Upload
nazula-mufarihah
View
234
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pemukiman kumuh
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan
masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya
kantong-kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan
lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan
pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya. Kemiskinan
merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk
diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun
masih saja banyak kita jumpai pemukiman masyarakat miskin di hampir
setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup
bermasyarakat di perkotaan. Misalnya pendirian rumah maupun kios dagang
secara liar di lahan-lahan pinggir jalan sehingga mengganggu ketertiban lalu
lintas yang akhirnya menimbulkan kemacetan jalanan kota. Masyarakat
miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya
sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi
kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka
untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-faktor
ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman bagi
eksistensi kota yang mensejahterahkan.
Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman
masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang
dianggap sebagai bagian kota yang harus disingkirkan. Terbentuknya
pemukiman kumuh sering disebut sebagai slum area dan dipandang potensial
menimbulkan banyak masalah perkotaan karena dapat merupakan sumber
timbulnya berbagai perilaku menyimpang seperti kejahatan dan sumber
penyakit sosial lainnya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kesehatan lingkungan?
2. Bagaimana pengertian dan karakteristik permukiman kumuh?
3. Bagaimana sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh?
4. Apa masalah-masalah yang timbul akibat permukiman kumuh?
5. Bagaimana upaya untuk mengatasi permukiman kumuh?
C. Tujuan
1. Memahami konsep kesehatan lingkungan.
2. Memahami pengertian dan karakteristik permukiman kumuh.
3. Memahami sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh.
4. Memahami masalah-masalah yang timbul akibat permukiman kumuh.
5. Memahami upaya untuk mengatasi permukiman kumuh.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian kesehatan lingkungan
Ilmu kesehatan lingkungan diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari
dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat
dengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti spesies
kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan
ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat,
serta mencari upaya-upaya pencegahan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan
lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat,
sejahtera dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan).Kesehatan
lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan manusia melalui
pengolahan, pengawasan dan pencegahan faktor-faktor lingkungan yang
dapat mengganggu kesehatan manusia, kesehatan lingkungan adalah ilmu dan
seni dalam mencapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan
hidup melalui upaya pengembangan budaya perilaku sehat dan pengelola
lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat dan
sejahtera terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan,
sesuai dengan harkat dan martabat manusia.Kesehatan lingkungan adalah
ilmu dan seni untuk mencegah pengganggu, menanggulangi kerusakan dan
meningkatkan atau memulihkan fungsi lingkungan melalui pengelolaan
unsur-unsur atau faktor-faktor lingkungan yang beresiko terhadap kesehatan
manusia dengan cara identifikasi, analisi, intervensi atau rekayasa
lingkungan, sehingga tersedianya lingkungan yang menjamin bagi derajat
kesehatan manusia secara optimal.
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individuataupun
3
kesehatan masyarakat.Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau
keaadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya suatu kasus yang optimalpula.Usaha kesehatan lingkungan
adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan
hidup manusia agar dapat menyediakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.
2. Dasar hukum
Dasar hukum kesehatan lingkungan terdapat dalam UU No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan, BAB XI kesehatan lingkungan.Pasal 162 yang
menyatakan “Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya”. Pasal 163 menyatakan bahwa :
(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
(2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan
fasilitas umum.
(3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. Limbah cair;
b. Limbah padat
c. Limbah gas;
d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah;
e. Binatang pembawa penyakit;
f. Zat kimia yang berbahaya;
g. Kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. Radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. Air yang tercemar;
j. Udara yang tercemar; dan
4
k. Makanan yang terkontaminasi.
(4) Ketentuan mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses
pengolahan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3),
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
3. Ruang lingkup
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologis yang harus
ada antara manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan
sehat dari manusia.Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi:
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolahan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pengelolaan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dan ekskreta manusia
6. Hygiene makanan
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan permukiman
12. Perencanaan daerah perkotaan
13. Kesehatan lingkungan transportasi udara, laut, dan darat
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan sanitasi yang berhubungan dengan epidemic, bencana,
kedaruratan tindakan pencegahan agar lingkungan bebas dari resiko
gangguan kesehatan (WHO, 1979)
4. Unsur Kesehatan Lingkungan
a. Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Rumah atau tempat tinggal manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami
5
perubahan perkembangan bentuk rumah. Misal saja pada zaman purba
manusia tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan mendirikan
rumah sebagai tembat tinggal dengan mendirikan rumah di hutan-hutan dan
dibawah pohon. Setelah manusia memasuki zaman modern ini meskipun
rumah mereka dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat, tetapi kadang
desainnya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya. Sampai pada
abad modern ini manusia sudah membangun rumah bertingkat dan telah
dilengkapi dengan peralatan yang serba modern.
6
Faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah:
a) Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan
social.
Maksudnya membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat
dimana rumah itu didirikan.
b) Tingkat kemampuaan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah di bangun berdasarkan kemampuan
keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan-bahan setempat yang
7
rumah kisanya dari bamboo, kayu atap rumbia, dan sebagainya,
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah.
c) Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
8
Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern.
Rakyat pedesaan bagaimanapun sederhananya sudah meiliki teknologi
perumahan sendiri yang dipunyai turun temurun. Dalam rangka penerapan
teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai oleh
masyarakat tersebut dimodifikasi.
d) Kebijakan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan
problem, namun di kota sudah menjadi masalah yang besar.
Adapun syarat-syarat rumah sehat adalah :
a. Bahan bangunan
1) Lantai
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi
ekonomi pedesaan. Syarat yang terpenting disini adalah lantai tidak
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada saat musim
penghujan.
2) Dinding
9
Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok sebenarnya
kurang cocok untuk daerah tropis lebih-lebih bila ventilasinya kurang.
Dinding rumah didaerah tropis khususnya pedesaan, lebih baik dinding
atau papan, sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang
pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi dan dapat
menambah penerangan alamiah.
3) Atap genteng
Adalah umum dipakai baik di perkotaan atau pedesaan. Disamping
atap genteng cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat telah dapat membuatnya sendiri.
10
4) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang dan bamboo untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan tersebut tahan lama.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang pada bamboo
merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara
memotongnya harus disesuaikan menurut ruas-ruas bamboo tersebut,
apabila tidak pada ruasnya, maka lubang pada ujung-ujung bamboo
yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah
yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya
meningkat. Kurangnya ventilasi udara akan menyebabkan kelembaban
udara dalam ruangan akan naik. Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk
membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri
pathogen.Ada dua macam bentuk ventilasi, yakni:
1) Ventilasi alamiah
Yaitu dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding, dan lain-lain.
11
2) Ventilasi buatan
Yaitu menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya: kipas angin dan mesin penghisap udara.
c. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
1) Cahaya alamiah, yakni sinar matahari. Cahaya ini sangat pathogen
dalam rumah, misalnya basil TBC. Jalan masuknya cahaya alamiah
juga diusahakan dengan genteng kaca.
2) Cahaya buatan, yakni menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
d. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menularkan penyakitnya ke anggota
keluarga yang lainnya.
e. Fasilitas dalam rumah
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1) Penyediaan air bersih yang cukup
2) Pembuangan tinja
3) Pembuangan air limbah
4) Pembuangan sampah
5) Fasilitas dapur
6) Ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka
atau belakang). Disamping fasilitas tersebut diatas ada fasilitas yang lain
yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
a) Gedung merupakan tempat untuk menyimpan hasil panen
12
b) Kandang ternak, karena ternak adalah bagian dari para petani, maka
kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah.
b. Penyediaan air bersih
a) Air bersih
Merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah
dimasak. Kebutuhan air bersih adalah banyaknya air yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan sehari-hari misalnya
mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lain
sebagainya. Kualitas air adalah standar kualitas yang terdapat dalam
peraturan Menteri Kesehatan RI NO 82/2001 yang digunakan sebagai
parameter air yang meliputi aspek fisik, kimia, biologi
b) Air minum
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih
cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan.
Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya.
Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum.
syarat-syarat air minum yang sehat :
1) Syarat fisik
a) Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat
ditimbulkan karena adanya zat organic atau bakteri/unsur lain
yang masuk ke dalam air.
b) Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini
dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organic sepertio bakteri
serta kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran
lingkungan, terutama system sanitasi.
c) Suhu
13
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan
kenaikan aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih
banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya
disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi di sekitar sumber
air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari
yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara
langsung atau tidak langsung.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organic dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna.
Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan air
tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air.
e) TSD atau jumlah zat padat terlarut (Total Dissolved Solids)
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 1030-105o C, dalam
portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk
terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas
yang terlarut. Kandungan total solids pada potable water
biasanya berkisar antara 20 sampai dengan 1000 mg/l dan
sebagai satu pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya total
solids, disamping itu pada semua bahan cair jumlah koloid yang
tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai
derajat dari pencemaran.
Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau terlalu
banyak tidak baik untuk air minum, banyaknya zat padat yang
disyaratkan untuk air minum adalah kurang dari 500 mg/l.
pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan kualitas air minum dalam hal total solids ini yaitu
bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa
mual.
2) Syarat bakteriologis
14
Syarat air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri, terutama bakteri pathogen.
3) Syarat kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung
zat beracun.
a) pH (derajat keasaman)
penting dalam proses penjernihan air karena keasamaan air pada
umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama
karbondioksida. Pengeruh yang menyangkut aspek kesehatan
dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal
pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat
menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun
yang sangat menganggu kesehatan.
b) Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan
kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat
keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang
dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau
menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat
(permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan
Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan
Alumunium.
Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah
dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh,
sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang
lebih kecil magnesium dibutukan oleh tubuh untuk pertumbuhan
tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat
menyebabkan rasa mual.
c) Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan
menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan
15
korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah
satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang
banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang
terkandung di dalam air adalah 1,0 mg/l
d) Alumunium
Batas maksimal yang terkandung di dalam air menurut Peratura
Menteri Kesehatan No 82/2001 yaitu 0,2 mg/l. air yang
mengandung banyak alumunium menyebabkan rasa yang tidak
enak apabila dikonsumsi.
e) Zat organic
Larutan zat organiki yang bersifat kompleks ini dapat berupa
unsur hara makanan maupun sumber energy lainnya bagi flora
dan fauna yang hidup di perairan.
f) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat
mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merubus air
(panic/ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa.
Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengelolaan air
bekas.
g) Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan
tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun
dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh
bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah nitrat yang lebih besar
dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit yang dapat
bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam daerah membentuk
methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen di
dalam tubuh.
h) Chloride
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia.
Chloride dalam jumlah kecil dibutuhan apabila berlebihan dan
16
berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan
korosi pada pipa air.
i) Zink atau Zn
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.
penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa
pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan
unsur yang penting untuk metabolism, karena kekurangan Zink
dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
c) Sumber air minum, yaitu :
1) Air hujan : air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air
minum, tetapi air hujan tidak mengandung kalsium, sehingga
perlu ditambahkan kalsium.
2) Air sungai dan danau : menurut asalnya sebagian dari air
sungai dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir
melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau tersebut.
Kedua sumber air tersebut mudah mengalami pencemaran
sehingga harus di olah terlebih dahulu sebeleum dijadikan air
minum.
3) Mata air : air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari
air tanah yang muncul secara alamiah. Sehingga air dari mata
air bila belum tercemar sudah dapat dijadikan air minum
langsung
4) Air sumur dangkal : air ini keluar Dario dalam tanah yang
berasal dari lapisan air di dalamn tanah yang dangkal.
Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berbeda-beda,
biasanya berkisar antara 5-15 m dari permukaan tanah. Air
sumur dangkal belum terlalu sehat, karena kontaminasi kotoran
dari permukaan tanah masih ada.
5) Air sumur dalam : air ini berasal dari lapisan kedua air di dalam
tanah. Dalamnya biasanya 15 m dari permukaan tanah.
Sehingga air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk
17
dijadikan air minum langsung (tanpa melalui proses
pengolahan).
d) Sumber air berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi
3 :
1) Air hujan : air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama
air di bumi dan merupakan jenis air yang paling murni. Namun,
air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di
atmosfir. Air hujan akan melarutkan partikel-partikel debu dan
gas yang terdapat di dalam udara, misalnya gas CO2, gas N203
dan gas S2O3 sehinggan beberapa reaksi kimia berikut dapat
terjadi dalam udara.
1 Gas CO2 + Air hujan Asam karbonat
2 Gas S203 + Air hujan Asam sulfat
3 Gas N2O3 + Air hujan Asam nitrit
Dengan demikian air hujan yang sampai kepermukaan bumi
sudah tidak murni dan reaksi diatas dapat mengakibatkan
keasaman pada air hujan, sehingga akan terbentuk hujan asam
(acid rain).
2) Air permukaan : air permukaan merupakan salah satu sumber
penting bahan baku air bersih. Factor-faktor yang harus
diperhatikan, antara lain:
a. Jumlah atau kuantitasnya air permukaan
b. Mutu atau kualitas baku air permukaan
c. Kontunuitas air permukaan
Air permukaan tersebut dapat berupa sungai, telaga, rawa,
danau, waduk, air tejun atau sumur permukaan sebagian besar
berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi. Jenis air
permukaan ini sering kali merupakan sumber air yang paling
tercemar, baik karena kegiatan manusia, fauna, flora dan zat-zat
lainnya. Karakteristik air bersih dari berbagai sumber tersebut
secara garis besar dpat dijelaskan sebagai berikut :
18
a. Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan
dan parit biasanya dapat tercemar karena terhanyutnya
berbagai bahan pemcemar yang masuk kedalamnya.
b. Sumber air permukaaan yang berasal dari
danau,bendungan, rawa, mempunyai karakteristik air yang
tidak mengalir serta tersimpan dalam waktu yang lama, dan
mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya
pembusukan tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain.
c. Air permukaan yang berasal dari air laut mengandung kadar
garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk
minum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange.
3) Air tanah : air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang
jatuh kepermukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi
atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami proses filtrasi.
Proses filtrasi ini berlangsung secara alamiah dengan melewati
beberapa lapisantanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kesadahan pada air (hardness of water). Kesadaran tersebut
menyebabkan berbagai zat dapat terkandung didalamnya,
seperti mineral (seperti kalsium, magnesium, dan logam berat
seperti Fe dan Mn). Berbagai proses tersebut menyebabkan
kualitas air tanah cenderung lebih baik atau lebih murni
dibandingkan air permukaan.
e) Pengolahan air minum secara sederhana
Ada beberapa cara pengolahan air minum antara alin sebagai
berikut :
a) Pengolahan secara alamiah ini dilakukan dalam bentuk
penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai
macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumber dan
sebagainya. Cara ini dengan cara dibiarkan untuk beberapa jam
ditempatnya.
b) Pengolahan air dengan menyaring
19
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan
krikil, ijuk dan pasir.
c) Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia
Zat kimia yang dapat digunakan dapat berupa dua macam,
yaitu zat kimia yang berfungsi sebagai kongulasi dan
mempercepat pengendapan misalnya tawas.
d) Pengolahan air dengan mengalirkan udara
Tujuannya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang
tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan.
e) Pengolahan air minum untuk umum
Tujtuan untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada
air.
f) Penggolongan air
Berdasarkan pengaturan pemerintah RI nomor 20 tahun 1990,
kualitas air dikelompokkan menjadi beberapa golongan menurut
peruntukkan atau kegunaannya, antara lain :
a) Golongan A : air yang dapat digunakan sebagia air minum
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Golongan B : air yang dapat digunakan sebagi air baku air
minum.
c) Golongan C : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan
perikanan dan perternakan.
d) Golongan D : air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, usaha diperkotaan, industry dan pembangkit listrik
tenaga air.
c. Pembuangan kotoran manusia
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi olleh tubuh dan yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berupa tinja (feses), air seni (urine) dan
CO2.Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area
pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari
20
segi kesehatan masyarakat, maslah pembuangan kotoran manusia menjadi
masalah pokok, sehingga perlu diatasi sedini mungkin. Karena kotoran
manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks.
Kurnagnya perhatian terhadap pengelolahan tinja disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui tinja.Beberapa penyakit yang dapat
disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-
macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita) dan lain sebagainya.
Pengelolahan tempat pembuangan kotoran manusia adalah jamban.
Jamban yang sehat apabila memliki syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
b. Tidak mengotori air permukaan disekitar jamban tersebut.
c. Tidak mengotori air tanah disekitar.
d. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
e. Tidak menimbulkan bau.
f. Mudah digunakan dan dipelihara.
g. Sederhana designnya dan murah.
h. Dapat diterima oleh pemakainnya.
Hal-hal yang perlu untuk diperhatikan lagi yaitu :
a. Sebaiknya jamban tertutup
b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak
yang kuat
c. Bangunan jamban sedapat mungkin di tempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pemandangan dan tidak menimbulkan bau
d. Sebaiknya jamban juga di sediakan alat pembersih seperti air atau kertas
pembersih.
Beberapa dibawah ini adalah tipe-tipe jamban yang sesuai tekhnologi
pedesaan antara lain :
1. Jamban cemplung, kakus (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering kita jumpai didaerah perdesaan di jawa.
Tetapi sering di jumpai jamban cemplung yang kurang sempurna misalnya
tanpa rumah jamban dan tutup jamban. Sehingga serangga dapat mudah
21
masuk dan bau tidak dapat dihindari. Selian itu bila musim hujan jamban
tersebut akan terisi air dengan penuh.
2. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improvet pit latrine)
Jamban ini hampir mirip dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap
yaitu menggunakan ventilasi pipa. Ventilasi pipa ini dapat dibuat dengan
bamboo.
3. Jamban empang (fishpond latrine)
Jamban ini dibuat diatas empang ikan. Dalam system jamban ini disebut
daur ulang (reclying) yakni tinja bisa langsung dimakan oleh ikan, ikan
dimakan oleh manusia dan selanjutnya seterusnya. Jamban ini mempunyai
fungsi yaitu disamping mencegah pencemaran lingkungan oleh tinja, juga
dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
4. Jamban pupuk (the compost privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal
galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran
binatang dan sampah juga daun-daunan.
5. Septic tank
Latrin jenis ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oelh
sebab itu, cara pembunagan tinja yang semacam ini sangan di anjurkan.
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut:
1) Pipa ventilasi. Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a) Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan
adanya pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidupnya dapat masuk ke dalam bak pembusuk,
selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena
adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septic
tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau
gas dapat langsung terlepas di udara bebas.
b) Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan
pada lubang hawanya diberi kawat kasa.
2) Dinding septic tank:
22
a) Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran
semen.
b) Dinding septic tank harus dibuat rapat air.
c) Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang
sama.
3) Pipa penghubung:
a) Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
b) Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau
15 cm.
4) Tutup septic tank:
a) Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3
meter di bawah permukaan tanah halaman, agar keadaan
temperature di dalam septic tank selalu hangat dan konstan
sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.
b) Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai
tempat tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di
dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu
tersebut tinja akan mengalami 2 proses (Notoatmodjo, 2003):
1) Proses kimiawi.
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar
(60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai
sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan
lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang
menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut
scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan
di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dapat
tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.
2) Proses biologis.
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri
anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organic
dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat
23
cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge sehingga
memungkinkan septic tank tidak dapat cepat penuh. Kemudian
cairan enfluent sudah tidak mengandung begian-bagian tinja dan
mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan enfluent ini
akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat
perembesan.
Kedua tahapan di atas berlangsung di dalam septic tank.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank
sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali
setahun.
b) Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya
dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic
tank.
c) Septic tank baru setidaknya diisi dahulu dengan air sehingga
salurang pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari
septic tank lain untuk memudahkan proses dokomposisi oleh
bakteri.
Pendapat lain dikemukakan Suriawiria (1996), bahwa salah
satu cara pengelolaan tinja manusia adalah dengan penggunaan
tanki septic (septic tank) dan resapannya. Dengan cara ini maka
buangan yang masuk ke dalam bejana atau tangki akan
mengendap, terpisah antara benda cair dengan benda padatannya.
Benda padatan yang mengendap di dasar tangki dalam keadaan
tanpa udara akan diproses secara anaerobic oleh bakteri sehingga
kandungan organic di dalamnya akan terurai. Akibatnya, setelah
kurun waktu tertentu, umumnya kalau tangki septic tersebut sudah
penuh dan isinya dikeluarkan, maka sisa padatan sudah tidak
berbau lagi, seperti halnya kalau kotoran atau tinja tersebut
dibiarkan di luar tangki septic. Yang tetap menjadi masalah adalah
untuk benda cairan setelah padatannya dipisahkan, karena di dalam
cairan tersebut masih akan terkandung sejumlah mikroba, yang
24
mungkin masih bersifat pathogen (dapat menyebabkan penyakit).
Karenanya salah satu cara pemecahan yang banyak digunakan
adalah dengan mengguanakan resapan, untuk mengalirkan benda
cairan setelah benda padatnya mengendap. Cara resapan yang
digunakan adalah dengan membuat lapisan yang terdiri dari batu
kerikil di bawah tanah sehingga air yang meresap masih
mendapatkan suplai oksigen (aerobic), sehingga mikroba pathogen
akhirnya akan terbunuh.
d. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda yang sudah tidak dapat dipakai lagi
oleh manusia atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang.
a. Sumber-sumber sampah
1) Sampah-sampah yang berasal dari pemukiman (dekomestic wastes)
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
4) Sampah yang berasal dari jalan raya
5) Sampah yang berasal dari industry
6) Sampah yang berasal dari pertanian atau perkebunan
7) Sampah yang berasal dari pertambangan
8) Sampah yang berasal dari peternakan atau perikanan
b. Jenis-jenis sampah
Meliputi 3 jenis sampah, yaitu:
Sampah padat, sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a) Sampah an organic adalah sampah yang umumnya tidak dapat
membusuk. Misalnya: logam atau besi, pecahan gelas, plastic dan
sebagainya.
b) Sampah organic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk.
Misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daun, buah-buahan, dan
sebagainya.
2) Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
25
a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastic,
kain bekas, dan lain-lain.
b) Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng bekas, logam atau
besi, kaca, dan lain-lain.
3) Berdasarkan karakteristik sampah
a) Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan membusuk dan berasal
dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.
b) Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik
yang mudah terbakar maupun yang tidak mudah terbakar, seperti
kertas,karton, plastic, kaleng bekas, klip, gelas, dan lain-lain.
c) Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah
terbakar, termasuk abu rokok.
d) Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari
pembersihan jalan yangterdiri dari campuran bermacam-macam
sampah, daun-daunan, kertas, plastic, pecahan kaca, besi, debu, dan
lain sebagainya.
e) Sampah industry yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-
pabrik.
f) Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang telah
mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
g) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) yaitu bangkai mobil, sepeda,
sepeda motor.
h) Sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumh dan sebagainya, yang berupa puing-
puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bamboo, dan sebagainya.
c. Pengelolaan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri
pathogen), dan binatang serangga sebagai penyebar penyakit (vector). Oleh
karena itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak
mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Cara-cara pengelolaan
sampah antara lain:
26
1) Pengumpulan dan pengelolaan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu,
mreka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah. Mekanisme, system atau cara pengangkutan
sampah di perkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah
setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat setempat. Sedangkan
pada daerah pedesaan pada umunya sampah telah dikelola oleh masing-
masing keluarga tenpa memrlukan TPA maupun TPS.
2) Pemusnahan dan pengolahan sampah
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a) Ditaman (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
di tanah kemudian sampah di masukkan dan di timbun di dalam tanah.
b) Dibakar (incerenation), yaitu pemusnahan sampah dengan jalan
membakar di dalam tungku pembakaran.
c) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi
pupuk kompos, khususnya untuk sampah organic daun-daunan, sisa
makanan, dan sampah lainnya yang dapat membusuk.
5. Pengelolaan air kotor (air limbah, rumah hewan ternak, dan lain-lain)
Air limbah atau air pembuangan adalah sisa air yang di buang yang berasal
dari rumah tangga, industry maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan
manusia serta menganggu kesehatan lingkungan hidup. Air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdangan, perkantoran dan industry, bersama-sama dengan air tanah, air
permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water)
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
27
b. Air buangan industrial (industrial wastes water) yaitu air limbah yang
berasal dari berbagai jenis industry akibat proses produksi.
c. Air buangan kotapraja (municital wates water) yaitu air buangan yang
berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah dan sebagainya.
Karateristik air limbah meliputi :
a. Karateristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padatr dan suspense. Terutama air limbah rumah tangga biasanya
berwarna suram seperti larutan air sabun, sedikit berbau, kadang-kadang
mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur.
b. Karateristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organiki
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organic berasal
dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya.
c. Karateristik bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli biasanya
terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun
keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.
Air limbah dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan antara lain :
1) Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama :
kolera, tifus abdominalis, desentri baciier.
2) Menjadi media berkembang baiknya mikro-organisme pathogen.
3) Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva
nyamuk.
4) Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
5) Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan
hidup lainnya.
6) Mengurangi produktivitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak
nyaman dan sebagainya.
Cara mencegah atau mengurangi air limbah antara lain :
1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.
28
2) Tidak mengakibatklan pencemaran terhadap permukaan air.
3) Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, air sungai,
atau tempat-tempat rekreasi.
4) Tidak dapat dihinggapi serangga, tikus, dan tidak menjadi tempat
berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vector.
5) Tidak terbuka kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat di capai
oleh anak-anak.
6) Baunya tidak mengganggu.
Cara pengolahan air limbah secara sederhana, antara lain :
a. Pengecenran
Air limbah yang direncakan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru di buang ke badan-badan air. Dengan makin
bertambahnya penduduk yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus di buang terlalu banyak, dan
di perlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Di samping itu, cara ini menumbulkan kerugian lain
yaitu: bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan akhirnya menimbulkan pandangkalan terhadap badan-badan
air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat
menimbulkan banjir.
b. Kolam oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang, bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan
alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat
dengan kedalaman antara 1-2 meter.
Cara kerjanya,system kolam (pola system) atau sering disebut juga kolam
oksidasi merupakan salah satu jenis teknologi pengolahan air limbah
biologis aerobic. Teknologi tersebut berbentuk reactor pengolahan air
limbah secara biologis aerobic yang paling sederhana dan tertua serta
merupakan perkembangan dari cara pembuangan limbah cair secara
langsung ke badan air. Reactor ini berbentuk kolam biasa, dari tanah yang
digali dan air limbah dimasukkan ke dalamnya dengan suatu waktu tinggal
29
tertentu (sekitar 7-10 hari). Kedalaman kolam tidak lebih dari 1,0 m (0,4-
1,0 m). sebagian besar limbah cair dapat ditangani dengan mudah dengan
system biologis karena polutan utamanya berupa bahan organic, seperti
contohnya karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Polutan tersebut
umumnya dalam bentuk tersuspensi atau terlarut. Prinsip pengolahan
secara aerobic yang dimaksud adalah menguraikan secara sempurna
senyawa organic yang berasal dari buangan dalam periode waktu yang
relative singkat. Penguraian dilakukan terutama dilakukan oleh bakteri dan
hal ini dipengaruhi oleh jumlah sumber nutrient dan jumlah oksigen.
Pemenuhan oksigen dapat diperoleh dari absorbsi ke permukaan air di
kolam melalui proses difusi, adanya mixing atau pengadukan pada
permukaan kolam akibat pengaruh angin dan permukaan kolam yang
cukup luas dan fotosintesa dari keberadaan alga.
Kolam oksidasi juga dikenal sebagai kolam stabilisasi atau laguna.
Dalam oksidasi sebuah kolam heterotrofik bakteri mendegredasi bahan
organic dalam kotoran yang menyebabkan produksi bahan seluler dan
mineral. Produksi ini mendukung pertumbuhan alga di kolam oksidasi.
Pertumbuhan populasi alga memungkinkan further dekomposisi dari
bahan organic dengan memproduksi oksigen. Produksi oksigen ini mengisi
ulang oksigen yang digunakan oleh bakteri heterotrofik. Biasanya kolam
oksidasi harus kurang dari 10 meter untuk mendukung pertumbuhan alga,
selain itu pengguaan kolam oksidasi sebagian besar terbatas pada daerah
iklim hangat karena mereka sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu
musiman. Kolam oksidasi juga cenderung untuk mengisi, karena
pengendapan sel bakteri dan alga terbentuk selama dekomposisi limbah
tersebut. Berbagai jenis mikroorganisme berperan dalam proses
perombakan tidak terbatas mikroorganisme jenis aerobic, tetapi juga
mikroorganisme anaerobic. Mikroorganisme heterotrof aerobic dan
anaerobic berperan dalam proses konversi bahan organic; organisme
autotroph (fitoplankton, alga, tanaman air) mengambil bahan anorganik
(nitrat dan fosfat) melalui proses fotosintesis. Karena lamanya waktu
tinggal limbah cair, maka organisme dengan waktu generasi tinggi
30
(zooplankton, larva insekta, kutu air, ikan kecil) juga dapat tumbuh dan
berkembang dalam system kolam. Organisme tersebut hidup aktif di dalam
air atau pada dasar kolam. Komposisi organisme sangat tergantung pada
temperature udara, suplai oksigen, sinar matahari, jenis dan konsentrasi
substrat.
Factor pembatas system kolam adalah suplai oksigen. System kolam
umjumnya dirancang untuk tingkat pembebanan rendah sehingga laju
pasokan oksigen dari atmosfir mencukupi kebutuhan oksigen bakteri, dan
paling tidak bagian permukaan atas kolam selalu pada kondisi aerobic,
karena suplai oksigen merupakan factor pembatas, pembebanan system
serine didasarkan pada luas permukaan kolam dan dinyatakan dalam P-
BOD/m dan tidak didasarkan pada volume kolam atau jumlah biomassa.
System kolam umumnya dirancang dengan kedalaman maksimum 1,0-1,5
m, sehingga pencayaan dan pengadukan oleh angina CALIP. Waktu
tinggal hidrolik dalam kolam sekitar 20 hari. Dianjurkan untuk membagi
kolam menjadi tiga bagian, sehingga dalam tiap bagian organisme dapat
tumbuh secara optimum dan proses perombakan berlangsung lebih cepat.
Pemenuhan oksigen dapat diperoleh dari : absorbs ke permukaan air di
kolam melalui proses difusi, adanya mixing/pengadukan pada permukaan
kolam akibat pengaruh angina dan permukaan kolam yang cukup luas,
fotosintesa dan keberadaan alga.
Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini
adalah : sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen.
c. Irigasi
Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali, dan air
akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dingding parit-
parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk
pengairan lanang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan, susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya
dimana kandungan zat-zat organic dan protein cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanam-tanaman.
31
B. Pengertian dan Karakteristik Pemukiman Kumuh
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung
dan dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung kehidupan masyarakat. Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus
besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Menurut Johan
Silas Pemukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama
ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam
menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam
menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan pemukiman
berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman kumuh. Pengertian
pemukiman kumuh yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya
secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun
menjadi kumuh yang disebabkan oleh adanya mobilitas sosial ekonomi yang
stagnan.
Karakteristik Pemukiman Kumuh :
1. Keadaan rumah pada pemukiman kumuh terpaksa dibawah standar rata-
rata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas perkotaan secara langsung tidak
terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan
pemukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit
mendapatkannya.
2. Pemukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat
tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah
(asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat pemukiman
disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah
kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi. Hampir setiap
orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat
kemampuan membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di
sana.
Kriteria Umum Pemukiman Kumuh:
32
1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat
yang perlu dibenahi.
2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun
terbatas, namun masih dapat ditingkatkan.
3. Para penghuni lingkungan pemukiman kumuh pada umumnya bermata
pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat
pendidikan rendah.
4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat
yang paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan
pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.
5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan
program pembangunan kota pada umumnya.
6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota
yang satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
Kriteria Khusus Pemukiman Kumuh:
1. Berada di lokasi tidak legal.
2. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat
rendah (miskin).
3. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota.
4. Tidak diinginkan kehadirannya oleh umum (kecuali yang berkepentingan).
5. Pemukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non
formal), ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan
secara umum walau tidak selalu murah.
C. Sebab dan Proses Terbentuknya Pemukiman Kumuh
1. Sebab Terbentuknya Pemukiman Kumuh
Dalam perkembangan suatu kota sangat erat kaitannya dengan mobilitas
penduduknya. Masyarakat yang mampu cenderung memilih tempat
huniannya keluar dari pusat kota. Sedangkan bagi masyarakat yang
kurang mampu akan cenderung memilih tempat tinggal di pusat kota
khususnya kelompok masyarakat urbanisasi yang ingin mencari pekerjaan
dikota. Tidak tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh
33
kantong masyarakat yang kurang mampu serta kebutuhan akan akses ke
tempat usaha menjadi penyebab timbulnya lingkungan pemukiman
kumuh di perkotaan. Ledakan penduduk di kota-kota besar, baik karena
urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali juga dapat
menjadi salah satu penyebab terbentuknya pemukiman kumuh. Lebih
lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan
penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan
pemukiman-pemukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari
alternatif tinggal di pemukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan
di kota.
2. Proses Terbentuknya Pemukiman Kumuh
Dibangunnya perumahan oleh sektor non-formal, baik secara perorangan
maupun dibangunkan oleh orang lain dapat mengakibatkan munculnya
lingkungan perumahan kumuh, yang padat, tidak teratur dan tidak
memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang memenuhi standar teknis
dan kesehatan.
D. Masalah-masalah Akibat Pemukiman Kumuh
Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi
pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak
peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada
dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat
berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap
norma-norma sosial. Terbentuknya pemukiman kumuh yang sering disebut
sebagai slum area dipandang potensial menimbulkan banyak masalah
perkotaan, karena dapat menjadi sumber timbulnya berbagai perilaku
menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Penduduk di pemukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama
dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian
terbatas dan kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai.
Kondisi kualitas kehidupan ini yang mengakibatkan semakin banyaknya
34
penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Terjadinya perilaku
menyimpang ini karena sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri
dengan keahlian dan kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena
menerima kenyataan bahwa impian yang mereka harapkan mengenai
kehidupan di kota tidak sesuai dengan yang diharapkan dan tidak dapat
memperbaiki kehidupan masyarakat.
Pemukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar
kota, perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota.
Kepadatan penduduk di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat
dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah.
Perhatian utama pada penghuni pemukiman ini adalah kerja keras mencari
nafkah atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tetap
bertahan hidup dan bahkan tidak sedikit warga setempat yang menjadi
pengangguran. Sehingga tanggung jawab terhadap disiplin lingkungan, norma
sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas sosial serta tolong menolong menjadi
terabaikan dan kurang diperhatikan.
Masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh pada umumnya terdiri dari
golongan-golongan yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak,
sehingga tidak sedikit masyarakat yang menjadi pengangguran, gelandangan
dan pengemis yang sangat rentan terhadap terjadinya perilaku menyimpang
dan berbagai tindak kejahatan. Kondisi kehidupan yang sedang mengalami
benturan antara perkembangan teknologi dengan keterbatasan potensi sumber
daya yang tersedia juga turut membuka celah timbulnya perilaku
menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni pemukiman kumuh
tersebut. Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang (deviant
behaviour) ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota yang lebih
mementingkan diri sendiri atau kelompoknya yang sering bertentangan
dengan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang yang sering dijumpai pada pemukiman kumuh
adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan
kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian besar anggota
masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di pemukiman kumuh ini berupa
35
perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di
sembarang tempat, menghindari pajak, tidak memiliki KTP dan menghindar
dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti gotong-royong dan kegiatan
sosial lainnya. Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya
penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang,
pelacuran, adu ayam, memutar blue film, begadang dan berjoget di pinggir
jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret tembok/bangunan
fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang
tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal) seperti
pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan, pengrusakan
fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan
perbuatan kekerasan lainnya.
Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang
menyangkut:
1. Masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah
pemukiman untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan
lapangan pekerjaan di daerah perkotaan.
2. Masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau
ketiadaan norma pada masyarakat migran di perkotaan. Disamping itu
juga pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan lapangan pekerjaan di
wilayah perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya pertumbuhan
pemukiman-pemukiman kumuh yang menyertainya dan menghiasi areal
perkotaan tanpa penataan yang berarti.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah pemukiman kumuh
adalah:
1. Kurang bangunan yang sangat sempit dan tidak memenuhi standard untuk
bangunan layak huni.
2. Rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah pemukiman
rawan akan bahaya kebakaran.
3. Sarana jalan yang sempit dan tidak memadai.
4. Tidak tersedianya jaringan drainase.
5. Kurangnya suplai air bersih.
36
6. Jaringan listrik yang semrawut.
7. Fasilitas MCK yang tidak memadai.
E. Upaya Mengatasi Pemukiman Kumuh
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman
kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan,
peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta
peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan
institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat
diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha
perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada umumnya.
Cara Mengatasi Pemukiman Kumuh:
1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh yang dilakukan dengan
membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta
menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.
Selain usaha dari pemerintah diharapkan masyarakat juga ikut terlibat dalam
mengatasi pemukiman kumuh di perkotaan. Sehingga diperlukan kerjasama
antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat untuk mengatasi adanya
pemukiman kumuh. Namun, pemukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan
pembangunan fisik semata-mata tetapi yang lebih penting yaitu mengubah
prilaku dan budaya dari masyarakat di kawasan kumuh. Jadi, masyarakat juga
harus menjaga lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah.
Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman, tertib dan asri.
37
BAB 3
APLIKASI KASUS
BAB III
APLIKASI TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
A. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama kepala keluarga : Tn. W
Umur : 34Tahun
Alamat : Jl. Perak Indah- Surabaya
38
Pekerjaan : Pemulung
Pendidikan : SD
Agama dan Suku : Islam/Jawa
Bahasa Sehari-hari : Jawa
Jarak yankes terdekat : 1 km
Alat Transportasi : Angkutan Umum
2. Komposisi Keluarga
Data Anggota Keluarga
Nama Tn. W Ny. W An. F
Hubungan
dengan KK
Kepala
keluarga
Ibu rumah
tangga
Anak
Umur 34tahun 28 Tahun 12tahun
Jenis
kelamin
Laki-laki Perempuan Laki-Laki
Suku Jawa Jawa Jawa
Pendidikan
terakhir
SD SD -
Pekerjaan
saat ini
Pemulung Ibu rumah
tangga
Belum
Status gizi
(TB, BB,
BMI)
TB: 175 cm
BB: 80 kg
TB: 145 cm
BB: 60 kg
TB: 137 cm
BB: 28kg
TTV (TD,
N, S, P)
TD:
120/100mmH
g
N: 72 x/menit
S:360C
RR:24x/meni
t
TD: 110/90
mmHg
N: 68 /menit
S: 360C
RR:20
x/menit
TD : 110/60
N: 85x/menit
S:360C
RR: 27x/menit
Status
imunisasi
Lengkap Lengkap Lengkap
39
dasar
Alat bantu/
protesa
X X X
Penampilan
umum
Baik,
menjawab
pertanyaan
dengan jelas
Baik,
menjawab
pertanyaan
dengan jelas
Baik
menjawab
pertanyaan
dengan jelas
Status
kesehatan
saat ini
Saat ini tidak
menderita
penyakit
Saat ini tidak
menderita
penyakit
Saat ini tidak
menderita
penyakit
Riwayat
penyakit/
alergi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3. Genogram :
40
28Thn34Thn
12 Thn
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Serumah: Individu yang sakit
41
4. Tipe Keluarga
Keluarga ini tergolong dalam Nuclear family karena dalam satu
rumah terdapat Ayah, Ibu dan 1 Anak, sehingga akan dapat mempercepat
penularan penyakit jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit
yang dapat menular.
5. Suku Bangsa (Etnis)
Keluarga ini berbudaya suku jawa yang mempunyai anggapan
makan tidak makan asal kumpul. Menurut keterangan Ny. W, jika ada
anggota keluarga yang sakit jika tidak terlalu parah misalnya demam akan
ditangani sendiri seperti membeli obat di warung. Namun jika tidak
kunjung sembuh langsung dibawa ke puskesmas. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa jawa..
6. Agama dan Kepercayaan
Semua anggota keluarga menganut agama islam dan memiliki
pandangan yang sama dalam praktik keyakinan beragama. Menurut Tn. W
penyakit itu takdir Allah dan akan selalu mengupayakan kesembuhan
semua anggota keluarga jika ada yang sakit.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Kepala Keluarga : Rp. 1.000.000-,/bln
Istri : -
Anak ke 1 : -
Menurut Ny. W pendapatan keluarganya cukup untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari.Kebutuhan yang dikeluarkan meliputi pengeluaran
untuk kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sekolah anak, listrik, air.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Setiap hari KK dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan akan
rekreasi dengan jalan-jalan di pasar malam.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap keluarga saat ini
42
Keluarga Tn. W mempunyai 1 orang anak berusia 12 tahun. Maka
keluarga Tn. W berada pada tahap perkembangan keluarga dengan
anak usia sekolah.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tahap yang belum ada adalah tahap dengan anak remaja dan
sebentar lagi mungkin terjadi sehingga keluarga sudah memikirkan
kearah sana.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat keluarga dari pihak suami: Ayah dari Tn. W sudah meninggal
dunia karena kanker paru-paru, sedangkan ibunya sehat.
Riwayat keluarga dari pihak istri: Ayah dari Ny. W meninggal karena
TBC, sedangkan ibunya sehat.
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini
Tn. W: Keadaan sehat, tidak pernah sakit serius.Tetapi Tn. W sering
mengeluh pusing karena terlalu banyak bekerja dan kelelahan.
Ny.W: Keadaan sehat, tidak pernah sakit serius.
An. F : Keadaan sehat.
3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Jika sakit keluarga Tn. W melakukan manajemen sendiri misalnya
dengan membeli obat di warung, jika tidak kunjung sembuh maka
langsung dibawa ke puskesmas.
D. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Luas rumah : Panjang = 4 m3 , Lebar = 3 m3
Menurut Depkes (2015) rasio untuk satu anggota keluarga adalah 8
m3. Jadi, rumah Tn. W tidak sesuai dengan rasio menurut Depkes
(2015)
Ventilasi : di ruang tamu tidak ada jendela sebagai ventilasi
Pencahayaan : kurang
Lantai : Semen
43
Kebersihan rumah : ktotr dan nampak kumuh.
Jenis bangunan : kontrakan
Denah Rumah : U
B T
S
Tn. W hidup dilingkungan yang penuh sampah. Tn. W tinggal di
pemukiman kumuh dimana didepan rumah sudah terdapat Tempat
Pembuangan Sampah dan lingkungan disekitar rumah juga sangat
kotor.
2. Karakteristik tetangga
Tetangga sebelah kanan dan kiri rumah Tn W juga hidup di
lingkungan yang sama dengan Tn. W
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga tinggal menetap sejak tahun 1980.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tidak ada perkumpulan keluarga karena masing-masing keluarga
sibuk untuk mencari nafkah.
44
Tempat Pembuangan Sampah
Kamar Tidur
Dapur
K. Mandi
5. System pendukung keluarga
Saat sekarang anggota keluarga dalam keadaan sehat.Tetapi jika sakit
dan perlu biaya perawatan rumah sakit biasanya keluarga meminjam
uang kepada tetangga.
E. Struktur Keluarga
Keluarga Tn. M merupakan keluarga inti yang terdiri dari kepala
keluarga, istri dan1 orang anak.
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa yang
digunakan adalah bahasa jawa terkadang menggunakan bahasa
Madura.Keluarga tidak memiliki kesulitan bahasa dalam penerimaan
pesan.
2. Struktur kekuatan keluarga
Pengendali keluarga adalah Tn.W sebagai kepala keluarga.Keputusan
diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah dengan seluruh
anggota keluarga.
3. Struktur peran
Peran kepala keluarga mencari nafkah, tugas istri sebagai ibu rumah
tangga dan juga merawat anak. Pendidikan anak dilakukan bersama.
Model peran yang dianut lebih dominan pada ibu dan selama ini tidak
terjadi konflik peran keluarga.
4. Nilai atau norma keluarga
Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada
keluarga yang sakit, jika tidak terlalu parah ditangani sendiri dengan
membeli obat di warung, tetapi jika tidak sembuh langsung dibawa ke
puskesmas
.
F. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif
45
Tn. W dan ny. W telah memberikan kebutuhan makan, bermain
kepada anaknya
Fungsi sosial
Interaksi dalam keluarga baik.Interaksi sosial dengan tetangga baik.
Keluarga pernah mengalami perbedaan pendapat saat pengambilan
keputusan dan dapat diselesaikan dengan mengalah salah satu.
Fungsi reproduksi
Tn. W dan Ny. W memiliki anak yang berusia 12thn
Fungsi ekonomi
Penghasilan Tn. W dalam 1 bulan adalah 1 juta untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Fungsi kesehatan
Apabila ada salah satu keluarga yang sakit, jika tidak terlalu parah
ditangani sendiri dengan membeli obat di warung, tetapi jika tidak
sembuh langsung dibawa ke puskesmas. Dan mengkonsumsi
paracetamol apabila demam serta antibiotik amoxicillin.
G. Pola Koping Keluarga
Stressor yang dihadapi keluarga: Ny. W yaitu tidak ada masalah yang
berat selama ini.Jika ada masalah dibicarakan bersama keluarga untuk
dimusyawarahkan.
H. Pola Aktivitas Sehari-hari
1 2 3
Pola
maknan
2x sehari 2x sehari 2x sehari
Pola Minum 2 L 3 L 1L
Istirahat 4jam 8 jam 9 jam
BAK 1 L 1,5 L 2 L
BAB 1x sehari 1x sehari 1x sehari
Kebersihan
Diri
Mandi
2xsehari
Mandi 2x
sehari (pagi
Mandi 2x
sehari (pagi
46
(pagi, sore) dan sore) dan sore)
Olahraga - - -
I. Perilaku Tidak Sehat
Tn. W merokok didalam rumah dan menghabiskan 8 batang
rokok/harinya serta minum kopi 2-3x/harinya.
J. Spiritual
Tn W dan Ny. W mengatakan sering beribadah di masjid dan tidak
pernah tertinggal shalat 5 waktu.
K. Psikososial
Keadaan emosi keluarga saat ini baik.Tidak mengalami konflik dalam
keluarga namun interaksi dengan tetangga sekitar juga sangat baik.
L. Faktor Resiko Masalah Kesehatan
Keadaan lingkungan keluarga Tn. W yang berada pada pemukiman
kumuh serta terdapat Tempat Pembuangan Sampah didepan rumah Tn.
W. sehingga resiko untuk tertular penyakit kulit dan diare sangat besar.
M. Pemeriksaan Fisik
No
.
Komponen Tn.W Ny. W Anak F
1. Kepala Rambut
pendek lurus,
hitam.
Rambut
hitam lurus
dan pendek.
Rambut hitam
pendek
bergelombang
2. Mata Sklera tidak
ikterus,
konjungtiva
tidak anemis.
Tidak
memakai kaca
Sklera tidak
ikterus,
konjungtiva
tidak
anemis.
Tidak
Sklera tidak
ikterus,
konjungtiva
tidak anemis
47
mata. memakai
kaca mata.
3. Telinga Bersih, tidak
ada serumen,
dan tidak ada
luka
Bersih,
tidak ada
serumen,
dan tidak
ada luka
Bersih, tidak
ada serumen,
dan tidak ada
luka
4. Hidung Bersih, tidak
ada sekret,
tidak ada
kelainan
Bersih,
tidak ada
sekret,
tidak ada
kelainan
Bersih, tidak
ada sekret,
tidak ada
kelainan
5. Mulut Stomatitis
tidak ada,
tidak ada
lubang pada
gigi, terdapat
karang gigi.
Stomatitis
tidak ada,
tidak ada
lubang
pada gigi,
tidak ada
karang gigi.
Stomatitis
tidak ada, ada
lubang pada
gigi,
6. Leher dan
tenggorokan
Nyeri tekan
(-), tidak ada
pembesaran
kelenjar tiroid,
tidak ada
kesulitan
menelan
Nyeri tekan
(-), tidak
ada
pembesaran
kelenjar
tiroid, tidak
ada
kesulitan
menelan
Nyeri tekan
(-), tidak ada
pembesaran
kelenjar
tiroid, tidak
ada kesulitan
menelan
7. Dada dan
paru
Pergerakan
dada simetris,
tidak ada
penggunaan
Pergerakan
dada
simetris,
tidak ada
Pergerakan
dada simetris,
tidak ada
penggunaan
48
otot bantu
pernafasan,
ronkhi (-),
weezing (-)
penggunaan
otot bantu
pernafasan,
ronkhi (-),
weezing (-)
otot bantu
pernafasan,
ronkhi (-),
weezing (-)
8. Jantung Bunyi jantung
I dan II normal
Bunyi
jantung I
dan II
normal
Bunyi jantung
I dan II
normal
9. Abdomen Bunyi usus:
12x/menit,
tidak ada nyeri
tekan.
Bunyi usus:
12x/menit,
tidak ada
nyeri tekan.
Bunyi usus:
18x/menit,
tidak ada
nyeri tekan.
10. Ekstremitas Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak
ada cedera.
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak
ada cedera.
Tidak ada
kelainan,
pergerakan
bebas, tidak
ada cedera.
11. Kulit Bersih, turgor
kulit baik,
tidak ada
sianosis
Bersih,
turgor kulit
baik, tidak
ada sianosis
Bersih, turgor
kulit baik,
tidak ada
sianosis
12. Kuku Pendek dan
bersih.
Pendek dan
bersih.
Pendek dan
bersih.
13. BB BB = 80 kg BB = 60 kg BB = 28 kg
14. TB TB = 175 cm TB = 145
cm
TB = 137 cm
15. TTV TD:
120/100mmHg
N: 72 x/menit
S:360C
RR:24x/menit
TD: 110/90
mmHg
N: 68
/menit
S: 360C
TD : 110/60
N: 85x/menit
S:360C
RR:
27x/menit
49
RR:20
x/menit
16. Kesimpulan Saat dikaji Tn.
W dalam
keadaan sehat
dan menjawab
pertanyaan
dengan jelas
dan baik.
Saat dikaji
Ny. W
dalam
keadaan
sehat dan
menjawab
pertanyaan
dengan
jelas dan
baik.
Saat dikaji
An. F dalam
keadaan
sehat.
N. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Domain 12 (Kenyamanan)
Kelas : 2 (environmental
comfort/Kesehatan
lingkungan)
Impaired comfort/Gangguan
kenyamanan (hal 437)
DS:
- Tn. W mengatakan jika
sudah tinggal di
pemukiman kumuh sejak
tahun 1980
- Tn. W mengatakan
terkadang semua anggota
keluarga mengalami
diare
DO:
- Terdapat Tempat
Impaired comfort (gangguan
kenyamanan) di keluarga Tn.
W
50
Pembuangan Sampah
didepan rumah Tn. W
- Rumah Tn. W dan
lingkungan disekitarnya
tampak kotor
- Jamban masih
menggunakan WC
cemplung sehingga
kotoran menggenang d
sungai
2 Domain : 1 (Health
Promotion/ Promosi
Kesehatan)
Kelas 2 : Health Management
(Manajemen Kesehatan)
Risk-prone health behavior
( Resiko rawan perilaku
kesehatan)-00188 (hal. 145)
DS
- Ny. W mengatakan jika
kebiasaan tinggal
dilingkungan kumuh
sudah merupakan hal
yang biasa
- Tn. W mengatakan jika
sering BAB di WC
cemplung disungai dekat
DO :
- Terdapat WC cemplung
yang sering digunakan
warga termasuk keluarga
Risk-prone health behavior
(resiko rawan perilaku
kesehatan) di kelarga Tn. W
51
Tn. W
O. Scoring
1) Impaired comfort (gangguan kenyamanan) di keluarga Tn. W
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah :
Tidak sehat
1 3/3 x 1 = 1 Karena di lingkungan sudah
tidak kondusif lagi untuk
ditempati oleh keluarga Tn. S
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Sebagian
2 1/2 x 2 = 1 Jika Tn. S dan keluarga
mampu menjaga kebersihan
lingkungan maka masalah
dapat diubah sebagian
3. Potensial
masalah untuk
dicegah:
Tinggi
1 3/3x 1 = 1 JIka Tn. S dan keluarga sejak
awal tidak tinggal di
pemukiman kumuh dan
menjaga lingkungan bersih,
maka potensial masalah dapat
dicegah sangat tinggi
4. Menonjolnya
masalah:
Masalah berat
harus segera
ditangani
1 2/2x 1 = 1 Lingkungan rumah dan
disekitar tidak kondusif dan
memerlukan penanganan
segera agar terhindar dari
resiko penyakit
JUMLAH 5 4
2) Risk-prone health behavior (resiko rawan perilaku kesehatan) L di
kelarga Tn. W
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah :
ancaman
kesehatan
1 2/3 x 1 =
2/3
Bersifat ancaman kesehatan
karena jika tidak segera
ditangani bisa menyebabkan
52
penyakit lain seperti demam
berdarah, thypus, dll.
2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Sebagian
2 1/2 x 2 = 1 Karena kondisi rumah yang
tinggal di lingkungan kumuh,
maka kemungkinan masalah
kebersihan lingkungan
tersebut adalah sebagian.
3. Potensial
masalah untuk
dicegah:
Cukup
1 2/3x 1 =
2/3
Perilaku keluarga Tn. S yang
seperti tidak memperdulikan
kondisi lingkungan dan
rumahnya dan itu sudah
menjadi kebiasaan, sehingga
kemungkinan masalah dapat
dicegah adalah cukup
4. Menonjolnya
masalah:
Ada masalah
tetapi tidak
perlu segera
ditangani
1 1/2x 1 = ½ Apabila ada salah satu
keluarga yang sakit maka
keluarga menangani sendiri
dengan membeli obat di
warung, jika belum sembuh
langsung membawanya ke
pelayanan kesehatan terdekat.
JUMLAH 5 2 5/6
2. Diagnosa
1. Impaired comfort (gangguan kenyamanan) di keluarga Tn. W
2. Risk-prone health behavior (resiko rawan perilaku kesehatan) di
kelarga Tn. W
3. Intervensiasuhankeperawatan
53
Nama kepala keluarga : Tn. W
Alamat :Jl. TambakGringsingBaru– Surabaya
No.
Diagnosis Keperawatan
Komunitas
NOC Sasaran NIC
1. Impaired
comfort
(gangguan
kenyamanan)
di keluarga Tn.
W
NOC : Comfort status :
environment (status
kenyamanan : lingkungan)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan keluarga, maka
keluarga mampu Mengenal
masalah kesehatan tentang
Comfort status : environment
(status kenyamanan :
lingkungan) dengan
indikator :
1. Kebersihan
lingkungan (3) dari
sangat terganggu
menjadi cukup
terganggu
Keterangan :
1= sangat terganggu
2= secara substansial dapat
dikompromi
3= cukup terganggu
4= sedikit terganggu
5= tidak terganggu
Keluarga Tn. W NIC = environmental
management : comfort
*mengenal masalah
kesehatan keluarga
1. mengenalkan pasien
dan keluarga tentang
tujuan manajemen
lingkungan dan
optimalisasi kenyamanan
2. menetapkan
lingkungan yang bersih
dan nyaman
2. Risk-prone
health behavior
(resiko rawan
NOC : compliance behavior
(kepatuhan perilaku)
Setelah dilakukan tindakan
Keluarga Tn. W NIC = Behaviour
modfications (modifikasi
perilaku)
54
perilaku
kesehatan) di
keluarga Tn.
W
keperawatan keluarga, maka
keluarga mampu Mengenal
masalah kesehatan tentang
compliance behavior
(kepatuhan perilaku)
dengan indicator :
1. Mencari informasi
yang baik tentang
diagnosis (4) dari
tidak pernah
menunjukkan
menjadi sering
menunjukkan
2. Mencari informasi
yang baik tentang
perawatan (3) dari
tidak menunjukkan
menjadi kadang-
ladang menunjukkan
Keterangan :
1= tidak pernah
menunjukkan
2= jarang menunjukkan
3= kadang – kadang
menunjukkan
4= sering menunjukkan
5= selalu menunjukkan
Kegiatan :
*Mengenal masalah
kesehatan keluarga
1. Menentukan
motivasi keluarga untuk
melakukan perubahan
perilaku tentang
kebiasaan untuk menjaga
kebersihan lingkungan
3. Mendorong kebiasaan
yang tidak diinginkan
dengan kebiasaan yang
diinginkan. Yaitu
kebiasaan untuk
membersihkan rumah
yang kotor serta BAB
tidak pada sungai.
3. Implementasi
55
No. Dx
Waktu dan Tempat
Tindakan Keperawatan Respon Keluarga
1. Sabtu,
7 November 2015
Jam 10.00-
11.00 WIB
Ruang tamu keluarga Tn. W
- Mengucapkan salam
- Mengingatkan kontrak dan
tujuan
- Menanyakan kepada
keluarga Tn. W tentang
kondisi kesehatan saat ini
- mengenalkan pasien dan
keluarga tentang tujuan
manajemen lingkungan
dan optimalisasi
kenyamanan
- menetapkan lingkungan
yang bersih dan nyaman
- Menjawab salam
- Keluarga kooperatif dan
menyetujui kontrak yang
ditentukan
- Tn. W mengatakan
keluarganya dalam kondisi
sehat saat ini.
- Tn. W mulai paham
dengan penjelasan yang
disampaikan dan aktif
bertanya
- Tn. W mengatakan sangat
sulit untuk
mengkondisikan keadaan
lingkungan jika tidak ada
bantuan dari pemerintah
2 Sabtu,
7 November 2015
Jam 11.00-
12.00 WIB
Ruang tamu keluarga Tn. W
- Menentukan motivasi
keluarga untuk melakukan
perubahan perilaku
tentang kebiasaan untuk
menjaga kebersihan
lingkungan
- Mendorong kebiasaan
yang tidak diinginkan
- Tn. W mulai paham
dengan penjelasan yang
disampaikan dan aktif
bertanya
- Tn. W mengatakan sangat
sulit untuk mengubah
56
dengan kebiasaan yang
diinginkan. Yaitu
kebiasaan untuk
membersihkan rumah
yang kotor serta BAB
tidak pada sungai.
- Menyimpulkan pertemuan
- Mengakhiri pertemuan
dengan kontrak jadwal
akan mendatangi keluarga
ini pada Hari Selasa 17
November 2015
kebiasaan dengan kondisi
ekonomi yang lemah.
Tetapi Tn. W mengatakan
akan merubah kebiasaan
untuk sering
membersihkan rumah dan
tidak BAB pada sungai
- Keluarga Tn. W sudah
mengerti mengenai
lingkungan yang sehat.
Meskipun sangat sulit
untuk mengubah
pemukiman keluarga Tn.
W yang tidak kondusif
- Keluarga Tn. W
menyetujui kontrak waktu
dan akan menghubungi jika
ada perubahan jadwal
4. Evaluasi
No.
Dx.
Tanggal/ waktu Evaluasi
1 14 November 2015 S: Tn. W mengatakan jika kondisi
57
lingkungan yang tidak kondusif sangat
sulit untuk diubah
O:
1. Kebersihan lingkungan (1) sangat
terganggu
A: maslah tidak teratasiteratasi
P: intervensi dilanjtkan
2 14 November 2015 S: Tn. W mengatakan akan merubah
kebiasaan yaitu untuk sering
membersihkan rumah dan tidak BAB di
sungai
O:
1. Mencari informasi yang baik
tentang diagnosis (4) dari tidak
pernah menunjukkan menjadi
sering menunjukkan
2. Mencari informasi yang baik
tentang perawatan (3) dari tidak
menunjukkan menjadi kadang-
ladang menunjukkan
A: maslah teratasi
P: intervensi dihentikan
58
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhnya pemukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di
kota-kota besar yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan
59
penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan pemukiman-
pemukiman baru sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di
pemukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.
Daerah kumuh yang terbentuk ini sering dipandang potensial
menimbulkan banyak masalah perkotaan karena dapat menjadi sumber
timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber
penyakit sosial lainnya.Cara mengatasi pemukiman kumuh ini dapat
dilakukan oleh pemerintah dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak
swasta dan masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh tersebut. Sehingga
permasalahan pemukiman kumuh ini dapat diatasi dengan tuntas.
B. Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan
lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan dan masyarakat
harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.
60
DAFTAR PUSTAKA
61