39
TUGAS COMMUNITY HEALTH NURSING III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK LANSIA DENGAN INSOMNIA DAN OSTEOARTRITIS OLEH KELOMPOK I 1. BUNGA A AMELIA (0901. 14201. 002) 2. FARIZ ADITYA P (0901. 14201. 003) 3. IRENE A SUDIR (0901.14201.005) 4. MIRAWAN ADI S (0901.14201. 017) PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

Tugas Community Health Nursing III

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Community Health Nursing III

TUGAS COMMUNITY HEALTH NURSING III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK LANSIA

DENGAN INSOMNIA DAN OSTEOARTRITIS

OLEH

KELOMPOK I

1. BUNGA A AMELIA (0901. 14201. 002)

2. FARIZ ADITYA P (0901. 14201. 003)

3. IRENE A SUDIR (0901.14201.005)

4. MIRAWAN ADI S (0901.14201. 017)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2013

Page 2: Tugas Community Health Nursing III

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada TYME atas segala rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini membahas tentang asuhan

keperawatan pada lansia dengan insomnia dan osteoartritis.

Terima kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua yang senantiasa

mendukung, dosen dan teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari

itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat lebih

baik pada makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat.

Malang, Maret 2013

Penulis

Page 3: Tugas Community Health Nursing III

DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Insomnia

2.2 Konsep Osteoartritis

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Tugas Community Health Nursing III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,

namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup

serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Osteoarthritis secara gamblang artinya adalah suatu peradangan pada

sendi yang disertai oleh kerusakan tulang rawan sendi. Penyakit persendian

osteoarthritis ini ditandai dengan kaku dan nyeri pada sendi yang sangat

hebat bahkan bisa mengalahkan ngilunya sakit gigi. Biasanya penyakit ini

mengenai sendi yang banyak digerakkan. Orang yang menderita penyakit

ini, biasanya pada bagian kulit luar persendiannya menjadi berwarna

kemerahan. Dari sekian banyak orang yang mengalami penyakit persendian

yang di tangani oleh dokter, sebanyak 70% dari mereka mengalami

Osteoarthritis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO, satu diantara

enam (1 : 6) orang yang berusia diatas 70 tahun menderita penyakit

Osteoarthritis. Secara garis besar, untuk usia 15-45 tahun angka kejadiannya

hanya 5%, sedangkan untuk usia 45-70 tahun keatas angka kejadiannya

meningkat menjadi 60%-90%. Jadi orang yang berusia diatas usia 45 tahun

rata-rata beresiko tinggi mengidap penyakit Osteoarthritis.

Sedangkan gangguan Tidur (Insomnia )adalah kesulitan untuk tidur

atau kesulitan untuk tetap tertidur, atau gangguan tidur yang membuat

Page 5: Tugas Community Health Nursing III

penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Di Amerika

Serikat, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur per

tahun sekitar seratus juta dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang

paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang

dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami

gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup

tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan

kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh

dokter.

Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak meninggalkan masa

remaja, kebutuhan akan tidur siang menjadi relatif tetap. Luce and Segal

mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang

berpengaruh terhadap kualitas tidur. Telah dikatakan bahwa keluhan

terhadap kualitas tidur sering dengan bertumbuhnya usia. Pada kelompok

lanjut usia (40 tahun) hanya dijumpai 7% kasus yang mengeluh masalah

tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama di

jumpai pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula,

kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal dari

pukul 05.00 pagi. Selain itu, terdapat 30% kelompok usia 70 tahun yang 

banyak terbagnun diwaktu malam hari. Anka ini ternyata 7x lenih besar

dibandingkan dengan kelompok usia 20 tahun.

Maka dari itu, kelompok kami akan membahas tentang insomnia dan

osteoartritis serta asuhan keperawatannya pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada kelompok lansia

dengan insomnia dan osteoartritis”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah

wawasan pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan tentang konsep

lansia dengan insomnia dan osteoartritis.

Page 6: Tugas Community Health Nursing III

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa

keperawatan mengetahui dan memahami tentang :

a. Konsep insomnia dan osteoatritis

b. Asuhan keperawatan insomnia dan osteoatritis

c. Menerapkannya dalam asuhan keperawatan pada klien dengan kondisi

tersebut.

Page 7: Tugas Community Health Nursing III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

a. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,

namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup

serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia

(lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun

merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang

masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia

kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan

penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda,

berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh

karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu

lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

b. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan

umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

Page 8: Tugas Community Health Nursing III

1) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

(enam puluh) tahun ke atas”.

2) Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi

empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,

lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90

tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

3) Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :

pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-

55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase

senium) ialah 65 hingga tutup usia.

4) Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric

age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri

dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-

80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

c. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan

Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia

(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah

seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang

masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak

berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang

lain.

d. Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60

tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan),

kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

Page 9: Tugas Community Health Nursing III

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk,

2008).

e. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho

2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Tipe arif bijaksana. Kaya dengan hikmah, pengalaman,

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,

dan menjadi panutan.

Tipe mandiri. Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi

undangan.

Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan

sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,

pengkritik dan banyak menuntut.

Tipe pasrah. Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti

kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

Tipe bingung. Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe

independen (ketergantungan), tipe defensife (bertahan), tipe militan dan

serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan

sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

2.2 Konsep Insomnia

a. Defenisi Insomnia

Page 10: Tugas Community Health Nursing III

Insomnia merupakan kesulitan tidur, tidur tidak tenang, kesulitan

menahan tidur dan seringnya terbangun tengah malam, dan seringnya

terbangun lebih awal, Imsomnia adalah kesulitan untuk masuk,

mempertahankan dan memperoleh manfaat tidur, tidak berhubungan dengan

masalah medis maupun psikologis (Rafknowledge, 2004 )

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum terjadi pada

individu dewasa yaitu, ketidak mampuan tidur berdasarkan kualitas maupun

kuantitas tidur (Potter dan perry, 2005).

b. Etiologi Gangguan Tidur

Kebanyakan gangguan perubahan pola tidur pada lansia seiring

bertambahnya usia (Radknowledge,2004):

a. Perubahan tidur seiring perubahan

b. Orang Syang lebih tua cenderung mengalami kondisi yang berlawanan

dengan mutu dan durasi tidurnya.

c. Tidur malam lebih mudah terganggu.

d. Orang yang lebih tua cenderung mempunyai keinginan untuk tidur siang

yang lebih besar dibandingkan orang muda.

Insomnia primer adalah kesulitan untuk masuk, mempertahankan, dan

memperoleh manfaat tidur, tidak berhubungan dengan masalah medis

maupun psikologis ( Durand & Barlow,2003 ).

Gangguan tidur primer terdiri atas :

a. gangguan tidur karena gangguan pernapasan

b. sindrom kaki kurang tenang

c. gangguan prilaku REM.

Insomnia kronis lebih kompleks lagi dan sering kali diakibatkan faktor

gabungan, termasuk yang mendasari fisik atau penyakit mental.

Bagaimanapun, insomnia tidak karena faktor prilaku, termasuk

penyalahgunaan kafein, alkohol, atau obat-obatan berbahaya lainnya.

Insomnia idiopati merupakan insomnia yang sudah terjadi sejak

dikehiddupan dini. Terkadang gangguan tidur ini sudah ada sejak lahir dan

berlangsung sampai lansia. Penyebabnya tidak diketahui, ada dugaan yang

Page 11: Tugas Community Health Nursing III

mengatakan ada ketidakseimbangan neorokimia otak di formasia retikulari

batang otak atau disfungsi forebrain.

c. Jenis-jenis Insomnia :

1. Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh stres, suasana

ramai/berisik, perbedaan suhu udara, perubahan lingkungan sekitar,

masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping

pengobatan.

2. Insomnia kronis berlangsung lama dan seumur hidup disebabkan oleh

kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes sakit ginjal, atritis atau

penyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur,

insomnia kronis biasanya memerlukan intervensi psikiatri atau medis.

d. Faktor – faktor Penyebab Insomnia

Stres atau kecemasan dan kegelisahan yang dalam, biasanya karena

memikirkan pemikirkan masalah yang sedang dihadapi. depresi selain

menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan. Keinginan terus

sepanjang waktu karena ingin melepaskan dari masalah yang dihadapi.

Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan

depresi. Kurang berolahraga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang

signifikan. Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi – kondisi

spesifik :

1. usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60

tahun.

2. riwayat depresi/ penurunan.

Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh :

a. stres

b. suasa ramai / berisik.

c. perbedaan suhu udara

d. perubahan lingkungan sekitar

e. masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur

f. efek samping pengobatan.

Page 12: Tugas Community Health Nursing III

Menurut Rafknowledge, 2004, munculnya gejala-gejala insomnia

dimulai dengan munculnya :

1. kesulitan jatuh tertidur (tidak tercapainya tidur nyenyak) keadaan ini bisa

berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-

minggu, atau lebih.

2. merasa letih saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran. mereka

yang mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah tertidur sama

sekali.

3. sakit kepala di pagi hari. Ini sering disebut ’efek mabuk’ padahal,

nyatanya orang tersebut tidak minum-minum dimalam itu.

4. kesulitan berkonsentrasi

5. mudah marah

6. mata memerah

7. mengantuk di siang hari.

e. Penatalaksanaan Insomnia Pada Lansia

Ada 10 kiat–kiat yang membantu mendapatkan tidur yang higienis,

menurut Rafknowledge, ( 2004 ):

1. Tentukan jadwal terarur untuk tidur dan bangun pagi

2. Usahakan mendapat tidur yang cukup, biasanya sekitar 8 jam

3. Tidurlah diruang dan tempat tidur yang sama setiap malam

4. Jaga agar tempat tidur bebas dari kebisingan dan gangguan, seperti

telepon atau televisi

5. Ubah letak jam dinding

6. Jangan makan, minuman kafein dan minuman keras, atau merokok dalam

tempo 2 atau 3 jam menjelang tidur.

7. minumlah segelas susu bila anda merasa lelah

8. lakukan olahraga di pagi hari

9. cobalah untuk membaca atau mendengarkan rekaman cara relaksasi di

saat menjelang tidur

10. Bila anda terus terjaga dimalam hari, hindari waktu yang terang.

Page 13: Tugas Community Health Nursing III

Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur (timbul dikala saluran

nafas tersumbat oleh lidah atau langit- langit, sehingga membuat orang

tersebut kekurangan oksigen dan akibatnya menjadi terjaga) yang

mengancam kehidupan, kondisi pasien memerlukkan rehabilitas melalui

tindakan-tindakan seperti pengangkatan jaringan yang tersumbat dimulut

dan hal yang mem pengaruhi jalan napas. Saat ini sudah banyak pusat- pusat

gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk mengevaluasi

gangguan tidur. Tempat-tempat tersebut, biasanya berkaitan dengan

lembaga penelitian dan kedokteran klinis atau universitas, dilengkapi

dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi rekaman listrik

diotak atau obstruksi pernafasan. Data-data tersebut membantu menentukan

pengobatan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitas lansia

sehingga dapat menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir

hidupnya.

Faktor- faktor medis yang memberi pengaruh untuk mempertahankan

kenormalan pada tidur :

1) pergi tidur hanya jika mengantuk

2) gunakan tempat tidur hanya untuk tidur ; jangan membaca, menonton

televisi, atau makan ditempat tidur

3) jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah keruangan lain. Bangun sampai

benar- benar mengantuk, kemudian baru kembali ketempat tidur. Jika

masih tidak bisa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat

tidur.Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur

cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.

4) Siapkan alarm dan bangun diwaktu yang sama setiap pagi tanpa

mempedulikan berapa banyak tidur di malam hari. hal ini membantu

tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.

5) Jangan tidur disiang hari.

Page 14: Tugas Community Health Nursing III

2.3 Konsep Osteoatritis

a. Pengertian

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau

osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang

paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan

(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab

kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan

meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun

tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan

jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994,

Solomon, 1997).

b. Etiologi

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1.      Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya

umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya

berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2.      Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan

sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi

karena bahan yang harus dikandungnya.

3.      Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat

badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis

mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah

kegemukan.

4.      Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang

menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi

tersebut.

Page 15: Tugas Community Health Nursing III

5.      Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya

ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,

sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

6.      Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan

reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi

oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

7.      Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan

sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak

stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

8.      Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan

yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat

fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes

melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

9.      Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat

mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis,

kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

c. Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah

apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau

saat memulai kegiatan fisik.

Page 16: Tugas Community Health Nursing III

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam

ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi

yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan

akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan

keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,

misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong

sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,

akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan

cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

d. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak

meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses

penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai

dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi

ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur

Page 17: Tugas Community Health Nursing III

penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress

biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya

polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit

sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering

terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul

lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya

gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau

diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi

tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena

peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas

congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan

trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga

menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme

sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan

kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi

yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau

nodulus. ( Soeparman ,1995)

e. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi

sebagai penyempitan rongga sendi

b. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

f. Penatalaksanaan

1) Tindakan preventif

Penurunan berat badan

Pencegahan cedera

Screening sendi paha

Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

2) Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

Page 18: Tugas Community Health Nursing III

a. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi,

pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami

inflamasi

b. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen

artroscopik,

c. Pembedahan; artroplasti

Page 19: Tugas Community Health Nursing III

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan dengan Insomnia

3.2 Asuhan Keperawatan dengan Osteoatritis

Aktivitas/Istirahat

-          Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,

kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi

fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,

keletihan, malaise.

Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan

otot.

2.      Kardiovaskuler

-          Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian

kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3.      Integritas Ego

-          Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

-          Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).

-          Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya

ketergantungan pada orang lain.

4.      Makanan / Cairan

-          Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau

cairan adekuat mual, anoreksia.

-          Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada

membran mukosa.

5.      Hygiene

Page 20: Tugas Community Health Nursing III

-          Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri,

ketergantungan pada orang lain.

6.      Neurosensori

-          Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi

7.      Nyeri/kenyamanan

-          Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan

lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

8.      Keamanan

-          Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus

-          Lesi kulit, ulkas kaki

-          Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga

-          Demam ringan menetap

-          Kekeringan pada mata dan membran mukosa

9.      Interaksi Sosial

-          Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.

10.  Penyuluhan/Pembelajaran

-          Riwayat rematik pada keluarga

-          Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa

pengujian

-          Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.

11.  Pemeriksaan Diagnostik

-          Reaksi aglutinasi: positif

-          LED meningkat pesat

-          protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.

-          SDP: meningkat pada proses inflamasi

-          JDL: Menunjukkan ancaman sedang

Page 21: Tugas Community Health Nursing III

-          Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

-          RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis

pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.

I. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA

a.       Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi

cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

Intervensi:

-          Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat

faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal

-          Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan

saat klien beristirahat/tidur.

-          Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di

kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

-          Pantau penggunaan bantal.

-          Dorong klien untuk sering mengubah posisi.

-          Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.

-          Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa

kali sehari.

-          Pantau suhu kompres.

-          Berikan masase yang lembut.

-          Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif

sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan

pengendalian nafas.

-          Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

-          Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

-          Bantu klien dengan terapi fisik.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi

-          Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol

-          Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai

kemampuan.

Page 22: Tugas Community Health Nursing III

-          Mengikuti program terapi.

-          Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program

kontrol nyeri.

b.      Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan :

-          Deformitas skeletal

-         Nyeri, ketidaknyamanan

-         Penurunan kekuatan otot

Intervensi:

-         Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi

-         Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan

-         Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan

tidur malam hari tidak terganggu.

-         Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric

jika memungkinkan

-         Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan

berjalan.

-         Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,

menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu

mobilitas/kursi roda penyelamat

-         Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi

-         Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor

-         Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi

bagian tubuh

-         Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

c.       Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan:

-          Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum

-          Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Intervensi:

Page 23: Tugas Community Health Nursing III

-          Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit,

harapan masa depan.

-          Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan

bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari

termasuk aspek-aspek seksual

-          Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan

-          Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu

memperhatikan tubuh/perubahan.

-          Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi

perilaku positif yang dapat membantu koping.

-          Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.

-          Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

-          Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk

menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

-          Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

d.      Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal:

Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

Intervensi:

-          Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan

potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

-          Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

-          Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana

untuk memodifikasi lingkungan.

-          Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

-          Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada

kemampuan klien.

-          Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri.

Page 24: Tugas Community Health Nursing III

-          Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi

kebutuhan.

e.       Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan

dengan :

-          Proses penyakit degeneratif jangka panjang.

-          Sistem pendukung tidak adekuat.

Intervensi:

-          Kaji tingkat fungsi fisik

-          Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri

sendiri.

-          Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi

individual.

-          Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :

-          Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.

-          Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

f.       Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan

Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan:

-          Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Intervensi :

-          Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan

-          Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet,

obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

-          Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,

istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen

stress.

-          Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.

-          Identifikasi efek samping obat.

-          Diskusikan teknik menghemat energi.

Page 25: Tugas Community Health Nursing III

-          Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan

palang keamanan.

-          Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat

istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas.

-          Diskusikan pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat,

PT.

-          Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.

Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:

-          Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.

-          Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya

hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Page 26: Tugas Community Health Nursing III

BAB IV

PENUTUP

4.3 Kesimpulan

4.4 Saran

Page 27: Tugas Community Health Nursing III

DAFTAR PUSTAKA