71
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN: PENGERTIAN, ALASAN PENGGUNAAN, TUJUAN, MANFAAT DAN LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN Disusun oleh: Pande Made Mahendri Pramadewi NIM 0915051080 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

TUGAS 1 MPP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS 1 MPP

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN:

PENGERTIAN, ALASAN PENGGUNAAN, TUJUAN, MANFAAT

DAN LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN

Disusun oleh:

Pande Made Mahendri Pramadewi

NIM 0915051080

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2012

Page 2: TUGAS 1 MPP

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN....................................................................................... 1

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.................................................. 1

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw........................................................................ 5

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together)........................... 8

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)........... 10

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)..................... 11

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Game Tournament).............................. 14

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share)............................................ 16

8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW (Think-Talk-Write)........................................... 20

................................................................................................................................................

9. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)................ 21

10. Model Pembelajaran PCL (Problem Centered Learning)..................................................... 24

11. Model Pembelajaran Learning Cycle "5E"............................................................................ 26

12. Model Pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray) ............................................................... 31

13. Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)................................................. 32

14. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and

Satisfaction)........................................................................................................................... 32

15. Model Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating and

Transfering)........................................................................................................................... 36

16. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Instruction).................................. 38

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 3: TUGAS 1 MPP

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran merupakan merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Rusman (2008:150) mengemukakan bahwa ciri-ciri model pembelajaran adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh,

model penelitian kelompok disusun oleh herbert thelen dan berdasarkan teori john dewey.

Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir induktif

dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.

Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya

model syntetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.

Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah

pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4) sistem

pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan

melaksanakan suatu model pembelajaran.

Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:

(1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) dampak pengiring,

yaitu hasil belajar jangka panjang.

Membuat persiapan mengajar (desain instrusional) dengan pedoman model pembelajaran

yang dipilihnya

Terdapat berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan antara lain sebagai

berikut.

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

a. Pengertian

Group Investigasi (kelompok investigasi) mungkin merupakan model

pembelajaran yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan, Group

Investigasi dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv,

merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja

dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta 1

Page 4: TUGAS 1 MPP

perencanaan dan proyek kooperatif Sharan and Sharan, (Slavin, 2008). Dalam metode

ini, para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua

sampai enam orang anggota.

Peran guru dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation guru

bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara

kelompok-kelompok yang ada dan, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola

tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi

kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang

berkaitan dengan proyek pembelajaran. Peran guru ini dipelajari dengan praktik

sepanjang waktu, seperti halnya peran siswa. Yang pertama dan terpenting, adalah

guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan dari

para siswa.

b. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini

tidak terlepas dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran ini antara

lain sebagai berikut.

Mampu menciptakan cara belajar siswa lebih aktif.

Menumbuhkan motivasi belajar mandiri dalam diri siswa.

Dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa.

Lebih memupuk cara berpikir analitis dan divergen.

Dapat meningkatkan kepedulian antar anggota dalam belajar.

c. Tujuan

Tujuan adanya penelitian yang dilakukan bersama-sama (group investigation)

adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan sisi sosial dalam meningkatkan

pembelajaran akademik maupun sosial. Jika sistem ini diterapkan sebagaimana

mestinya, maka akan memudahkan jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2

Page 5: TUGAS 1 MPP

d. Manfaat

Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu

membangun pengetahuanya sendiri sehingga hakikat dari belajar dapat dipenuhi.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Dalam Group Investigation, terdapat enam tahap atau langkah yang harus

dipenuhi. Tahap-tahap ini dan kompnen-komponennya dijabarkan di bawah ini

1) Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok

Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru

mempresentasikan serangkaian permasalahan atau isu (misalnya pada pelajaran

fisika membahas tentang pengaruh kalor pada suhu benda dan pengaruh kalor

terhadap wujud zat) kemudian para siswa mengidentifikasikan dan memilih

berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan ketertarikan mereka.

Tahap ini dimulai dengan perencanaan kooperatif yang melibatkan seluruh kelas.

Kemudian pembentukan kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa, setiap

kelompok beranggotakan 2-6 orang, Komposisi kelompok pada pembelajaran ini

heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Tiap

siswa bergabung dalam kelompok untuk mempelajari subtopik dari pilihan

mereka sendiri. Guru boleh membatasi jumlah anggota dalam satu kelompok.

Apabila satu subtopik tetentu sangat popular, maka dua kelopmpok bisa saja

dibentuk untuk menginvestigasi subtopik tersebut. Karena perbedaan kebutuhan

dan ketertarikan anggota kelompok, tiap dua kelompok akan menghasilkan sebuah

karya yang berbeda meskipun subtopiknya sama.

2) Tahap merencanakan investigasi di dalam kelompok

Setelah mengikuti kelompok-kelompok penelitian mereka masing-masing,

para siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopic yang mereka pilih.

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik masing-masing

yang akan mereka investigasi. Dalam tahap ini tiap kelompok harus

memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan bagaimana

melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan

untuk melakukan investigasi tersebut. Untuk lebih mempermudah setiap

kelompok bisa membuat sebuah lembar kegiatan seperti dibawah ini3

Page 6: TUGAS 1 MPP

Topik Penelitian Kami :

Anggota Kelompok :

Permasalahan yan di Investigasi :

Sumber yang di Gunakan :

Bagaimana Cara Pembagian Tugas :

3) Tahap melaksakan penyelidikan

Dalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah

diformulasikan sebelumnya. Biasanya ini adalah tahap yang paling banyak

memakan waktu. Walaupun para siswa mungkin memang diberikan batas waktu

pengerjaan, tetapi jumlah pasti dari sesi yang mereka perlukan untuk

menyelesaikan investigasi mereka tidak selalu dapat dipastikan jumlahnya. Guru

harus mengupayakan berbagai cara untuk memungkinkan sebuah proyek

kelompok berjalan tanpa terganggu sampai investigasinya selesai, atau paling

tidak sampai sebagian besar dari pekerjaan tersebut selesai. Ketika individu atau

pasangan telah menyelesaikan tugas kelompoknya maka mereka memilih satu

orang untuk mencatat kesimpulan yang mereka dapatkan.

4) Tahap menyiapkan laporan akhir

Para siswa menganalisis dan mengsintesis berbagai informasi yang diperoleh

pada langkah tiga dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu

penyajian yan menarik di depan kelas.

5) Tahap menyajikan laporan

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai

topik yang telah dipelajari agar siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai

suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

6) Tahap evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok

terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap

siswa secara individu atau kelompok dan bahkan kedua-duanya.Model group

4

Page 7: TUGAS 1 MPP

invstigation ini memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa, yakni

dampak instruksional (instructional effec) dan dampak sertaan (nuturance effect) .

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

a. Pengertian

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif

yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa

untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan

merasa senang berdiskusi dalam kelompokya.

Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif dikelas

untukmeningkatkan, baik pemelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif

siswa. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru adalah memotivasi siswa.

Dalam model Jigsaw versi Aronson, kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil

yang heterogen yang diberi nama tim Jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok

menurut anggota timnya. Tiap-tiap tim diberikan satu set materi yang lengkap dan

masing-masing individu ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian siswa

dipisahkan menjadi kelompok “ahli” atau “rekan” yang terdiri dari seluruh siswa

dikelas yang mempunyai bagian informasi yang sama.

Dalam pembelajaran Jigsaw siswa dikelompokan menjadi empat-empat untuk

mempelajari sebuah bab dalam sebuah buku ajar. Oleh sebab itu, bab tersebut dibagi

menjadi empat bagian,yang mengajak setiap anggota kelompok menjadi ahli pada

satu bagian dan kemudian bertanggung jawab untuk mengajarkan anggota lain dalam

kelompok tentang hal tersebut.

b. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini tidak terlepas

dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

adalah:

Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang

memiliki kemampuan belajar berbeda.

Menerapkan bimbingan sesama teman.5

Page 8: TUGAS 1 MPP

Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi.

Memperbaiki kehadiran dan keaktifan dalam keikutsertaan belajar.

Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar.

Sikap apatis berkurang.

Pemahaman materi lebih mendalam.

Meningkatkan motivasi belajar.

c. Tujuan

Tujuan utama dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini

adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut

pada anggota kelompoknya.

d. Manfaat

Model Jigsaw ini memiliki dua manfaat sekaligus pada diri siswa, yakni dampak

instruksional (instructional effecs) dan dampak sertaan (nuturance effecs). Dampak

instruksional meliputi struktur konsep, kebergantungan positif, kepemimpinan

kolektif dan kepekaan sosial, sedangkan dampak sertaan meliputi pemrosesan

kelompok, kesadaran akan perbedaan serta toleransi atas perbedaan tersebut.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Model Jigsaw ini terdiri dari empat tahap sebagai berikut.

1) Tahap Penentuan Bahan Ajar

Guru memilih satu bab dalam buku ajar kemudian membagi bab tersebut

menjadi bagian-bagian sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Jadi, apabila

jumlah anggota kelompo 4 orang siswa maka bab tersebut dibagi menjadi empat

bagian. Setiap anggota kelompok ditugasi untuk membaca dan mempelajari

bagiannya pada bab tersebut. Pada tahap selanjutnya masingmasing anggota

kelompok bertemu dengan ahli-ahli dari kelompok lain dalam kelas.

2) Tahap Diskusi Kelompok Ahli6

Page 9: TUGAS 1 MPP

Kelompok ahli harus melakukan pertemuan sekitar satu kali pertemuan

untuk mendiskusikan topic yang ditugaskan. Setiap anggota kelompok ahli harus

menerima satu lembar kerja “ ahli “. Lembar kerja ahli harus memuat pertanyaan-

pertanyaaan dan kegiatan ( jika ada ) untuk mengarahkan diskusi kelompok. Guru

mendorong para siswa untuk menggunakan cara belajar yang bervariasi. Tujuan

kelompok ini adalah mempelajari subbab tersebut dan menyiapkan ringkasan

presentasi untuk mengajarkan subbab tersebut kepada kelompok kecil masing-

masing.

3) Tahap Pelaporan dan Pengetesan

Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok kecil masing-

masing. Masing-masing anggota kelompok kecil mengajarkan topik masing-

masing ke anggota lainya dalam kelompo. Guru mendorong para siswa untuk

menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Guru mendorong anggota

kelompok untuk mengajukan pertanyaan ke penyaji dan mendiskusikan lembar

kerja kelompok kecil. Setelah diskusi kelompok kecil guru menyelenggarakan tes

yang mencakup materi satu bab penuh dalam waktu yang tidak lebih dari 15

menit.Seringlah menggunakan kuis-kuis dan jangan menggunakan skor tim, skor

kemajuan atau lembar berita. Cukup berikan nilai individual kepada siswa.

(Slavin, 2008).

4) Tahap Tahap Penghargaan

Tahap ini merupakan tahap yang mampu mendorong para siswa untuk lebih

kompak. Pada tahap ini rata-rata peningkatan kelompok dilaporkan pada carta

penghargaan mingguan. Guru dapat menggunakan kata-kata khusus untuk

memerikan kinerja kelompok semacam Bintang Sains, Kelompok Einstein, atau

sebutan lainnya. Penghargaan kerja masing-masing kelompokdapat disajikan pada

papan pengumuman yang melaporkan peringkat masing-masing kelompok dalam

kelas. Kinerja individu yang luar biasa juga dilaporkan. Kepekaan guru sangat

diperlukan disini. Penting untuk dipahami bahwa menghargai siswa secara

akademik dari kelompok berkemampuan rendah merupakan bagian integral

keefektifan pembelajaran Jigsaw. Ellizabeth Cohen telah menemukan bahwa

penting untuk menyadari akan para siswa yang diduga memiliki kompetensi yang 7

Page 10: TUGAS 1 MPP

konsisten rendah. Ketika siswa semacam ini menunjukan kinerja baik, segera beri

dia penghargaan khusus yang bersifat terbuka untuk kompetensi ini.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together)

a. Pengertian

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Ibrahim (Rahmi, 2008: 3) menyebutkan bahwa “NHT merupakan variasi dari salah

satu metode diskusi kelompok yang lebih banyak meminta keaktifan siswa”.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Menurut Rahmi (2008) “Ciri

khas dari NHT adalah seorang guru hanya menunjuk seorang siswa dengan

menyebutkan nomor yang mewakili kelompoknya itu. Sehingga masing-masing

anggota kelompok harus paham dengan hasil kerja kelompoknya.”

Dalam pembelajaran kooperatif NHT dapat dipastikan seluruh siswa akan

terlibat total dalam pembelajaran, hal ini yang menjadi alasan dipilihnya NHT

(Numbered Head Together) dalam penelitian ini. NHT juga merupakan cara yang

sangat baik untuk menambah tanggung jawab individual terhadap diskusi kelompok.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim (Rahmi, 2008): “NHT pada dasarnya

merupakan sebuah variasi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa

yang akan mewakili kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa, dan

juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab

individual dalam diskusi kelompok.”

b. Alasan Penggunaan

Guru menggunakan model yang kurang bervariasi dan siswa kurang dilibatkan

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyebabkan siswa

menjadi pembelajar yang pasif dan mudah merasa bosan karena dalam kegiatan

pembelajaran siswa lebih berperan sebagai penerima informan pasif yaitu cenderung

hanya mendengar dan mencatat penjelasan oleh guru bukan sebagai subjek yang

melakukan aktivitas belajar.8

Page 11: TUGAS 1 MPP

Numbered Heads Together (NHT) memiliki beberapa kelebihan diantaranya

adalah sebagai berikut.

Masing-masing anggota kelompok memiliki banyak kesempatan untuk

berkontribusi.

Interaksi lebih mudah.

Banyak ide yang muncul.

Lebih banyak tugas yang bisa dilaksanakan.

Guru mudah memonitor kontribusi.

c. Tujuan

Tujuan dari penerapan model pembelajaran NHT adalah menjadikan siswa

untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi

pembelajaran baik secara kelompok maupun individual. Model pembelajaran ini

menuntut siswa untuk berinteraksi dengan temannya karena dalam tipe pembelajaran

ini siswa diberi waktu untuk memikirkan, menjawab pertanyaan yang dilontarkan

guru sehingga membutuhkanm komunikasi yang baik antar teman sekelompoknya

untuk mempersatukan ide.

d. Manfaat

Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial antar anggota tim.

Memungkinkan para siswa saling belajar mengenal sikap, ketrampilan, informasi

dan perilaku sosial.

Meningkatkan pemahaman terhadap pentingnya kerjasama dalam tim.

Meningkatkan rasa saling percaya kerpada sesama manusia

e. Langkah-langkah Penggunaan

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibagi kedalam

empat langkah (Lie, 2008), yaitu sebagai berikut.

1) Tahap Penomoran (Numbering)

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan

empat sampai lima orang dan masing-masing diberikan nomor sehingga setiap

9

Page 12: TUGAS 1 MPP

siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda sesuai dengan jumlah

kelompok dari masing-masing kelompok.

2) Tahap Pengajuan pertanyaan (quesioning)

Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan tugas, kemudian masing-

masing kelompok mengerjakannya.

3) Berpikir bersama (Heads Together)

Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban yang telah disepakati

oleh semua anggota kelompok.

4) Pemberian jawaban (Answering)

Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Semua siswa yang memiliki

nomor yang disebutkan oleh guru harus bersiap untuk presentasi, karena guru

akan memilih satu kelompok yang akan mempresentasikan hasil kerja kelompok

secara acak. Siswa dengan nomor dan kelompok yang dipanggil

mempresentasikan hasil kerjasama mereka.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

a. Pengertian

Student Teams Achievement Division adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam

model pembelajaran ini siswa dalam kelas dikelompokkan dalam beberapa kelompok

yang beranggotakan 4-6 siswa yang terdiri dari siswa yang pandai, sedang dan rendah.

Disamping itu guru juga mempertimbangkan heterogenitas kriteria yang lain, seperti

jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan dan sebagainya.

10

Page 13: TUGAS 1 MPP

b. Alasan Penggunaan

STAD bersifat sederhana sehingga sangat mudah untuk diaplikasikan dalam

kegiatan pembelajaran dan memiliki pengaruh yang bagus terhadap pembelajaran

dalam hal akademik dan hubungan sosial antar siswa.

c. Tujuan

Memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain

dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

d. Manfaat

Hubungan sosial terjalin baik antar siswa, pemupukan keinginan untuk

berkompetisi serta tanggung jawab individual menjadi terlatih, disamping tujuan

pembelajaran yang terpenuhi secara baik.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut.

1) Membentuk kelompok yang beranggotakan empat sampai enam orang secara

heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberi tugas kapada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota

kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota

lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4) Guru memberi kuis atau petanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab

kuis tidak boleh saling membantu

5) Memberi evaluasi

6) Kesimpulan

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

a. Pengertian

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang

membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang

berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.

(Suyitno, 2004: 9). Dalam model ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa 11

Page 14: TUGAS 1 MPP

yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah. Disamping itu dapat

meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat

mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah

dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

b. Alasan Penggunaan

Slavin (2008) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang melandasi model

pembelajaran ini. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan

program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek

sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam

program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini tidak terlepas

dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

adalah:

Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.

Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar

kelompok-kelompok kecil.

Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa

dapat melakukannya.

Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan

dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan

jalan pintas.

Tidak menghabiskan waktunya untuk mempelajari kembali materi yang telah

mereka kuasai atau saat siswa menghadapi kesulitan serius yang membutuhkan

bantuan guru.

Para siswa akan dapat melakukan pengecekan satu sama lain, sekalipun bila siswa

yang bertugas mengecek memiliki kemampuan yang berada di bawah siswa yang

dicek, dan prosedur pengecekan akan cukup sederhana dan tidak mengganggu

pengecek/pemeriksa.

Program mudah dipelajari, baik oleh guru/siswa, tidak mahal, fleksibel, dan tidak

membutuhkan guru tambahan/tim guru.

Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kooperatif,

dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk 12

Page 15: TUGAS 1 MPP

terbentuknya sikap positif terhadap siswa-siswa yang kurang secara kademik dan

penerimaan terhadap siswa dari latar belakang ras atau etnik yang berbeda.

c. Tujuan

Untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem

pengajaran individual.

d. Manfaat

Siswa belajar bagaimana bekerjasama dalam satu kelompok, diajari menjadi

pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok,

berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman

lain dan sebagainya. Sehingga siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan

dan keterampilannya sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami

permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai berikut.

1) Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mempelajari materi

pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan guru.

2) Guru memeberikan kuis secara individual kepada peserta didik untuk

mendapatkan skor dasar atau skor awal (bisa digantikan dengan rata-rata nilai

ulangan harian).

3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat sampai

enam peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat

kemampuan (tingi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal

dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

4) Hasil belajar perta didik secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam

diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu

kelompok.

5) Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6) Guru memberikan kuis kepada peserta didik sacara individual.

13

Page 16: TUGAS 1 MPP

7) Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Game Tournament)

a. Pengertian

Teams Game Tournament, pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries

dan Keith Edwards, yang merupakan metode pembelajaran pertama dari John

Hopkins. TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa

yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.

Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–

masing. Dalam kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.

Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya.

Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan,

maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban

atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai

pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan

akademik siswa akan dibagi dalam meja–meja turnamen, dimana setiap meja

turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya

masing–masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang

berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen

secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen

kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan

melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.

Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada

lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor

yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota

kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim

berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

b. Alasan Penggunaan14

Page 17: TUGAS 1 MPP

Penciptaan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan pemberian

penghargaan menjadi salah satu faktor pendukung dalam pemenuhan tujuan

pembelajaran secara lebih efektif. Model TGT menjadi alternatif model pembelaran

yang dapat menciptakan suasana kompetisi yang menyenangkan di tengah kegiatan

pembelajaran.

c. Tujuan

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai tujuan sebagai berikut.

1) Meningkatkan pencapaian prestasi akademik para siswa.

2) Memperbaiki self-esteem.

3) Mengembangkan ketrampilan sosial dan kesetiakawanan.

4) Menciptakan keceriaan.

5) Mengembangkan lingkungan yang pro-sosial.

d. Manfaat

Prestasi akademik dari siswa dapat ditingkatkan, selain itu hubungan dan

keterampilan sosial dapat diasah melalui pembelajaran yang bersifat kooperatif atau

pembelajaran yang menitikberatkan pada kerjasama antar anggota tim.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament)

yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat pada

aktivitas pembelajaran, kemudian membagikan modul materi pokok.

2) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok (tim) yang masing-masing terdiri dari 5

siswa (anggota tim heterogen).

3) Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca modul serta berdiskusi dengan

timnya mengenai materi. Siswa dipersilakan mengajukan pertanyaan kepada tim

sebelum bertanya pada guru dan memberikan umpan balik terhadap ide yang

dikemukakan anggota satu tim. Setiap tim bertanggung jawab terhadap anggota

timnya, sehingga semua anggota tim dapat memahami materi sebagai persiapan

untuk menghadapi turnamen.

15

Page 18: TUGAS 1 MPP

4) Guru mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainan yang dilengkapi

nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi pada meja turnamen.

5) Tahap permainan/pertandingan (game/turnamen):

a) Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor

yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang

muncul.

b) Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa menjawab pertanyaannya,

maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.

c) Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor

yang telah tertera dibalik nomor tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan

tim untuk menentukan skor akhir tim.

d) Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian

searah jarum jam, sampai habis jatah nomornya.

6) Setelah selesai tindakan dilakukan pengisian angket oleh siswa dan post-test

(pemberian tes akhir semua materi) yang bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya peningkatan motivasi dan hasil belajar.

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share)

a. Pengertian

Tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran kooperatif pertama kali

diperkenalkan oleh Frank Lymn, (1985). Tipe ini merupakan tipe yang sederhana

dengan banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan

pembentukan pengetahuan oleh siswa. Dalam metode pembelajaran koopeatif, tipe

ini termasuk ke dalam metode struktural (Trianto, 2007). Metode struktural

menekankan penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memengaruhi pola

interaksi siswa.

Dengan menggunakan suatu posedur atau struktur tertentu, para siswa dapat

belajar dari siswa yang lain dan berusaha untuk mengeluarkan pendapatnya dalam

situasi non kompetisi sebelum mengungkapkannya di depan kelas. Kepercayaan diri

siswa meningkat dan seluruh siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam

kelas. Keunggulan dari tipe Think Pair Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa,

sedangkan keuntungan bagi guru adalah efisiensi waktu pemberian tugas dan

meningkatkan kualitas dan kontribusi siswa dalam diskusi kelas. Siswa dan guru akan 16

Page 19: TUGAS 1 MPP

memperoleh pemahaman yang lebih besar akibat perhatian dan partisipasinya dalam

diskusi.

b. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini tidak terlepas

dari kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

adalah:

Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar.

Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran.

Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum

berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan.

Meningkatkan kemampuan penyimpanan jangka panjang dari isi materi pelajaran.

c. Tujuan

Pembelajaran kooperatif tipe TPS berbasis kontekstual yang diterapkan dalam

proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan

siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa aktif pada saat KBM berlangsung.

d. Manfaat

Manfaat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and

Share adalah sebagai berikut.

Optimalisasi partisipasi siswa dalam pembelajaran dan member kesempatan

kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa

lain.

Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan untuk berpikir,

sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menguji ide dan

pemahamannya sendiri.

Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan, dalam kelompok

berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga akan lebih banyak ide yang

dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah untuk merekontruksi pengetahuannya.

Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa yang lebih

pintar atau lebih lemah, daripada cara klasikal yang hanya satu orang atau

beberapa orang saja yang berbicara.17

Page 20: TUGAS 1 MPP

Guru lebih mudah membagi menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang muncul,

lebih banyak tugas yang dilakukan, dan guru lebih mudah memonitor.

Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berresan

sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotovasi siswa untuk belajar

mandiri.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Arends (2008) mengemukakan bahwa teknis pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair and Share dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Persiapan materi dan pengelompokkan siswa

Hal yang perlu dilakukan pertama kali dalam pelaksanaan model ini adalah

mempersiapkan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru

mengelompokan siswa secara heterogen (berdasarkan hasil pretes) dan

menjelaskan prosedur pelaksanaan serta batasan waktu setiap tahap kegiatan.

2) Tahap pendahuluan

Guru menunjukkan beberapa bagian menarik dari materi yang akan dibahas

dan menjelaskan tujuan pembelajaran materi tersebut.Kemudian, guru

menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk setiap kegiatan dan memotivasi

siswa supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang akan diberikan.

3) Pelaksanaan

a) Tahap Think (berpikir secara individu)

Proses pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dimulai pada

saat guru memberikan pertanyaan yang merangsang pemikiran siswa kepada

seluruh kelas. Pertanyaan yang diberikan oleh guru dimaksudkan agar para

siswa mencari solusi atau jawaban dari masalah atau pertanyaan tesebut.

Dalam tingkatan paling rendah jawaban pertanyaan yang singkat harus

dihindari dalam model ini. Pertanyaan harus mengetengahkan masalah atau

dilema yang merangsang siswa untuk mencari solusinya. Pada tahap ini siswa

diberi batasan waktu untuk memikirkan jawabannya sendiri terhadap

pertanyaan yang diberikan. Waktuharus ditentukan oleh guru yang dalam

penentuannya guru harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu pengetahuan 18

Page 21: TUGAS 1 MPP

dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk

pertanyaan atau masalah yang disuguhkan, serta jadwal pembelajaran untuk

setiap kali pertemuan. Hal yang dapat membantu berhasilnya tahapan ini

meskipun tidak harus yaitu siswa diharuskan untuk menuliskan jawaban atau

solusi mereka. Siswa akan memiliki anggapan bahwa mungkin saja mereka

mengungkapkan jawaban yang salah, tapi harus dijelaskan oleh guru bahwa

hal itu tidak apa-apa karena setiap siswa dapat mengemukakan jawaban yan

berbeda. Tahapan ini secara otomatis membentuk “waktu tunggu”

sebelummasuk ke dalam tahapan diskusi.

b) Tahap Pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Akhir dari tahapan Think memberi tanda kepada siswa untuk mulai

bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan jawaban dari pernyataan.

Setiap siswa kini memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai

kemungkinan jawaban. Secara bersama,setiap pasang siswa dapat

memformulasikan jawaban mereka yang berdasarkan jawaban bersama untuk

memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang diberikan.

Pada dasarnya, proses ini dapat melaju satu langkah dengan meminta

satu pasang siswa lain untuk membentuk kelompok dengan tujuan

memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok yang lebih

besar (kelas). Kelompok besar yang dibentuk ini dapat mengurangi kompetisi

antarsiswa sehingga didapatkan hasil sebagai usaha bersama. Tahap Pair

dalam metode ini juga memungkinkan terjadinya lebih banyak diskusi diantara

siswa tentang jawaban yang diberikan.

c) Tahap Share (berbagi di depan kelas)

Siswa mempresentasikan jawaban mereka secara perseorangan atau

secara kelompok di depan kelas sebagai seluruh kelompok belajar. Pada saat

kelomppok yang dipilih untuk maju ke depan mengkontruksi jawabannya

dalam bentuk jawaban atau gambar, setiap anggota dari kelompok tersebut

dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka. Tahap akhir dari tipe

Think Pair Share memiliki beberapa keuntungan bagi seluruh siswa. Mereka

mencari jawaban yang sama dengan berbagai cara yang berbeda karena 19

Page 22: TUGAS 1 MPP

perbedaaan individu dapat menghasilkan ekspresi yang unik atas jawaban dari

pertanyaan. Lebih lanjut, konsep yang digunakan sebagai jawaban dirangkai

menggunakan bahasa para siswa, bukan bahasa baku atau bahasa guru

sehingga konsep akan lebih dimengerti.

4) Penghargaan

Langkah yang terakhir adalah melakukan penghargaan kepadasetiap siswa

dan setiap kelompok. Dari kegiatan penghargaan ini, didapat nilai individu dan

nilai kelompok. Nilai individu di dapat dari postes, sedangkan nilai kelompok

didapat dari rata-rata perkembangan prestasi belajar siswa pada kelompok

tersebut. Keberhasilan dan kualitas dari kegiatan tipe Think Pair Share sangat

tergantung dari kualitas pertanyaan yang diberikan pada tahap pertama (pretes).

Jika pertanyaan merangsang pemikiran siswa secara utuh, maka keutuhan

pemikiran siswa ini secara signifikan dapat menciptakan keberhasilan tipe

pembelajaran tipe Think Pair Share.

8. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW (Think-Talk-Write)

a. Pengertian

Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut

kepada anggota dalam kelompoknya secara heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi

pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompoknya sehingga didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak

hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.

Martunis (2008:84) mengatakan bahwa: model pembelajaran think talk write

beranggotakan 3-5 orang secara heterogen dalam kemampuan dengan melibatkan

siswa berpikir atau berdiskusi dengan dirinya sendiri setelah membaca, selanjutnya

berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis.\

20

Page 23: TUGAS 1 MPP

b. Alasan Penggunaan

Model ini dapat membangun keaktifan siswa dan kreatifitas berpikir siswa

sehingga sangat relevan dengan hakikat dari tujuan pembelajaran itu sendiri.

c. Tujuan

Untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya

sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

d. Manfaat

Manfaat utama dari penerapan model pembelajatan TTW ini adalah dapat

menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah- langkah pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe Think Talk

Write (TTW) adalah sebagai berikut.

1) Guru membagikan Lembaran Kerja Siswa (LKS) yang memuat soal yang harus

dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil berupa hal- hal yang diketahui

dan tidak diketahui (think).

3) Siswa berinteraksi dan berkerjasama dengan teman satu kelompok untuk

membahas isi catatan kecil pribadi (talk).

4) Siswa mereduksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman ke dalam tulisan

karangan deskripsi setelah berpikir kritis (write).

9. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

a. Pengertian

CIRC atau Cooperative Integrated Reading and Compotition merupakan metode

kooperatif yang memperkenalkan teknik terbaru latihan kurikulum mengenai

pengajaran praktis pelajaran membaca dan menulis. Pengembangan CIRC dihasilkan

dari sebuah analisis masalahmasalah tradisional dalam pengajaran pelajaran

membaca, menulis, dan seni berbahasa (Suprijono, 2010).

CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition,

termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya 21

Page 24: TUGAS 1 MPP

merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis untuk kelas-kelas

tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada

pelajaran bahasa, akan tetapi ilmu sosial dan ilmu alam.

b. Alasan Penggunaan

Alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini tidak terlepas dari

kelebihan yang dimiliki. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah:

Dapat lebih memahami bacaan/wacana/kliping dan tidak bergantung pada teks

tertentu.

Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap

suatu permasalahan yang diberikan guru.

Dapat digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah.

Meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

Meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri

konsep dari materi yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam

kelas.

c. Tujuan

Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk

membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat

diaplikasikan secara luas. Beberapa unsur CIRC memang diarahkan untuk tujuan ini.

d. Manfaat

Meningkatkan kemampuan akademik siswa terutama dalam aspek pemahaman

terhadap bacaan. Selain itu keterampilan sosial siswa juga akan berkembang karena

pembelajaran CIRC berbasis pada pembelajaran kooperatif.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah penggunaan model CIRC adalah sebagai berikut.

1) Guru memberi penjelasan tentang:

a) Kegiatan apa yang harus dilakukan oleh siswa.

Pada setiap awal kegiatan teknik CIRC, guru harus selalu menjelaskan

petunjuk kegiatan dan menjelaskan apa manfaatnya bagi siswa. Hal ini 22

Page 25: TUGAS 1 MPP

dilakukan agar siswa merasa guru selalu dekat dan siap membantu mereka

dalam melakukan kegiatan ini.

b) Membentuk kelompok secara heterogen

Pembagian kelompok bisa dilakukan oleh guru ataupun siswa. Setiap

kelompok beranggotakan siswa dengan klasifikasi yang berbeda, contohnya

berdasarkan klasifikasi nilai bahasa Indonesia tertinggi.

c) Peranan setiap anggota.

2) Guru memberikan judul teks bacaan

Pada tahap ini guru memberikan teks bacaan yang sesuai dengan materi

yang diajarkan. Teks bacaan ini bertujuan agar siswa dapat mencari contoh-contoh

materi yang diajarkan. Misalnya, siswa diberi teks bacaan karangan narasi, maka

siswa akan menemukan contoh-contoh alur, latar, tokoh yang baik untuk menulis

karangan narasi.

3) Guru menugaskan siswa untuk menemukan apa saja (yang berhubungan dengan

materi) yang terdapat pada teks bacaan tersebut. Siswa mulai membaca teks

bacaan tersebut secara bergiliran dengan anggotakelompoknya. Setelah itu, siswa

bekerja sama mencari segala sesuatu yang terdapat pada teks bacaan.

4) Hasil dari diskusi kelompok itu dipresentasikan di depan kelas. Pada tahap ini

guru dapat menunjuk salah satu kelompok, atau siswa berinisiatif

mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.

5) Setiap kelompok yang dapat mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan baik

mendapatkan poin tertinggi, dan mendapat gelar “kelompok hebat”.Pemberian

poin dan gelar bertujuan untuk memotivasi siswa agar lebih baik lagi pada

pembelajaran berikutnya.

6) Siswa ditugaskan untuk menulis sesuai dengan kebutuhan materi. Misalnya,

materi karangan narasi, maka siswa ditugaskan untuk menulis karangan narasi.

Siswa saling bertukar karangan dengan anggota kelompok mereka. Hal ini

bertujuan agar mereka dapat saling mengoreksi tugas anggota kelompok mereka.23

Page 26: TUGAS 1 MPP

7) Guru memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan.

10. Model Pembelajaran PCL (Problem Centered Learning)

a. Pengertian

Pembelajaran yang berpusat pada masalah merupakan terjemahan dariProblem

Centered Learning (PCL) dan berasal dari Problem Centered Math. Pendekatan ini

pada awalnya dikembangkan oleh Cobb pada tahun 1986 di sekolah dasar dan pada

saat itu disebut Problem Centered Classroom. Kemudian pada awal tahun 90-an,

Wheatley mengembangkan metode ini di sekolah menengah dan disebut sebagai

Problem centered Learning (Suyatno, 2009).

Problem Centered Math adalah suatu pendekatan pendidikan matematika yang

bedasarkan pada pemecahan masalah, atau disebut juga pendekatan yang berpusat

pada siswa (student centered approach). Pembelajaran dengan PCL artinya siswa

belajar dari suatu masalah untuk terlatih memecahkan masalah. Dengan PCL siswa

mengembangkan kemampuan matematikanya sendiri, untuk menemukan prosedur

mereka sendiri dalam pemecahan masalah, serta mampu menggunakan keterampilan-

keterampilan yang diperoleh pada masalah-masalah yang baru. Pembelajaran PCL ini

mengikuti teori konstruktivisme yang mengatakan bahwa belajar terjadi ketika siswa

membangun pengetahuannya sendiri.

b. Alasan Penggunaan

Berikut ini adalah beberapa alasan penggunaan model PCL.

Pembelajaran PCL memfokuskan aktivitas pembelajaran pada masalah-masalah

yang menarik bagi siswa dan siswa selalu berusaha memecahkan masalah

tersebut.

Pembelajaran PCL memfokuskan pada pentingnya komunikasi dalam

pembelajaran karena semua aktivitas dilakukan oleh siswa yangbekerja dalam

kelompok kooperatif dan kolaboratif.

Pembelajaran PCL memfokuskan pada proses-proses penyelidikan dan penalaran

dalam pemecahan masalah dan bukan memfokuskan pada mendapatkan hasil-hasil

eksperimen yang benar atau jawaban yang benar terhadap suatu pertanyaan

masalah semata.24

Page 27: TUGAS 1 MPP

Pembelajaran PCL merupakan pengembangan kepercayaan diri siswa dalam

menggunakan (menerapkan) matematika ketika merekamenghadapi situasi-situasi

kehidupan sehari-hari menjadi logis.

c. Tujuan

Tujuan model pembelajaran PCL adalah memberi kesempatan yang seluas-

luasnya kepada siswa melakukan aktivitas belajar potensial. Untuk membangun

konsep dan ide matematika mereka sendiri, melalui proses berpikir, bertanya dan

berkomunikasi (negoisasi) dalam situasi matematik (Suhendri, 2006: 27).

d. Manfaat

Manfaat penerapan model PCL adalah dapat memfasilitasi kegiatan siswa aktif

dalam proses pembelajaran dengan mendorong mereka:

Untuk menemukan cara-cara mereka sendiri dalam memecahkanbeberapa

masalah.

Untuk saling tukar pandangan ide-ide penyelesaian yang tidak hanyamemperkuat

jawaban yang salah atau benar semata, dan

Untuk berpikir kreatif yang tidak hanya sekedar menghitung denganmenggunakan

alat tulis.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah Problem Centered Learning (PCL) adalahs sebagai berikut.

1) Pembelajaran PCL dimulai dengan menyiapkan kelas, agar guru dapat

menugaskan siswa untuk mengerjakan tugas secara individu dan membuat siswa

memecahkan masalah.

2) Siswa bekerja atau sharing dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4

sampai 5 orang. Pembagian kelompok belajar dilakukan dengan memperhatikan

kemampuan siswa dan diusahakan dalam kelompok tersebut tidak ada siswa yang

mendominasi diskusi. Pada langkah kedua ini, guru berperan sebagai fasilitator

yang berusaha mengkondisikan siswa agar selalu melakukan kolaborasi dalam

aktivitas kelompok.

3) Menyatukan seluruh siswa dalam kegiatan diskusi kelas (sharing). 25

Page 28: TUGAS 1 MPP

Siswa secara keseluruhan melakukan diskusi selama beberapa menit yang

dipandu oleh guru. Setiap kelompok menyajikan solusi-solusi yang mereka

temukan didepan kelas kepada kelompok lainnya. Jika kelompok lain tidak setuju,

mereka dapat menyajikan solusinya. Dari aktivitas diskusi kelas diusahakan

tercapai kesepakatan/persetujuan bersama oleh siswa untuk menetapkan solusi

yang paling benar dengan cara memperolehnya sangat mudah.

Peran guru dalam diskusi ini adalah sebagai fasilitator dan setiap usaha

dibuat untuk tidak bersifat menilai tetapi hanya bersifat mendorong siswa untuk

aktif bernegosiasi. Guru dapat mendengarkan gagasan-gagasan siswa sambil

memotivasi mereka untuk mendengarkan pendapat teman-temannya.

11. Model Pembelajaran Learning Cycle “5E”

a. Pengertian

Dalam bahasa Indonesia Learning Cycle disebut sebagai siklus belajar. Learning

Cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap

kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan

berperan aktif . Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan model Learning

Cycle berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator.

Dalam artikelnya yang berjudul The Learning Cycle as a Tool for Planning

Science Instruction, Anthony W. Lorsbach mengemukakan bahwa “model Learning

Cycle terbagi ke dalam lima tahap, yaitu tahap engage, explore, explain, extend dan

evaluate. Tahap-tahap dalam Learning Cycle yang dikemukakan oleh Anthony W.

Lorsbach ini sering disebut 5E.

Engage (mengajak), yaitu fase pengenalan terhadap pelajaran yangakan

dipelajari yang sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang

membuat siswa lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru

dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca,

atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan

mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Fase ini juga digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari.

Explore (menyelidiki), yaitu fase yang membawa siswa untuk memperoleh

pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang 26

Page 29: TUGAS 1 MPP

akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari

bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya.

Explain (menjelaskan), yaitu fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap

siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka

dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada

kemudian didiskusikan sehingga pada akhirnya didapatkan konsep dan definisi baru

yang lebih formal.

Extend (memperluas), yaitu fase yang tujuannya ingin membawa siswa untuk

menggunakan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-

keterampilan yang telah dimiliki siswa. Fase ini dapat meliputi penyelidikan,

pemecahan masalah, dan membuat keputusan.

Evaluate (menilai), fase ini bukanlah fase yang terakhir, fase ini dilaksanakan

diseluruh fase pembelajaran. Evaluate yaitu fase penilaian terhadap seluruh

pembelajaran dan pengajaran. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi

penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat

mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya

untuk menilai tingkat pengetahuan dan/atau kemampuannya, kemudian melihat

perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.

27

Page 30: TUGAS 1 MPP

b. Alasan Penggunaan

Model pembelajaran learning cycle “5E” merupakan salah satu solusi yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam proses

pembelajaran. Dengan model pembelajaran learning cycle “5E” merupakan salah

satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa. Dalam model

pembelajaran learning cycle “5E” dilakukan kegiatan-kegiatan yaitu berusaha untuk

membangkitkan minat siswa pada pelajaran matematika (engagement), memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan panca indera mereka semaksimal

mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan telaah literatur

(exploration), memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan

ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explaination),

mengajak siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan dengan

mengerjakan soal-soal pemecahan masalah (elaboration) dan terdapat suatu tes akhir

untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahamansiswa terhadap konsep yang telah

dipelajari (evaluation).

c. Tujuan

Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan kognitif siswa dalam proses pembelajaran.

d. Manfaat

Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran.

Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa.

Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah atau sintaks penggunaan metode learning cycle “5E” dapat

dilihat dalam tabel berikut ini.

28

Page 31: TUGAS 1 MPP

Tahapan

Model LC 5E

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Engage

(mengajak)

Membangkitkan minat dan

keingintahuan siswa

Mengembangkan minat dan

rasa ingin tahu terhadap

materi yang akan diajarkan

Mengajukan pertanyaan

mengenai permasalahan yang

berhubungan dengan materi

yang akan diajarkan

Memberikan respon terhadap

pertanyaan guru

Explore

(menyelidiki)

Membentuk kelompok,

memberi kesempatan untuk

bekerja sama dalam

kelompok

secara mandiri

Berkelompok dan berusaha

bekerja dalam kelompok

Guru berperan sebagai

fasilitator

Membuktikan hipotesis yang

sudah dibuat pada tahap

sebelumnya, mencoba

alternatif

pemecahannya dengan

melakukan pengamatan,

mengumpulkan data, diskusi

dengan kelompoknya dan

membuat suatu kesimpulan

Explain

(menjelaskan)

Mendorong siswa untuk

menjelaskan konsep dengan

kalimat mereka sendiri

Mencoba memberikan

penjelasanterhadap konsep

yang ditemukan

Meminta bukti dan

klarifikasi

dari penjelasan siswa

Menggunakan data hasil

pengamatan dalam memberi

penjelasan

Mendengar secara kritis

penjelasan antar siswa

Melakukan pembuktian

terhadap konsep yang

29

Page 32: TUGAS 1 MPP

Tahapan

Model LC 5E

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

diajukan

Memandu diskusi Melakukan diskusi

Memberi definisi dan

penjelasan tentang konsep

yang

dibahas dengan

menggunakan

penjelasan siswa

Mendengarkan dan

memahami penjelasan guru.

Elaborate

(memperluas)

Mengingatkan siswa pada

penjelasan alternatif dan

mempertimbangkan data saat

mereka mengeksplorasi

situasi

baru.

Menerapkan konsep dan

keterampilan dalam situasi

baru

dan menggunakan label dan

definisi formal.

Mendorong dan

memfasilitasi

siswa untuk menerapkan

konsep dalam situasi yang

baru.

Memecahkan masalah,

membuat keputusan,

melakukan percobaan dan

pengamatan.

Evaluate

(menilai)

Mengamati pengetahuan atau

pemahaman siswa.

Mengevaluasi belajarnya

sendiri dengan mengajukan

pertanyaan dan mencari

jawaban dari bukti dan

penjelasan yang telah

diperoleh sebelumnya

Mendorong siswa melakukan

evaluasi diri

Mengambil kesimpulan

lanjut

atas situasi belajar yang

dilakukannya

Mendorong siswa memahami Melihat dan menganalisis30

Page 33: TUGAS 1 MPP

Tahapan

Model LC 5E

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

kekurangan atau

kelebihannya

dalam kegiatan pembelajaran

kekurangan atau

kelebihannya

dalam kegiatan pembelajaran

12. Model Pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray)

a. Pengertian

Teknik pembelajaran Two Stay Two Stray / dua tinggal dua tamu yang

dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2008:61) merupakan teknik pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi

dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau

bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.

b. Alasan Penggunaan

Selain aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotorik merupakan dua aspek

yang harus dilatih melalui kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran TSTS

merupakan model pembelajaran yang mampu untuk mengakomodir pengembangan

ketiga aspek atau ranah tersebut.

c. Tujuan

Untuk melatih kemampuan berpikir kritis, kemampuan bekerja sama,

keterampilan sosial dan kemampuan untuk menjelaskan materi ke siswa yang lain

dengan sikap yang baik.

31

Page 34: TUGAS 1 MPP

d. Manfaat

Terjadinya pemerataan pengetahuan dan kemampuan akademik dari siswa serta

terlatihnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara seimbang.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Tahapan pembelajarannya sebagai berikut.

1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.

2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lainnya.

3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka ke tamu mereka.

4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkantemuan mereka dari kelompok lain.

5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.

13. Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction)

a. Pengertian

Model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) merupakan suatu

konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang efektif

digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuannya.

Sebagai sebuah kerangka teoritik model pembelajaran ATI berasumsi bahwa

optimalisasi prestasi atau hasil belajar akan tercipta bilamana perlakuan-perlakuan

dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan

siswa.

b. Alasan Penggunaan

Model pembelajaran ATI menjadi alternatif pembelajaran yang

mempertimbangkan keberanekaragaman kemampuan siswa dalam suatu kelas

sehingga dapat mengoptimalkan hasil dan prestasi belajar siswa.

32

Page 35: TUGAS 1 MPP

c. Tujuan

Tujuan penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)

adalah untuk mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan individual siswa dalam

pembelajaran dalam rangka mengoptimalkan prestasi belajar.

d. Manfaat

Seluruh siswa dengan kemampuan yang berbeda dapat terfasilitasi dengan baik

pada saat kegiatan pembelajaran sehingga dapat tercipta iklim pembelajaran yang

seimbang antara siswa dengan kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

dibawahnya.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Prinsip model pembelajaran ATI ini terdiri dari beberapa langkah yang dapat

dikembangkan, yaitu sebagai berikut.

1) Studi atau penelitian yang diawali dengan melaksanakan pengukuran kemampuan

masing-masing siswa, dalam hal ini dapat dilakukan melalui survey terhadap nilai

matematika pada rapor siswa.

2) Mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok (tinggi, sedang dan rendah) esuai

dengan klasifikasi yang didapatkan dari hasil survey.

3) Melakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal siswa secara

keseluruhan.

4) Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok siswadalam

pembelajaran.

14. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and

Satisfaction)

a. Pengertian

Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS

(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Model Pembelajaran ARIAS

merupakan model pembelajaran yang mengandung lima komponen yaitu: attention

(minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction

(kepuasan/bangga)dan assessment (penilaian).

Assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan

berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil.33

Page 36: TUGAS 1 MPP

Relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman

sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir

sekarang atau yang akan datang.

Interest, adalah yang berhubungan dengan minat/ perhatian siswa.

Assessment, yaitu yang berhubungan dengan penilaian terhadap siswa.

Satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang

dicapai.

b. Alasan Penggunaan

Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan

mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri

siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian

kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung

pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik

minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara

minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk

memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun

dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction.

Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk

menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya

dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa.

Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan

memberikan penguatan (reinforcement). Dengan demikian model pembelajaran

ARIAS patut untuk diterapkan.

c. Tujuan

Meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar adalah tingkat kemajuan

yang telah dicapai siswa dalam suatu periode proses belajar tertentu sebagai realisasi

kapasitasnya menjadi suatu hasil belajar.

34

Page 37: TUGAS 1 MPP

d. Manfaat

Menjadikan siswa aktif dalm membangun pengetahuannya sendiri serta

memfasilitasi siswa untuk menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri terhadap

prestasi belajar yang dapat diraihnya.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejakawal, sebelum

guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan

sejak guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan

pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan

satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan

bagi guru disusun sedemikian sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung

komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah

tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya

diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian

siswa, melakukan penilaian dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa.

Guru atau pengembang sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan

dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media

pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan

bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan. Meskipun demikian pelaksanaan

kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa.

Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa.

Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS.

Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat

menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang

dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi

bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengadakan penilaian diri dan siswa merasa dihargai yang dapat

menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau pengembang agar

menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, katakata yang jelas dan

kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan mudah

ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar yang jelas

dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam 35

Page 38: TUGAS 1 MPP

khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi

yang sedang dipelajari.

15. Model Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating and

Transfering)

a. Pengertian

Model pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating

and Transfering) merupakan model pembelajaran kontekstual yang telah

diperkenalkan oleh Center of Occupational Research and Development (CORD),

Amerika Serikat yang menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka

penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat dengan strategi pembelajaran

REACT, yaitu:

Relating (mengaitkan) yaitu belajar dalam konteks pengalaman manusia.Ini

merupakan jenis pembelajaran kontekstual yang khas terjadi pada anak-anak.

Ketika anak-anak tumbuh semakin besar memberikan konteks yang bermakna

untuk belajar menjadi semakin sulit. Kurikulum yang mencoba menempatkan

pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus minta perhatian siswa pada

peristiwa, dan kondisi sehari-hari. Kemudian siswa harus menghubungkan situasi

sehari-hari itu dengan informasi baru yang diserap atau masalah yang dipecahkan.

Experiencing (mengalami) yaitu belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan

diskaveri merupakan jantung pembelajaran kontekstual. Akan tetapi, siswa

mungkin akan menjadi termotivasi dan merasa nyaman berkat hasil strategi

pembelajaran lain seperti aktivitas dengan teks, cerita, atau video. Pembelajaran

tampak akan berjalan lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi alat-alat dan

materi dan mengerjakan bentuk-bentuk penelitian yang lain.

Applying (menerapkan) yaitu menerapkan konsep dan informasi dalam konteks

yang berguna sering memproyeksikan siswa ke arah masa depan yang diharapkan

atau ke arah tempat kerja yang mungkin tidak familier. Dalam pembelajaran

kontekstual, penerapan sering didasarkan pada aktivitas okupasional. Hal itu

terjadi lewat teks, video, lab, dan kegiatan, meskipun dalam banyak sekolah,

pengalaman pembelajaran kontekstual itu akan diikuti dengan pengalaman

langsung, misalnya: wisata, pertanian, pengaturan, pementoran, dan pemagangan.

36

Page 39: TUGAS 1 MPP

Cooperating (bekerja sama) yaitu belajar dalam konteks peragihan, penanggapan,

dan pengkomunikasian dengan pembelajar yang lain merupakan strategi

pembelajaran yang utama dalam pengajaran kontekstual. Pengalaman bekerjasama

tidak hanya membantu sebagian besar siswa untuk mempelajari bahan ajar. Oleh

sebab itu, keterampilan kooperatif perlu mendapatkan perhatian serius agar dapat

dikuasai dengan baik oleh siswa.

Transferring (memindahkan) yaitu pembelajaran sesuatu isi dalam konteks

pengetahuan yang ada atau memindahkannya berlandaskan apa yang telah

diketahui pelajar. Setelah siswa paham terhadap konsep yang dipelajarinya, maka

selanjutnya siswa menerapkan atau memanfaatkan pengetahuan yang telah

diperolehnya ke dalam konteks yang baru.

b. Alasan Penggunaan

Model pembelajaran REACT mengakomodasi siswa untuk mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya dan mengaitkan dengan kehidupan nyata sehingga

sangat relevan dengan tujuan pembelajaran saat ini.

c. Tujuan

Untuk melatih kemampuan berfikir kritis, berfikir logis, berfikir sistematis,

objektif, jujur, disiplin, dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah, serta

mampu menjadikan pengetahuan sosial nya sebagai alat komunikasi dan mampu

memecahkan permasalahan sosial yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

d. Manfaat

Siswa mampu mampu meningkatkan motivasi, pemahaman konsep,

keterampilan komunikasi, penguasaan materi, dan konstribusi pribadi dan sosial.

e. Langkah-langkah Penggunaan

Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap dalam penerapanpembelajaran model

REACT adalah:

1) Aspek relating (mengaitkan), siswa mengamati gambar-gambar sebagai media

pembelajaran, kemudian mengaitkannya dengan kehidupan nyata.

37

Page 40: TUGAS 1 MPP

2) Aspek applying (menerapkan), siswa dapat melakukan sesuatu atau kegiatan yang

sesuai dengan materi yang telah dipelajari.

3) Aspek experiencing (mengalami), setelah siswa dapat melakukan sesuatu atau

kegiatan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari maka siswa akan dapat

mengalami sendiri kegiatan yang ada pada materi pelajaran yang telah dipelajari.

4) Aspek cooperating (bekerja sama), yang dilakukan guru adalah membagi siswa

menjadi beberapa kelompok kemudian tiap kelompok mencari contoh-contoh

tentang materi pelajaran yang telah dipelajari dilingkungan masyarakat sekitar.

5) Aspek transferring (mentransfer), siswa diajak untuk bertukar pikiran dengan

teman lainnya untuk merumuskan hasil dari kegiatan pembelajaran mengenai

materi pelajaran yang telah dipelajari.

16. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Instruction)

a. Pengertian

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pembelajaran inovatif

yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Instruction atau disingkat PBI) merupakan suatu model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui

tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk

memecahkan masalah.

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana

siswa dituntut untuk memecahkan suatu permasalahan yang nyata mereka alami

dalam kehidupan sehari-hari, melalui serangkaian proses inkuiri. Dari proses inkuiri

tersebut siswa menemukan dan membangun konsep yang kemudian dengan bekal

pengetahuan dan konsep yang telah mereka peroleh itulah siswa memecahkan

permasalahan yang mereka hadapi. Di samping sebagai sarana untuk membangun

konsep, Pembelajaran Berbasis Masalah juga merupakan wahana untuk melatih

kemandirian, mengembangkan ketrampilan berpikir, kreativitas serta kepercayaan diri

siswa.

38

Page 41: TUGAS 1 MPP

b. Alasan Penggunaan

Kemampuan untuk memecahkan masalah mutlak dimiliki oleh siswa, pelatihan

terhadap kemampuan ini diakomodir melalui penerapan model pembelajaran berbasis

masalah.

a. Tujuan

PBI utamanya diterapkan dengan tujuan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan

intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam

pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri.

b. Manfaat

Siswa mampu menguasai konsep atau pengetahuan yang dipelajari secara

komprehensif, tidak sekedar mampu menghafal dimana suatu saat pengetahuan

tersebut bisa saja hilang dari ingatan.

c. Langkah-langkah Penggunaan

Langkah-langkah atau sintaks penggunaan metode PBI dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Fase-fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat

pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Fase 2

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

Fase 3

Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Fase 4

Mengembangkan dan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan

39

Page 42: TUGAS 1 MPP

menyajikan hasil karya model yang membantu mereka untuk membagi tugas

dengan temannya.

Fase 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses

yang mereka gunakan.

40

Page 43: TUGAS 1 MPP

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. I. 2007. Belajar Untuk Mengajar. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto

dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Joyce, Bruce. Dkk. 2009. Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan

Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-

Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Rahmi, Ali. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi

Aksara.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Salvin, R.E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktis. Bandung: Nusa Media

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: UNNES

Press