Upload
febiyora-chandra-kirana
View
18
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mj
Citation preview
TUGAS GEOLOGI SEJARAH
“KLASIFIKASI MORFOLOGI”
Oleh :
FEBIYORA CHANDRA KIRANAF1D213034
PRODI TEKNIK GEOLOGIJURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS JAMBISEMESTER GANJIL
2015/2016
KLASIFIKASI MORFOLOGI
Menurut Van Bemmelen
Wilayah Jawa Barat dibagi menjadi empat jalur fisiografi (Gambar 2.1) yaitu :
1. Dataran Pantai Jakarta yang menempati bagian utara Jawa Barat, memanjang dengan arah barat-timur dari Serang sampai ke Cirebon. Daerah ini disusun oleh endapan sungai, hasil erupsi gunungapi muda, endapan banjir, dan pantai.
2. Zona Bogor, terletak di sebelah selatan pantai utara, membentang dari Rangkasbitung sampai ke Bumiayu. Zona ini disusun oleh batuan yang berumur Neogen yang terlipat kuat. Zona ini telah mengalami tektonik yang kuat sehingga terlipatkan dan membentuk antiklinorium yang cembung ke utara dan cukup rumit. Selain itu muncul tubuh-tubuh intrusi yang umumnya berelief lebih terjal.
3. Zona Bandung merupakan jalur yang memanjang mulai dari Sukabumi sampai ke Segara Anakan di Pantai Selatan Jawa Tengah. Zona Bandung merupakan hasil depresi antara jalur-jalur pegunungan (intermountain depression) yang sering terlihat berarah barat - timur dengan dibatasi deretan gunungapi di utara dan selatannya. Zona Bandung didominasi oleh erupsi hasil gunungapi yang berumur Resen.
4. Zona pegunungan selatan Jawa Barat, terletak di sebelah selatan Jawa Barat. Jalur ini membentang dari Pelabuhan Ratu di sebelah barat sampai Pulau Nusakambangan di sebelah timur dengan lebar rata-rata 50 km. Pada ujung sebelah timur Pulau Nusakambangan terjadi penyempitan, sehingga lebarnya hanya beberapa kilometer saja.
Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur secara fisiografi dapat dikelompokkankedalam lima zona , dari selatan ke utara :1. Zona Pegunungan Selatan2. Zona Solo3. Zona Kendeng4. Zona Randublatung5.Zona Rembang
Wilayah Kalimantan secara fisiologi dikelompokkan menjadi 5 zona, yang meliputi : 1. Zona Cekungan Kutai 2. Zona Tinggian Kuching,3. Zona Blok Schwaner 4.Zona Cekungan Pasir Selatan5. Zona Blok Paternosfer.
Menurut Van ZuidamKlasifikasi bentukan asal berdasarkan genesa dan sistem pewarnaan (van Zuidam, 1983).
No Genesa Pewarnaan
1 Denudasional (D) Coklat
2 Struktural (S) Ungu
3 Vulkanik (V) Merah
4 Fluvial (F) Biru muda
5 Marine (M) Biru tua
6 Karst (K) Orange
7 Glasial (G) Biru muda
8 eolian (E) Kuning
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional,(van Zuidam, 1983)
Kode Unit Karakteristik
D1Denudational slopes and hills
Lereng landai-curam menengah (topografi bergelombang kuat), tersayat lemah-menengah.
D2Denudational slopes and hills
Lereng curam menengah-curam (topografi ber-gelombang kuat-berbukit), tersayat menengah tajam.
D3Denudational hills and mountain
Lereng berbukit curam-sangat curam hingga topografi pegunungan, tersayat menengah tajam.
D4 Residual hills
Lereng berbukit curam-sangat curam, tersayat menengah. Monadnocks : memanjang, curam, bentukan yang tidak teratur.
D5 PaneplainsHampir datar, topografi bergelombang kuat, tersayat lemah-menengah.
D6 Upwarped paneplains Hampir datar, topografi bergelombang
plateau kuat, tersayat lemah-menengah.
D7 Footslopes
Lereng relatif pendek, mendekati horisontal hingga landai, hampir datar, topografi berge-lombang normal-tersayat lemah
D8 Piedmonts
Lereng landai menengah, topografi berge-lombang kuat pada kaki atau perbukitan dan zona pegunungan yang terangkat, tersayat menengah.
D9 ScarpsLereng curam-sangat curam, tersayat lemah-menengah.
D10 Scree slopes and fans Landai-curam, tersayat lemah-menengah
D11Area with several mass movement
Tidak teratur, lereng menengah curam, to-pografi bergelombang-berbukit, tersayat menengah (slides, slump, and flows).
D12 BadlandsTopografi dengan lereng curam-sangat curam, tersayat menengah.
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal karst (van Zuidam,1983)
Kode Unit Karakteristik
K1 Karst Plateaus
Topografi bergelombang – bergelombang
kuat dengan sedikit depresi hasil
pelarutan dan lembah mengikuti kekar.
K2Karst/Denudation Slope
and Hills
Topografi dengan lereng menengah –
curam, bergelombang kuat – berbukit,
permukaan tak teratur dengan
kemungkinan dijumpai lapis, depresi
hasil pelarutan dan sedikit lembah kering.
K3 Karstic/Denudational
Hills and Mountains
Topografi dengan lereng menengah
sangat curam, berbukit, pegunungan,
lapis, depresi hasil pelarutan,cliff,
permukaan berbatu.
K4Labyrint or Starkarst
Zone
Topografi dengan lereng curam – sangat
curam, permukaan sangat kasar dan tajam
dan depresi hasil pelarutan yang tak
teratur.
K5 Conical Karst Zone
Topografi dengan lereng menengah –
sangat curam, bergelombang kuat –
berbukit, perbukitan membundar bentuk
conic & pepino & depresi polygonal
(cockpits & glades).
K6
Tower Karst Hills or
Hills Zone/Isolated
Limestone Remnant
Perbukitan terisolir dengan lereng sangat
curam – amat sangat curam (towers,
hums, mogots atau haystacks).
K7 Karst Aluvium Plains
Topografi datar – hampir datar
mengelilingi sisa batugamping terisolasi /
zona perbukitan menara karst atau
perbukitan normal atau terajam lemah.
K8Karst Border/Marginal
Plain
Lereng hampir datar – landai, terajam dan
jarang atau sangat jarang banjir.
K9 Major Uvala/Glades
Sering ditamukan depresi polygonal atau
hasil pelarutan dengan tepi lereng curam
menengah – curam, jarang banjir.
K10 Poljes
Bentuk depresi memanjang dan luas,
sering berkembang pada sesar dan kontak
litologi, sering banjir oleh air sungai, air
hujan & mata air karst.
K11 DryValleys (Major)
Lembah dengan lereng landai curam –
menengah, sering dijumpai sisi lembah
yang curam – sangat curam, depresi hasil
pelarutan (ponors) dapat muncul.
K12 Karst Canyons/Collapsed Lembah berlereng landai curam –
menengah dengan sisi lembah sangat
Valleyscuram – teramat curam, dasar lembah tak
teratur dan jembatan dapat terbentuk.
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal struktural (Van Zuidam, 1983).
Kode Unit Karakteristik
S 1
Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat dengan pola aliran berhubungan dengan kekar, dan patahan
Tersayat
S 2
Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat dengan pola aliran berkaitan dengan singkapan batuan berlapis
Berbentuk liniear
S 3
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola aliran berkaitan dengan kekar dan patahan
Tersayat kuat
S 4
Topografi perbukitan hingga pegunungan denganpola aliran berkaitan dengan singkapan batuan berlapis
Berbentuk liniear, tersayat kuat
S 5Mesag/dataran tinggi dikontrol struktur
Topografi datar hingga bergelombang lemah di atas plateau dan perbukitan di bagian tebing
S 6 Cuestas
Bergelombang lemah di bagian lereng belakang dan perbukitan pada lereng depan. Tersayat lemah.
S 7 Hogbacks dan flatironsTinggian berupa topografi perbukitan tersayat.
S 8 Structural denudational terracesTopografi bergelombang lemah hingga perbukitan. Tersayat.
S 9 Perbukitan antiklin dan sinklin Topografi bergelombang kuat
hingga perbukitan.
S 10 kubah/perbukitan sisaTopografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
S 11Dykes
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan. Tersayat.
S 12 Tebing sesarTopografi bergelombang kuat hingga perbukitan. Tersayat.
S 13 Depresi grabenTopografi bergelombang lemah hingga bergelombang kuat.
S 14 Tinggian HorstTopografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
Klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial (van Zuidam, 1983)
Kode
Unit Karakteristik
F1
Rivers beds
Hampir datar, topografi teratur dengan garis batas permukaan air yang bervariasi mengalami erosi dan bagian yang terakumulasi.
F2
Lakes Tubuh air.
F3
Flood plainsHampir datar, topografi tidak teratur, banjir musiman.
F4
Fluvial levees, alluvial ridges and point bar
Topografi dengan lereng landai, berhubungan erat dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial.
F
Swamps, fluvial basin
Topografi landai-hampir landai (swamps, tree vege-tation)
5
F6
Fluvial terracesTopografi dengan lereng hampir datar-landai, tersayat lemah-menengah.
F7
Active alluvial fans
Lereng landai-curam menengah, biasanya banjir dan berhubungan dengan peninggian dasar oleh akumulasi fluvial.
F8
Inactive alluvial fans
Lereng curam-landai menengah, jarang banjir dan pada umumnya tersayat lemah-menengah.
F9
Fluvial-deltaic
Topografi datar tidak teratur lemah, oleh karena banjir dan peninggian dasar oleh fluvial, dan pengaruh marine.
Klasifikasi relief berdasarkan sudut lereng dan beda tinggi (van Zuidam-Cancelado, 1979)
Menurut Ver Steppen
Klasifikasi Bentuklahan Verstappen (1983)
1. Bentuklahan asal proses Vulkanik (V)2. Bentuklahan asal proses Struktural (S)3. Bentuklahan asal Fluvial (F)4. Bentuklahan asal proses Solusional (S)5. Bentuklahan asal proses Denudasional (D)6. Bentuklahan asal proses Eolin (E)7. Bentuklahan asal proses Marine (M)8. Bentuklahan asal Glasial (G)9. Bentuklahan asal Organik (O)10. Bentuklahan asal Antropogenik (A)