34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan trauma pada mata. 2 Organ mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, jaringan lemak retrobulbar dan terdapatnya refleks mengedip, namun organ mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada rongga orbita, kelopak, bola mata dan persarafan mata. Kerusakan mata dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 2,3 B. Epidemiologi Trauma okular merupakan salah satu penyebab kebutaan unilateral pada anak-anak dan dewasa muda. Dewasa muda, terutama laki-laki, merupakan korban utama trauma tembus okular. Kecelakaan domestik, tindakan kekerasan, peledakan, luka 3 | Page

Trauma Tembus Mata

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Trauma Tembus Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang

menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat

darurat. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau

menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering

menimbulkan trauma pada mata.2

Organ mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti

rongga orbita, kelopak, jaringan lemak retrobulbar dan terdapatnya refleks

mengedip, namun organ mata masih sering mendapat trauma dari dunia

luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada rongga orbita, kelopak,

bola mata dan persarafan mata. Kerusakan mata dapat mengakibatkan atau

memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. 2,3

B. Epidemiologi

Trauma okular merupakan salah satu penyebab kebutaan unilateral

pada anak-anak dan dewasa muda. Dewasa muda, terutama laki-laki,

merupakan korban utama trauma tembus okular. Kecelakaan domestik,

tindakan kekerasan, peledakan, luka terkait olahraga dan kecelakaan lalu

lintas merupakan keadaan tersering dimana terjadi trauma okular.1

Sekitar 2,4 juta trauma mata terjadi setiap tahun, dengan 90.000

dari trauma mengakibatkan berbagai derajat gangguan penglihatan. Dari

keseluruhan trauma okular, trauma okular tembus memiliki prognosis

terburuk. Pada tahun 1970, Zagora menemukan bahwa 30 – 40 % dari

semua kasus trauma okular tembus berakhir dengan kebutaan. Penyebab

tersering adalah tindakan kekerasan, kecelakan domestik, dan olahraga.1

Trauma dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata, kelopak,

saraf mata dan rongga orbita yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi

sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Oleh karena itu, trauma mata

3 | P a g e

Page 2: Trauma Tembus Mata

memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.2-4

Badan Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan setiap tahun

terjadi 55 juta kasus trauma mata. Dari jumlah ini, sekitar 750.000 kasus

membutuhkan perawatan intensif di bangsal rumah sakit, kira – kira

200.000 kasus merupakan kasus trauma bola mata terbuka. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa 10% pasien rawat inap di bangsal perawatan

mata adalah penderita trauma mata.3

C. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata

Bola mata orang dewasa memiliki bentuk yang hampir bulat,

dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.2

Gambar 1. Anatomi Mata.2

Secara garis besar anatomi bola mata dapat dikelompokan menjadi

empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara

terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :

1. Palpebra

4 | P a g e

Page 3: Trauma Tembus Mata

Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan

otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.

Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja

sebagai jendela member jalan masuknya sinar ke dalam bola mata,

juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.

Gambar 2. Anatomi Kelopak Mata.2

2. Rongga mata

Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk

sebagai piramida kuadrilateral dengan puncaknya ke arah foramen

optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang

merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di

dalamnya seperti urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar

air mata dan pembuluh darah.

5 | P a g e

Page 4: Trauma Tembus Mata

Gambar 3. Anatomi Orbita.2

3. Bola mata

Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan

menjadi :

Otot-otot penggerak bola mata

Dinding bola mata yang terdiri dari : sclera dan kornea. Kornea

kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk

jalannya sinar.

Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan

fungsinya masing-masing.

4. Sistem Kelenjar bola mata

Terbagi menjadi dua bagian :

Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata

Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik

konjungtiva ke dalam rongga hidung.

6 | P a g e

Page 5: Trauma Tembus Mata

Gambar 4. Sistem Drainase Lakrimal.2

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis.

Konjungtiva dapat dibagi dalam 3 zona geografis : palpebra atau tarsal,

forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari tautan mukokutaneus dari

kelopak mata dan melindunginya pada pemukaan dalam. Bagian ini

melekat erat pada tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum

orbikularis di forniks dan melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan

bola mata bergerak. Kecuali di limbus, konjungtiva bulbaris melekat

longgar ke kapsul tenon dan sklera dibawahnya.

Sklera adalah pembungkus fibrosa yang menjadi pelindung dari

sekitar 4/5 permukaan mata. Jaringan ini kontras dengan kornea yang

transparan, dimana sklera padat dan putih serta bersambung dengan kornea

di sebelah anterior dan duramater optikus di belakang. Insersi sklera pada

otot rektus sangat tipis yaitu sekitar 0,3 mm dan bertambah 1 mm

ketebalannya di posterior. Sklera menjadi tipis dan berjalan melintang

pada lamina kribrosa, dimana akson dari sel ganglion keluar untuk

membentuk nervus optik. Nutrisi sklera lewat pembuluh darah dipasok

oleh episklera yaitu lapisan tipis dari jaringan elastik halus yang

membungkus permukaan luar sklera anterior.

7 | P a g e

Page 6: Trauma Tembus Mata

Kornea menempati pertengahan dari rongga bola mata anterior

yang terletak diantara sklera. Kornea sendiri merupakan lapisan avaskuler

dan menjadi salah satu media refraksi ( bersama dengan aquous humour

membentuk lensa positif sebesar 40 dioptri). Kornea memiliki permukaan

posterior lebih cembung daripada anterior sehingga rata mempunyai

ketebalan sekitar 11,5 mm (untuk orang dewasa). Kornea memiliki lima

lapisan yang berbeda dari anterior ke posterior, yaitu : epitel, membranan

Bowman, stroma, membrane Descemet dan endotel. Kornea mendapat

suplai makan dari aquous humour, pembuluh-pembuluh darah sekitar

limbus dan air mata. Transparansi kornea oleh strukturnya yang seragam,

avaskularitasnya dan deturgenisnya.

Gambar 5. Struktur Kornea.2

Lapisan setelah kornea adalah uvea. Jaringan uvea merupakan

jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatas oleh ruang yang

potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa

yang disebut perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar (terletak pada uvea

anterior) dan koroid (terletak pada uvea posterior). Pada iris didapatkan

pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke

dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang

sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh simpatis. Otot siliar yang

terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.

8 | P a g e

Page 7: Trauma Tembus Mata

Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan

bilik mata (aquous humour) yang dikeluarkan melalui trabekulum yang

terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

hampir transparan. Tebalnya sekitar 4 mm dan diametarnya 9 mm. Lensa

terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah equator pada badan

siliar melalui Zonula Zinni. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau

saraf di lensa.

Gambar 6. Anatomi Lensa.2

Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat

dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.

Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan.

Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel

berpigmen retina.

D. Etiologi

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada

mata dapat terjadi berbagai macam bentuk trauma.

Macam-macam bentuk trauma:

Fisik atau Mekanik

9 | P a g e

Page 8: Trauma Tembus Mata

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau

shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.

2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting, garpu, dan

peralatan pertukangan.

3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan

trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola

mata. Misalnya peluru senapan angin, dan peluru karet.

Kimia

1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih

lantai, kapur, lem.

2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di laboratorium.

Fisik

1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar

matahari.

2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.

Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan

ringannya trauma.

Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai

tertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal

dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam

besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan

tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula

menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman.

Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan

penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan di dalam bola mata,

terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan

sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

Trauma Kimia basa umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada

trauma kimia asam. Mata nampak merah, bengkak, keluar air mata

berlebihan dan penderita nampak sangat kesakitan, trauma basa akan

10 | P a g e

Page 9: Trauma Tembus Mata

berakibat fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara

perlahan-lahan.

Trauma Mekanik

1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan

menyebabkan kromatolisis sel.

2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa

vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak,

cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.

3. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada

kornea, sklera dan sebagainya.

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan per jaringan di dalam organ

mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik

dan orbita, secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma

tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan

ketebalan dinding bola mata (full-thickness wound of the eyewall). Trauma

tembus termasuk dalam golongan trauma mata terbuka (open globe injury), yang

merupakan  trauma laserasi tunggal akibat benda tajam.4

Gambar 7. Trauma mata 6

a. Trauma mata tertutup (Closed globe injury)

11 | P a g e

Page 10: Trauma Tembus Mata

Trauma mata tertutup adalah trauma mata tanpa kerusakan seluruh

dinding mata (kornea dan sklera) /No full-thickness wound of eyewall. Trauma

ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:4

1. Kontusio: tidak terdapat luka pada dinding mata, tetapi dapat terjadi

kerusakan intraokular seperti ruptur koroid atau perubahan bentuk bola

mata.

2. Laserasi lamellar: Trauma yang menyebabkan kerusakan parsial dinding

mata.

b. Trauma mata terbuka (Open globe injury)

Trauma mata terbuka adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada

seluruh ketebalan dinding mata (kornea dan/atau sklera) /Full-thickness wound of

the eyewall. Trauma ini dapat dibedakan menjadi : 7

1. Ruptur: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat benda

tumpul.

2. Laserasi: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat

benda tajam.

Lebih jauh, trauma laserasi dapat diklasifikan lagi menjadi:7

Penetrasi/luka tembus: trauma laserasi tunggal yang disebabkan benda

tajam.

Perforasi: ditandai oleh adanya luka masuk dan luka keluar yang

disebabkan oleh benda yang sama.

Benda asing intraokular: terdapat benda asing yang tertinggal dalam bola

mata.

Patofisiologis

Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan

sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

1)   Palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator apaneurosis

dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen

2)   Saluran Lakrimalis

12 | P a g e

Page 11: Trauma Tembus Mata

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai

ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.

3)   Konjungtiva

Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub

konjungtiva

4)   Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan

bola mata dan bilik mata menjadi dangkal (obliteni), luka sklera yang lebar

dapat disertai prolaps jaringan bola mata.

5)   Kornea

Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena

fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea

menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus siliaris prolaps, hal

ini dapat menurunkan visus

6)   Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi sehingga penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat.

7)   Iris

Bila ada trauma akan terjadi robekan pada akar iris (iridodialisis), sehingga

pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan terdapat warna gelap

selain pada pupil, juga pada dasar iris tempat iridodialisis.

8)   Pupil

Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfingter pupil

sehingga pupil menjadi midriasis.

9)   Retina

Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga

badan kaca, hal ini dapat menyebabkan fotopsia dan terjadi oblaina retina

13 | P a g e

Page 12: Trauma Tembus Mata

.

Gambar 8: Patofisiologi trauma mekanik pada mata

Benda Asing Dalam Mata

A. Benda Asing yang masuk mata dapat dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:

Benda logam:

Contoh: emas, perak, platina, tantalum, timah hitam, seng, nikel,

alumunium, tembaga, besi. Benda logam ini terbagi lagi menjadi:

Benda logam magnit

Benda bukan logam magnit

Benda bukan logam:

Contoh: batu, kaca, porselin, karbon, bahan tumbuh-

tumbuhan, bahan pakaian dan bulu mata.

Benda inert yaitu benda yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak

menimbulkan reaksi jaringan mata ataupun kalau ada reaksinya sangat

ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Sebagai contoh : pecahan kaca

didalam sudut bilik mata depan akan menimbulkan kerusakan pada

14 | P a g e

Page 13: Trauma Tembus Mata

endotel kornea sehingga mengakibatkan edema kornea yang menganggu

fungsi penglihatan.

Benda reaktif yaitu benda yang menimbulkan reaksi jaringan mata

sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh: timah hitam, seng, nikel,

alumunium, tembaga, kuningan, besi, tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian

dan bulu ulat.

B. Cara Pemeriksaan dan Penentuan Lokasi

Untuk dapat menentukan ada tidaknya suatu benda asing serta lokalisasi di dalam

di perlukan:

Riwayat terjadinya rudapaksa

Riwayat keadaan mata akibat rudapaksa

Pemeriksaan oftalmoskop

PemeriksaanrRadiologik

Riwayat terjadinya Rudapaksa

Hal ini diperlukan untuk membantu kemungkinan serta letak

daripada benda asing tersebut. Rudapaksa karena suatu ledakan, akan

menimbulkan perforasi karena benda tersebut masuk dengan kecepatan

yang sangat tinggi dan biasanya biasanya benda tersebut dapat mencai

segmen posterior. Rudapaksa waktu sedang menggunakan palu dan pahat

selalu dipikirkan kemungkinan benda-benda didalam segmen posterior.

Rudapaksa karena pecahan kaca waktu kecelakaan mobil atau pecahnya

kacamata waktu jatuh, bila pecahan kaca dapat masuk biasanya akan

berada di segmen anterior, yang mempunyai kemungkinan jatuh di sudut

bilik mata.

Pemeriksaan keadaan mata akibat rudapaksa

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik diperlukan suatu

lampu dengan penerangan yang baik (sentolop) dan kaca pembesar

(loupe), lebih baik lagi kalau ada “slit lamp”.

15 | P a g e

Page 14: Trauma Tembus Mata

Hal ini sangat penting karena pada rudapaksa perforasi yang sangat

kecil bila tampak penerangan lampu yang baik serta “loupe” mungkin luka

kecil akan luput dari pengamatan.

Benda asing tidak sampai menembus masuk bola mata, sudah

dapat langsung dilihat. Bila pada konjungtiva bulbi, kornea, sclera tidak

tampak benda asing pada forniks atau konjungtiva palpebra. Untuk hal ini

haruslah kelopak mata dibuka dan dilipat keluar.

Pemeriksaan dengan oftalmoskop

Dengan oftalmoskop dapat diperiksa keadaan badan kaca dan

retina sehingga dapat juga dinilai dengan oftalmoskop bila tidak ada

kekeruhan badan kaca.

Dengan oftalmoskop kita dapat meramalkan prognosis fungsi

penglihatan. Misalnya: dengan oftalmoskop tampak kekeruhan badan kaca

atau perdarahan retina atau ablasi retina maka prognosis penglihatan

kurang baik

Pemeriksaan Radiologik

Pada setiap luka perforasi, selalu harus dilakukan pemeriksaan

radiologik. Pemeriksaan radiologik ini penting untuk mengetahui ada

tidaknya suatu benda asing yang “radioopaque” serta letaknya benda asing

tersebut dalam mata.

Pemeriksaan yang paling sederhana untuk mengetahui ada

tidaknya benda yang “radioopaque” adalah melakukan “Plain X-ray”

daripada orbita dengan posisi “Antero-Posterior” (PA) dan lateral.

Apabila dengan cara ini dapat dipastikan ada benda asing

“radioopaque” di dalam orbita maka tahap berikutnya adalah menentukan

apakah benda asing tersebut intraokuler atau ekstraokuler. Untuk hal ini

dibutuhkan teknik-teknik khusus seperti metode “Sweet”, metode

“Comberg” dengan menggunakan lensa kontak. Bila benda asing tersebut

adalah “non radioopaque” dibutuhkan pemeriksaan Ultrasonografi untuk

dapat menentukan letaknya. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui

benda tersebut apakah pada bilik mata depan, lensa, segmen posterior,

retina atau retrobulber.

16 | P a g e

Page 15: Trauma Tembus Mata

C. Akibat Benda Asing Pada Mata

Benda asing dapat mengakibatkan:

Rudapaksa

Erosi konjungtiva atau kornea. Erosi ini timbul apabila benda asing

yang masuk tidak sampai menembus bola mata tetapi hanya tertinggal

pada konjungtiva atau kornea.

Rudapaksa Tembus

Rudapaksa tembus adalah suatu rudapaksa dimana sebagian atau

seluruh lapisan kornea dan sclera mengalami kerusakan. Rudapaksa ini

dapat terjadi apabila benda asing melukai sebagian lapisan kornea atau

sclera dan benda tersebut tertinggal di dalam lapisan tersebut. Pada

keadaan ini tidak terjadi luka terbuka sehingga organ di dalam bola mata

tidak mengalami kontaminasi.

Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh

lapisan sclera atau kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian

bersarang di dalam bola mata ataupun sampai menimbulkan perforasi

ganda sehingga akhirnya benda asing tersebut bersarang di dalam rongga

orbita atau bahkan dapat mengenai tulang orbita. Dalam hal ini akan

ditemukan suatu luka tebuka dan biasanya terjadi prolaps iris, lensa

ataupun badan kaca.

Perdarahan

Perdarahan intraokuler dapat terjadi apabila rudapaksa mengenai

jaringan uvea, berupa hifema (perdarahan dalam bilik mata depan) atau

perdarahan dalam badan kaca.

Reaksi Jaringan Mata

Reaksi yang timbul tergantung daripada jenis benda tersebut

apakah benda inert atau reaktif. Pada benda yang inert, tidak akan

memberikan reaksi ataupun kalau ada hanya ringan saja. Benda reaktif

akan memberikan reaksi-reaksi tertentu pada mata.

Bentuk reaksinya tergantung macam serta letak benda asing

tersebut di dalam mata. Benda organik kurang dapat diterima oleh jaringan

17 | P a g e

Page 16: Trauma Tembus Mata

mata disbanding benda anorganik. Benda logam dengan sifat bentuk reaksi

yang merusak adalah besi berupa “siderosis” dan tembaga berupa

“kalkalosis”. Timah hitam dan seng merupakan benda reaktif yang lemah

reaksinya.

C. Tindakan Pengobatan

Tindakan pengobatan benda asing pada permukaan mata

Mata tersebut ditetes dengan anestetik tetes mata. Benda yang

lunak biasanya hanya menempel saja pada permukaan mata sehingga

untuk mengeluarkannya cukup kapas steril. Benda yang keras biasanya

mengakibatkan suatu luka. Pengeluarannya memakai jarum suntik secara

hati-hati untuk menghindari kemungkinan perforasi. Setelah benda asing

dikeluarkan, mata dibilas dahulu dengan larutan garam fisiologik sampai

bersih. Kemudian mata diberi tetes midriatik ringan berupa siklopamin

0,25% disusul dengan antibiotik lokal. Mata ditutup dengan bebat kain

sampai tidak terdapat tanda-tanda erosi kornea.

Tindakan Pengobatan Benda Asing dalam Bola Mata

Setiap berada di dalam bola mata merupakan sesuatu yang asing

sehingga pada dasarnya harus dikeluarkan.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah:

Jenis benda asing tersebut, apakah benda inert atau benda

reaktif

Akibat yang timbul apabila benda tersebut tidak dikeluarkan

Akibat yang dapat timbul waktu mengeluarkan benda asing

tersebut

Apabila benda asing tersebut inert ,maka haruslah dilihat apakah

benda tersebut menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu fungsi

mata atau tidak. Bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang

mengganggu maka sebaiknya dibiarkan saja dan perhatian ditujukan pada

perawatan luka perdorasi yang diakibatkannya. Bila benda tersebut adalah

benda reaktif, maka harus dikeluarkan.

18 | P a g e

Page 17: Trauma Tembus Mata

Tindakan pengobatan rudapaksa dengan benda asing yang reaktif

didalam bola mata adalah:

Perawatan terhadap luka perforasi

Pertama-tama adalah pemberian tetesmata anestetik,

kemudian pembersihan luka dengan larutan garam fisiologik. Bila

ada jaringan iris atau badan kaca yang prolaps, bagian yang prolaps

d potong (jangan direposisi kembali kecuali bila yakin tidak ada

infeksi).

Bila benda asing dapat dilihat langsung, maka mungkin

dapat dikeluarkan dengan pinset atau magnit melalui luka

perforasi.

Luka perforasi dijahit dengan jarum dan benang yang halus.

Apabila fasilitas tidak memungkinkan untuk dapat melakukan

jahitan penutupan luka, penderita di rujuk ke Rumah Sakit yang

lengkap fasilitasnya.

Sebelum penderita dikirim ke pusat, untuk mencegah

jangan sampai banyak isi bola mata yang prolaps melalui luka

perforasi maka mata tersebut setelah ditutup dengan kain kasa

steril masih harus di tutup lagi dengan semacam penutup (dop)

yang sedemikian rupa sehingga bola mata terlindung dari tekanan

atau sentuhan (yang paling sederhana adalah menutup mata

tersebut dengan kepala sendok).

Penderita juga harus diberi obat penenang, obat analgesic,

dan bila perlu dapat ditambahkan obat antiemetik bila penderita

muntah-muntah karena dengan muntah-muntah akan menambah

banyak prolaps isis bola mata yang prolaps.

Dalam perjalanan ke pusat sebaiknya penderita dalam

posisi berbaring. Pemberian ATS dapat dipertimbangkan.

Pengeluaran benda asing

Pengeluaran benda asing sebaiknya dikeluarkan di Rumah

sakit dengan fasilitas yang mencukupi.

Jalan Anterior

19 | P a g e

Page 18: Trauma Tembus Mata

Pemilihan jalan anterior hanya boleh apabila:

Benda asing tersebut berada di bilik mata depan dan

dapat dilihat, dapat dikeluarkan melalui luka perforasi atau

melalui inisi kornea-sklera di daerah limbus apabila benda

berada di sudut bilik mata depan. Benda asing di segmen

posterior yang disertai kerusakan lensa dan luka perforasi

kornea yang besar, dikeluarkan melalui luka perforasi kornea.

Jalan anterior merupakan kontraindikasi apabila lensa masih

utuh.

Jalan Posterior

Pemilihan jalan posterior dilakukan bila benda asing

berada di segmen posterior tanpai disertai kerusakan lensa.

Pengeluaran melalui jalan posterior dapat ditempuh melalui 2

jalan yaitu

Melalui pars plana (4-7 mm dari limbus)

Keuntungan melalui jalan ini ialah:

Retina melekat kuat pada tempat ini

sehingga bahaya ablasi kecil. Daerah ini

mengandung sedikit pembuluh darah sehingga

bahaya perdarahan kecil.

Melalui tempat dimana benda asing berada.

Jalan ini ditempuh bila benda asing berada

di retina. Bahaya yang ditakutkan dengan melalui

jalan ini adalah ablasi retina dan perdarahan.

Pengeluaran benda asing melalui jalan

posterior melakukan fasilitas dan keterampilan yang

khusus sehingga dapat dilakukan oleh dokter ahli

mata.

D. Prognosis

Pada rudapaksa dimana benda asing berada dipermukaan mata tanpa

adanya luka perforasi, umumnya prognosis baik karena benda tersebut dapat

20 | P a g e

Page 19: Trauma Tembus Mata

langsung dikeluakan dan akibatnya sangat ringan tanpa meninggalkan bekas

ataupun hanya berupa nebula bila pada kornea.

Pada rudapaksa dimana benda asing menyebabkan luka perforasi sehingga

benda asing tersebut berada di dalam bola mata, maka prognosisnya tergantung:

jenis-jenis benda asing.

Benda inert bila tidak menimbulkan reaksi mekanik yang mengganggu

fungsi mata, prognosisnya baik. Benda reaktif pada umumnya prognosis tidak

baik. Hal ini masih tergantung sifat benda reaktif tersebut, apakah magnit atau non

magnit.

Pada benda yang magnit berhubung pengeluarannya lebih mudah (dengan

magnit), maka hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan benda non magnit

karena cara pengeluarannya sukar.

E. Manifestasi Klinis

1. Hematoma palpebra

Adanya hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang

ringan, tetapi bila terjadi pada kedua mata , hati-hati kemungkinan adanya

fraktur basis kranii.

2. Ruptur kornea

Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus

iris, merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan operasi segera.

Ruptur membran descemet ditandai dengan adanya garis

kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea, yang sebenarnya adalah

lipatan membran descement, visus sangat menurun dan kornea sulit

menjadi jernih kembali.

3. Hifema

Perdarahan dalam bilik mata depan, yang berasal dari pembuluh

darah iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai edema kornea dan

endapan di bawah kornea, hal ini merupakan suatu keadaan yang serius.

Pembagian hifema:

o Hifema primer, timbul segera setelah terjadi trauma.

21 | P a g e

Page 20: Trauma Tembus Mata

o Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi

trauma.

o Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila

sangat hebat akan mempengaruhi visus karena adanya

peningkatan tekanan intra okuler.

4. Iridoparese-iridoplegi

Adalah adanya kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi

midriasis.

5. Iridodialisis

Iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi

tidak bulat dan  disebut dengan pseudopupil.

6. Irideremia

Ialah keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.

7. Subluksasio lentis- luksasio lentis

Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke

depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan

menimbulkan afakia. Bila terjadi glaukoma maka perlu operasi untuk

ekstraksi lensa dan jika terjadi afakia pengobatan di lakukan secara

konservatif.

8. Hemoragia pada korpus vitreum

Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, karena banyak

terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

9. Glaukoma

Disebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut bilik mata

depan, yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan

aliran aquous humour.

10. Ruptur sklera

Menimbulkan penurunan tekanan intraokuler. Perlu adanya

tindakan operatif segera.

11. Ruptura retina

Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan

kebutaan, harus di lakukan operasi.8

22 | P a g e

Page 21: Trauma Tembus Mata

F. Gambaran Klinis

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke

dalam bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus,

seperti:

- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi

- Tajam penglihatan yang menurun akibat terdapatnya kekeruhan

media refrakta secara langsung akibat trauma tersebut

- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata

- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea

- Bentuk dan letak pupil berubah

- Terlihatnya ruptura pada kornea atau sklera

- Adanya hifema pada bilik mata depan

- Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, iris, lensa,

badan kaca atau retina

G. Diagnosis

Diagnosis trauma okuli perforans dapat di tegakkan berdasarkan

anamnesis, pemerksaan fisis dan pemeriksaan penunjang jika tersedia.

Pada anamnesis informasi yang di perolah dapat berupa mekanisme dan

onset terjadinya trauma., bahan penyebab trauma dan pekerjaan untuk

mengetahui objek penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan

ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus dicatat

apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau timbul

mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler apabila

terdapat riwayat memalu, mengasah atau ledakan. Cedera pada anak

dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang diderita, harus di

curigai akan adanya penganiayaan anak. Riwayat kejadian harus diarahkan

secara khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler

sebelumnya, riwayat penyakit, pengobatan sebelumnnya dan alergi.2,5

Pemeriksaan fisik dilakukan secara hati-hati dan manipulasi

sedapat mungkin diminimalisir. Pemeriksaan fisik dimulai dengan

pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Apabila gangguan

penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi dua

23 | P a g e

Page 22: Trauma Tembus Mata

titik, dan adanya defek pupil. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit per

orbita dan lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang

orbita. Pada pemeriksaan kornea dan konjungtiva bila luka tidak

menyebabkan ruptur bola mata, maka dilakukan eversi kelopak mata untuk

mengetahui lokasi benda tersebut sejelas-jelasnya. Kedalaman dan

kejernihan bilik mata dicatat. Ukuran bentuk dan reaksi terhadap cahaya

pada pupil harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan

apakah terdapat defek pupil di mata yang cedera.2,5,10

Pemiriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat trauma

di segmen anterior bola mata. Tes fluoresin dapat digunakan untuk

mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan

tonometri perlu dilakukan untuk mengetahui tekanan bola mata.

Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek

penting untuk dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing

intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup dalam, dapat dilakukan

tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini

dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa,

kemudian diuji pada strip fluoresin steril. Penguji menggunakan slit lamp

dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip

akibat perubahan pH bila ada pengeluarann cairan mata.

Pemeriksaan ct scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi

benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda

logam. Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada

tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan pada pasien yang

tidak berkomunikasi dengan pemeriksa.2,5,11

Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata , atau adanya kecenderungan

ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi

dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.

Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan medikolegal pada

semua kasus trauma eksternal.2,5,10

H. Penatalaksanaan

24 | P a g e

Page 23: Trauma Tembus Mata

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat

darurat dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat

menimbulkan bahaya seperti5:

Infeksi

Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika

Pada setiap tindakan bertujuan untuk :

- Mempertahankan bola mata

- Mempertahankan penglihatan

Pada setiap keadaan , harus dilakukan usaha untuk

mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar

atau ada proyeksi penglihatan. Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya

dilakukan usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Penatalaksanaan pasien dengan trauma okuli perforans adalah :

1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit 3,4,5,10,12 :

Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak

Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan

pada bola mata

Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan

Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan

operasi

2. Penatalaksanaan di rumah sakit 4,5,13 :

Pemberian antibiotik spektrum luas

Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi

Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi

Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler

(bila bila mata intak)

Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis

cedera.

I. Komplikasi 2,3,11,13

Komplikasi yang timbul setelah terjadi trauma okuli perforans :

Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis

25 | P a g e

Page 24: Trauma Tembus Mata

Katarak traumatic

Glaukoma sekunder

Oftalmika simpatika

J. Prognosis

Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor,

seperti 3 :

Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik

Tempat luka pada bola mata

Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing

Benda asing megnetik atau non megnetik

Dalamnya luka tembus, luka tumpul atau luka ganda

Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus

26 | P a g e