Tugas Adhitia Yudisthira Maksi Ppak Utama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

PERBANDINGAN AUDIT BERBASIS ISA DENGAN AUDIT BERBASIS SPAPMAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas IndividuMata Kuliah Auditing Program Studi Maksi-PPAkFakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Dosen : Prof.Dr. Sukrisno Agoes, Ak., M.M., CPA, CA Disusun Oleh: ADHITIA YUDISTHIRA NPM. 161422004/ 151402016MAGISTER AKUNTANSI ( MAKSI) -PPAkFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMABANDUNG 2014-10-31

BAB IPENDAHULUAN

Standar Auditing Internasional (ISA) vs Standar Auditing Indonesia (SPAP)Internal auditing and assurance standard board (IAASB) adalah merupakan badan yang dibentuk oleh Internal federation of accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing dan assurance.Standar yang diterbitkan oleh IAASB terbagi dan tiga kategori. Pertama , standar audid dan review informasi keuangan historis. Standar ini terdiri dari dua standar yaitu : International standard on auditings (ISAs), dan Internatioanal standard on review engagement (ISREs). selanjutnya , untuk membantu penerapan standard auditing , IAASB mengeluarkan International auditing practice statement ( IAPSs) . IAPS ini merupakan pedoman interpretasi dan bantuan praktis didalam menerapkan standar auditing. Dan untuk penerapan standar review, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman interpretasi dan bantuan praktisnya. Pedoman ini diberi nama International engagement practice statement ( IREPSs ).Katagori kedua, standar untuk penugasan assurance selain audit atau review laporan keuangan historis. Untuk katergori kedua ini IAASB mengeluarkan International standard assurance engagement ( ISAEs ). Dan untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB telah menerbitkan International Assurance Engagement Practice statement (IAEPS). IAEPS merupakan pedoman interpretasi dan bantuan praktis didalam menerapkan standar assurance.Kategori terahir adalah standar untuk jasa lainnya. Untuk kategori ketiga ini, IAASB menerbitkan International Standard on Related Service (ISRSs). Standar ini harus diterapkan pada penugasan kompilasi, pengolahan informasi , dan jasa penugasan lain. Untuk penerapannya,IAASB juga telah mengeluarkan interpretasi dan bantuan praktis yang diberi nama international Related Service Practice Statement (IRSPSs).Selain mengeluarkan standar untuk pekerjaan auditor, IAASB juga mengeluarkan standar untuk memberikan mutu pelayanan yang baik. Standar ini dinamakan International Standard on Quality Controls ( ISQCSs). Di indonesia, sebelum terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Setelah terbentuknya IAPI yang secara resmi diterima sebagai anggota asosiasi yang pertama oleh IAI pada tanggal 4 juni 2007 serta diakui oleh pemerintah RI sebagai organisasi profesi akuntan publik di indonesia melalui Peraturan Mentri keuangan No. 17/PMK.01/2008 pada tanggal 5 februari 2008 , selanjutnya standar auditing berupa Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) disusun dan diterbitkan oleh IAPI.

SPAP merupakan kondifikasi berbagai pernyataan teknis dan aturan etika. Pernyataan standar teknis yang dikondifikasi dalam SPAP terdiri dari : 1. Pernyataan Standar Auditing 2. Pernyataan Standar Atestasi 3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review 4. Pernyataan Jasa Konsultasi 5. Pernyataan Standar Pengendalian MutuSedangkan aturan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah aturan etika Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh kompartemen akuntan publik sejak bulan mei 2000.Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di indonesia selama ini mengacu pada Standar Auditing dari Amerika. SPAP ini membagi standar auditing menjadi 3 bagian utama yaitu Standar Umum,Standar Pekerjaan Lapangan,Standar Pelaporan. Sedangkan International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA , tidak ada Standar umum , Standar Pekerjaan lapangan dan Standar Peloporan. Penyajian standar standar yang ada di ISA sudah mencerminkan Proses pengerjaan Auditing.Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam 6 tahap. Tahap pertama dimulai dengan persetujuan penugasan (Agreement of Engagement). Kemudian, tahap kedua melakukan pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien, serta penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi audit. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan Acces Inhern List. Tahap selanjutnya adalah Execute The Audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat melaksanakan audit maka akan dilakukan test of control, substantive and anlytical procedure dan other substantive procedure. Tahap kelima, mulai membentuk opini. Dan tahap terahir adalah membuat laporan audit.Dari keenam tahapan pekerjaan audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya tidak jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi KAP di Indonesia.

SPAP, Kapan full adoption ke ISA ? Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan pedoman bagi pekerjaan auditor di indonesia merupakan hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama komite norma pemeriksaan Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun 1990 kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis, jasa atestasi, serta jasa akuntansi dan review.

Disamping itu, tuntutan kebutuhan untuk menjadikan oraganisasi profesi akuntan publik lebih madiri dalam mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi akuntan terhadap berbagai tuntutan tersebut dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994, yaitu : 1. Perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke dewan Standar Profesional Akuntan Publik, dan2. Perubahan nama Standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.

Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994 seiring dengan perubahan nama standar dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik sumber acuan utamanya adalah dari American Institute of Certifed Publik Accountant Profesional Standards (AICPA Profesional Standards). Untuk merespon kebutuhan Profesi Akuntan Publik seiring pertumbuhan bisnis dan ekonomi di Indonesia serta perubahan-perubahan radikal yang terjadi di lingkungan bisnis, dalam kurun waktu 1994-1997 Dewan SPAP telah menerbitkan berbagai interpretasi standar untuk merespon kebutuhan profesi akuntan publik dalam menghadapi krisis ekonomi dan bisnis yang saat itu dialami oleh Indonesia.Dari pengalaman masalalu dan antisipasi tren perubahan pasca krisis ekonomi indonesia serta memperhatikan perubahan pesat yang terjadi di AICPA Profesional Standar sebagai sumber acuan SPAP, dewan SPAP selama tahun 1999 melakukan perombakan besar atas SPAP per 1 agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik per 1 januari 2001. SPAP per 1 januari 2001 itu adalah merupakan kondifikasi SPAP terahir yang masih berlaku sampai dengan saat ini, dengan sedikit penambahan berupa interpretai interpretasi yang di terbitkan dari tahun 2001 sampai dengan 2008. Penambahan terahir dilakukan pada bulan februari 2008 dengan penerbitan pernyataan beragam. (Omnimbus Statement)

Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang berlaku yang sebagian besar isinya diadopsi dari AICPA Profesional Standar tahun 1998. Langkah full adoption tersebut ditempuh untuk memenuhi tuntutan pesatnya perkebangan dunia usaha dan bisnis yang berimbas pada bidang akuntansi dan auditing. Selain itu IAI yang sudah full member dai International Federation of Accountant (IFAC) mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan mematuhi butir-butir Statement of Membership Obligation (SMO) yang salah satu diantaranya bahwa semua anggota IFAC diwajibkan untuk tunduk kepada semua standar dan pernyataan lain yang dikeluarkan oleh International Auditing And Assurance Standard Board(IAASB).

BAB II PEMBAHASAN

Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat kecurangan yang dilakukan dalam penyajian laporan keuangan tidak kalah maraknya dengan skandal-skandal di lingkupan internasional. Meskipun tidak seluruhnya disebabkan karena kecurangan yang disengaja, namun salah saji yang terjadi dalam laporan keuangan juga memberikan dampak pada seluruh pihak yang berkepentingan menggunakan laporan. Bahkan fraud (kecurangan) yang dilakukan dalam laporan keuangan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi investor, kreditor, dan auditor sendiri. Oleh karena itu, untuk memastikan agar laporan keuangan terbebas dari salah saji material, diperlukan pemeriksaan akuntansi yang dilakukan oleh auditor sebagai pihak independen. Pemeriksaan akuntansi atau auditing menurut Arens, Elder & Beasley, 2009 adalah proses akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat hubungan antara informasi dan standar atau kriteria yang berlaku. Auditing harus dilakukan oleh pihak yang independen. Karena kepercayaan yang diberikan oleh para pemakai yang berkepentingan kepada auditor, seperti investor, kreditor, pemerintah, bank,dan stakeholder lainnya baik internal maupun eksternal maka auditor harus dapat menghasilkan kualitas audit yang baik yang dapat diandalkan. Untuk dapat menghasilkan kualitas audit yang baik, auditor bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit demi mendapatkan kepastian bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan material yang disebabkan oleh kecurangan maupun kekeliruan (Auditing Standard Boards, 2011). Sejarah Penerapan ISA di IndonesiaPada tahun 2004 telah diputuskan bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full adoption) International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC). Keputusan konversi IAI ini sejalan dengan kewajiban keanggotaan IFAC yang dicantumkan dalam Statment of Membership (SMO) No.3 antara lain disebutkan : Member bodies should use their best endeavors: a) to incorporate the international standards issued by the IAASB into their national standards or related other pronouncements...IAI menjadi anggota IFAC karena adanya keinginan dari para akuntan Indonesia untuk memajukan profesi akuntan di Indonesia. Kita ketahui bahwa IFAC adalah organisasi akuntan terbesar di dunia yang berdiri tahun 1977. Keanggotaan IFAC pada akhir 2007 mencapai 158 anggota asosiasi profesi akuntan yang mewakili 123 negara di dunia. IFAC melakukan kepeloporan akan perlunya harmonisasi kerangka dasar (framework) untuk penyusunan standar internasional bagi profesi akuntan, termasuk ISA dan IFRS. Kepeloporan IFAC dalam harmonisasi kerangka dasar standar internasional ini nampaknya sejalan dengan pemikiran akuntan-akuntan Indonesia yang diwakili IAI, mengajukan diri menjadi anggota IFAC.IAI yang merupakan anggota IFAC diwajibkan melakukan usaha terbaik untuk mengadopsi ISA. Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang berlaku, yang sebagian besar isinya diadopsi dari AICPA Professional Standards (AICPA Standards) tahun 1998.Ada tujuh kewajiban anggota IFAC yang disebut dalam SMO, yakni kewajiban sebagai berikut.SMO 1Membuat dan memublikasi quality control standards (standar pengendalian mutu) dan petunjukbagi KAP untuk mengimplementasikan sistem pengendalian mutu sesuai International Standard on Quality Control (ISQC), dalam hal ini ISQC 1.SMO 2Berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional (judul lengkapnya International Education Standards for Professional Accountants disingkat IESs), petunjuk mengenai pendidikan bagi akuntan j profesional (judul lengkapnya International Education Guidelines far Professional Accountants disingkat IEGs), dan terbitan mengenai pendidikan bagi akuntan profesional (judul lengkapnya International Education Papers for Professional Accountants disingkat IEPs) yang diterbitkan oleh Education Committee of IFAC (disingkat EDCOM).SMO 3Berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans untuk anggota (dalam hal ini anggota IAPI).SMO 4Berkenaan dengan kode etik (IFAC Code of Ethics for Professional Accountants disingkat the IFAC Code) dan pernyataan (pronouncement) lainnya yang diterbitkan oleh the Ethics Committee of IFAC.SMO 5Berkenaan dengan International Public Sector Accounting Standards (IPSASs) dan petunjuk lain yang diterbitkan the Public Sector Committee (PSC) of IFAC.SMO 6Berkenaan dengan mvestigaM dan penjamhansanksi dalam pelanggaran perilaku (misconduct), termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaran standar dan ketentuan profesional oleh anggota (maksudnya anggota IAPI), dan jika diatur dalam ketentuan perundang-undangan, oleh KAP.SMO 7Berkenaan dengan IFRS yang diterbitkan oleh IASB (International Accounting Standards Board).Lima dari kewajiban yang disebutkan di atas, masuk "wilayah IAPI", yakni SMO 1 sampai dengan 4, dan SMO 6. Kata kunci dalam pelaksanaan SMO ialah best endeavors atau upaya terbaik yang diberikan anggota IFAC. Dokumen SMO menjelaskan bahwa anggota dianggap telah melaksanakan upaya terbaik jika anggota (dalam kondisi yang wajar) tidak dapat melakukan lebih baik dari yang sudah dilakukannya untnk memenuhi kewajibannya.World Bank dan IMF secara berkala memantau dan melaporkan kemajuan negara-negara anggota IFAC dalam merencanakan dan mengimplementasikan ketujuh SMO. Laporan mengenai hal ini dikenal sebagai ROSC (Reports on the Observance of Standards and CodeIFAC mengelompokkan negara-negara yang melaksanakan ISA ke ialam empat kategori. Lihat Kotak 3-1 untuk penjelasan mengenai keempat categori ini. Empat Kategori Negara yang Mengadopsi ISA:1. Kategori Required by Law or Regulation (diwajibkan oleh undang-undang atau peraturan) Undang-undang di negara tersebut mewajibkan penggunaan ISAs sebagaimana diterbitkan International Auditing and Assurances Standards Board (IAASB) dalam mengaudit laporan keuangan dengan tujuan umum (general purpose financial statements).2. Kategori ISAareAdopted (ISAdiadopsi)Suatu badan atau lembagayang menetapkanstandar nasional (seperti DSP IAPI) sebagai standar audit yang digunakan di negara bersangkutan.3. Kategori National Standards are the ISAs (ISAs adalah Standar Nasional) Meskipun ISAssecara umum diadopsi sebagai standar lokal, mungkin ada modifikasi di sana-sini, tetapi modifikasi ini dinyatakan sejalan dengan semangat IAASB Modifications Policy (Kebijakan Modifikasi IAASB).Kategori Lain-lainDalam hal-hal tertentu, informasi yang tersedia tidaklah cukup untuk mengevaluasi apakah proses adopsi di negara tersebut, termasuk penerjemahan ISAs ke dalam bahasa nasional. Indonesia masuk dalam Kategori 4 atau Kategori Lain-lain. IAI dalam proses mengadaptasi pernyataan IAASB sebagai standar nasional. IAI masih melakukan penelitian bagaimana standar ini akan diimplementasi dan juga berupaya menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Ada rencana mengadopsi pernyataan IAASB sebagaimana diterbitkan dalam IAASB Handbook tahun 2009.Sifat Perubahan Substantif dan MendasarBerikut disajikan beberapa contoh sifat perbedaan (antara ISA dan standar sebelumnya) yang bersifat substantif dan mendasar.

Auditing Berbasis RisikoCiri yang paling menonjol dari auditing berbasis ISA ialah penekanan terhadap aspek risiko. Audit berbasis ISA tidak lain dari audit berbasis risiko (risk-based audit). Sejak diperkenalkannya Program Strata 1 sebagai pengganti Program Doktorandus, program studi akuntansi di Universitas Indonesia menggunakan buku teks Auditing (sebagai buku teks utama) yang ditulis oleh Alvin A. Arens dan James K. Loebecke. Subjudul buku ini ialah An Integrated Approach. Pada pertengahan 1970-an An Integrated Approach merupakan penemuan penting dalam auditing.Sebelumnya, buku-buku auditing dan praktik GAAS menekankan audit pada waktu itu masih dikenal sebagai examination atau pemeriksaan atas akun satu per satu, dengan penekanan pada akun-akun neraca. Risiko audit tidak dibahas, atau jika disinggung (seperlunya) keterkaitan dengan auditing tidak diperagakan.Arens dan penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke dalam pendekatan siklus (cycle approach) yang mengintegrasikan audit atas seluruh akun dalam siklus yangbersangkutan.Arens dan rekan-rekan tidak mengabaikan faktor risiko. Namun, ISAs memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko, sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima atau menolak suatu entitas dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan. ISAs berulang-ulang menegaskan kewajiban auditor (dengan istilah "the auditor shall") dalam menilai risiko (to assess ris~k), dalam menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk), baik yang akan dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya, ia teledor (negligent) Sebagai konsep auditing, Arens dan rekan-rekannya mengenal risiko, peranannya dalam suatu audit. ISA selangkah lebih maju, ISA merajut konsep risiko dalam setiap tahap audit. Ini contoh dari sifat perubahan yang mendasar. Dari Rules-based ke Principles-based StandardsISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards) adalah standar-standar berbasis prinsip (principles-based standards), yang merupakan perubahan besar dari standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan (rules-based standards). Berpaling dari Model MatematisCiri dari semua buku teks auditing Amerika, maupun buku-buku pedoman (manuals) dari KAP besar seperti the Big Four di era Assurance Model ialah membantu auditomya dengan memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical sampling maupun non-statistical sampling. Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang serius, yakni membuat auditor menjadi robot. Mentalitas robot ini juga terlihat dalam mengisi check list yang seharusnya merupakan alat-bantu bagi auditor berpikir. Dalam praktiknya, alat bantu ini justru membuat auditor berhenti berpikir.Salah satu sifat dari model-model matematis, ialah kerumitannya. Kerumitan atau kompleksitas model matematis sering memberikan kesan keliru, seolah-olah model itu seperti black box atau botol yang berisi jin (dan tinggal digosok-gosok sambil mengucap mantera) yang memberikan jawaban yang tepat (precise atau exact).ISAs menekankan (dan berulang-ulang menggunakan istilah "the auditor shall" dalam setiap ISA) penggunaan professional judgment.6 Gagasan mengenai professional judgment sebenarnyabukanbarangbaru. Mahasiswa auditing tahun 1960-an mengenalnya lewat penelitian dasar dan tulisan Mautz dan Sharaf, Philosophy of Auditing. Namun, dalam praktiknya, kotak hitam dan model matematis diterapkan secara otomatis. Inilah contoh perubahan mendasar yang ditekankan ISA.

Kearifan Profesional dan KonsekuensinyaSetiap auditor akan mengklaimbahwa ia telah menggunakan kearifan profesional. ISAs mendefinisikan dan menjelaskan makna kearifan profesional dengan contoh-contoh.Apa konsekuensi dari ISAs mewajibkan kearifan profesional? Konsekuensi yang paling mudah diamati ialah keterlibatan auditor yangberpengalaman, dan dalam praktik akuntan publik, iniberarti keterlibatan partner yang mempunyai pengalaman (jam terbang dan kepakaran dalam industri tertentu atau jenis audit tertentu), pefididikan, dan pelatihan (juga dalam ISAs) dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti sikap skeptis (professional skepticism).Jika keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang belum mempunyai pengalaman yang memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISAs. Untuk Indonesia, ciri penerapan ISAs yang paling jelas ialah seberapa besarnya keterlibatan partner yang pakar dalam penugasan audit tersebut. Pengendalian Internal Seperti halnya dengan pengamatan-pengamatan pembahasan sebelumnya, pengendalian internal (internal control) bukan hal baru dalam auditing. Yang ditekankan ISA ialah kewajiban entitas (dalam membangun, memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal) dan kewajiban auditor (dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil penilaiannya) serta komunikasi dengan manajemen dalam Hal auditor menemukan defisiensi dalam pengendalian internal. Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam standar audit dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko. Contoh dari cara berpikir lama dapat dilihat dalam banyak praktik di Indonesia. Akuntan publik mereviu sistem pengendalian internal, dan produk yang dihasilkannya ialah rekomendasi perbaikan sistem (dalam surat manajemen atau management letter). Yang terpenting justru tidak dilakukan auditor; ia tidak mengaitkan prosedur audit selanjutnya dengan hasil reviu atas pengendalian internal.Seolah-olah keduanya (prosedur audit selanjutnya dan reviu atas pengendalian internal) berdiri sendiri, independen satu dari yang lain. Inilah perubahan mendasar (perubahan pola pikir) yang ditekankan ISA. Those Charged with GovernanceIstilah yang panjang ini "those charged with governance" (TCWG) dapat ditemukan dalam banyak ISAs dan akan dibahas tersendiri. ISAs menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. Namun, perkembangan dalam tata kelola pada dua dekade terakhir menekankan perlunya orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas. Mereka inilah yang disebut TCWG. Konsekuensinya adalah bahwa jika orang atau lembaga TCWG itu eksis dalam entitas tersebut (misalnya di pasar-pasar modal di dunia, ini sudah menjadi best practice), auditor wajibberkomunikasi dengan mereka. Komunikasi dengan TCWG merupakan pokokbahasan dalam bab khusus.Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi sebagai berikut:1. Kesalahpahaman mengenai sifat standar internasional (misunderstandings as to the nature of international standard).2. Tidak ada atau minimnya mekanisme yang tepat untuk memberikan otoritas bagi standar internasional di tingkat nasional (lack of appropriate mechanisms for granting national authority to international standards).3. Tidak sejalannya standar internasional dengan kerangka hukum di negara tersebut (inconsistencies between international standards and the legal framework).4. Tidak ada atau minimnya keterkaitan antara pelaporan keuangan untuk tujuan umum dan pelaporan yang ditentukan oleh regulator (lack of appropriate linkages between general-purpose financial reporting and regulatory reporting).5. Tidak tepatnya lingkup penerapan standar internasional (inappropriate scope of application of international standards).6. Tidak dapat diamatinya kepatuhan (non-observability of compliance}.7. Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam standar yang bersangkutan (areas for improvement in the standards themselves).8. Ketidaksesuaian antara ketentuan akuntansi dan auditing dengait permmtaan pasar.Internasional Standar pada Audit (ISA) yang ditargetkan untuk konvergensi dengan yang ada standar audit yang kami terapkan di negara lain termasuk Indonesia. Upaya konvergensi dilakukan hingga saat ini, ada lima aspek yang berbeda saat ini ada di antara SPAP (GAAS) dan ISA.International Standards on Audit (ISA) atau Standar Audit

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

SPAP versus ISA

Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut Linberg & Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain : (a). Dokumentasi prosedur audit. Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA atau Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan profesional (professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14 mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi audit didalam suatu berkas audit dan melengkapi proses administratif penyusunan berka audit final tepat waktu setelah tanggal laporan auditor, dan penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada ISA 230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah selesai, maka auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode retensi berakhir. Periode retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus ISA. Pada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi kantor akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi penugasan. Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak tanggal laporan auditan atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan, sedangkan pada SPAP bahwa periode retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen penugasan atau perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan entitas atau laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230 mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian dokumentasi. Auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari periode retensi yang bersangkutan.

(b). Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern).Ketika mempertimbangkan apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan, sedangkan SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Pada ISA 570 mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menilai kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai goimng concern tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untuk memperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi going concern oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harus mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha entitas untuk periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.(c). Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Menurut ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan auditornya...........In making those risk assessment, auditor considers internal control relevant to the entitys preparation dan fair prsentation of the financial statements in order to design audit procedures, that are appropriate in the circumstances , but not for the purpose of expressing an opinion on the effectiveness of the entitys internal control .....sedangkan SPAP mengkaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian internal dengan efektifitasnya. Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji pengendalian internal entitas yang diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang diterapkan adalah mencukupi dan berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.

(d).Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai.ISA mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya dengan tujuan untuk mengidentifikasi risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA mensyaratkan auditor harus memperoleh suatu pemahaman risiko bisnis entitas misalnya risiko operasi dan risiko strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga menetapkan bagaimana kliennya merespons terhdap risiko semacam sebagaimana auditor merencanakan dan melakukan audit. Lebih lanjut, auditor diharuskan mengajukan pertanyaan kepada auditor internal entitas yang diauditnya, dengan tujuan memperoleh pemahaman suatu pemahaman yang lebih baik atas keahlian entitas dalam menilai risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan risiko sama halnya dengan respons klien dalam menilai risiko salah saji material, termasuk pemahaman atas pengendalian internalnya, sedangkan SPAP tidak sekomprehensif ISA.(e). Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit. Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit yang dikatakan sebagai division of responsibility. Dengan kata lain merujuk kepada laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang diterbitkan.

BAB IIIKESIMPULANDampak penerapan ISA terhadap audit salah satunya adalah menimbulkan audit yang berkualitas dan menghasilkan informasi yang dapat diandalkan. ISA berlaku untuk audit atas seluruh entitas, baik usaha skala besar maupun kecil. Perubahan antara ISA dan standar terdahulu tidak sedramatis paradigm shift. Opini yang diberikan auditor masih sebatas opini baku (unqualified opinion) dan opini yang dimodifikasi (qualified opinion, disclaimer of opinion, dan adverse opinion). Sebaliknya, perubahan antara ISA dan standar terdahulu bukanlah perubahan tanpa makna, atau perubahan yang sepele, atau perubahan yang dapat dikesampingkan begitu saja. Perubahan standar audit (antara ISA dan standar terdahulu) bersifat substantif dan mendasar. Dari segi utilitas, perubahan ini menjawab banyak tantangan yang dihadapi auditor dalam menangani risiko yang diambilnya ketika menerima dan melaksanakan perikatan audit.Penerapan ISA di Indonesia mengakibatkan pergeseran klien di antara KAP. Pertama, ISA tidak memperkenankan pembagian tanggung jawab (sharing ofresponsMtity) di antara auditor. Kedua, KAP di Indonesia belum melaksanakan ISA padahal perusahaan induknya sudah menerapkan ISA. Pada umumnya klien setuju. Kemungkinan besar karena klien tidak berupaya memahami perbedaan pendekatan yang lama dengan audit berbasis ISA, dan menganggap perubahan standar adalah urusan KAP. ISA menimbulkan tantangan bagi akuntan publik dalam implementasi audit yang efektif, peningkatan kapasitas, pelatihan dan pendidikan, serta pengendalian mutu dan kepatuhan. Selain itu metode dan proses audit KAP juga mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Oleh karena Indonesia telah melakukan konvergensi terhadap IFRS (International Financial Reporting Standard) yang telah diterbitkan dengan nama SAK Juni 2013, dan dengan adanya penerbitan ISA (International Standard on Audit) tahun 2013 di Indonesia dengan nama SA (Standar Audit), maka auditor harus mempertimbangkan pengaruh diterbitkannya ISA atas SA yang diharapkan memperoleh akseptasi seluruh dunia atas laporan audit yang diterbitkannya dan mengarah kepada transparansi.

DAFTAR PUSTAKATuannakota, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat.Auditing Standard Board, 2011.IFAC, International Standard on Audit, 2010, http://www.ifac.org.id.IFAC, International Standard on Audit 315 (Revised), after 15 December 2013, http://www.ifac.org.id.IAPI. 2011. Standar Profesional Akuntan. Jakarta: Salemba Empat.Linberg, Seifert, Moving Toward Convergence-A Comparison of US Auditing Standards