24
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara umum, politik menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan kekuasaan. Adapun kekuasaan dapat diartikan sebagai otoritas, kontrol, kapasitas dan hubungan. Kekuasaan adalah pengaruh atau pengawasan atas pengambilan keputusan- keputusan yang berwenang. Pengertian kata “politik” masa sekarang, adalah, pertama menunjuk pada kehidupan manusia dan kehidupan bermasyarakat yang menyangkut hubungan kekuasaan. Negara adalah sebuah konsep politik. Negara sebagai suatu organisasi mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. pertama, sifat memaksa, dalam arti Negara bisa menjalankan kekuasaan untuk menjalankan kekerasaan fisik secara sah. Makanya negara bisa menumpas para pemberontak. Kedua, sifat monopoli, dalam arti tidak ada satu golongan pun dari keseluruhan golongan yang ada dalam masyarakat yang dapat menganjurkan tujuan-tujuan yang bertentangan dengan tujuan-tujuab yang ditetapkan negara. Jadi, tidak ada negara dalam negara. Ketiga, sifat mencakup semua unsur negara yaitu rakyat (penduduk), wilayah (daerah), pemerintah dan kedaulatan. Pada waktu Yesus melayani ada kelompok politik Zelotis. Simon dan Yudas Iskariot adalah para Zelotis (Luk 6:15; Kis 1:13). Ciri orang Zelot adalah bertemperamen keras 1

Tugaas Agama Kristen Tina 2003

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keimanan kristen

Citation preview

Page 1: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum, politik menunjuk pada hal-hal yang berkaitan dengan

kekuasaan. Adapun kekuasaan dapat diartikan sebagai otoritas, kontrol,

kapasitas dan hubungan. Kekuasaan adalah pengaruh atau pengawasan atas

pengambilan keputusan-keputusan yang berwenang.

Pengertian kata “politik” masa sekarang, adalah, pertama menunjuk

pada kehidupan manusia dan kehidupan bermasyarakat yang menyangkut

hubungan kekuasaan.

Negara adalah sebuah konsep politik. Negara sebagai suatu organisasi

mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. pertama,

sifat memaksa, dalam arti Negara bisa menjalankan kekuasaan untuk

menjalankan kekerasaan fisik secara sah. Makanya negara bisa menumpas para

pemberontak. Kedua, sifat monopoli, dalam arti tidak ada satu golongan pun dari

keseluruhan golongan yang ada dalam masyarakat yang dapat menganjurkan

tujuan-tujuan yang bertentangan dengan tujuan-tujuab yang ditetapkan negara.

Jadi, tidak ada negara dalam negara. Ketiga, sifat mencakup semua unsur

negara yaitu rakyat (penduduk), wilayah (daerah), pemerintah dan kedaulatan.

Pada waktu Yesus melayani ada kelompok politik Zelotis. Simon dan

Yudas Iskariot adalah para Zelotis (Luk 6:15; Kis 1:13). Ciri orang Zelot adalah

bertemperamen keras karena tertindas oleh Romawi dan taaat pada hukum

Turat (Kis 21:20). Kelompok Zelot itu didirikan oleh Yudas orang Galilea untuk

melawan Roma. Mereka bergerilya selama 60 tahun dan pernah melakukan

perlawanan fisik terhadap Roma . Pada tahun 74 mereka ingin membebaskan

Israel dari penjajahan Romawi.

Menurut logo (2009), krtik dan pesan Yesus terhadap para elit politik

adalah, pertama, mereka harus visioner dan tidak boleh mendua hati (Mat 6:24).

Kedua, tidak berdosa (Mat 5:4). Ketiga, harus rendah hati (Mat 5:5). Keempat,

harus menegakkan kebenaran (Mat 5:6). Kelima, suci hatinya (Mat 5:8; 5:48).

1

Page 2: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

Keenam, konsisten untuk membawa damai (Mat 5:9). Ketujuh, memperjuangkan

keadilan dan kebenaran.

Munculnya pemerintahan-pemerintahan oleh manusia adalah bukti

bahwan manusia hidup dalam dosa. Kemudian, perlu dibedakan antara

pemerintahan rohani dan sekuler. Pemerintahan rohani menunjuk pada suatu

keadaan dunia di mana rohani ini termanifestasi dalam keadaan gereja.

Sedangkan pemerintahan sekuler adalah pemerintahan sipil yang, menunjuk

pada pemerintahan negara. Pemerintahan sipil merupakan perpanjangan tangan

Tuhan dalam mengurus masyarakat di mana pemerintahannya seharusnya

adalah hamba-hamba Tuhan (orang-orang yang takut akan Tuhan dan berhati

pelayan). Hubungan antara pemerintah negara dan gereja adalah, pertama tidak

saling mencampuri. Kedua , saling bekerja sama.untuk menjalankan amanat

Tuhan. Ketiga pemerintahan rohani (gereja) adalah independen tanpa campur

tangan pemerintah negara. Keempat, pemerintahan rohani (gereja) adalah

refleksi politik kristen dalam dunia modern.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana peran orang kristen dalam menghadapi perpolitikan di

Indonesia sejak dari awal kemerdekaan sampai sekarang?

2. Apa yang menjadi dasar orang kristen mengikuti perpolitikkan?

3. Kegiatan politik yang bagaimana yang baik di mata Tuhan Yesus Kristus?

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang menjadi alasan orang kristen untuk mau mengikuti dan

berperan dalam bidang politik di Indonesia?

2. Hal-hal yang menjadi sangkut paut politik dalam agama.

3. Pengenalan politik yang bagaimana agar orang-orang tidak lari dari jalur

Tuhan?

2

Page 3: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

D. TUJUAN PENULISAN

1. Agar tercapai jiwa kekristenan yang benar khususnya dalam bidang

politik.

2. Mengetahui perjuangan orang kristen dari zaman penjajahan.

3. Mengambil sisi yang baik untuk melanjutkan semangat orang kristen

untuk mau terus berpolitik.

E. MANFAAT PENULISAN

1. Untuk membuka wawasan para mahasiswa dalam sejarah perpolitikan

yang menyangkut orang kristen di Indonesia

2. Menambah pengalaman dari segi pengetahuan sebagai pegangan untuk

mengembangkan perpolitikan yang lebih bersih dan politik yang benar.

3. Lebih bersemangat lagi melaksanakan dan mengikuti perpolitikan di

indonesia.

3

Page 4: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN POLITIK

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam

masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya

dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai

definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional

maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut

pandang berbeda, yaitu antara lain:

a. politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan

kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)

b. politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan

dan negara

c. politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan

mempertahankan kekuasaan di masyarakat

d. politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan

kebijakan publik.

Pada umumnya apa yang disebutkan diatas berkaitan dengan

bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara, yang menyangkut proses

penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan. Untuk melaksanakan tujuan, perlu

ditentukan kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian

atau alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber daya yang ada. Untuk itu

diperlukan kekuatan dan kewenangan. Politik selalu menyangkut tujuan publik,

tujuan masyarakat sebagai keseluruhan dan bukan tujuan pribadi seseorang.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara

lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik,

proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk

tentang partai politik. Politik itu menyangkut kegiatan berbagai kelompok

termasuk kegiatan partai politik dan kegiatan individu demi kepentingan bersama.

4

Page 5: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

B. ORANG KRISTEN DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN

INDONESIA

Yang dimaksudkan dengan orang Kristen di sini adalah orang Kristen

Protestan Indonesia. Kita sudah mendengar tentang perkembangan kekristenan

di lndonesia dan bahkan beberapa daerah telah menjadi daerah Kristen seperti

Maluku, Timor, Minahasa dan Tapanuli. Juga telah kita catat bahwa pada awal

abad ke-20 di Indonesia telah muncul semangat nasionalisme yang ingin untuk

membebaskan dirinya dari kekuasaan penjajahan Belanda. Arus kebangkitan

Indonesia itu demikian derasnya sehingga orang Kristen Indonesia tidak dapat

berdiam diri saja. Orang Kristen Indonesia dituntut suatu sikap terhadap

pergerakan kemerdekaan Indonesia. Orang Kristen Indonesia ditempatkan pada

posisi yang sulit dan ragu-ragu untuk menentuhan sikap terhadap pergerakan

kemerdekaan karena para Pekabar Injil tidak mempersiapkan orang Kristen

lndonesia secara teologis dalam menghadapi persoalan politik di Indonesia.

Pada umumnya para Pekabar lnjil tidak mau melibatkan diri dalam masalah

politik sekalipun mereka tidak antipolitik. Itulah sebabnya maka pada orang

Kristen Indonesia terdapat bermacam-macam sikap terhadap perjuangan

kemerdekaan Indonesia.

Keterlibatan orang Kristen Indonesia dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia

baik melalui organisasi kedaerahan maupun lewat partai politik yang tidak

berdasarkan kekristenan dan partai yang berdasarkan kekristenan, kurang

menonjol jika dibandingkan dengan peranan orang non-Kristen. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Para Pekabar lnjil tidak mempersiapkan orang Kristen Indonesia untuk

menghadapi masalah yang akan dihadapinya dalam bidang politik. Hal ini

mengakibatkan orang Kristen Indonesia tidak dapat menghubungkan iman

Kristennya dengan nasionalisme lndonesia. Oleh karena ketidaksanggupan itulah

maka organisasi kedaerahan yang pemimpin dan anggotanya beragama Kristen,

seperti Sarekat Ambon, Persatoean Minahasa dan sebagainya tidak dapat

menempuh jalan lain selain jalan netral terhadap agama. Mereka tidak mau

melibatkan agama di dalam perjuangan politik.

5

Page 6: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

2. Orang Kristen yang merupakan golongan minoritas di Indonesia, dibeberapa

daerah mempunyai kedudukan yang agak istimewa dalam pemerintahan

Belanda, jika dibandingkan dengan golongan penduduk lainnya sehingga

dorongan untuk mendobrak kolonialisme kurang menonjol.

Pada tahun 1930, dalam kalangan Kristen Protestan dibentuk suatu partai politik

yang bersifat nasionalis dengan nama “Partai Kaoem Masehi lndonesia” (PKMI).

PKMl berpendapat bah¬wa Belanda mempunyai kewajiban moral untuk memberi

rakyat Indonesia kemerdekaan serta mendidik rakyat Indonesia sehingga dapat

berdiri sendiri. Peranan orang Kristen dalam partai politik yang berdasarkan

nasionalisme tidaklah besar. Dalam periode ini hanya tercatat nama-nama

seperti Mr. J. Latuharhary (Parindra), Dr. G.S.S.I. Ratulangi (Persatoean

Minahasa) dan tokoh yang sangat menonjol adalah Mr. Amir Sjarifoeddin

(Partindo, Gerindo dan GAPI). Pemuda Indonesia telah berhasil mengadakan

Kongres Pemuda l (1926) dan Kongres Pemuda II (1928). Dalam persiapan dan

penyelenggaraan kongres ter¬sebut pemuda Kristen juga turut aktif seperti: J.

Leimena, Kajadu, Amir Sjarifoeddin, Taoulle Salehuwey dan sebagainya. 23

Pemuda Kristen yang bergabung dalam organisasi pemuda ke¬daerahan seperti

Jong Batak’s Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong

Celebes, PPPI dan sebagainya, turut serta dalam kongres-kongres tersebut.

Me¬reka juga ikut mengikrarkan sumpah pemuda yang terkenal itu.

Keikutsertaan pemuda Kristen dalam mengikrarkan Sumpah Pemuda itu

menunjukkan bahwa mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia tidak dapat

berdiam diri saja sementara pemuda dari golongan lainnya berjuang mati-matian

untuk kemerdekaan Indonesia. Dalam diri pemuda Kristen telah tumbuh

kesadaran bahwa mereka adalah bagian integral dari pemuda lainnya sehingga

mereka juga harus bisa berjuang untuk kemerdekaan nusa dan bangsanya.

Di tahun yang sama dibentuk organisasi pemuda Indonesia Moeda. lndonesia

Muda merupakan persatuan dari organisasi pemuda kedaerahan seperti Jong

Java, Jong Batak’s Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon,

Jong celebes, dan sebagainya. Dengan demikian banyak pemuda Kristen turut

berjuang melalui Indonesia Moeda. Pemuda Kristen yang sedang belajar di luar

negeri (di Belanda) juga turut berjuang bagi kemerdekaan bangsanya. Tokoh-

tokoh seperti L.B. Sitanala, A.l.Z. Mononutu merupakan tokoh-tokoh dalam

6

Page 7: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

Perhimpunan Indonesia. Bahkan di Eropa, dibentuk perkumpulan pemuda

Kristen lndonesia yang bernama: Indonesische Christen Jongeren Vereeniging.

Pemimpin-pemimpinnya adalah S. Nimpoeno, G. Silitonga, Liem Toan Hien, P.

Tindas. Pada periode ini partisipasi pemuda Kristen dalam perjuangan

kemerdekaan makin besar.

C. KONDISI GEREJA DAN ORANG KRISTEN DI ZAMAN

PENDUDUKAN JEPANG

Masuknya Jepang ke Indonesia membawa perubahan yang besar dalam

kehidupan gereja-gereja dan orang Kristen di Indonesia. Dominasi Lembaga

Pekabaran Injil dari Barat dan para Pekabar Injil Barat berakhir di Indonesia. Kini

gereja di Indonesia terpaksa berdiri sendiri dan ternyata bahwa gereja di

Indonesia tetap hidup dan melaksanakan tugas panggilannya sebagai gereja.

Gereja di Indonesia mengalami penderitaan yang hebat, gereja-gereja yang

hingga saat itu masih dipimpin oleh Pekabar Injil Belanda dan bangsa kulit putih

lainnya kehilangan pemimpinnya. Gereja belum dipersiapkan untuk menghadapi

situasi yang buruk ini. gereja bukan saja kehilangan pemimpin dan tenaga

pengajarnya yang berkulit putih tetapi juga kehilangan bantuan keuangan dan

material lainnya dari luar. gereja-gereja di Indonesia mengalami masa

moratorium total. Jepang sangat anti-Barat sehingga segala sesuatu yang

berbau Barat harus dihilangkan. Orang Kristen sangat menderita pada masa ini

bukan saja dari pihak Jepang tetapi juga dari pihak Islam. Orang dicurigai

sebagai orang yang berhati Belanda dan menjadi kaki tangan Belanda. Gereja-

gereja dijadikan asrama tentara, gudang ataupun tempat penyimpanan abu

jenazah tentara Jepang.

Pengalaman gereja dan orang Kristen di Indonesia sangat bervariasi, tergantung

kepada sikap pemerintah setempat. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa

sebelum tibanya pendeta dari Gereja Kristen Jepang maka perlakuan Jepang

terhadap orang Kristen sangat kejam. Namun sesudah tibanya pendeta Jepang

maka penderitaan orang Kristen menjadi lebih ringan. Tuhan telah

mempergunakan para pendeta Jepang untuk melindungi gereja dan umat-Nya di

Indonesia.

7

Page 8: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

Kehadiran pendeta Jepang di Indonesia menyadarkan banyak orang bahwa

agama Kristen bukanlah monopoli atau agama orang kulit putih saja tetapi

merupakan agama orang kulit berwarna juga. Agama Kristen adalah agama

dunia. Agama Kristen tidak dapat disamakan begitu saja dengan golongan

penjajah (Belanda).

Pendudukan Jepang di Indonesia juga membawa manfaat lain yaitu dalam jiwa

orang Kristen Indonesia tumbuhlah perasaan percaya bahwa tanpa berlindung di

bawah payung Lembaga-lembaga pekabaran Injil atau dan Pemerintah Belanda,

gereja di Indonesia tetap dapat hidup dan berkembang.

D. PERAN ORANG KRISTEN DI AWAL KEMERDEKAAN

Peranan gereja dan orang Kristen lndonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan Indonesia pada periode revolusi fisik ini sangat besar dan siapa

pun tidak dapat menyangkalnya. Kebanyakan pemimpin gereja dan orang

Kristen menolak kembalinya Belanda sebagai penguasa di lndonesia. Penolakan

pemimpin gereja dan orang Kristen tersebut diwujudkan dalam bentuk

mengungsinya banyak orang Kristen dari daerah yang diduduki Belanda ke

dalam wilayah Republik, bahkan pemuda-pemuda Kristen ikut bertempur

melawan Belanda. Hal ini khususnya terjadi di Jawa dan Sumatera. Semangat

nasionalisme orang Kristen Indonesia menjadi matang dalam periode ini.

Pada permulaan zaman revolusi, para pemuda Kristen Indonesia membentuk

kesatuan-kesatuan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Di samping dari pemuda-pemuda dari golongan lainnya yang berjuang lewat

kesatuan-kesatuan perjuangan pemuda, kita menemukan pemuda-pemuda

Kristen. Kesatuan-kesatuan perjuangan pemuda kedaerahan yang pada

umumnya terdiri dari pemuda-pemuda Kristen adalah:

a. Angkatan Pemuda Indonesia Ambon (API-Ambon)

Anggota-anggotanya adalah pelajar-mahasiswa suku Ambon/Maluku di Jawa.

Pemimpinnya yang terkenal adalah J. de Fretes, Frans Pattiasina, Robert

Akyuwen dan lain-lain. Tujuan kesatuan ini ialah:

8

Page 9: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

1. Mencegah masarakat Ambon menjadi korban revolusi karena adanya salah

paham di kalangan masyarakat yang menyamakan begitu saja semua orang

Ambon dengap pihak Belanda dalam konflik fisik yang timbul sejak tahun 1945.

2. Melancarkan penerangan-penerangan kepada orang Ambon yang belum

mengerti perkembangan baru karena terpikat pada pikiran lama yang dinominasi

oleh Pemerintah Hindia Belanda dan KNIL-nya.

b. Pemuda Rakyat lndonesia Maluku (PRI-Maluku)

Kesatuan ini dibentuk di Surabaya. Pemimpinnya adalah Dr. G.A. Siwabessy,

Moh. Padang, M. Kalibonso. Dalam pertempuran di Surabaya PRI-Maluku ikut

bertempur melawan tentara Sekutu (baca: Inggris). PRI-Maluku mempunyai

cabang di Jakarta, Bandung, Malang, Yogyakarta dan Semarang.

c. Pemuda Indonesia Maluku (PIM)

Badan perjuangan pemuda Maluku ini dibentuk pada bulan Februari 1946. PIM

merupakan penggabungan dari dua organisasi perjuangan yang disebut di atas

tadi. Persatuan ini merupakan inisiatif dari Mr. J. Latuharhary, gubernur provinsi

Maluku yang berkedudukan di Yogyakarta. Ketua umumnya adalah Dr. J.

Leimena dan didampingi oleh J. de Fretes serta sekretarisnya adalah R.

Akyuwen. PIM mempunyai satu divisi pertahanan yang disebut “Divisi

Patttimura”, yang dibentuk pada tahurt 1941 dengan markas besarnya di Malang.

Dr. G.A. Siwabessy diangkat menjadi Kepala Staf Divisi Pattimura dan Dr.

Radjawane sebagai Panglima Divisi Patimura. Lewat kesatuan ini pemuda

Kristen Maluku telah turut memberi darma baktinya kepada nusa dan bangsanya

Indonesia.

d. Persatuan Pemuda lndonesia

Kesatuan perjuangan ini dibentuk oleh pemuda Ambon, di Ambon. pemimpinya

adalah Maitimu. Usaha-usaha kesatuan perjuangan ini gagal karena Belanda

segera mendarat dan menguasai Ambon.

9

Page 10: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

e. Kebaktian Rakyat lndonesia Sulawesi (KRIS)

KRIS didirikan pada tanggal 1 Oktober 1945. Anggota-anggotanya pada

umumnya adalah para pemuda yang berasal dari Sulawesi dan Kebanyakan

adalah pemuda asal Minahasa. Adapun tujuan daripada KRIS adalah:

“mempersatukan segenap putra Indonesia asal Sulawesi terutama yang ada di

Jawa menjadi suatu benteng yang kokoh yang dapat bekerja seefektif-efektifnya

daIam :

• Perjuangan mempertahankan kemerdekaan

• Pembangunan Tanah Air lndonesia makmur, kekal dan abadi dalam arti

seluas-luasnya.

f. Dewan Minahasa

Dewan ini dibentuk oleh pendukung Republik di Minahasa. Pemimpinnya yang

terkenal adarah Pelengkahu. Mereka mengadakan perlawanan bersenjata

terhadap Belanda, namun pada akhirnya dewan ini gagal dalam perjuangannya

karena kekuatan Beranda jauh lebih besar dan Belanda menguasai seluruh

Minahasa.

g. Pemuda Kristen protestan Indonesia (PPKR)

Didirikan pada tanggal 4 November 1945 di Yogyakarta. pada tahun 1946

namanya diubah menjadi “Persatuan Pemuda Kristen Indonesia (PPKR). Adapun

tujuannya ialah untuk berbakti kepada Tuhan dengan jalan melaksanakan

kewajibannya di dalam jemaat, masyarakat dan negara sebagai lapangan

terlaksananya kehendak Allah. Ketua umumnya adalah Sarwoko W.S. Pemuda

Kristen yang menjadi anggota gerakan ini turut berjuang bersama-sama dengan

pemuda dari golongan lainnya guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dalam bidang pemerintahan orang Kristen juga telah mengambir

peranan yang penting. Tokoh-tokoh nasionalis Kristen yang muncul sejak tahun

30-an tetap memberikan darma bhaktinya demi kehidupan Republik Indonesia.

Tokoh-tokoh seperti Mr. A.A. Maramis, Dr. G.S.S.J. Ratulangi telah turut serta

mempersiapkan segala sesuatu guna kelahiran Negara Indonesia Merdeka.

Mereka turut serta dalam perumusan UUD 1945. Mr. J. Latuharhary diangkat

10

Page 11: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

menjadi gubemur Provinsi Maluku dan Dr. G.S.S.J. Ratulangi menjadi gubernur

Provinsi Sulawesi. Dalan kabinet kita menemukan para menteri yang beragama

Kristen dan juga adalah tokoh-tokoh Kristen Indonesia seperti: Mr. Amir

Sjarifoeddin, Ir. F. Laoh, Ir. Putuhena, Dr. Mr. T.S.G. Mulia, Dr. J. Leimena,

Mr.A.A. Maramis dan sebagainya. Dalam bidang diplomasi terkenallah dr. J.

Leimena, T.B. Simatupang, Mr. Amir Sjarifoeddin dan dalam angkatan bersenjata

terdapat tokoh seperti: TB. Simatupang, A.E. Kawilarang, M. Simbolon, M.

Panggabean, D.I. Pandjaitan, John Lie dan sebagainya.

Partisipasi orang Kristen Indonesia dalam memperlahankan dan mengisi

kemerdekaan Indonesia yang terpenting adalah dengan dibentuknya “Partai

Kristen Nasional”, pada tanggal 18 November 1945 (kemudian pada tahun 1946

diubah menjadi Partai Kristen Indonesia-Parkindo). PKN dibentuk berdasarkan

maklumat pemerintah RI, bahwa pemerintah menyukai timbulnya partai-partai

politik karena dengan adanya partai-partai itulah segala aliran dan paham yang

ada dalam masyarakat dapat dipimpin berjalan teratur. Sebagai ketua ditunjuk

Dr. W.Z. Johannes dan sekretarisnya adalah Marjoto. Tujuan dari PKN

dirumuskan sebagai berikut: “Berusaha dalam bidang politik, ekonomi dan sosial

menurut asas-asas Firman Tuhan yang termaktub dalam Kitab Suci”.

Tentang peranan orang Kristen Indonesia dalam periode setelah merdeka, T.B.

Simatupang menulis sebagai berikut:

“Sejak bangsa kita merundingkan dasar yang paling tepat bagi Negara merdeka

jang akan didirikan, suara dan peranan orang Kristen Indonesia didengar dan

diperhitungkan. sejarah perdjuangan bangsa Indonesia, baik di bidang militer, di

bidang diplomasi, politik membuktikan bahwa umat Kristen Indonesia tidak

pernah berada pada garis kedua melainkan pada garis depan dalam tahun-tahun

yang paling menentukan dalam Revolusi Fisik kita. Dalam tahun-tahun itulah

Parkindo lahir (1945) dan berkembang. Taman-taman Pahlawan merupakan

saksi-saksi akan apa jang terdjadi pada tahun-tahun itu melambangkan bahwa

negara Pancasila kita adalah milik dari semua golongan, termasuk orang Kristen

Indonesia, sebab semuanja telah turut memberikan korban jang setinggi-

tingginya untuk negara Pancasila itu. Karena itu maka adalah suatu

11

Page 12: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

penjangkalan terhadap sedjarah apabila masih ada jang berpikir dan berbitjara

tentang golongan majoritas dan minoritas”.

Demikianlah juga Jenderal A.H. Nasution mengakui peranan orang

Kristen Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jenderal Nasution

selaku Menteri Keamanan Nasional berbicara pada perayaan Yubileum 100

tahun HKBP sebagai berikut:

“Pemuda-pemuda Batak yang menjadi anggota HKBP, banyak juga

yang menyumbangkan tenaga, pikiran dan raganya dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Bukan hanya di Sumatra Utara tetapi juga di Padang,

Palembang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan lain-lain, tempat

pemuda-pemuda Kristen Batak berjuang malahan kerapkali pelopor-pelopor dari

perjuangan kemerdekaan itu. Pemuda-pemuda Batak ini yang telah belajar

berbakti kepada Tuhan, tidak ketinggalan untuk berbakti pula pada Tanah Air

Indonesia. Dalam Taman-taman Pahlawan sejak Kota Radja sampai Ambon,

saya terharu melihat kuburan-kuburan pejuang-pejuang yang beragama Kristen

umumnya, di mana termasuk kuburan-kuburan dari pemuda Kristen dari HKBP

pada khususnya di samping kuburan-kuburan pejuang-pejuang Islam dan lain-

lain agama.

E. BIDANG POLITIK INDONESIA DALAM ERA REFORMASI

Ketika Indonesia memasuki era reformasi, saluran kebebasan berpolitik

dibuka seluas-luasnya. Orang berlomba-lomba mendirikan partai-partai politik.

Tidak terkecuali orang-orang Kristen. Sebagian lainnya melibatkan diri di dalam

partai-partai bersifat kebangsaan, karena merasa aspirasi politiknya ditampung di

dalam partai-partai tersebut. Semua ini baik. Namun pertanyaannya adalah,

apakah yang diperjuangkan oleh umat Kristen dengan mendirikan partai-partai

Kristen, atau melibatkan diri di dalam partai-partai bersifat kebangsaan itu?

Adakah visi Kristen yang diyakini yang sekaligus membimbing mereka, sehingga

di dalam partai manapun mereka melibatkan diri mereka tidak kehilangan arah?

Pertanyaan ini juga tidak mudah menjawabnya. Biasanya orang berpendapat

bahwa seseorang yang berada di dalam partai politik tertentu tidak bisa

melepaskan diri dari ideologi partai tersebut. Tulisan ini berusaha menyumbang

sesuatu mengenai apa yang disebut visi Kristen tentang politik itu.

12

Page 13: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

[1] Sebuah gerakan yang muncul dalam abad ke 17 dan 18 di Eropa yang

berusaha mencari di dalam “agama hati yang bersifat pribadi” suatu alternatif

kehidupan menghadapi sistem skolastisisme ortodoksi Luther. Gerakan ini

dipelopori oleh Philip Jacob Spener (1635-1705), seorang pendeta Lutheran di

Frankfurt. Dalam bukunya Pia Desideria ia mendorong suatu studi bersifat

devosional terhadap Alkitab. Usahanya ini, kendati mendapat perlawanan,

namun tersebar ke mana-mana. Muridnya, yang bernama A.H.Francke (1663-

1727), menjadikan Universitas Halle dan Rumah Yatim Francke sebagai pusat

pekabaran Injil dan pendidikan, termasuk penerbitan. Gerakan ini, yang

belakangan mengalami semacam pembaruan di abad ke 19 masuk ke Indonesia

bersama-sama dengan gencarnya upaya-upaya pekabaran Injil.

F. TINDAKAN UMAT KRISTEN DALAM MENYINGKAPI KEHIDUPAN

POLITIK DI INDONESIA

Pembicaraan mengenai kehidupan politik bagi umat kristen tentunya

diperhadapkan pada kemajemukan baik suku, agama-agama dan ras di

Indonesia biasanya berlangsung dalam konteks kerukunan. Ada yang

mengartikan kerukunan beragama sebagai "kerukunan di antara agama-agama",

tetapi ada juga yang melihatnya sebagai "kerukunan di antara umat beragama".

Hal terakhir ini mengasumsikan bahwa penganut agama yang satu dengan

penganut agama yang lain bisa saling rukun, tetapi belum tentu sehubungan

dengan agama yang satu dengan agama yang lain. Dapat saja ada anggapan,

bahwa antara agama yang satu dengan yang lain pada hakikatnya terdapat

pertentangan atau bahkan konflik yang tidak mungkin dapat dipertemukan.

Kalau pemahaman yang terakhir ini diikuti, maka jalan keluar yang

dilihat untuk menjamin mulusnya kerukunan beragama dicari di luar tubuh

agama. Di Indonesia, kita sudah terbiasa untuk mengalaskan kerukunan

beragama ini pada perangkat-perangkat yang disediakan oleh negara atau

pemerintah. Pancasila dan UUD 1945 kerapkali dijadikan dasar pergumulan agar

orang Kristiani dapat hidup dengan layak di tengah-tengah masyarakat

Indonesia. Kenyataan bahwa Indonesia memiliki sebuah ideologi negara dan

UUD yang diharapkan dapat merukunkan penganut agama-agama di dalamnya,

perlu disyukuri, mengingat banyak negara-negara (bahkan yang sudah maju

13

Page 14: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

sekalipun!) yang tidak memikirkan faktor kemajemukan agama sebagai sesuatu

yang menentukan dalam perjalanan hidup suatu bangsa. Bahkan di tengah-

tengah kegelisahan umat Kristiani dan umat-umat "kecil" lainnya, bahwa

sekarang ini terdapat usaha-usaha yang cenderung untuk memprioritaskan umat

tertentu dengan alasan "proporsionalitas". Nampaknya, prinsip di atas bahwa

Pancasila dan UUD 1945 memenuhi untuk memungkinkan kerukunan beragama

tetap tidak diragu-ragukan.

Yang menarik adalah pandangan sebagian orang lagi bahwa dasar

untuk kerukunan beragama dapat dilihat pada kesamaan keprihatinan dan

pergumulan kemanusiaan dari setiap penganut agama. Pembicaraan seperti ini

biasanya berlangsung dalam rangka dialog antaragama. Karena itu kita

membicarakannya secara tersendiri, dan pada akhirnya mempertanyakan

apakah dasar itu sudah cukup?

G. TEOLOGI POLITIK KRISTEN DI INDONESIA

Upaya berteologia politik telah lama ada dalam khasanah keristenan di

Indonesia. Sebagai suatu proses yang tidak pernah berhenti, eksperemintasi

berteologia politik itu telah dicatat sejarah pada masa penjajahan. Bahkan dapat

dikatakan unik, sebab upaya itu tidak berangkat dari laboratorium intelektual,

tetapi justru dari kalangan publicans, seperti Pattimura yang melakukan gerakan

politik dengan mengangkat senjata di Maluku dan Manullang dan kawan-kawan

di tanah Batak yang melakukan bentuk-bentuk penyadaran dan

pengorganisasian yang mengusung tema-tema kemandirian dan kerja keras.

Pada masa-masa pembebasan diri dari penjajahan, orang-orang kristen juga

telah melakukan bentuk-bentuk teologia yang operasional dengan mendirikan

organisasi-organisasi kemasyarakatan dan sebagian merubah diri menjadi partai

politik. Kita dapat mencatat perkumpulan sosail Mardi Pratojo yang kemudian

menjadi Partai Perserikatan Kaum Kristen (PKC) atau Christelijke Ambonche

Volksbond (CAV), dll. Hal yang sama juga terjadi pada saat Indonesia merdeka.

Partai Kristen Indonesia (Parkindo) hadir sebagai bagian dari upaya dan proses

berteologia politik secara operasional. Muatan atau tema-tema yang diusung dan

dikomunikasikan kepada orang-orang kristen adalah dari dan demi kepentingan

‘orang kristen’. Sesuatu yang seringkali dikatakan orang sebagai lebih berpolitik

14

Page 15: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

‘teknis’ ketimbang berpolitik ‘etis’. Disadari atau tidak, telah terjadi pembiaran

yang berkepanjangan dalam tataran konseptual teologia politik kristen di

Indonesia. Dasar berpijak dalam tabung ‘independensi’ gererja, dalam

realitasnya seringkali diterjemahkan sebagai netralitas dan sterilisasi politik

dalam semua ruang gereja.

Orang kristen harus menghormati kewibawaan pemerintahan dunia

selama kebijakan itu dilakukan demi kesejahteraan masyarakat dan didasarkan

pada undang-undang yang berlaku. Tetapi kebijakan itu tidak boleh mengambil

alih kewibawaan atau wewenang Allah. Bagaimana seharusnya orang kristen

sebagai warga negara menaati lembaga-lembaga resmi negara yang mengatur

kehidupan masyarakat dalam usahanya menegakkan kebenaran dan keadilan

kesejahteraan masyarakat ditulis di Roma 13:13. Sikap orang kristen terhadap

politik ada 3 bersifat antagonistis, rejektif, dan menyesuaikan.

Respon yang benar itulah yang lebih penting dan menentukan sikap

terhadap berbagai gejolak politik yang terjadi. Allah menghendaki orang kristen

taat kepada pemerintah, sesuai dengan pengertian bahwa pemerintah

menjalankan tugas dan wewenang yang diberikan oleh Allah. Tentunya

pmerintah harus mempertanggung jawabkannya kepada pemberi kekuasaan

yaitu Allah sendiri. Jika orang kristen tidak taat kepada pemerintah dan

berpartisipasi secara aktif sebagai warga negara yang bertanggung jawab maka

citra kekristenan akan rusak. Orang Kristen harus mengakui lembaga

pemerintahan yang diadakan oleh karena kehendak Allah.

15

Page 16: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Di satu sisi, orang kristen sebagai warga negara harus tunduk pada

pemeruntahan dalam arti mengasihi para pemimpin dan penegak hukum. Namun

di sisi lain, sebagai warga negara, orang kristen harus bersifat kritis. Paulus tidak

mau terima begitu saja dengan kelakuan ilegal. Ketika diperlakukan tidak adil

oleh penguasa, ia memprotes dan kemudian mendapatkan keadilan.

Orang-orang Kristen hendaknya turut aktif dalam politik. Namun bukan

untuk berebut kekuasaan dan materi. Orang kristen harus melihat sebagai

panggilan pelayanan, dan panggilan kehambaan. Orang-orang kristen dipanggil

untuk menguasai parlemen pemerintahan politik supaya mewujudkan

pemerintahan yang adil, benar dan bebas KKN. Panggilan pelayanan itu terkait

dengan panggilan untuk menjadi garam dan terang.

Hubungan politik dengan agama tidak dapat dipisahkan. Dapat

dikatakan bahwa politik berbuah dari hasil pemikiran agama agar tercipta

kehidupan yang harmonis dan tenteram dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Hal ini disebabkan, pertama, oleh sikap dan keyakinan bahwa seluruh

aktifitas manusia, tidak terkecuali politik, harus dijiwai oleh ajaran-ajaran agama;

kedua, disebabkan oleh fakta bahwa kegiatan manusia yang paling banyak

membutuhkan masukan adalah bidang politik, dan hanya agamalah yang

dipercayai mampu memberikan masukan yang paling meyakinkan karena sifat

dan sumbernya yang benar.

Saran

Para politikus kristen hendaknya juga menjadi agen-agen perubahan. Itu

di butuhkan keteladanan sikap dan perilaku yang baik. Setiap politikus kristen

harus berani mengatakan tidak atas semua tawaran, bujukan atau strategi-

strategi yang dapat membuatnya jatuh pada tindakan korupsi, kolusi ataupun

nepotisme. Menjauhi segala bentuk premanisme dan menegakkan hukum secara

konsisten dan konsekuen.

16

Page 17: Tugaas Agama Kristen Tina 2003

Daftar Pustaka

http://tantridilogi10.blogspot.com/2013/06/agama-dan-politik.html http://

m.leimena.org/id/page/v/388/visi-kristen-mengenai-politikhttp://

tantridilogi10.blogspot.com/2013/06/agama-dan-politik.html http://

sakatik.blogspot.com/2008/09/politik-dan-persfektif-kristen-di.html

17