaan dengan pengadaan
jaringan atau organ tersebut, mengingat bahwa jaringan atau organ yang dibutuhkan
terlampau banyak dibandingkan dengan jaringan atau organ yang tersedia. Untuk
mendapatkan organ yang diinginkan masyarakat cenderung mengalami kesulitan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan jumlah organ yang diinginkan dan kurangnya peran masyarakat
yang berperan sebagai pendonor. Berdasarkan pada permasalahan di atas tercetus suatu
gagasan untuk mendirikan “pabrik organ atau toko organ”. Pabrik organ atau toko organ
merupakan suatu tempat/instansi yang membuat dan menyediakan organ, baik yang
digunakan untuk penelitian maupun proses pengobatan yang memerlukan bagian anggota
tubuh.
12
Dalam hal ini berbagai upaya untuk mengadakan jaringan atau organ secara in
vitro banyak dilakukan. Pengadaan organ secara in vitro tersebut menggunakan embryonic
stem cell. Embryonic stem cell dihasilkan dari pembuahan secara in vitro sel sperma dan sel
telur yang kemudian pada hari ke lima atau pada fase blastosis yang kemudian dilakukan
isolasi pada sel-sel bagian dalam. Sel-sel bagian dalam tersebut ditumbuhkan dalam suatu
medium yang diperkaya dengan faktor tumbuh tertentu sehingga dapat menghasilkan jaringan
ataupun organ seperti yang diharapkan. Sel-sel yang dihasilkan tersebut
secara pluripoten dapat membentuk jaringan embrionik. Jaringan-jaringan embrionik yang
diproduksi dapat digunakan untuk membuat organ. Organ-organ tersebut dapat digunakan
untuk mengganti salah satu bagian tubuh kita yang tidak berfungsi dengan semestinya atau
bahkan tidak berfungsi sama sekali. Untuk mendapatkan organ tersebut, kita tidak harus
menunggu kematian seseorang atau sumbangan dari beberapa orang yang merelakan
beberapa anggota tubuh untuk kepentingan suatu pihak.
Secara umum teknik transplantasi memberikan harapan yang besar bagi para
penderita penyakit kronis yang berkenaan dengan kelainan fungsi jaringan atau organ. Akan
tetapi sebagian penderita yang melakukan transplantasi hanya bertahan beberapa bulan atau
beberapa tahun saja, terutama transplantasi organ yang sangat vital seperti jantung, hati dan
ginjal. Sementara itu biaya yang diperlukan sangat banyak.
Berikut kami sajikan beberapa masalah teknis dan etis mengenai transplantasi jaringan atau
organ :
A. Ketidakcocokan Organ Antara Pendonor Dan Resipien.
Baik organ yang berasal dari pendonor ataupun disintesis secara in vitro mempunyai
peluang yang cukup besar terjadi ketidakcocokan. Hal ini disebabkan karena masing-masing
tubuh pasien mempunyai karakteristik yang berlainan. Dalam penelitian ilmiah diupayakan
terus-menerus materi yang tidak merusak darah atau substansi organis lain yang terkena alat
atau organ artifisial (buatan) itu. Misalnya, material/substansi yang terdapat dalam organ
artifisial itu harus dapat mencegah terjadinya penggumpalan darah dan tidak boleh merusak
sel-sel darah merah. Organ–organ yang akan ditransplantasikan harus bebas dari
kemungkinan yang merugikan resipien seperti adanya interferensi dalam organ transplantasi
terhadap fungsi-fungsi organ normal yang lain. Kemudian, ketidakcocokan pasien dengan
13
organ baru yang ada yang mengakibatkan tubuh kehilangan kemampuan dalam perlindungan
terhadap infeksi. Penolakan terhadap organ yang baru ditanamkan tersebut umumnya
disebabkan oleh adanya kepekaan sistem kekebalan. Untuk mengatasi masalah ini telah
ditemukan obat penurun kepekaan yang disebut cyclosporin. Penolakan tersebut juga akan
relatif kecil jika organ transplan tersebut berasal dari sel tubuhnya sendiri (in vitro).
B. Isolasi Inner Cell Dan Penumbuhan Pasca Blastosis (secara in vitro)
Pada tahap ini para pakar mengalami banyak kesulitan untuk dapatmengisolasi inner
cell secara lengkap tanpa merusak kemampuan sel tersebut untuk tumbuh. Selanjutnya adalah
sulitnya pengaturan untuk menghasilkan kultur jaringan atau organ seperti yang diharapkan
meskipun telah ditambahkan faktor tumbuh tertentu. Hal ini tentunya akan banyak
dibutuhkan stem cellembryonic untuk menjadi satu organ saja yang diharapkan. Pada tahap
ini juga mendatangkan satu permasalahan etis yaitu dihilangkannya kemampuan embrio
untuk tumbuh menjadi individu baru yang utuh. Dengan kata lain sel tersebut telah
dieuthanasia, karena sel tersebut kehilangan kemampunanya untuk tumbuh menjadi
organisme utuh, sehingga cukup beralasan untuk dilakukan berbagai peerlakuan laboratorium
termasuk dibinasakan.
C. Terjadinya Pemborosan Sel Sperma Dan Sel Telur (secara in vitro)
Untuk memperoleh jaringan atau organ yang ditumbuhkan secara in vitro dibutuhkan
banyak sel sperma dan sel telur, mengingat tidak semua stem cell embryonic tersebut dapat
menghasilkan jaringan atau organ seperti yang diharapkan. Bisa dibayangkan untuk
menghasilkan sebuah jaringan atau organ saja harus rela mengorbankan puluhan embrio mati
secara sia-sia. Selama proses ini, sel sperma dan sel telur wanita yang digunakan seakan akan
tidak memiliki arti selain hanya sebagai materi yang digunakan untuk penelitian. Selain
masalah yang timbul akibat eksploitasi sel sperma dan sel telur tersebut, terdapat beberapa
masalah lain yang masih berkaitan dengan penggunaan sel telur tersebut. Sel telur wanita
yang telah dibuahi maupun yang belum dibuahi merupakan calon individu baru. Dapat
dikatakan demikian karena individu baru didapatkan dari sel telur yang telah dibuahi.
Berdasarkan hal tersebut, sel telur dipandang sebagai cikal bakal adanya kehidupan baru atau
individu baru. Sedangkan pada riset mengenai sel induk (ESC), sel telur hanya dipandang
14
sebagai barang atau sarana yang dieksploitasi untuk tujuan mendapatkan sel induk sebagai
media riset atau penelitian.
D. Status Moral Embrio (secara in vitro)
Sel induk didapatkan dari proses fertilisasi in vitro yang membutuhkan pengambilan
dan pembiakan sejumlah sel telur. Selama proses ini berlangsung, maka akan tampak sel-sel
telur yang telah dibuahi. Sel-sel telur atau embrio tersebut baik yang akan digunakan untuk
penelitian maupun yang terbuang sia-sia sebenarnya mempunyai hak/peluang yang sama
untuk dapat berkembang menjadi individu baru. Bagaimanapun juga embrio ini, meskipun
tidak menjadi suatu individu, memiliki hak hidup yang sama seperti yang kita miliki. Namun
demikian dalam prosedur laboratorium kita seolah membatasi hak dan kita menjadi hakim
atas embrio tersebut.
E. Awal Mula Kehidupan (secara in vitro)
Terdapat perbedaan pendapat yang sangat pelik mengenai awal mula sebuah
kehidupan. Kalangan pertama menganggap bahwa kehidupan itu sudah ada semenjak terjadi
pembuahan. Sementara itu pihak lain mengatakan bahwa pada stem sel embrionik belum
merupakan suatu kehidupan mengingat bahwa pada stem sel embrionik tidak dapat tumbuh
menjadi individu yang utuh, tetapi hanya merupakan jaringan atau organ tertentu. Sehingga
berbagai perlakuan tertentu terhadap stem cell embryonic masih sangat manusiawi.
Perdebatan inipun masih terus dilakukan tetapi nyatanya praktek menggunakan embrio justru
malah bertambah.
F. Ironisme Alasan Transplantasi Secara In Vitro
Terdapat suatu pertimbangan yang mendasar mengenai alasan dilakukannya kultur
jaringan atu organ secarin vitro yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia
dan sebagai solusi atas berbagai permasalahan berkenaan dengan kelainan fungsi organ
tertentu. Namun demikian untuk dapat menghasilkan suatu organ harus rela mengorbankan
puluhan embrio untuk mati sia-sia.
15
G. Organ Tak Berpasangan
Transplantasi akan cenderung tak bermasalah (secara etis) jika transplan yang
digunakan merupakan jaringan sederhana ataupun organ yang berpasangan. Namun demikian
pada organ yang tidak berpasangan seperti hati, jantung dan pankreas akan menimbulkan
permasalahan baru yaitu si pendonor harus dalam keadaan meninggal dunia. Mengingat
bahwa organ tersebut sangan vital keberadaanya.
D. TINJAUAN ETIKA
Tinjauan etika yang bisa ditemukan dari pihak-pihak yang terkait dengan
transplantasi organ akan dibahas dibawah ini. Dengan adanya tinjauan ini diharapkan tidak
ada yang merasa dirugikan ataupun merasa tidak dihargai.
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (a) donor hidup,
(b) jenazah dan donor mati, (c) keluarga dan ahli waris, (d) resepien, (e) dokter dan pelaksana
lain, dan (f) masyarakat. Hubungan pihak – pihak itu dengan masalah etik dan moral dalam
transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.
a. Donor Hidup : Orang yang memberikan jaringan/organnya kepada orang lain
( resepien ). Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui
dan mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan,
maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ
yang telah dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh
mengalami tekanan psikologis.Hubungan psikis dan omosi harus sudah dipikirkan
oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
b. Jenazah Dan Donor Mati : orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau
berniat dengan sungguh – sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya
kepada yang memerlukan apabila ia telah meninggal kapan seorang donor itu dapat
dikatakan meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal, donor itu sakit,
sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk
mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana
16
transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk
mengejar organ yang akan ditransplantasikan
c. Keluarga Donor Dan Ahli Waris : Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat
diperlukan untuk menciptakan saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal
mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi di kemudian hari. Dari keluarga resepien
sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada donor dan keluarganya dengan
tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya
rasa tidak puas kedua belah pihak.
d. Resipien : orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang
penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang
hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar
mengerti semua hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui
tindakan transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan
resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada
kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi
berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di
masa yang akan datang.
e. Dokter Dan Tenaga Pelaksana Lain : Tim pelaksana yang mendapat parsetujuan dari
donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam hal ini wajib
menerangkan hal – hal yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi
sehingga gangguan psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan.
Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu
pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim
pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan
kepentingan pribadi.
f. Masyarakat : yang turut menentukan perkembangan transplantasi. Kerjasama tim
pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama
diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan
luhur usaha transplantasi.
17
Selain pembahasan diatas dapat juga dilihat dari bioetika kedokteran yang pada saat
ini perkembangan yang begitu pesat baik di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat
etika kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran
saja, terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan teman sejawat.
Oleh karena itu, sejak tiga dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau yang disebut
juga dengan etika biomedis.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
Prinsip-prinsip Dasar Bioetika
Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik.
Dalam hal tranplantasi organ harus bersamakan dengan prinsip-prinsip dasar bioetik. Konsil
Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan
bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang
sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain:
Beneficence
Non-malficence
Justice
Autonomy
1. Beneficence
Dalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat
manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan
kesehatan. Dalam suatu prinsip ini dikatakan bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi
pasien. Beneficence membawa arti menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
18
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Ciri-
ciri prinsip ini, yaitu;
Mengutamakan Alturisme
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokter
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannya
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkan
Memberi suatu resep
2. Non-malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-
malficence mempunyai ciri-ciri:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Tidak melakukan White Collar Crime
3. Justice
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama
rata dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan,
dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Justice
mempunyai ciri-ciri :
19
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
4. Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu
harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri.
Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri.
Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan
pasien demi dirinya sendiri. Autonomy mempunyai ciri-ciri:
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Berterus terang menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Melaksanakan Informed Consent
E. TINJAUAN HUKUM
Pada saat ini peraturan perundang – undangan yang ada adalah Peraturan Pemerintah
No. 18 tahun 1981, tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok – poko peraturan tersebut, adalah
Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
– ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan
persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata
dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga
terdekat.
Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh
calon donor hidup, calon donor yang bersngkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
20
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat – akibat dan
kemungkinan – kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar
bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan
tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi
material apapun sebagai imbalan transaplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual – belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke
dan dari luar negri.
F. TINJAUAN ISLAM
1. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat
Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan
hidup sehat, maka hukumnya ‘Haram’, dengan alasan :
a. Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 :
�ة� �ك ه�ل الت �لى� إ �م� �ك �د�ي ي� �أ ب �ق�و�ا �ل ت � و�ال
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”.
Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam
melakukan sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat
fatal bagi diri donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan
luhur. Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang
lain yang memerlukannya karena hubungan keluarga, teman atau karena berharap adanya
imbalan dari orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang
terakhir ini, yaitu donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram
hukumnya, disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash),
maka tidak boleh memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya,
walaupun organ tubuh itu dari orang lain.
21
Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada
orang lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan
mata atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang
manusia. Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong kembali.
Maka sama halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat penyakit
baru bagi si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh disebutkan:
ر� �الضر� ب ال� �ز� ي � ال ر� الضر�“Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan) lainnya”.
b. Qaidah Fiqhiyyah
�ح� �لم�ص�ال ا ج�ل�ب� ع�لى� م�ق�دم% د� �س� �لم�فا ا ء� د�ر�“Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan”.
Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari
kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan
berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama
tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.
2. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma
Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap
haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu
dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat
dikatakan ‘euthanasia’ atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral
melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat. Orang yang
sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut,
meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan
lagi untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya
sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup.
Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut
Islam dengan alasan sebagai berikut :
22
a. Hadits Nabi, riwayat Malik dari ‘Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan
al-Daruquthni dari Abu Sa’id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas dan
‘Ubadah bin al-Shamit :
ار� �ض�ر� و�ال ر� �ض�ر� ال“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat madharat
pada orang lain”.
Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan
koma/sekarat haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang
berakibat mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia.
b. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan
hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah. Oleh karena itu, manusia
tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain,
meskipun hal itu dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau
menghilangkan penderitaan pasien.
3. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal
Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah meninggal
secara yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam
dengan syarat bahwa :
a. Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang mengancam
jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat secara
optimal baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan
qaidah fiqhiyyah :
ات� �لم�ح�ظ�و�ر� ا �ح� �ي �ب ت ات� و�ر� الضر�“Darurat akan membolehkan yang diharamkan”.
Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah :
ال� �ز� ي ر� الضر�
23
“Bahaya itu harus dihilangkan”.
b. Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya. Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk
menyumbangkan organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.
Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987,
bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup jantung
orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat dibenarkan
oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat sewaktu
masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris.
Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung Dr.
Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung “Harapan Kita” tentang teknis
pengambilan katup jantung serta hal-hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI
pada tanggal 16 Mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan
tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987.
Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi organ tubuh, antara
lain:
a. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195 yang telah kami sebut dalam pembahasan didepan,
yaitu bahwa Islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya,
tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya
transplantasi, yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat
kembali.
b. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 32 :
2 �عا ج�م�ي اس� الن �ا ي ح�� أ � نما� �أ ف�ك �ه�ا يا �ح� أ و�م�ن�
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia
memelihara kehidupan manusia semuanya”.
24
Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat
dihargai oleh agama Islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan diatas.
c. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa”. Selain itu juga ayat 195, menganjurkan
agar kita berbuat baik. Artinya: “Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik”.
Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong-menolong
dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat memerlukannya. Pada
dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam
memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad manusia
walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw : “Sesungguhnya
memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan tulangnya sewaktu masih
hidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn Mansur dan Abd. Razzaq dari
‘Aisyah).
Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu
diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena membantu
orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya mubah/dibolehkan selama dalam
pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan
kepadanya. Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah :
�اب� �ك ت �ار� ب ا ر2 ض�ر� ع�ظ�م�ه�م�ا� أ و�ع�ي� ر� �ن� د�تا م�ف�س� ض�ت� �ع�ار� ت �إذ�ا
خ�فCه�م�ا� أ
“Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan
yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan perbuatan yang paling
ringan madharatnya dari dua madharat”.
d. Hadits Nabi saw.
25
�ر� غ�ي د�و�اء2 �ه� ل و�ض�ع� �ال إ د�اء2 �ض�ع� ي �م� الله ل �ن ف�إ الله� �اد� ب ع� �د�او�و�ا ت
م� �له�ر� ا Jو�اح�د Jد�اء“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak meletakkan
suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain penyakit yang
satu, yaitu penyakit tua”.
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih)
Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya
mubah, asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam.
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula : “Setiap penyakit ada obatnya, apabila
obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh atas izin Allah”. (HR. Ahmad dan Muslim dari
Jabir).
Selanjutnya berkenaan dengan hukum antara donor dan resipien yang seagama atau
tidak seagama, serta hukum organ tubuh yang diharamkan seperti babi, juga dapat
menimbulkan masalah, tetapi hal tersebut dapat dikaji berdasar ayat-ayat Al-Quran surah al-
Najm 38-41 :
1. “Bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa
manusia itu tidak memperoleh selain apa yang ia usahakan. Dan bahwa usahanya itu
kelak akan diperlihatkan. Kemudian akan diberi balasannya dengan balasan yang
paling sempurna”.
2. Al-Quran surah al-Baqarah ayat 286 : “Ia mendapat pahala dari kebajikan yang
diusahakannya itu dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya”.
Berdasar ayat-ayat diatas, berkenaan dengan hubungan antara donor dengan resipien
yang menyangkut pahala atau dosa maka dalam hal ini mereka masing-masing akan
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka sendiri-sendiri. Yang perlu diingat,
bahwa yang salah bukan organ tubuh, tetapi pusat pengendali, yaitu pusat urat syaraf. Oleh
sebab itu, tidak perlu khawatir dengan organ tubuh yang disumbangkan, karena tujuannya
adalah untuk kemanusiaan dan dilakukan dalam keadaan darurat. Hal ini sama dengan
26
hukum tranfusi darah. Namun alangkah baiknya dan sangat diharapkan demi kemaslahatan,
jika organ tubuh itu kita dapatkan dari seorang muslim juga, demi ketenangan kita dalam
menjalankan kehidupan untuk ibadah, dengan dasar :
� �م ح�ر�ي الت ع�لى� �ل� �ي الدل �د�ل ي ح�تى �ح�ة� �با �إل ا �ء� يا ش�� �أل ا في� ص�ل�
� �أل ا
Selanjutnya, bertalian dengan transplantasi dengan organ tubuh hewan diharamkan
yang dicangkokkan kepada manusia, seperti katup jantung babi atau ginjalnya, dalam hal
ini haram hukumnya, dengan dasar qaidah fiqh :
�م� ح�ر�ي الت �ء� يا ش�� �أل ا في� ص�ل�
� �أل ا“Pada dasarnya segala sesuatu itu adalah haram”.
27
G. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi organ adalah
suatu cara yang terbaik dalam menangani permasalahan yang ada saat ini. Saat ini, penyakit-
penyakit yang mengangkibatkan kerusakan organ total meningkat pesat. Sebagai manusia
yang berakal budi dan juga sebagai makhluk sosial sudah menjadi kewajiban untuk saling
membantu satu dengan yang lainya mengingat bahwa hakikat dari makna kehidupan tersebut
menjadi berarti jika ada orang lain. Wujud nyata dari kewajiban tersebut adalah kepedulian
untuk memberikan sumbangan jaringan ataupun organ tubuh kita. Yang paling sederhana
adalah dengan mendonorkan darah kita.
Ada baiknya bagi para pendonor telah sepakat dengan suatu perjanjian untuk
memberikan organ tubuhnya kepada orang lain meskipun penentuan kematiannya
berdasarkan kematian otak. Hal ini dimaknai bukannya sebagai suatu tindakkan melangkahi
wewenang Allah SWT tetapi pemberian organ tersebut dilakukkan sebagai upaya untuk
mensejahterakan kehidupan manusia. Kalaupun kita meninggal dengan tubuh yang utuhpun
akan membusuk dan tidak berguna, bukankah lebih baik itu dapat digunakan orang lain.
Dalam hal ini berbagai upaya untuk mengadakan organ secara in vitro hendaklah
dimaknai sebagai suatu upaya untuk membantu penderitaan orang lain, bukannya sebagai
suatu motif bisnis belaka. Lebih jauh diharapkan penggunaan organ buatan tersebut bersifat
pemberian ataupun jika memang harus membayar tentunya dengan harga yang sekecil
mungkin. Di sisi lain penggunaan sel sperma dan sel telur juga harus dibatasi untuk keperluan
medis yang bersifat unuk menolong penderitaan orang lain.
28
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Transplantasi dan Jual Beli Organ. Diakses dari
http://health.kompas.com/read/2012/ 05/03/16042930/Transplantasi.dan.Jual.Beli.Organ.
Diakses pada 25-12-2012
Anonim, 2012. Kasus Penjualan Organ Tubuh Ilegal. Diakses dari http://www.rnw.nl/bahasa-
indonesia/article/kasus-penjualan-organ-tubuh-ilegal-meningkat. Diakses pada 25-12-2012
Anonim, 2011. Malaysia Masuk Daftar Penjualan Organ Ilegal. Diakses dari
http://dunia.news. viva.co.id/news/read/308288-malaysia-masuk-daftar-penjualan-organ-
ilegal. Diakses Pada 25-12-2012
Anonim, 2009. Transplantasi Organ Dan Jaringan Tubuh. Diakses dari
http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/05/transplantasi-organ-dan
jaringantubuh.html. Diakses Pada 25-12-2012
Anonim, 2009. KH Ma’ruf Amin: Jual Beli Organ Haram Hukumnya. Diakses dari
http://forum35.wordpress.com/2007/10/08/kh-maruf-amin-ketua-fatwa-mui-jual-beli-organ-
haram-hukumnya/. Diakses Pada 25-12-2012
Anonim, 2012. Transplantasi Organ Tubuh Dalam Pandangan Hukum Islam. Diakses dari
http://link24share.blogspot.com/2012/11/transplantasi-organ-tubuh-dalam.html . Diakses pada
25-12-2012.
Anonim, 2012. Pandangan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Organ Tubuh Dan Tranfusi Darah. Diakses dari http://musyariaulia.blogspot.com/2012/03/pandangan-hukum-islam-terhadap.html. Diakses pada 25-12-2012
Gage, F.H. dan I.M.Verma, 2003. Stem cells at the dawn of the 21st century. Proc Nath Acd
Sci USA : Vol 100: 11817-11818.
29