23
PSORIASIS 1.1. Definisi Psoriasis adalah penyakit peradang kulit kronik dengan dasar genetik yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. Patogenesis psoriasis digambarkan dengan gangguan biokimiawi, dan imunologik yang menerbitkan berbagai mediator perusak mekanisme fisiologi kulit dan mempengaruhi gambaran klinis. 1 Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa yang berbatas tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini umumnya mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia. 2 1.2. Epidemologi Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar dengan angka prevalensi pada tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut 0,62%; 0,59%; dan 0,92%. 1 Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis berdasarkan wilayah geografis dan etnis menunjukkan adanya peranan lingkungan fisik ( psoriasis lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin),

Tugas Dr.ika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psoriasis

Citation preview

Page 1: Tugas Dr.ika

PSORIASIS

1.1. Definisi

Psoriasis adalah penyakit peradang kulit kronik dengan dasar genetik

yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel

epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem

saraf. Patogenesis psoriasis digambarkan dengan gangguan biokimiawi, dan

imunologik yang menerbitkan berbagai mediator perusak mekanisme

fisiologi kulit dan mempengaruhi gambaran klinis.1

Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa yang berbatas tegas dengan

skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini umumnya mengenai

daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala,

lumbosakral, bokong dan genitalia.2

1.2. Epidemologi

Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar

dengan angka prevalensi pada tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut

0,62%; 0,59%; dan 0,92%.1

Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis berdasarkan wilayah

geografis dan etnis menunjukkan adanya peranan lingkungan fisik

( psoriasis lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin), faktor

genetik, dan pola tingkah laku atau paparan lainnya terhadap perkembangan

psoriasis.2

Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama besar. 3 1

Beberapa pengamatan terakhir menunjukkan bahwa psoriasis sedikit lebih

sering terjadi pada pria dibanding wanita. Sementara pada sebuah studi yang

meneliti pengaruh jenis kelamin dan usia pada prevalensi psoriasis,

ditemukan bahwa pada pasien yang berusia lebih muda (<20 tahun)

prevalensi psoriasis ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.2

Psoriasis dapat mengenai semua usia dan telah dilaporkan terjadi saat

lahir dan pada orang yang berusia lanjut. Penelitian mengenai onset usia

Page 2: Tugas Dr.ika

psoriasis mengalami banyak kesulitan dalam hal keakuratan data karena

biasanya ditentukan berdasarkan ingatan pasien tentang onset terjadinya dan

rekam medis yang dibuat dokter saat kunjungan awal. Beberapa penelitian

berskala besar telah menunjukkan bahwa usia ratarata penderita psoriasis

episode pertama yaitu berkisar sekitar 15-20 tahun, dengan usia tertinggi

kedua pada 55-60 tahun. Sementara penelitian lainnya misalnya studi

prevalensi psoriasis di Spanyol, Inggris dan Norwegia menunjukkan bahwa

terdapat penurunan prevalensi psoriasis dengan meningkatnya usia.2

Psoriasis terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan ke layanan

kesehatan di banyakdaerah di Indonesia. Remisi dialami 17-55% kasus,

dengan beragam tenggang waktu.1

1.3. Etiologi

Penyebab psoriasis yang pasti belum diketahui. Ada beberapa faktor

predisposisi dan pencetus yang dapat menimbulkan penyakit ini. Faktor-

faktor predisposisi:

a. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak

lengkap.

b. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk

menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan

akan kambuh dan lebih hebat.

c. Faktor-faktor psikis, seperti stres, dan gangguan emosi. Penelitian

menyebutkan bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stres,

dan kegelisahan menyebabkan penyakitnya lebih berat dan hebat.

d. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga,

tuberkulosis paru, dermatomikosis, artritis, dan radang menahun

ginjal.

e. Penyakit metabolik, seperti diabetes melitus yang laten.

f. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.3

Faktor-faktor provokatif yang dapat mencetuskan atau menyebabkan

penyakit ini tambah hebat ialah:

Page 3: Tugas Dr.ika

a) Faktor trauma. Gesekan dan tekanan pada kulit sering dapat

menimbulkan lesi psoriasis pada tempat trauma, dan ini

disebut fenomena Koebner.

b) Faktor infeksi. Infeksi streptokokus di faring dpat merupakan

faktor pencetus pada penderita dengan predisposisi psoriasis.

Pada bentuk psoriasis ini, sebaiknya dilakukan apusan

tenggorokan untuk mencari infeksi fokal. Apabila infeksi

tenggorokan sembuh, biasanya psoriasis juga akan sembuh.

c) Obat-obatan. Obat kortikosteroid merupakan obat bermata dua.

Pada permulaan, kortikosteroid dapat menyembuhkan

psoriasis, tetapi apabila obat ini dihentikan penyakit akan

kambuh kembali, bahkan lebih berat dari pada sebelumnya

menjadi psoriasis pustulosa atau generalisata. Obat-obat lain

seperti antimalaria (klorokuin) dan obat antihipertensi

betabloker dapat memperberat penyakit psoriasis.

d) Sinar ultraviolet dapat menghambat pertumbuhan sel-sel

epidermis, tetapi bila penderita sensitif terhadap sinar

matahari, malahan penyakit psoriasis akan bertambah hebat

karena reaksi isomorfik.

e) Stres psikologi. Pada sebagian penderita faktor stres dapat

menjadi faktor pencerys. Penyakit ini sendiri dapat

menyebabkan gangguan psikologis pada penderita, sehingga

menimbulkan satu lingkaran setan, dan hal ini memperberat

penyakit. Seiring pengobatan psoriasis tidak akan berhasil

apabila faktor strespsikologis ini belum dapat dihilangkan.

f) Kehamilan. Kadang-kadang wanita yang menderita psoriasis

dapat sembuh saat hamil, tetapi akan kambuh kembali sesudah

bayinya lahir, dan penyakit ini akan kebal terhadap pengobatan

selama beberapa bulan.3

Page 4: Tugas Dr.ika

1.4. Patogenesis

Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat

gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu

penyakit yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi

kompleks diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel

dendritik dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+

terdapat di epidermis sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik

dermal dapat ditemukan di dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor

permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan

manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang

diperantarai oleh sistem imun yang ditandai dengan adanya sel T helper

(Th)1 yang predominan pada lesi kulit dengan peningkatan kadar IFN-γ,

tumor necrosing factor-α (TNF- α), IL-2 dan IL-18. Baru-baru ini jalur Th17

telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam mengatur proses inflamasi

kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya

diatur oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel penyaji antigen (sel dendritik

dermal). Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22 yang berperan

pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi dan proliferasi

epidermal.1

1.5. Gambaran Klinis

Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran

morfologi, distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi

klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas

tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada

permukaan lesi. Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran

kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada

psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi secara

unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan

mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat.

Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada

tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner.

Page 5: Tugas Dr.ika

Penggoresan skuama utuh dengan mengggunakan pinggir gelas objek akan

menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin.

Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe

klinis psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang

paling sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat,

berbatas tegas, dengan skuama berwarna keputihan. Lesi biasanya

terdistribusi secara simetris pada ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan

lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital. Bentuk lainnya yaitu

psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular, psoriasis

linier, dan psoriasis eritroderma.1

1.6. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong

diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari

penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriksaan

darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol

untuk penyakit diabetes melitus.3

Abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis biasanya bersifat

tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada

psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma

tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan

nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit.

Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2

makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-

kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat

ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita

psoriasis juga menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density

lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoproteinA1).1

1.7. Histopatologik

Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis plakat yang matur dijumpai

tanda spesifik berupa: penebalan (akantosis) dengan elongasi seragam dan

penipisan epidermis di atas papila dermis. Masa sel epidermis meningkat 3-

Page 6: Tugas Dr.ika

5 kali dan masih banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basal. Ujung rete

ridge berbentuk gada yang sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya.

Tampak hiperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau

menghilangnya stratum granulosum. Pembuluh darah di papila dermis yang

membengkak tampak memanjang, melebar dan berkelok-kelok. Pada lesi

awal di dermis bagian atas tepat di bawah epidermis tampak pembuluh

darah dermis yang jumlahnya lebih banyak dari pada kulit normal. Infiltrat

sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel mast terdapat sekitar

pembuluh darah. Pada psoriasis yang matang dijumpai limfosit tidak saja

pada dermis tetapi juga epidermis. Gambaran spesifik psoriasis adalah

bermigrasinya sel radang granulosit-neutrofilik berasal dari ujung subset

kapiler dermal mencapai bagian atas epidermis yaitu lapisan parakeratosis

stratum korneum yang disebut mikroabses Munro atau pada lapisan

spinosum yang disebut spongioform pustules of Kogoj.2

1.8. Diagnosis

Diagnosis psoriasis tidak dapat ditegakkan hanya pada gambaran

histopatologi saja, tetapi hendaknya didasarkan pada gambaran klinik secara

keseluruhan. Penyakit ini berlangsung secara kronis dengan lesi makula

eritematus simetris, ditutupi oleh skuama kasar berlapis-lapis, transparan,

dan berwarna seperti mika atau perak. Predileksi lesi terutama di tempat

yang banyak mengalami gesekandan tekanan, seperti kedua siku, kedua

lutut, dan daerah punggung. Di samping pemeriksaan kulit, pemeriksaan

laboratorium lain perlu dilaksanakan untuk mencari faktor penyebab atau

pencetus penyakit ini.3

Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk

mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan

pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan

epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi

keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum

korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada

lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit

Page 7: Tugas Dr.ika

yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk

mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti

hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis

terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast.1

1.9. Diagnosis Banding

Gambaran klasik psoriasis biasanya mudah dibedakan dengan

penyakit kulit lainnya. Namun lesi yang atipikal atau bentuk lesi selain plak

yang klasik dapat menimbulkan tantangan bagi diagnosis psoriasis. Plak

psoriasis yang kronis seringkali menyerupai dermatitis kronis dengan

likenifikasi pada daerah ekstremitas. Tetapi biasanya pada dermatitis kronis

lesinya tidak berbatas tegas serta skuama yang terdapat pada permukaan lesi

tidak setebal pada psoriasis.

Pada kasus psoriasis gutata, perlu dipertimbangkan diagnosis

pityriasis rosea serta sifilis sekunder. Pityriasis rosea biasanya ditandai

dengan makula eritematosa berbentuk oval dengan skuama tipis yang

tersusun seperti pohon cemara pada daerah badan, lengan atas serta tungkai

atas. Sebagian besar kasus diawali dengan lesi inisial yang disebut herald

patch. Pada sifilis sekunder biasanya disertai dengan adanya keterlibatan

telapak tangan dan kaki serta riwayat chancre oral atau genital yang tidak

terasa nyeri.

Psoriasis yang timbul pada skalp biasanya sulit dibedakan dengan

dermatitis seboroik. Pasien dengan skuama keputihan yang kering serta

menebal seperti mika, walaupun terdapat pada predileksi seboroik, biasanya

merupakan psoriasis skalp. Psoriasis inversa/fleksural harus dibedakan

dengan eritrasma dan infeksi jamur. Pada eritrasma, lesi berupa makula

berbatas tegas berwarna merah kecoklatan yang biasanya terdapat pada

daerah aksila dan genital. Infeksi jamur oleh kandida, lesi berupa makula

eritematosa berbatas tegas dengan lesi satelit disekelilingnya. 20

Eritroderma perlu dibedakan dengan limfoma kutaneus sel T. Lesi pada

limfoma kutaneus sel T biasanya berupa lesi diskoid eritematosa yang

disertai skuama dengan distribusi yang tidak simetris.1

Page 8: Tugas Dr.ika

1.10. Pengobatan

Obat topikal yang dapat dipakai ialah:

a. Preparat Ter

Preparat ter yang sering dipakai ialah ter kayu (seperti oleum kandini,

oleum ruski), dan ter batubara (sperti likuor karbonas detergen, antralin

dan turunannya), serta ter fosil (iktiol). Untuk psoriasis yang kronik,

lebih baik diberikan ter batubara, karena lebih efektif dari tes kayu dan

kemungkinan efek iritasinya lebih kecil. Pada psoriasis yang akut, lebih-

lebih yang generalisata, lebih baik diberikan ter kayu, karena

dikhawatirkan ter batubara akan menimbulkan iritasi sehingga

penyakitnya tambah berat.

b. Antralin

Preparat ini dikenal dengan nama dithranol dan cignolin. Obat ini

bekerja menghambat metabolisme enzim sel-sel kulit dan mengurangi

kecepatan proses pembelahan sel atau mitosis sel.3

c. Kortikosteroid

Kortikosteroid topikal bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi, dan

vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan psoriasis

secara tunggal atau kombinasi.2

d. Terapi foto

Sinar ultraviolet B (UVB) dengan panjang gelombang 290-320 nm dapat

diberikan secara terpisah atau dapat juga diberikan dalam kombinasi

dengan preparat ter atau antralin. Cara kerja kombinasi sinar ultraviolet

dengan ter ini ialah menguarangi pembentukan asam deoksiribonukleat

(DNA). Ini akan mengurangi proses mitosis.3

e. Kemoterapi foto

Pengobatan ini adalah pengobatan psoriasis dengan kombinasi psoralen

dan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-400 nm (Puva

Treatment), 8-metoksi psoralen (0,6mg/kg berat badan), yang diberikan

2 jam sebelum diberi sinar ultraviolet. 8-metoksi psoralen selama

penyinaran akan menghancurkan DNA untuk menghambat mitosis.

Page 9: Tugas Dr.ika

f. Kalsipotriol

Kalsipotriol termasuk golongan vitamin D3 sintesis yang mempunyai

daya kerja menghambat pertumbuhan dan difensiasi sel keratosit serta

menghambat pertumbuhan sel T helper atau CD4. Kalsipotriol dapat

mengobati psoriasis yang disangka mempunyai tendensi herediter,

karena mempunyai efek imunomodulator. Obat ini tersedia dalam

bentuk krimatau salep dengan konsentrasi 0,005%, dan kemampuannya

hampir sama dengan obat-obatan golongan kortikosteroid kuat

(golongan III).

Obat-obat sistemik:

a) Kortikosteroid

Obat ini hanya dapat digunakan pada psoriasis yang sangat luas,

psoriasis artritis, dan psoriasis eritiderma. Khasiat obat yang

diharapkan ialah antiradang. Dengan dosis 40-60mg, prednison

atau preparat yang lain dengan dosis ekivalen dapat

menghilangkan lesi psoriasis.

b) Metotreksat (MTX)

Obat ini menghambat mitosis sel epidermis tanpa mengganggu

fungsi sel. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kerja

penghambatan kompetitif hidrofolat reduktase, sehingga

mengakibatkan pengurangan sintesis DNA. Dengan menghambat

mitosis, obat ini efektif untuk mengobati lesi psoriasis.

Pengobatan dengan MTX hanya boleh diberikan pada penderita

psoriasis yang tidak memberikan hasil yang memuaskan dengan

pengobatan topikal atau dengan PUVA.

c) Retinoid

Derivat vitamin A etretinat sudah banyak dipakai untuk

mengobati psoriasis dan penyakit kulit dengan gangguan

keratinisasi. Dengan dosis 0,5-1 mg/kg berat badan, obat ini

dapat menyembuhkan psoriasis, terutama psoriasis pustulosa dan

psoriasis gutata permulaan.

Page 10: Tugas Dr.ika

d) Siklosporin

Siklosporin sebagai salah satu obat imunosupresif sekarang telah

dicoba untuk psoriasis dan ternyata berkhasiat baik. Obat ini

dapat menghambat aktivasi dan proliferasi sel T. Selanjutnya

siklosporin dapat menghambat pertumbuhan sel keratinosit.

Dengan dosis 2-5 mg/kg berat badan, obat ini cukup untuk

menyembuhkan beberapa jenis psoriasis.3

e) Agen biologik

Obat ini bekerja dengan menghambat biomolekuler yang

berperan dalam tahapan patogenesis psoriasis. Terdapat tiga tipe

obat yang beredar di pasaran, yaitu recombinant humsn cytokine,

fusi protein, dan monoklonal antibodi. Perkembangan agen

biologik ini sangat pesat dan yang dikenal adalah alefacept,

ealizumab, infliximab, dan ustekinumab. Pemakaian terbatas

padakasus berat atau tidak berhasil dengan pengobatan sistemik

klasik.2

1.11. Prognosis

Umumnya psoriasis berjalan kronik dan bersifat residif. Dengan cara

pengobatan gabungan, pengendalian psoriasis menjadi lebih mudah serta

kualitas hidup penderita dapat meningkat.

Page 11: Tugas Dr.ika

PARAPSORIASIS

2.1. Definisi

Parapsoriasis adalah penyakit yang belum diketahui penyebabnya,

pada umumnya tanpa keluhan, kelainan kulit terutama terdiri atas eritema

dan skuama, serta berkembang secara perlahan-lahan dan perjalanannya

umumnya kronik.2

Parapsoriasis menggambarkan kelompok penyakit yang sulit dipahami

dan dibedakan gambaran klinisnya. Ada 2 bentuk umum: tipe plak kecil

yang biasanya bersifat ringan,tanpa gejala dan tipe plak besar yang

merupakan prekursor dari cutaneous T-cell lymphoma (CTCL). Beberapa

pasien dengan parapsoriasis tipe plak besar akhirnya berkembang menjadi

CTCL, tetapi hal ini sangat jarang untuk parapsoriasis tipe plak kecil untuk

berubah menjadi CTCL. Parapsoriasis plak kecil ukuran lesi < 5 cm,

sedangkan parapsoriasis plak besar memiliki lesi > 6 cm.4

2.2. Epidemiologi

Secara umum, dialami oleh pada usia pertengahan dan usia tua,

dengan angka kejadian puncak pada dekade kelima. Sesekali, lesi muncul

pada masa kecil dan mungkin ada hubungannya dengan Lichenoides

pityriasis. Parapsoriasis plak kecil (Small-plaque parapsoriasis, disingkat

SPP) menunjukkan dominasi laki-laki yang pasti dengan perbandingan

sekitar 3:1. Parapsoriasis plak besar (Large-plaque parapsoriasis, disingkat

LPP) mungkin lebih umum terjadi pada laki-laki, tetapi perbedaannya tidak

begitu mencolok seperti dalam SPP. Keduanya terjadi pada semua

kelompok ras dan wilayah geografis. Kriteria diagnosis masih kontroversial.

Di Eropa lebih banyak dibuat diagnosis parapsoriasis daripada di Amerika

Serikat.2

2.3. Klasifikasi

Page 12: Tugas Dr.ika

Dalam kepustakaan, terdapat bermacam-macam klasifikasi dan tidak

terdapat kesesuaian tentang nomenklatur. Pada umumnya parapsoriasis

dibagi menjadi tiga bagian, yakni:

a. Parapsoriasis gutata

b. Parapsoriasis variegata

c. Parapsoriasis en plaques2

2.4. Gejala klinis

a. Parapsoriasis gutata

Bentuk ini terdapat pada dewasa muda terutama pada dewasa muda

terutama pada laki-laki dan relatif paling sering ditemukan. Ruam terdiri

atas papulmiliar serta lentikular,eritema dan skuama, dapat hemoragik,

kadang-kadang berkonfluensi, dan umumnya simetrik. Penyakit ini

sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada

badan, lengan atas dan tungkai atas, tidak terdapat pada kulit kepala,

wajah dan tangan. Bentuk ini biasanya kronik, tetapi dapat akut dan

disebut parapsoriasis gutata akut (penyakit Mucha-Habermann).

Gambaran klinis mirip varisela, kecuali ruam yang telah disebutkan

dapat ditemukan vesikel, papulonekrotik dan krusta. Jika sembuh

meninggalkan sikatriks seperti variola karena itu dinamakan pula

parapsoriasis varioliformis akuta atau ptiriasis likenoides et

varioliformis.

b. Parapsoriasis variegata

Kelainan terdapat pada badan, bahu, dan tungkai, bentuknya seperti kulit

zebra, terdiri atas skuama dan eritema yang bergaris-garis

c. Parapsoriasis en plaque

Insidens penyakit ini rendah pada orang kulit berwarna. Umumnya

mulai pada usia pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami

remisi, lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Tempatnya

predileksi pada badan dan ekstremitas. Kelainan kulit berupa bercak

eritomatosa, permukaan datar, bulat atau lonjong, diameter 2,5 cm

Page 13: Tugas Dr.ika

dengan sedikit skuama, berwarna merah jambu, coklat atau agak kuning.

Bentuk ini sering berkembang menjadi mikosis fungoides.

2.5. Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan. Pada pemeriksaan ini

didapatkan jumlah sel limfosit tinggi atau terdapat sel Sezary yang

menunjukkan adanya MF atau CTCL(chronic T cell lymphoma).3 terdapat

juga sel limfoid atipikal yang sedikit lebih besar daripada limfosit normal

dan memiliki kromatik, intinya irreguller.5

2.6. Histopatologi

a. Parapsoriasis gutata, terdapat sedikit infiltrat limfohistositik di sekitar

pembuluh darah superficial, hiperplasia epidermal yang ringan, dan

sedikit spongiosis setempat.

b. Parapsoriasis variegata, epidermis tampak menipis disertai parakeratosis

setempat. Pada dermis terdapat infiltrat menyerupai pita terutama terdiri

atas limfosit.

c. Parapsoriasis en plaque, gambaran klinis tak khas, mirip dengan

dermatitis kronis.

2.7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Anamnesis penderita parapsoriasis plak kecil

didapatkan onset penyakit satu bulan sampai beberapa tahun dan biasanya

sembuh sendiri. Parapsoriasis plak besar merupakan penyakit kronik yang

onsetnya sampai bertahun-tahun biasanya lebih dari satu decade dan bisa

berubah menjadi mikosis fungoides atau CTCL ( kronik sel T limpoma).

Selain itu harus diterapi karena tidak bisa sembuh dengan sendirinya.4

Beberapa peneliti berpendapat bahwa parapsoriasis en plak dan MF

pada tahap patch adalah pennyakit yang sama, tetapi sehubungan dengan

kesamaan klinis pada keduanya yaitu terdapatnya lesi eritema, maka sangat

sulit dibedakan jika hanya berdasarkan pada lesi eritemanya.6

Pemeriksaan fisik pada parapsoriasis plak besar didapatkan lesi yang

eritema berbentuk arcuata, diameter >5 cm, tempat predileksi ekstremitas

Page 14: Tugas Dr.ika

bagian proximal dan badan. Warna lesi sedikit eritema atau seperti salmon,

terdapat skuama yang berkeping-keping dan atopik, tampak seperti kertas

rokok. Sedangkan pada parapsoriasis plak kecil didapatkan lesi yang

berbatas tegas, terdapat sedikit skuama, berwana pink salmon, ukuran

diameternya kurang dari 5 cm dan menyebar pada badan dan ekstremitas. 4

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah tes laboratorium yaitu

didapatkan jumlah sel limposit tinggi atau terdapat sel Sezary dan

pemeriksaan histopatologi menunjukkan variasi atipikal, Infiltrat lymposit

superficial dengan epidermotropism dan epidermis atopik pada parapsoriasis

plak besar. Parapsoriasis plak kecil terdapat Infiltrat lympoid superficial

perivaskular, Spongiosis ringan dan parakeratotik.4

2.8. Diagnosis Banding