Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DAN TPS PADA
SISWA KELAS VII SMP N 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Oleh:
Agustina Liyanida
202013040
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
2
3
4
5
6
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DAN TPS PADA
SISWA KELAS VII SMP N 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG
Agustina Liyanida1 , Sutriyono
2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
Email : [email protected]
Abstraks
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan TPS (Think
Pair Share) pada siswa kelas VII SMP N 1 Bancak. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Bancak semester 2 tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 118 siswa. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling dan diperoleh siswa kelas VIII C sebagai
kelompok kontrol dengan menggunakan model TSTS dan siswa kelas VII D sebagai kelompok
eksperimen dengan menggunakan model TPS dengan jumlah siswa masing-masing kelas
sebanyak 29 siswa. Desain dalam penelitian ini menggunakan control group pre-test post-test.
Hasil analisis data menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model TPS (Think
Pair Share) = 78,97 dengan nilai standar deviasi (SD) = 5.571 lebih tinggi daripada nilai rata-
rata hasil belajar siswa menggunakan model TSTS (Two Stay Two Stray) = 74,66 dengan nilai
standar deviasi (SD) = 4.805. Hasil hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney U dengan
taraf kesukaran α = 0,05 diperoleh nilai signifikan < 0,05 diperoleh hasil 0,003 < 0,05 sehingga
dalam penelitian ini hipotesis nihil di tolak dan hipotesis diterima, dengan demikian
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dan TPS (Think Pair Share)
pada siswa kelas VII SMP N 1 Bancak.
Kata Kunci : Hasil Belajar Matematika, Model Pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray),
Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share).
PENDAHULUAN
Matematika merupakan obyek studi
yang membutuhkan pemikiran, artinya
dalam mempelajari matematika diperlukan
kemampuan berpikir matematik yaitu
kemampuan untuk melaksanakan kegiatan
dan proses matematik. Pembelajaran
matematika bersifat abstrak maka diperlukan
suatu cara untuk mengelola proses belajar
mengajar sehingga matematika mudah
dipahami oleh siswa dengan baik dan lebih
berarti serta bermanfaat dalam kehidupan
mereka. Pembelajaran matematika pada
umumnya masih merupakan hal yang
7
ditakuti oleh banyak siswa. Hal ini dapat
terlihat langsung dari pencapaian
matematika siswa yang relatif buruk
dibandingkan dengan mata pelajaran lain
(Tambunan, 2006).
Pada kenyataannya mutu pendidikan
di Indonesia masih tergolong rendah.
Berdasarkan data UNESCO yang dirilis
pada Jumat (24/02/2012), mutu pendidikan
matematika di Indonesia berada pada
peringkat 34 dari 38 negara yang diamati.
Data lain yang menunjukkan rendahnya
prestasi matematika siswa Indonesia dapat
dilihat dari hasil survei Pusat Statistik
Internasional untuk Pendidikan (National
Center for Education in Statistics, 2003)
terhadap 41 negara dalam pembelajaran
matematika, dimana Indonesia mendapatkan
peringkat ke 39 di bawah Thailand dan
Uruguay.
Menurut Nasution (2006:36), hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar mengajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
guru, tes tersebut dapat berupa ulangan
harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes
lisan yang dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, tes akhir semester, dan
sebagainya. Faktor yang mempengaruhi
hasil belajar oleh Rusman (2012:124)
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu; faktor
internal (faktor yang berasal dari diri siswa)
dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari
luar diri siswa). Salah satu faktor eksternal
adalah model pembelajaran.
Permendikbud Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses menyebutkan
bahwa guru hendaknya memberi fasilitas
kepada peserta didik untuk berpartisipasi
secara aktif serta memberikan ruang yang
cukup untuk menyalurkan kreativitas sesuai
bakat dan minatnya di dalam pembelajaran.
Proses tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan kesempatan belajar peserta
didik untuk belajar secara berkelompok.
Salah satu model pembelajaran yang
potensial untuk diterapkan adalah model
pembelajaran kooperatif (cooperative
learning).
Menurut Isjoni (2013:15)
Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Model
pembelajaran kooperatif menurut Slavin
(2009:11-26) terbagi atas beberapa tipe,
yaitu Student Teams Achievement Division
(STAD), Teams Game and Tournament
(TGT), Jigsaw, Cooperative Integrated
8
Reading and Composition (CIRC), Team
Assisted Individualization (TAI), Group
Investigation (GI), Two Stay Two Stray
(TSTS), Learning Together, Complex
Instruction, dan Structure Dyadic Methods.
Menurut Jhonson dalam Lie
(2007:30), untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam model pembelajaran
kooperatif terdapat lima unsur yang harus
diterapkan yaitu; saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perorangan, tatap
muka, komunikasi antar anggota, dan
evaluasi proses kelompok. Model
pembelajaran TSTS dan TPS dipilih karena
model pembelajaran ini memungkinkan
siswa lebih aktif dan bertanggung jawab
dalam memahami materi pembelajaran
matematika sehingga diharapkan hasil
belajar siswa dapat meningkat.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) atau teknik Dua
Tinggal Dua Tamu ini dikembangkan oleh
Specer Kagan pada tahun 1992. Menurut Lie
dalam Sukran (2014:6), teknik ini
memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk membagikan hasil dan
informasi yang diperoleh dari hasil diskusi
kelompoknya kepada kelompok lain dengan
cara saling mengunjungi atau bertamu antar
kelompok. Langkah-langkah TSTS menurut
Lie (2002 : 60) adalah; 1) Siswa bekerja
sama dalam kelompok berempat seperti
biasa 2) Dua siswa dari masing-masing
kelompok akan meninggalkan kelompoknya
dan bertamu ke kelompok yang lain 3) Dua
siswa yang tinggal dalam kelompok
bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi kepada tamu 4) Tamu mohon diri
dan kembali kekelompok masing-masing
dan melaporkan temuan mereka dari
kelompok lain 5) Tamu mohon diri dan
kembali kekelompok masing-masing dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok
lain
Model pembelajaran TPS menurut
Wang (2009:103) menyatakan bahwa proses
pembelajaran kooperatif TPS dimulai
dengan guru memberikan permasalahan
secara individu selanjutnya dibicarakan
dengan pasangannya kemudian didiskusikan
di kelas. Menurut Warsono dan Hariyanto
(2014:203) langkah-langkah pembelajaran
model TPS yaitu siswa duduk berpasangan,
guru melakukan presentasi dan kemudian
mengajukan pertanyaan, siswa diberi
kesempatan berfikir secara mandiri, siswa
kemudian saling berbagi (share) bertukar
pikiran dengan pasangan untuk menjawab
pertanyaan guru, setiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya, guru
memberikan penguatan pada konsep yang
luput dari perhatian siswa saat berdiskusi
9
dengan pasangannya selanjutnya simpulan
dan refleksi
Pembelajaran kooperatif tipe TSTS
dan TPS pernah diteliti oleh beberapa
peneliti sebelumnya yaitu dari Djumadi dan
Annisaa yang berjudul “Perbandingan Hasil
Belajar Biologi Menggunakan Pembelajaran
Two Stay Two Stray (TSTS) Dengan Think
Pair Share (TPS) pada siswa Kelas VII
SMP N Kartasura Sukoharjo Tahun
2012/2013”. Menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS dan TPS. Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan
didapatkan hasil Model pembelajaran
kooperatif tipe TPS lebih tinggi dari model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Julianan
Luvi Sabrina (2015) yang berjudul
“Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Metode Two Stay Two Stray
dengan Think Pair Share Tentang Sistem
Peredaran Darah Manusia dikelas VII SMP
Negeri 2 Pancur Batu 2014/2015”.
Menyatakan bahwa model pembelajaran
TSTS lebih tinggi dari model pembelajaran
TPS.
Berdasarkan uraian diatas, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa diperlukan
penelitian mengenai perbedaan hasil belajar
antara model pembelajaran TSTS dan TPS
pada siswa kelas VII SMP N 1 Bancak.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, yaitu jenis quasi experimental
design. Penelitian ini dilakukan di SMP N 1
Bancak. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII SMP N 1 Bancak
semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017.
Sampel yang terpilih adalah siswa kelas VII
C sebagai kelas kontrol yang diberi
perlakuan metode TSTS (Two Stay Two
Stray) dan kelas VII D sebagai kelas
eksperimen yang diberi perlakuan metode
TPS (Think Pair Share). Pengambilan
sampel dilakukan secara cluster random
sampling. Terdapat dua variabel dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran
TSTS dan TPS, sedangkan variabel terikat
pada penelitian ini adalah hasil belajar.
Desain dalam penelitian ini
menggunakan control group pre-test post-
test yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.
Desain Eksperimen
10
Pretest Treatment Posttest
Kelas
Eksperimen
T1 X1 T2
Kelas
Kontrol
T1 X2 T2
Keterangan :
T1 : Test awal (Pretest)
X1 : Kelas dengan perlakuan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair share)
X2 : Kelas dengan perlakuan
model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS (Two Stay Two Stray)
T2 : Hasil belajar matematika
setelah perlakuan atau tes akhir
(Posttest)
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan : 1) Observasi
digunakan untuk mendapatkan data tentang
pencapaian guru dalam memberikan
perlakuan didalam kelas, sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran benar-benar
sesuai dengan kondisi proses yang
diharapkan, 2) Tes digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa yang
digunakan untuk mengukur pencapaian
siswa sebelum diberi perlakuan dengan
pretest dan juga setelah diberi perlakuan
dengan posttest. 3) Dokumentasi digunakan
untuk pengumpulan data yang resmi dan
terjamin keakuratannya (Budiyono, 2013 :
54).
Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi dan tes (Posttest).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini terdapat dua macam lembar observasi,
yaitu lembar observasi aktivitas guru dan
siswa untuk kelas eksperimen dan kelas
kontol. Sedangkan data posttest yang akan
diuji terdiri dari 20 soal pilihan ganda.
Uji instrumen dalam penelitian ini
adalah validitas soal. Instumen tes hasil
belajar berupa tes pilihan ganda yang terdiri
dari 20 butir soal. Sebelum digunakan
sebagai instrumen dalam pengambilan data,
instrumen posttest terlebih dahulu dilakukan
validasi isi melalui experts judgement yaitu
penilaian yang dilakukan oleh para ahli.
Validasi isi instrumen tes hasil belajar pada
penelitian ini dilakukan oleh dua ahli, yaitu
Prof. Drs. Sutriyono, M.Sc, Ph.D selaku
dosen matematika serta Retno Yuliani, S.Pd
selaku guru matematika SMP N 1 Bancak.
Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis deskritif dan
analisis inferensial. Pengujian deskriptif
dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai
rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum,
standart deviasi, serta untuk
11
mendeskripsikan selama proses
pembelajaran. Sedangkan pengujian
inferensial dalam penelitian ini dengan
menggunakan uji normalitas, uji
homogenitas, uji Independent Sample T-Test
dan uji Mann-Whitney dengan bantuan SPSS
22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1
Bancak yang beralamat di Desa Rejosari,
Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang
Jawa Tengah. Penelitian ini mengambil
subjek penelitian sebanyak 2 kelas yang
akan dijadikan sebagai kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Kelas kontrol dalam
penelitian ini adalah kelas VII C dan yang
menjadi kelas eksperimen adalah kelas VII
D. Jumlah siswa kelas VII C sebanyak 29
peserta didik, dan jumlah siswa kelas VII D
sebanyak 29 peserta didik
B. Kondisi Awal (sebelum diberikan
perlakuan)
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah hasil belajar siswa yaitu nilai
pretest siswa diperoleh dari nilai Ulangan
Akhir Semester (UAS) matematika siswa
semester 1 SMP Negeri 1 Bancak Tahun
Pelajaran 2016/2017 dari masing-masing
kelas. Sebelum dilakukan proses
pembelajaran pada kedua kelompok sampel
(VII C sebagai kelas kontrol dan VII D
sebagai kelas eksperimen) dan posttes yang
diujikan setelah dilakukan proses
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray) pada kelas konrol dan
model TPS (Think Pair Share) pada kelas
kontrol pada materi Himpunan kelas VII
SMP N 1 Bancak, Tahun ajaran 2016/2017
semester genap. posttes dilakukan dengan
tujuan untuk melihat hasil belajar masing-
masing sampel setelah diberi perlakuan.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
hasil belajar pretest siswa SMP N 1 Bancak
kelas VII C yang akan digunakan sebagai
kelas kontrol dapat dilihat bahwa dari 29
subjek penelitian nilai terendah 30 dan nilai
tertinggi 90. Rata-rata hasil belajar siswa
kelas kontrol lebih tinggi dari kelas
eksperimen yaitu 58.10 yang berada dalam
kategori rendah dengan standart deviasi
16.978. Sedangkan Hasil belajar pretest
siswa SMP N 1 Bancak kelas VII D yang
akan digunakan sebagai kelas kontrol dapat
dilihat bahwa dari 29 subjek penelitian, nilai
terendah 30 dan nilai tertinggi 90. Rata-rata
hasil belajar siswa 56.72 yang berada dalam
kategori rendah dengan standart deviasi
14,777.
12
Uji analisis data tahap awal data
pretest dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas kemampuan awal untuk
mengetahui suatu sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau
tidak dan uji homogenitas. Hasil analisis uji
normalitas data pretest dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil Analisis Kondisi Awal Uji
Normalitas kelas VII C dan VII D
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
hasil
belajar
kelas
eksperimen .968 29 .506
kelas
control .930 29 .054
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 2, diperoleh
perhitungan uji normalitas hasil belajar
matematika menunjukan kelas eksperimen
dengan nilai signifikan 0.506 dan kelas
kontrol sebesar 0.054 dimana kedua nilai
signifikan tersebut lebih dari 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa sampel kedua
kelas berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Kemudian uji homogenitas kemampuan
awal dalam penelitian ini berfungsi untuk
mengetahui apakah variansi-variansi dari
populasi sama atau tidak. Hasil uji
homogenitas dan análisis uji-t nilai pretest
diperoleh bahwa taraf signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,240
(lebih dari 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok
tersebut berasal dari populasi dengan varians
yang sama (homogen). Uji beda rerata yang
digunakan adalah tipe Equal variances
assumed. Hasil dari uji ini menghasilkan
nilai signifikan 0,743 (lebih dari 0,05) oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok sampel memiliki kemampuan
awal yang sama atau seimbang.
C. Kondisi Akhir (setelah diberi
perlakuan)
Analisis data tahap akhir pada penelitian ini
sama dengan analisis yang dilakukan pada
tahap awal. Analisis data tahap akhir ini
dilakukan untuk menganalisis data hasil
posttest. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh hasil belajar posttest siswa SMP N
1 Bancak kelas VII C yang digunakan
sebagai kelas kontrol dapat dilihat bahwa
dari 29 subjek penelitian nilai terendah 70
dan nilai tertinggi 85. Rata-rata hasil belajar
siswa 74.66 dengan standart deviasi 4.805.
13
Sedangkan Hasil belajar posttest siswa
SMP N 1 Bancak kelas VII D yang
digunakan sebagai kelas eksperimen
diperoleh bahwa dari 29 subjek penelitian,
nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 90. Rata-
rata hasil belajar siswa 78,97 dengan
standart deviasi 5.571.
Uji prasyarat tahap akhir data posttest
dalam penelitian ini meliputi uji normalitas
dan uji banding dua sampel dilakukan
terhadap data akhir dengan menggunakan
statistik non parametrik yaitu uji perbedaan
Mann-Whitney U. Hasil analisis uji
normalitas data posttest dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3.
Hasil Analisis Kondisi Akhir Uji
Normalitas kelas VII C dan VII D
Tests of Normality
Kelompok
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
hasil
belajar
kelas
eksperimen .914 29 .021
kelas
control .807 29 .000
*. This is a lower bound of the true
significance
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 3, perhitungan uji
normalitas kemampuan akhir siswa maka
diperoleh bahwa kelas eksperimen memiliki
nilai signifikansi 0,021 dan kelas kontrol
memilki nilai signifikansi 0,000 karena nilai
signifikan dari kelas kontrol tersebut < 0,05
maka data tersebut berdistribusi tidak
normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
data nilai posttest dari kelas kontrol
berdistribusi tidak normal. Jika populasi
tidak berdistribusi normal, dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney U dan tidak perlu
melakukan uji homogenitas. Uji Mann-
Whitney mensyaratkan bahwa data harus
berbentuk ordinal. Bila data berbentuk
interval, maka perlu diubah dulu ke dalam
data ordinal (Sugiyono, 2012:153). Oleh
karena itu data hasil belajar
ditransformasikan ke dalam data ordinal
dengan menentukan peringkat (rangking).
Data rangking tersebutlah yang digunakan
dalam uji Mann-Whitney. Penentuan
peringkat diurutkan dari data terkecil (skor
hasil belajar terkecil mendapat peringkat
pertama) analisis data peringkat dapat dilihat
pada Tabel 4 sedangkan hasil uji Mann-
Whitney U kedua kelas tersebut dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 4.
Analisis Peringkat Kondisi Akhir Siswa
14
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
hasil
belajar
kelas
eksperimen 29 35.88 1040.50
kelas
control 29 23.12 670.50
Total 58
Tabel 5.
Hasil Uji Mann-Whitney U
Test Statisticsa
hasil belajar
Mann-Whitney U 235.500
Wilcoxon W 670.500
Z -2.998
Asymp. Sig. (2-
tailed) .003
a. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan hasil uji Mann-
Whitney U pada Tabel 4.12 dapat dilihat
bahwa pada kolom Asymp.Sig (2-tailed)
menghasilkan nilai signifikansi 0,003
(kurang dari 0,05), dapat diartikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol dan karena rata-rata nilai hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen (78.97)
lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol
(74.66) maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar matematika
antara hasil belajar yang dikenakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray) dan TPS (Think Pair Share)
dimana hasil belajar siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share) lebih baik dibanding
dengan siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray) bagi siswa kelas VII SMP N
1 Bancak.
Proses pembelajaran pada
kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share) yaitu dengan membentuk
siswa untuk duduk berpasangan kemudian
guru memberikan pertanyaan siswa diberi
kesempatan berfikir secara mandiri. Siswa
kemudian saling berbagi (share) dengan
pasangan untuk menjawab pertanyaan guru.
Guru memandu diskusi, setiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya. Guru
memberikan penguatan tentang prinsip-
prinsip apa yang harus dibahas. Proses
pembelajaran dengan tipe pembelajaran
kooperatif tipe TPS (Think Pair Share),
cenderung membuat siswa menjadi mandiri
dan bertanggung jawab, karena siswa
diberikan kesempatan untuk berfikir sendiri
15
terlebih dahulu kemudian siswa dapat
bertukar pikiran dengan pasangannya,
dengan begitu siswa yang tadinya pasif tidak
mau mengerjakan akan berusaha
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
Sedangkan proses pembelajaran pada
kelompok kontrol yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray) yaitu guru membagi
siswanya dalam beberapa kelompok
heterogen setalah itu siswa diberikan
permasalahan untuk didiskusikan, kemudian
dua dari anggota kelompok bertamu ke
kelompok lain untuk mendapatkan informasi
sedangkan dua anggota dari kelompok tetap
tinggal untuk membagikan informasi kepada
tamu yang datang. Setelah semua informasi
didapatkan, mereka kembali ke kelompok
masing-masing untuk berdiskusi mengenai
informasi yang diperoleh selanjutnya
perwakilan dari kelompok
mempresentasikan hasilnya didepan kelas,
terakhir guru dan siswa bersama-sama
menarik kesimpulan. Proses pembelajaran
dengan tipe pembelajaran kooperatif tipe
TSTS (Two Stay Two Stray), cenderung
membuat keaktifan siswa berkembang.
Adapun kendala pada saat pembelajaran
dengan model pembelajaran TSTS yaitu
guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan
kelas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
matematika yang signifikan antara siswa
yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray) dan TPS (Think Pair Share)
pada materi himpunan kelas VII SMP N 1
Bancak. Kelas yang diajar menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS
(Think Pair Share) memiliki rata-rata hasil
belajar 78.97 lebih tinggi dari pada model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray) yang hanya 74,66. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS (Think Pair Share) lebih baik dari pada
hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two
Stay Two Stray).
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2004. Stastika Dasar Untuk
Penelitan. Surakarta: FKIP UNS Press.
Djumadi & Annisaa. 2012. Perbandingan Hasil
Belajar Biologi Menggunakan
Pembelajaran Two Stay Two Stray
(TSTS) Dengan Think Pair Share (TPS)
pada siswa Kelas VII SMP N Kartasura
Sukoharjo.
Dwi Yuni Pramugarini. 2014.
Eksperimentasi Model Pembelajaran
16
Two Stay Two Stray (TSTS) dan Think
Pair Share (TPS) dengan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik
(PMR) Ditinjau dari Aktivitas belajar
Matematika. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika Vol.2, No.3,
hal 250 - 259, Mei 2014
Fitriana. 2014. Eksperimen Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Think Pair Share (TPS) Pada
Persamaan dan Pertidaksamaan Linier
Satu Variabel dari Karakteristik Cara
Berfikir Siswa Kelas VII SMP Negeri
Dikabupaten Pacitan. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika vol.2, No.4, hal
359-368, Juni 2014
Huda, Miftahul. 2015. Model-model
pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu
Metodis dan Paradigmatis.
Yogjakarta:Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning
Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Lie. Anita. 2008. Cooperative Learning,
Jakarta: Grasindo.
Mimi handayani. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay Two Stray Terhadap Pemahaman
Konsep Matematis Siswa. Vol. 3 No. 1
(2014) : Jurnal Pendidikan
Matematika, Part 1 Hal. 56-60
Nasution. 2006. Metode Penelitian
Naturalistik dan Kualitatif. Bandung:
Tarsito. Nur Hayat. 2016. Perbandingan Model
Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan
Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar
IPS Siswa Kelas V SD Negeri 10 Metro
Pusat.
Rahayu Dwi Kusuma. 2015. Perbedaan
Prestasi Belajar Antara Netode TPS
dan TSTS Pada Pembelajaran
Pengantar Akutansi Keuangan
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran
Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21.
Bandung: Alfabeta.
Slavin. 2008. Cooperative Learning:
Theory, Riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Suprijono, Agus. 2010. Coopretaive
Learning:Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Warsono & Hariyanto, M.S. 2014.
Pembelajaran Aktif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset
17