Tugas Dan Fungsi Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAHBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap jabatan menggambarkan status yang diemban pemegangnya. Status itu, pada gilirannya, menunjukkan peran yang harus dilakukan pejabatnya. Peran utama yang harus diemban oleh kepala sekolah yang membedakannya dari jabatan-jabatan kepala lainnya adalah peran sebagai pemimpin pendidikan. Kepemimpinan pendidikan mengacu pada kualitas tertentu yang harus dimiliki kepala sekolah untuk dapat mengemban tanggung jawabnya secara berhasil. Apa saja kualitas itu? Pertama, kepala sekolah harus tahu persis apa yang ingin dicapainya (visi) dan bagaimana mencapainya (misi). Kedua, kepala sekolah harus memiliki sejumlah kompetensi untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi itu. Dan ketiga, kepala sekolah harus memiliki karakter tertentu yang menunjukkan integritasnya. (more)

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP TUGAS DAN FUNGSINYA DALAM MEWUJUDKAN VISI, MISI DAN TUJUAN SEKOLAHBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sember Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya. (more)

Sistematika Karya Tulis IlmiahPublished August 18th, 2011 in Karya Tulis Ilmiah | No Comments

Akhir-akhir ini banyak kita temui banyak teman-teman guru yang belum mengetahui sistematika penulisan karya tulis ilmiah.Oleh karena itu dalam kesempatan ini, izinkan saya menuliskan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.

Semoga bermanfaat untuk teman-teman guru di seluruh Indonesia yang saat ini hendak mengusulkan dirinya untuk naik pangkat ke jenjang yang lebih tinggi.

SISTEMATIKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH VERSI DEPDIKNAS UNTUK KENAIKAN PANGKAT 1. LAPORAN HASIL PENELITIAN : A. Bagian Pembuka :

Halaman judul. Lembar pengesahan. Kata pengantar. Daftar isi. Daftar Lampiran.

B. Bagian Isi : Bab I Pendahuluan

Latar belakang masalah. Rumusan masalah. Tujuan penelitian. Manfaat penelitian. Kajian teori atau tinjauan kepustakaan

Bab II -

Pemahasan teori Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan Pengajuan hipotesis Metodologi penelitian

Bab III

-

Waktu dan tempat penelitian. Metode dan rancangan penelitian Populasi dan sampel. Instrumen penelitian. Pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian Jabaran varibel penelitian. Hasil penelitian. Pengajuan hipotesis.

Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya. Bab V Kesimpulan dan saran C. Bagian penunjang Daftar pustaka. Lampiran- lampiran antara lain instrument penelitian.

2. LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS : A. Bagian Pembuka : Halaman judul. Lembar pengesahan. Kata pengantar. Daftar isi. Daftar Lampiran.

B. Bagian Isi : Bab I Pendahuluan

-

Latar belakang masalah. Identifikasi masalah. Pembatasan dan rumusan masalah. Tujuan penelitian. Manfaat hasil penelitian. Kajian pustaka

Bab II -

Kajian teori. Kajian hasil penelitian. Metodologi / Metode penelitian

Bab III -

Objek tindakan. Setting/Lokasi/Subjek penelitia. Metode pengumpulan data. Metode analisis data. Cara pengambilan kesimpulan.

Bab IV Hasil Penelitian Gambaran selintas tentang setting. Uraian penelitian secara umum keseluruhan. Penjelasan per siklus. Proses menganalisa data. Pembahasan dan pengambilan kesimpulan.

Bab V Kesimpulan dan saran Kesimpulan. Saran untuk tindakan lebih lanjut.

C. Bagian penunjang/penutup Daftar pustaka. Lampiran- lampiran.

3. TINJAUAN/ULASAN ILMIAH HASIL GAGASAN SENDIRI : A. Bagian Pendahuluan : Halaman judul. Lembar pengesahan. Kata pengantar. Daftar isi. Abstrak.

B. Bagian Isi : Bab I : Pendahuluan uraian mengenai hal yang dipermasalahkan. Bab II: Kajian teori dan fakta mengenai hal yang dipermasalahkan. BabIII: Tinjauan/ulasan. Bab IV: Kesimpulan. C. Bagian penunjang : Daftar pustaka. Lampiran- lampiran. 1. 4. BUKU 1. A. Bagian Pendahuluan Kata pengantar Daftar isi Penjelasan tujuan buku pelajaran Petunjuk penggunaan buku

-

Petunjuk pengerjaan soal latihan 1. B. Bagian isi

-

Judul bab atau topic isi bahasan Uraian singkat isi pokok bahasan Penjelasan tujuan bab Uraian isi pelajaran Penjelasan teori Sajian contoh Ringkasan isi bab Soal latihan Kunci jawaban soal latihan 1. C. Bagian penunjang

-

Daftar pustaka Lampiran-lampiran

5. MODUL : 1. Judul 2. Pengantar 3. Petunjuk penggunaan modul 4. Yujuan umum pembelajaran 5. Kemampuan prasyarat 6. Pretest 7. Tujuan khusus pembelajaran 8. Isi bahasan 9. Kegiatan belajar 10. Rangkuman 11. Tes 12. Sumber media yang digunakan 13. Tes akhir dan umpan balik 14. Rancangan pengajaran 15. Daftar pustaka

6. DIKTAT PELAJARAN: A. Bagian Pendahuluan : Halaman judul. Kata pengantar. Daftar isi. Penjelasan tujuan diktat pelajaran.

B. Bagian Isi : Judul bab atau topik isi bahasan. Penjelasan tujuan bab. Uraian isi pelajaran. Penjelasan teori. Sajian contoh. Soal latihan.

C. Bagian penunjang : Daftar pustaka. Lampiran- lampiran.

7. ALAT PERAGA A.Bagian Pembuka Halaman judul Lembar pengesahan Kata pengantar Daftar isi B. Bagian isi

Latar belakang pembuatan alat peraga Manfaat alat peraga Bahan yang digunakan Keadaan siswa sebelum dans esudah menggunakan alat peraga Prestasi siswa sebelum dan sesudah menggunakan alat peraga Foto / gambar alat peraga

Langkah Awal Penyusunan Karya Tulis IlmiahPublished August 18th, 2011 in Karya Tulis Ilmiah | No Comments A. Pendahuluan. Suatu karya tulis ilmiah berkaitan dengan suatu karya tulis yang dihasilkan dari suatu penelitian yang merupakan hasil temuan seseorang yang dibuat berdasarkan suatu metode penelitian tertentu yang dilakukan sebagai suatu upaya untuk mendapatkan suatu kebenaran. Prof. Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa pada umumnya manusia memiliki sifat untuk mencari kebenaran, dimana dalam usahanya untuk mencari kebenaran tersebut, manusia dapat menempuh berbagai macam cara, baik yang dianggap sebagai usaha yang tidak ilmiah, maupun yang dapat dikualifikasikan sebagai kegiatan ilmiah.[3] Di kalangan masyarakat ilmiah dalam hal ini dunia pendidikan tinggi, hampir dapat dipastikan akan bersinggungan dengan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Namun seringkali sebagian orang membayangkan akan adanya hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam mengawali serta membuat suatu karya tulis ilmiah. Perasaan sulit untuk mengawali dan menentukan suatu karya tulis ilmiah tersebut, sering kali dialami oleh banyak mahasiswa. Meskipun tidak menutup kemungkinan banyak pihak lain yang mengalami hal yang sama. Sangat disayangkan apabila asumsi bahwa membuat karya tulis ilmiah adalah sulit, dijadikan alasan bagi mahasiswa maupun banyak pihak untuk menghindari membuat suatu karya tulis ilmiah. Apabila ditelusuri lebih lanjut, dapat dipahami bahwa dalam pembuatan suatu karya tulis ilmiah akan lebih mudah apabila seseorang terlebih dahulu mencoba untuk mengetahui langkah awal apakah yang harus dilakukan olehnya. Artinya Seseorang harus menentukan langkah awal dalam membuat suatu karya tulis ilmiah. Langkah awal yang dimaksud adalah dengan berupaya mengetahui mengenai latar belakang munculnya keinginan untuk membahas suatu permasalahan, kemudian mencoba merumuskan masalah serta menentukan tujuan dari dilakukannya penelitian terhadap permasalahan tersebut. Dengan demikian, perlu untuk diketahui lebih lanjut, kiat atau upaya apakah yang perlu diketahui dalam menentukan latar belakang, merumuskan masalah hingga menetapkan tujuan

penelitian tersebut, sehingga dapat mempermudah seseorang untuk menentukan langkah awalnya dalam membuat atau menulis suatu karya tulis ilmiah. B. Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui Sebelum Memulai Pembuatan Suatu Karya Tulis Ilmiah. Sebelum membahas secara teori, perlu untuk diketahui adanya beberapa hal yang menjadi perhatian utama dalam memulai pembuatan suatu karya tulis ilmiah, diantaranya: 1. Penulis harus melakukan beberapa kegiatan sebelum membuat suatu tulisan ilmiah, diantaranya menentukan tema yang akan dijadikan patokan dalam menulis sekaligus melakukan penggalian data awal. 2. Mencoba menganalisis data awal yang diperoleh pada kegiatan sebelum menulis sehingga dapat dijadikan suatu latar belakang yang baik bagi pembuatan karya tulis ilmiah tersebut. 3. Merumuskan masalah berdasarkan latar belakang tersebut. 4. Menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup tulisan, dan pada akhirnya merumuskan atau menentukan judul tulisan yang mewakili permasalahan yang akan dibahas. Ad.1. Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum membuat tulisan ilmiah. Langkah pertama yang harus dilakukan seseorang apabila hendak menulis suatu tulisa ilmiah adalah menentukan tema dari suatu tulisan tersebut. Ada kalanya dalam mengikuti suatu lomba karya tulis ilmiah, tema tulisan telah ditentukan oleh panitia lomba. Apabila telah ditentukan, akan lebih mengarahkan si penulis dalam membuat suatu karya ilmiah. Sebaliknya, apabila belum ditentukan tema tulisan seperti dalam hal penulisan skripsi, maka penulis mendapat kebebasan dalam menentukan sendiri tema tulisan yang disukainya ataupun yang lebih dimengerti olehnya. Langkah berikutnya, apabila telah ditentukan tema yang akan diteliti, maka penulis harus melakukan penggalian data awal dengan cara mencari informasi mengenai tema yang akan diteliti atau ditulis. Prof. Suharsimi Arikunto menjelaskan ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi, yakni didasarkan pada 3 obyek yang berupa tulisan-tulisan dalam kertas (paper), manusia (person) dan tempat (place).[4] Untuk mempermudah mengingatnya dapat disingkat Tiga P (Three P). Adapun yang dimaksud dengan Tiga P tersebut adalah : [5] 1. Paper : membaca dokumen, buku-buku, majalah,surat kabar atau bahan tertulis lainnya, baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya. 2. Person : bertemu, bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli atau manusia sumber. 3. Place : Tempat, lokasi atau benda-benda disekitar yang terdapat di tempat penelitian. Artinya melihat dan mengamati fakta yang ada disuatu tempat atau lingkungan sekitar. Biasanya, berdasarkan ketiga obyek tersebut (tidak harus ketiga obyek tersebut, karena mungkin saja hanya melalui salah satu obyek dari Tiga P tersebut seseorang mendapatkan data awal yang dianggapnya cukup), seorang penulis dapat menggali data yang diperlukan dalam memulai suatu

penulisan karya ilmiah. Akan sangat sulit bagi seseorang untuk menulis suatu karya ilmiah jika tidak memiliki data awal yang akan dipaparkan dalam bagian latar belakang, hal ini dikarenakan data awal akan menunjukkan betapa pentingnya suatu tulisan tersebut sehingga menggambarkan suatu latar belakang yang menjadi dasar dalam merumuskan suatu permasalahan. Ad.2. Menganalisis data awal untuk dijadikan latar belakang tulisan. Data awal yang didapat melalui pengumpulan informasi berdasarkan obyek tertentu, (dalam hal ini baik melalui Paper, Person ataupun Place), kemudian dicoba untuk dianalisis. Apabila masuk ke tahap ini, maka untuk mempermudah menganalisisnya, perlu ditentukan bahwa data awal tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat[6]. Biasanya merupakan fakta, fenomena, kasus yang didapat langsung dari lapangan, termasuk informasi langsung dari masyarakat, kebiasaan yang muncul dihadapan penulis, ataupun kasus hukum yang terjadi disekitar. Singkatnya merupakan suatu data yang belum diolah. Sedangkan data sekunder merupakan data yang telah diolah, mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian termasuk dokumen pribadi dan data sekunder yang bersifat publik seperti data arsip dan data resmi lainnya.[7] Apabila kedua data telah ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menganalisis dengan cara melakukan perbandingan, mencari hubungan atau korelasi antar data ataupun mencari kesenjangan antara data yang didapat. Sistem menganalisis ini tidak terlepas dari logika berpikir yang digunakan oleh si penulis, apakah akan menggunakan logika deduktif (dari luas ke sempit) atau secara induktir (dari sempat ke luas). Apabila telah ditentukan logika berpikirnya, akan mempermudah pula dalam menganalisis. Setelah dianalisis, biasanya akan muncul motivasi dari si penulis serta alasan dipilihnya tema permasalahan tersebut. Pada akhirnya, diujung penulisan latar belakang, akan dijelaskan harapan yang ingin dicapai oleh seorang penulis melalui karya ilmiah tersebut. Berikut gambaran membuat latar belakang berdasarkan logika berpikir yang dipilih untuk digunakan oleh si penulis : Skema membuat latar belakang Logika berpikir yang digunakan Deduktif Induktif (dari luas ke sempit) (dari sempit ke luas) (dari teori ke fakta) (dari fakta ke teori) Membuat pemaparan Membuat pemaparan

Secara teoritis berdasarkan fakta (dari UU dll) atau kasus pemaparan berupa pemaparan secara kasus, fenomena teoritis (UU & teori2) Ada analisis Memuat motivasi (motif) si peneliti serta alasan memilih variabel judul Menjelaskan harapan yang ingin dicapai Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa dalam membuat suatu latar belakang perlu diketahui beberapa hal berikut ini : 1. Latar belakang merupakan suatu gambaran ringkas tema dari penelitian atau tema tulisan. 2. Latar belakang dapat dibuat dengan mendasarkan pada kenyataan yang terjadi dilapangan, berupa fenomena, kasus, data dan fakta (Das sein) serta berdasarkan keadaan yang sebaiknya atau seharusnya terjadi menurut teori atau peraturan (Undang-Undang) yang berlaku. (Das sollen) 3. Latar belakang harus memuat motivasi penulis yang dibuat setelah membandingkan dan menganalisis ke dua hal tersebut pada point 2. 4. Latar belakang juga harus menjelaskan alasan memilih tema dan judul tulisan, baik alasan sesuai bidang ilmi maupun berdasarkan faktor yang menarik dari permasalahan tersebut. 5. Latar belakang juga harus memaparkan hal yang diharapkan untuk didapat dari hasil tulisan atau penelitian tersebut. Ad.3. Merumuskan masalah berdasarkan latar belakang. Prof. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa suatu masalah sebenarnya merupakan suatu proses yang mengalami halangan didalam mencapai tujuannya. Biasanya halangan tersebut hendak diatasi, dan hal inilah yang antara lain menjadi tujuan suatu suatu penelitian.[8] Meskipun demikian, dalam pemilihan masalah tetap perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya :[9] 1. Kemampuan penulis, dalam hubungannya dengan penguasaan teoritis dan metodologis. 2. Fasilitas yang tersedia, terutama dana dan waktu 3. Kemungkinan memperoleh data yang ada harus kuat. 4. apakah masalah yang hendak diteliti itu penting dan berfaedah bagi negara, masyarakat dan ilmu pengetahuan. Secara garis besar, merumuskan permasalahan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain :

1. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. 1. Permasalahan dibuat untuk mengetahui atau mendeskripsikan suatu fakta, fenomena atau peristiwa hukum. 2. Permasalahan dibuat untuk mencari hubungan antara dua hal atau dua fenomena maupun data. 3. Permasalahan dibuat dengan cara membandingkan kedua hal atau fenomena maupun data yang ada. 2. Berdasarkan teori dasar hukum. Untuk merumuskan masalah di bidang hukum, biasanya akan lebih mudah apabila lebih ditujukan untuk mempermasalahkan atau menentukan bagaimana atau mengapa subyek hukum, obyek hukum (hak dan kewajiban), hubungan hukum, peristiwa hukum maupun akibat hukum terhadap fakta ataupun teori yang ditemukan pada data awal. 3. Cara lain yang lebih sederhana, yaitu dengan cara mempertemukan antaran : 1. Das sollen dengan das sollen (teori dengan teori) 2. Das Sein dengan das sollen (fakta dengan teori) 3. Das Sein dengan das sein (fakta dengan fakta). Berikut ini contoh menggunakan cara yang sederhana dalam mengidentifikasikan suatu permasalahan sekaligus merumuskan suatu masalah dengan berdasarkan data awal yang telah dikumpulkan sebelumnya. Contoh 1. Diringkas dari skripsi milik Ainal Ikram (Mahasiswa Fakultas Hukum Unsri Angkatan 1998) dengan judul : Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak atas Domain Name ditinjau dari aspek HaKI. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN: Banyaknya kasus yang menyalahgunakan penggunaan domain name mengindikasikan bahwa nama domain merupakan obyek hukum yang harus dilindungi, terutama sebagai hasil karya intelektual manusia, maka perlu perlindungan hukum melalui HaKI Contoh 2 Diringkas dari Karya ilmiah milik Agus Kurniawan (Mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 1999) dengan Judul : Perlindungan Rempah-Rempah Indonesia dari Praktek Biopiracy menurut sistem hukum HaKI Adapun hal-hal yang berkaitan dengan perumusan masalah ini, maka kiat yang perlu diperhatikan dalam membuat atau merumuskan masalah, antara lain : 1. Perumusan masalah merupakan rangkaian kata yang membentuk kalimat yang mengungkapkan pilihan masalah (kesenjanagan antara data yang dimiliki) yang diambil oleh penulis untuk diteliti.

2. Gunakan kata-kata yang sederhana dengan konsep yang jelas, tidak mengandung makna ganda dan tidak bombastis 3. Gunakan kata tanya yang efektif, tidak wajib menggunakan tanda tanya dibelakang kalimat. 4. Perumusan masalah harus sesuai dengan tema, fokus dan variabel tulisan, jangan melebar. 5. Sudut pandang ilmu yang dikaji jelas terlihat pada rumusan masalah tersebut. Apabila masih mengalami kesalahan dalam merumuskan masalah, maka hal tersebut mungkin terjadi dikarenakan : [10] 1. Mengumpulkan data tanpa perencanaan yang terinci 2. Mengambil data yang sudah tersedia dan berusaha untuk memaksakan perumusan masalahnya. 3. Merumuskan tujuan secara umum dan meragukan sehngga interprestasi hasil dan kesimpualn tidak sahih (valid). 4. Tidak menyebutkan batasan (limitation) dalam pendekatannya, baik diungkapkan secara eksplisit maupun implisit, yang berguna untuk membatasi kesimpulan dan penerapannya pada situasi lain. Ad.4. Menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup suatu tulisan. Apa yang hendak dicapai dalam suatu penelitian maupun tulisan, hendaknya dikemukakan dengan jelas dan tegas. Perlu pula diingat bahwa antara masalah, tujuan dan kesimpulan yang kelak diperoleh harus sikron. Artinya tujuan dibuat berdasarkan rumusan permasalahan, dan ini berkaitan erat dengan kesimpulan yang ingin dibuat. Jika masalah dirinci menjadi 4 (empat) hal maka tujuan penelitian harus meliputi keempat hal tersebut dan pada akhirnya dari keempat hal tersebut akan diperoleh kesimpulan yang meliputi keempat hal tersebut.[11] Selanjutnya terhadap manfaat yang hendak dicapai, perlu diketahui bahwa manfaat harus dibuat dengan memperhatikan dua aspek yaitu aspek teoritis ( manfaat yang timbul dari penelitian bagi ilmu yang dikaji) dan aspek praktis (manfaat yang timbul dari penelitian melalui aplikasi ilmu yang bersaangkutan seperti ditujukan kepada pemerintah, atau instansi maupun masyarakat yang bersangkutan secara khusus). Manfaat tulisan dapat berfungsi untuk membantu merumuskan saran pada penelitian atau karya tulis, karena melalui manfaat, penulis mempunyai batasan terhadap apa yang menjadi solusi bagi permasalahan. Sementara penentuan ruang lingkup sangat dibutuhkan, terutama apabila judul yang dibuat terlalu singkat, ataupun motif dari penuis masih abstrak. Diharapkan melalui penentuan ruang lingkup ini akan mempermudah si penulis dalam menentukan ruang gerak serta batasan pembahasan agar tidak melebar dari tujuan penulisan. Demikianlah 4 (empat) hal yang dapat dijadikan pedoman, kiat ataupun cara untuk menentukan langkah pertama dalam membuat suatu tulisan ilmiah. Apabila si penulis telah mampu

menentukan langkah awal tersebut, barulah dapat ditarik suatu variabel yang mewakili latar belakang maupun rumusan masalah dan tujuannya, yang dikenal sebagai Judul Tulisan. Meskipun secara teori, judul harus ditulis paling duluan, namun secara praktek, munculnya judul dapat dibuat belakangan setelah si penulis dapat menentukan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan. Hal-hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam menentukan judul adalah : 1. Judul penelitian dibuat harus menggambarkan atau mewakili permasalahan, dapat dirumuskan secara ringkas singkat dan jelas atau dapat pula selengkap mungkin. Judul yang ditulis lengkap dimungkinkah apabila benar-benar ingin mewakili permasalahan. Secara garis besar, judul penelitian yang lengkap adalam mencakup : 1. Sifat dan jenis penelitian 2. Obyek yang diteliti 3. Subyek penelitian 4. Lokasi atau daerah penelitian. 2. Judul harus menggambarkan pentingnya masalah yang akan diangkat.. 3. Judul harus menarik minat pembaca 4. Judul harus memuat variabel-variabel yang mendukung, melengkapi atau dapat pula mandiri. Apabila telah berhasil menjalani langkah awal ini, kemudian berhasil menentukan judul yang tepat, maka penulis dapat menggunakan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah dibuat dan ditentukan untuk menggunakan metode penelitian yang tepat guna mendapatkan jawaban atas rumusan permasalahan tersebut. Patut pula untuk diingat, bahwa dalam menentukan tulisan yang akan dibuat, si penulis harus tetap memperhatikan beberapa hal berikut ini : 1. Tulisan harus asli atau original. Bukan jiplakan dari milik orang lain, dan harus jujur dalam mencantumkan kutipan yang digunakan selama penulisan. 2. Tema tulisan merupakan minat utama dari si penulis. Hal ini untuk mempermudah meningkatkan semangat serta memunculkan motivasi yang kuat guna menyelesaikan penulisan hingga dicapai apa yang diinginkan. 3. Tulisan tersebut mempunyai manfaat, baik bagi si penulis maupun secara umum (keilmuan). 4. Penelitian mengenai tema tulisan tersebut harus dapat dilaksanakan (bukan hal yang mustahil untuk diteliti atau tidak terlalu menyulitkan bagi si penulis) 5. Penelitian dapat dilaksanakan, tergambar atau terlihat dari ada tidaknya faktor yang mendukung, seperti fasilitas kepustakaan, informan, maupun birokrasi yang akan dihadapi. C. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mempermudah dalam menulis suatu karya tulis ilmiah maka seorang penulis harus dapat menentukan langkah awal yang harus diambil dalam memulai suatu tulisan, yakni penulis harus melakukan beberapa kegiatan sebelum membuat suatu tulisan ilmiah, diantaranya menentukan tema yang akan dijadikan patokan dalam menulis sekaligus melakukan penggalian data awal, kemudian menganalisis data awal yang diperoleh pada kegiatan sebelum menulis sehingga dapat dijadikan suatu latar belakang yang baik bagi pembuatan karya tulis ilmiah tersebut. Selanjutnya merumuskan masalah berdasarkan latar belakang tersebut. Terakhir menentukan tujuan, manfaat maupun ruang lingkup tulisan, dan pada akhirnya merumuskan atau menentukan judul tulisan yang mewakili permasalahan yang akan dibahas. Apabila langkah awal tersebut telah dilaksanakan, maka akan lebih mudah bagi si penulis untuk menindaklanjuti penulisan karya ilmiahnya, dengan menentukan judul serta memperhatikan ketentuan dalam membuat suatu tulisan. Baru kemudian mencoba menentukan metode ilmiah yang bagaimanakah yang tepat digunakan terhadap latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah ditentukan tersebut. D. Daftar Pustaka Ainal Ikram. 2003. Skripsi (karya ilmiah yang tidak dipublikasikan). Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak atas Domain Name Ditinjau dari Aspek HaKI. FH Unsri : Inderalaya Agus Kurniawan. 2003. (Karya ilmiah yang diperlombakan dalam Mahasiswa Berprestasi 2003). Perlindungan Rempah-Rempah Indonesia dari Praktek Biopiracy Menurut Sistem Hukum HaKI. FH Unsri : Inderalaya. Maria. S. W. Sumardjono. 1989. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM. Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. :UI Press Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. [1] Materi Pelatihan, disampaikan dalam PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH 2004 yang diselenggarakan oleh Asean Law Students Association (ALSA) Indonesia Local Comitte Sriwijaya University pada tanggal 15 Mei 2004 di Kampus Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Bukit Besar, Palembang. [2] Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Anggota Unit Penelitian Fakultas Hukum Unsri dan Anggota Sentra HaKI Unsri. [3] Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. 1986., halaman 1. [4] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1998., halaman 39.

[5] Ibid., [6] Soerjono Soekanto, op cit,. halaman 12. [7] Ibid., [8] Ibid., halaman 109. [9] Maria. S. W. Sumardjono. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta. 1989., halaman 10. [10] ibid., [11] ibid., halaman 12.

Karya Tulis Ilmiah DasarPublished August 18th, 2011 in Karya Tulis Ilmiah | No Comments A. Pengantar Menulis bagi mahasiswa bukan lagi persoalan keharusan tetapi sudah menjadi kebutuhan. Dalam tataran akademik, kemampuan menulis bagi mahasiswa merupakan bagian dari soft basic skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa.Apalagi dalam kurikulum yang berbasis kompetensi, mahasiswa dituntut untuk proaktif didalam mengekplorasi potensi yang ada dalam diri mahasiswa, salah satu potensi itu adalah kemampuan menulis karya tulis ilmiah. Mengapa kemampuan menulis menjadi sangat penting bagi mahasiswa. setidaknya ada beberapa alasan.pertama, Mahasiswa dituntut untuk berfikir kritis, nah kemampuan menulis mahasiswa memadukan dua tradisi yaitu tradisi membaca dan tradisi berdiskusi. dua tradisi ini apabila dihubungkan dengan daya malar kritis mahasiswa akan melahirkan kemampuan menulis. Kedua, menulis merupakan salah satu kreativitas mahasiswa yang mandapat membangun kompetensi mahasiswa. ketiga, ada banyak program yang dibuat oleh DIKTI dalam mengembangkan kretifitas mahasiswa salah satunya adalah program kreativitas mahasiswa (PKM). Program ini dibiayai oleh DIKTI sesuai denga proposal yang diajukan. PKM dikti membutuhkan pengetahuan dan kemampuan mahasisawa dibidang penulisan karya tulis mahasiswa. Makalah singkat ini akan menjelaskan metode-metode penyusunan karya tulis ilmiah secara sederhana. Dengan harapan mahasiswa dapat memahami serta mampu menguasai dan pada akhirnya akan memiliki kreativitas dasar terutama dalam penulisan karya tulis ilmiah.Semoga. B. Pengertian Karya Tulis Ilmiah Sebelum membahas lebih jauh, perlu persamaan pemahaman terlebih dahulu tentang batasan karya tulis ilmiah, karya ilmiah, dan karya tulis populer. 1. Karya tulis ilmiah Karya tulis ilmiah adalah Tulisan yang disusun oleh orang atau sekelompok orang (tim) yang melakukan penelitian/kajian. Karya ini mempunyai bertujuan menjelaskan secara akurat prosedur/metode yang berlaku dan menyajikan hasil penelitian . Karya ini ditulis dengan format standard: abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, serta daftar pustaka. Contoh: Laporan penelitian, Skripsi, Tesis/Disertasi, Tugas akhir, Makalah hasil

penelitian 2. Karya ilmiah Karya ilmiah adalah: Tulisan/artikel yang ditulis oleh orang atau sekelompok orang (tim) dibidangnya dan berpengalaman. Tulisan bukan berasal dari hasil penelitian/kajian tetapi berasal dari gagasan atau tinjauan literatur yang bersifat ilmiah dan ditulis berdasarkan kaidah ilmiah. Namun format tulisan tidak perlu mengikuti standar karya tulis ilmiah. Contoh:Proposal, Ringkasan eksekutif, Makalah bahan ajar dan modul, Tinjauan literatur. 3. Penulisan ilmiah populer Karya ilmiah yang disajikan dalam tulisan populer dengan tujuan dibaca oleh pembaca umum. Ditulis oleh ilmuwan dibidangnya, maupun oleh orang lain yang bukan di bidangnya namun dapat menyajikan secara populer. Contoh: Artikel-artikel yang dimuat di majalah Baca/Koran dll. C. Struktur Penulisan Ilmiah 1. Pendahuluan Seperti namanya, bagian ini memberikan gambaran mengenai topik penelitian yang hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasa disertakan pada bagian ini diuraikan secara sederhana di bawah ini. a. Latar belakang masalah Pada bagian ini, penulis harus menguraikan apa yang menjadi ketertarikannya pada objek yang diteliti. Oleh karena itu, kepekaan untuk memerhatikan fenomena-fenomena yang mutakhir di bidang yang sedang ditekuni menjadi kebutuhan. Tidak jarang, sebuah makalah atau skripsi mendapat sambutan hangat karena membahas topik-topik yang sedang hangat. Satu aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan pustaka. Peneliti perlu menyertakan beberapa penelitian yang relevan dengan topik yang dikerjakan. Hal ini dilakukan agar memperjelas pembaca bahwa penelitian yang dilakukan bukan mengulangi berbagai penelitian lainnya. b. Masalah dan batasannya Dari fenomena yang menarik perhatian, penulis harus secara eksplisit mengemukakan masalah yang hendak dibahas. Sebab pada bagian latar belakang, masalah yang hendak dibahas biasanya tidak dikemukakan secara eksplisit. Meski demikian, masalah yang hendak dibahas atau diteliti itu masih harus dibatasi lagi. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak meluber luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan. Selain itu, pembatasan masalah penelitian juga akan menolong dalam hal efektivitas penulisan karya ilmiah. c. Tujuan dan manfaat Kemukakan tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan. Sedapat mungkin dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan akademis maupun masyarakat secara umum. d. Metode dan Teknik Analisa Penentuan metode dan teknik menganalisis data juga akan menentukan hasil dari sebuah penelitian. Metode harus dibedakan dari teknik. Mengenai keduanya, Sudaryanto (2001) menyebutkan bahwa metode merupakan cara yang harus dilaksanakan, sedangkan teknik merupakan cara melaksanakan metode. Sebagai cara, tambahnya, kejatian teknik ditentukan oleh adanya alat yang dipakai. Dalam ilmu linguistik, metode penelitian berkisar pada dua metode besar, yaitu metode padan dan agih. Sementara tekniknya ada bermacam-macam. Tidak semua metode perlu dan relevan

untuk digunakan dalam menganalisa data penelitian. Oleh karena itu, peneliti perlu berhati-hati dalam menentukan metode dan teknik analisanya. Data penelitian yang diperoleh harus benarbenar dicermati perilakunya. e. Landasan teori Sebuah penelitian tentu perlu memiliki dasar teoritis yang kuat. Namun, penulis harus benarbenar teliti menentukan dasar teoritis yang akan mendukung pembedahan masalah. Biasanya, bila sudah mengerti perilaku data yang diperoleh, penentuan teori yang hendak dipakai akan lebih mudah. 2. Isi Setelah merampungkan bagian awal tadi, penelitian pun dapat dilanjutkan dengan lebih bergumul dengan data yang telah diperoleh. Sub dari bagian isi (biasa disebut juga subbab karena bagian isi umumnya dianggap sebagai bab yang mandiri) biasanya tergantung ruang lingkup masalah. Bila masalah yang hendak dibahas terdiri dari tiga butir, sub bagian isi bisa menjadi tiga. Jangan sampai empat apalagi lima, mengingat pada bagian isi, penulis harus melakukan analisa berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada bab pendahuluan. 3. Penutup Sebagai penutup, pada bagian ini peneliti harus memberi simpulan dari hasil penelitiannya. Simpulan tersebut harus disajikan secara sederhana dan singkat. Tujuannya agar pembaca bisa lebih menangkap hasil penelitiannya secara ringkas. Salah satu bagian yang tampaknya masih banyak digunakan sebagai sub-bagian dari penutup ialah saran. Sejumlah departemen pada sejumlah perguruan tinggi belakangan ini mulai menghapus bagian tersebut. Sederhananya, sebuah penelitian mensyaratkan sebuah penelitian lanjutan, entah untuk menyanggah atau menguatkan hasil penelitian terdahulu. 4. Bibliografi Bibliografi atau yang umumnya disebut sebagai daftar pustaka turut menjadi bagian yang penting. Asumsinya, sebuah penelitian ilmiah tentu akan menggunakan referensi-referensi pendukung. Tidak ada batasan minimal maupun maksimal dalam penggunaan referensi. Namun, ini bukan berarti bahwa peneliti bisa seenaknya mencantumkan referensi. Referensi yang terlalu sedikit bisa menandakan peneliti tidak banyak membaca literatur pendukung atau hasil penelitian terkait. Sementara bila terlalu banyak, bisa-bisa dicurigai hasil tulisannya didominasi oleh pendapat ahli daripada pendapat peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemanfaatan referensi harus dilakukan sewajar dan seperlunya saja. Tata cara penulisan bibliografi pun harus diperhatikan. Bedakan sumber referensi yang berasal dari buku dengan majalah dan surat kabar. Mengingat dunia internet saat ini pun menawarkan beragam hasil penelitian yang dengan mudah dapat diakses, peneliti dapat memanfaatkan sumber-sumber tersebut sebagai bahan referensi penelitiannya. Khusus untuk sumber referensi dari internet, saat ini disepakati bahwa tata cara penulisannya sebagai bibliografi diperlakukan seperti layaknya sebuah artikel. 5. Mengenai Abstrak Abstrak juga menjadi bagian penting lain yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Abstrak merupakan suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris, bertujuan untuk menerangkan kepada para pembaca aspek-aspek mana yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu (Keraf 1984). 6. Mengenai Prakata Salah kaprah sering terjadi pada bagian ini. Masih banyak yang memilih menggunakan kata

pengantar daripada prakata. Perbedaan yang mendasar dari keduanya, kata pengantar ditulis oleh seseorang dalam rangka menyajikan karya tulis orang lain. Biasanya kata pengantar dipilih untuk memberi kesaksian yang menguatkan bagi pembaca, bahwa karya yang disajikan penulis pantas dibaca atau dijadikan referensi. Sebaliknya, prakata merupakan pengantar yang disajikan oleh penulis karya tersebut. D. Contoh Standar Teknik Penulisan 1. Penomoran Bab serta subbab Bab dinomori dengan menggunakan angka romawi. Subbab dinomori dengan menggunakan angka latin dengan mengacu pada nomor bab/subbab dimana bagian ini terdapat. II . (Judul Bab) 2.1 ..(Judul Subbab) 2.2 ..(Judul Subbab) 2.2.1 (Judul Sub-Subbab Penulisan nomor dan judul bab di tengah dengan huruf besar, ukuran font 14, tebal Penulisan nomor dan judul subbab dimulai dari kiri, dimulai dengan huruf besar, ukuran font 12, tebal. 2. Penomoran Halaman Bagian Awal, nomor halaman ditulis dengan angka romawi huruf kecil (i,ii,iii,iv,).Posisi di tengah bawah (2 cm dari bawah). Khusus untuk lembar judul dan lembar pengesahan, nomor halaman tidak perlu diketik, tapi tetap dihitung. Bagian Pokok, nomor halaman ditulis dengan angka latin. Halaman pertama dari bab pertama adalah halaman nomor satu. Peletakan nomor halaman untuk setiap awal bab di bagian bawah tengah, sedangkan halaman lainnya di pojok kanan atas Bagian akhir, nomor halaman ditulis di bagian bawah tengah dengan angka latin dan merupakan kelanjutan dari penomoran pada bagian pokok. 3. Judul dan Nomor Gambar / Grafik / Tabel Judul gambar / grafik diketik di bagian bawah tengah dari gambar. Judul tabel diketik di sebelah atas tengah dari tabel. Penomoran tergantung pada bab yang bersangkutan, contoh : gambar 3.1 berarti gambar pertama yang ada di bab III. 4. Penulisan Daftar Pustaka Ditulis berdasarkan urutan penunjukan referensi pada bagian pokok tulisan ilmiah. Ditulis menurut kutipan-kutipan Menggunakan nomor urut, jika tidak dituliskan secara alfabetik Nama pengarang asing ditulis dengan format : nama keluarga, nama depan. Nama pengarang Indonesia ditulis normal, yaitu : nama depan + nama keluarga Gelar tidak perlu disebutkan. Setiap pustaka diketik dengan jarak satu spasi (rata kiri), tapi antara satu pustaka dengan pustaka lainnya diberi jarak dua spasi. Bila terdapat lebih dari tiga pengarang, cukup ditulis pengarang pertama saja dengan tambahan et al. Penulisan daftar pustaka tergantung jenis informasinya yang secara umum memiliki urutan sebagai berikut : Nama Pengarang, Judul karangan (digarisbawah / tebal / miring), Edisi, Nama Penerbit, Kota Penerbit, Tahun Penerbitan.

Tahun terbit disarankan minimal tahun 2000. contoh penulisan daftar pustaka Satu Pengarang Budiono. 1982. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Friedman. 1990. M. Capitalism and Freedom. Chicago : University of Chicago Press. Dua Pengarang Cohen, Moris R., and Ernest Nagel. 1939. An Introduction to Logic and Scientific Method. New york: Harcourt Nasoetion, A. H., dan Barizi. 1990. Metode Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Tiga Pengarang Heidjrahman R., Sukanto R., dan Irawan. 1980. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Nelson, R.., P. Schultz, and R. Slighton. 1971. Structural change in a Developing Economy. Princeton: Princeton University Press. Lebih dari Tiga Pengarang Barlow, R. et al. 1966. Economics Behavior of the Affluent. Washington D.C.: The Brooking Institution. Sukanto R. et al. 1982. Business Frocasting. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Pengarang Sama Djarwanto Ps. 1982. Statistik Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. ____________. 1982. Pengantar Akuntansi. Yogyakarta: Bagian penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Tanpa Pengarang Authors Guide. 1975. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall Interview Manual. 1969. Ann Arbor, MI: Institute for Social Research, Universiy of Michigan. Buku Terjemahan, Saduran atau Suntingan. Herman Wibowo (Penterjemah). 1993. Analisa LaporanKeuangan. Jakarta: PT. Erlangga. Karyadi dan Sri Suwarni (Penyadur). 1978. Marketing Management. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Buku Jurnal atau Buletin Insukindro dan Aliman, 1999. Pemilihan dan Bentuk Fungsi Empirik : Studi Kasus Permintaan Uang Kartal Riil di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 4:49-61. Granger, C.W.J., 1986. Developments in the Study of Co-integrated Economic Variables, Oxford Bulletin of Economics and Statistics, Vol.48 : 215-226. 5. Format Pengetikan - Menggunakan kertas ukuran A4. - Margin Atas : 4 cm Bawah : 3 cm Kiri : 4 cm Kanan : 3 cm - Jarak spasi : 1,5 (khusus ABSTRAKSI hanya 1 spasi) - Jenis huruf (Font) : Times New Roman. - Ukuran / variasi huruf : Judul Bab 14 / Tebal + Huruf Besar

Isi 12 / Normal Subbab 12 / Tebal 6. Hasil Penulisan Karya tulis ilmiah - Dijilid berbentuk buku. Halaman tidak termasuk cover, halaman judul, daftar isi, kata pengantar dan daftar pustaka - Dipresentasikan di hadapan para penguji, usahakan menggunakan Power Point. - Usahakan diketik dengan menggunakan Program Software Pengolah Kata, misal : Ms Word dan dicetak dengan printer. 6. LAMPIRAN. Lampiran ini berisi data, gambar, tabel atau analisis dan lain-lain yang karena terlalu banyak, sehingga tidak mungkin untuk dimasukkan kedalam bab-bab sebelumnya.

Metode menulis Karya Ilmiah Yang BaikPublished August 18th, 2011 in Karya Tulis Ilmiah, Motivasi | No Comments banyak guru PNS yang sulit sekali untuk naik pangkat. Jumlahnya sangat fantastis atau bisa dikatakan cukup banyak. Para guru PNS di tingkat DIKDASMEN sulit mencapai pangkat di atas IV/A karena kemampuan mereka membuat karya Tulis Ilmiah (KTI) masih lemah padahal membuat KTI menjadi salah satu syarat kenaikan pangkat. Dari data Badan Kepegawaian Nasional (BKN) 2005, sekitar 1,4 juta guru berstatus PNS. Umumnya berada di pangkat III/A sampai III/D yang jumlahnya mencapai 996.926 guru. Adapun di golongan IV ada 336.601 guru, dengan rincian golongan IV/A sebanyak 334.184 guru, golongan IV/B berjumlah 2.318 guru, golongan IV/C sebanyak 84 guru, dan golongan IV/D ada 15 guru. Mengapa banyak guru yang kesulitan dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah? Hal ini dikarenakan belum banyak guru yang memahami dan mengenal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sehingga wajar saja apabila banyak guru yang mengalami kesulitan dalam pembuatan karya tulis ilmiah. Lalu mengapa membuat karya tulis ilmiah itu dianggap sulit oleh guru? Apa yang menyebabkan para guru tidak mampu untuk membuat karya tulis ilmiah? Berikut ini penulis sharing-kan beberapa langkah sukses dalam membuat karya tulis ilmiah yang penulis alami sendiri dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Komitmen Teman-teman guru harus memiliki komitmen yang tinggi dalam membuat sebuah karya tulis. Jangan sampai anda dikalahkan oleh diri sendiri. Komitmen adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Harusnya, sekali kita komit, maka kita akan selalu mempertahankan janji itu sampai akhir. Setiap orang dari kecil sampai dewasa pastilah pernah membuat komitmen, meskipun terkadang komitmen itu seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata. Guru harus bisa melawan kemalasan diri. Ketika kita memiliki komitmen yang tinggi untuk membuat sebuah karya tulis, maka keberhasilan akan ada di depan mata. Orang-orang yang

sukses dalam membuat karya tulis adalah orang-orang yang memiliki komitmen dengan dirinya sendiri. Ketika ia telah berjanji dengan dirinya sendiri, maka dengan penuh kesadaran tinggi memenuhi janji yang telah diucapkannya. 2. Konsisten Seringkali kita tak konsisten dengan apa yang telah kita janjikan pada diri sendiri. Rutinitas kerja telah membuat kita menjadi inkonsistensi terhadap janji yang kita ucapkan. Hal inilah yang banyak terjadi pada teman-teman guru. Mereka tidak konsisten dalam membuat karya tulis. Wajar saja apabila mereka tak berhasil menyelesaikannya, karena untuk berhasil membuat sebuah karya tulis dibutuhkan konsistensi yang terus menerus dan jangan pernah berhenti menulis. Bila ada hambatan jangan lantas langsung menyerah. Hadapi terus dan banyak bertanya pada ahlinya. Bila kemudian kendala yang dihadapi sangat tinggi, maka anda perlu bantuan orang lain. Banyak bantuan yang bisa anda peroleh, selain membaca buku, dan bisa mencarinya lewat internet, atau carilah teman yang bisa anda ajak untuk berdiskusi. Banyak orang beranggapan kalau konsisten itu berarti harus selalu sama, tidak boleh bervariasi atau ada kontradiksi. Konsistensi juga menunjukkan integritas kita sebagai seorang pribadi. Konsisten itu bagai pedang bermata dua, bisa ke arah positif dan sebaliknya bisa juga ke arah negatif. Sehingga sikap berhati-hati sangat penting untuk dipakai sebagai pendamping sikap konsisten. Jangan sampai sikap konsisten kita itu malah menjadikan kita lebih buruk dan tidak meningkatkan kualitas hidup kita sebagai manusia. Jangan karena khawatir dianggap tidak konsisten lalu kita takut berubah, padahal perubahan tersebut akan membawa kita kepada kebaikan. 3. Kerja Keras Sebagai seorang guru yang hampir setiap semester membuat laporan karya tulis ilmiah, saya merasakan sendiri bagaimana kita harus bekerja keras dengan penuh keuletan dalam melaporkan karya tulis. Di saat orang lain mungkin tertidur lelap, penulis masih terus mengetik, menganalisis apa yang terjadi di kelas, melihat dan menilaihasilpekerjaan siswa, dan memperbaiki kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dibutuhkan semangat yang tinggi serta motivasi internal yang hebat agar karya tulis kita dapat terwujud. Kerja keras adalah gerbang utama berikutnya yang harus dikerjakan oleh mereka yang ingin sukses dalam menuliskan karya tulisnya. Dalam dunia kerja, seorang professional bukan hanya lahir karena modal kepintaran saja tetapi juga karena kerajinan dan ketekunan serta kerja keras. Orang pintar tetapi malas akan dikalahkan oleh orang yang kurang pintar tetapi rajin. Bayangkan apa jadinya bila orang pintar sekaligus rajin, tekun dan pekerja keras. Jadi fungsi dan peranan kerja keras tidak bisa diabaikan. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah anda harus bekerja keras menyusun sebuah karya tulis yang enak dibaca dan komunikatif. Tak ada keberhasilan yang dihasilkan tanpa kerja keras. Begitu pun dalam membuat karya tulis ilmiah yang bermanfaat untuk orang lain. 4. Kerja Cerdas

Banyak teman-teman guru yang bertanya pada saya kenapa sulit membuat sebuah karya tulis. Rata-rata dari mereka tak pernah bekerja cerdas dalam mengaplikasikan apa yang ada dalam alam pikirannya. Waktu yang 24 jam diberikan oleh Tuhan pemilik bumi kepada kita harus dapat dimanfaatkan dengan baik. Di sinilah kita dituntut untuk berpikir dan bertindak cerdas dalam membuat sebuah karya tulis. Gunakan waktu sebaik mungkin. Bagilah waktu dengan baik. Anda sendiri yang menentukan kapan saatnya untuk menulis, dan kapan saatnya untuk berinteraksi dengan teman lainnya untuk mendapatkan masukan. Ketika kecerdasan kita dalam mengatur waktu sudah teratasi dengan baik, maka keberhasilan dalam membuat tulisan terlihat jelas di depan mata. Bekerja cerdas bukan hanya dalam perkataan tetapi menyatu dalam perbuatan nyata. Seringkali kita menghadapi kenyataan bahwa kita sulit sekali membagi waktu, belum lagi banyaknya pekerjaan yang menumpuk di depan mata. Di sinilah kita harus bekerja cerdas dengan cara sedikit demi sedikit mencicil pekerjaan kita. Jangan pernah menunda-nunda pekerjaan. Di dalam melaporkan penelitian kita pun demikian, harus di catat dan kemudian kita pindahkan dalam bentuk laporan penelitian. Di sinilah kita harus bekerja cerdas agar kita dapat membuat karya tulis yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tak ada orang yang sukses menulis karya tulis tanpa kerja cerdas. 5. Kerja Ikhlas Dalam membuat sebuah karya tulis yang komunikatif dibutuhkan kerja ikhlas yang tak mengharapkan imbalan apapun. Kalaupun ternyata nanti ada imbalannya itu berangkat dari kerja ikhlas kita. Bila niat kita ikhlas bahwa dari menulis ini akan memperbaiki kinerja kita sebagai guru, maka anda akan merasakan sebuah kekuatan super akan membantu anda mewujudkan ideide anda ke dalam bentuk tulisan. Tulisan yang berbobot adalah tulisan yang komunikatif dengan pembacanya dan memberikan pencerahan kepada siapa saja yang membacanya. Hal ini disebabkan oleh sebuah keikhlasan dari si penulis yang mampu membuat sebuah tulisan enak dibaca dan interaktif dalam mengungkapkan pendapat. Ingatlah bila kita bekerja ikhlas, maka Allah pun akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Kerja ikhlas hendaklah menjadi bagian dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. Ketika niat kita ikhlas karena untuk saling berbagi ilmu pengetahuan, maka akan muncul segala kemudahan yang terbentang di depan mata. Hal ini sering penulis alami ketika mengali kebuntuan dalam membuat karya tulis. Namun, karena niat penulis ikhlas, ada saja pertolongan Allah yang membuat penulis serasa mendapatkan ide-ide baru dalam menuliskan apa yang penulis pikirkan. Ingatlah, kerja ikhlas akan membantu anda dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah, karena tak ada beban yang anda alami. 6. Kerjasama/ Kolaboratif Pekerjaan yang baik dan obyektif dalam proses pembelajaran di kelas adalah bila dilakukan bersama dengan teman sejawat. Kolaboratif harus senantiasa kita lakukan agar kualitas pembelajaran kita di kelas menjadi semakin berkualitas. Kesendirian akan membuat kita menjadi orang yang egois, dan menganggap diri kitalah yang paling benar. Bila kita berkolaborasi, maka

kita akan banyak mendapatkan masukan dari teman sejawat lainnya tentang apa yang telah kita lakukan. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, sebaiknya anda juga mendiskusikannya dengan teman sejawat. Jangan sampai anda hanya mengungkapkan pendapat pribadi anda sendiri yang sifatnya subyektif, dan cenderung menyalahkan yang lain. Tak ada yang lebih baik selain melakukan kolaboratif dengan teman sejawat. Bila anda terpaksa harus sendirian, carilah teman yang anda anggap dapat dijadikan teman untuk berdiskusi tentang masalah penelitian yang sedang anda lakukan. Kerjasama yang dibina dengan baik akan memudahkan anda dalam mengatasi kesulitan yang anda alami dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah. Tak ada karya tulis yang baik tanpa kerjasama semua pihak. Anda bisa buktikan dari semua kata pengantar yang dibuat oleh guru yang telah berhasil membuat karya tulisnya. Di sanalah tertulis ucapan terima kasih dari orang-orang yang membantunya. 7. Koneksi Tak ada orang yang sukses saat ini tanpa memiliki koneksi dengan orang lain. Dalam dunia persekolahan anda harus bisa bersinergi dengan kepala sekolah anda yang merupakan orang nomor satu di sekolah. Jangan dilupakan peran kepala sekolah. Karya tulis ilmiah yang anda buat tidak ada artinya bila belum disetujui oleh kepala sekolah. Apalagi bila karya tulis itu diajukan untuk kenaikan pangkat atau mengikuti lomba. Jadi koneksi ini sangat penting artinya bagi kita sebagai penulis sekaligus peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas, proposal penelitian yang kita buat harus terlebih dahulu disetujui oleh kepala sekolah. Tanpa persetujuan kepala sekolah agak sulit bagi kita mewujudkannya dalam pelaksanaan penelitian. Dalam lomba-lomba karya tuis yang telah penulis ikuti, tak ada satu pun finalis lomba yang tak memiliki koneksi. Meraka bisa berhasil ke Jakarta dan menjadi finalis lomba karya tulis ilmiah karena adanya koneksi dari sekolahnya. Jadi konekasi ini sangat penting bagi guru yang akan membuat karya tulisnya. 8. Kemauan Kuat Dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah dibutuhkan kemauan kuat dari diri sendiri untuk mewujudkannya. Tanpa kemauan yang kuat jangan berharap karya tulis anda berhasil dibuat. Kemauan kuat akan menjadikan karya tulis yang anda buat menjadi hidup dan lebih bermakna. Kemauan yang kuat akan membuat ada memiliki kekuatan maha dahsyat yang membuat anda merasa mudah dalam melakukan penelitian dan melaporkannya dalam bentuk karya tulis. Tanpa kemauan yang kuat jangan berharap anda berhasil dalam membuat karya tulis ilmiah yang bermanfaat untuk orang lain. 9. Kontekstual Karya tulis yang dibuat sebaiknya sesuai dengan keadaan nyata di lapangan atau di kelas. Tulislah sesuatu yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan juga guru sehingga

tujuan penelitian tercapai. Buatlah sebuah pengalaman nyata dalam karya tulis anda. Pengalaman nyata itu benar-benar hasil perenungan yang mendalam dari refleksi diri selama anda melakukan pembelajaran. Banyak teman-teman guru yang menuliskan pengalamannya itu dalam bentuk laporan penelitian tindakan kelas. Isinya sangat bagus dan membuat siapa saja yang membacanya merasa mendapatkan pencerahan. Apa yang dituliskan memang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata kita sehari-hari, dan mereka telah berhasil mencari solusinya. 10. Kredibel Karya tulis yang dibuat sebaiknya karya tulis yang benar-benar dibuat sendiri, sehingga tingkat kepercayaannya sangat tinggi. Karya tulis itu harus kredibel di mata sesama teman sejawat dan juga diketahui oleh kepala sekolah. Bila teman sejawat dan kepala sekolah telah mempercayai, maka anda bisa mempublikasikannya dalam forum MGMP atau tingkat yang lebih luas lagi. Ketika karya tulis yang dibuat kredibel, maka kepala sekolah dan juga kepala dinas pendidikan setempat akan dengan senang hati menyetujui dan menandatangani karya tulis ilmiah anda. 11. Kerja Tuntas/ Ketuntasan Karya tulis yang anda buat jangan di nanti-nanti dan jangan di tunda-tunda. Segera tuntaskan sampai selesai sesuai dengan jadwal yang anda rencanakan dalam proposal penelitian. Permaslahan yang dihadapi oleh para guru dewasa ini adalah banyak sekali guru yang tak menuntaskan tugas yang diembannya. Apalagi banyak guru yang tidak tuntas dalam melaporkan hasil penelitiannya. Selain kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja cerdas, dibutuhkan juga kerja tuntas agar apa yang kita tuliskan benar-benar holistik. Kita tak menilai siswa dari satu sisi saja, tetapi kita menilai mereka dari semua sisi dan dari sudut pandang yang berbeda. Ketika kerja tuntas telah kita lakukan, maka kesuksesan kita dalam membuat sebuah karya tulis ada di depan mata. Biasakanlah selalu bekerja tuntas. 12. Kejujuran Hendaknya karya tulis yang dituliskan harus dilandasi dengan kejujuran. Jangan memasukkan data yang tak sesuai dengan kenyataan lapangan. Peneliti harus jujur menyampaikan data temuannya. Kejujuran harus menjadi panglima kita dalam membuat karya tulis ilmiah. Sebagai guru anda harus satu kata antara perkataan dan perbuatan. Jangan sampai apa yang anda tuliskan, ternyata dalam kenyataannya tidak anda lakukan. Janganlah membuat sebuah karya tulis ilmiah dari laporan penelitian tindakan kelas yang bukan berasal dari apa yang anda lakukan sehari-hari. Anda harus jujur dalam membuat sebuah karya tulis. Ketika tulisan anda dilandasi dengan kejujuran, maka pintu gerbang kesuksesan dalam membuat karya tulis ilmiah akan terbuka lebar-lebar. 13. Ketelitian/kecermatan

Membuat sebuah karya tulis ilmiah dibutuhkan ketelitian dalam membuatnya, karena itu seorang guru harus teliti dalam membuat karya tulisnya. Tanpa ketelitian yang tinggi, jangan harap karya tulis anda berhasil dibuat dengan baik. Dalam sebuah penelitian, faktor ketelitian sangatlah penting, karena disinilah proses analisis data diperoleh. Oleh sebab itu di setiap laporan PTK ada satu bab yang khusus menuliskan hasil penelitian kita. Di sinilah ketelitan kita dalam meneliti akan teruji. 14. Kesabaran Kesabaran akan membuahkan keindahan. Dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah dibutuhkan kesabaran. Baik dalam pembuatan proposalnya, prosesnya dan pelaporannya. Tanpa kesabaran yang tinggi karya tulis anda akan menjadi sebuah laporan yang terkesan tergesa-gesa. Karya tulis yang baik adalah karya tulis yang runut metodologinya, enak bahasanya, dan dilengkapi dengan kajian pustaka yang tidak asal comot. Semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam menyatukannya ke dalam bentuk karya tulis ilmiah. 15. Kreativitas Kreativitas adalah sesuatu yang baru atau sesuatu yang lebih baru. Guru dituntut kreatif dalam membuat karya tulisnya sendiri. Perlu kreativitas yang tinggi dalam membuat sebuah karya tulis ilmiah yang memikat hati. Guru harus lebih kreatif dalam membuat karya tulisnya sendiri. Bukan sekedar menggunakan metode ATM (Amati Tiru Modifikasi), tetapi lebih dari itu. Jangan sampai apa yang dituliskan ternyata telah diteliti pula oleh guru lainnya. Boleh saja masalahnya sama, tetapi harus dibuat dalam gaya tulisan berbeda. Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti berbagai lomba, khususnya lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran tingkat nasional di tahun 2008, karya tulis yang dibuat oleh teman-teman guru adalah karya tulis yang memiliki kreativitas yang tinggi. Hal ini penulis peroleh dari juduljudul meraka yang sangat berbeda dari judul-judul karya tulis yang pernah penulis lihat dari karya tulis guru lainnya. 16. Kondusif/ keadaan yang baik Karya tulis yang dibuat oleh guru harus menunjukkan suasana yang kondusif dalam melakukan tindakan perbaikannya. Ketika suasana kondusif terpenuhi, maka guru akan dengan mudah melakukan penelitiannya. Ketika penelitiannya telah selesai dalam suasana yang kondusif, maka pelaporannya pun akan dengan mudah diselesaikan dengan baik oleh guru yang bersangkutan. Penulis merasakan sendiri, bila suasana sekolah kondusif, kita akan dengan mudah melakukan penelitian kita dan melaporkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Lalu bagaimana bila ternyata suasana sekolah tidak kondusif? Kita sendirilah sebagi guu yang harus merubah keadaan ini. Gur harus menjadi motivator dalam lingkungannya sendiri. Guru harus pantang menyerah dalam keadaan apapun. 17. Keragaman

Karya tulis yang anda buat disarankan beragam. Sistematika penulisan laporan PTK boleh seragam, tetapi penyampaian laporan dan isinya disarankan seragam. Keragaman sangat diperlukan dalam mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan baru dalam bidang pendidikan. Semakin banyak guru yang membuat karya tulis ilmiahnya, maka semakin beragam pula khasanah ilmu pendidikan yang akan kita dapatkan. Kurikulum lama telah mengajarkan pada kita untuk senantiasa seragam dalam pembelajaran, sedangkan dalam KTSP kita dituntut untuk menciptakan sendiri pembelajaran kita yang sesuai dengan SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar). Di sinilah akan terlihat keragaman kita dalam membuat sebuah pembelajaran. Paradigma baru dalam pembelajaran guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Siswa bukanlah obyek pembelajaran. Guru dan siswa sama-sama belajar sehingga melahirkan keragaman yang sesuai dengan daerahnya masingmasing. Seperti apa kata pepatah. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. 18. Konten kreatif Banyak kita temui karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru kurang kreatif. Apa yang dituliskan rata-rata hampir sama dengan karya tulis yang dibuat oleh guru lainnya. Perlu perjuangan dari para guru untuk membuat sebuah konten yang kreatif hasil karyanya sendiri. Melihat hasil karya tulis orang lain memang diperbolehkan sebagai bahan perbandingan, tetapi karya tulis yang anda hasilkan haruslah karya tulis yang benar-benar tulisan anda sendiri yang kreatif. Tulisan kreatif, biasanya lebih enak dibaca dan lebih mengena kepada masalah pendidikan yang dituliskannya. Dalam kesempatan yang diberikan oleh panitia seminar maupun worskhop di timgkat nasional tentang PTK, penulis banyak menjumpai teman-teman guru yang kesulitan dalam menuliskan apa yang telah mereka kerjakan. Mereka sulit sekali menulis walaupun hanya satu alinea saja. Tetapi ketika penulis pancing dalam berbagai pertanyaan, maka keluarlah semua pengalaman guru dari dalam mulutnya. Ternyata banyak guru yang baru pandai bicara saja, tetapi ketika menuliskannya banyak yang belum berhasil. Untuk bisa menuliskannya diperlukan latihan terus menerus tiada henti. Dari latihan menulis inilah akan anda temui sebuah konten yang kreatif karena anda telah terbiasa untuk menulis. 19. Keaslian Karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru harus orisinil, dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Ketika keaslian telah menyatu dalam karya tulis yang dibuat oleh guru, maka orang lain yang membacanya menjadi tergugah. Apalagi bila apa yang dituliskan merupakan sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan, tentu saja akan menjadi menarik dan membuat para guru lainnya mendapatkan manfaat dari apa yang anda tuliskan.Keaslian merupakan sesuatu yang tinggi dalam penilaian tim penilai karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah yang asli adalah karya tulis yang dibuat oleh seorang guru yang memang kreatif dalam mengembangkan potensi unik siswa. Potensi unik siswa akan dengan mudah dikembangkan apabila guru mampu memahami apa yang dibutuhkan oleh para siswanya dalam proses pembelajaran. Di sanalah akan terlihat keaslian dari sebuah karya tulis ilmiah.

20. Komunikatif Banyak karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru tidak komunikatif. Ingatlah bahwa seorang guru membuat sebuah karya tulis ilmiah untuk dibaca oleh guru lainnya atau untuk orang lain yang menginginkan pengetahuan yang dituliskan olehnya. Sehingga bahasa yang digunakan haruslah komunikatif. Ketika bahasa yang digunakan adalah bahasa iliah populer yang komunikatif, maka karya tulisnya akan dengan mudah dicerna dan bermanfaat untuk orang banyak.

Pengertian Karya Tulis IlmiahPublished May 15th, 2011 in Karya Tulis Ilmiah, Pengertian | No Comments A. Pengertian Karya Ilmiah Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajkan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jones ( 1960 ) membagi karangan ilmiah menjadi dua,diantaranya ;. 1. Karangan ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu ( profesional ) yang biasanya bersifat karya ilmia tinggi yang disebut dengan istilah karya ilmiah. 2. Karangan ilmiah yng ditujukan kepada masyarakat umum yang disebut dengan istilah karangan ilmiah populer. B. Ciri Dan Unsur Kerangka Karya Ilmiah Secara ringkas, karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bahan : Menyajikan fakta yang benar / objektif, dapat dibuktikan. 2. Penyajian : Menggunakan bahasa yang cermat (formal dan konkret), sistematis (sesuai dengan langkah kerja). 3. Sikap Penulis : Jujur (tidak berlebih-lebihan atau mengurangi sesuatu); objektif (tidak mengejar keuntungan pribadi). 4. Penyimpulan : berdasarkan fakta dan tidak emotif. C. Objek Atau Bahan Karya Ilmiah Bahan penulisan karya ilmiah adalah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Semua data atau informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa kegiatan ilmiah sebagai berikut: 1. pengalaman (eksperimence)

Yaitu informasi yang diperoleh dari hasil pengalaman, kemudian ditarik kesimpulan sebagai bahan. Pada pengalaman, unsure kesengajaan itu tidak ada, tidak direncanakan sebelumnya, bahan diperoleh penulis dari kebiasaan melakukan pekerjaan. 2. Penelitian lapangan (observasi research) yaitu informasi yang diperoleh dari lapangan, penulis langsung terjun keobyek yang dijadikan bahan penulisan. Pada penelitian lapangan, penulis dengan sengaja melakukan penelitian, sengaja mencari data atau bahan, karena dituntut untuk mengetahuinya. 3. Penelitian Pustaka (Library Research) yaitu suatu karangan yang apabila penulis tidak melakukan kegiatan dilapangan, tetapi mengambil data-data atau bahan yang diperlukan dari buku-buku yang dibacanya. 4. Penelitian Laboratorium (Laboratory Research) yaitu penelitian yang dilakukan dilaboratorium untuk mendapatkan data-data atau bahan sebagai dasar untuk menyampaikan informasi. D. Syarat-Syarat Karya Ilmiah Secara Umum Suatu karya tulis dapat dikatakan karya ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Karya tersebut terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. 1. Bagian awal Bagian ini mencakup halaman judul, halaman pengesahan, prakata, daftar isi, daftar tabel (daftar), daftar gambar, daftar lampiran, arti lambang dan singkatan, dan intisari. Karya ilmiah. 2. Bagian inti Mengandung bab-bab: pengantar, tinjauan pustaka, cara penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan ringkasan. Dalam bagian inti karya tulis ini, terdapat beberapa sub bab Peneliti mengangkat topik mengenai Badan Perwakilan Desa. Peneliti merasa perlu untuk mengangkat topik ini disebabkan perubahan mendasar peranan Badan Perwakilan Desa setelah orde baru ke masa reformasi, hal ini ditandai dengan diberlakukannya desentralisasi pemerintahan yang membuat Badan Perwakilan Desa mempunyai tugas dan kewenangan yang baru. Hal inilah yang membuat peneliti merasa tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai Peran Badan Perwakilan 3. Bagian akhir

Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran. Karya ini telah memuat daftar pustaka dan lampiran, sehingga memenuhi persyaratan karya ilmiah. E. Syarat-Syarat Karya Ilmiah Secara Khusus Dari berbagai macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki persyaratan khusus. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah: 1. Karya tulis ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik. 2. Karya tulis ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan rujukan dan kutipan yang jelas. 3. Karya tulis ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual dan prosedural. 4. Karya tulis ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan. 5. Karya tulis ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis 6. Karya tulis ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh bersifat emotif. Disamping itu, karya tulis ilmiah harus menaati format yang berlaku. 7. Isi karangan ilmiah dapat mengandung tiga hal yaitu: penemuan suatu pengetahuan baru, mengembangkan suatu pengetahuan baru dan verifikasi (pengujian kebenaran) suatu pengetahuan yang telah ada. F. Penelitian, Pengamatan, Ataupun Peninjauan Dikatakan Ilmiah Jika Memenuhi Syarat Sebagai Berikut : 1. Penulisannya berdasarkan hasil penelitian; 2. pembahasan masalahnya objektif sesuai dengan fakta; 3. Karangan itu mengandung masalah yang sedang dicarikan pemecahannya; 4. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah digunakan metode tertentu; 5. Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, dan cermat;

6. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk salah tafsir G. Hal-Hal Yang Harus Ada Dalam Karya Ilmiah 1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran. 2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya. 3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi. 4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur. 5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan. 6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan). H. Langkah-langkah pelaksanaan penulisan karya ilmiah Setelah kita mengetahui objek atau bahan-bahan karya ilmiah dan syarat-syaratnya. Maka kita dapat menganalisis pelaksanaan (prosedur) penelitian dan penulisan secara ilmiah berupa langkah-langkah pelaksanaan dalam penulisan untuk mencapai hasil bulat dan bernilai ilmiah yang tinggi dan ada penetapan prosedur yang sesuai. Adapaun prosedur itu terdiri dari delapan langkah yaitu: 1. Meringkaskan hasil penelitian yang telah dikerjakan oleh orang lain Ini adalah suatu langkah penting dalam deretan langkah-lankah pelaksanaan penelitian yang berguna untuk memilih dan menentukan problem. Dalam menimbang pustaka peneliti harus mencari dan memilih tulisan-tulisan bidang ilmu yang relevan, dan mencatat semua bukti tentang problem yang telah di tentukan kemudian setelah itu mencari problem-problem baru yang mungkin telah di kemukakan oleh orang lain, lalu melacak terbitan-terbitan karya yang pernah direncanakan oleh orang lain. 2. Menentukan problem atau masalah penulis harus menentukan yang harus ditulis. Adapun penelitian masalah itu bisa melalui timbangan pustaka atau bisa juga melalui penelitian secara langsung. Dan penelitian masalahmasalah itu harus ditu;lis secara jelas dan lengkap 3. Memecahkan problem atau masalah

apapun problemnya tentulah telah ada problem yang serupa dengan jawaban-jawabannya, problem yang serupa itu perlu di bandingkan dengan cermat, dan meneliti metode-metode yang dikaji. Kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan untuk memecahkan problem yang ditentukan. 4. Membentuk hipotesis Dengan problem yang dipilih dan ditentukan dari timbangan pustaka atau penelitian, peneliti harus membentuk hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap problem yang di tentukan, karna di tinjau dari pengertian hipotesis sendiri adalah kerja khayalan dengan menggunakan rinkasan hasil timbangan pustaka sebagai sumber informasi untuk menyongkong pembentukan hipotesis. 5. Menguji hipotesis Setelah membentuk hipotesis penulis harus melakukan percobaan formal untuk menguji kepalsuan atau kebenaran hipotesisnya. Penulisan juga harus menyangkal hipotesisnya dan berusaha membuktikannya. Hal ini sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh seorang peneliti yaitu sikap ingin tau dan sikap kritis. 6. Memperluas dan mengubah hipotesis Seringkali terjadi setelah mengumpulkan bukti penulis dapat mencapai salah satu dari beberapa kemungkinan .Diantaranya, penulis dapat membenarkan hipotesisnya, penulis dapat menolaknya, penulis dapat memperluas wawasan hipotesis semula atau penulis dapat mengubahnya bahkan ia dapat membuangnya (membuat pernyataan-pernyataan lain yang sesuai dengan fakta hasil penelitiannya). 7. Menguji hipotesis yang diperluas atau dirubah Bila penulis terpaksa harus mengubah hipotesisnya agar sesuai dengan fakta-fakta baru yang di perolehnya, tentu saja ia harus mengulangi percobaan-percobaan dan menguji berlakunya hipotesis yang baru. 8. Menerbitkan hasil penelitian Setelah melakukan langkah-langkah yang sudah di paparkan tadi, maka penulis harus menerbitkan hasil penelitian. Adapun menerbitkan hasil penelitian itu bertujuan agar hipotesis yang diuji kebenaranya mencapai kebesaran dan kemuliaan sebagai teori.