100

TUGAS AKHIR (608205A)repository.ppns.ac.id/2289/1/0815040010 - Rival Ekananda - Pengaruh... · TUGAS AKHIR (608205A) PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN ASAM SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    TUGAS AKHIR (608205A)

    PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN

    ASAM SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF

    PEMBERSIHAN KERAK PADA PIPA MATERIAL

    CARBON STEEL

    Rival Ekananda

    NRP. 0815040010

    DOSEN PEMBIMBING:

    Ir. ENDAH WISMAWATI, M.T.

    EKKY NUR BUDIYANTO, S.ST., M.T.

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERPIPAAN JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

  • iii

    Mengetahui/menyetujui

    Ketua Jurusan,

    George Endri K. S.T., M.Sc.Eng.

    NIP. 197605172009121003

    LEMBAR PENGESAHAN

    TUGAS AKHIR

    Pengaruh Campuran Asam Sitrat Dan Asam Sulfamat Sebagai Alternatif

    Pembersihan Kerak Pada Pipa Material Carbon Steel

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

    Program Studi D-4 Teknik Perpipaan

    Jurusan Teknik Permesinan Kapal

    Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : Agustus 2019

    Periode Wisuda : Oktober 2019

    Mengetahui/menyetujui,

    Dosen Penguji Tanda Tangan

    1. Budi Prasojo, S.T., MT. (…………………………)

    2. Ir. M. M. Eko P, M.MT. (…………………………)

    3. Pranowo Sidi, S.T., M.T. (…………………………)

    4. Ika Erawati, S.S., M.Pd. (…………………………)

    Dosen Pembimbing Tanda Tangan

    1. Ir. Endah Wismawati, M.T (…………………………)

    2. Ekky N. B, S.ST., M.T (…………………………)

    Program Studi D-4 Teknk Perpipaan

    Jurusan Teknik Permesinan Kapal

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    Mengetahui/menyetujui

    Koordinator Program Studi,

    R. Dimas Endro W. S.T., M.T

    NIP.197604122002121003

  • iv

  • v

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    No. : F.WD I. 021

    Date : 3 Nopember 2015

    Rev. : 01

    Page : 1 dari 1

    Yang bertandatangan di bawah ini :

    Nama : RIVAL EKANANDA

    NRP. : 0815040010

    Jurusan/Prodi : Teknik Permesinan Kapal / D4-Teknik Perpipaan

    Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

    Tugas Akhir yang saya kerjakan dengan judul :

    PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN ASAM

    SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBERSIHAN KERAK

    PADA PIPA MATERIAL CARBON STEEL

    Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

    Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,

    maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

    Surabaya, 22 Februari 2019

    Yang membuat pernyataan,

    (RIVAL EKANANDA)

    NRP. 0815040010

  • vi

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan

    hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

    Penulis juga mengucapkan shalawat serta salam kepada Rasullah Muhammad SAW

    yang telah memberikan teladan bagi seluruh umat manusia.

    Tugas Akhir ini yang berjudul “Pengaruh Campuran Asam Sitrat Dan

    Asam Sulfamat Sebagai Alternatif Pembersihan Kerak Pada Pipa Material

    Carbon Steel” disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

    pendidikan perkuliahan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Penulis

    menyadari penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

    dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat serta

    ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:

    1. Bapak Ir. Eko Julianto, MSc. FRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya.

    2. Bapak George Endri K, ST., MSc. Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik

    Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    3. Bapak R. Dimas Endro W, ST., MT. selaku Koordinator Program Studi

    Teknik Perpipaan, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

    4. Bapak Pekik Mahardhika, S.ST., M.T sebagai Koordinator Tugas Akhir.

    5. Ibu Ir. Endah Wismawati, M.T sebagai dosen pembimbing I yang

    telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama pengerjaan

    tugas akhir.

    6. Bapak Ekky Nur Budiyanto, S.ST., M.T sebagai dosen pembimbing II yang

    telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan selama pengerjaan

    tugas akhir.

    7. Kedua orang tua penulis (Bapak Yudianto dan Ibu Saenab Agustianingsih)

    yang telah memberikan banyak kasih sayang, nasehat hidup, doa, dukungan

    moril serta materil, dan segalanya bagi penulis.

    8. Adik penulis (Rhesa Yunasuta) yang selalu memberikan cinta, doa &

    semangat kepada penulis.

  • viii

    9. Pembimbing OJT di PT. POMI, Paiton: Bapak Bambang Sarwoko, Bapak

    Herdian, Bapak Rokhmad, dan karyawan – karyawan lainnya yang namanya

    tidak bisa disebutkan satu persatu.

    10. Para dosen dan staf pengajar Program Studi Teknik Perpipaan yang telah

    memberikan banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

    11. Rekan-rekan OJT, saudara M. Khoirul Umam Mujibius dan saudara Bagas

    Harits Wibowo yang telah memberi semangat kepada penulis.

    12. Rekan sejawat, saudara Febrianda, saudara Fajar, Saudara Luis, dan Saudara

    Lutfhi yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

    13. Dewi Adelia yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

    14. Teman – teman Teknik Perpipaan angkatan 2015 yang selalu memberikan

    motivasi kepada penulis.

    15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – satu. Penulis menyadari

    bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu

    kritik dan saran sangat penulis harapkan demi menyempurnakan Tugas

    Akhir ini. Penulis berharap semoga buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

    bagi semua pihak yang membacanya.

    Surabaya, 22 Juni 2019

    Rival Ekananda

  • ix

    PENGARUH CAMPURAN ASAM SITRAT DAN ASAM

    SULFAMAT SEBAGAI ALTERNATIF PEMBERSIHAN

    KERAK PADA PIPA MATERIAL CARBON STEEL

    Rival Ekananda

    ABSTRAK

    Kerak merupakan suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang

    mengendap dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substrat.

    Endapan-endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah

    seperti kerak. Kerak di dalam pipa akan menghambat laju aliran yang

    melewatinya, sehingga pipa kemungkinan akan pecah karena overheated.

    Penelitian ini menggunakan pengujian scanning electron microscopy (SEM) untuk

    mengetahui bentuk morfologi serta kandungan senyawa kimia yang ada pada kerak.

    Untuk menghilangkan kerak, dilakukan pengujian pada 18 pipa menggunakan

    larutan asam sitrat dan asam sulfamat dengan variasi konsentrasi, debit, dan waktu.

    Menghitung nilai ekonomis setelah pengujian pembersihan kerak pada pipa.

    Setelah pengujian dilakukan, didapatkan hasil pengurangan berat terbesar 1,6 gram

    dan terkecil 0,5 gram. Untuk penambahan diameter terbesar yaitu 0,36 mm dan

    yang terkecil 0,16 mm. Bentuk visual antara sebelum dan sesudah berbeda karena

    semakin tinggi konsentrasi, debit, dan waktu akan semakin cepat scale atau kerak

    terlarut. Berdasarkan perhitungan ekonomis pembersihan kerak pada equipment

    pipa material Carbon Steel A106 Gr. B setelah pengujian pembersihan kerak pada

    pipa perkiraan nilai produksi dalam satu tahun bertambah sebesar Rp. 4.478.425.

    Kata Kunci: Kerak, SEM, Konsentrasi, Debit, Time, Temperatur, Ekonomis

  • x

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xi

    THE EFFECT OF MIXTURE OF CITRIC ACID AND

    SULFAMATE ACID AS AN ALTERNATIVE OF CLEANING IN

    CARBON STEEL MATERIAL PIPE

    Rival Ekananda

    ABSTRACT

    The scale is a deposit of inorganic compounds that settles and forms crystal

    deposits on the surface of a substrate. The scale in the pipe will inhibit the flow

    inside the pipe, so the pipe will likely break because of overheating. Scale in the

    pipe will inhibit the flow rate through it, so the breaker pipe will break due to

    overheating.This study uses SEM (scanning electron microscopy) testing to

    determine the morphological shape and content of chemical compounds in the

    scale. To remove the scale, tested 18 pipes using a solution of citric acid and

    sulfamic acid with variations in concentration, debit, and time. Calculating the

    economic value after testing the scale removal on the pipe. After the testing is done,

    the biggest weight loss results were obtained 1.6 grams and the smallest 0.5 grams.

    The diameter of the pipe increases with the largest value which is 0.36 mm and the

    smallest is 0.16 mm. The visual form between before and after is different because

    the higher concentration, debit, and time the faster scale dissolves. Based on

    economic calculation of scale crust in the equipment pipe Carbon Steel A106 Gr. B

    after testing the scale removal in the pipe the estimated production value in one year

    increase by Rp. 4.478.425.

    Keywords: Scale, SEM, Concentration, Debit, Time, Temperature, Economic

  • xii

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................. ix

    ABSTRACT ........................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix

    DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xxi

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

    1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    2.1 Kerak ........................................................................................................ 5

    2.2 Larutan Asam Sitrat .................................................................................. 7

    2.3 Larutan Asam Sulfamat ............................................................................ 8

    2.4 Scale ......................................................................................................... 9

    2.4.1 Penyebab Terjadinya Endapan Scale ................................................ 9

    2.4.2 Penyebab Terjadinya Proses Kristalisasi ........................................ 10

    2.4.3 Jenis – Jenis Scale ........................................................................... 12

    2.4.4 Tanda – Tanda Terjadinya Scale ..................................................... 15

    2.4.5 Problem Scale pada Oil & Gas Production System ........................ 15

    2.4.6 Cara Mengatasi Problem Scale ....................................................... 16

    2.4.7 Pencegahan Scale ............................................................................ 16

    2.4.8 Scale Removal ................................................................................. 17

    2.5 Konsentrasi Larutan ............................................................................... 19

    2.5.1 Mol .................................................................................................. 20

  • xiv

    2.5.2 Molaritas .......................................................................................... 20

    2.5.3 Pengenceran Larutan ....................................................................... 21

    2.6 Komposisi Larutan .................................................................................. 22

    2.7 Massa Relative ........................................................................................ 22

    2.8 Pengaruh Larutan Terhadap Kerak ......................................................... 23

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 25

    3.1 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 25

    3.2 Tahap Identifikasi Awal .......................................................................... 26

    3.3 Tahap Pengumpulan Data ....................................................................... 26

    3.3.1 Data Primer ........................................................................................... 26

    3.3.2 Data Sekunder ....................................................................................... 26

    3.4 Pengujian Lab ......................................................................................... 26

    3.5 Penentuan Larutan Asam sitrat ............................................................... 28

    3.6 Pengambilan Data Percobaan ................................................................. 28

    3.7 Tahap Pengolahan Data .......................................................................... 29

    3.8 Tahap Kesimpulan dan Saran ................................................................. 29

    3.9 Jadwal Penelitian .................................................................................... 29

    BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 31

    4.1 Data Penelitian ........................................................................................ 31

    4.2 Komposisi Kerak di Pipa ........................................................................ 31

    4.3 Data Pengujian ........................................................................................ 32

    4.3.1 Konsentrasi larutan .......................................................................... 32

    4.3.2 Debit ................................................................................................ 32

    4.3.2 Waktu .............................................................................................. 32

    4.4 Perhitungan Pengenceran ........................................................................ 33

    4.5 Hasil Pembersihan Kerak ........................................................................ 35

    4.5.1 Hasil pengurangan berat pipa .......................................................... 35

    4.5.2 Hasil penambahan diameter dalam pipa .......................................... 36

    4.6 Pengaruh Variasi ..................................................................................... 37

    4.6.1 Pengaruh variasi terhadap kerak pada pengurangan berat............... 38

    4.6.2 Pengaruh variasi terhadap kerak pada penambahan diameter dalam

    42

    4.7 Bentuk Visual ......................................................................................... 46

  • xv

    4.8 Perhitungan Ekonomis ........................................................................... 47

    4.8.1 Penentuan dimensi kebutuhan equipment ....................................... 47

    4.8.2 Rencana perhitungan harga pembersihan pipa ................................ 47

    4.8.3 Penentuan nilai kerugian produksi dari pembersihan equipment .... 48

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 51

    5.2 Saran ....................................................................................................... 51

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53

    LAMPIRAN

  • xvi

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 .............................................................................................................. 5

    Gambar 2.2 ............................................................................................................ 11

    Gambar 2.3 ............................................................................................................ 11

    Gambar 2.4 ............................................................................................................ 12

    Gambar 2.5 ............................................................................................................ 13

    Gambar 2.6 ............................................................................................................ 13

    Gambar 2.7 ............................................................................................................ 14

    Gambar 2.8 ............................................................................................................ 17

    Gambar 2.9 ............................................................................................................ 19

    Gambar 2.10 .......................................................................................................... 21

    Gambar 3.1 ............................................................................................................ 25

    Gambar 4.1 ............................................................................................................ 31

    Gambar 4.2 ............................................................................................................ 32

    Gambar 4.3 ............................................................................................................ 46

  • xviii

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 ................................................................................................................ 14

    Tabel 3.1 ................................................................................................................ 30

    Tabel 4.1 ................................................................................................................ 36

    Tabel 4.2 ................................................................................................................ 37

    Tabel 4.3 ................................................................................................................ 38

    Tabel 4.4 ................................................................................................................ 42

    Tabel 4.5 ................................................................................................................ 47

    Tabel 4.6 ................................................................................................................ 48

    Tabel 4.7 ................................................................................................................ 48

  • xx

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • xxi

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 4.1 .............................................................................................................. 39

    Grafik 4.2 .............................................................................................................. 40

    Grafik 4.3 .............................................................................................................. 41

    Grafik 4.4 .............................................................................................................. 43

    Grafik 4.5 .............................................................................................................. 44

    Grafik 4.6 .............................................................................................................. 45

  • xxii

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Proses pengendapan beberapa senyawa anorganik biasa terjadi pada

    peralatan-peralatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan

    gas, proses desalinasi dan ketel serta industri kimia. Terakumulasinya endapan-

    endapan dari senyawa anorganik tersebut dapat menimbulkan masalah seperti

    kerak. Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang kompleks dan selalu terjadi

    di dalam suatu kegiatan industri terutama pada alat-alat seperti water reservoir,

    boiler, heat exchanger, dan condenser.

    Kerak juga dapat terjadi pada industri perminyakan misal pada lubang

    sumur, rangkaian pompa dalam sumur, casing, flow line, manifold, separator,

    tangki, dan peralatan produksi lainnya. Kerak merupakan suatu deposit dari

    senyawa-senyawa anorganik yang mengendap dan membentuk timbunan kristal

    pada permukaan suatu substrat. Pengerakan adalah proses alami yang terjadi

    karena adanya reaksi kimia antara beberapa kandungan yang tidak dikehendaki

    di dalam air. Kandungan yang dimaksudkan meliputi alkalin, kalsium, klorid,

    sulfat, nitrat, besi, seng, tembaga, phosphat, aluminium dan lain lain. Pembentukan

    kerak pada dasarnya merupakan fenomena pengkristalan yang dipengaruhi oleh

    berbagai faktor.

    Dengan adanya timbunan kerak di dalam pipa maka akan menghambat

    laju aliran yang melewatinya sehingga aliran akan berkurang serta dapat

    menghambat perpindahan panas dan apabila tidak segera diatasi akan terjadi

    overheating juga menurunkan efisiensi. Selain itu, tekanan pada pipa menjadi

    semakin tinggi, sehingga kemungkinan pipa akan pecah dan rusak. Timbunan

    kerak juga memperkecil diameter pipa, sehingga untuk mempertahankan

    kecepatan transfer tetap seperti semula diperlukan tenaga pemompaan yang lebih

    besar. Pada studi ini saya akan melakukan 18 kali pengujian permbersihan kerak

    didalam pipa menggunakan larutan asam sitrat dan asam sulfamat. Dalam

    percobaan tersebut menggunakan 3 variasi yaitu konsentrasi, debit, dan waktu.

  • 2

    1.2 Perumusan Masalah

    Perumusan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat

    untuk mengurangi scale yang ada di dalam Pipa dengan material Carbon

    Steel A106 Grade B ?

    2. Bagaimana pengaruh debit untuk mengurangi scale yang ada di dalam Pipa

    dengan material Carbon Steel A106 Grade B ?

    3. Bagaimana pengaruh waktu untuk mengurangi scale yang ada di dalam

    Pipa dengan material Carbon Steel A106 Grade B ?

    4. Bagaimana pengaruh larutan asam sitrat dan asam sulfamat pada Pipa

    dengan material Carbon Steel A106 Grade B yang terdapat kerak dalam

    bentuk visual sebelum dan sesudah ?

    5. Berapa nilai perhitungan ekonomis dari pembersihan Pipa pada material

    Carbon Steel A106 Grade B ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini antara lain :

    1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat

    untuk mengurangi scale yang ada di dalam Pipa dengan material Carbon

    Steel A106 Grade B.

    2. Mengetahui pengaruh debit untuk mengurangi scale yang ada di dalam

    Pipa dengan material Carbon Steel A106 Grade B.

    3. Mengetahui pengaruh waktu untuk mengurangi scale yang ada di dalam

    Pipa dengan material Carbon Steel A106 Grade B.

    4. Mengetahui pengaruh larutan asam sitrat dan asam sulfamat pada Pipa

    dengan material Carbon Steel A106 Grade B dalam bentuk visual sebelum

    dan sesudah.

    5. Mengetahui nilai perhitungan ekonomis dari pembersihan pipa pada

    material Carbon Steel A106 Grade B.

  • 3

    1.4 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat bagi perusahaan

    Tugas akhir ini dapat menjadi referensi dalam menentukan komposisi

    larutan asam sitrat untuk membersihkan kerak pada suatu material.

    2. Manfaat bagi institusi

    Tugas akhir ini dapat dipergunakan sebagai referensi dan dikembangkan

    untuk penelitian mahasiswa.

    3. Manfaat bagi pribadi

    Penelitian ini menjadi salah satu syarat kelulusan dan nilai tambah

    penulis yang dapat mendukung disiplin ilmu serta keprofesian.

    1.5 Batasan Masalah

    Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :

    1. Jenis fluida yang digunakan yaitu air tawar dan larutan asam sitrat dan

    asam sulfamat.

    2. Material yang digunakan untuk pipa yaitu Carbon Steel A106 Gr. B.

    3. Tidak membahas mengenai pengaruh pengurangan kerak terhadap

    ketebalan pipa.

    4. Konsentrasi larutan asam sitrat maksimal 5%.

    5. Jumlah semua pengujian adalah 36 pengujian.

    6. Tidak membahas lifetime material pipa Carbon Steel A106 Gr. B.

    7. Debit maksimal 600 L/h.

    8. Waktu yang digunakan 5 dan 10 menit.

    9. Tidak membahas reaksi kimia.

  • 4

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kerak

    Kerak merupakan suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang

    mengendap dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substansi.

    Terbentuknya kerak dikarenakan larutan telah mencapai keadaan lewat jenuh.

    Dalam keadaan larutan lewat jenuh, beberapa molekul akan bergabung membentuk

    inti kristal. Inti kristal tersebut akan larut kembali jika ukurannya lebih kecil dari

    ukuran partikel kritis. Sebaliknya, kristal-kristal akan berkembang jika ukurannya

    lebih besar dari partikel kritis. Apabila ukuran inti kristal menjadi lebih besar dari

    inti kritis, maka pertumbuhan kristal akan dimulai, dari kristal kecil membentuk

    kristal dengan ukuran yang lebih besar (penebalan lapisan kerak). Kristal-kristal

    yang terbentuk mempunyai muatan ion lebih rendah dan cenderung menggumpal

    sehingga terbentuklah kerak. Berikut kerak didalam pipa pada Gambar 2.1:

    Gambar 2.1 Kerak di dalam Pipa

    (Sumber: www.ahlisumur-professional.blogspot.com)

    Kerak juga dapat terbentuk karena campuran air yang digunakan tidak sesuai.

    Campuran air tersebut tidak sesuai apabila air berinteraksi secara kimia dan

    mineralnya mengendap jika dicampurkan. Contoh tipe air yang tidak sesuai adalah

    air laut dengan konsentrasi SO42- tinggi tetapi konsentrasi Ca2+ rendah dan air

  • 6

    formasi dengan konsentrasi SO42- sangat rendah tetapi konsentrasi Ca2+ tinggi.

    Campuran air ini menyebabkan terbentuknya endapan CaSO4.

    Berikut merupakan beberapa komponen khas kerak yang sering dijumpai

    terdiri dari kalsium sulfat (CaSO4), kalsium karbonat (CaCO3), turunan dari

    kalsium bikarbonat, kalsium dan seng fosfat, kalsium fosfat, sejumlah besar

    kalsium, dan ortofosfat. Biasanya dikarenakan air yang terlalu sering dirawat, silika

    dengan konsentrasi tinggi, besi dioksida, senyawa yang disebabkan oleh kurangnya

    kontrol korosi atau alami berasal dari besi yang teroksidasi, besi fosfat, senyawa

    yang disebabkan karena pembentukkan lapisan film dari inhibitor fosfat, mangan

    dioksida (mangan teroksidasi tingkat tinggi), magnesium silika, silika, dan

    magnesium (pada konsentrasi tinggi dengan pH tinggi), magnesium karbonat

    (magnesium dengan konsentrasi tinggi dan pH tinggi serta CO2 tinggi) (Suharso &

    Buhani, 2015).

    Kerak yang terbentuk pada pipa akan memperkecil diameter dan menghambat

    aliran fluida pada system perpipaan tersebut. Terganggunya aliran fluida dapat

    menyebabkan suhu semakin naik dan tekanan semakin tinggi, maka kemungkinan

    pipa akan pecah dan rusak. Penyebab langsung terbentuknya scale adalah

    penurunan tekanan, perubahan temperatur, dan bercampurnya dua macam mineral

    dengan kandungan susunan mineral yang tidak saling cocok (Syahri & Sugiarto,

    n.d.). Silikon adalah unsur yang paling melimpah kedua dikerak bumi dan oksigen

    adalah unsur yang paling melimpah sehingga tidak mengejutkan bahwa 88% dari

    semua mineral berbentuk silikat. Di kerak bumi hampir 70% oksigen terikat dengan

    silikon dan hampir semua mineral berbasis silikon memiliki oksigen di dalam

    ikatannya (Setiawan, 2017).

    Kerak dalam ukuran tertentu menyebabkan penampang pipa dimana fluida

    dialirkan menjadi lebih kecil sehingga menyebabkan penurunan debit fluida yang

    mengalir di dalam pipa dan berakibat memperpanjang waktu proses sehingga

    menyebabkan biaya produksi meningkat. Penambahan ketebalan dinding pipa

    akibat keberadaan massa kerak yang menempel akan menghambat proses

    perpindahan panas secara konduksi sebab terhalang oleh lapisan kerak dan akan

    terjadi penurunan efisiensi perpindahan panas dan selanjutnya menyebabkan

    terjadinya pemborosan enerji (Mangestiyono, 2015). Penurunan tekanan dan

  • 7

    temperature air garam, yang akan menurunkan kelarutan garam (umumnya mineral

    yang paling banyak mengendap adalah kerak karbonat seperti CaCO3). Proses acid

    wash merupakan proses pembersihan kerak menggunakan larutan asam kerap

    diterapkan pada peralatan industri, misalnya pada alat electrolyzer (Septiani, 2019).

    2.2 Larutan Asam Sitrat

    Larutan Citric Acid (Asam sitrat) merupakan asam organik lemah yang

    ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa

    ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai

    penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam

    sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam

    mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat

    digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.

    Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran. Namun, pada

    jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut) ditemukan nilai

    konsentrasi yang tinggi, yaitu mencapai 8% bobot kering. Rumus kimia asam sitrat

    adalah C6H8O7 (strukturnya ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan).

    Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-

    propanatrikarboksilat.

    Sifat-sifat fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah

    kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang

    dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan

    adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk

    mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam

    membentuk garam sitrat. Selain itu sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan

    pengkeletan, sehingga digunakan sebagai pengewet dan penghilang kesadahan air.

    Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.

    Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk

    monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.

    Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk

    monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk

    monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di

  • 8

    atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainya. Jika

    dipanaskan di atas 175 °C, asam sitat terurai dengan melepaskan karbondioksida

    dan air.

    2.3 Larutan Asam Sulfamat

    Asam sulfamat adalah senyawa molekuler dengan rumus H3

    NSO 3. Senyawa tak berwarna dan larut dalam air ini menemukan banyak aplikasi.

    Asam sulfamat mencair pada 205 °C sebelum terurai pada suhu yang lebih tinggi

    menjadi air, belerang trioksida, belerang dioksidadan nitrogen. Asam sulfamat

    (H3 NSO3) dapat dianggap sebagai senyawa antara antara asam sulfat (H2 SO4)

    dan sulfamida (H4 N2 SO2), yang secara efektif menggantikan gugus hidroksil (-

    OH) dengan amina (-NH2) kelompokkan pada setiap langkah. Pola ini tidak dapat

    meluas lebih jauh di kedua arah tanpa merusak bagian sulfonyl (–SO2-

    ). Sulfamat adalah turunan dari asam sulfamat.

    Asam sulfamat digunakan sebagai zat pembersih asam, terkadang murni atau

    sebagai komponen campuran eksklusif, biasanya untuk logam dan keramik. Sering

    digunakan untuk menghilangkan karat dan limescale, menggantikan asam klorida

    yang lebih mudah menguap dan mengiritasi. Bila dibandingkan dengan sebagian

    besar asam mineral yang umum, asam sulfamat memiliki sifat kerak air yang

    diinginkan, volatilitas rendah dan toksisitas rendah. Asam sulfamat membentuk

    garam kalsium dan besi yang larut dalam air.

    Asam sulfamat lebih disukai daripada asam klorida dalam penggunaan rumah

    tangga, karena keamanan intrinsiknya. Apabila dicampur dengan cara yang salah

    dengan produk berbasis hipoklorit seperti pemutih, Asam sulfamat tidak

    membentuk gas klor, sedangkan asam yang paling umum adalah reaksi (netralisasi)

    dengan amonia, menghasilkan garam. Asam sulfamat juga diaplikasikan dalam

    pembersihan industri peralatan susu dan tempat pembuatan bir. Meskipun dianggap

    kurang korosif dibandingkan asam klorida, inhibitor korosi sering ditambahkan ke

    pembersih komersial yang merupakan komponennya. Asam sulfamat dapat

    digunakan untuk membersihkan kerak rumah kopi, mesin espresso dan pembersih

    gigi tiruan.

  • 9

    2.4 Scale

    Scale adalah deposit atau endapan keras dari mineral (ion) yang bersifat

    unorganic dan menempel pada logam atau permukaan fasilitas oil dan gas

    production system. Pengendapan scale merupakan suatu proses kristalisasi yang

    kompleks. Umumnya air mengandung ion-ion yang larut dan dalam jumlah yang

    banyak. Kombinasi dari ion-ion akan membentuk persenyawaan yang mempunyai

    daya larut yang rendah di dalam air. Ketika air yang melarutkan senyawa tersebut

    telah jenuh, maka senyawa akan diendapkan sebagai solid. Senyawa ini biasanya

    berupa senyawa karbonat, silikat maupun fosfat/sulfat. Untuk daerah operasi

    onshore biasanya senyawa yang terbentuk adalah jenis kalsium karbonat, sementara

    itu untuk daerah operasi offshore seperti di Laut Utara sering ditemui deposit berupa

    barium sulfat. Senyawa karbonat memiliki keunikan dimana pada suhu yang tinggi

    kelarutannya dalam air cenderung mengendap. Tingkat kecenderungan

    terbentuknya scale pada suatu formasi biasannya ditentukan/diukur dalam skala

    scale index. Scale index didapat dari sampling air atau melalui analisa laboratorium.

    Senyawa – senyawa yang ada dalam sampling air tersebut akan dianalisa

    kesetimbangannya untuk menentukan tendensi terbentuknya scale (Zahroh, 2017).

    2.4.1 Penyebab Terjadinya Endapan Scale

    Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang berasal dari

    hasil reaksi ion-ion yang terkandung dalam air formasi. Pengendapan dapat terjadi

    di dalam pori-pori batuan formasi, lubang sumur bahkan peralatan permukaan.

    Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya endapan scale, yaitu :

    1. Bercampurnya dua jenis Air yang Berbeda

    Dua jenis air yang sebenarnya tidak mempunyai kecenderungan

    untuk membentuk scale, bila bercampur kemungkinan membentuk suatu

    komponen yang tidak larut. Contoh yang umum adalah pencampuran antara

    air injeksi dengan air formasi di bawah sumur, dimana yang satu

    mempunyai kelarutan garam-garam barium yang tinggi, sedangkan yang

    lainnya mengandung larutan sulfate.

    Pencampuran ini akan mengakibatkan pembentukan endapan

    barium sulfate (BaSO4) yang dapat menyumbat dan sulit untuk dibersihkan.

    Endapan carbonate dan sulfate akan menjadi lebih keras dan makin

  • 10

    bertambah apabila larutan mineralnya dalam keadaan bersentuhan (kontak)

    dengan permukaan dalam waktu yang lama.

    2. Penurunan Tekanan

    Dengan diproduksinya fluida formasi secara terus menerus tentu

    akan menyebabkan turunnya tekanan formasi. Penurunan tekanan ini terjadi

    pada formasi ke dasar sumur, dari dasar sumur ke permukaan dan dari Well

    Head ke Mani Fold. Dengan turunnya tekanan ini akan menyebabkan

    terlepasnya CO2 dari ion-ion bikarbonat. Adanya gas CO2 didalam air akan

    membentuk suatu asam yang disebut asam karbonat. Perubahan tekanan

    yang terjadi pada reservoir secara langsung akan berpengaruh terhadap

    tekanan parsial CO2, merupakan hasil kali komposisi mol CO2 dengan

    tekanan total. Jumlah gas CO2 yang terlarut dalam air sebanding dengan

    tekanan parsialnya, sehingga bila tekanan naik maka tekanan parsial CO2

    juga naik dan kelarutan gas CO2 juga meningkat. Sebaliknya jika tekanan

    CO2 turun akan menyebabkan berkurangnya kelarutan CaCO3, sehingga

    kemungkinan terbentuknya scale CaCO3 akan meningkat (Ali, 2016).

    3. Perubahan Temperatur

    Pada saat terjadi perubahan (kenaikan) temperatur, maka akan

    terjadi penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan, dan hal ini akan

    mengakibatkan terjadinya pembentukan scale. Temperatur mempunyai

    pengaruh pada pembentukan semua tipe scale, karena kelarutan suatu

    senyawa kimia sangat tergantung pada temperatur. Misalnya kelarutan

    CaCO3 akan berkurang dengan kenaikan temperatur dan kemungkinan

    terbentuknya scale CaCO3 semakin besar.

    2.4.2 Penyebab Terjadinya Proses Kristalisasi

    Ada tiga kondisi yang menyebabkan terjadnya proses kristalisasi dari

    senyawa – senyawa air :

    1. Supersaturation (Larutan lewat jenuh)

    Supersaturation adalah larutan yang mengandung senyawa-senyawa yang

    dapat larut dalam jumlah konsentrasi tinggi (jenuh) dibandingkan dengan

    konsentrasi seimbang. Supersaturation dapat terjadi akibat adanya perubahan

  • 11

    (kenaikan) Ph Air, perubahan tekanan air, perubahan agitasi, campuran air yang

    tidak kompatibel. Contoh gambar supersaturation pada Gambar 2.2.

    2. Nucleation (Pengintian)

    Nucleation merupakan awal terbentuknya endapan yang terjadi dalam

    campuran yang jenuhnya mempunyai ion-ion di dalamnya. Ion-ion tersebut

    berada dalam gerakan yang konstan bergerak ke dalam dan keluar yang

    disebabkan oleh pengaruh bidang ion yang lain. Ion dipenuhi tenaga listrik dan

    akibatnya ditarik ke ion yang mempunyai tenaga listrik yang berlawanan,

    sehingga terbentuk kelompok-kelompok ion yang disebut “cluster”. Gabungan

    cluster yang terjadi secara terus menerus menjadi lebih besar dan disebut

    crystallites. Proses terbentuknya crystallites disebut nucleation. Apabila proses

    nucleation telah mencapai tahap crystallite, proses akan berlanjut sampai

    menghasilkan crystal. Berikut contoh nucleation pada Gambar 2.3:

    Gambar 2.2 Cluster CaCO3 Aragonite

    (Sumber: www.wikipedia.org)

    Gambar 2.3 Cluster CaCO3 Calcite

    (Sumber: www.alamy.com)

  • 12

    Gambar 2.4 Calcite Crystall

    (Sumber: rockyroadminerals.com)

    3. Contact time and Crystal growth

    Contact time yang cukup diantara supersaturation dan tempat

    terjadinya nucleation pada permukaan logam diperlukan dalam

    pembentukan scale dari proses supersaturation dan proses nucleation.

    Waktu yang dibutuhkan bervariasi tergantung kepada temperature,

    pressure, agitation, tipe mineral, semakin kecil tingkat daya larutnya,

    semakin sedikit waktu yang dibutuhkan. Untuk derajat

    supersaturation, semakin tinggi derajatnya semakin pendek contact

    time. Semua variable di atas memiliki pengaruh pada mekanisme

    pertumbuhan crystal. Contoh calcite crystall pada Gambar 2.4.

    2.4.3 Jenis – Jenis Scale

    Jenis scale yang umumnya ditemukan di oil dan gas production system

    yaitu:

    a. Calcium Carbonate atau calcite (CaCO3)

    Ketidakstabilan air formasi dapat mengakibatkan menurunnya tekanan

    pada sistem, lepasnya CO2 yang terlarut dalam air, naiknya pH air, dapat

    menyebabkan terbentuknya calcium carbonate. Calcium carbonate adalah

    senyawa kimia dengan formula CaCO3. Scale jenis Calcium Carbonate atau

    calcite terbentuk dari kombinasi ion calcium dengan ion bicarbonate

    Ca++ + 2(HC03-) Ca (HCO3)2

    Ca (HCO3)2 CaCO3 + CO2 + H2O

    Berikut contoh gambar calcium carbonate pada Gambar 2.5:

  • 13

    Gambar 2.5 Calcium Carbonate

    (Sumber: https://docplayer.info)

    Kondisi yang berpotensi untuk terbentuknya CaCO3 yaitu kenaikan

    temperature, kenaikan pH, penurunan tekanan, dan penurunan Total

    Dissolved Solid (TDS).

    b. Calcium Sulfate atau Gypsum (CaSO4.2H2O)

    Calcium Sulfate adalah salah satu contoh mineral dengan kadar

    kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Calcium sulfate scale dapat

    terjadi apabila ada penurunan tekanan dalam sistem dan temperature

    dibawah 100oF (semakin tinggi temperature, maka semakin kurang

    kemungkinan gypsum scale terjadi). Berikut contoh calcium sulfate pada

    Gambar 2.6:

    Gambar 2.6 Calcium Sulfate

    ( Sumber :www.iqshalahuddin.wordpress.com)

    c. Barium Sulfate (BaSO4)

    Bercampurnya incompatible water pada umumnya kebanyakan air

    formasi mengandung barium dan strontium. Jika bercampur dengan air laut

    yang banyak mengandung sulfate akan menyebabkan terbentuknya scale

    tipe barium sulfate. Berikut contoh barium sulfate pada Gambar 2.7:

  • 14

    Gambar 2.7 Barium Sulfate

    (Sumber: www.fqechemicals.com)

    d. Iron Compound

    Iron Compound seperti FeCO3 (iron carbonate), Fe2O3 (iron oxide),

    dan FeS2 (iron sulfide).

    ● CO2 bereaksi dengan iron membentuk scale FeCO3 (siderite). Scale ini

    tergantung pada kondisi pH air (pH ≥ 7 mudah terbentuk).

    ● H2S akan membentuk iron sulfide (FeS2) dan membentuk scale yang tipis. Iron

    sulfide membentuk “black water” dan mudah dikenali dengan melihat

    warnanya. Iron sulfide tergantung pada kondisi pH dan konsentrasi H2S.

    ● Iron scale dapat juga dibentuk oleh bakteri gallionella ferruginea. Bakteri ini

    akan mengambil Fe++ dari air dan mengendapkan Fe++.

    Tabel di bawah ini memperlihatkan pengaruh kelarutan oleh temperature

    atau pressure pada beberapa jenis scale :

    Cara pembacaan : (contoh gypsum)

    Kelarutan air formasi terhadap gypsum akan meningkat pada kenaikan

    T (temperature) dan meningkat pada kenaikan P (pressure):

    Tabel 2.1 Pengaruh Kelarutan oleh Temperature (T) dan Pressure (P) pada

    jenis scale

    SCALE T P

    Calcite (CaCO3) ↓ ↑

    Gypsum (CaSO4.2H2O) ↑ ↑

    Hemyhidrate (CaSO4.1/2H2O) ↑ ↑

    Anyhidrate (CaSO4) ↓ ↑

    Barite (BaSO4) ↑ ↑

    Celestite (SrSO4) ↓ ↑

  • 15

    Jika temperature Gypsum, Hemyhidrate, dan Barite naik (↑) maka

    pressurenya juga akan naik (↑). Berbeda dengan Calcite, Anyhidrate, dan Celestite,

    apabila temperaturnya menurun (↓) maka pressurenya akan naik (↑).

    2.4.4 Tanda – Tanda Terjadinya Scale

    Ada beberapa cara untuk mengetahui terjadinya scale yaitu sebagai

    berikut :

    1. Semakin besar Ph

    Semakin besar pH cairan, maka akan mempercepat terbentuknya scale.

    Scale biasanya terbentuk pada kondisi basa (pH≥7).

    2. Terjadinya Agitasi (Pengadukan)

    Pengadukan atau goncangan akan mempercepat terbentuknya endapan

    scale. Scale biasanya terbentukpada tempat dimana factor turbulensi besar,

    seperti sambungan pipa, valve, dan daerah-daerah penyempitan aliran.

    3. Kelarutan Zat Padat

    Kelarutan zat padat yang dikandung oleh air sangat berperan dalam

    pembentukan scale, sebab bila kelarutan zat padat rendah atau kecil, maka

    kemungkinan untuk terbentuknya scale akan semakin besar.

    2.4.5 Problem Scale pada Oil & Gas Production System

    Problem scale akan terjadi selama fluida yang diperoduksi reservoir

    mengandung air. Ketika umur well (sumur) bertambah tua dan sekian banyak

    hidrokarbon diproduksi dari reservoir, maka kolam air akan naik dan well (sumur)

    mulai memproduksi air. Kondisi tersebut akan berpotensi meningkatkan

    pengendapan scale.

    Pada oil & gas production system tempat-tempat yang berpotensi terjadinya scale

    adalah:

    • Wellbore

    • Well tubular

    • Choke

    • Flow Line/Production

    • Production Separator

    • Tank

  • 16

    • Waterline

    Problem umum yang diakibatkan oleh scale formation adalah:

    • Berkurangnya produksi

    • Wellplugging

    • Mengurangi kapasitas pipa

    • Meningkatkan resiko kecelakaan dan operasi

    • Biaya operasi menigkat

    2.4.6 Cara Mengatasi Problem Scale

    Ada beberapa cara untuk mengatasi problem scale yaitu :

    1. Penambahan larutan EDTA ( Ethylene Diamine Tetra Acetic )

    2. Acidizing (Penambahan larutan HCl atau HCl:HF)

    Scale juga dapat dihilangkan dengan cara penambahan asam. Kalsium karbonat

    larut di dalam asam klorida, asam format, asam asetat dan asam sulfamic. Asam

    klorida bisa digunakan untuk menghilangkan scale CaCO3 akan tetapi harus

    mengandung salah satu sequestering agents seperti asam asetat, asam oksalat atau

    asam glukonat untuk mencegah presipitas besi yang tidak diinginkan.

    3. Menambahkan Inhibitor

    Pembentukan scale dapat dicegah dengan menambahkan inhibitor. Berbagai

    senyawa telah diketahui efektif menghambat pembentukan scale dengan cara

    menghilangkan ion pembentuk scale dan padatan tersuspensi dari air. Inhibitor

    anorganik yang umum digunakan adalah natrium hexametaphosphate dan natrium

    tripolyphosphate.Inhibitor ini efektif pada konsentrasi rendah (2-5 ppm untuk

    CaC03 dan 10-12 ppm untuk CaS04). Namun inhibitor hexametaphosphate akan

    membentuk orthophosphate yang tidak diinginkan di atas temperatur 140°F

    (59.5°C). Inhibitor scale organik contohnya adalah aminotrimethylene phosphoric

    acid (ATMP). Inhibitor ini stabil hingga temperatur 250°F (120°C) dan pada semua

    nilai pH.

    2.4.7 Pencegahan Scale

    Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya scale yaitu :

    1. Menghindari tercampurnya air yang incompatible (tidak boleh tercampur).

  • 17

    2. Mengubah komposisi air dengan water dilution (pengencer air) atau mengontrol

    pH.

    3. Menghilangkan zat pembentuk scale.

    4. Penambahan scale control chemical.

    2.4.8 Scale Removal

    Treating untuk scale adalah suatu proses yang agak rumit karena

    memerlukan perhatian yang berlebih. Problem scale idealnya diatasi lebih awal

    karena apabila itu tidak dilakukan, problem pada downhole dan pembersihan di

    permukaan akan menghadang. Metode yang umum dan paling baik digunakan

    untuk mencegah dan mengontrol pengendapan scale adalah scale inhibitor. Scale

    inhibitor dapat mengganggu scale deposit. Untuk menghilangkan Calcium

    Carbonate atau Magnesium hydroxide scales, sirkulasi larutan asam yang dihambat

    (HCl, H2SO, C6H8O7 (asam sitrat) or HSO3NH2). Menambahkan inhibitor ke

    asam pada dasarnya untuk mengurangi efek korosifnya pada logam (Majeed, 2010).

    Berikut contoh scale inhibitor pada Gambar 2.8:

    Gambar 2.8 Chemical Jenis Scale Inhibitor

    (Sumber: PK Teknik Produksi Migas,2013)

    Ada beberapa treatment scale inhibitor yang sering digunakan antara lain:

    a. Injeksi Surface

    Yaitu injeksi scale inhibitor secara terus menerus di permukaan, meliputi injeksi

    pemipaan, gas boot, well head, dan sebagainya.

    b. Injeksi Downhole

    Yaitu injeksi scale inhibitor secara terus menerus dengan tujuan melindungi

    tubing/pompa dengan cara menyuntikan chemical ke dasar sumur/formasi.

    c. Injeksi Squeeze

  • 18

    Yaitu injeksi scale inhibitor secara batch. Diinjeksikan ke dalam formasi dalam

    jumlah besar sebanyak satu kali dalam 6 sampai 12 bulan dan secara perlahan akan

    tersedot ke permukaan.

    Banyaknya scale inhibitor yang digunakan berkisar antara 2 hingga 20 ppm dari

    air yang terproduksi. Efektifitas scale inhibitor biasanya diukur dengan

    menggunakan scale coupon, dimana semakin besar pertambahan berat scale

    coupon yang ditanam, maka pertumbuhan scale semakin ganas atau scale inhibitor

    semakin kurang kinerjanya (Amin, 2013).

    Scale Coupon adalah sebuah alat berupa lembaran besi seukuran 2 x 1 “ dengan

    lubang - lubang yang beraneka ukuran, yang dipasang secara melintang pada aliran.

    Lubang – lubang ini akan tertutup oleh scale dengan bertambahnya waktu.

    Penambahan berat akibat terbentuknya scale dinyatakan dalam satuan mgpsdfd (

    miligramper square feet per day/ milligram scale yang terbentuk per kaki persegi

    per hari).

    Chemical jenis ini menggunakan satu atau lebih dari tiga cara dalam proses

    kerjanya :

    a. Mengganggu Proses Nucleation

    Pada proses ini ion – ion inhibitor dengan ukuran cukup besar mampu

    mengganggu scalling cluster dan mencegahnya untuk tumbuh dan membentuk

    crystallities.

    b. Mengganggu Pertumbuhan Crystal

    Pada proses ini inhibitor dengan jumlah sedikit harus mampu mengganggu

    pertumbuhan kristal yang terjadi di tempat tertentu.

    c. Memodifikasi Permukaan Crystal

  • 19

    Gambar 2.9 Contoh Material Data Sheet

    (Sumber: PK Teknik Produksi Migas,2013)

    2.5 Konsentrasi Larutan

    Banyak reaksi kimia lebih suka dilakukan dalam larutan dibanding dalam zat

    murninya. Larutan adalah campuran yang homogen, sampai ke tingkat molekular,

    dari dua atau lebih zat. Larutan sederhana biasanya terdiri dari satu zat terlarut dan

    zat lain yang disebut dengan pelarut. Larutan yang dibuat di laboratorium biasanya

    berbentuk cairan, dan seringkali pelarut yang digunakan adalah air. Larutan dengan

    pelarut air disebut dengan larutan aqueous (aq). Sebagai contoh larutan asam

  • 20

    hidroklorik dapat dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida ( HCL berbentuk gas

    pada tekanan udara dan temperatur ruang) dalam air. Larutan sodium hidroksida

    dibuat dengan melarutkan padatan NaOH kedalam air. Kita sering kali

    menggunakan larutan untuk mensuplai reaktan dalam reaksi kimia. Larutan

    memungkinkan pencampuran secara rapat zat-zat yang direaksikan sampai tingkat

    molekul, jauh lebih baik dibandingkan pada fasa padat. Kita terkadang mengatur

    konsentrasi larutan untuk mempercepat atau memperlambat suatu reaksi. Pada

    bagian ini kita akan mempelajari cara menyatakan jumlah berbagai komponen yang

    ada dalam larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam jumlah zat terlarut

    tiap berat atau volume larutan, atau jumlah zat terlarut pada sejumlah berat atau

    volume pelarut.

    2.5.1 Mol

    Mol adalah satuan pengukuran dalam Sistem Satuan Internasional (SI)

    untuk jumlah zat. Satuan ini didefinisikan sebagai jumlah zat kimia yang

    mengandung jumlah partikel representatif, misalnya atom, molekul, ion, elektron,

    atau foton. Berikut rumus 2.1 adalah perhitungan mencari mol:

    n = ���� ....................................................................................................(2.1) Keterangan:

    n = mol

    gr = gram

    Mr = Massa relative

    2.5.2 Molaritas

    Molaritas (M) atau konsentrasi molar, adalah satuan yang umum dipakai

    untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan. Molaritas didefinisikan sebagai

    jumlah mol zat terlarut pada tiap liter larutan. Berikut rumus 2.2 adalah perhitungan

    mencari Molaritas adalah

    Molaritas = ������ ��� ��� �������������� ����� ������� ..................................................(2.2)

    Untuk menyiapkan satu liter larutan satu molar, satu mol zat terlarut

    diletakan dalam labu volumetric satu liter, tambah pelarut secukupnya terlebih

    dahulu dan kocok, kemudian tambah pelarut sampai tepat 1 liter. Siswa biasanya

    membuat kesalahan dengan mengasumsikan larutan 1 molar, berisi 1 mol zat

  • 21

    terlarut dalam 1 liter pelarut. Bukan demikian yang benar, karena 1 liter pelarut

    ditambah 1 mol zat terlarut umumnya memiliki volume total lebih dari 1 liter. Suatu

    larutan 0.100 M berisi 0.100 Mol zat terlarut dalam 1 liter larutan pada Gambar

    2.10:

    (a) (b) (c)

    Gambar 2.10 Penyiapan Larutan

    (Sumber: Jurnal CPEAA Qonita Zahroh 2017)

    Gambar 2.10 Penyiapan larutan 0.0100 M KMnO4 (kalium permanganate). 250

    mL larutan sampel KMnO4 0.0100 M berisi 0.395 g KMnO4 ( 1 mol = 158 g)

    a) 0.395 g KMnO4 ( 0.00250 mol) ditimbang dengan hati- hati dan dimasukkan ke

    dalam labu voumetrik 250 mL.

    b) KMnO4 dilarutkan dalam air.

    c) Ditambahkan H2O ke dalam labu sampai volume 250 mL. Labu kemudian

    ditutup dan isinya dikocok agar menghasilkan larutan yang homogen.

    Air adalah pelarut yang paling banyak dijumpai. Kecuali bila dituliskan, maka

    kita menganggap air adalah pelarutnya. Jika pelarutnya bukan air, kita harus

    menyatakannya dengan ekplisit.

    2.5.3 Pengenceran Larutan

    Definisi molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dibagi dengan volume

    larutan dalam liter.

  • 22

    Molaritas = jumlah mol zat terlarutjumlah liter larutan

    Dengan mengalikan kedua sisi dengan volumenya, diperoleh :

    volume "L$ × molaritas = jumlah mol dari zat terlarut Mengalihkan konsentrasi molar dengan volume larutannya (dalam liter)

    akan menghasilkan jumlah zat terlarut dalam larutan.Bila kita mengencerkan

    larutan dengan menambahkan pelarut, jumlah zat terlarut di dalamnya tidak akan

    berubah. Tetapi volume dan konsentrasi larutan yang berubah. Karena jumlah mol

    zat terlarut tetap, tetapi dibagi dengan volume yang lebih besar, maka molaritasnya

    akan turun. Subcript 1 digunakan untuk menunjukan konsentrasi awal, dan subcript

    2 untuk menunjukan konsentrasi larutan yang telah diencerkan, maka berikut rumus

    2.3 :

    Volume1 × Molaritas1 = Volume2 × Molaritas2

    Atau

    V1 x M1 = V2 x M2......................................................................(2.3) Keterangan:

    V1 = volume 1

    V2 = volume 2

    M1 = molaritas 1

    M2 = molaritas 2

    2.6 Komposisi Larutan

    Larutan campuran asam sitrat dan asam sulfamat mempunyai komposisi dari

    beberapa kandungan senyawa kimia yang lain. Komposisi larutan asam sitrat dan

    asam sulfamat adalah asam sitrat, asam sulfamat, aquadest, isopropanol, surfactan,

    dan HCl. Larutan asam sitrat dan asam sulfamat yang dibuat sebanyak 30 liter.

    2.7 Massa Relative

    Massa molekul relatif (Ar) atau disebut pula massa molekul (m) adalah massa

    suatu molekul, yang diukur dalam satuan massa atom (u atau Da). Molekul berbeda

    dengan senyawa yang sama mungkin memiliki massa molekul yang berbda karena

    mengandung isotop dari suatu unsur yang berbeda. Kuantitas terkait yakni massa

  • 23

    molekul relatif, seperti yang didefinisikan oleh IUPAC, adalah rasio massa molekul

    terhadap satuan massa atom dan tidak memiliki satuan.

    Massa relative (Mr) adalah jumlah total dari massa molekul relatif (Ar).

    Kandungan senyawa kimia dari larutan adalah asam sitrat (C6H8O7), asam

    sulfamat (H3NSO3), isopropanol (C3H8O), surfactan CHNaO, HCl, dan H2O.

    Untuk massa molekul relatif (Ar) dari senyawa kimia larutan diatas merupakan C

    = 12, H = 1, O = 16, N = 14, S = 32, Na = 23, dan Cl = 35. Jadi massa relative (Mr)

    larutan tersebut adalah 455.

    2.8 Pengaruh Larutan Terhadap Kerak

    Penghambatan pertumbuhan kristal tampaknya menjadi metode yang paling

    efisien mengendalikan kerak CaCO3, CaF2, CaSO4, 2H2O dan BaSO4. Efektivitas

    inhibitor kerak tergantung pada kemampuan sebuah aditif untuk mengganggu

    langkah-langkah pembentukan kerak, yaitu baik dengan langkah nukleasi atau

    dengan pertumbuhan kristal (Tzotzi dkk., 2007). Asam malat dengan gugus

    karboksilat ganda juga menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap morfologi

    kristal. Asam malat mempengaruhi morfologi kristal bahkan pada konsentrasi

    sangat rendah.Konsentrasi asam malat dan pH awal larutan penting bagi morfologi

    akhir dari CaCO3. Mao dan Huang dalam percobaannya membuat konsentrasi

    CaCl2 dan urea adalah tetap pada masing-masing 0,1 dan 0,6 M, pH awal adalah

    bervariasi antara 7sampai dengan 11,5, konsentrasi asam malat [MA] divariasi dari

    0 sampai 40mM dan waktu aging bervariasi 1 sampai 12 jam. Sehubungan dengan

    dampak yang ditimbulkan kerak sangat merugikan, maka pertumbuhan kerak harus

    dicegah ataupun dihambat pertumbuhannya.

  • 24

    (Halaman ini sengaja dikosongkan)

  • 25

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Diagram Alir Penelitian

    Mulai

    Identifikasi dan

    Merumuskan Masalah

    Pengujian Lab Jenis

    Scale Yang Ada

    Dengan Pengujian

    SEM

    Studi Literatur

    Pengumpulan Data Data

    Primer

    Data

    Sekunder

    Studi Lapangan

    Penentuan

    Konsentrasi Larutan

    Asam Sitrat Dan

    Asam Sulfamat

    Pengolahan Data

    Pembersihan Scale

    Yang Ada

    Alat Uji

    Pembersih

    Scale

    Analisa Teknis Analisa Ekomomis

    Kesimpulan dan Saran

    Selesai

    Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pengerjaan Penelitian

  • 26

    3.2 Tahap Identifikasi Awal

    Tahap identifikasi awal ditujukan untuk mendapatkan data dan informasi

    yang digunakan penelitian ini dikumpulkan melalui :

    a. Studi Laboratorium (laboratory research)

    Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap larutan,

    material pipa, dan alat alat yang siap digunakan untuk pengujian. Data dan

    informasi diperoleh dari pembimbing kampus PPNS (Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya).

    b. Studi Literatur (library research)

    Pada tahap ini dilakukan pengumpulan teori dan jurnal yang berhubungan

    dengan penelitian ini. Pengumpulan teori dan jurnal tersebut digunakan sebagai

    acuan dalam menganalisa tentang scale.

    3.3 Tahap Pengumpulan Data

    Data–data yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu data primer dan data

    sekunder yang selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut:

    3.3.1 Data Primer

    Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung oleh peniliti.

    Data primer dalam penelitian ini sebagai berikut :

    a. Sample scale.

    b. Sample larutan Asam Sitrat dan Asam Sulfamat.

    3.3.2 Data Sekunder

    Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari sumber yang sudah ada.

    Data sekunder dalam penelitian ini sebagai berikut :

    a. Jenis scale yang terbentuk.

    b. Material Pipa.

    3.4 Pengujian Lab

    Pada tahap ini pengujian dilakukan di lab yang bertujuan untuk mengetahui

    proses pengaruh penambahan larutan asam sitrat terhadap pengurangan kerak pada

    pipa 2” di Laboratorium Kimia PPNS dengan menggunakan beberapa alat sebagai

    berikut:

  • 27

    1. Alat dan Bahan:

    - Pipa berkerak berjumlah 36

    - Gelas Ukur

    - Timbangan

    - Jangka Sorong

    - Pompa Aquarium

    - Pipa PVC

    - Selang

    - Air

    - Larutan Scale Removal

    - Timba

    2. Langkah Kerja Pembersihan Kerak dengan Scale Removal

    a. Menimbang pipa sebelum pengujian.

    b. Mengukur diameter pipa (ID) sebelum pengujian.

    c. Memfoto pipa bagian dalam sebelum pengujian.

    d. Mencatat hasil menimbang pipa dan mengukur diameter (ID) pipa sebelum

    pengujian.

    e. Menyiapkan 6000 ml air pada timba.

    f. Mencampurkan 3%, 4%, 5% scale removal dengan menggunakan gelas ukur

    pada timba yang berisikan air 6000 ml.

    g. Memasukkan pompa aquarium didalam timba, lalu pompa tersebut dihubungkan

    dengan pipa PVC.

    h. Menghubungkan pipa PVC dengan pipa yang diujikan.

    i. Mengatur debit pompa aquarium 200 L/h, 400 L/h, dan 600 L/h.

    j. Menyalakan pompa aquarium, dan menunggu dengan waktu yang sudah

    ditentukan 5 menit, dan 10 menit.

    k. Menimbang pipa sesudah pengujian.

    l. Mengukur diameter pipa (ID) sesudah pengujian.

    m. Memfoto pipa bagian dalam sesudah pengujian.

    n. Mencatat hasil menimbang pipa dan mengukur diameter (ID) pipa sesudah

    pengujian.

  • 28

    3.5 Penentuan Larutan Asam sitrat

    Penentuan larutan asam sitrat dan asam sulfamat ini beracuan dengan

    penelitian yang sudah dilakukan. Dengan cara memvariasikan konsentrasi larutan

    asam sitrat dan asam sulfamat.

    3.6 Pengambilan Data Percobaan

    Tahap pengambilan data percobaan ini dilakukan 2 kali yaitu pengambilan

    data di lapangan dan pengambilan data di Lab. Pengambilan data ini dengan cara

    mengamati pengaruh proses penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat

    terhadap pengurangan kerak dengan memvariasikan konsentrasi larutan asam sitrat

    dan asam sulfamat, flow meter, material.

    1. Konsentrasi

    Konsentrasi scale removal yang dipilih untuk penelitian adalah 3%, 4%, 5%.

    Konsentrasi scale removal maksimal 5% karena chemical scale removal itu dari

    HCL. Sedangkan HCL sangat korosif terhadap logam sehingga bisa mempercepat

    laju korosi. Oleh karena itu setelah diinjeksi dengan scale removal alangkah

    baiknya diinjeksi dengan scale inhibitor.

    2. Debit

    Debit yang ditentukan untuk penelitian adalah 200 L/h, 400 L/h, 600 L/h.

    Pemilihan debit meter menyesuaikan berdasarkan data penelitian dari Laboratorium

    Kimia PPNS.

    3. Waktu

    Waktu yang digunakan adalah 5, dan 10 menit. Waktu tersebut divariasikan

    dengan konsentrasi, flow meter, dan temperature untuk mendapatkan hasil

    perbandingan yang lebih baik.

    4. Sasaran

    Sasaran dari pengujian ini adalah tingkat kebersihan pengangkatan kerak pada

    pipa, membandingkan bobot pipa, mengukur ketebalan pipa sebelum dan sesudah

    pengujian. Tingkat kebersihan dilihat dari semua hasil percobaan untuk

    mendapatkan hasil perbandingan yang lebih baik.

  • 29

    3.7 Tahap Pengolahan Data

    Tahap pengolahan data merupakan tindak lanjut dari pengumpulan data yang

    selanjutnya dilakukan pengerjaan sebagai berikut :

    1. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap variasi

    konsentrasi.

    2. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap variasi

    debit.

    3. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap variasi

    waktu.

    4. Pengaruh Penambahan larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap bentuk

    visual pipa sebelum dan setelah pengujian.

    5. Menghitung perhitungan nilai ekonomis dari pengujian pembersihan pada

    pipa.

    3.8 Tahap Kesimpulan dan Saran

    Tahap akhir dari penelitian ini yaitu membuat suatu hasil analisa mengenai

    penelitian tersebut, sehingga dapat mengetahui pengaruh proses penambahan

    larutan asam sitrat dan asam sulfamat terhadap pengurangan kerak di material Pipa

    Carbon Steel A106 Gr. B.

    3.9 Jadwal Penelitian

    Pelaksanaan tugas akhir ini dimulai pada akhir semester 7 yang diawali dengan

    pengajuan proposal tugas akhir dan pengerjaan efektif pada semester 8 selama

    kurang lebih 6 bulan. Berikut jadwal penelitian pada tabel 3.1:

  • 30

    Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

  • 31

    BAB 4

    PEMBAHASAN

    4.1 Data Penelitian

    Tahap awal dari penelitian ini yaitu menentukan data yang akan digunakan

    untuk membantu dalam pengerjaan tugas akhir ini. Data ini beberapa ditentukan

    sesuai kondisi lapangan dan sebagian diambil dari standart yang digunakan. Hal ini

    bertujuan agar data yang digunakan diharapkan sesuai dengan kondisi yang aktual.

    4.2 Komposisi Kerak di Pipa

    Setelah melakukan pengujian SEM – EDX di Laboratorium pada kerak

    yang berada di dalam Pipa, didapatkan beberapa komposisi. Komposisi tersebut

    diantaranya Fe, O, Si, dan C. Berikut gambar dari pengujian SEM – EDX:

    Gambar 4.1: Kerak Pada Pipa dengan pembesaran 5000 x

    Gambar 4.1 merupakan contoh kerak yang berada di dalam pipa dengan

    pembesaran 5000x. Pembesaran dilakukan ketika pengujian SEM – EDX.

    Pengujian SEM – EDX untuk mengetahui komposisi kerak yang berada didalam

    Pipa.

  • 32

    Gambar 4.2: Komposisi Kerak Pada Pipa

    Gambar 4.2 merupakan komposisi kerak yang didapatkan dari hasil

    pengujian SEM adalah carbon (C), oxygen (O), silikon (Si), ferous (Fe). Komposisi

    Carbon (C) ditunjukkan dengan warna merah, oxygen (O) dengan warna hijau,

    silikon (Si) dengan warna ungu, dan ferous (Fe) dengan warna kuning.

    4.3 Data Pengujian

    Pada tahap data pengujian ini dilakukan sebanyak 36 kali di Laboratorium

    Kimia PPNS. Pengujian tersebut menggunakan variasi konsentrasi, debit, waktu

    dan temperature. Berikut tahapan untuk pengambilan data pengujian:

    4.3.1 Konsentrasi larutan

    Kosentrasi larutan yang digunakan untuk pengujian pembersihan kerak

    pada pipa adalah 3%, 4%, dan 5%.

    4.3.2 Debit

    Debit untuk pengujian pembersihan kerak pada pipa adalah 200 l/h, 400 l/h,

    dan 600 l/h.

    4.3.2 Waktu

    Waktu untuk pengujian pembersihan kerak pada pipa adalah 5 menit dan 10

    menit.

  • 33

    4.4 Perhitungan Pengenceran

    Untuk mendapatkan nilai pengenceran berikut tahapan perhitungan

    pelarutan scale removal pada pipa dengan 6 L air:

    1. Pelarutan Scale Removal Konsentrasi 3%

    - Diketahui:

    Massa = 13 kg = 13000 gram

    Mr = 455

    V = 30 L

    n = ���� =

    +,---.// = 28,57 mol

    Molaritas (3% dari 30 L) = �0 =

    12,/4-.6 = 31,74 Molaritas

    n (3% dari 13 Kg) = ���� =

    ,6-.// = 0,86 mol

    Molaritas (3% Asam Sitrat dan Asam Sulfamat)

    = �0 =

    -,27-,6 = 0,96 Molaritas

    Pengenceran

    - Diketahui:

    M1 = 31,74 Molaritas

    M2= 0,96 Molaritas

    V1= ?

    V2= 6000 ml

    Pengenceran = M1 . V1 = M2 . V2

    31,74 . V1 = 0,96 . 6000

    V1 = -,67 8 7---

    ,+,4.

    V1 = 181,47 ml

    2. Pelarutan Scale Removal Konsentrasi 4%

    - Diketahui:

    Massa = 13 kg = 13000 gram

    Mr = 455

  • 34

    V = 30 L

    n = ���� =

    +,---.// = 28,57 mol

    Molaritas (4% dari 30 L) = �0 =

    12,/4+,1 = 23,81 Molaritas

    n (4% dari 13 Kg) = ���� =

    /1-.// = 1,14 mol

    Molaritas (4% Asam Sitrat dan Asam Sulfamat)

    = �0 =

    +,+.+,1 = 0,95 Molaritas

    Pengenceran

    - Diketahui:

    M1 = 23,81 Molaritas

    M2= 0,95 Molaritas

    V1= ?

    V2= 6000 ml

    Pengenceran = M1 . V1 = M2 . V2

    23,81 . V1 = 0,95 . 6000

    V1 = -,6/ 8 7---

    1,,2+

    V1 = 239,4 ml

    3. Pelarutan Scale Removal Konsentrasi 5%

    - Diketahui:

    Massa = 13 kg = 13000 gram

    Mr = 455

    V = 30 L

    n = ���� =

    +,---.// = 28,57 mol

    Molaritas (5% dari 30 L)

    = �0 =

    12,/4+,/ = 19,05 Molaritas

  • 35

    n (5% dari 13 Kg)

    = ���� =

    7/-.// = 1,43 mol

    Molaritas (5% Asam Sitrat dan Asam Sulfamat)

    = �0 =

    +,.,+,/ = 0,953 Molaritas

    Pengenceran

    - Diketahui:

    M1 = 19,05 Molaritas

    M2= 0,953 Molaritas

    V1= ?

    V2= 6000 ml

    Pengenceran = M1 . V1 = M2 . V2

    19,05 . V1 = 0,953 . 6000

    V1 = -,6/, 8 7---

    +6,-/

    V1 = 300,16 ml

    Dari perhitungan – perhitungan pengenceran larutan, diketahui bahwa Scale

    Removal dengan konsentrasi 3% sebanyak 181,47 ml, 4% sebanyak 239,4, dan 5%

    sebanyak 300,16 ml. Konsentrasi – konsentrasi tersebut kemudian dilarutkan

    dengan air sebanyak 6000 ml untuk pengujian pembersihan kerak pada pipa.

    4.5 Hasil Pembersihan Kerak

    Setelah pengujian pembersihan kerak pada pipa akan mendapatkan hasil

    pembersihan kerak pada pipa untuk pengurangan berat dan penambahan diameter.

    4.5.1 Hasil pengurangan berat pipa

    Hasil dari pengurangan berat didapatkan sebelum dan sesudah pengujian

    pembersihan kerak pada pipa. Berikut hasil pengurangan berat pada Tabel 4.1:

  • 36

    Tabel 4.1 Hasil Pengurangan Berat Pipa

    Pipa Konsentrasi Weight (gr)

    Sebelum Sesudah Pengurangan Berat

    Pipa 1

    3%

    431,1 430,6 0,5

    Pipa 2 440,9 440,3 0,6

    Pipa 3 444,2 443,6 0,6

    Pipa 7 446,8 446,2 0,6

    Pipa 8 445,3 444,6 0,7

    Pipa 9 443,9 443,2 0,7

    Pipa 13

    4%

    447,8 447,1 0,7

    Pipa 14 442,9 442,2 0,7

    Pipa 15 443,8 443 0,8

    Pipa 19 440 439 1

    Pipa 20 446,8 445,6 1,2

    Pipa 21 438,9 437,6 1,3

    Pipa 25

    5%

    438,5 437,2 1,3

    Pipa 26 442,7 441,4 1,3

    Pipa 27 441,7 440,3 1,4

    Pipa 31 446,4 444,9 1,5

    Pipa 32 446,6 445 1,6

    Pipa 33 443,4 441,8 1,6

    Tabel 4.1 menunjukkan hasil pengurangan berat pipa setelah dilakukan

    pengujian pembersihan kerak pada pipa sebelum dan sesudah. Di konsentrasi

    larutan 3% pengurangan berat paling tinggi yaitu 0,7 gram. Di konsentrasi larutan

    4% pengurangan berat paling tinggi yaitu 1,3 gram. Di konsentrasi larutan 5%

    pengurangan berat paling tinggi yaitu 1,6 gram. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi

    larutan asam sitrat dan asam sulfamat kerak yang terlarut semakin banyak terhadap

    pengurangan berat pada pipa.

    4.5.2 Hasil penambahan diameter dalam pipa

    Hasil dari penambahan diameter didapatkan sebelum dan sesudah pengujian

    pembersihan kerak pada pipa. Berikut hasil penambahan diameter pada Tabel 4.2:

  • 37

    Tabel 4.2 Penambahan Diameter Dalam Pipa

    Pipa Konsentrasi ID (mm)

    Sebelum Sesudah Penambahan Diameter

    Pipa 1

    3%

    52,22 52,38 0,16

    Pipa 2 52,09 52,27 0,18

    Pipa 3 52,77 52,96 0,19

    Pipa 7 52,46 52,64 0,18

    Pipa 8 52,13 52,32 0,19

    Pipa 9 51,83 52,03 0,2

    Pipa 13

    4%

    52,3 52,53 0,23

    Pipa 14 52,77 53,01 0,24

    Pipa 15 51,29 51,54 0,25

    Pipa 19 52,74 53,01 0,27

    Pipa 20 52,88 53,16 0,28

    Pipa 21 52,49 52,78 0,29

    Pipa 22 52,43 52,72 0,29

    Pipa 23 52,62 52,92 0,3

    Pipa 24 52,46 52,78 0,32

    Pipa 25

    5%

    52,11 52,42 0,31

    Pipa 26 53,31 53,63 0,32

    Pipa 27 52,93 53,26 0,33

    Pipa 31 52,4 52,74 0,34

    Pipa 32 52,58 52,93 0,35

    Pipa 33 52,75 53,11 0,36

    Tabel 4.1 menunjukkan hasil penambahan diameter dalam pada pipa setelah

    dilakukan pengujian pembersihan kerak pada pipa sebelum dan sesudah. Di

    konsentrasi larutan 3% penambahan diameter dalam paling tinggi yaitu 0,22 mm.

    Di konsentrasi larutan 4% penambahan diameter dalam paling tinggi yaitu 0,32

    mm. Di konsentrasi larutan 5% penambahan diameter dalam paling tinggi yaitu

    0,36 mm. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi larutan asam sitrat dan asam sulfamat

    kerak yang terlarut semakin banyak terhadap penambahan diameter dalam pada

    pipa.

    4.6 Pengaruh Variasi

    Hasil dari pengujian pembersihan kerak pada pipa berpengaruh pada

    pengurangan berat dan penambahan diameter. Variasi yang digunakan adalah

    konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur.

  • 38

    4.6.1 Pengaruh variasi terhadap kerak pada pengurangan berat

    Pengaruh variasi terhadap pengurangan berat didapatkan sebelum dan

    sesudah pengujian pembersihan kerak pada pipa. Variasi yang digunakan untuk

    pembersihan kerak pada pipa adalah konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur.

    Berikut pengaruh variasi terhadap pengurangan berat pada Tabel 4.3:

    Tabel 4.3 Pengaruh Variasi Terhadap Kerak Pada Pengurangan Berat Pipa

    Konsentrasi Waktu

    (menit) Debit (L/h) Pengurangan berat (g) Kode (pipa)

    3

    5

    200 0,5 1

    400 0,6 2

    600 0,6 3

    10

    200 0,6 7

    400 0,7 8

    600 0,7 9

    4

    5

    200 0,7 13

    400 0,7 14

    600 0,8 15

    10

    200 1 19

    400 1,2 20

    600 1,3 21

    5

    5

    200 1,3 25

    400 1,3 26

    600 1,4 27

    10

    200 1,5 31

    400 1,6 32

    600 1,6 33

    Dari tabel 4.3 di atas pengaruh variasi terhadap kerak pada pengurangan

    berat pipa didapatkan grafik sebagai berikut:

  • 39

    Grafik 4.1 Pengaruh Konsentrasi terhadap Pengurangan Berat Pipa

    Grafik 4.1 menunjukkan hasil pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200

    l/h dengan waktu 5 menit didapat pengurangan berat 3% sebesar 0,5 gram, 4%

    sebesar 0,7 gram, dan 5% sebesar 1,3 gram terhadap pengurangan berat pipa.

    Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200 l/h dengan waktu 10 menit didapat

    pengurangan berat 3% sebesar 0,6 gram, 4% sebesar 1 gram, dan 5% sebesar 1,5

    gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit

    400 l/h dengan waktu 5 menit didapat pengurangan berat 3% sebesar 0,6 gram, 4%

    sebesar 0,7 gram, dan 5% sebesar 1,3 gram terhadap pengurangan berat pipa.

    Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 400 l/h dengan waktu 10 menit didapat

    pengurangan berat 3% sebesar 0,7 gram, 4% sebesar 1,2 gram, dan 5% sebesar 1,6

    gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit

    600 l/h dengan waktu 5 menit didapat pengurangan berat 3% sebesar 0,6 gram, 4%

    sebesar 0,8 gram, dan 5% sebesar 1,4 gram terhadap pengurangan berat pipa.

    Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 600 l/h dengan waktu 10 menit didapat

    pengurangan berat 3% sebesar 0,7 gram, 4% sebesar 1,3 gram, dan 5% sebesar 1,6

    gram terhadap pengurangan berat pipa. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi larutan

    akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di dalam pipa.

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    1,6

    1,8

    3 4 5

    Pe

    ng

    ura

    ng

    an

    Be

    rat

    (g)

    Konsentrasi (%)

    Pengaruh Konsentrasi

    Terhadap Pengurangan Berat Pipa

    debit 200 l/h, waktu 5 menit

    debit 200 l/h, waktu 10 menit

    debit 400 l/h, waktu 5 menit

    debit 400 l/h, waktu 10 menit

    debit 600 l/h, waktu 5 menit

    debit 600 l/h, waktu 10 menit

  • 40

    Grafik 4.2 Pengaruh Debit terhadap Pengurangan Berat Pipa

    Grafik 4.2 menunjukkan hasil pengaruh debit untuk konsentrasi 3% dengan

    waktu 5 menit didapat pengurangan berat 200 l/h sebesar 0,5 gram, 400 l/h sebesar

    0,6 gram, dan 600 l/h sebesar 0,6 gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh

    debit untuk konsentrasi 3% dengan waktu 10 menit didapat pengurangan berat 200

    l/h sebesar 0,6 gram, 400 l/h sebesar 0,7 gram, dan 600 l/h sebesar 0,7 gram

    terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 4% dengan

    waktu 5 menit didapat pengurangan berat 200 l/h sebesar 0,7 gram, 400 l/h sebesar

    0,7 gram, dan 600 l/h sebesar 0,8 gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh

    debit untuk konsentrasi 4% dengan waktu 10 menit didapat pengurangan berat 200

    l/h sebesar 1 gram, 400 l/h sebesar 1,2 gram, dan 600 l/h sebesar 1,3 gram terhadap

    pengurangan berat pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 5% dengan waktu 5

    menit didapat pengurangan berat 200 l/h sebesar 1,3 gram, 400 l/h sebesar 1,3 gram,

    dan 600 l/h sebesar 1,4 gram terhadap pengurangan berat pipa. Pengaruh debit

    untuk konsentrasi 5% dengan waktu 10 menit didapat pengurangan berat 200 l/h

    sebesar 1,5 gram, 400 l/h sebesar 1,6 gram, dan 600 l/h sebesar 1,6 gram terhadap

    pengurangan berat pipa. Jadi pengaruh tinggi debit akan banyak melarutkan kerak

    (scale) yang ada di dalam pipa.

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    1,6

    1,8

    200 400 600

    Pe

    ng

    ura

    ng

    an

    Be

    rat

    (g)

    Debit (L/h)

    Pengaruh Debit

    Terhadap Pengurangan Berat Pipa

    konsentrasi 3 %, waktu 5 menit

    konsentrasi 3 %, waktu 10 menit

    konsentrasi 4 %, waktu 5 menit

    konsentrasi 4 %, waktu 10 menit

    konsentrasi 5 %, waktu 5 menit

    konsentrasi 5 %, waktu 10 menit

  • 41

    Grafik 4.3 Pengaruh Waktu terhadap Pengurangan Berat Pipa

    Grafik 4.3 menunjukkan hasil pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%,

    dengan debit 200 l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 0,5 gram, dan 10

    menit sebesar 0,6 gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%, dengan debit 400

    l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 0,6 gram, dan 10 menit sebesar 0,7

    gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%, dengan debit 600 l/h didapat

    pengurangan berat 5 menit sebesar 0,6 gram, dan 10 menit sebesar 0,7 gram.

    Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4%, dengan debit 200 l/h didapat pengurangan

    berat 5 menit sebesar 0,7 gram, dan 10 menit sebesar 1 gram. Pengaruh waktu untuk

    konsentrasi 4%, dengan debit 400 l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar

    0,7 gram, dan 10 menit sebesar 1,2 gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4%,

    dengan debit 600 l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 0,8 gram, dan 10

    menit sebesar 1,3 gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5%, dengan debit 200

    l/h didapat pengurangan berat 5 menit sebesar 1,3 gram, dan 10 menit sebesar 1,5

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,2

    1,4

    1,6

    1,8

    5 menit 10 menit

    Pe

    ng

    ura

    ng

    an

    Be

    rat

    (g)

    Waktu Pengujian (menit)

    Pengaruh Waktu

    Terhadap Pengurangan Berat Pipa

    konsentrasi 3 %, debit

    200 l/hkonsentrasi 3 %, debit

    400 l/hkonsentrasi 3 %, debit

    600 l/hkonsentrasi 4 %, debit

    200 l/hkonsentrasi 4 %, debit

    400 l/hkonsentrasi 4 %, debit

    600 l/hkonsentrasi 5 %, debit

    200 l/hkonsentrasi 5 %, debit

    400 l/hkonsentrasi 5 %, debit

    600 l/h

  • 42

    gram. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5%, dengan debit 400 l/h didapat

    pengurangan berat 5 menit sebesar 1,3 gram, dan 10 menit sebesar 1,6 gram.

    Pengaruh waktu untuk konsentrasi 5%, dengan debit 600 l/h didapat pengurangan

    berat 5 menit sebesar 1,4 gram, dan 10 menit sebesar 1,6 gram. Jadi pengaruh tinggi

    waktu akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di dalam pipa.

    4.6.2 Pengaruh variasi terhadap kerak pada penambahan diameter dalam

    Pengaruh variasi terhadap pengurangan berat didapatkan sebelum dan

    sesudah pengujian pembersihan kerak pada pipa. Variasi yang digunakan untuk

    pembersihan kerak pada pipa adalah konsentrasi, debit, waktu, dan temperatur.

    Berikut pengaruh variasi terhadap penambahan diameter pada Tabel 4.4:

    Tabel 4.4 Pengaruh Variasi Terhadap Penambahan Diameter Dalam

    Konsentrasi Waktu

    (menit) Debit (L/h)

    Penambahan

    diameter dalam

    (mm)

    Kode (pipa)

    3

    5

    200 0,16 1

    400 0,18 2

    600 0,19 3

    10

    200 0,18 7

    400 0,19 8

    600 0,2 9

    4

    5

    200 0,23 13

    400 0,24 14

    600 0,25 15

    10

    200 0,27 19

    400 0,28 20

    600 0,29 21

    5

    5

    200 0,31 25

    400 0,32 26

    600 0,33 27

    10

    200 0,34 31

    400 0,35 32

    600 0,36 33

    Dari tabel 4.4 di atas pengaruh variasi terhadap kerak pada penambahan

    diameter dalam pipa didapatkan grafik sebagai berikut:

  • 43

    Grafik 4.4 Pengaruh Konsentrasi terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

    Grafik 4.4 menunjukkan hasil pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200

    l/h dengan waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,16

    mm, 4% sebesar 0,23 mm, dan 5% sebesar 0,31 mm terhadap penambahan diameter

    dalam pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 200 l/h dengan waktu 10

    menit didapat penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,18 mm, 4% sebesar 0,27

    mm, dan 5% sebesar 0,34 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa.

    Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 400 l/h dengan waktu 5 menit didapat

    penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,18 mm, 4% sebesar 0,24 mm, dan 5%

    sebesar 0,32 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh konsentrasi

    larutan untuk debit 400 l/h dengan waktu 10 menit didapat penambahan diameter

    dalam 3% sebesar 0,19 mm, 4% sebesar 0,28 mm, dan 5% sebesar 0,35 mm

    terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk

    debit 600 l/h dengan waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 3%

    sebesar 0,19 mm, 4% sebesar 0,25 mm, dan 5% sebesar 0,33 mm terhadap

    penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh konsentrasi larutan untuk debit 600 l/h

    dengan waktu 10 menit didapat penambahan diameter dalam 3% sebesar 0,2 mm,

    4% sebesar 0,29 mm, dan 5% sebesar 0,36 mm terhadap penambahan diameter

    0,15

    0,2

    0,25

    0,3

    0,35

    0,4

    3 4 5

    Pe

    na

    mb

    ah

    an

    dia

    me

    ter

    (mm

    )

    Konsentrasi (%)

    Pengaruh Konsentrasi

    Terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

    debit 200 l/h, waktu 5 menit

    debit 200 l/h, waktu 10 menit

    debit 400 l/h, waktu 5 menit

    debit 400 l/h, waktu 10 menit

    debit 600 l/h, waktu 5 menit

    debit 600 l/h, waktu 10 menit

  • 44

    dalam pipa. Jadi pengaruh tinggi konsentrasi larutan akan banyak melarutkan kerak

    (scale) yang ada di dalam pipa.

    Grafik 4.5 Pengaruh Debit terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

    Grafik 4.5 menunjukkan hasil pengaruh debit untuk konsentrasi 3% dengan

    waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,16 mm, 400

    l/h sebesar 0,18 mm, dan 600 l/h sebesar 0,19 mm terhadap penambahan diameter

    dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 3% dengan waktu 10 menit didapat

    penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,18 mm, 400 l/h sebesar 0,19 mm,

    dan 600 l/h sebesar 0,2 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh

    debit untuk konsentrasi 4% dengan waktu 5 menit didapat penambahan diameter

    dalam 200 l/h sebesar 0,23 mm, 400 l/h sebesar 0,24 mm, dan 600 l/h sebesar 0,25

    mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi

    4% dengan waktu 10 menit didapat penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar

    0,27 mm, 400 l/h sebesar 0,28 mm, dan 600 l/h sebesar 0,29 mm terhadap

    penambahan diameter dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 5% dengan

    waktu 5 menit didapat penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,31 mm, 400

    l/h sebesar 0,32 mm, dan 600 l/h sebesar 0,33 mm terhadap penambahan diameter

    dalam pipa. Pengaruh debit untuk konsentrasi 5% dengan waktu 10 menit didapat

    0,15

    0,2

    0,25

    0,3

    0,35

    0,4

    200 400 600

    Pe

    na

    mb

    ah

    an

    Dia

    me

    ter

    (mm

    )

    Debit (L/h)

    Pengaruh Debit

    terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

    konsentrasi 3 %, waktu 5 menit

    konsentrasi 3 %, waktu 10 menit

    konsentrasi 4 %, waktu 5 menit

    konsentrasi 4 %, waktu 10 menit

    konsentrasi 5 %, waktu 5 menit

    konsentrasi 5 %, waktu 10 menit

  • 45

    penambahan diameter dalam 200 l/h sebesar 0,34 mm, 400 l/h sebesar 0,35 mm,

    dan 600 l/h sebesar 0,36 mm terhadap penambahan diameter dalam pipa. Jadi

    pengaruh tinggi debit akan banyak melarutkan kerak (scale) yang ada di dalam pipa.

    Grafik 4.6 Pengaruh Waktu terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

    Grafik 4.6 menunjukkan hasil pengaruh waktu untuk konsentrasi 3%

    dengan debit 200 l/h didapat penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,16 mm,

    dan 10 menit sebesar 0,18 mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3% dengan debit

    400 l/h didapat penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,18 mm, dan 10 menit

    sebesar 0,19 mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 3% dengan debit 600 l/h

    didapat penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,19 mm, dan 10 menit

    sebesar 0,2 mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4% dengan debit 200 l/h didapat

    penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,23 mm, dan 10 menit sebesar 0,27

    mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4% dengan debit 400 l/h didapat

    penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,24 mm, dan 10 menit sebesar 0,28

    mm. Pengaruh waktu untuk konsentrasi 4% dengan debit 600 l/h didapat

    penambahan diameter dalam 5 menit sebesar 0,25 mm, dan 10 menit sebesar 0,29

    0,15

    0,2

    0,25

    0,3

    0,35

    0,4

    5 menit 10 menit

    Pe

    na

    mb

    ah

    an

    Dia

    me

    ter

    (mm

    )

    Waktu (menit)

    Pengaruh Waktu

    Terhadap Penambahan Diameter Dalam Pipa

    konsentrasi 3 %, debit 200 l/h

    konsentrasi 3 %, debit 400 l/h

    konsentr