Upload
fikri-naufal-anwari
View
244
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fluid trabsport
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida, maka di
dalam fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan yang satu akan
mengalir di atas lapisan yang lain, sehingga tercapai bentuk baru. Selama perubahan
bentuk tersebut, terdapat tegangan geser (shear stress), yang besarnya bergantung
pada viskositas fluida dan laju alir fluida relatif terhadap arah tertentu. Bila fluida
telah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser tersebut akan hilang
sehingga fluida berada dalam keadaan kesetimbangan. Pada temperatur dan tekanan
tertentu, setiap fluida mempunyai densitas tertentu. Jika densitas hanya sedikit
terpengaruh oleh perubahan yang suhu dan tekanan yang relatif besar, fluida tersebut
bersifat incompressible. Tetapi jika densitasnya peka terhadap perubahan variabel
temperatur dan tekanan, fluida tersebut digolongkan compresible. Zat cair biasanya
dianggap zat yang incompresible, sedangkan gas umumnya dikenal sebagai zat
yang compresible.
Oleh sebab itu perlu dikenal beberapa alat pemindah fluida, seperti: pompa,
kipas (fan), blower dan kompresor. Masing-masing alat pemindah fluida ini memiliki
fungsi dan sifat masing-masing. Biasanya pompa digunakan untuk memindahkan
fluida fasa cairan sedangkan kipas, blower, dan kompresor digunakan untuk
memindahkan fluida fasa gas.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam makalah ini adalah apa sajakah peralatan atau
instrumentasi yang digunakan untuk transportasi fluida (cair dan gas)?
1.3 Tujuan
1. Mengenal peralatan atau instrumentasi yang digunakan untuk transportasi
fluida.
2. Mengetahui bahan pembuat dan cara pengoperasian peralatan transportasi
fluida.
3. Mengetahui prinsip kerja instrument transportasi fluida.
BAB II
PERALATAN TRANSPORTASI FLUIDA CAIR
1. PIPA DAN TUBE
Perbedaan Pipa dan Tube
Dalam perencanaan piping system harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut
1. Diusahakan tekanan seminimum mungkin untuk mengurangi energi pengaliran.
2. Jangan kotor dan jangan sampai ada kebocoran pada pipa atau tube yang
digunakan.
Perbedaan pipa dan tube adalah dalam hal ukuran panjangnya, ukuran tebal
dindingnya, dan bahan konstruksi dari pipa tau tube tersebut. Fluida cair dapat
dialirkan dalam pipa atau tube yang berpenampang bundar dan dijual dipasaran
dengan berbagai ukuran, tebal dinding, dan bahan konstruksi. Pada umumnya pipa
berdinding tebal, berdiameter relatif besar, dan tersedia dalam panjang antara 20-40
ft. Sedangkan tube berdinding tipis dan biasa tersedia dalam bentuk gulungan yang
panjangnya sampai beberapa ratus kaki. Ujung pipa logam biasanya berulir. Dinding
pipa umumnya kesat, sedangkan dinding tube licin. Potongan-potongan pipa
disambung dengan menggunakan ulir (screw), flens (flange), atau las (weld),
sedangkan tube disambung dengan sambungan kompresi (compression fitting), flare
fitting, atau sambungan solder (soldered fitting). Tube biasanya dibuat dengan teknik
ekstrusi atau cold drawn, sedangkan pipa logam biasanya dibuat dengan teknik
las, cor (casting), dan piercing.
Tabel 2.1 Perbedaan Pipa dan Tube
PIPA TUBE
Paling panjang 20 – 40 ft Bisa berates ft
Pada umumnya dindingnya tebal Dindingnya tipis
Pipa apat dibuat ulir Tidak dapat dibuat ulir
Disambung dengan screw, flange, dan las Disambung dengan compression fitting,
soldered, dan flare fitting
Dindingnya kasar Dindingnya kasar
Cara pembuatannya : Las, Casting
(Peleburan), dan Piercing (Penembusan).
Cara pembuatannya : extrusion (Cara
membuat mie), dan Cold drawn.
Bahan – Bahan Kontruksi Pipa
Dalam pemilihan bahan yang digunakan untuk pembuatan pipa harus
diperhatikan hal-hal berikut ini; yaitu sifat pipa yang mudah bengkok, mudah rapuh,
sifatnya yang plastis, ketahanan terhadap korosi, kekuatan pipa, metode pembuatan,
dan cara penyambungannya. Bahan konstruksi pipa terdiri dari 3 macam :
1. Ferrous Metal
Umumnya bahan yang digunakan untuk pipa ferrous metal adalah baja
(campuran besi dan karbon), besi lunak (besi tempa), stainless steel dan beberapa
alloy lainnya.
2. Non Ferrous Metal
Non ferrous metal umumnya digunakan dalam bentuk campuran (alloy) yaitu
campuran antara:
Ni dan Cu (monel)
Du dan Al (durion)
Zn dan Cu (hastelloy)
Su dan Cu (bronze)
3. Non Metal
Kelemahan dari non metal adalah tidak kuat seperti metal atau logam dan biasannya
hanya digunakan sebagai pelapis, seperti plastik, kaca, semen, PVC.
Cara Pembuatan Pipa
Metode yang paling umum digunakan dalam pembuatan pipa
yaitu : Welding (las), Piercing (penembusan), Casting (cetak), dan Extrusion.
1. Welding (Las)
Biasannya digunakan untuk material yang bersifat plastik, dan pipa yang
digunakan kebanyakan berukuran 2 inch. Metode las ada 2 macam yaitu :
Butt welding
Dilakukan dengan memanaskan kepingan pipa (plate) yang tidak lebar (skelp),
hingga suhu 2600 0F. Skelp dipanaskan pada suatu welding belt yang dibengkokkan
menjadi bentuk sirkulair dan pinggirannya sekaligus dilas.
Lap welding
Sama seperti butt welding, tetapi pada lap welding kedua tepi yang akan dilas
dipotong miring. Cara ini akan memberikan sambungan yang lebih kuat daripada
butt welding.
2. Piercing (Penembusan)
Cara ini menghasilkan seamless pipe. Biasannya untuk pipa yang berukuran
pendek. Seamless pipe adalah pipa yang tak memakai garis las. Pipa ini lebih kuat
dibandingkam dengan pipa yang dibuat dengan car alas karena dindingnya yang
homogeny dan dibuat dengan cara piercing. Cara piercing adalah dengan dimasukkan
bahan pipa ke dalam piercing mill pada suhu yang sangat tinggi. Pada suhu ini, akan
dapat membuat lubang ditengah-tengahnya dan baja akan bersifat plastis. Untuk
pipa-pipa yang berukuran pendek seamless pipe dibentuk dengan cara forging atau
cupping. Bukaan sentral dibentuk dengan pukulan terhadap billet sirkular yang
panas.
3. Casting (Cetak)
Casting dipakai untuk material yang rapuh karena material rapuh tidak dapat
di roll atau di piercing. Satu-satunya cara adalah logam harus dicairkan, kemudian di
cetak didalam cetakan yang bernama centrifugal casting. Dengan cara ini dihasilkan
pipa yang berdinding tebal, homogen, dan tidak ada lubang pada dinding-dindingnya.
4. Extrusion
Extrusion sering digunakan untuk pipa yang terbuat dari Pb (timbal). Cairan
pipa dari materil yang bersifat sangat elatis ini dilakukan melalui extruder sehingga
dihasilkan seamless pipe. Selain pipa, tube dari materil ini sangat plastis dan dapat
dibuat dengan cara ini.
Penyambungan
Cara penyambungan umumnya ada 2 macam yaitu :
Joints : merupakan cara penyambungan dimana hanya sebagian kecil dari
material yang disambung dan tidak menggunakan material ketiga
Fitting : merupakan cara penyambungan pipa dimana digunakan material
ketiga sebagai penyambung.
Cara penyambungan pipa tergantung dari sifat material pipa dan tebal dindingnya.
Pipa dan tube yang memiliki dinding tebal biasannya disambung dengan screw
fitting, flange, atau welding (las).
2. VALVE
Sistem instalasi pipa biasanya terdiri dari banyak sekali valve dengan ukuran
dan bentuk yang beragam. Beberapa jenis valve sangat cocok untuk membuka dan
menutup penuh aliran, ada valve yang cocok untuk mengurangi tekanan dan laju
aliran fluida, ada pula valve yang berfungsi mengatur agar aliran fluida cair terjadi
pada satu arah saja. Berikut beberapa jenis valve yang paling sering digunakan :
Gate Valve
Gate Valve adalah valve yang paling sering dipakai pada sistem perpipaan.
Fungsinya untuk membuka dan menutup aliran (on-off), tetapi tidak untuk mengatur
besar kecil aliran (throttling). Kelebihan Gate Valve, minimnya halangan/ resistan
saat valve ini dibuka penuh, sehingga aliran bisa maksimal. Gate Valve mengontrol
aliran melalui badan valve yang berbentuk pipa, dengan sebuah lempengan atau baji
vertikal (lihat gambar dibawah ini) yang bisa bergeser naik turun saat handel valve
diputar. Valve ini didesain untuk posisi terbuka penuh, atau tertutup penuh. Jika
valve ini dalam keadaan setengah terbuka, maka akan menyebabkan pengikisan pada
badan valve, dan turbulensi aliran zat bisa menyebabkan getaran pada baji valve
sehingga menghasilkan suara gemeretak.
Globe Valve
Globe Valve biasanya digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil
aliran (throttling) diperlukan. Dengan mudah memutar handel valve, besarnya aliran
zat yang melewati valve bisa diatur. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran,
membuat globe valve efisien ketika mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum
erosi piringan dan dudukan. Namun demikian tahanan didalam valve cukup besar.
Desain Globe Valve yang sedemikian rupa, memaksa adanya perubahan arah aliran
zat didalam valve, sehingga tekanan menurun drastis dan menyebabkan turbulensi di
dalam valve itu sendiri. Dengan demikian, Globe Valve tidak disarankan diinstal
pada sistem yang menghindari penurunan tekanan, dan sistem yang menghindari
tahanan pada aliran.
Angle Valve
Sama seperti globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi dimana
pengaturan besar kecil aliran diperlukan (throttling). Namun angle valve di buat
dengan sudut 90°, hal ini untuk mengurangi pemakaian elbow 90° dan fitting
tambahan.
Ball Valve
Ball Valve adalah alternatif murah dari jenis valve-valve yang lain. Ball valve
menggunakan bola logam yang tengahnya ada lubang tembus, diapit oleh dudukan
valve untuk mengontrol aliran. Sering dipakai pada proses hydrocarbon, ball valve
mampu mengatur besar kecil aliran gas dan uap terutama untuk tekanan rendah.
Valve ini dapat dengan cepat ditutup dan cukup kedap untuk menahan fluida/ zat
cair. Ball valve tidak menggunakan handwheel, tetapi menggunakan ankle untuk
membuka atau menutup valve dengan sudut 90°. Disainnya yang simpel,
meminimalkan turunnya tekanan pada saat valve dibuka penuh.
Butterfly Valve
Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-
valve yang lain. Butterfly menggunakan plat bundar atau wafer yang dioperasikan
dengan ankel untuk posisi membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90°.
Wafer ini tetap berada ditengah aliran, dan dihubungkan ke ankel melalui shaft. Saat
valve dalam keadaan tertutup, wafer tersebut tegak lurus dengan arah aliran,
sehingga aliran terbendung, dan saat valve terbuka wafer sejajar/ segaris dengan
aliran, sehingga zat dapat mengalir melalui valve.
Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure drop)
yang minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan
bagus untuk mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun
demikian valve ini biasanya tidak memiliki kekedapan yang bagus, dan harus
digunakan pada situasi/ sistem yang memiliki tekanan rendah (low-pressure).
Relief Valve
Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang lain.
Valve ini didesain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di equipment
dan sistem perpipaan. Untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan lebih penting
lagi cedera pada pekerja, relief valve dapat melepas kenaikan tekanan sebelum
menjadi lebih ekstrim. Relief valve menggunakan pegas baja yang secara otomatis
akan terbuka jika tekanan mencapai level yang tidak aman. Level tekanan pada valve
ini bisa diatur, sehingga bisa ditentukan pada level tekanan berapa valve ini akan
terbuka. Ketika tekanan kembali normal, relief valve secara otomatis akan tertutup
kembali.
Check Valve
Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan Globe
Valve. Valve ini di desain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa jenis check
valve, tapi ada 2 jenis yang paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing
Check Valve biasanya dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift Check Valve
oleh beberapa pabrikan digunakan untuk menggantikan fungsi Ball Valve sebagai
Ball Check Valve. Check Valve tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran,
tapi menggunakan gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri. Karena
fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow) Check Valve sering
digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam sistem perpipaan.
Beberapa rule of thumb yang penting dalam penyusunan aliran pipa, antara
lain:
1. Pipa-pipa harus sejajar dengan belokan-belokan tegak lurus pipa-pipa disusun
sedemikian sehingga dapat dibuka bila perlu untuk mengganti pipa yang
rusak atau membersihkannya.
2. Dalam sistem aliran gravitasi, pipa harus dibuat lebih besar daripada
seharusnya dan belokan dirancang sesedikit mungkin. Pengotoran saluran
sangat mengganggu bila aliran berlangsung dengan gravitasi saja, karena
tinggi tekan fluida tidak dapat ditambah untuk meningkatkan laju aliran saat
pipa mengecil karena fouling.
3. Kebocoran valve harus selalu diperhtungkan. Valve harus dipasang vertikal
dengan batangnya ke atas. Valve harus mudah dicapai, dan didukung tanpa
mengalami regangan, dan diberi allowance untuk menampung ekspansi
termal pipa di sebelahnya.
3. POMPA
3.1 Pengertian Pompa
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan mesin
kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros) menjadi
energi fluida dan tekanan.
Suatu pompa sentrifugal pada dasarnya terdiri dari satu impeler atau lebih yang
dilengkapi dengan sudu-sudu, yang dipasangkan pada poros yang berputar dan
diselubungi dengan/oleh sebuah rumah (casing). Fluida mamasuki impeler secara
aksial di dekat poros dan mempunyai energi potensial, yang diberikan padanya oleh
sudu-sudu. Begitu fluida meninggalkan impeler pada kecepatan yang relatif tinggi ,
fluida itu dikumpulkan didalam ‘volute’ atau suatu seri lluan diffuser yang
mentransformasikan energi kenetik menjadi tekanan. Ini tentu saja diikuti oleh
pengurangan kecepatan. Sesudah konversi diselesaikan, fluida kemudian dikeluarkan
dari mesin tersebut.
Aksi itu sama untuk pompa-pompa dengan kekecualian bahwa volume gas
adalah berkurang begitu gas-gas tersebut melewati blower, sementara volume fluida
secara praktis adalah tetap begitu begitu fluida tersebut melewati pompa. Pompa-
pompa sentrifugal pada dasarnya adalah mesin-mesin berkecepatan tinggi
(dibandingkan dengan jenis-jenis torak, rotary, atau pepindahan). Perkembangan
akhir-akhir ini pada turbin-turbin uap, dan motor-motor listrik dan disain-disain
sistem gigi kecepatan tinggi telah memperbesar pemakaian dan penggunan pompa-
pompa sentrifugal, seharusnya dapat bersaing dengan unit-unit torak yang ada.
Garis-garis effesiensi adalah garis yang menyatakan effesiensi yang sama
untuk hubungan head dengan kapasitas atau daya dapat di tentukan batasan putaran
maksimum dan minimum dengan kata lain untuk mendapatkan daerah operasi yang
terbaik jika dilihat dari segi putaran pompa. Dan keuntungannya adalah sebagai
berikut :
- Kontruksi yang lebih sempurna
- Lebih mudah dioperasikan
- Biaya perawatan yang rendah
- Dapat di kopel langsung dengan elektromotor
Kerugiannya :
- effesiensi rendah pada kapasitas tinggi
Adanya kerugian pada pipa hisap karena bocor pada saat beroperasi.
* Kavitasi pompa
Sebagai pendekatan umumnya diandaikan bahwa bila tekanan mutlak pada
suatu titik zat cair mencapai tekanan uap untuk temperatur bersangkutan, maka
rongga-rongga dan gelembung-gelembung akan terbentuk. Rongga-rongga ini akan
mengandung fluida gas bebas. Gejala pembentukan rongga dan pecahnya rongga itu
disebut kavitasi. Kavitasi bila cukup besar akan mengurangi unjuk kerja pompa
( menambah rugi mekanik ), menjadikan timbul kebisingan, meningkatkan getaran
dan mengurangi daya tahan logam dan impeller.
Sebagai titik dalam zat cair pada pompa dimana tekanan minimum didaerah
separasi aliran dan begitu tekanan sekeliling berkurang maka tekanan.
uap akan akan tercapai dan kaviatsi dimulai dititik ini, sehubungan dengan kondisi
ini akan terjadi tekanan mutlak yang tetap.
Faktor-faktor penyebab kavitasi :
- Tekanan hisap Hs terlalu tinggi
- Penampang pipa hisap (Os) terlalu kecil
- Adanya getaran pada pipa hisap
- Kecepatan putaran impeller lebih besar dari kecepatan aliran fluida
- Temperatur fluida yang etrlalu tinggi
Pengaruh Kapasiatas
- Terjadinya erosi dan korosi pada bahagian ini dimana kavitasi terjadi
- Perubahan energi kecepatan menjadi tekanan oleh sudu-sudu yang tidak
sempurna
- Terjadinya gesekan pada sudu-sudu.
Pencegahan Kaviatsi
Kavitasi pada dasarnya dapat dicegah dengan membuat NPSH yang tersedia
lebih besar daripada NPSH yang diperlukan, dalam hal ini mengecilkan NPSH yang
diperlukan adalah salah satu cara yang dapat diusahakan oleh pihak pabrik pembuat
pompa.
Dalam perencanaan instalasi pompa hal-hal berikut ini harus diperhitungkan
untuk menghindari kapitasi :
- Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zt cair yang dihisap harus
dibuat serendah mungkin.
- Pipa hisap harus dibuat sependek mungkin.
- Tidak dibenarkan untuk memeperkecil laju aliran dengan menghambat
aliran sisi hisap.
- Jika pompa mempunyai head total yang berlebihan, maka pompa akan
bekerja dengan kapasitas yang berlebihan pula sehingga kemungkinan
terjadinya kavitasi menjadi lebih besar, karena itu head total pompa harus
ditentukan sedemikan rupa hingga sesuai dengan yang diperlukan pada
kondisi operasi yang optimal.
3.2 Klasifikasi Pompa
Secara umum pompa dapat diklasifikasikan dalam dua jenis kelompok besar
yaitu :
1. Pompa Tekanan Statis (Positive Displacement Pump)
2. Pompa Tekanan Dinamis (Rotodynamic Pump)
Pompa Tekanan Statis
Pompa jenis ini bekerja dengan prinsip memberikan tekanan secara periodik
pada fluida yang terkurung dalam rumah pompa. Pompa ini dibagi menjadi dua jenis.
Pompa Putar (Rotary Pump)
Pada pompa putar, fluida masuk melalui sisi isap, kemudian dikurung
diantara ruangan rotor dan rumah pompa, selanjutnya didorong ke ruang tengah
dengan gerak putar dari rotor, sehingga tekanan statisnya naik dan fluida akan
dikeluarkan melalui sisi tekan. Contoh tipe pompa ini adalah : screw pump, gear
pump dan vane pump.
Gambar 2.1 Pompa Roda Gigi dan Pompa Ulir
Pompa Torak (Reciprocating Pump)
Pompa torak mempunyai bagian utama berupa torak yang bergerak bolak-
balik dalam silinder. Fluida masuk melalui katup isap (suction valve) ke dalam
silinder dan kemudian ditekan oleh torak sehingga tekanan statis fluida naik dan
sanggup mengalirkan fluida keluar melalui katup tekan (discharge valve). Contoh
tipe pompa ini adalah : pompa diafragma dan pompa plunyer.
Gambar 2.2. Pompa diafragma
Pompa Tekanan Dinamis
Pompa tekanan dinamis disebut juga rotodynamic pump, turbo pump atau
impeller pump. Pompa yang termasuk dalam kategori ini adalah : pompa jet dan
pompa sentrifugal.
Ciri-ciri utama dari pompa ini adalah:
- Mempunyai bagian utama yang berotasi berupa roda dengan sudu-sudu
sekelilingnya, yang sering disebut dengan impeler.
- Melalui sudu-sudu, fluida mengalir terus-menerus, dimana fluida berada diantara
sudu-sudu tersebut.
Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah : energi mekanis dari luar diberikan
pada poros untuk memutar impeler. Akibatnya fluida yang berada dalam impeler,
oleh dorongan sudu-sudu akan terlempar menuju saluran keluar. Pada proses ini
fluida akan mendapat percepatan sehingga fluida tersebut mempunyai energi kinetik.
Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan energi kinetik akan
berubah menjadi energi tekanan di sudu-sudu pengarah atau dalam rumah pompa.
Adapun bagian-bagian utama pompa sentrifugal adalah poros, impeler dan rumah
pompa.
Gambar 2.3. Bagian-bagian utama pompa tekanan dinamis
Pompa tekanan dinamis dapat dibagi berdasarkan beberapa kriteria berikut,
antara lain :
a. Klasifikasi Menurut Jenis Impeler
1. Pompa sentrifugal
Pompa ini menggunakan impeler jenis radial atau francis. Konstruksinya
sedemikian rupa (gambar 2.4) sehingga aliran fluida yang keluar dari impeler akan
melalui bidang tegak lurus pompa. Impeler jenis radial digunakan untuk tinggi tekan
(head) yang sedang dan tinggi, sedangkan impeler jenis francis digunakan untuk
head yang lebih rendah dengan kapasitas yang besar. Impeler dipasang pada ujung
poros dan pada ujung lainnya dipasang kopling sebagai penggerak poros pompa.
Gambar 2.4. Pompa sentrifugal
2. Pompa aliran campur
Pompa ini menggunakan impeler jenis aliran campur (mix flow), seperti pada
gambar 2.5. Aliran keluar dari impeler sesuai dengan arah bentuk permukaan kerucut
rumah pompa.
Gambar 2.5 Pompa Aliran Campur
3. Pompa aliran aksial
Pompa ini (gambar 2.6) menggunakan impeler jenis aksial dan zat cair yang
meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang permukaan silinder rumah pompa ke
arah luar.Konstruksinya mirip dengan pompa aliran camput, kecuali bentuk impeler
dan difusernya.
Gambar 2.6. pompa aliran aksial
b. Klasifikasi menurut bentuk rumah pompa
1. Pompa volut
Pompa ini khusus untuk pompa sentrifugal. Aliran fluida yang meninggalkan
impeler secara langsung memasuki rumah pompa yang berbentuk volut (rumah siput)
sebab diameternya bertambah besar. Bentuk dan konstruksinya terlihat pada gambar
2.4.
2. Pompa diffuser
Konstruksi pompa ini dilengkapi dengan sudu pengarah (diffuser) di sekeliling
saluran keluar impeller (gambar 2.7). Pemakaian diffuser ini akan memperbaiki
efisiensi pompa. Difuser ini sering digunakan pada pompa bertingkat banyak dengan
head yang tinggi.
Gambar 2.7. Pompa diffuser
3. Pompa vortex
Pompa ini mempunyai aliran campur dan sebuah rumah volut seperti tergambar
pada gambar 2.8. Pompa ini tidak menggunakan diffuser, namun memakai saluran
yang lebar. Dengan demikian pompa ini tidak mudah tersumbat dan cocok untuk
pemakaian pada pengolahan cairan limbah.
Gambar 2.8. Pompa vortex
c. Klasifikasi menurut jumlah tingkat
1. Pompa satu tingkat
Pompa ini hanya mempunyai sebuah impeler (gambar 2.4 s/d 2.8). Pada
umumnya head yang dihasilkan pompa ini relative rendah, namun konstruksinya
sederhana.
2. Pompa bertingkat banyak
Pompa ini menggunakan lebih dari satu impeler yang dipasang secara berderet
pada satu poros (gambar 2.9). Zat cair yang keluar dari impeler tingkat pertama akan
diteruskan ke impeler tingkat kedua dan seterusnya hingga ke tingkat terakhir. Head
total pompa merupakan penjumlahan head yang dihasilkan oleh masing-masing
impeler. Dengan demikian head total pompa ini relative lebih tinggi dibanding
dengan pompa satu tingkat, namun konstruksinya lebih rumit dan besar.
Gambar 2.9. Pompa bertingkat banyak
d. Klasifikasi menurut letak poros
1. Pompa poros mendatar
Pompa ini mempunyai poros dengan posisi horizontal (gambar 2.4 s/d 2.9).
pompa jenis ini memerlukan tempat yang relative lebih luas.
2. Pompa jenis poros tegak
Poros pompa ini berada pada posisi vertikal, seperti terlihat pada gambar 2.10.
Poros ini dipegang di beberapa tempat sepanjang pipa kolom utama bantalan. Pompa
ini memerlukan tempat yang relative kecil dibandingkan dengan pompa poros
mendatar. Penggerak pompa umumnya diletakkan di atas pompa.
Gambar 2.10. Pompa aliran campur poros tegak
e. Klasifikasi menurut belahan rumah
1. Pompa belahan mendatar
Pompa ini mempunyai belahan rumah yang dapat dibelah dua menjadi bagian
atas dan bagian bawah oleh bidang mendatar yang melalui sumbu poros. Jenis pompa
ini sering digunakan untuk pompa berukuran menengah dan besar dengan poros
mendatar.
Gambar 2.11 Pompa Jenis Belahan Mendatar
2. Pompa belahan radial
Rumah pompa ini terbelah oleh sebuah bidang tegak lurus poros. Konstruksi
seperti ini sering digunakan pada pompa kecil dengan poros mendatar. Jenis ini juga
sesuai untuk pompa-pompa dengan poros tegak dimana bagian-bagian yang berputar
dapat dibongkar ke atas sepanjang poros.
3. Pompa jenis berderet .
Jenis ini terdapat pada pompa bertingkat banyak, dimana rumah pompa terbagi
oleh bidang-bidang tegak lurus poros sesuai dengan jumlah tingkat yang ada.
f. Klasifikasi menurut sisi masuk impeller
1. Pompa isapan tunggal
Pada pompa ini fluida masuk dari sisi impeler. Konstruksinya sangat sederhana,
sehingga sangat sering dipakai untuk kapasitas yang relative kecil. Adapun bentuk
konstruksinya terlihat pada gambar 2.4 s/d 2.10.
2. Pompa isapan ganda
Pompa ini memasukkan fluida melalui dua sisi isap impeler (gambar 2.12).
Pada dasarnya pompa ini sama dengan dua buah impeler pompa isapan tunggal yang
dipasang bertolak belakang dan dipasang beroperasi secara parallel. Dengan
demikian gaya aksial yang terjadi pada kedua impeler akan saling mengimbangi dan
laju aliran total adalah dua kali laju aliran tiap impeler. Oleh sebab itu pompa ini
banyak dipakai untuk kebutuhan dengan kapasitas yang besar.
Gambar 2.12. Pompa isapan ganda
.
3.3 Unit Penggerak Pompa
Umumnya unit penggerak pompa terdiri dari tiga jenis yaitu:
- Motor bakar
- Motor listrik, dan
- Turbin
Penggerak tipe motor bakar dan turbin sangat tidak ekonomis untuk
perencanaan pompa karena konstruksinya berat, besar dan memerlukan sistem
penunjang misalnya sistem pelumasan, pendinginan dan pembuangan gas hasil
pembakaran.
Sistem penggerak motor listrik lebih sesuai dimana konstruksinya kecil dan
sederhana, sehingga dapat digabungkan menjadi satu unit kesatuan dalam rumah
pompa. Faktor lain yang membuat motor ini sering digunakan adalah karena murah
dalam perawatan dan mampu bekerja untuk jangka waktu yang relatif lama
dibanding penggerak motor bakar dan turbin.
3.4. Dasar-Dasar Pemilihan Pompa
Dasar pertimbangan pemilihan pompa, didasarkan pada system ekonomisnya,
yakni keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan dan dapat memenuhi
kebutuhan pemindahan fluida sesuai dengan kondisi yang direncanakan. Yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan jenis pompa yang digunakan adalah analisa fungsi
pompa terhadap instalasi pemipaan, kapasitas, head, viskositas, temperature kerja
dan jenis motor penggerak.
3.5 Pengertian dan Peranan Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang
sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Hal ini karena apabila
seseorang mempunyai paralatan atau fasilitas, maka biasanya dia akan selalu
berusaha untuk tetap mempergunakan peralatan atau fasilitas tersebut. Demikian pula
halnya dengan perusahaan pabrik, dimana pimpinan perusahaan pabrik tersebut akan
selalu berusaha agar fasilitas maupun peralatan produksinya dapat dipergunakan
sehingga kegiatan produksinya berjalan lancar.
Dalam usaha untuk dapat terus menggunakan fasilitas tersebut agar kualitas
produksi dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang meliputi kegiatan pemeriksaan, pelumasan (lubrication), dan
perbaikan atau reparasi atas kerusakan-kerusakan yang ada. Dalam masalah
pemeliharaan ini perlu diperhatikan bahwa sering terlihat dalam suatu perusahaan
bahwa kurang diperhatikannya bidang pemeliharan atau maintenance ini, sehingga
terjadilah kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. Peranan yang penting dari
kegiatan baru diperhatikan setelah mesin-mesin tersebut rusak dan tidak dapat
berjalan sama sekali. Hendaknya kegiatan harus dapat menjamin bahwa selama
proses produksi berlangsung, tidak akan terjadi kemacetan - kemacetan yang
disebabkan oleh mesin maupun fasilitas produksi.
Maintenance dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara atau menjaga
fasilitas maupun peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
maupun penggantian yang diperlukan agar diperoleh suatu keadaan operasi produksi
yang memuaskan sesuai apa yang telah direncanakan. Jadi, dengan adanya kegiatan
maintenance ini, maka fasilitas maupun peralatan pabrik dapat digunakan untuk
produksi sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau
peralatan tersebut dipergunakan untuk proses. produksi atau sebelum jangka waktu
tertentu yang direncanakan tercapai sehingga dapatlah diharapkan proses produksi
berjalan lancar dan terjamin karena kemungkinan-kemungkinan kemacetan yang
disebabkan tidak berjalannya fasilitas atau perlatan produksi telah dihilangkan atau
dikurangi. Tujuan utama fungsi pemeliharaan adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana
produksi.
b. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu.
c. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar
batas dan menjaga modal yang diinvestaikan dalam perusahaan selama
waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai
investasi tersebut.
d. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan
melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien
keseluruhannya.
e. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan
para pekerja.
f. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan. Yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik
mungkin dan total biaya yang rendah.
3.6. Jenis-jenis Pemeliharaan (Maintenance)
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada suatu pabrik dapat dibedakan atas
dua jenis, yaitu preventive maintenance dan breakdown maintenance.
3.6.1 Preventive Maintenance
Pengertian preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang
tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan
fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi.
Dengan demikian, semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventive
maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi
atau keadaan siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap
saat sehingga dapatlah dimungkinkan bahwa pembuatan suatu rencana dan schedule
pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih
cepat. Preventive maintenance ini sangat penting karena kegunaannya yang sangat
efektif di dalam menghadapi fasilitas-fasilitas produksi yang termasuk pada golongan
critical unit, dimana sebuah fasilitas atau peralatan produksi akan termasuk pada
golongan ini apabila:
a. Kerusakan fasilitas atau peralatan tersebut akan membahayakan kesehatan
atau keselamatan para pekerja.
b. Kerusakan fasilitas ini akan mepengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
c. Kerusakan fasilitas ini akan menyebabkan kemacetan suatu proses produksi.
d. Modal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut atau harga fasilitas tersebut
cukup besar atau mahal.
Bilamana preventive maintenance dilaksanakan pada fasilitas-fasilitas atau
peralatan yang termasuk dalam critical unit, maka tugas-tugas maintenance dapatlah
dilakukan dengan suatu perencanaan yang intensif untuk unit yang bersangkutan
sehingga rencana produksi dapat dicapai dengan jumlah hasil produksi yang lebih
besar dalam waktu yang relatif singkat Dalam praktiknya, preventive maintenance
yang dilakukan oleh suatu perusahan pabrik dapat dibedakan atas:
Routine Maintenance
Periodic Maintenance
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin, misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan ini adalah
pembersihan fasilitas maupun peralatan, pelumasan, serta pemeriksaan bahan
bakarnya dan mungkin termasuk pemanasan (warming-up) mesin-mesin selama
beberapa menit sebelum dipakai beroperasi sepanjang hari.
Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu
minggu sekali, lalu meningkat setiap bulan sekali, dan akhirnya setiap setahun sekali.
Periodic maintenance dapat pula dilakukan dengan memakai lamanya jam kerja
mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadual kegiatan, misalnya setiap seratus
jam kerja mesin sekali atau seterusnya. Jadi, sifat kegiatan maintenance ini tetap
secara periodik atau berkala. Kegiatan ini jauh lebih berat daripada routine
maintenance. Sebagai contoh untuk kegiatan periodic maintenance adalah
pembongkaran karburator atau pembongkaran alat-alat dibagian sistem aliran bensin,
penyetelan katup-katup pemasukan dan pembuangan silinder mesin, dan
pembongkaran mesin ataupun fasilitas tersebut untuk penggantian bearing, serta
service dan overhaul kecil maupun besar.
3.6.2 Breakdown Maintenance
Breakdown atau corrective maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada
fasilitas maupun peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik dan benar.
Kegiatan breakdown maintenance yang dilakukan sering disebut dengan kegiatan
perbaikan atau reparasi.
Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat
tidak dilakukannnya preventive maintenance ataupun telah dilakukan tetapi sampai
pada waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut tetap rusak. Jadi, dalam hal ini,
kegiatan maintenance sifatnya hanya menunggu sampai kerusakan terjadi dahulu,
baru kemudian diperbaiki. Maksud dari tindakan perbaikan ini adalah agar fasilitas
atau peralatan tersebut dapat dipergunakan kembali dalam proses produksi sehingga
proses produksinya dapat berjalan lancar kembali.
Dengan demikian, apabila perusahaan hanya mengambil kebijaksanaan untuk
melakukan breakdown maintenance saja, maka terdapatlah faktor ketidakpastian
(uncertainity) dalam kelancaran proses produksinya akibat ketidakpastian akan
kelancaran bekerjanya fasilitas atau peralatan produksi yang ada. Oleh karena itu,
kebijaksanaan untuk melaksanakan breakdown maintenance saja tanpa preventif
maintenance akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat menghambat ataupun
memacetkan kegiatan produksi apabila terjadi suatu kerusakan yang tiba-tiba pada
fasilitas produksi yang digunakan. Kelihatannya bahwa breakdown maintenance
adalah lebih murah biayanya dibandingkan dengan preventive maintenance. Hal ini
benar adanya selama kerusakan belum terjadi pada fasilitas atau peralatan sewaktu
proses produksi berlangsung. Namun, bilamana kerusakan terjadi pada peralatan
selama proses produksi berlangsung, maka akibat dari kebijaksanaan dengan
menerapkan breakdown maintenance saja akan jauh lebih parah kerugiannya
daripada preventive maintenance. Oleh karena breakdown maintenance mahal, maka
sedapat mungkin harus dicegah dengan mengintensifkan preventive maintenance.
Selain itu, perlu dipertimbangkan bahwa dalam jangka panjang untuk mesin-mesin
yang mahal dan termasuk pada critical unit dari proses produksi, bahwa preventive
maintenance akan lebih menguntungkan daripada hanya menerapkan kebijakan
breakdown maintenance saja.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C. John. 2003. Transport Processes and Separation Process Principles.
Prentice Hall, Pearson Educatio Ltd.: New Jersey.
Jaksen M. Amin .dkk. 2012. Peralatan Industri Proses I. Politeknik Negeri Sriwijaya:
Palembang
McCabe, Warren L. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Suwasono, Agus. 2011. Pompa Sentrifugal. http://www.agussuwasono.com. Diakses:
30 September 2015.