7
BAB I PENDAHULUAN Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah penting dalam kesehatan masyarakat. Data dari seluruh dunia melaporkan, IMS yang paling populer adalah trikomoniasis, chlamydia genital, human papiloma virus, gonore, dan herpes gental (CDC 1993). Prevalensi IMS pada wanita di negara berkembang jauh lebih tinggi dari pada di negara maju. Dilaporkan di Indonesia, prevalensi IMS yang secara tidak sengaja ditemukan pada pemeriksaan Pap Smear terhadap 6666 wanita usia 24-45 tahun dari 6 klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun penelitian lain di sebuah klinik di Bali pada tahun 1987-1988 menemukan bahwa dari 695 wanita yang mengalami abortus, 53%nya diketahui menderita infeksi saluran reproduksi dan IMS. Diantara penyebab IMS tersebut adalah protozoa Trichomonas Vaginalis. (1) Trikomoniasis adalah protozoa patogen yang terdapat pada saluran kemih dan kelamin manusia yang ditularkan melalui hubungan seksual. Indivdu yang suka berganti-ganti pasangan atau pekerja seks sangat berisiko tinggi menderita trikomoniasis. Pada bulan Juni 2003, Eko Rahardjo dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit, Departemen Kesehatan RI melakukan penelitian pada pekerja seks di Banyuwangi. Hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi trikomoniasis pada pekerja seks jalanan 15% sedangkan pekerja seks lokalisasi 6%.

Trikomoniasis

  • Upload
    hazelel

  • View
    67

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat

Citation preview

Page 1: Trikomoniasis

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah penting dalam kesehatan masyarakat. Data dari seluruh dunia melaporkan,

IMS yang paling populer adalah trikomoniasis, chlamydia genital, human papiloma virus,

gonore, dan herpes gental (CDC 1993). Prevalensi IMS pada wanita di negara berkembang

jauh lebih tinggi dari pada di negara maju. Dilaporkan di Indonesia, prevalensi IMS yang

secara tidak sengaja ditemukan pada pemeriksaan Pap Smear terhadap 6666 wanita usia 24-

45 tahun dari 6 klinik di Jakarta mencapai 29%. Adapun penelitian lain di sebuah klinik di

Bali pada tahun 1987-1988 menemukan bahwa dari 695 wanita yang mengalami abortus,

53%nya diketahui menderita infeksi saluran reproduksi dan IMS. Diantara penyebab IMS

tersebut adalah protozoa Trichomonas Vaginalis.(1)

Trikomoniasis adalah protozoa patogen yang terdapat pada saluran kemih dan

kelamin manusia yang ditularkan melalui hubungan seksual. Indivdu yang suka berganti-

ganti pasangan atau pekerja seks sangat berisiko tinggi menderita trikomoniasis. Pada bulan

Juni 2003, Eko Rahardjo dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit,

Departemen Kesehatan RI melakukan penelitian pada pekerja seks di Banyuwangi. Hasilnya

menunjukkan bahwa prevalensi trikomoniasis pada pekerja seks jalanan 15% sedangkan

pekerja seks lokalisasi 6%.

T. Vaginalis ini dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis

nongonokokus pada pria(2). Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat

menimbulkan perasaan yang tidak kurang pentingnya, misalnya perasaan dispareunia,

kesukaran melakukan hubungan seksual yang dapat menimbulkan ketidakserasian dalam

keluarga. Pada pria dapat menyebabkan uretritis dan prostatitis yang kira-kira merupakan 15

% kasus uretritis nongonore.(3)

Page 2: Trikomoniasis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada wanita

maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan

penularannya melalui hubungan seksual.(3)

2.2 Etiologi

Penyebab trikomoniasis ialah T. Vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh DONNE

pada tahun 1836. T. Vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18

mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.(3)

Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam

suasana pH 5-7,5. Pada suhu 500C akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 00C

dapat bertahan sampai 5 hari.(3)

Ada dua spesies lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. Tenax yang

hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas hominis yang hidup dalam kolon, yang pada

umumnya tidak menimbulkan penyakit.(3)

2.3 Insidens

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi juga dapat melalui pakaian,

handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu, trikomoniasis ini terutama ditemukan pada

orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita

setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.(3)

2.4 Patogenesis

T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan

cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai

Page 3: Trikomoniasis

3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang

jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai di permukaan

epitel. Di dalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda

lain yang terdapat dalam sekret.(3)

2.5 Gejala Klinis

2.5.1 Trikomoniasis pada wanita

Yang diserang terutama dinding bagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada

kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning hijau,

berbau tidak enak (maladorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan

sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak

sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai

gejala dispareunia, perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstrual. Bila sekret

banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna.

Selain vaginitis dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistitis yang pada

umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina

biasanya tidak berbusa.(3)

2.5.2 Trikomoniasis pada laki-laki

Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang

preputium, vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan

dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya

disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi

kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal

pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.(3)

2.6 Diagnosis

Selain pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sediaan basah dapat juga dilakukan

pemeriksaan dengan pewarnaan Giemsa, akridin oranye, Leshman, Gram dan Papanicolau.

Akan tetapi pengecatan tersebut dianggap sulit karena proses fiksasi dan pengecatan diduga

dapat mengubah morfologi kuman.

Page 4: Trikomoniasis

Pada pembiakan pemilihan media merupakan hal penting, mengingat banyak jenis

media yang digunakan. Media modifikasi Diamond, misalnya In Pouch TV digunakan secara

luas dan menurut penelitian yang dilakukan media ini yang paling baik dan mudah didapat.

2.7 Pengobatan

2.7.1 Topikal

1. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan asam

laktat 4%.

2. Bahan berupa supositoria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal.

3. Jel dan krim, yang berisi zat trikomoniasidal

2.7.2 Sistemik (oral)

1. Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg per hari selama 7 hari

2. Nimorazol : dosis tunggal 2 gram

3. Tinidazol : dosis tunggal 2 gram

4. Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram.

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Trikomoniasis

1. Andra, 2007, Trikomoniasis, Racikan Utama, Vol.7 No.1, Agustus 2007.

2. Stary, A.,Angelika Kuchinka-Koch, and Lilianna Teodorowicz, 2002, Detection of

Trichomonas vaginalis on Modified Columbia Agar in the Routine Laboratory, J

Clin Microbiol. September; 40 (9): 3277-3280, Vienna, Austria.

3. Daili, S. F., 2007, Trikomoniasis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta:

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia 2007, Hal : 384-385.