19
BERBAGAI KELAINAN FUNGSIONAL Stella Ilone 1. DIARE FUNGSIONAL DIAGNOSIS: Buang air besar cair tanpa nyeri pada sekurangnya 75% defekasi yang berlangsung selama 3 bulan dalam 6 bulan terakhir TATALAKSANA 1. Perubahan jenis makanan yang dimakan dapat mengurangi gejala. Hindari makanan yang mengandung kafein atau pemanis buatan. Diet kaya serat atau menggunakan suplemen serat. Hindari makanan yang menyebabkan diare. 2. Antikolinergik, antispasmodik, antimotilitas, dan antidiare 3. Antidepresan atau antianxietas dapat bermanfaat Sumber: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders 2. FIBROMIALGIA Fibromialgia adalah kondisi kronis yang menyebabkan rasa nyeri, kekakuan dan kepekaan otot, tendon, serta sendi. Hal ini juga ditandai dengan sulit tidur, perasaan capai, kelelahan kronis, kecemasan, depresi, dan gangguan dalam fungsi usus. Fibromialgia kadang-kadang disebut sebagai sindrom fibromialgia dan disingkat FMS. DIAGNOSIS Memenuhi 3 gejala:

Tugas Dr. Mujadid Kelainan Fungsional Stella Ilone

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikosomatik

Citation preview

BERBAGAI KELAINAN FUNGSIONAL

Stella Ilone

1. DIARE FUNGSIONAL

DIAGNOSIS:

Buang air besar cair tanpa nyeri pada sekurangnya 75% defekasi yang berlangsung selama 3

bulan dalam 6 bulan terakhir

TATALAKSANA

1. Perubahan jenis makanan yang dimakan dapat mengurangi gejala. Hindari makanan

yang mengandung kafein atau pemanis buatan. Diet kaya serat atau menggunakan

suplemen serat. Hindari makanan yang menyebabkan diare.

2. Antikolinergik, antispasmodik, antimotilitas, dan antidiare

3. Antidepresan atau antianxietas dapat bermanfaat

Sumber: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders

2. FIBROMIALGIA

Fibromialgia adalah kondisi kronis yang menyebabkan rasa nyeri, kekakuan dan kepekaan

otot, tendon, serta sendi. Hal ini juga ditandai dengan sulit tidur, perasaan capai, kelelahan

kronis, kecemasan, depresi, dan gangguan dalam fungsi usus. Fibromialgia kadang-kadang

disebut sebagai sindrom fibromialgia dan disingkat FMS.

DIAGNOSIS

Memenuhi 3 gejala:

1. Widespread pain index (WPI) ≥7 and symptom severity (SS) scale score ≥5 or WPI 3 - 6

and SS scale score ≥9.

2. Symptoms have been present at a similar level for at least 3 months.

3. The patient does not have a disorder that would otherwise explain the pain.

Ascertainment

1. WPI: note the number areas in which the patient has had pain over the last week. In how

many areas has the patient had pain? Score will be between 0 and 19.

2. SS scale score:

Fatigue

Waking unrefreshed

Cognitive symptoms

For the each of the 3 symptoms above, indicate the level of severity over the past week

using the following scale:

0 = no problem

1 = slight or mild problems, generally mild or intermittent

2 = moderate, considerable problems, often present and/or at a moderate level

3 = severe: pervasive, continuous, life-disturbing problems.

TATALAKSANA

Psikofarmaka:

1. yang mempengaruhi serotonin dan norepinefrin untuk mengontrol nyeri: duloxetine

(Cymbalta) dan milnacipran (Savella), amitriptyline (Elavil), cyclobenzaprine (Flexeril)

atau venlafaxine (Effexor).

2. Pregabalin (Lyrica) dan gabapentin (gabapentin), bekerja dengan menghambat aktivitas

yang berlebihan dari sel-sel saraf yang terlibat dalam transmisi nyeri. Efek samping:

pusing, mengantuk, bengkak dan kenaikan berat badan.

3. Analgesik: opioid (tramadol), asetaminofen, NSAIDs (ibuprofen, naproxen). Obat ini

kemungkinan mengobati pemicu sakit seperti artritis, daripada fibromyalgia sendiri.

Terapi lain:

1. Terapi berbasis tubuh (Tai Chi, yoga)

2. Terapi perilaku kognitif

3. Terapi komplementer dan alternatif (CAM), seperti akupunktur, chiropractic dan pijat

Sumber: American College of Rheumatology, 2010

3. SINDROM LELAH KRONIK

Sindrom lelah kronik merupakan suatu keadaan fisiologis yang berhubungan dengan aktivitas

fisik maupun psikis, tetapi dapat juga merupakan suatu gejala penyakit yang mendorong

seseorang untuk berobat ke dokter seperti keluhan rasa lelah yang berkepanjangan.

DIAGNOSIS:

2 kriteria mayor dan > 6 kriteria minor (gejala) + 2 kriteria minor (pemeriksaan fisik)

Atau > 8 kriteria minor (gejala)

Kriteria mayor

a. Onset baru kelelahan yang berlangsung selama 6 bula terakhir, cukup parah untuk

membuat penurunan akivitas sehari-hari hingga >50% dari aktivitas harian rata-rata dan

tidak membaik dengan istirahat (tirah baring)

b. Tidak ada kondisi lain yang menyebabkan kelelahan (kondisi kronik, kelainan psikiatrik)

Kriteria minor (gejala)

a. Demam tidak terlalu tinggi (37,5-38,6 oral) atau mengigil

b. Nyeri tenggorokkan

c. Nyeri KGB servikal anterior, atau posterior atau KGB aksila

d. Kelemahan otot menyeluruh yang tidak dapat dijelaskan

e. Mialgia, tidak nyaman pada otot-otot

f. Kelelahan menyeluruh yang berkepanjangan (>24 jam) pasca aktivitas yang sebelumnya

dapat ditoleransi

g. Nyeri kepala menyeluruh onset baru

h. Gejala neuropsikologis: fotofobia, transient visual skotoma, mudah lupa, iritabel

berlebihan, confusion, sulit berpikir, sulit konsentrasi, represi

i. Nyeri sendi noninflamatorik berpindah

j. Gangguan tidur

k. Onset akut atau subakut

Pemeriksaan fisik (oleh 2 dokter dalam 2 pertemuan terpisah minimal 1 bulan)

a. Demam tidak terlalu tinggi (37,5-38,6 oral atau 37,8-38,8 rektal)

b. Faringitis noneksudatif

c. Pembesaran KGB (diameter <2cm) atau nyeri pada penekanan KGB servikalis anterior

atau posterior atau aksilaris

TATALAKSANA

Aktifitas fisik yang tidak berlebihan, memberikan edukasi tentang pola hidup sehat,

pemberian antivirus seperti acylclovir bila kelainan serologis virus positif, pemberian

antidepresan bila terdapat indikasi. Terapi kognitif dan perilaku CBT, latihan dan rehabilitasi

fisik, melakukan konsumsi diet yang baik, dan pemberian multivitamin dan mineral.

Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam, CDC 1988

4. ANOREKSIA NERVOSA

Anoreksia Nervosa adalah suatu sindrom yang ditandai dengan penurunan berat badan yang

disengaja, yang dimulai dan atau dipertahankan oleh pasien. Gangguan terjadi umumnya

pada gadis remaja atau perempuan muda, tetapi dapat juga terjadi pada remaja laki-laki atau

pria muda meskipun sangat jarang, demikian pula pada anak menjelang pubertas atau pada

perempuan menjelang menopause.

DIAGNOSIS

BB tetap 15% di bawah normal atau IMT <17,5

Pengurangan makanan dilakukan sendiri dengan mengurangi diet lemak atau merangsang

pengeluaran makanan, olah raga berlebihan, makan obat penekanan nafsu makan,

diuretik.

Distorsi citra diri

Gangguan aksis HPA

Dapat terjadi gangguan pubertas (bila awitan prapubertas)

TATALAKSANA

Tata laksana lebih ditekankan pada terapi individual, namun demikian langkah-langkah di

bawahini akan sangat berguna penatalaksanaan gangguan makan secara umum: 1). Asesmcn

dan analisis masalah yang relevan berhubungan dengan gangguan makan; 2). Target terapi

jelas terutama terhadap gejala gangguan makan, berat badan, dan masalah psikososial; 3).

Memahami kchidupan individu dan keluarganya; 4). Melibatkan keluarga dalam pengobatan;

5). Follow up teratur selama 3 sampai 6 bulan

Sumber: WHO

5. BULIMIA NERVOSA

Bulimia Nervosa adalah suatu sindrom yang ditandai oleh serangan berulang perilaku makan

berlebih dan preokupasi berlebihan perihal berat badannya, sehingga pasien rnenggunakan

cara yang sangat ketat untuk mengurangi efek “menggemukkan” dari makanan. Gangguan

ini dapat juga merupakan sekuele dari anoreksia nervosa yang menetap. Pasien yang

mulanya anoreksia kemudian tampak membaik dengan adanya kenaikkan berat badannya

dan timbulnya kembali mentruasi tetapi diikuti dengan pola makan berlebih dan muntah.

Muntah yang berulang cenderung menyebabkan gangguan elektrolit lubuh, komplikasi

fisik(seperti kejang, aritmia kordis, kelcmahan otot) dan penurunan berat badan.

DIAGNOSIS

Keinginan makan yang tak tertahankan

Berupaya melawan efek menggemukkan dengan merangsang muntah, memakai pencahar,

puasa berkala, menggunakan obat-obatan untuk menekan nafsu makan.

Rasa khawatir berlebihan terhadap kegemukan

TATALAKSANA

1. Perbaiki kondisi klinis pasien seperti dehidrasi, gangguan elektrolit, asupan.

2. Psikoterapi kognitif dan perilaku

Sumber : WHO

6. DISPEPSIA FUNGSIONAL

DIAGNOSIS

1. Satu atau lebih dari hal berikut

a. Rasa penuh setelah makan

yang menganggu

b. Mudah kenyang

c. nyeri epigastrium

d. Sensasi terbakar di epigastriuM

2. Tidak ada bukti penyakit struktural yang dapat menjelaskan gejala (Endoskopi saluran

cerna atas)

Kriteria terpenuhi sekurang-kurangnya dalam 3 bulan terakhir dengan onset gejala

setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis

TATALAKSANA

1. Diet :

- Menghindari makanan berlemak (yang dapat memperlambat pengosongan lambung)

- Makan kecil, teratur.

2. Obat yang mengurangi asam lambung:

- Proton pump inhibitor (PPI) Contoh: omeprazole (Prilosec), esomeprazole (Nexium),

lansoprazole (Prevacid), dexlansoprazole (Kapidex), pantoprazole (Protonix), dan

rabeprazole (Aciphex).

- Histamin blocker. Contohnya termasuk ranitidine (Zantac), famotidine (Pepcid),

cimetidine (Tagamet), dan nizatidine (Axid).

- Pengobatan H. pylori

3. Antidepresan trisiklik (TCA) contohnya: amitriptilin dan desipramin.

4. CAM: peppermint.

Sumber: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders

7. SINDROM KOLON IRITABLE

DIAGNOSIS

Nyeri perut berulang atau rasa tidak nyaman di perut yang berlangsung setidaknya 3 hari

/bulan dalam periode 3 bulan terakhir yang berhubungan dengan dua atau lebih hal berikut

ini:

1. Membaik dengan defekasi

2. Onset berhubungan dengan perubahan frekuensi BAB

3. Onset berhubungan dengan perubahan konsistensi BAB

Kriteria di atas harus terpenuhi selama 3 bulan terakhir dengan onset gejala sekurangnyanya

6 bulan sebelum diagnosis

TATALAKSANA

1. Diet tinggi serat untuk memperbaiki konstipasi, sedangkan laksatif diberikan bila perlu

dan hanya dalam jangka pendek

2. Untuk nyeri yang mengganggu dapat diberikan antispasmodik seperti mebeverin

hidroklorid, atau obat-obat anti kolinergik

3. Keluhan diare diobati dengan loperamid 2-4 mg empat kali sehari

4. Bila gejala psikis menonjol diberikan ansiolitik atau anti depresan yang sesuai

5. Psikoterapi

Sumber: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders

8. KONSTIPASI FUNGSIONAL

DIAGNOSIS

1. Kriteria diagnosis terpenuhi dua atau lebih dari:

Mengejan sekurangnya pada 25% defekasi

BAB keras sekurangnya pada 25% defekasi

Sensasi evakuasi tidak sempurna sekurangnya pada 25% defekasi

Sensasi obstruksi anorektal sekurangnya pada 25% defekasi

Perlu dilakukan manuver manual sekurangnya pada 25% defekasi

Kurang dari 3 kali BAB perminggu

2. BAB lunak jarang dijumpai tanpa penggunaan laksatif

3. Tidak memenuhi kriteria IBS

Kriteria harus dipenuhi sepenuhnya selama 3 bulan terakhir dengan onset keluhan timbul 6

bulan sebelum diagnosis.

TATALAKSANA

1. Psikoterapi tentang penyakitnya

2. Edukasi diet tinggi serat

3. Cairan yang cukup (1,5-2 liter/hari

4. Laxative osmotic, dan laxative stimulant (bisacodyl)

Sumber: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders

9. GANGGUAN FUNGSIONAL JANTUNG

DIAGNOSIS

Keluhan dan gejala dapat berupa keluhan sederhana, misalnya palpitasi atau takikardia saja,

atau sesak napas saat beraktivitas. Pasien seringkali mengeluhkan nyeri dada yang tidak

spesifik, tidak menjalar, dan terus-menerus serta rasa lelah terutama di pagi hari. Gejala lain

yang dapat ditemukan adalah sakit kepala, pusing, sesak napas, dan sebagainya dan pada

pemeriksaan penunjang tidak ditemukan kelainan jantung. Gangguan jantung fungsional ini

merupakan bagian dari gangguan ansietas panik, dimana terdapat rumus 4 yaitu dalam 4

minggu terjadi 4 kali serangan panik dengan minimal 4 gejala yang menonjol antara lain

nyeri dada, palpitasi, perasaan, mau pingsan, pusing, takut menjadi gila, takut mati dan

kehilangan kendali diri

TATALAKANA

1. Edukasi dan psikoterapi: CBT

2. Simtomatik dapat diberikan

3. Analgetik dan vasodilator koroner

4. Dapat diberikan antiansietas atau obat lain sesuai indikasi

Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam

10. EJAKULASI DINI

DIAGNOSIS

Ejakulasi yang berulang atau persisten dengan rangsangan seksual minimal sebelum, saat,

atau segera setelah penetrasi dan terjadi sebelum keinginan orang tersebut. Klinisi hendaknya

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut, seperti usia, hal baru

dari pasangan seksual atau situasi, dan frekuensi terbaru dari aktivitas seksual. Gangguan

menyebabkan distress or interpersonal difficulty serta ejakulasi dini bukan merupakan efek

langsung dari suatu zat (withdrawal from opioids).

TATALAKSANA:

1. Psikoterapi edukatif dan suportif pasien dan pasangan

2. Tranquilizer untuk stress emosional

3. Antidepresan dan antianxietas sesuai indikasi

Sumber: DSM IV-TR

11. DISFUNGSI EREKSI

DIAGNOSIS

Disfungsi ereksi merupakan ketidakmampuan yang bersifat persisten atau berulang untuk

mencapai, atau mempertahankan sampai selesainya aktivitas seksual dengan ereksi yang

memadai, gangguan menyebabkan timbulnya penderitaan atau kesulitan interpersonal,

disfungsi ereksi tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan lain Axis I (selain Disfungsi

Seksual) dan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan

obat) dan kondisi medis umum.

TATALAKSANA:

1. Psikoterapi edukatif dan suportif pasien dan pasangan

2. Tranquilizer untuk stress emosional

3. Antidepresan dan antianxietas sesuai indikasiParameter Sildenafil Vardenafil Tadalafil

Dosis oral, mg

Waktu untuk mencapai efek

Waktu paruh

Konsentrasi maksimal

Interaksi makanan

Interaksi alkohol

Usia >65

100

60

3-4 jam

411 μg/L

Makanan berlemak

Tidak

Penyesuaian dosis

20

40-60

4-5 jam

17

Makanan berlemak

Tidak

Tidak perlu penyesuaian

dosis

20

120

17,5

376

-

Mungkin

Tidak perlu penyesuaian

dosis

Mekanisme Menghambat enzim PDE-5 sehingga

C-GMP terakumulasi di penis

Sanma sildenafil

Dosis 25-100 mg, 100 mg efektif pada 75 %

pasien, 1 jam sebelum hubungan

seksual, efektif hingga 4 jam

2,5-20 mg 2,5-20, masa kerja

mencapai 36 jam

Efek samping Sakit kepala, dispepsia, vasodilatasi,

diare, pandangan biru

ES sama tanpa gangguan

visual

ES sama tanpa visual efek

Sumber: DSM IV-TR

12. NYERI PELVIS KRONIK

DIAGNOSIS

Durasi berlangsung 6 bulan atau lebih, Incomplete relief with most treatments, gangguan

fungsional yang bermakna di tempat kerja maupun tempat tinggal, tanda-tanda depresi,

seperti kelelahan, penurunan berat badan, atau anoreksia serta adanya perubahan peran

keluarga.

TATALAKSANA

1. Psikoterapi CBT

2. Analgesik

3. Antidepresan

4. Tatalaksana etiologi spesifik bila ada

Sumber: DSM IV-TR

13. IRRITABLE BLADDER

DIAGNOSIS

Sensibilitas kandung kemih yang berlebihan atau ambang rangsang yang rendah yang bersifat

psikovegetatif, yang dapat ditemukan dengan pengukuran tekanan intra vesika

Diagnosis: keluhan pasien sering berkemih, urgensi, dan frekuensi. Evaluasi ada tidaknya

komponen psikis atau gangguan fisik. Dapat dilakukan perangsangan intravesika dimana

terdapat ambang rangsang yang rendah

TATALAKSANA

1. Psikoterapi

2. Antianxietas, dan antidepresan sesuai indikasi

Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam

14. NYERI PSIKOGENIK

DIAGNOSIS

a. Tidak ada onset yang jelas

b. Tidak terlokalisasi

c. Muncul di banyak tempat

d. Intensitas nyeri bervariasi sesuai mood pasien.

e. Menghilang dengan alkohol dan atau pengobatan psikotropik

f. Jarang menghilang dengan analgesik

g. Tidak mengganggu tidur

h. Kadang terdapat gejala neurotik

i. Kadang terdapat gangguan kepribadian

TATALAKSANA:

1. Psikoedukasi, hipnosis, relaksasi, sugesti (meningkatkan ambang rasa sakit)

2. Analgetik, muscle relaxan

3. Antiansietas, antidepresan

15. SINDROM HIPERVENTILASI

DIAGNOSIS

Menurut Arautigam (1973) secara psikologis penycbab yang mencetuskan penyakit ini, ialah

perubahan pernapasan, yang ia namakan “sindrom pernapasan nervous” yang biasanya

disebabkan oleh faktor emosional atau stres psikis.

Terdapat 2 jcnis pernapasan yang dapat dilemukan, yaitu:

a) Pemapasan yang tidak teratur yang dianggap sebagai pengutaraan rasa takut yang khas

b).Pernapasan yang dangkal diselingi dengan penarikan napas dalam, sebagai pengutaraan

situasi pribadi yang bersifat keletihan dan pasrah, yaitu penanda lujuan tidak dapat dicapai

kendati sudah diusahakan.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan:

a. Gejala klinis:

Parestesia: ujung jari tangan dan kaki, sekiat mulut, bibir, dan lidah

gejala sentral: gangguan penglihatan, melayang, blurry eyes, pusing, bingung

gejala pernapasan: sesak napas

keluhan jantung: angina pektoris

b. Alkalosis respiratorik dengan penurunan ion kalsium, fosfat, dan magnesium

c. Hipereksitabilitas saraf dan otot: Tanda Chovstek, tanda Trousseau, spasme karpopedal,

kejang tangan dan kaki, tangan obstetrik

d. Perubahan perdarahan regional: otak ( pre-kolaps dengan blurry eyes, jatuh pingsan), kulit

(suhu kulit menurun, akrosianosis)

e. Aktivitas simpatik pada EKG: takikardia, ekstrasistol

Sumber: Buku ajar ilmu penyakit dalam

16. GLOBUS HISTERETIKUS

DIAGNOSIS

Harus memenuhi semua gejala di bawah:

a. Sensasi adanya ganjalan atau benda asing di kerongkongan yang persisten atau intermiten

b. Sensasi muncul pada periode di antara waktu makan

c. Tidak dijumpai adanya disfagia atau odinofagia

d. Tidak ada bukti bahwa refluks gastroesophagus merupakan penyebab

e. Tidak adanya bukti histopatologi berupa gangguan motilitas pada esophagus

Manajemen akut

1. Penjelasan tentang gejala, menenangkan pasien, menghilangkan stres, dan motivasi

untuk bernapas secara normal.

2. Dapat diberikan dosis kecil dari benzodiazepin kerja cepat.

3. Bernapas dalam kantong kertas dapat menyebabkan perbaikan gejala dan

menormalkan kadar PaCO2

Pengobatan untuk mencegah rekurensi:

1. CBT

2. Breathing exercise

3. Penyekat beta (bisoprolol 5 mg sekali sehari

4. Benzodiazepin

Sumber: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders

17. VAGINISMUS

DIAGNOSIS

Spasme involunter yang menetap atau berulang pada otot-otot sepertiga bagian bawah

vagina yang menggangu hubungan seksual

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal

Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan aksis I lainnya (misalnya,

gangguan somatisasi), dan tidak terjadi secara ekslusif oleh karena efek langsung dari

suatu kondisi medis umum

TATALAKSANA

1. Psikoterapi edukatif dan suportif pasien dan pasangan

2. Tranquilizer untuk stress emosional

3. Antidepresan dan antianxietas sesuai indikasi

Sumber: DSM IV – TR

18. DISPAREUNIA

DIAGNOSIS

Nyeri genital menetap atau berulang yang berhubungan dengan hubungan seksual

baik pada laki-laki maupun wanita

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal

Gangguan tidak terjadi secara ekslusif disebabkan oleh vaginismus atau tidak ada

atau kurangnya pelumasan, tidak lebih baik dijelaskan oleh agngguan aksis I lainnya

(kecuali disfungsui seksual lainnya), tidak secara ekslusif oleh karena efek

fisologislangsung dari zat (misala,penyalahgunaan zat, pengobatan) atu suatu kondisi

medis umum

TATALAKSANA

1. Psikoterapi edukatif dan suportif pasien dan pasangan

2. Tranquilizer untuk stress emosional

3. Antidepresan dan antianxietas sesuai indikasi

Sumber: DSM IV - TR

19. SINDROM PREMENSTRUASI

DIAGNOSIS

Gejala psikis meliputi depresi, kemarahan yang tidak terkontrol, iritable, sering

menangis, kelelahan, kebingungan, menarik diri dari lingkungan sosial, konsentrasi

buruk, insomnia, banyak tidur, perubahan nafsu seksual.

Gejala fisik meliputi cepat haus dan sering lapar, payudara membesar, perut kembung,

peningkatan berat badan, tangan dan kaki membengkak, sakit kepala, gangguan saluran

cerna, nyeri perut.

Untuk mendiagnosis sindrom premenstruasi diperlukan:

a. Gejala muncul 5 hari sebelum menstruasi dan muncul pada 3 kali siklus menstruasi

berturut-turut.

b. Berakhir pada 4 hari awal menstruasi

c. Berhubungan dengan aktivitas normal

TATALAKSANA

Dapat diberikan SSRI, antidepresan, dan benzodiazepin.

Sumber: ACOG

20. GANGGUAN ORGASME

DIAGNOSIS

Keterlambatan atau tidak adanya orgasme yang menetap atau berulang setelah fase

rangsangan seksual yang normal. Wanita menunjukka variasi yang luas dalam jenis

atau intensitas stimulasi yang mencetuskan orgasme. Diagnosis gangguan orgasme

wanita harus didasarkan pada pertimbangan klinisi bahwa kapasitas orgasmik wanita

adalah kuarang dari yang pantas menurut usia, pengalaman seksual, dan kecukupan

stimulasi seksual yang diterimanya.

Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal

Disfungsi orgasme tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan aksis I lainnya (kecuali

disfungsi seksual lainnya), dan tidak terjadi secara ekslusif karena efek fisiologis

langsung dari zat atau suatu kondisi medis umum

TATALAKSANA

1. Psikoterapi edukatif dan suportif pasien dan pasangan

2. Tranquilizer untuk stress emosional

3. Antidepresan dan antianxietas sesuai indikasi

Sumber: DSM IV - TR