74
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa negara, masalah diare sering berlaku pada sesetengah kelompok mahasiswa yang melanjutkan pelajaran di luar dari tempat asalnya. Kebanyakan individu mengalami kepayahan dalam beradaptasi terhadap jenis makanan yang baru dan berbeda dengan yang secara rutinnya dimakan di negara asal sehingga menimbulkan diare. Angka kejadian diare di dunia sangat tinggi dan ini tidak hanya terbatas pada negara dunia ketiga sahaja. Menurut data dari World Health Organization (2007), di Amerika Serikat sendiri terdapat 76 juta kasus diare dan memakan korban sekitar 5000 orang setiap tahun. Di Indonesia, kejadian diare ini turut berlaku pada mahasiswa asal Malaysia yang melanjutkan pelajaran di negara ini. Dari pengalaman penulis, onset dari keadaan diare ini selalunya berlaku dalam 3 bulan pertama perubahan budaya makan mahasiswa itu sendiri dan berlanjut terus sehingga tiba suatu saat di mana saluran cerna sudah dapat beradaptasi dengan jenis makanan baru yang dimakan. Akan tetapi, menurut pengamatan penulis, terdapat banyak kejadian

travellers diarrhea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

travellers diarrhea

Citation preview

Page 1: travellers diarrhea

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di beberapa negara, masalah diare sering berlaku pada sesetengah kelompok

mahasiswa yang melanjutkan pelajaran di luar dari tempat asalnya.

Kebanyakan individu mengalami kepayahan dalam beradaptasi terhadap jenis

makanan yang baru dan berbeda dengan yang secara rutinnya dimakan di

negara asal sehingga menimbulkan diare.

Angka kejadian diare di dunia sangat tinggi dan ini tidak hanya terbatas

pada negara dunia ketiga sahaja. Menurut data dari World Health

Organization (2007), di Amerika Serikat sendiri terdapat 76 juta kasus diare

dan memakan korban sekitar 5000 orang setiap tahun.

Di Indonesia, kejadian diare ini turut berlaku pada mahasiswa asal

Malaysia yang melanjutkan pelajaran di negara ini. Dari pengalaman penulis,

onset dari keadaan diare ini selalunya berlaku dalam 3 bulan pertama

perubahan budaya makan mahasiswa itu sendiri dan berlanjut terus sehingga

tiba suatu saat di mana saluran cerna sudah dapat beradaptasi dengan jenis

makanan baru yang dimakan. Akan tetapi, menurut pengamatan penulis,

terdapat banyak kejadian di mana mahasiswa itu masih mengalami diare

walaupun setelah berada di Indonesia lebih dari 6 bulan.

Secara umumnya, kejadian diare yang berlaku apabila seseorang itu berada

di luar negara asalnya disebut sebagai Travellers’ Diarrhoea. Travellers’

Diarrhoea ini sering terjadi akibat kurangnya sanitasi yang bersih dengan

penyebab paling utama adalah infeksi enterotoxin-forming Escherichia coli

bacteria, ETEC. Kejadian ini sering terjadi apabila seseorang itu tidak

mengambil langkah-langkah penjagaan dalam mengkonsumsi bahan makanan

atau minuman. Namun begitu, gejala diare yang disebabkan oleh Travellers’

Diarrhoea ini bersifat self-limiting di mana gejala akan menghilang dalam

seminggu setelah ia muncul (Easmon, 2005).

Page 2: travellers diarrhea

2

Persoalan menarik yang dapat dibangkitkan dengan kejadian diare di

Indonesia adalah hal ini tidak hanya terbatas kepada warga asing yang

melawat negara ini, melainkan turut melibatkan warga Indonesia sendiri.

Selain itu, karena faktor geografis yang hampir sama, letak kedua negara yang

hanya bersebelahan serta perbedaan jenis makanan yang sangat tipis antara

Indonesia dan Malaysia turut menjadikan tanda tanya mengapa hal ini bisa

terjadi.

Dengan penelitian ini, kita dapat meneliti faktor-faktor penyebab

terjadinya diare di kalangan mahasiswa asing dan juga mahasiswa asal

Indonesia dengan lebih mendalam lagi dan tidak hanya mengklasifikasikan

dengan istilan Travellers’ Diarrhoea.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian analitik

kejadian diare di kalangan mahasiswa yang berada di Medan yaitu meneliti

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare itu sendiri sesuai dengan

kondisi lingkungan dan juga diri mahasiswa.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Meneliti faktor yang mempengaruhi terjadinya diare di kalangan

mahasiswa di Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus.

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mencari tahu faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada

mahasiswa warga negara asing (WNA) dan juga pada warga negara

Indonesia (WNI).

2. Mencari tahu faktor-faktor ekstrinsik seperti pola makanan, jenis

makanan, aktivitas sehari-hari, faktor sosio-ekonomi dan faktor-

faktor intrinsik seperti kadar stress yang dihadapi mahasiswa,

Page 3: travellers diarrhea

3

jumlah jam tidur mahasiswa dan lain-lain yang bisa menyebabkan

diare pada mahasiswa.

3. Mencari tahu keberadaan Travellers’ Diarrhoea yang terjadi pada

mahasiswa asing di Medan.

4. Mencari tahu penanganan khusus yang sesuai dengan kondisi

lingkungan kita.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memberikan informasi tambahan bagi penatalaksanaan masalah diare

sesuai dengan kondisi individu dan negara.

2. Menyediakan informasi dan masukan dalam mengubah cara hidup

individu supaya masalah ini tidak berulang.

3. Meningkatkan taraf kehidupan masyarakat seiring dengan

produktivitas negara yang tidak lagi terganggu dengan masalah

diare.

Page 4: travellers diarrhea

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

Diare adalah suatu masalah global yang sering kali berasal dari pemakanan.

Menurut data dari World Health Organization, WHO (2007), pada tahun 2005

sebanyak 1,8 juta dari penduduk di dunia meninggal akibat diare.

2.1.1 Definisi Diare

Diare didefinisikan dengan kondisini dimana terjadi frekuensi defekasi

yang abnormal yakni lebih dari 3 kali perhari, serta perubahan dalam isi

(lebih dari 200 gram/ hari) dengan konsistensi feces cair. Hal ini biasanya

dihubungkan dengan ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau

kombinasi dengan faktor-faktor ini. Adanya perubahan yang menyebabkan

perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukusal, atau motilitas dapat

menimbulkan diare (Soebagyo, 2008).

2.1.2 Penyebab Diare

Terdapat banyak penyebab diare yang bisa diklasifikasikan berdasarkan

simptom yang dikeluhkan oleh pasien dan durasi diare itu sendiri. Namun

begitu, menurut Brunner dan Suddarth (2001) secara umumnya, diare

dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti pengganti hormon

tiroid, obat pelunak feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi maupun

antasida. Selain itu juga dapat disebabkan oleh gangguan metabolik dan

endokrin seperti keracunan makanan dan disentri. Proses penyakit lain

yang dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi yang

menyebabkan malabsorbsi seperti sindroma usus peka, colitis, ulseratif

dan enteritis regional. Selain itu, penyakit seperti deficit spinkter anal,

Zollinger-Ellison Syndrome, paralitik ileus dan obstruksi usus juga dapat

menyebabkan diare.

Page 5: travellers diarrhea

5

Menurut Daldiyono (1997) pula, diare dapat dikelompokan ke

dalam 6 kelompok besar, namun penyebab yang paling sering adalah

akibat infeksi bakteri, virus, protozoa, maupun parasit. Penyebab lain

diataranya adalah alergi, malabsorbsi, keracunan, defisiensi imunitas. Tipe

dasar diare karena infeksi adalah non inflamatori dan inflamatori.

Diare secara umumnya terjadi apabila cairan dari makanan kita

tidak bisa diserap oleh usus besar. Dalam proses digestasi, makanan yang

kita konsumsi akan tercampur dengan cairan untuk memudahkan proses

pencernaan. Secara normal, makanan yang dicerna akan diserap oleh usus

kecil dan meninggalkan kotoran yang tercampur dengan cairan untuk

diserap oleh usus besar. Usus besar akan menyerap cairan, dan

meninggalkan material lain sebagai kotoran yang setengah padat yang

seterusnya menjadi feses.

Apabila usus besar mengalami inflamasi, penyerapan cairan tidak

berlaku dan hasilnya, air akan turut mengikuti feses keluar hingga

mengakibatkan feses berair. Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi

dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat

menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses

penyerapan makanan di usus halus.

Bagi infeksi dari mikroorganisme, mikroorganisme ini akan

mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya

makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan

yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding

usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat

singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang

menyebabkan tinja berair pada diare.

Page 6: travellers diarrhea

6

2.1.3 Gejala Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi

3 kali atau lebih dalam sehari, yang biasanya disertai denga rasa

ketidaknyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dengan faktor-

faktor ini (Brunner dan Sudarth, 2001).

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang

disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan

diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau

kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut,

serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau

kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang

menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Brunner dan

Suddarth, 2001).

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya

natrium dan kalium), sehingga pada bayi, bayi menjadi rewel atau terjadi

gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai

oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan

bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput Dehidrasi berat

bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

2.1.4 Uji Klinis Diare

Bagi orang-orang yang sehat tetapi mengalami diare dan tidak

menunjukkan gejala-gejala yang lain, pihak rumah sakit bisa mengambil

tindakan untuk tidak melakukan ujian lanjutan sama sekali. Kultur feses

tidak diwajibkan melainkan jika diare disertai dengan demam yang tinggi,

darah pada feses, atau penyakit yang sudah lama dideritainya.

Pada sebagian kasus, pihak rumah sakit akan mengirim sampel

feses ke bagian laboratorium untuk melihat jika penyebab dari diare yang

dideritai pasien dapat dijumpai. Ini memakan waktu sekitar 1 hingga 2 hari

untuk mendapatkan hasil dari ujian laboratorium tersebut.

Page 7: travellers diarrhea

7

Tes darah diperlukan kadang kala bagi mereka yang menghidapi

masalah medis yang lain atau yang menghidapi penyakit kronis.

Page 8: travellers diarrhea

8

2.2 Travellers’ Diarrhoea

Menurut Easmon (2005), Travellers’ Diarrhoea (TD) adalah suatu

penyakit yang yang sangat sering terjadi pada orang yang berlibur di tempat

dengan kondisi makan maupun taraf hidup yang berbeda. TD didefenisikan

sebagai pembuangan air besar yang bersifat cair sekurang-kurangnya 3 kali

dalam suatu tempoh 24 jam dan disertai dengan sakit di bagian abdominal,

pusing dan mual. Secara umum, Escherichia coli adalah penyebab paling

sering penyakit TD ini.

Wilderness Diarrhoea (WD) pula adalah kejadian di mana orang-orang

yang sering bercuti ke daerah hutan-hutan atau perkampungan tetapi tetap di

negara mereka sendiri menghidap diare dengan gejala yang mirip dengan TD.

Setiap tahun, sekitar 30% dari warga dunia yang bercuti ke negara lain (sekitar

10 juta kasus) mengalami diare (Farthing, 2001).

2.2.1 Gejala Travellers’ Diarrhoea

Kebanyakan kasus dari TD terjadi secara tiba-tiba. Penyakit ini secara

umumnya akan menyebabkan peningkatan frekuensi, volume dan berat

dari feses. Perubahan konsistensi feses juga sering terjadi. Biasanya,

pasien yang menghidapi TD ini akan mengalami sekitar 4 hingga 5 kali

pembuangan feses yang bersifat encer per hari. Ini disertai dengan gejala-

gejala lain seperti pusing, muntah, nyeri di bagian abdominal, demam dan

juga malaise (Easmon, 2005).

2.2.2 Penyebab Travellers’ Diarrhoea

Penyebab TD yang paling utama adalah agen-agen infeksi. Enteropatogen

bakteri menyebabkan lebih dari 80% dari kasus TD. Agen kausatif yang

paling sering menyebabkan TD ini di negara-negara membangun adalah

Escherichia coli. Escherichia coli menyebabkan diare yang bersifat encer

dan disertai dengan nyeri di bagian abdominal dan terkadang

menyebabkan demam. Berikut adalah daftar penyebab dari kejadian diare

yang sering terjadi pada warga yang berlibur di luar negara.

Page 9: travellers diarrhea

9

Tabel 2.1 Mikroorganisme Penyebab Travellers’ Diarrhoea dan Contoh

Makanan Yang Sering Terkait (Dikutip dari Travel Doctor.)

Mikroorganisme Medium Makanan Simptom Umum

Makanan Minuman

Tiada Ya Tidak Makanan

pedas, diet

makanan

baru

Mual muntah, diare

sedang yang

bertahan selama 24-

48 jam dan bersifat

self-limiting.

Bakteri

Bacillus cereus Ya Tidak Nasi dan

daging yang

telah

dimasak,

sayuran

1-5 jam muntah

yang predominan

diikuti dengan 8-16

jam diare

predominan.

Campylobacter Ya Ya Susu

mentah,

produk susu

Nyeri abdominal,

diare disertai darah,

malaise tetapi

muntah tidaksering.

Inkubasi antara 2-5

hari dan maksimak

11 hari.

Cholera Ya Ya Kerang, air

kotor

Menginfeksi melalui

minuman dan

makanan, onset

adalah tiba-tiba dan

sulit untuk

dibedakan dengan

yang lain. Penderita

sering muntah dan

Page 10: travellers diarrhea

10

mulai membaik

seiring pasien

mengkonsumsi

minuman.

Penggunaan

antibiotik per-oral

mengurangi durasi

infeksi.

Clostridia Ya Tidak Ikan,

daging,

sayuran,

madu

Diare dengan nyeri

abdominal, tetapi

jarang disertai

dengan muntah.

Waktu inkubasi

selama 12-18 jam.

Infeksi dengan Cl.

Botulinum bisa

berakibat fatal.

Escherichia coli Ya Ya Salada,

sayur

mentah,

susu, keju,

daging yang

tidak cukup

masak

Bakteri ini

memperbanyak diri

di dalam usus kecil

dan menghasilkan

toksin yang

menunjukkan

symptom lain

termasuk defekasi

yang lebih cair.

Kondisi ini bersifat

self limiting dengan

durasi sekitar 48

jam.

Listeria Ya Ya Keju, susu Diare dan nyeri

Page 11: travellers diarrhea

11

mentah,

sayuran

mentah

abdominal sering

diikuti dengan

konjunktivitis dan

nyeri di

tenggorokan. Pada

kasus yang kronis

kadang kala

septicaemia bisa

berkembang.

Bersifat berbahaya

pada wanita hamil.

Salmonella (non

typhoid)

Ya Ya Produk susu,

salada,

sayuran,

telur,

daging,

kerang

Diare yang

mengandung mucus,

nyeri abdominal,

muntah dan demam

yang kurang daari

seminggu. Waktu

inkubasi sekitar 12-

36 jam.

Shigella Ya Ya Kentang,

telur

Sejenis disentri dan

bertanggung jawab

kepada 15% dari

kasus TD. Suatu

fase demam dengan

keluhan feses yang

encer sehingga

keluhan defekasi

yang encer tetapi

sering disertai darah

dan mukus.

Staphylococcus Ya Tidak Daging Pusing, mual,

Page 12: travellers diarrhea

12

aureus salai, produk

tenusu,

salada, telur,

keju, krim

dan eskrim

muntah, nyeri

abdominal,

dehidrasi, suhu

tubuh menurun dan

kadang-kala diare.

Waktu inkubasi

sekitar 2-7 jam.

Thyphoid Ya Ya Air

terkontamin

asi, kerang,

susu

terkontamin

asi, produk

susu,

sayuran

mentah

Simptom mulai

menunjuk selepas 7

hari yaitu termasuk

sakit kepala,

demam, nyeri

abdominal,

konstipasi dan diare.

Bersifat fatal jika

tidak ditangani.

Vibrio

parahaemolyticus

Ya Ya Kerang

mentah

Nyeri abdominal,

diare, mual, muntah,

demam dan sakit

kepala. Waktu

inkubasi sekitar 12-

24 jam.

Virus

Hepatitis A Ya Ya Air minum,

kerang,

buah-buahan

dan sayuran

mentah.

Virus ini

menginfeksi melalui

air minum. Simptom

utama adalah seperti

symptom flu yaitu

kehilangan selera

makan, mual,

muntah, nyeri

Page 13: travellers diarrhea

13

abdominal dan

diikuti dengan

ikterus. Diare

berkemungkinan ada

maupun tiada.

Hepatitis A jarang

berkembang

menjadi kronis.

Rotavirus Ya Ya Tiada

informasi

Diare yang kronis

bisa disebabkan oleh

invasi dinding perut

oleh virus yang

memusnahkan

kebolehan menyerap

cairan dan

mengurangkan

kadar enzim

pencernaan.

Norovirus

(Norwhalk)

Ya Ya Tiada

informasi

Virus ini masih

belum dipahami

dengan mendalam

lagi membuatkan ia

sangat sulit

ditangani. Infeksi

bersifat menular dan

menghasilkan

imunitas yang tidak

bertahan. Virus ini

menyebabkan diare

akut dan muntah

yang dapat tertular

Page 14: travellers diarrhea

14

melalui kontak

langsung dan juga

tetesan. Biasanya,

infeksi terjadi

selama 24-48 jam

dah jarang bersifat

serius. Virus ini

sangat sering terjadi

pada tempat

terisolasi seperti di

atas kapal layar di

mana ia sangat cepat

tertular antara

penumpang dan

awak kapal.

Protozoa

Cryptosporidium

spp.

Ya Ya Susu

mentah,

sosis

mentah.

Berasal dari

keluarga parasit

malaria, organisme

menginvasi dinding

perut dan

menyebabkan

keluarnya cairan

yang bisa mencapai

durasi 10 hari

maupun lebih.

Pengobatan adalah

terapi rehidrasi dan

organisme turut

resisten terhadap

disinfeksi kimia,

Page 15: travellers diarrhea

15

termasuk iodin.

Entamoeba

histolytica

Ya Ya Buah-

buahan,

sayur-

sayuran.

Onset diare bersifat

gradual dan tiada

demam untuk

membedakan ia dari

disentri bakteri.

Diare mengandung

darah dan mukus.

Giardia lamblia Ya Ya Buah-

buahan,

sayur-

sayuran.

Diare terjadi setelah

suatu fase kronis

defekasi bersifat

besar dan sangat

busuk yang bisa

bertahan selama

beberapa bulan.

2.2.3 Faktor Resiko Travellers’ Diarrhoea

Penyebab primer dari infeksi adalah ingestasi dari air atau makanan yang

telah terkontaminasi dengan feses. Negara-negara membangun memiliki

persentase yang lebih tinggi terutama Amerika Latin, Afrika, Timur

Tengah dan Asia.

Menurut WHO dan Centers For Disease Control and Prevention,

CDC (2006), yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami TD adalah

remaja dan dewasa muda (dalam rentang usia 20-25 tahun), penderita

imunosupresan, pesakit diabetes, dan orang yang sedang mengambil obat

H-2 Blockers atau antasid. Tidak ada perbedaan dalam faktor gender.

2.2.4 Pencegahan Travellers’ Diarrhoea

Page 16: travellers diarrhea

16

TD paling sering terjadi akibat adanya kontak langsung dari route fecal-

oral. Oleh karena itu, penjagaan makanan adalah faktor penting dalam

mencegah terjadinya TD.

Menurut CDC (2007), secara umum, apabila seseorang berkunjung

ke suatu tempat yang baru, haruslah diingatkan bahwa pemilihan makanan

yang bersih dan aman itu penting. Semua makanan yang tidak cukup

masak atau mentah mempunyai derajat kontaminasi yang sangat tinggi.

Terutamanya di tempat-tempat di mana kebersihan dan sanitasi sangatlah

tidak mencukupi, setiap orang yang mengunjungi tempat itu seharusnya

dinasehati supaya tidak mengkonsumsi sayur-sayuran yang sering

dimakan mentah seperti salada, susu yang tidak menggunakan tehnik

pempasteuran, produk tenusu lainnya seperti keju dan makan makanan

yang sudah benar-benar dimasak dan masih hangat. Jika ingin memakan

buah-buahan, pastikan buah-buahan itu sudah benar-benar dicuci dengan

air yang bersih dan kulitnya dikupas sendiri. Makanan yang telah dimasak

sekalipun, jika dibiarkan di tempat terbuka selama beberapa jam dengan

suhu ruangan yang normal bisa menjadi tempat perkembangan bakteri dan

sekaligus menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi lagi.

Tehnik pencucian tangan sebelum makan juga penting dimana

pencucian tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dengan

kandungan alkohol lebih dari 60%. Ini harus dilakukan setiap kali ke

kamar mandi, menukar lampin anak atau setelah kontak langsung dengan

anak-anak kecil, hewan peliharaan ataupun feses secara langsung.

Aktivitas renang yang terkawal turut memainkan peran penting

dalam pencegahan TD. Terdapat banyak kasus yang mengatakan adanya

hubungkait antara renang di laut, danau, sungai, maupun di kolam renang

dengan terjadinya diare terutama jika kepala perenang turut masuk dalam

air. Air tersebut bisa terkontaminasi oleh perenang lainnya dan juga dari

bahan buangan sampah, bahan buangan dari hewan dan kotoran lainnya.

Secara umum, bagi yang ingin berenang di tempat yang tidak

terjamin kebersihannya, haruslah dilihat terlebih dahulu jika pantai atau

Page 17: travellers diarrhea

17

kawasan renang itu telah terkontaminasi oleh buangan hewan maupun

manusia. Seterusnya, elak dari berenang berdekatan dengan sistem

perparitan.

Selain itu, berenang selepas hujan yang lebat turut meningkatkan

resiko untuk terinfeksi dengan mikroorganisme yang bisa menyebabkan

diare. Cara pencegahan apabila berenang adalah dengan menggunakan

‘nose plugs’ apabila melakukan aktivitas berenang. Ini dapat

mengurangkan resiko patogen untuk masuk ke rongga hidung untuk

menyebabkan infeksi. Berenang di kawasan kolam renang dengan air yang

telah melalui proses netralisasi dengan klorin bisa dianggap aman selagi

pH airnya dalam batas normal. Akan tetapi, ada beberapa organisme yang

sedikit resisten terhadap klorin seperti Giardia, hepatitis A, norovirus dan

yang sangat resisten terhadap klorin seperti Cryptosporidium banyak

dijumpai di kawasan kolam renang dengan air yang diklorinkan. Oleh itu,

para perenang harus hati-hati dan tidak menelan air di kolam renang itu

(Cartwright, 2003).

Cairan yang diminum juga harus dilihat dan diawasi tingkat

keamananya. Di kawasan yang terdapat banyak kasus diare, konsumsi es

pada hidangan harus turut diawasi. Ini karena, es yang telah cair akan

mengaktivasikan bakteri bersifat patogen tersebut yang sebelumnya tidak

aktif. Oleh karena itu, aktivitas rutin seperti menyikat gigi harus juga

diawasi dan sebisa mungkin, tidak menggunakan air biasa melainkan air

yang telah dijamin kebersihannya. Selain mengkonsumsi air dari botol,

memasak air adalah cara paling efektif dan tidak menguras kantong untuk

memastikan air yang dikonsumsi itu aman. Ini dilakukan dengan cara

membiarkan air tersebut masak dan berbuih selama kurang lebih 1 menit,

dan kemudian membiarkan suhunya turun ke suhu kamar tanpa

menggunakan es (Cartwright, 2003).

2.3 Stress

Page 18: travellers diarrhea

18

Apabila kita berbicara tentang stress, biasanya pembicaraan itu berawal dari

suatu keadaan atau situasi yang sulit untuk dihadapi sementara tuntutan untuk

keberhasilan dalam menghadapi situasi tersebut sangat tinggi sehingga

menyebabkan ketegangan dan perasaan tidak nyaman. Kita dapat memahami

arti kata stress tersebut karena pernah mengalami pengalaman pribadi yang

serupa dan berdampak sama. Karena pengalaman tersebut sifatnya sangat

umum, mungkin diharapkan bahwa konsep mengenai stress itu sendiri dapat

diuraikan secara sederhana. Tetapi pada kenyataannya tidak.

Stress psikologis telah dikonsepkan dalam 3 cara (Baum, 1990; Coyne &

Holroyd, 1982; Hobfoll, 1989) yaitu:

1. Konsep yang fokusnya pada lingkungan, mendeskripsikan stress

sebagai stimulus, dimana referensi sumber atau penyebab

ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkaian peristiwa yang

terjadi. Contohnya seperti yang banyak dialami dalam pekerjaan

yang tingkat stressnya tinggi. Kejadian atau keadaan yang direspon

sebagai ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri kita,

sehingga menimbulkan perasaan tegang, disebut stressors.

2. Pendekatan yang memperlakukan stress sebagai suatu respon yang

terfokus pada reaksi seseorang terhadap stressors. Contohnya

adalah ketika seseorang menggunakan kata stress untuk

menjelaskan tingkat ketegangan dalam dirinya. Respon tersebut

mempunyai 2 komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen

psikologis yang melibatkan perilaku, pola pikir, dan emosi, dan

komponen fisiologis yang melibatkan peningkatan rangsangan

tubuh seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat, dan lain

sebagainya. Respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap

stressor disebut strain.

3. Pendekatan yang mendeskripsikan stress sebagai sebuah proses

yang melibatkan stressors dan strains, ditambah dengan sebuah

bentuk hubungan yang penting yaitu hubungan antara seseorang

dan lingkungannya (Cox, 1978; Lazarus & Folkman, 1984). Proses

Page 19: travellers diarrhea

19

ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan

yang disebut transaksi, antara seseorang dan lingkungannya,

dimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Contohnya,

seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan terlambat untuk

suatu pesta terus melihat jamnya, terus membunyikan klakson

mobilnya, dan menjadi semakin marah setiap menitnya.

2.3.1 Definisi Stress

Menurut Colman dan Andrew (2001), stress bermaksud tekanan secara

psikologis maupun fisikal yang dihasilkan dari kejadian fisikal, emosi,

sosial, maupun ekonomik yang sulit diatasi. Stress sejak dahulu sering

dikaitkan dengan kejadian diare.

Walaupun patofisiologi bagaimana kejadian stress ini terjadi belum

ditentukan secara pasti, akan tetapi kejadian ini telah lama diteliti dengan

kasus diare akibat stress yang turut mengekskresi 4-hydroxy-3-methoxy

mandelic acid (J.T. Wright dan A.K. Das, 1969).

2.3.2 Kaitan Stress dan Diare

Diare yang disebabkan oleh stress disebut sebagai Performance Anxiety

Diarrohea (PAD) atau Nervous Diarrhoea. Ini adalah tipe diare yang akan

muncul apabila seseorang itu terpaksa melalui suatu fase di mana

memerlukan konsentrasi yang tinggi dari seseorang itu yang bisa

menimbulkan stress.

Page 20: travellers diarrhea

20

2.3.3 Penyebab Performance Anxiety Diarrhoea

Diare terjadi apabila sesuatu mengganggu keseimbangan sistem

pencernaan kita. Kaitan antara kejadian-kejadian di dunia nyata dan

simptom-simptom gastrointestinal telah lama diterima. Penelitian modern

pada saat ini berfokus kepada kepentingan hubungan antara kejadian yang

berlaku sehari-hari yang mempengaruhi sistem saraf pusat kita, dan

bagaimana faktor ini member efek kepada fungsi sistem pencernaan

melalui enteric nervous system yang telah terspesialisasi di usus kecil.

Page 21: travellers diarrhea

21

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka konsep penyebab diare dengan kejadian diare pada

mahasiswa.

3.1.1 Variabel Independen

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya

diare pada mahasiswa di negara ini. Faktor-faktor di sini termasuk faktor

ekstrinsik yaitu faktor lingkungan, pola makanan, jenis makanan, riwayat

Faktor Ekstrinsik:

Lingkungan

Pola makan

Jenis makanan

Riwayat infeksi

Sosio-ekonomi

Sanitasi makanan

Kebersihan diri Kejadian diare pada

mahasiswa.Faktor Intrinsik (Stress):

i. Pola tidur

ii. Pola belajar

iii. Faktor keluarga

Page 22: travellers diarrhea

22

infeksi, sosio-ekonomi, sanitasi makanan, kebersihan diri maupun faktor

genetik. Selain itu, terdapat juga faktor intrinsik yang menggambarkan

tahap stress yang dilalui oleh mahasiswa itu seperti pola tidur, pola belajar

maupun faktor keluarga.

3.1.2 Variabel Dependen

Hasil dari penelitian ini akan memberi kita jawaban terhadap faktor yang

sebenarnya mempengaruhi kejadian diare pada mahasiswa.

3.2 Defenisi Operasional

Skala pengukuran dalam penelitian digunakan untuk mengukur perilaku dan

riwayat hidup responden yang meliputi tempat tinggal, riwayat penyakit

terdahulu, pola makan dan keadaan sosio-ekonomi di mana variabel pengukur

akan dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai yang

diberikan kepada setiap pertanyaan.

1. Tempat tinggal

Pengukuran tempat tinggal responden didasarkan pada tempat

tinggal sebelum responden datang ke Medan dan pada saat ini.

Tempat tinggal yang dijawab oleh responden akan dianalisa untuk

dinilai keadaan sosio ekonomi dan juga kebersihan lingkunannya.

2. Riwayat penyakit

Pengukuran riwayat penyakit responden didasarkan pada jenis-

jenis penyakit yang dapat menimbulkan gejala diare pada saat

responden baru datang ke Medan dan pada saat ini, sehingga

kelainan diare akibat penyakit terdahulu dapat dieliminasi.

3. Pola makan

Pengukuran pola makan responden didasarkan pada pola makan

responden pada saat responden baru datang ke Medan dan pada

saat ini dan dianalisa untuk menilai hubungannya dengan kejadian

diare.

Page 23: travellers diarrhea

23

4. Uang untuk makanan

Pengukuran uang untuk makanan yang disisain oleh responden

setiap hari didasarkan pada saat responden baru datang ke Medan

dan pada saat ini untuk dianalisa dan dinilai kualitas makanan yang

dikonsumsi responden sehari-hari.

5. Stress

Pengukuran tahap stress oleh responden didasarkan pada saat

responden baru datang ke Medan dan pada saat ini untuk dianalisa

dan dinilai hubungan antara stress dengan kejadian diare.

3.3 Hipotesa

Hipotesa yang ingin dibuktikan pada penelitian ini adalah terdapat faktor-

faktor ekstrinsik dan intrinsic yang mempengaruhi tercetusnya diare pada

mahasiswa.

H0 = tidak terdapat hubungan antara faktor ekstrinsik dan intrinsik dengan

tercetusnya kejadian daire di kalangan mahasiswa.

H1 = terdapat hubungan antara faktor ekstrinsik dan intrinsik dengan

tercetusnya diare di kalangan mahasiswa.

Page 24: travellers diarrhea

24

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan rancangan penelitian

retrospektif. Penelitian ini akan memberikan gambaran umum kejadian diare

yang berlaku pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada akhir Juli 2009 dan berlangsung selama

4 bulan. Penelitian ini dimulai dari penelusuran daftar pustaka, survei

awal, penyusunan proposal penelitian, konsultasi dengan dosen

pembimbing, seminar proposal dan dilanjutkan dengan penelitian lapangan

untuk pengumpulan data serta melakukan pengolahan dan analisa data,

penyusunan laporan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah (KTI) dan

seminar hasil.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di sekitar kampus Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, di Jalan Dokter Mansyur Medan. Adapun

alasan dipilihnya tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah karena jumlah

mahasiswa asing yang cukup banyak disamping adanya mahasiswa warga

negara Indonesia dengan latar belakang dan tingkat sosio-ekonomi yang

bervariasi.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang

belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bagi tahun

ajaran 2006, 2007 dan 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub-

Page 25: travellers diarrhea

25

bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

terdapat sebanyak 426 orang mahasiswa bagi stambuk 2006, 456 orang

mahasiswa bagi stambuk 2007 dan 428 orang mahasiswa bagi stambuk

2008. Jumlah populasi yang ingin diteliti adalah 1310 orang mahasiswa.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi mahasiswa

stambuk 2006 hingga 2008 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Penentuan besar sampel berdasarkan rumus:

Nn = 1 + N (d)2

Dimana:

n = sampel

N = populasi

d = penyimpangan statistic dari sampel terhadap populasi, ditetapkan

sebesar 0,10 (Notoatmodjo, 2002)

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel sebesar 93

orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

quota sampling, yaitu peneliti menghubungi responden yang memenuhi

criteria inklusi sampai data yang terkumpul mencapai jumlah yang sudah

ditentukan.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian penulis mengumpulkan data melalui data yang

dikumpulkan melalui wawancara langsung pada responden dengan

menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner. Data yang

dikumpulkan adalah semua ada termasuk variable independen dan dependen.

Page 26: travellers diarrhea

26

Wawancara dilakukan dengan melakukan pertemuan bersama responden di

sekitar kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Kriteria inklusi adalah semua mahasiswa yang pernah mengalami diare dan

tidak disebabkan oleh demam maupun penyakit terdahulu yang ketika

dilakukan penelitian bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Kriteria eksklusi adalah semua mahasiswa yang tidak mengisi kuesioner

dengan lengkap, tidak mengalami diare atau mengalami daire disebabkan

penyakit terdahulu.

4.4.1. Uji Validitas dan Realibilitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar-benar

menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur. Sedangkan Reabilitas

merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Berdasarkan hasil uji yang

diperoleh, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa pengukuran yang telah dilakukan telah valid dan reliabel.

Tabel 4.1. Laporan Hasil Uji Validitas dan Uji Realibitas.

Variabel Nomor

Pertanyaa

n

Total

Pearson

Correlatio

n

Statu

s

Alpha Status

Faktor

Mempengaruh

i Tercetusnya

Diare

1

6

7

8

10

0,7234

0,7699

0,5164

0,6182

0,9705

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,916

5

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Page 27: travellers diarrhea

27

11

12

13

15

16

17

18

0,5710

0,6143

0,4618

0,4951

0,5724

0,9271

0,7851

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

4.5 Metode Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan melalui proses

pengeditan dan pengkodean, kemudian dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program SPSS versi 15. Data yang telah diperoleh dianalisis

dengan menggunakan uji statistik yang sesuai secara univariat dan bivariat.

Selanjutnya data-data tersebut disajikan dalam bentuk tabel.

Page 28: travellers diarrhea

28

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di sekitar kampus Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. dr. T.

Mansur No. 5, Kampus USU Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Karakteristik responden berdasarkan onset kejadian diare.

Variabel Kategori Jumlah %

Onset diare Sewaktu baru datang ke Medan

Setelah beberapa minggu di

Medan

Sejak datang ke Medan sampai

saat ini

Tidak pernah diare

Tidak ada waktu tertentu

10

2

9

0

72

10,8

2,2

9,7

0

77,4

Total 93 100

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa sebaran responden menurut onset

kejadian diare mayoritas tidak mempunyai waktu tertentu bagi kejadian

Page 29: travellers diarrhea

29

diare yakni 72 orang (77,4%) sedangkan responden yang mengalami diare

sewaktu baru dating ke Medan sebanyak 10 orang (10,8%), yang

mengalami diare dari saat datang ke Medan hingga kini sebanyak 9 orang

(9,7%) dan yang mengalami diare setelah beberapa minggu di Medan

sebanyak 2 orang (2,2%).

Tabel 5.2. Karakteristik responden berdasarkan frekwensi diare.

Variabel Kategori Jumlah %

Frekwensi kejadian

diare

Lebih dari 1X dalam 1 minggu

1X hingga 4X dalam 1 bulan

Kurang 3X dalam waktu 3 bulan

Tidak ada waktu tertentu

15

8

6

64

16,1

8,6

6,5

68,8

Total 93 100

Dari hasil analisis diketahui bahwa mayoritas responden mengalami diare

dengan waktu yang tidak tentu yaitu sebanyak 64 orang (68,8%).

Selanjutnya diikuti responden yang mengalami diare lebih dari sekali

dalam seminggu yaitu sebanyak 15 orang (16,1%), frekwensi diare antara

sekali hingga empat kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 8 orang (8,6%)

dan yang terakhir responden yang mengalami diare kurang dari tiga kali

dalam tempoh waktu tiga bulan yaitu sebanyak 6 orang (6,5%).

Page 30: travellers diarrhea

30

Tabel 5.3. Karakteristik responden terhadap penyebab diare.

Variabel Kategori Jumlah %

Penyebab diare Diare diawali dengan demam

Diare tidak diawali dengan demam

Diare menyebabkan demam

12

76

5

12,9

81,7

5,4

Total 93 100

Dari hasil analisis dapat diketahui sebaran responden berdasarkan

penyebab diare mayoritas diare yang tidak diawali dengan demam yaitu

sebanyak 76 orang (81,7%). Responden yang mengalami diare setelah

demam adalah berjumlah 12 orang (12,9%) sedangkan responden yang

mengalami demam akibat diare adalah berjumlah 5 orang (5,4%).

Page 31: travellers diarrhea

31

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan ada atau tidaknya

hubungan antara tempat tinggal dengan frekwensi terjadinya diare.

Tempat

tinggal

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Saudara /

keluarga

Kost /

kontrakan

5

10

13.2

18.2

29

41

76.3

74.5

4

4

10.5

7.3

38

55

100

100

0.364

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara frekwensi diare dengan tempat tinggal,

diperoleh bahwa sebanyak 4 orang (10.5%) responden yang tinggal

bersama saudara atau keluarga sering mengalami diare. Sebanyak 4 orang

(7.3%) responden yang tinggal di kost atau di kontrakan juga sering

mengalami diare. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0.364. Karena

nilai p>0.05, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi

diare dengan tempat tinggal responden sama ada responden tinggal

bersama saudara / keluarga atau tinggal di kost/ /kontrakan.

Page 32: travellers diarrhea

32

Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya hubungan

antara frekwensi mengkonsumsi makanan cepat saji dengan

frekwensi terjadinya diare.

Frekwensi

konsumsi

makanan

cepat saji

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

>3x

seminggu

1-3x

seminggu

Jarang /

tidak pernah

5

7

3

10.4

22.6

21.4

40

22

8

83.8

71.0

57.1

3

2

3

6.3

6.5

21.4

48

31

14

100

100

100

0.301

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa statistik hubungan antara frekwensi mengkonsumsi

makanan capat saji dengan frekwensi terjadinya diare, diperoleh bahwa

sebanyak 40 orang (83.8%) responden yang mengkonsumsi makanan

cepat saji lebih dari 3x seminggu kadang-kadang mengalami diare.

Sebanyak 22 orang (71%) responden yang mengkonsumsi makanan cepat

saji 1 hingga 3x seminggu juga kadang-kadang mengalami diare. Hasil uji

statistik menunjukkan p value = 0.301. Karena nilai p>0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi

mengkonsumsi makanan cepat saji dengan frekwensi terjadinya diare.

Page 33: travellers diarrhea

33

Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya hubungan

antara tempat makan sehari-hari dengan frekwensi terjadinya diare.

Makanan

sehari-

hari

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Makanan

rumah

Rantangan /

kantin FK /

restoran

Pinggir jalan

4

9

2

11.1

20.0

16.7

28

32

10

77.8

71.1

83.3

4

4

0

11.1

8.9

0

36

45

12

100

100

100

0.641

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara frekwensi diare dengan tempat makan,

diperoleh sebanyak 10 orang (83.3%) responden yang makan di pinggir

jalan mengalami diare dengan keseringan kadang-kadang. Sebanyak 28

orang (77.8%) responden yang makan di rumah turut kadang-kadang

mengalami diare. Hasil uji statistik didapatkan p value = 0.641. Karena

nilai p>0.05, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi

diare dengan tempat makan sehari-hari

Page 34: travellers diarrhea

34

Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan ada tidaknya hubungan

antara sumber air dengan frekwensi terjadinya diare.

Sumber air Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % N % n % n %

Air mineral

PT. Aqua

Air galon isi

ulang

Air PDAM

Tirtanadi

(dimasak)

9

3

3

18.0

14.3

13.6

37

15

18

74.0

71.4

81.8

4

3

1

8.0

14.3

4.5

50

21

22

100

100

100

0.868

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara sumber air dengan frekwensi kejadian

diare, didapatkan bahwa sebanyak 18 orang (81.8%) responden yang

sumber airnya dari PDAM Tirtanadi mengalami diare dengan keseringan

yang kadang-kadang. Sebanyak 37 orang (74%) responden yang

meminum air dari PT.Aqua turut kadang-kadang mengalami diare. Hasil

uji statistik diperoleh p value = 0.868. Karena p>0.05, maka disimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara sumber air dengan frekwensi diare.

Page 35: travellers diarrhea

35

Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara

keteraturan waktu makan dengan frekwensi terjadinya diare.

Keteraturan

waktu

makan

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Ya, teratur

Kadang kala

Tidak

1

13

1

3.7

23.6

9.1

25

37

8

92.6

67.3

72.7

1

5

2

3.7

9.1

18.2

27

55

11

100

100

100

0.056

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara keteraturan waktu makan dengan

frekwensi terjadinya diare, diperoleh bahwa sebanyak 25 orang (92.6%)

responden yang waktu makannya teratur, hanya kadang-kadang

mengalami diare. Sedangkan sebanyak 2 orang (18.2%) responden yang

waktu makannya tidak teratur sering mengalami diare. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa p value = 0.056, karena nilai p>0.05 maka

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keteraturan waktu

makan dengan frekwensi terjadinya diare.

Page 36: travellers diarrhea

36

Tabel 5.9. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara

frekwensi makan dalam sehari dengan frekwensi terjadinya diare.

Frekwensi

makan

dalam

sehari

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

3x

>3x / <3x

8

7

15.7

16.7

39

31

76.5

73.8

4

4

7.8

9.5

51

42

100

100

0.559

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara frekwensi makan dalam sehari dengan

frekwensi terjadinya diare diperoleh bahwa sebanyak 39 orang (76.5%)

responden yang frekwensi makannya 3x sehari kadang-kadang mengalami

diare. Sedangkan 31 orang (73.8%) responden yang frekwensi makannya

lebih atau kurang dari 3x sehari turut kadang-kadang mengalami diare.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value = 0.559. Karena nilai

p>0.05, maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

frekwensi makan dalam sehari dengan frekwensi kejadian diare.

Page 37: travellers diarrhea

37

Tabel 5.10. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara jenis

makanan sehari-hari dengan frekwnsi terjadinya diare.

Jenis

makanan

sehari-hari

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Makanan

seimbang

Tidak tentu

8

7

13.1

21.9

46

24

75.4

75.0

7

1

11.5

3.1

61

32

100

100

0.211

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa diperoleh bahwa sebanyak 46 orang (75.4%) responden

yang memakan makanan seimbang mengalami diare dengan frekwensi

yang kadang-kadang. Sebanyak 24 orang (75%) responden yang tidak

tentu jenis makanannya turut mengalami diare dengan frekwensi yang

kadang-kadang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value = 0.211.

Karena nila p>0.05 maka disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara jenis makanan sehari-hari dengan frekwensi terjadinya diare.

Page 38: travellers diarrhea

38

Tabel 5.11. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara lama

tidur dalam sehari dengan frekwensi terjadinya diare.

Lama tidur

sehari

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

6-8 jam

<6jam / >8jam

10

5

18.2

13.2

40

30

72.7

78.9

5

3

9.1

7.9

55

38

100

100

0.364

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara lama tidur sehari dengan frekwensi

terjadinya diare diperoleh bahwa, sebanyak 30 orang (78.9%) responden

yang lama tidurnya kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam mengalami

diare dengan frekwensi yang kadang-kadang. Sebanyak 40 orang (72.7%)

responden yang lama tidunya cukup 6 hingga 8 jam juga turut mengalami

diare dengan frekwensi kadang-kadang. Hasil uji statistik menunjukkan p

value = 0.364. Karena nila p>0.05 maka daoat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara lama tidur sehari dengan frekwensi terjadinya

diare.

Page 39: travellers diarrhea

39

Tabel 5.12. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara lama

belajar dalam sehari (selain kuliah) dengan frekwensi terjadinya

diare.

Lama

belajar

sehari

(selain

kuliah)

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Tidak tentu

2-3jam

>3jam

9

2

4

13.2

10.5

66.7

54

14

2

79.4

73.7

33.3

5

3

0

7.4

15.8

0

68

19

6

100

100

100

0.002

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara lama belajar dalam sehari (selain

kuliah) dengan frekwensi terjadinya diare diperoleh bahwa sebanyak 54

orang (79.4%) responden yang lama belajarnya tidak tentu, mengalami

diare dengan frekwensi yang kadang-kadang. Sebanyak 14 orang (73.7%)

responden yang lama belajarnya 2 hingga 3 jam juga kadang-kadang

mengalami diare. Sedangkan sebanyak 4 orang (66.7%) responden yang

lama belajarnya lebih dari 3 jam, jarang mengalami diare. Hasil uji

statistik menunjukkan bahwa p value = 0.002. Karena nilai p<0.05 maka

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama belajaer dengan

frekwensi terjadinya diare.

Page 40: travellers diarrhea

40

Tabel 5.13. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara

frekwensi berenang dengan frekwensi terjadinya diare.

Frekwensi

berenang

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Jarang / tidak

1-3x seminggu

14

1

15.6

33.3

68

2

75.6

66.7

8

0

8.9

0.0

90

3

100

100

0.414

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubunga antara frekwensi nerenang dengan frekwensi

terjadinya diare diperoleh bahwa sebanyak 68 orang (75.6%) responden

yang jarang atau tidak berenang mengalami diare dengan frekwensi yang

kadang-kadang. Sebanyak 2 orang (66.7%) responden yang berenang 1-3x

seminggu turut kadang-kadang mengalami diare. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa p value = 0.414. Karena nilai p>0.05, disimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara frekwensi berenang dengan

frekwensi terjadinya diare.

Page 41: travellers diarrhea

41

Tabel 5.14. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara

keseringan meminum minuman dingin dengan frekwensi terjadinya

diare.

Keseringan

meminum

minuman

dingin

Frekwensi Diare Total p value

Jarang Kadang-

kadang

Sering

n % n % n % n %

Tidak pernah

Kadang kala

Sering

0

5

10

0

16.7

17.9

7

21

42

100

70.0

75.0

0

4

4

0

13.3

7.1

7

30

56

100

100

100

0.478

Total 15 16.1 70 75.3 8 8.6 93 100

Dari hasil analisa hubungan antara keseringan meminum minuman dingin

dengan frekwensi terjadinya diare, diperoleh bahwa sebanyak 7 orang

(100%) responden yang tidak pernah meminum minuman dingin

mengalami diare. Sebanyak 42 orang (75%) responden yang sering

meminum minuman dingin juga turut mengalami diare dengan frekwensi

kadang-kadang. Hasil uji statistik menunjukkan p value = 0.478. Karena

nilai p>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara keseringan meminum minuman dingin dengn frekwensi terjadinya

diare.

Page 42: travellers diarrhea

42

5.2. Pembahasan

5.2.1 Diare di Kalangan Mahasiswa

Dari hasil penelitian telah dikumpulkan, kejadian diare di kalangan

mahasiswa menunjukkan angka kejadian yang cukup tinggi. Akan

tetapi, frekwensi kejadian diare itu sendiri bervariasi dan sebagian

besar dari responden yang menjawab kuesioner ini menyatakan

bahwa kejadian diare tidak terjadi pada waktu tertentu sehingga

sulit untuk mengidentifikasi penyebab diare itu sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa ada kemungkinan jika diare yang terjadi

adalah disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak steril. Hal

ini dapat dapat diklarifikasi dengan soalan dalam kuesioner yang

menanyakan tentang apakah mahasiswa itu sendiri memastikan

bahwa makanan yang dikonsumsi benar-benar aman dan bersih

ataupun tidak. Walaupun frekwensi kejadian diare di kalangan

mahasiswa secara keseluruhan tidak dapat dijelaskan dengan

terperinci, akan tetapi kejadiannya yang menjadi faktor inklusi

dalam penelitian ini harus dipertimbangkan. Sebanyak 93 orang

responden yang menyatakan bahwa pernah mengalami diare

dengan mayoritas frekwensi diare dan onset diare yang tidak tentu

menunjukkan angka kejadian diare sangatlah tinggi.

5.2.2 Faktor Penyebab Diare di Kalangan Mahasiswa

Dari hasil analisis statistik tentang faktor penyebab diare dan

kejadian diare di kalangan mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa

terdapat satu faktor yang signifikan yang menyebabkan diare di

kalangan mahasiswa yaitu faktor jumlah jam belajar dalam sehari

dan kejadian diare pada mahasiswa tersebut. Dengan nilai p value

sebanyak 0,002, ternyata ada hubungan kuat antara kedua hal ini.

Jumlah jam belajar dalam kuesioner ini adalah sangat berkaitan

dengan tingkat stres yang dihadapi oleh mahasiswa itu sendiri.

Page 43: travellers diarrhea

43

Dengan pemilihan responden Fakultas Kedokteran USU yang rata-

rata mempunyai tugasan dan jam kuliah yang lebih dibanding

dengan fakultas yang lain, menguatkan teori kejadian Performance

Anxiety Diarrhoea (PAD) atau Nervous Diarrhoea yang teorinya

telah banyak dikembangkan di negara barat di mana kejadian diare

di kalangan mahasiswa akan meningkat apabila musim ujian

semester di universitas itu sendiri atau apabila seseorang itu berada

dalam keadaan stres yang berat.

Page 44: travellers diarrhea

44

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dicapai dari hasil penelitian adalah hanya faktor

intrinsik (stress) saja yang mempengaruhi tercetusnya diare pada

mahasiswa.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian serupa untuk mahasiswa stambuk dan

fakultas yang lain untuk melihat kemungkinan adanya variasi pola

diare pada mahasiswa.

2. Perlu diberikan informasi tambahan kepada mahasiswa tentang

penanganan stress agar resiko untuk terjadinya diare dapat

diminimalisirkan.

2. Perlu disediakan informasi dan masukan dalam mengubah cara

hidup individu supaya masalah ini tidak berulang sekaligus dapat

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat seiring dengan

produktivitas negara yang tidak lagi terganggu dengan masalah

diare.

`

Page 45: travellers diarrhea

45

DAFTAR PUSTAKA

Blackburn, B.G., et al., Craun, G.F., Yoder, J.S., Hill, V., Calderon, R.L., Chen,

N., 2004. Surveillance for Waterborne-Disease Outbreaks Associated With

Drinking Water – United States, 2001-2002. M.M.W.R. Surveill Summ. 53:23-45

Brammer, L.M., Abrego, P.J., Shostrom, E.L., 1993. Theraupetic Counseling and

Psychotherapy. USA: John Wiley & Sons.

Budiyanto, C. 2009, Gastritis, Ulkus Peptikum Diare, Universitas Sebelas Maret,

Solo.

Available from:

http://ackogtg.wordpress.com/2009/04/03/gastritis-ulkus-peptikum-diare/

[Accessed 5 April 2009]

Cartwright, R.Y., 2003. Food and Waterborne Infections Associated with Package

Holidays. J. Appl. Microbiol, 94: 12-24.

Centers for Disease Control and Prevention, 2006. Pre- and Post General Health

Recommendations. National Center for Immunization and Respiratory Diseases:

Division of Bacterial Diseases

Centers for Disease Control and Prevention, 2006. Travellers’ Health Kit.

National Center for Immunization and Respiratory Diseases: Division of Bacterial

Diseases

Colman, A.M., 2001. Oxford Dictionary of Psychology. New York: Oxford

University Press Inc.

Daldiyono, 1997. Diare. Dalam: Sulaiman, H. A., Daldiyono, Nurul, H., Rani, H.

A., Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: CV Sagung Seto.

Page 46: travellers diarrhea

46

Daldiyono, 1997. Pendekatan Klinik Diare Kronik pada Orang Dewasa. Dalam:

Sulaiman, H. A., Daldiyono, Nurul, H., Rani, H. A., Gastroenterologi Hepatologi.

Jakarta: CV Sagung Seto

Easmon, C. 2005, Causes of Traveller’s Diarrhoea, UK.

Available from:

http://www.netdoctor.co.uk/travel/diseases/travellers_diarrhoea.htm

[Accessed 5 April 2009]

Kliegman, R.M., Greenbaum, L.A., Lye, P.S. 2004. Practical Strategies in

Pediatric Diagnosis and Therapy, 2nd ed. Philadelphia, Elsevier

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Slifko, T.R., Smith, H.V., Rose, J.B., 2000. Emerging Parasite Zoonoses

Associated With Water and Food. Int. J. Parasitol, 30: 1379-93

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, edisi 8, vol 2. Jakarta, EGC.

traveldoctor.co.uk, 2002. Table of Microorganisms That Cause Travellers’

Diarrhoea and Some Examples of Commonly Associated Foods, UK.

Available from:

http://www.traveldoctor.co.uk/diarrhoea.htm [Accessed 5 April 2009]

World Health Organization, 2005. Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC).

USA:

Available from:

http://www.who.int/mediaacentre/factsheets/fs125/en/

[Accessed 5 April 2009]

Page 47: travellers diarrhea

47

World Health Organization, 2002. Foodborne Diseases, Emerging. USA:

Available from:

http://www.who.int/mediaacentre/factsheets/fs124/en/

[Accessed 5 April 2009]

World Health Organization, 2007. Food Safety and Foodborne Illness. USA:

Available from:

http://www.who.int/mediaacentre/factsheets/fs237/en/

[Accessed 5 April 2009]

Wright, J. T., Das, A. K., 1969. Excretioin of 4-hydroxy-3-methoxy Mandelic

Acid, British Society of Gastroenterology.

Available from:

http://gut.bmj.com/cgi/content/abstract/10/8/628 [Accessed 5 April 2009]