5
I. PENDAHULUAN Tuberkulosis peritonitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberkulosis yang berasal dari peritoneum, penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan dari proses tuberkulosis di tempat lain terutama dari tuberkulosis paru, namun sering ditemukan bahwa pada waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosis di paru sudah tidak terlihat lagi. Hal ini bisa terjadi karena proses tuberkulosis di paru mungkin sudah menyembuh sedangkan penyebarannya masih berlangsung ditempat lain. 1 Tuberkulosis peritonitis jarang di jumpai dan sangat jarang ditemukan di negara maju, tetapi tidak jarang ditemukan di negara dengan prevalensi tuberkulosis tinggi, termasuk di negara- negara berkembang dan terbelakang, terutama di negara dengan pandemi HIV dan peningkatan imigrasi. Di Amerika Serikat, Tuberkulosis mempunyai prevalensi yang relatif rendah, dan kebanyakan pasien yang baru di diagnosis adalah mereka yang berasal dari luar Amerika Serikat (imigran). Pada negara-negara industri, tuberkulosis meningkat pada populasi imigran dan pada pasien yang menderita AIDS dan mereka yang sedang menjalani terapi immunosupresan. 2,3,4 Tuberkulosis peritonitis diperkirakan terjadi pada 0,1% sampai 3,5% dari mereka dengan TB paru aktif dan mewakili 4% sampai 10% dari semua TB ekstra paru. Kasus Tuberkulosis peritonitis sering pada individu kurang dari 40 tahun dan sering terjadi pada perempuan berumur 40 tahun. Individu dengan penyakit HIV, sirosis, diabetes, keganasan, dan mereka yang terus menerus menjalani dialisis merupakan kelompok resiko tinggi menderita tuberkulosis peritonitis. 5 II. DEFINISI Tuberkulosis peritonitis merupakan suatu peradangan pada peritoneum parietal atau viseral yang disebabkan oleh kumanMycobacterium tuberculosis, dan terlihat pada penyakit ini sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat sistem gastrointestinial, mesenterium, dan organ genitalia interna. 1

Tuberkulosis Peritonitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tuberkulosis peritonitis

Citation preview

I. PENDAHULUAN Tuberkulosis peritonitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksiMycobacterium tuberkulosisyang berasal dari peritoneum, penyakit ini jarang berdiri sendiri dan biasanya merupakan kelanjutan dari proses tuberkulosis di tempat lain terutama dari tuberkulosis paru, namun sering ditemukan bahwa pada waktu diagnosa ditegakkan proses tuberkulosis di paru sudah tidak terlihat lagi. Hal ini bisa terjadi karena proses tuberkulosis di paru mungkin sudah menyembuh sedangkan penyebarannya masih berlangsung ditempat lain.1 Tuberkulosis peritonitis jarang di jumpai dan sangat jarang ditemukan di negara maju, tetapi tidak jarang ditemukan di negara dengan prevalensi tuberkulosis tinggi, termasuk di negara-negara berkembang dan terbelakang, terutama di negara dengan pandemi HIV dan peningkatan imigrasi. Di Amerika Serikat, Tuberkulosis mempunyai prevalensi yang relatif rendah, dan kebanyakan pasien yang baru di diagnosis adalah mereka yang berasal dari luar Amerika Serikat (imigran). Pada negara-negara industri, tuberkulosis meningkat pada populasi imigran dan pada pasien yang menderita AIDS dan mereka yang sedang menjalani terapi immunosupresan.2,3,4 Tuberkulosis peritonitis diperkirakan terjadi pada 0,1% sampai 3,5% dari mereka dengan TB paru aktif dan mewakili 4% sampai 10% dari semua TB ekstra paru. Kasus Tuberkulosis peritonitis sering pada individu kurang dari 40 tahun dan sering terjadi pada perempuan berumur 40 tahun. Individu dengan penyakit HIV, sirosis, diabetes, keganasan, dan mereka yang terus menerus menjalani dialisis merupakan kelompok resiko tinggi menderita tuberkulosis peritonitis.5

II.DEFINISI Tuberkulosis peritonitis merupakan suatu peradangan pada peritoneum parietal atau viseral yang disebabkan oleh kumanMycobacterium tuberculosis, dan terlihat pada penyakit ini sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat sistem gastrointestinial, mesenterium, dan organ genitalia interna.1

III.PATOGENESIS Patogenesis Tuberkulosis peritonitis didahului oleh infeksiMycobacterium tuberculosisyang menyebar secara hematogen ke organ-organ di luar paru termasuk peritoneum. Dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh dapat mengakibatkan terjadinya Tuberkulosis peritonitis. Cara lain adalah dengan penjalaran langsung dari kelenjar mesenterika atau dari tuberkulosis usus. Pada peritoneum terjadi tuberkel dengan massa perkijuan yang dapat membentuk satu kesatuan (konfluen). Pada perkembangan selanjutnya dapat terjadi penggumpalan atau pembentukan nodul tuberkulosis pada omentum di daerah epigastrium dan melekat pada organ-organ abdomen dan lapisan viseral maupun parietal sehingga dapat menyebabkan obstruksi usus dan pada akhirnya dapat mengakibatkan tuberkulosis peritonitis. Selain itu, kelenjar limfe yang terinfeksi dapat membesar yang menyebabkan penekanan pada vena porta yang mengakibatkan pelebaran vena dinding abdomen dan asites. Terjadinya Tuberkulosis peritonitis melalui beberapa cara, yaitu :1,21.Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru2.Melalui dinding usus yang terinfeksi3.Dari kelenjar limfe mesenterium4.Melalui tuba fallopi yang terinfeksi Pada kebanyakan kasus tuberkulosis peritonitis terjadi bukan sebagai akibat penyebaran perkontinuitatum tapi sering karena reaktivasi proses laten yang terjadi pada peritonieum yang diperoleh melalui penyebaran hematogen proses primer terdahulu (infeksi latendorman infection). Seperti diketahui lesi tuberkulosa bisa mengalami supresi da menyembuh. Infeksi masih dalam fase laten dimana ia bisa menetap laten selama hidup namun infeksi tadi bisa berkembang menjadi tuberkulosapada setiap saat. Jika organisme interseluler tadi mulai bermultiplikasi secara cepat.Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa, yaitu :11.Bentuk eksudatifBentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk asites yang banyak, gejala menonjol ialah perut membesar dan berisi cairan (asites). Pada bentuk ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih kekuning-kuningan milier, nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum. Disamping partikel yang kecil-kecil yang dijumpai tuberkel yang lebih besar sampai sebesar kacang tanah. Disekitar tuberkel terdapat reaksi jaringan peritoneum berupa kongesti pembuluh darah. Eksudat dapat terbentuk cukup banyak, menutupi tuberkel dan peritoneum sehingga merubah dinding perut menjadi tegang, Cairan asites kadang-kadang bercampur darah dan terlihat kemerahan sehingga mencurigakan kemungkinan adanya keganasan. Omentum dapat terkena sehingga terjadi penebalan dan teraba seperti benjolan tumor.2.Bentuk adhesiveDisebut juga sebagai bentuk kering atau plastik dimana cairan tidak banyak dibentuk. Pada jenis ini lebih banyak terjadi perlengketan. Perlengketan yang luas antara usus dan peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor, kadangkadang terbentuk fistel. Hal ini disebabkan karena adanya perlengketanperlengketan. Kadang-kadang terbentuk fistel, hal ini disebabkan karena perlengketan dinding usus dan peritoneum parintel kemudian timbul proses necrosis. Bentuk ini sering menimbulkan keadaan ileus obstruksi . Tuberkel-tuberkel biasanya lebih besar.3.Bentuk campuranBentuk ini kadang-kaadang disebut juga kista, pembengkakan kista terjadi melalui proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk cairan dalam kantong-kantong perlengketan tersebut. Beberapa penulis menganggap bahwa pembagian ini lebih bersifat untuk melihat tingkat penyakit, dimana pada mulanya terjadi bentuk exudatif dan kemudian bentuk adhesive. Pemberian hispatologi jaringan biopsy peritoneum akan memperlihatkan jaringan granulasi tuberkulosa yang terdiri dari sel-sel epitel dan sel datia langerhans, dan pengkejutan umumnya ditemukan.

IV. GEJALA KLINIS Sebagian besar gejala klinis Tuberkulosis peritonitis memperlihatkan gejala yang non-spesifik dan perjalanan klinis yang lambat, dan sulit dibedakan dengan penyakit intraabdominal lainnya sehingga cukup rumit untuk menegakkan diagnosis. Gejala klinis sangat bervariasi, pada umumnya keluhan dan gejala timbul perlahan-lahan sampai berbulan-bulan sehingga sering penderita tidak menyadari keadaan ini.2 Keluhan dan gejala yang didapatkan seperti : sakit perut , pembengkakan perut, asites, penurunan berat badan, anoreksia,demam, diare,konstipasi, batuk,dan keringat malam.1,2,5,6,7,8 Keadaan umum pasien bisa masih cukup baik sampai keadaan kurus dan kahexia, pada wanita sering dijumpai tuberkulosa peritoneum disertai oleh proses tuberkulosis pada ovarium atau tuba, sehingga pada alat genitalia bisa ditemukan tanda-tanda peradangan yang sering sukar dibedakan dengan kista ovarium.1

Tabel 1. Keluhan pasien Tuberkulosis Peritonitis bersumber dari beberapa penelitian.1,5,6,7,8KeluhanSulaiman A1975-197930 pasien%Manohar dkk1984-198845 pasien%Tarim Akin dkk1988-199723 pasien%Kai Ming Chow dkk1989-200060 pasien%VH Chong,N Rajendran1995-200410 pasien%Ming-Leun Hu dkk2000-200614 pasien%

Sakit perut5735,982736071,4

Pembengkakan perut5073,196937057,1

Batuk40-20-

Demam3053,969586035,7

Keringat malam26---

Anoreksia3046,973-60-

Berat badan menurun2344,180-4042,9

mencret20--10-

konstipasi---21,4

Dari beberapa hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak didapatkan pada pasien Tuberkulosis Peritonitis yaitu : pembengkakan perut, sakit perut,demam,dan penurunan berat badan.