Upload
dea-gita
View
103
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
D. Penyelidikan Dengan Parit Uji (Trench)
Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang
mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah
bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang
trapesium (lihat Gambar 3) dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari
lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume)
contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit
uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka
penggalian parit uji dapat dilakukan dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).
Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya
digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk
menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan
singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk
menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling
sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya (lihat Gambar 4).
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan
atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali
tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan
berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan,
ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi
sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan
arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih
tersebut dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang dapat diperoleh antara lain ;
adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat
sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
Terbatas pada overburden yang tipis,
Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan
menggunakan eksavator/back hoe),
Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat
terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
http://andiashariahmad.blogspot.com/2012/12/eksplorasi-batubara-umi.html
Sampling batubara
Sampling adalah proses pengambilan sebagian komoditas dari seluruh komoditas
yang akan diperiksa kualitasnya. Seluruh komoditas tersebut disebut populasi, sedangkan
bagian komoditas yang terambil disebut sample atau conto. Tujuan sampling ialah
mendapatkan contoh yang lain kualitasnya bisa mewakili kualitas seluruh populasi. Faktor
utama yang menentukan tingkat kesulitan suatu sampling ialah heterogenitas komponen –
komponen pembentuk populasi. Batubara merupakan material yang mempunyai tingkat
heterogenitas sangat tinggi, baik secara fisik maupun secara kimia, oleh karena itu, sampling
batubara yang baik tidak mudah dilakukan, padahal hasil yang mewakili seluruh populasi
merupakan tuntutan utama semua pihak terkait. Sampling yang baik ialah sampling yang
disamping dilakukan dengan akurat dan presisinya tinggi, sehingga conto mewakili seluruh
populasi dengan baik, jumlah conto yang terambilnya harus dapat ditangani.
Karena tak seorang tahu berapa nilai kualitas sesungguhnya suatu komoditas, maka
metode sampling, sample preparation, dan analysis dianggap tidak pernah ada yang 100 %
sempurna, nilai kualitas yang didapat dari suatu pengukuran hanyalah nilai pendekatan, nilai
yang paling dekat dengan nilai sesungguhnya adalah nilai rata - rata hasil analisa yang
didapat oleh sebanyak mungkin pemeriksa, dengan menggunakan metode standar yang sama.
Berdasarkan pada pengambilan sample pada material curah (bulk material atau run of
mine) dapat dibedakan atas manual sampling dan mechanical sampling. Manual sampling
adalah cara pengambilan sample dengan menggunakan alat yang dipegang langsung dengan
tangan sedangkan mechanical sampling adalah cara pengambilan sample dengan
menggunakan alat mekanis / mesin. Secara garis besar sampling dibagi menjadi 4 golongan
dilihat dari tempat pengambilan dimana batubara berada dan tujuannya yaitu: Exploration
sampling, Pit sampling, Production sampling, dan loading sampling (barging dan
transhipment).
Exploration sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas batubara baik
dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail lagi dengan cara pemboran atau
drilling. Tujuan dari sampling ditahap ini adalah untuk menentukan karakteristik batubara
secara global yang merupakan pendeteksian awal batubara yang akan dieksploitasi. Pit
sampling dilakukan setelah eksplorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan proses tambang
didalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan data yang sudah
ada pada tahap eksplorasi. Pit sampling ini dilakukan oleh pit control untuk mengetahui
kualitas batubara yang segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengontrol kualitas
batubara yang akan ditambang dalam jangka waktu short term. Pit sampling ini juga dapat
dilakukan dengan pemboran atau dengan channel pada face penambangan kalau diperlukan
untuk mengecek kualitas batubara yang dalam proses ditambang.
Production sampling dilakukan setelah batubara diproses diprocessing plant dimana
proses ini dapat merupakan penggilingan (crushing) pencucian (washing), penyetokan dan
lain - lain. Tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas batubara yang akan dijual atau
dikirim kepada pembeli supaya kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan
telah disepakati oleh kedua belah pihak, dengan diketahuinya kualitas batubara distockpile
atau dipenyimpanan sementara kita dapat menentukan batubara yang mana yang cocok untuk
dikirim kebuyer tertentu dengan spesifikasi batubara tertentu pula, baik dengan cara
mencampur (blending) batubara - batubara yang ada distockpile atau dengan single source
dengan memilih kualitas yang sesuai.
Loading Sampling dilakukan pada saat batubara dimuat dan di kirim kepada pembeli
baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal, biasanya dilakukan oleh independent
company karena kualitas yang ditentukan harus diakui dan dipercaya oleh penjual (shipper)
dan pembeli (buyer). Tujuannya adalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang dijual
yang nantinya akan menentukan harga batubara itu sendiri karena ada beberapa parameter
yang sifatnya fleksibel sehingga harganya fleksibel tergantung kualitas aktual pada saat
batubara dikapalkan
Pit sampling / Sampling tambang
Dilakukan setelah eksplorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan proses tambang
didalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih mendetailkan data yang sudah
ada pada tahap eksplorasi. Pit sampling ini dilakukan oleh pit control untuk mengetahui
kualitas batubara yang segera akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengontrol kualitas
batubara yang akan ditambang dalam jangka waktu short term. Pit sampling ini juga dapat
dilakukan dengan pemboran juga dengan channel pada face penambangan kalau diperlukan
untuk mengecek kualitas batubara yang dalam proses ditambang.
Sampling Pit dilakukan untuk studi kualitas secara khusus didaerah tambang yaitu :
a. Untuk mengetahui kualitas dari batubara kotor atau batubara oksidasi tinggi, yang pada saat
penambangan ditinggalkan karena kualitasnya tidak memenuhi standar atau tidak diketahui.
Hasil analisa sampling akan merekomendasi apakah layak dipakai untuk permintaan produksi
kualitas rendah, untuk blending, perencanaan pencucian atau tidak akan diproduksi karena
kualitasnya sangat rendah.
b. Untuk mempelajari delution source (sumber delusi yang mengakibatkan penurunan kualitas
dan kenaikan ash).
c. Untuk mengetahui keadaan seam - seam minor yang berada dilokasi penambangan seam -
seam utama, karena faktor ketebalan dan harga kualitasnya dapat diproduksi secara
menguntungkan.
Dalam penentuan pengambilan sampel batubara dalam area tambang / pit metode yang di
gunakan yaitu :
1. Sampel Channel / channel sampling
Pengambilan conto channel pada prinsipnya sama dengan pengambilan conto coring.
Coring diambil dari pemboran sedangkan channel diambil dari outcrop. Untuk pengambilan
conto dari outcrop, berikut intruksi kerja Coal sampling dengan metode channel sampling
yaitu :
a. Tentukan lokasi outcrop batubara yang dapat mewakili dari top sampai bottom.
b. Bersihkan outcrop batubara dari kotoran (soil) dan batubara lapuk sepanjang conto yang
akan diambil.
c. Buat sodetan secara merata dari top sampai bottom batubara, lebar kurang lebih 20 cm, tebal
kurang lebih 5 cm atau sampai batubara segar, panjang setebal vertikal outcrop batubara.
d. Ambil conto batubara dari top sampai bottom secara merata, sebanyak kurang lebih 3 kg.
e. Jika pada seam batubara yang di sampling terdapat banyak parting ambil contoh batubara
per - ply, kurang lebih 3 kg. Conto di masukan dalam kantong plastik per ply di tulis kode
dan interval conto pada plastik conto dan kertas label (kertas label di usahakan tidak kontak
langsung dengan batubara). Plastik Conto di ikat dengan kuat (conto batubara tidak
berkontaminasi dengan udara)
Sampling batubara pada crusher
Crusher merupakan mesin yang dirancang untuk mengurangi batuan yang besar
menjadi kecil sesuai ukuran seperti kerikil atau debu batu. Crusher digunakan untuk
mengurangi ukuran atau bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah lebih lanjut. Crusher
merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing, Crushing merupakan proses yang
bertujuan untuk meliberasi mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Crushing
biasanya dilakukan dengan proses kering, dan dibagi menjadi tiga tahap yaitu primary
Crushing , secondary Crushing dan fine Crushing.
Kondisi batubara dalam keadaan Moving Stream yaitu batubara berada dalam tempat
penyimpanan sementara. Dalam kondisi moving stream, increment conto diambil per satuan
jumlah berat atau waktu tertentu pada saat batubara tersebut dipindahkan, sehingga contoh
yang terambil dapat mewakili seluruh populasi. Metode pengambilan sampel diCrushing
Plant (CP) dalam menentukan jumlah increment yang harus diambil yaitu dengan
menggunakan acuan American Society for Testing Material (ASTM) dengan rumus :
N1= N X (Total - Tonage) / 1000
NB = akar (Total - tonage )/1000
N1 = Jumlah increment yang diperlukan
N = Jumlah initial increment ( ASTM = 35 )
1. Teknis pengambilan sample batubara dalam crusher
.
Batubara yang berasal dari ROM ataupun lokasi tambang (Pit) akan didumping masuk
kehopper yang kemudian akan langsung digiling (crusher). Selanjutnya batubara dibawa oleh
Conveyor menuju stockpile. Ketika berada dicrusher inilah sample yang akan diambil.
Berikut teknis pengambilannya :
- Sampler harus siap dilokasi, tepatnya dibagian conveyer yang berjalan setelah melewati
proses pengilingan.
- Ketika dumptruk datang dan siap untuk dumping, sampler akan siap diposisi untuk
mengambil sample batubara yang akan datang menghampirinya.
- Alat yang dipakai untuk mengambil sample adalah sekop dengan berat 3 kg (sesuai dengan
petunjuk laboratorium).
- Ketika batubara datang maka sampler akan siap mengambil batubara tadi dengan meletakan
sekop diatas conveyer.
- Syarat pengambilan adalah ketika dumptruk telah dumping sebanyak dua kali. Untuk
menghindari bias saat analisis laboratorium.
- Sample akan diambil menggunakan karung yang akan dilapisi plastik sample. masing –
masing karung berisi 6 kali sekop sample.
- Setelah sample selesai diambil, maka sample akan ditulis identitasnya. Apakah berasal dari
ROM atau pit agar jelas lokasi dari sample tersebut.
Terimkasih Semoga bermanfaat.... Minta saran Yah,,, klo da yg lebih menguasai teknik
sampling batubara... ( Viva HMTA "07") STTNAS...
Metoda Analisa dijabarkan secara rinci dalam metoda standar. Metoda standar yang umum digunakan dalam perdagangan batubara:
ISO – International Organization for Standarisation. ASTM – American Society for Testing and Materials. BS – British Standards. AS – Australian Standards.
Pengoperasian Timbangan
1. Pindahkan benda dari permukaan timbangan dan bersihkan bagian bawah pinggan.
2. Pastikan posisi timbangan rata dengan mengamati gelembung udara. Atur jika diperlukan sehingga gelembung udara berada dalam lingkaran.
3. Hidupkan timbangan dan tekan “TARE” untuk mengenolkan. Jika timbangan tidak stabil, cek bahwa tidak ada kotoran dan timbangan bersih
4. Letakkan benda yang ditimbang pada bagian tengah permukaan timbangan, tunggu sampai penunjukan angka stabil
5. Catat beratnya pada lembar kerja
6. Angkat bendanya dan cek bahwa penunjukan angka kembali ke nol
MOISTURE IN THE ANALYSIS SAMPLE
1. Sample sebelum dianalisa diequilibrium di udara terbuka untuk mencapai kesetimbangan dengan lingkungan ruangan laboratorium sehingga pengaruh dari perubahan kelembaban dan temperatur ruangan laboratorium selama penimbangan dan analisa tidak signifikan terhadah hasil moisture.
2. Moisture (air) ada dalam batubara sebagai inherent moisture, surface atau free moisture, air terikat di mineral matter dan dekomposisi moisture. Pengukuran secara analisa yaitu moisture holding capacity, total moisture, air dry loss, residual moisture dan moisture in analysis sample. Mengacu pada metode ISO/BS sample batubara dipanaskan pada temperatur 107 °C untuk menguapkan air dan dialirikan gas nitrogen untuk menghindari oksidasi.
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini adalah
sample harus dipanaskan sampai berat tetap. jika sample tidak ditimbang sesegera mungkin setelah pemanasan air kembali ke sample. gas nitrogen harus dialirkan melewati desicant (penyerap uap air) karena jika gas tidak kering
hasilnya rendah. Pipa gas outlet MFS tersumbat menyebabkan moisture tertahan di oven sehingga hasilnya
rendah.Perbedaan ASTM dan ISO/BS :
ASTM menggunakan udara kering dan waktu pemanasan 1 jam sedangkan ISO/BS menggunakan gas nitrogen dan dikeringkan sampai berat konstan/tetap.
ASH CONTENT/KADAR ABU
(METODE STANDAR)
Ash (abu) adalah bahan-bahan yang tidak terbakar setelah pembakaran sample. Mineral matter merupakan bagian zat anorganik dalam batubara dan sudah ada dalam batubara sebelum batubara tersebut dibakar. Jadi mineral matter dan ash itu berbeda. Abu dalam
batubara bersumber dari mineral matter dalam batubara dan unsur pengotor dari batupasir, tanah dsb yang berasal dari bagian penutup, dasar atau parting pada lapisan batubara. Hasil kadar abu (ash content) digunakan untuk mengukur kualitas batubara dan efisiensi proses pembersihan.
ASH CONTENT/KADAR ABU
(METODE RAPID)
Keuntungan dari penentuan ash content mengunakan metode rapid/cepat karena hasil ash content diperlukan sesegera mungkin oleh operator plant untuk memonitor kinerja plant dan kualitas produksi. Sample dipanaskan pada atmosfer nitrogen untuk melepaskan zat terbang (volatile matter) kemudian dilanjutkan dalam atmosfer oksigen untuk membakar sample guna mendapatkan abu sisa pembakaran.
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :
Pembakaran tidak sempurna. Sample meletup menyebabkan hilangnya berat sehingga hasilnya rendah
VOLATILE MATTER (ZAT MUDAH TERBANG)
Volatile Matter adalah senyawaan dalam batubara yang mudah menguap pada temperatur tertentu dalam kondisi standar. Terdiri dari gas –gas yang mudah terbakar seperti air, oksida-oksida karbon, hidrogen dan metan, hydrogen sulfida, ammonia, tar dan oksida-oksida sulfur dan nitrogen. Volatile matter digunakan sebagai ukuran kualitas batubara. Volatile matter mempengaruhi pembakaran batubara dalam furnace/tanur. Perbedaan metode pengujian ASTM dan ISO adalah ISO menggunakan silica crucible pada temperatur 900 oC dalam furnace yang horizontal, sedangkan ASTM menggunakan crucible platina pada temperatur 950 oC dalam furnace vertical dalam waktu yang sama 7 menit dan dikurangi nilai moisture in the analysis sample.
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :
Kerapatan crucible dan tutupnya tidak baik menyebabkan hasilnya tinggi atau tidak menentu. Temperatur furnace atau laju pemanasan (heating rate) terlalu rendah Waktu pemanasan dan pendinginanharus mendekati kondisi standar. Percikan sample batubara dapat menyebabkan partikelnya keluar sehingga hasilnya tinggi.
FIXED CARBON (KARBON PADAT)
Fixed Carbon (karbon padat) adalah selisihnya
FC = 100 – (M + Ash + VM)
Fuel Ratio = FC / VM (in the same basis) digunakan mendeskripsikan tingkatan batubara.
Jenis Batubara Fuel Ratio
Semi-antrasit 8.6
Lignite 0.9
Semi-bituminous 4.3
Bituminous (high volatile) 1.3
Bituminous (medium volatile) 1.9
Bituminous (low volatile) 2.8
Antrasit 24
Kokas 92
TOTAL SULFUR (Metode High Temp.)
Sulfur ada dalam batubara sebagai sulfur organik dan sulfur anorganik (pirit dan sulfat). Sulfur dikonversikan menjadi sulfur oksida selama proses pembakaran yang dapat menyebabkan korosi dan kerak pada peralatan juga menyebabkan polusi udara. Sulfur digunakan evaluasi pengunaan batubara untuk pembakaran.
Reaksi kimianya :
SO2 + H2O2 �� H2SO4 + H2O
H2SO4 + 2NaOH �� Na2SO4 + 2H2O
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :
Pembakaran batubara tidak sempurna Retensi sulfur dalam batubara (pencegahan dengan Al2O3) Penyerapan gas tidak sempurna Standarisasi larutan salah.
TOTAL SULFUR (Metode LECO Analyzer)
Sulfur dikonversikan menjadi sulfur oksida selama pembakaran dibawah atmosfer oksigen. Produk gas yang dihasilkan dipompakan melewati suatu penyerap untuk menghilangkan air. Konsentrasi sulfur dioksida diukur menggunakan cel infra red. Konsentrasi sample standar harus sama dengan sample yang
dianalisa.
Kesalahan-kesalahan dalam pengujian ini :
Pembakaran batubara tidak sempurna Kalibrasi analyzer salah (salah standar) Tubenya retak menyebabkan hasilnya rendah Pipa tersumbat, Infra red kotor Kesalahan elektronik Penyerap sudah jelek Sample standar dianalisa pada saat kalibrasi instrumen dan setelah setiap 10 kali analisa
sample.