63
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara keseluruhan angka mortalitas trauma thorax adalah 10 %, dimana trauma thorax menyebabkan satu dari empat kematian karena trauma yang terjadi di Amerika Utara. Banyak penderita meninggal setelah sampai di rumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi. Kurang dari 10 % dari trauma tumpul thorax dan hanya 15 – 30 % dari trauma tembus thorax yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma thorax dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma thorax. Luka dapat secara luas dibagi atas dua, yaitu yang disebabkan karena trauma tumpul atau karena trauma tembus. Trauma toraks kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya merupakan trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Di negara berkembang lebih sering disebabkan oleh luka tumpul yang sering terjadi sebagai kecelakaan lalu lintas dan di lokasi konstruksi. Pada kebanyakan kasus, pasien tidak ditangani dengan baik. Bantuan medis jarang tersedia. Bahkan jika memang tersedia, itupun tidak lebih dari sekedar pertolong pertama pada kecelakaan. Satu masalah lagi adalah tempat dimana pasien pertama kali dirujuk tidak 1

Trauma Thorax New

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Thorax

Citation preview

Page 1: Trauma Thorax New

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Secara keseluruhan angka mortalitas trauma thorax adalah 10 %, dimana trauma thorax

menyebabkan satu dari empat kematian karena trauma yang terjadi di Amerika Utara. Banyak

penderita meninggal setelah sampai di rumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat

dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi. Kurang dari 10 % dari trauma

tumpul thorax dan hanya 15 – 30 % dari trauma tembus thorax yang membutuhkan tindakan

torakotomi. Mayoritas kasus trauma thorax dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang

akan diperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma thorax.

Luka dapat secara luas dibagi atas dua, yaitu yang disebabkan karena trauma tumpul atau

karena trauma tembus. Trauma toraks kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang

umumnya merupakan trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebabkan oleh tikaman dan

tembakan. Di negara berkembang lebih sering disebabkan oleh luka tumpul yang sering terjadi

sebagai kecelakaan lalu lintas dan di lokasi konstruksi. Pada kebanyakan kasus, pasien tidak

ditangani dengan baik. Bantuan medis jarang tersedia. Bahkan jika memang tersedia, itupun

tidak lebih dari sekedar pertolong pertama pada kecelakaan. Satu masalah lagi adalah tempat

dimana pasien pertama kali dirujuk tidak diperlengkapi dengan kemampuan untuk mengatasi

perdarahan hebat dan kegagalan napas.

1

Page 2: Trauma Thorax New

BAB II

ANATOMI THORAKS

Toraks adalah daerah pada tubuh manusia yang berada di antara leher dan perut

(abdomen). Toraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet

dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding toraks yang disusun oleh

vertebra torakal, costae, sternum, otot, dan jaringan ikat. Rongga toraks dapat dibagi ke dalam

dua bagian utama, yaitu: paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum dibagi ke

dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum terletak di antara paru kiri dan

kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting toraks selain paru-paru (yaitu: jantung,

aorta, arteri pulmonalis, vena cavae, esofagus, trakhea, dll).

Gambar 1. Anatomi Thorax

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari

sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang

rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari

sternum, kartilago 7 - 10 berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi

bawah sternum. Iga pertama merupakan iga yang penting oleh karena menjadi tempat

melintasnya plexus brachialis, arteri dan vena subklavia. Cartilago costalis memperpanjang

2

Page 3: Trauma Thorax New

costa kearah ventral dan turut menambah kelenturan dinding toraks. Hal ini berguna untuk

mencegah terjadinya fraktur pada sternum atau costae karena benturan

Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral sangkar

dada. Sternum terdiri dari tiga bagian: manubrium sterni, korpus sterni, dan processus

xyphoideus. Angulus Ludovici adalah tonjolan yang terjadi oleh karena pertemuan bagian korpus

dan manubrium sterni yang membentuk sudut. Terletak setinggi iga ke-2 dan vertebra torakal 4-

5. Setinggi angulus ini terdapat organ-organ penting: arkus aorta dan karina. Bagian terakhir

sternum adalah processus xiphoideus yang dapat diraba sebagai ujung bawah yang lunak dari

sternum; kira-kira setinggi vertebra torakal 9.

Vertebra torakalis pertama (T1)mempunyai satu persendian yang lengkap dengan iga I

dan setengah persendian dengan iga II. Selanjutnya T2-T8 mempunyai dua persendian, di atas

dan di bawah korpus vertebra (untuk iga II sampai dengan VIII). Sedang dari T9-T12 hanya

mempunyai satu persendian dengan iga. Semua ini penting untuk melepaskan iga dari korpus

vertebra pada waktu melakukan torakotomi.

Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior

thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya

membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus

pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.

Gambar 2. Depressors of the scapula. A, anterior: 1, lower segment of the

pectoralis major; 2, pectoralis minor; 3, subclavius. B, posterior: 1, latissimus

dorsi; 2, lower segment of the trapezius.

3

Page 4: Trauma Thorax New

Rongga dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan

bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus

interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan

terhisap melalui trakea dan bronkus.

Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana

terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura

visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan

mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan

diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan

ekspansi paru – paru normal, hanya ruang potensial yang ada.

Gambar 3. Anatomi Pleura

4

Page 5: Trauma Thorax New

Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting

untuk dievaluasi pada luka tusuk. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah

iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian

muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari

interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut

berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.

5

Page 6: Trauma Thorax New

BAB III

PEMBAHASAN

III .1 DEFINISI

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma

atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Trauma thorak adalah trauma yang terjadi

pada toraks yang menimbulkan kelainan pada organ-organ didalam toraks. Trauma thorax adalah

luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding

thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan

dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

III.2 ETIOLOGI

1. Trauma Tajam

Luka Tembak

Luka Tikam / tusuk

2. Trauma tumpul

Kecelakaan kendaraan bermotor

Jatuh

Pukulan pada dada

III.3 KLASIFIKASI

Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau tumpul:

Trauma tembus (tajam)

Biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba

pada suatu area fokal. Berat ringannya cedera internal yang berlaku tergantung pada organ yang

telah terkena dan seberapa vital organ tersebut. Derajat cedera tergantung pada mekanisme dari

penetrasi dan temasuk, diantara faktor lain (kecepatan, ukuran permukaan impak, densitas

jaringan yang terpenetrasi), adalah efisiensi dari energi yang dipindahkan dari obyek ke jaringan

tubuh yang terpenetrasi. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru.

Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi.

6

Page 7: Trauma Thorax New

Trauma tumpul

Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus, kira-kira lebih dari 90%

trauma thoraks. Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul: (1) transfer energi secara direk

pada dinding dada dan organ toraks dan (2) deselerasi deferensial, yang dialami oleh organ

toraks ketika terjadinya impak. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush

atau blast injuries. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru. Sekitar

<10% yang memerlukan operasi torakotomi. Trauma tumpul toraks akibat kecelakaan lalu lintas

sebagai hasil mendadaknya kontak antara dinding toraks dan batang kemudi mobil, merupakan

trauma deselerasi yang khas, yang bisa menyebabkan kontusio paru atau miokardium yang

bermakna. Mungkin ada sedikit bukti trauma luar pada pemeriksaan dinding toraks. Harus

diinspeksi cermat dinding toraks dan harus secara khusus awas untuk mendeteksi adanya fraktur

iga atau sternum, pemisahan costochondral serta flail chest. Fraktur iga pertama atau kedua

biasanya menunjukkan bahwa tenaga bermakna telah diberikan ke dinding toraks dan fraktur

demikian disertai dengan 14 persen insidens cedera vaskular bermakna.

III.4 MEKANISME

Akselerasi

Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak

berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi); sesuai dengan hukum Newton II

(Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya

perusak dari trauma tersebut).

Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan senjata

dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec) pada jarak dekat

akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas dibandingkan besar

lubang masuk peluru.

Deselerasi

Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi pada

tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada

saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera,

7

Page 8: Trauma Thorax New

dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding

toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.5

Torsio dan rotasi

Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi organ-

organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan pengikat/fiksasi, seperti isthmus

aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-

organ tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau

poros-nya.

Blast injury

Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan

penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom. Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui

penghantaran gelombang energi.

Faktor lain yang mempengaruhi

a. Sifat jaringan tubuh

Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat

menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya fraktur iga

pada bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila ditemukan fraktur pada

orang dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada

orang gemuk atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding

pria, dsb.

b. Lokasi

Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita

kerusakan, terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial.

c. Arah trauma

Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam

memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi. Perlu diingat adanya efek

"ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh manusia. Seperti misalnya :

trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah (lintasan peluru) yang

berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ apa yang terkena sulit

diperkirakan.

8

Page 9: Trauma Thorax New

Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma toraks. Hipoksia

jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh

karena hipovolemia (kehilangan darah), pulmonary ventilation/perfusion mismatch

(contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus) dan perubahan dalam tekanan intratoraks

(contoh : tension pneumotoraks, pneumotoraks terbuka). Hiperkarbia lebih sering

disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intratoraks atau

penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dan

jaringan (syok).

1. Trauma Tembus

Pneumothoraks terbuka

Hemothoraks

Trauma tracheobronkial

Contusi Paru

Ruptur diafragma

Trauma Mediastinal

2. Trauma Tumpul

Tension pneumothoraks

Trauma tracheobronkhial

Flail Chest

Ruptur diafragma

Trauma mediastinal

Fraktur kosta

III.4 INSIDENSI

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44

tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan

tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.

III.5 KELAINAN AKIBAT TRAUMA THORAX .

9

Page 10: Trauma Thorax New

TRAUMA DINDING THORAX & PARU

Fraktur iga; klavikula;sternum;

Dislokasi sendi sternoklavikular

Flail chest

Kontusio paru

Laserasi paru

Pneumothorax

Open pneumothorax

Tension pneumothorax

Hemothorax

Ruptur Diafragma

Cedera trakhea & bronkus

TRAUMA JANTUNG DAN AORTA

Tamponade jantung Kontusio miokard Trauma tumpul jantung

A. Trauma dinding thorax dan paru.

Fraktur iga.

Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan trauma tumpul pada

dinding dada. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan

trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama pada iga

IV-X (mayoritas terkena) . Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan

intra abdomen. Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen) bila

terdapat fraktur pada iga VIII-XII . Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama

ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada

iga I-III atau fraktur klavikula.

10

Page 11: Trauma Thorax New

Penatalaksanaan

1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)

2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)

3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks, hematotoraks,

atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah:

Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)

Bronchial toilet

Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah

Cek Foto Ro berkala

GAMBAR 4. Gambaran Fraktu Iga pada X-ray foto

11

Page 12: Trauma Thorax New

Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain (seperti: pneumotoraks,

hematotoraks dsb.), ditujukan untuk mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara langsung,

diikuti oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika, bronchial toilet, cek

lab dan ro berkala), sehingga dapat menghindari morbiditas/komplikasi. Komplikasi tersering

adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang umumnya akibat manajemen analgetik yang

tidak adekuat.

FRAKTUR KLAVIKULA

Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma

pada sendi bahu ).

Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah)

Gambar 5. Fraktur Klavikula 1/3 tengah

12

Page 13: Trauma Thorax New

Deformitas, nyeri pada lokasi taruma.

Foto Rontgen tampak fraktur klavikula

Gambar 6. Fraktur Klavikula tampak pada X-ray foto

Penatalaksanaan

1. Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.

Gambar 7. Verband figure eight

13

Page 14: Trauma Thorax New

2. Operatif : fiksasi internal

Gambar 8. Plat and Screw pada Fraktur klavikula

Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan penekanan pleksus

brakhialis dan pembuluh darah subklavia.

FRAKTUR STERNUM

Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang, umumnya terjadi pada

pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan.

Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup besar

Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas sternum

Sering disertai fraktur Iga.

Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yang serius, seperti:

kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta.

 

Tanda dan gejala: nyeri terutama di area sternum, krepitasi

14

Page 15: Trauma Thorax New

Pemeriksaan

Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garis fraktur, atau gambaran

sternum yang tumpang tindih.

Gambar 9. Gambaran Radiologis Fraktur Sternum

Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya perubahan EKG (tanda trauma

jantung).

 

Penatalaksanaan

1. Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan pemberian analgetika dan

observasi tanda2 adanya laserasi atau kontusio jantung

2. Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented dilakukan tindakan operatif untuk

stabilisasi dengan menggunakan sternal wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada

organ atau struktur di mediastinum.

15

Page 16: Trauma Thorax New

DISLOKASI SENDI STERNOKLAVIKULA

Kasus jarang

Gambar 10; 11. Anterior Dislocation of sternoclaviculer joint

Dislokasi anterior : nyeri, nyeri tekan, terlihat "bongkol klavikula" (sendi

sternoklavikula) menonjol kedepan

Gambar 12. Dislokasi sendi sternoklavikuler anterior et posterior

Posterior : sendi tertekan kedalam

Pengobatan : reposisi

16

Page 17: Trauma Thorax New

Flail Chest

Definisi

Adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel berturutan

≥ 3 iga , dan memiliki garis fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya. Akibatnya adalah:

terbentuk area "flail" yang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik

pernapasan dinding dada. Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar

pada ekspirasi.

Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan

dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga

dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang)

menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di

bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang

serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang

mungkin terjadi (kontusio paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan

paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan

menyebabkan hipoksia. Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan

nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan parunya.

Gambar 13. Gambaran Flail Chest

17

Page 18: Trauma Thorax New

Flail Chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding

dada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak

terkoordinasi. Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang

rawan membantu diagnosisi. Dengan foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga

yang multipel, akan tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan terlihat. Pemeriksaan

analisis gas darah yaitu adanya hipoksia akibat kegagalan pernafasan, juga membantu dalam

diagnosis Flail Chest. Terapi awal yang diberikan termasuk pemberian ventilasi adekuat, oksigen

yang dilembabkan dan resusitasi cairan.

Bila tidak ditemukan syok maka pemberian cairan kristoloid intravena harus lebih berhati-

hati untuk mencegah kelebihan pemberian cairan. Bila ada kerusakan parenkim paru pada Flail

Chest, maka akan sangat sensitif terhadap kekurangan ataupun kelebihan resusitasi cairan.

Pengukuran yang lebih spesifik harus dilakukan agar pemberian cairan benar-benar optimal.

Terapi definitif ditujukan untuk mengembangkan paru-paru dan berupa oksigenasi yang

cukup serta pemberian cairan dan analgesia untuk memperbaiki ventilasi. Tidak semua penderita

membutuhkan penggunaan ventilator. Pencegahan hipoksia merupakan hal penting pada

penderita trauma, dan intubasi serta ventilasi perlu diberikan untuk waktu singkat sampai

diagnosis dan pola trauma yang terjadi pada penderita tersebut ditemukan secara lengkap.

Penilaian hati-hati dari frekuensi pernafasan, tekanan oksigen arterial dan penilaian kinerja

pernafasan akan memberikan suatu indikasi timing / waktu untuk melakukan intubasi dan

ventilasi.

Karakteristik

Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat

pada pasien dalam ventilator

Menunjukkan trauma hebat

Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)

18

Page 19: Trauma Thorax New

Gambar 14. Paradoxical Breathing pada Flail Chest

Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement, yang

seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada pasien dengan flail chest tidak

dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti melakukan

splint/bandage yang melingkari dada, oleh karena akan mengurangi gerakan mekanik

pernapasan secara keseluruhan.

Penatalaksanaan

sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda kegagalan pernapasan

atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD

berkala dan takipneu

pain control

stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi internal melalui operasi)

bronchial toilet

fisioterapi agresif

tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet

Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest: 19

Page 20: Trauma Thorax New

1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth: hematotoraks masif, dsb)

2. Gagal/sulit weaning ventilator

3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)

4. Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)

5. Menghindari cacat permanen

Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak didapatkan lagi area "flail"

Kontusio paru

Merupakan kelainan yang paling sering ditemukan pada golongan potentially lethal chest

injury. Kegagalan bernafas dapat timbul perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung

terjadi setelah kejadian, sehingga rencana penanganan definitif dapat berubah berdasarkan

perubahan waktu. Monitoring harus ketat dan berhati-hati, juga diperlukan evaluasi penderita

yang berulang-ulang. Penderita dengan hipoksia bermakna (PaO2 < 65 mmHg atau 8,6 kPa

dalam udara ruangan, SaO2 < 90 %) harus dilakukan intubasi dan diberikan bantuan ventilasi

pada jam-jam pertama setelah trauma.

Terjadi terutama setelah trauma tumpul toraks

Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme perdarahan dan edema parenkim →

konsolidasi

Patofisiologi : kontusio/cedera jaringan → edema dan reaksi inflamasi → lung

compliance ↓ → ventilation-perfusion mismatch → hipoksia & work of breathing ↑

Diagnosis : ro toraks dan pemeriksaan lab (PaO2 ↓) . Manifestasi klinis dapat timbul atau

memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma

 

Kondisi medik yang berhubungan dengan kontusio paru seperti penyakit paru kronis dan

gagal ginjal menambah indikasi untuk melakukan intubasi lebih awal dan ventilasi mekanik.

Beberapa penderita dengan kondisi stabil dapat ditangani secara selektif tanpa intubasi

endotrakeal atau ventilasi mekanik. Monitoring dengan pulse oximeter, pemeriksaan analisis gas

darah, monitoring EKG dan perlengkapan alat bantu pernafasan diperlukan untuk penanganan

yang optimal. Jika kondisi penderita memburuk dan perlu ditransfer maka harus dilakukan

intubasi dan ventilasi terlebih dahulu.

20

Page 21: Trauma Thorax New

Penatalaksanaan

Tujuan:

Mempertahankan oksigenasi

Mencegah/mengurangi edema

Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan (iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika,

bila perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)

LASERASI PARU

Definisi : Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma tumpul keras yang

disertai fraktur iga.

Gambar 15. Laserasi paru

Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato + pneumotoraks

Penatalaksanaan umum : WSD

Indikasi operasi :

Hematotoraks masif (lihat hematotoraks)

Adanya contiuous buble pada WSD yang menunjukkan adanya robekan paru

Distress pernapasan berat yang dicurigai karena robekan luas

21

Page 22: Trauma Thorax New

Pneumotoraks

Gambar 16. Gambaran Pneumothorax

Definisi : Adanya udara yang terperangkap di rongga pleura.

Pneumotoraks akan meningkatkan tekanan negatif intrapleura sehingga mengganggu

proses pengembangan paru.

Terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks.

Dapat pula terjadi karena perlukaan pleura viseral (barotrauma), atau perlukaan pleura

mediastinal (trauma trakheobronkhial)

22

Page 23: Trauma Thorax New

Diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal.

Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.

Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.

Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya

sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan

pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.

Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami

ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun

pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor.

Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada

pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior

dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja,

maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD

dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi

pengembangan kembali paru-paru.

Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada

penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko

terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest

tube.

Pneumotoraks sederhana dapat menjadi life thereatening tension pneumothorax, terutama

jika awalnya tidak diketahui dan ventilasi dengan tekanan posiif diberikan. Toraks penderita

harus dikompresi sebelum penderita ditransportasi/rujuk.

Diklasifikasikan menjadi tiga : simpel, tension, open

Pneumotoraks Simpel

Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.

Ciri:

Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)

Tidak ada mediastinal shift

PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada ↓

23

Page 24: Trauma Thorax New

Penatalaksanaan: WSD

Pneumothorax terbuka ( Sucking chest wound )

Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan

masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara

luar. Defek atau luka yang besar plada dinding dada yang terbuka menyebabkan pneumotoraks

terbuka. Tekanan di dalam rongga pleura akan segera menjadi sama dengan tekanan atmosfir.

Jika defek pada dinding dada mendekati 2/3 dari diameter trakea maka udara akan cenderung

mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih kecil dibandingkan

dengan trakea.

Akibatnya ventilasi terganggu sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia. Langkah

awal adalah menutup luka dengan kasa stril yang diplester hanya pada 3 sisinya saja. Dengan

penutupan seperti ini diharapkan akan terjadi efek flutter Type Valve dimana saat inspirasi kasa

pnutup akan menutup luka, mencegah kebocoran udara dari dalam.

Saat ekspirasi kasa penutup terbuka untuk menyingkirkan udara keluar. Setelah itu maka

sesegera mungkin dipasang selang dada yang harus berjauhan dari luka primer. Menutup seluruh

sisi luka akan menyebabkan terkumpulnya udara di dalam rongga pleura yang akan

menyebabkan tension pneumothorax kecuali jika selang dada sudah terpasang. Kasa penutup

sementara yang dapat dipergunakan adalah Plastic Wrap atau Petrolotum Gauze, sehingga

penderita dapat dilakukan evaluasi dengan cepat dan dilanjutkan dengan penjahitan luka.

Penatalaksanaan:

1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)

2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka

3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.

4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

24

Page 25: Trauma Thorax New

Pneumotoraks Tension

Merupakan pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama

semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara

dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).

Ciri:

Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru,

mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea  → venous

return ↓ → hipotensi & respiratory distress berat.

Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi,

JVP ↑, asimetris statis & dinamis

Merupakan keadaan life-threatening → tdk perlu Ro

Berkembang ketika terjadi one-way-valve (fenomena ventil), kebocoran udara yang berasal

dari paru-paru atau melalui dinding dada masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar

lagi (one-way-valve). Akibat udara yang masuk ke dalam rongga pleura yang tidak dapat keluar

lagi, maka tekanan di intrapleural akan meninggi, paru-paru menjadi kolaps, mediastinum

terdorong ke sisi berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke jantung (venous

return), serta akan menekan paru kontralateral.

Gambar 17. Gambaran Tension Pneumothorax

25

Page 26: Trauma Thorax New

Penyebab tersering dari tension pneumothorax adalah komplikasi penggunaan ventilasi

mekanik (ventilator) dengan ventilasi tekanan positif pada penderita dengan kerusakan pada

pleura viseral.

Tension pneumothorax dapat timbul sebagai komplikasi dari penumotoraks sederhana akibat

trauma toraks tembus atau tajam dengan perlukaan parenkim paru tanpa robekan atau setelah

salah arah pada pemasangan kateter subklavia atau vnea jugularis interna. Kadangkala defek atau

perlukaan pada dinding dada juga dapat menyebabkan tension pneumothorax, jika salah cara

menutup defek atau luka tersebut dengan pembalut (occhusive dressings) yang kemudian akan

menimbulkan mekanisme flap-valve.

Tension pneumothorax jug adapat terjadi pada fraktur tulang belakang toraks yang

mengalami pergeseran (displaced thoracic spine fractures). Diagnosis tension pneumotorax

ditegakkan berdasarkan gejala klinis, dan tetapi tidak boleh terlambat oleh karena menunggu

konfirmasi radkologi. Tension pneumothorax ditandai dengan gejala nyeri dada, sesak, distres

pernafasan, takikardi, hipotensi, deviasi trakes, hilangnya suara nafas pada satu sisi dan distensi

vena leher. Sianosisi merupakan manifestasi lanjut.

Karena ada kesamaan gejala antara tension pneumothorax dan tamponade jantung maka

sering membingungkan pada awalnya tetapi perkusi yang hipersonor dan hilangnya suara nafas

pada hemitoraks yang terkena pada tension pneumothorax dapat membedakan keduanya.

Tension pneumothorax membutuhkan dekompresi segera dan penanggulangan awal dengan

cepat berupa insersi jarum yang berukuran besar pada sela iga dua garis midclavicular pada

hemitoraks yang mengalami kelainan.

Tindakan ini akan mengubah tension pneumothorax menjadi plneumothoraks sederhana

(catatan : kemungkinan terjadi pneumotoraks yang bertambah akibat tertusuk jarum). Evaluasi

ulang selalu diperlukan. Terapi definitif selalu dibutuhkan dengan pemsangan selang dada (chest

tube) pada sela iga ke 5 (garis putting susu) diantara garis anterior dan midaxilaris.

Penatalaksanaan:

1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)

2. WSD

26

Page 27: Trauma Thorax New

Gambar 18; 19. Dekompresi dan Chest tube

Hemothorax.

Definisi: Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus

pada dada.

Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Perlu

diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien

hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan

yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.

Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah

yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan

depresi pernapasan

  27

Page 28: Trauma Thorax New

Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah

interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.

Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.

Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hemotoraks

akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang

dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,

mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam

memonitor kehilangan darah selanjutnya.

Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap

kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. Walaupun banyak faktor yang berperan

dalam memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status fisiologi dan

volume darah yang keluar dari selang dada merupakan faktor utama.

Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1.500

ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika

membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.

Pemeriksaan

Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil)

Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru

Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks

 

Indikasi Operasi

Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD)

Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam setelah

kejadian trauma.

Perdarahan 3-5 cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut

Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam dalam 2 jam berturut-turut

Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1 jam

28

Page 29: Trauma Thorax New

Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila produksi WSD:

≥ 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut

≥ 300 cc/jam dalam 2 jam berturut-turut

≥ 500 cc dalam ≤ 1 jam

 

Penatalaksanaan

Tujuan:

Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya.

Penanganan hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.

 

Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untuk

menghentikan perdarahan

 

Hemotoraks masif

Yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1.500 cc di dalam rongga pleura. Hal

ini sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh

darah pada hilus paru. Hal ini juga dapat disebabkan trauma tumpul. Kehilangan darah

menyebabkan hipoksia. Vena leher dapat kolaps (flat) akibat adanya hipovolemia berat, tetapi

kadang dapat ditemukan distensi vena leher, jika disertai tension pneumothorax. Jarang terjadi

efek mekanik dari adarah yang terkumpul di intratoraks lalu mendorong mesdiastinum sehingga

menyebabkan distensi dari pembuluh vena leher.

Diagnosis hemotoraks ditegakkan dengan adanya syok yang disertai suara nafas

menghilang dan perkusi pekak pada sisi dada yang mengalami trauma. Terapi awal hemotoraks

masif adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi

rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan

kemudian pmeberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat

dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotransfusi. Bersamaan dengan

pemberian inf us, sebuah selang dada (chest tube) no. 38 French dipasang setinggi puting susu,

anteriordari garis midaksilaris lalu dekompresi rongga pleura selengkapnya.

29

Page 30: Trauma Thorax New

Gambar 20. Hematothoraks

Ketika kita mencurigai hemotoraks masif pertimbangkan untuk melakukan autotransfusi. Jika

pada awalnya sudah keluar 1.500 ml, kemungkinan besar penderita tersebut membutuhkan

torakotomi segera. Beberapa penderita yang pada awalnya darah yang keluar kurang dari 1.500

ml, tetapi pendarahan tetap berlangsung. Ini juga mamebutuhkan torakotomi. Keputusan

torakotomi diambil bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200 cc/jam dalam

waktu 2 sampai 4 jam, tetapi status fisiologi penderita tetap lebih diutamakan. Transfusi darah

diperlukan selama ada indikasi untuk toraktomi.

Selama penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan selang

dada (chest tube) dan kehilangan darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan

pengganti yang akan diberikan. Warna darah (arteri atau vena) bukan merupakan indikator yang

baik untuk dipakai sebagai dasar dilakukannya torakotomi.

Luka tembus toraks di daerah anterior medial dari garis puting susu dan luka di daerah

posterior, medial dari skapula harus disadari oleh dokter bahwa kemungkinan dibutuhkan

torakotomi, oleh karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar, struktur hilus dan jantung

yang potensial menjadi tamponade jantung. Torakotomi harus dilakukan oleh ahli bedah, atau

dokter yang sudah berpengalaman dan sudah mendapat latihan.

Cedera trakea dan Bronkus.

Cedera ini jarang tetapi mungkin disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tembus,

manifestasi klinisnya yaitu yang biasanya timbul dramatis, dengan hemoptisis bermakna,

hemopneumothorax, krepitasi subkutan dan gawat nafas. Empisema mediastinal dan servical

30

Page 31: Trauma Thorax New

dalam atau pneumothorax dengan kebocoran udara masif. Penatalaksanaan yaitu dengan

pemasangan pipa endotrakea ( melalui kontrol endoskop ) di luar cedera untuk kemungkinan

ventilasi dan mencegah aspirasi darah, pada torakostomi diperlukan untuk hemothorax atau

pneumothorax.

B. TRAUMA JANTUNG DAN AORTA.

Tamponade jantung

Sering disebabkan oleh luka tembus. Walaupun demikian, trauma tumpul juga dapat

menyebabkan perikardium terisi darah baik dari jantung, pembuluh darah besar maupun dari

pembuluh darah perikard. Perikard manusia terdiri dari struktur jaringan ikat yang kaku dan

walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul, namun sudah dapat menghambat aktivitas

jantung dan mengganggu pengisian jantung.

31

Page 32: Trauma Thorax New

Gambar 22;23. Gambaran Tamponade Jantung

Mengeluarkan darah atau cairan perikard, sering hanya 15 ml sampai 20 ml, melalui

perikardiosintesis akan segera memperbaiki hemodinamik.

Gambar 24. Perikardiosentesis

32

Page 33: Trauma Thorax New

Diagnosis tamponade jantung tidak mudah. Diagnosistik klasik adalah adanya Trias

Beck yang terdiri dari peningkatan tekanan vena, penurunan tekanan arteri dan suara jantung

menjauh. Penilaian suara jantung menjauh sulit didapatkan bila ruang gawat darurat dalam

keadaan berisi, distensi vena leher tidak ditemukan bila keadaan penderita hipovlemia dan

hipotensi sering disebabkan oleh hipovolemia.

Pulsus paradoxus adalah keadaan fisiologis dimana terjadi penurunan dari tekanan darah

sistolik selama inspirasi spontan. Bila penurunan tersebut lebih dari 10 mmHg, maka ini

merupakan tanda lain terjadinya tamponade jantung. Tetapi tanda pulsus paradoxus tidak selalu

ditemukan, lagi pula sulit mendeteksinya dalam ruang gawat darurat.

Tambahan lagi, jika terdapat tension pneumothorax, terutama sisi kiri, maka akan sangat

mirip dengan tamponade jantung. Tanda Kussmaul (peningkatan tekanan vena pada saat inspirasi

biasa) adalah kelainan paradoksal tekanan vena yang sesungguhnya dan menunjukkan adanya

temponade jantung. PEA pada keadaan tidak ada hipovolemia dan tension pneumothorax

harus dicurigai adanya temponade jantung. Pemasangan CVP dapat membantu diagnosis, tetapi

tekanan yang tinggi dapat ditemukan pda berbagai keadaan lain.

Pemerikksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non invasif yang dapat

membantu penilaian perikardium, tetapi banyak penelitian yang melaporkan angka negatif yang

lebih tinggi yaitu sekitar 50 %. Pada penderita trauma tumpul dengan hemodinamik abnormal

boleh dilakukan pemeriksaan USG abdomen, yang sekaligus dapat mendeteksi cairan di kantung

perikard, dengan syarat tidak menghambat resusitasi (lihat Bab 5, Trauma abdomen, V.F, Studi

diagnostik spesifik pada trauma tumpul).

Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila penderita dengan syok

hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan mungkin ada tamponade jantung.

Tindakan ini menyelamatkan nyawa dan tidak boleh diperlambat untuk mengadakan

pemeriksaan diagnostik tambahan. Metode sederhana untuk mengeluarkan cairan dari perikard

adaah dengan perikardiosintesis.

Kecurigaan yang tinggi adanya tamponade jantung pada penderita yang tidak

memberikan respon terhadap usaha rsusitasi, merupakan indiksi untuk melakukan tindakan

perikardiosintesis melalui metode subksifoid. Tindakan alternatif lain, adalah melakukan operasi

jendela perikad atau torakotomi dengan perikardiotomi oleh seorang ahli bedah.

33

Page 34: Trauma Thorax New

Prosedur ini akan lebih baik dilakukan di ruang operasi jika kondisi penderita

memungkinkan. Walaupun kecurigaan besar besar akan adanya tamponade jantung, pemberian

cairan infus awal masih dapat meningkatkan tekanan vena dan meningkatkan cardiac output

untuk sementara, sambil melakukan persiapan untuk tindakan perikardiosintesis melalui

subksifoid. Pada tindakan ini menggunakan plastic-sheated needle atau insersi dengan teknik

Seldinger merupakan cara paling baik, tetapi dalam keadaan yang lebih gawat, prioritas adalah

aspirasi darah dari kantung perikard. Monitoring Elektrokardiografi dapat menunjukkan

tertusuknya miokard (peningkatan voltase dari gelombang T, ketika jarum perikardiosintesis

menyentuh epikardium) atau terjadinya disritmia

Kontusio Miocard .

Terjadi karena ada pukulan langsung pada sternum dengan diikuti memar jantung dikenal

sebagai kontusio miocard. Manifestasi klinis cedera jantung mungkin bervariasi dari ptekie

epikardial superfisialis sampai kerusakan transmural. Disritmia merupakan temuan yang sering

timbul. Pemeriksaan Jantung yaitu dengan Isoenzim CPK merupakan uji diagnosa yang spesifik,

EKG mungkin memperlihatkan perubahan gelombang T – ST yang non spesifik atau disritmia.

Adapun penatalaksanaan berupa suportif.

Trauma tumpul jantung

Dapat menyebabkan kontusio otot jantung, ruptur atrium atau ventrikel, ataupun kebocoran

katup. Ruptur ruang jantung ditandai dengan tamponade jantung yang harus diwaspadai saat

primary survey. Kadang tanda dan gejala dari tamponade lambat terjadi bila yang ruptur adalah

atrium. Penderita dengan kontusio miokard akan mengeluh rasa tidak nyaman pada dada tetapi

keluhan tersebut juga bisa disebabkan kontusio dinding dada atau fraktur sternum dan/atau

fraktur iga. Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan inspeksi dari miokard yang

mengalami trauma.

Gejala klinis yang penting pada miokard adalah hipotensi, gangguan hantaran yang jelas ada

EKG atau gerakan dinding jantung yang tidak normal pada pemeriksaan ekokardiografi dua

dimensi. Perubahan EKG dapat bervariasi dan kadang menunjukkan suatu infark miokard yang

jelas. Kontraksi ventrikel perematur yang multipel, sinus takikardi yang tak bisa diterangkan,

34

Page 35: Trauma Thorax New

fibrilasi atrium, bundle branch block (biasanya kanan) dan yang paling sering adalah perubahan

segmen ST yang ditemukan pada gambaran EKG.

Elevasi dari tekanan vena sentral yang tidak ada penyebab lain merupakan petunjuk dari

disfungsi ventrikel kanan sekunder akibat kontusio jantung. Juga penting untuk diingat bahwa

kecelakaannya sendiri mungkin dpat disebabkan adanya serangan infak miokard akut.

Penderita kontusio miokard yang terdiagnosis karena adanya kondusksi yang abnormal

mempunyai resiko terjadinya disrtimia akut, dan harus dimonitor 24 jam pertama, karena setelah

interval tersebut resiko disritmia kaan menurun secara bermakna.

III.6 PATOFISIOLOGI

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat mudah

terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan pembuluh darah besar.

Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan

isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk

pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya

berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.

Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang dapat

mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi atau non penetrasi

( tumpul ). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi

keempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme

ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru, kantung dan

struktur thorak lain.

III.7 . GEJALA KLINIS

Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

1. Ada jejas pada thorak

2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi

3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi

4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek

5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

35

Page 36: Trauma Thorax New

6. Penurunan tekanan darah

7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher

8. Bunyi muffle pada jantung

9. Perfusi jaringan tidak adekuat

10. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan

) dapat terjadi dini pada tamponade jantung )

III.8. PENANGANAN

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary

survey - secondary survey). Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif

(berturutan).

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah:

portable x-ray, portable blood examination, portable bronkoskopi. Tidak dibenarkan melakukan

pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk

menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.5

Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau

setelah melakukan prosedur penanganan trauma. Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya

dilakukan oleh tim yang telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life

Support).

Primary Survey

- Airway

Assessment:

º Perhatikan patensi airway

º Dengar suara napas

º Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada.

Management:

º Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust,

hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

36

Page 37: Trauma Thorax New

º Reposisi kepala, pasang collar-neck

º Lakukan krikotirotomi atau trakeostomi atau intubasi (oral/ nasal)

- Breathing

Assessment:

º Periksa frekuensi napas

º Perhatikan gerakan respirasi

º Palpasi toraks

º Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management:

º Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

º Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open

pneumotoraks, hemotoraks, flail chest

º Tutup luka trauma toraks yang terbuka

- Circulation

Assessment

º Periksa frekuensi denyut jantung dan denyut nadi

º Periksa tekanan darah

º Pemeriksaan pulse oxymetri

º Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management

º Stop perdarahan

º Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines besar (14G atau 16G)

º Torakotomi emergency bila diperlukan

º Operasi Eksplorasi vaskular emergency

- Disability

Dilakukan juga penilaian terhadap GCS (Glasgow Coma Scale), untuk menentukan

fungsi neurologis yang berguna untuk triage dan penentuan prognosis. Evaluasi

neurologis perlu dilakukan, perubahan status mental pasien dapat disebabkan hipoksia,

hiperkarbia, hipovolemi, atau merupakan tanda awal dari peningkatan tekanan intra

37

Page 38: Trauma Thorax New

kranial, oleh karena itu segera lakukan reevaluasi pada ABC dan pertimbangkan adanya

cedera pada sistem saraf pusat.

Selain menggunakan GCS, pemeriksaan neurologis dapat dengan cepat dinilai

menggunakan AVPU (Awake, Verbal Response, Pain Response, Unresponsive).17

- Exposure

Buka pakaian pasien untuk mencari cedera. Selain itu harus menjaga suhu tubuh pasien.

Monitoring

- Saturasi oksigen

Dengan menggunaka oksimeter, saturasi oksigen hemoglobin arteri dipantau secara

kontinyu dan non-invasif. Pemantauan saturasi oksigen harus dilakukan pada semua

pasien resusitasi.

- End-tidal carbon dioxide (ETCO2)

Untuk semua pasien trauma yang diintubasi. ETCO2 juga dapat digunakan untuk

memperkirakan level PaCO2, yang mana penting untuk pasien-pasien dengan ventilator

dan tanda vital pasien dengan cedera kepala.

Secondary Survey 18

Lebih terperinci-dari kepala sampai ujung kaki-dan dilakukan pemeriksaan secara

lengkap, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang, dengan tujuan untuk

mencari cedera dan merencanakan pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

- Pemeriksaan Fisik

º Inspeksi

o Menentukan laju pernapasan dan kedalaman pernafasan

o Melihat dinding dada: asimetri? Gerakan paradoks dinding dada

o Luka memar, jejas seatbelt, jejas stir, luka tusuk, dll

º Palpasi

o Deviasi trakea

o Gerakan dinding dada: adekuat dan simetris

38

Page 39: Trauma Thorax New

o Nyeri tekan atau krepitasi pada dinding dada atau iga mengindikasikan fraktur

iga

o Emfisema subkutis: ada atau tidak

º Perkusi

o Dengarkan suara perkusi: sonor di kedua paru? Pekak? Hipersonor?

º Auskultasi

o Bunyi suara napas normal, keras kiri dan kanan sama. Terutama di apex,

axilla dan punggung.

III.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)

2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3. Hemoglobin : mungkin menurun.

4. Pa Co2 kadang-kadang menurun.

5. Pa O2 normal / menurun.

6. Saturasi O2 menurun (biasanya).

7. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.

8. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik,

observasi.

9. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura

dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.

10. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan

thorakotomi

11. Pada hematotoraks yang massive (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc

segera thorakotomi.

12. CT scan

39

Page 40: Trauma Thorax New

III.10 . KOMPLIKASI

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep

jantung.

4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5. Esofagus : mediastinitis.

6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,

1990).

III.11 THERAPI

Chest tube / drainase udara (pneumothorax).

WSD (hematotoraks).

Pungsi.

Torakotomi.

Pemberian oksigen.

Antibiotika.

Analgetika.

Expectorant.

III.12 Water Sealed Drainage

1. Bullow Drainage / WSD

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

a. Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat

ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam

shock.

b. Terapi :

40

Page 41: Trauma Thorax New

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.

Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat

kembali seperti yang seharusnya.

c. Preventive :

Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga

"mechanis of breathing" tetap baik.

2. Perawatan WSD dan pedoman latihannya :

a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari

sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya

slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat

akan diberi analgetik oleh dokter.

c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

Penetapan slang.

Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak

terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian

masuknya slang dapat dikurangi.

Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil

dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan

perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh

bantal di bawah lengan atas yang cedera.

d. Mendorong berkembangnya paru-paru.

Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.

Latihan napas dalam.

Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk

waktu slang diklem.

Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

41

Page 42: Trauma Thorax New

e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika

perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.

Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara

bersamaan keadaan pernapasan.

f. Suction harus berjalan efektif :

Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2

jam selama 24 jam setelah operasi.

Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna

muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika

suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2

terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di

cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang

bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena

perlekatanan di dinding paru-paru.

g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.

o Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang

keluar kalau ada dicatat.

o Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya

gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

o Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu

meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.

o Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan

slang harus tetap steril.

o Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,

dengan memakai sarung tangan.

o Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,

misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.

h. Dinyatakan berhasil, bila :

42

Page 43: Trauma Thorax New

o Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.

o Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.

o Tidak ada pus dari selang WSD.

Gambar 25. Cara Pemasangan WSD

43

Page 44: Trauma Thorax New

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Trauma toraks mencakup area anatomis leher dan toraks serta dapat menyebabkan

kelainan pada sistem respirasi, sistem sirkulasi, dan sistem pencernaan. Menurut salah

satu buku rujukan disebutkan angka mortalitas pada trauma toraks mencapai 10%. Akan

tetapi kematian akibat trauma toraks merupakan 1/4 jumlah kematian total akibat kasus-

kasus trauma.

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary

survey - secondary survey) .

Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan)

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah :

portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope.

Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang

emergency.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk

menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan

nyawa.

Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau

setelah melakukan prosedur penanganan trauma.

Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah memiliki

sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support).

Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing, circulation)

merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular.

sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma unit/center memiliki konsultan bedah toraks

kardiovaskular.

44

Page 45: Trauma Thorax New

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

2. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

3. Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

4. Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi 2.

Binarupa Aksara : Jakarta.

5. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth

Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.

6. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :

Jakarta.

7. www.iwansain.wordpress.com

8. Himpunan Bedah Thorax Kardio Vaskular Indoesia, www.tkv.com

9. Trauma Thorax, www.dokterfoto.com

10. Menuju Indonesia Sehat, Trauma Thorax, www.klikdokter.com

11. Trauma Thorax, www.shvoog.com

12. Seputar Kedokteran dan Linux, Trauma Thorax, www.medlinux.blogspot.com

13. SoedjatmikoH, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_TraumaToraks.pdf.

45

Page 46: Trauma Thorax New

46