32
PAPER PENGANTAR PERENCANAAN KOTA EFEKTIVITAS RENCANA KOTA DI KECAMATAN PINANG, KOTA TANGERANG Disusun Oleh : Diah Ekawati (123.13.0016) Alwan Syaifullah (123.13.0020) Nur Amalia Safitri (123.13.0022) PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Tugas 3. Efektivitas Rencana Kota Di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rdtr

Citation preview

PAPER PENGANTAR PERENCANAAN KOTA

EFEKTIVITAS RENCANA KOTA DI KECAMATAN PINANG, KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :

Diah Ekawati (123.13.0016)

Alwan Syaifullah (123.13.0020)

Nur Amalia Safitri (123.13.0022)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

SETU

2015

Efektivitas Rencana Kota Di Kecamatan Pinang, Kota TangerangKajian PustakaAktivitas perencanaan kota, atau lebih spesifik perencanaan tata ruang kota, di Indonesia secara procedural mengacu pada Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (yang telah direvisi menjadi Undang-undang N0. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang). khusus untuk kota/kawasan perkotaan, sebenarnya jauh sebelum undang-undang tersebut ditetapkan sudah ada prosedur baku, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/KPTS/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota. Dalam kedua ketentuan diatur berbagai jenis rencana tata ruang kota serta tata cara penyusunannya, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota dalam mencapai kesejahteraan sesuai dengan aspirasi warga kota.

Lingkup pengertian kota sudah kita pahami tidak hanya dalam pengertian kota otonom, namun juga mencakup kota fungsional. Oleh karena itu, dalam konteks kebutuhan suatu prosedur penyusunan rencana tata ruang, yang diatur kemudian adalah kawasan perkotaan. Dalam hal ini pada tahun 2002 telah ditetapkan Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, yang dimaksud untuk menyempurnakan dan melengkapi standar-standar dan acuan /pedoman penataan ruang yang telah ada maupun literatur/studi yang telah ada, sebagai bahan rujukan kegiatan perencanaan penataan ruang kota.

Secara prosedural, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan dibedakan dalam 4 jenis rencana dengan tingkat kedalamanyang berbeda, yakni: (1) Rencana Struktur, sebagai kebijakan yang menggambarkan arahan tata ruang untuk Kawasan Perkotaan Metropolitan dalam jangka waktu sesuai dengan rencana tata ruang; (2) Rencana Umum, sebagai kebijakan yang menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta diprioritaskan pengembangannnya dalam jangka waktu perencanaan; (3) Rencana Rinci, yang terdiri dari Rencana Detail dan Rencana Teknik.

Penentuan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan berbeda untuk tiap jenis rencana sesuai dengan hierarkinya, yang secara umum menyangkut dimensi waktu, skala/ketelitian peta, fungsi dan manfaat rencana, muatan/materi rencana, serta proses penyusunannya. Ditinjau dari prosesnya, penyusunan Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan mencakup langkah-langkah: (1) penentuan arah pengembangan; (2) identifikasi potensi dan masalah pembangunan; (3) perumusan Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Metropolitan. Dalam proses penyusunan RTRW Kota/RUTR Kawasan Perkotaan dan RDTR Kawasan Perkotaan, ditempuh dengan langkah-langkah: (1) Penentuan arah pengembangan; (2) Identifikasi potensi dan masalah pembangunan; (3) Perumusan rencana tata ruang;dan Penetapan rencana tata ruang. Pengertian RDTR Kawasan Perkotaan

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perotaan (RDTR Kawasan Perkotaan), merupakan penjabaran dari Rencana Tata ruang Wilayah Kota/ Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan secara terperinci, yang disusun untuk menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-progran pembangunan perkotaan. RDTR Kawasan Perkotaan jugamerupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran "kegiatan" ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.

Beberapa kebutuhan yang menyangkut penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan sebagai berikut.

1. Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan ini adalah 5 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala 1:5.000 atau lebih.

2. RDTR Kawasan Perkotaan berfungsi untuk : (1) menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembanguban perkotaan; (2) Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan perkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten; (3) menciptakan keterkaitan antarkegiatan yang selaras, serasi dan efisien; dan (4) Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendaliaan program-program pembangunan perkotaan.

3. Manfaat Rencana RDTRK Kawasan perkotaan bagi Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk: (1) Pemberian advis planning; (2) Pengatiran bangunan setempat; (3) Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan dan lingkungan dan (4) penetapan RDTR Kawaaan Perkotaan. Proses Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan

Dalam proses penyusunan RTRW Kota/RUTR Kawasan Perkotaan dan RDTR Kawasan Perkotaan, ditempuh dengan langkah-langkah: (1) Penentuan arah pengembangan; (2) Identifikasi potensi dan masalah pembangunan; (3) Perumusan rencana tata ruang;dan Penetapan rencana tata ruang. 1. Penentuan kawasan perencanaan perkotaan. Penentuan kawasan perencanaan dilakukan berdasarkan tingkat urgensi /prioritas /keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/ Kawasan Perkotaan.

2. Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan.Tahapan ini mencakup analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya. Dalam hal ini perlu diidentifikasi pula permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dan sebaginnya.Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

(1) Perkembangan sosial-kependudukan

(2) Prospek pertumbuhan ekonomi

(3) Daya dukung fisik dan lingkungan

(4) Daya dukung prasarana dan fasilitas perkotaan

3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan pengembangan ini mencakup: (1) Kependudukan; (2) Ekonomi Perkotaan; (3) Fasilitas Sosial Dan Ekonomi Perkotaan; (4) Pengembangan Lahan Perkotaan; Kebutuhan Ekstensifikasi; Kebutuhan Intensifikasi; dan Perkiraan Ketersediaan Lahan Bagi Pengembangan; dan (5) Prasarana dan Sarana Perkotaan.4. Perumusan Rencana Detail Tata Ruang kawasan perkotaan. Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang.5. Penetapan rencana tata ruang. Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk surat keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Detail Tata Ruang kawasan Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kota/Kabupaten.Analisis Aspek-Aspek yang Dikaji dalam Proses Perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan Tangerang (1) Analisis Aspek Fisik Dan LingkunganLahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Banyak contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik potensi sumber daya alamnya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau kawasan.

Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/ atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan rencana tata ruang maupun rencana pengembangan wilayah dan/ atau kawasan (rencana tindak, rencana investasi, dan lain-lain), karena akan memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah dan/atau kawasan. Secara garis besar tata cara analisis kelayakan fisik atau dikenal juga sebagai studi kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir berikut (Gambar 2.1)

Gambar 1. Bagan Alir Tata Cara Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/RPT/M/2007Pengumpulan data, dengan cakupan data yang dikehendaki adalah seperti terlihat pada bagan alir tersebut. Sedangkan tahap analisis terdiri dari dua, yakni analisis kemampuan lahan dan analisis kesesuaian lahan. Hasil akhir dari studi ini adalah berupa rekomendasi kesesuaian lahan, yang akan menjadi masukan pada pengembangan wilayah dan/atau kawasan.

Pengumpulan Data1) Klimatologi; Curah hujan, Hari hujan dan Intensitas hujan2) Topografi; Peta morfologi dan Peta kemiringan lereng 3) Geologi; Geologi umum, Geologi wilayah, dan Geologi permukaan 4) Hidrologi; Air permukaan, Air tanah 5) Sumber Daya Mineral/ Bahan Galian;

6) Bencana Alam; dan

7) Penggunaan Lahan.8) Studi fisik / lingkungan yang ada atau pernah dilakukan9) Kebijaksanaan Pengembangan Fisik Yang Ada

Analisis kemampuan lahan1) SKL morfologi2) SKL kemudahan dikerjakan 3) SKL kestabilan lereng 4) SKL kestabilan pondasi 5) SKL ketersediaan air 6) SKL untuk drainase 7) SKL terhadap erosi 8) SKL pembuangan limbah 9) SKL terhadap bencana alam10) Analisis Kemampuan Lahan Analisis kesesuaian lahan

1) Arahan tata ruang pertanian 2) Arahan rasio tutupan 3) Arahan ketinggian bangunan 4) Arahan pemanfaatan air baku5) Perkiraan daya tampung lahan 6) Persyaratan dan pembatas pengembangan 7) Evaluasi pemanfaatan lahan yang ada

8) terhadap kesesuaian lahan

9) Analisis kesesuaian lahan Rekomendasi kesesuaian lahan (2) Analisis Aspek Ekonomi Perkotaan;

Salah satu tujuan penataan ruang wilayah dan/atau kawasan adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya pada wilayah dan/atau kawasan dalam rangka pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Penilaian ekonomi bagi pengembangan wilayah dan/atau kawasan adalah upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu serta permasalahan perekonomian, khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah dan/atau kawasan tersebut. Hal yang mendasar dalam analisis ekonomi pengembangan wilayah dan/atau kawasan yaitu perlunya mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, sehingga akan terjadi efisiensi tindakan. Dengan usaha yang minimum akan diperoleh hasil yang optimum yang kesemuanya bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana.

Suatu penelitian atau studi pada tahap awal yang dilakukan adalah pengumpulan data, dan identifikasi potensi sumber daya yang terdiri dari lokasi, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan sumber daya manusia. Identifikasi potensi adalah sebagai keluaran dari analisis melalui perumusan lingkup pekerjaan, sasaran, masukan, keluaran, dan langkah-langkah analisis. Bagan alir tata cara analisis aspek ekonomi bagi penyusunan rencana tata ruang wilayah maupun kawasan dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alir Analisis Aspek Ekonomi

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/RPT/M/2007Tahap Alir Analisis Aspek Ekonomi: Identifikasi potensi sumber daya

1) Analisis aspek lokasi 2) Analisis aspek sumber daya alam 3) Analisis aspek sumber daya buatan 4) Analisis aspek sumber daya manusia Analisis perekonomian

1. Struktur ekonomi dan pergeserannya 2. Sektor basis 3. Komoditi sektor basis yang memiliki keunggulan dan komparatif berpotensi ekspor

Penentuan sektor basis/komoditas potensial Penentuan sektor basis/komoditas unggulan 1. Analisis pengaruh kebijakan pemerintah 2. Analisis pasar unggulan (market trend) dan pola aliran komoditas unggulan

3. Analisis potensi pengembangan kegiatan/komoditas unggulan

4. Analisis pemilihan sektor/komoditas unggulan Penilaian kelayakan pengembangan komoditas unggulan

1. Analisis kebutuhan teknologi untuk mengolah komoditas unggulan

2. Analisis kebutuhan infrastruktur untuk pengembangan komoditas unggulan

(3) Analisis Aspek Sosial dan Kebudayaan Perkotaan

Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis aspek sosial budaya di wilayah dan/atau kawasan. Penilaian/ analisis aspek sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya masyarakat, atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan.

Tujuan analisis aspek sosial budaya adalah mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung atau menghambat pengembangan wilayah dan/ atau kawasan, serta memiliki fungsi antara lain:

1) Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah dan/atau kawasan serta pembangunan sosial budaya masyarakat.

2) Mengidentifikasi struktur sosial budaya masyarakat .

3) Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung pengembangan wilayah dan/atau kawasan.

4) Menentukan prioritas-prioritas utama dalam formulasi kebijakan pembangunan sosial budaya masyarakat.

5) Memberikan gambaran situasi dan kondisi objektif dalam proses perencanaan.

6) Sebagai acuan pelaksanaan pemantauan, pelaporan, dan penilaian program- program pembangunan sosial budaya secara integratif.

Sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan analisis aspek sosial budaya antara lain:

1) Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di wilayah dan/atau kawasan.

2) Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya, meliputi pasar tenaga kerja, keragaman sosial budaya penduduk, serta jumlah dan pertumbuhan penduduk.

3) Penilaian pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung pengembangan wilayah dan/atau kawasan.Gambar 3. Bagan Alir Analisis Aspek Sosial Budaya

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/RPT/M/2007Tahap Alir Analisis Aspek Sosial dan Kebudayaan:

Pengumpulan data

Indikator sosial budaya

Analisis aspek sosial budaya 1) Analisis kependudukan 2) Analisis pendidikan 3) Analisis ketenagakerjaan 4) Analisis kesehatan 5) Analisis perumahan dan lingkungan 6) Analisis sosial budaya Analisis potensi pengembangan wilayah dan/atau kawasan berdasarkan aspek sosial budaya

Pemilihan rencana tindak pengembangan wilayah dan/atau kawasan berkaitan dengan aspek sosial budaya

Rekomendasi pengembangan sosial budaya melalui pemberdayaan masyarakat

Implementasi Perencanaan di Lapangan1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup perencanaan, meliputi seluruh wilayah Kecamatan Pinang memiliki luas 21,590 Km2/ 2.159,01 Ha dengan jumlah penduduk174.655 jiwa di tahun 2012 yang tersebar di 11 Kelurahan, 75 RW, dan 432 RT. Adapun kelurahan yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Pinang sebagai berikut:1.Kelurahan Pinang;2.Kelurahan Sudimara Pinang;3.Kelurahan Neroktog;4.Kelurahan Kunciran;5.Kelurahan Kunciran Indah;6.Kelurahan Kunciran Jaya;7.Kelurahan Cipete;8.Kelurahan Pakojan;9.Kelurahan Panunggangan;10.Kelurahan Panunggangan Utara;11.Kelurahan Panunggangan Timur;1. Kependudukan

Menurut RDTR Kec Pinang, pada bab rencana struktur tata ruang Kecamatan Pinang bagian ketiga tentang rencana kependudukan pasal 11 ayat 2 menjelaskan rentang kepadatan penduduk yang digunakan mengacu pada rentang kepadatan penduduk rtrw kota tangerang, yaitu :

a. tingkat kepadatan penduduk rendah : < 150 jiwa/ha

b. tingkat kepadatan penduduk sedang : 151 - 200 jiwa/ha

c. tingkat kepadatan penduduk tinggi : 201 - 275 jiwa/ha

d. tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi :