Upload
gesta-qurrotu-ayuninnata
View
5
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
psoriasis
Citation preview
PSORIASIS
1.1. Definisi
Psoriasis adalah penyakit peradang kulit kronik dengan dasar genetik
yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai manifestasi vaskuler, juga diduga adanya pengaruh sistem
saraf. Patogenesis psoriasis digambarkan dengan gangguan biokimiawi, dan
imunologik yang menerbitkan berbagai mediator perusak mekanisme
fisiologi kulit dan mempengaruhi gambaran klinis.1
Psoriasis ditandai dengan plak eritematosa yang berbatas tegas dengan
skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini umumnya mengenai
daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala,
lumbosakral, bokong dan genitalia.2
1.2. Epidemologi
Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh sepuluh RS besar
dengan angka prevalensi pada tahun 1996, 1997 dan 1998 berturut-turut
0,62%; 0,59%; dan 0,92%.1
Terdapatnya variasi prevalensi psoriasis berdasarkan wilayah
geografis dan etnis menunjukkan adanya peranan lingkungan fisik
( psoriasis lebih sering ditemukan pada daerah beriklim dingin), faktor
genetik, dan pola tingkah laku atau paparan lainnya terhadap perkembangan
psoriasis.2
Pria dan wanita memiliki kemungkinan terkena yang sama besar. 3 1
Beberapa pengamatan terakhir menunjukkan bahwa psoriasis sedikit lebih
sering terjadi pada pria dibanding wanita. Sementara pada sebuah studi yang
meneliti pengaruh jenis kelamin dan usia pada prevalensi psoriasis,
ditemukan bahwa pada pasien yang berusia lebih muda (<20 tahun)
prevalensi psoriasis ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.2
Psoriasis dapat mengenai semua usia dan telah dilaporkan terjadi saat
lahir dan pada orang yang berusia lanjut. Penelitian mengenai onset usia
psoriasis mengalami banyak kesulitan dalam hal keakuratan data karena
biasanya ditentukan berdasarkan ingatan pasien tentang onset terjadinya dan
rekam medis yang dibuat dokter saat kunjungan awal. Beberapa penelitian
berskala besar telah menunjukkan bahwa usia ratarata penderita psoriasis
episode pertama yaitu berkisar sekitar 15-20 tahun, dengan usia tertinggi
kedua pada 55-60 tahun. Sementara penelitian lainnya misalnya studi
prevalensi psoriasis di Spanyol, Inggris dan Norwegia menunjukkan bahwa
terdapat penurunan prevalensi psoriasis dengan meningkatnya usia.2
Psoriasis terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan ke layanan
kesehatan di banyakdaerah di Indonesia. Remisi dialami 17-55% kasus,
dengan beragam tenggang waktu.1
1.3. Etiologi
Penyebab psoriasis yang pasti belum diketahui. Ada beberapa faktor
predisposisi dan pencetus yang dapat menimbulkan penyakit ini. Faktor-
faktor predisposisi:
a. Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak
lengkap.
b. Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk
menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan
akan kambuh dan lebih hebat.
c. Faktor-faktor psikis, seperti stres, dan gangguan emosi. Penelitian
menyebutkan bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stres,
dan kegelisahan menyebabkan penyakitnya lebih berat dan hebat.
d. Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga,
tuberkulosis paru, dermatomikosis, artritis, dan radang menahun
ginjal.
e. Penyakit metabolik, seperti diabetes melitus yang laten.
f. Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.3
Faktor-faktor provokatif yang dapat mencetuskan atau menyebabkan
penyakit ini tambah hebat ialah:
a) Faktor trauma. Gesekan dan tekanan pada kulit sering dapat
menimbulkan lesi psoriasis pada tempat trauma, dan ini
disebut fenomena Koebner.
b) Faktor infeksi. Infeksi streptokokus di faring dpat merupakan
faktor pencetus pada penderita dengan predisposisi psoriasis.
Pada bentuk psoriasis ini, sebaiknya dilakukan apusan
tenggorokan untuk mencari infeksi fokal. Apabila infeksi
tenggorokan sembuh, biasanya psoriasis juga akan sembuh.
c) Obat-obatan. Obat kortikosteroid merupakan obat bermata dua.
Pada permulaan, kortikosteroid dapat menyembuhkan
psoriasis, tetapi apabila obat ini dihentikan penyakit akan
kambuh kembali, bahkan lebih berat dari pada sebelumnya
menjadi psoriasis pustulosa atau generalisata. Obat-obat lain
seperti antimalaria (klorokuin) dan obat antihipertensi
betabloker dapat memperberat penyakit psoriasis.
d) Sinar ultraviolet dapat menghambat pertumbuhan sel-sel
epidermis, tetapi bila penderita sensitif terhadap sinar
matahari, malahan penyakit psoriasis akan bertambah hebat
karena reaksi isomorfik.
e) Stres psikologi. Pada sebagian penderita faktor stres dapat
menjadi faktor pencerys. Penyakit ini sendiri dapat
menyebabkan gangguan psikologis pada penderita, sehingga
menimbulkan satu lingkaran setan, dan hal ini memperberat
penyakit. Seiring pengobatan psoriasis tidak akan berhasil
apabila faktor strespsikologis ini belum dapat dihilangkan.
f) Kehamilan. Kadang-kadang wanita yang menderita psoriasis
dapat sembuh saat hamil, tetapi akan kambuh kembali sesudah
bayinya lahir, dan penyakit ini akan kebal terhadap pengobatan
selama beberapa bulan.3
1.4. Patogenesis
Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat
gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu
penyakit yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi
kompleks diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel
dendritik dermal, sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+
terdapat di epidermis sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik
dermal dapat ditemukan di dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor
permukaan sel terlibat dalam jalur molekuler yang menyebabkan
manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit yang
diperantarai oleh sistem imun yang ditandai dengan adanya sel T helper
(Th)1 yang predominan pada lesi kulit dengan peningkatan kadar IFN-γ,
tumor necrosing factor-α (TNF- α), IL-2 dan IL-18. Baru-baru ini jalur Th17
telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam mengatur proses inflamasi
kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T CD4+, yang pengaturannya
diatur oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel penyaji antigen (sel dendritik
dermal). Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22 yang berperan
pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi dan proliferasi
epidermal.1
1.5. Gambaran Klinis
Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran
morfologi, distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi
klasik psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas
tegas dengan skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada
permukaan lesi. Ukurannya bervariasi mulai dari papul yang berukuran
kecil sampai dengan plak yang menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada
psoriasis umumnya terjadi secara simetris, walaupun dapat terjadi secara
unilateral. Dibawah skuama akan tampak kulit berwarna kemerahan
mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada saat skuama diangkat.
Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat timbul pada
tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner.
Penggoresan skuama utuh dengan mengggunakan pinggir gelas objek akan
menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin.
Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe
klinis psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang
paling sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat,
berbatas tegas, dengan skuama berwarna keputihan. Lesi biasanya
terdistribusi secara simetris pada ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan
lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genital. Bentuk lainnya yaitu
psoriasis inversa (fleksural), psoriasis gutata, psoriasis pustular, psoriasis
linier, dan psoriasis eritroderma.1
1.6. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong
diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari
penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriksaan
darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol
untuk penyakit diabetes melitus.3
Abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis biasanya bersifat
tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua pasien. Pada
psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan eritroderma
tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator keseimbangan
nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein pada kulit.
Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2
makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-
kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat
ditemukan peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita
psoriasis juga menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density
lipoprotein, rasio kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoproteinA1).1
1.7. Histopatologik
Pada pemeriksaan histopatologis psoriasis plakat yang matur dijumpai
tanda spesifik berupa: penebalan (akantosis) dengan elongasi seragam dan
penipisan epidermis di atas papila dermis. Masa sel epidermis meningkat 3-
5 kali dan masih banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basal. Ujung rete
ridge berbentuk gada yang sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya.
Tampak hiperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau
menghilangnya stratum granulosum. Pembuluh darah di papila dermis yang
membengkak tampak memanjang, melebar dan berkelok-kelok. Pada lesi
awal di dermis bagian atas tepat di bawah epidermis tampak pembuluh
darah dermis yang jumlahnya lebih banyak dari pada kulit normal. Infiltrat
sel radang limfosit, makrofag, sel dendrit dan sel mast terdapat sekitar
pembuluh darah. Pada psoriasis yang matang dijumpai limfosit tidak saja
pada dermis tetapi juga epidermis. Gambaran spesifik psoriasis adalah
bermigrasinya sel radang granulosit-neutrofilik berasal dari ujung subset
kapiler dermal mencapai bagian atas epidermis yaitu lapisan parakeratosis
stratum korneum yang disebut mikroabses Munro atau pada lapisan
spinosum yang disebut spongioform pustules of Kogoj.2
1.8. Diagnosis
Diagnosis psoriasis tidak dapat ditegakkan hanya pada gambaran
histopatologi saja, tetapi hendaknya didasarkan pada gambaran klinik secara
keseluruhan. Penyakit ini berlangsung secara kronis dengan lesi makula
eritematus simetris, ditutupi oleh skuama kasar berlapis-lapis, transparan,
dan berwarna seperti mika atau perak. Predileksi lesi terutama di tempat
yang banyak mengalami gesekandan tekanan, seperti kedua siku, kedua
lutut, dan daerah punggung. Di samping pemeriksaan kulit, pemeriksaan
laboratorium lain perlu dilaksanakan untuk mencari faktor penyebab atau
pencetus penyakit ini.3
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk
mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan
pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan
epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi
keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum
korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada
lapisan ini yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit
yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk
mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti
hipervaskularitas dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis
terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast.1
1.9. Diagnosis Banding
Gambaran klasik psoriasis biasanya mudah dibedakan dengan
penyakit kulit lainnya. Namun lesi yang atipikal atau bentuk lesi selain plak
yang klasik dapat menimbulkan tantangan bagi diagnosis psoriasis. Plak
psoriasis yang kronis seringkali menyerupai dermatitis kronis dengan
likenifikasi pada daerah ekstremitas. Tetapi biasanya pada dermatitis kronis
lesinya tidak berbatas tegas serta skuama yang terdapat pada permukaan lesi
tidak setebal pada psoriasis.
Pada kasus psoriasis gutata, perlu dipertimbangkan diagnosis
pityriasis rosea serta sifilis sekunder. Pityriasis rosea biasanya ditandai
dengan makula eritematosa berbentuk oval dengan skuama tipis yang
tersusun seperti pohon cemara pada daerah badan, lengan atas serta tungkai
atas. Sebagian besar kasus diawali dengan lesi inisial yang disebut herald
patch. Pada sifilis sekunder biasanya disertai dengan adanya keterlibatan
telapak tangan dan kaki serta riwayat chancre oral atau genital yang tidak
terasa nyeri.
Psoriasis yang timbul pada skalp biasanya sulit dibedakan dengan
dermatitis seboroik. Pasien dengan skuama keputihan yang kering serta
menebal seperti mika, walaupun terdapat pada predileksi seboroik, biasanya
merupakan psoriasis skalp. Psoriasis inversa/fleksural harus dibedakan
dengan eritrasma dan infeksi jamur. Pada eritrasma, lesi berupa makula
berbatas tegas berwarna merah kecoklatan yang biasanya terdapat pada
daerah aksila dan genital. Infeksi jamur oleh kandida, lesi berupa makula
eritematosa berbatas tegas dengan lesi satelit disekelilingnya. 20
Eritroderma perlu dibedakan dengan limfoma kutaneus sel T. Lesi pada
limfoma kutaneus sel T biasanya berupa lesi diskoid eritematosa yang
disertai skuama dengan distribusi yang tidak simetris.1
1.10. Pengobatan
Obat topikal yang dapat dipakai ialah:
a. Preparat Ter
Preparat ter yang sering dipakai ialah ter kayu (seperti oleum kandini,
oleum ruski), dan ter batubara (sperti likuor karbonas detergen, antralin
dan turunannya), serta ter fosil (iktiol). Untuk psoriasis yang kronik,
lebih baik diberikan ter batubara, karena lebih efektif dari tes kayu dan
kemungkinan efek iritasinya lebih kecil. Pada psoriasis yang akut, lebih-
lebih yang generalisata, lebih baik diberikan ter kayu, karena
dikhawatirkan ter batubara akan menimbulkan iritasi sehingga
penyakitnya tambah berat.
b. Antralin
Preparat ini dikenal dengan nama dithranol dan cignolin. Obat ini
bekerja menghambat metabolisme enzim sel-sel kulit dan mengurangi
kecepatan proses pembelahan sel atau mitosis sel.3
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi, dan
vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan psoriasis
secara tunggal atau kombinasi.2
d. Terapi foto
Sinar ultraviolet B (UVB) dengan panjang gelombang 290-320 nm dapat
diberikan secara terpisah atau dapat juga diberikan dalam kombinasi
dengan preparat ter atau antralin. Cara kerja kombinasi sinar ultraviolet
dengan ter ini ialah menguarangi pembentukan asam deoksiribonukleat
(DNA). Ini akan mengurangi proses mitosis.3
e. Kemoterapi foto
Pengobatan ini adalah pengobatan psoriasis dengan kombinasi psoralen
dan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 320-400 nm (Puva
Treatment), 8-metoksi psoralen (0,6mg/kg berat badan), yang diberikan
2 jam sebelum diberi sinar ultraviolet. 8-metoksi psoralen selama
penyinaran akan menghancurkan DNA untuk menghambat mitosis.
f. Kalsipotriol
Kalsipotriol termasuk golongan vitamin D3 sintesis yang mempunyai
daya kerja menghambat pertumbuhan dan difensiasi sel keratosit serta
menghambat pertumbuhan sel T helper atau CD4. Kalsipotriol dapat
mengobati psoriasis yang disangka mempunyai tendensi herediter,
karena mempunyai efek imunomodulator. Obat ini tersedia dalam
bentuk krimatau salep dengan konsentrasi 0,005%, dan kemampuannya
hampir sama dengan obat-obatan golongan kortikosteroid kuat
(golongan III).
Obat-obat sistemik:
a) Kortikosteroid
Obat ini hanya dapat digunakan pada psoriasis yang sangat luas,
psoriasis artritis, dan psoriasis eritiderma. Khasiat obat yang
diharapkan ialah antiradang. Dengan dosis 40-60mg, prednison
atau preparat yang lain dengan dosis ekivalen dapat
menghilangkan lesi psoriasis.
b) Metotreksat (MTX)
Obat ini menghambat mitosis sel epidermis tanpa mengganggu
fungsi sel. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kerja
penghambatan kompetitif hidrofolat reduktase, sehingga
mengakibatkan pengurangan sintesis DNA. Dengan menghambat
mitosis, obat ini efektif untuk mengobati lesi psoriasis.
Pengobatan dengan MTX hanya boleh diberikan pada penderita
psoriasis yang tidak memberikan hasil yang memuaskan dengan
pengobatan topikal atau dengan PUVA.
c) Retinoid
Derivat vitamin A etretinat sudah banyak dipakai untuk
mengobati psoriasis dan penyakit kulit dengan gangguan
keratinisasi. Dengan dosis 0,5-1 mg/kg berat badan, obat ini
dapat menyembuhkan psoriasis, terutama psoriasis pustulosa dan
psoriasis gutata permulaan.
d) Siklosporin
Siklosporin sebagai salah satu obat imunosupresif sekarang telah
dicoba untuk psoriasis dan ternyata berkhasiat baik. Obat ini
dapat menghambat aktivasi dan proliferasi sel T. Selanjutnya
siklosporin dapat menghambat pertumbuhan sel keratinosit.
Dengan dosis 2-5 mg/kg berat badan, obat ini cukup untuk
menyembuhkan beberapa jenis psoriasis.3
e) Agen biologik
Obat ini bekerja dengan menghambat biomolekuler yang
berperan dalam tahapan patogenesis psoriasis. Terdapat tiga tipe
obat yang beredar di pasaran, yaitu recombinant humsn cytokine,
fusi protein, dan monoklonal antibodi. Perkembangan agen
biologik ini sangat pesat dan yang dikenal adalah alefacept,
ealizumab, infliximab, dan ustekinumab. Pemakaian terbatas
padakasus berat atau tidak berhasil dengan pengobatan sistemik
klasik.2
1.11. Prognosis
Umumnya psoriasis berjalan kronik dan bersifat residif. Dengan cara
pengobatan gabungan, pengendalian psoriasis menjadi lebih mudah serta
kualitas hidup penderita dapat meningkat.
PARAPSORIASIS
2.1. Definisi
Parapsoriasis adalah penyakit yang belum diketahui penyebabnya,
pada umumnya tanpa keluhan, kelainan kulit terutama terdiri atas eritema
dan skuama, serta berkembang secara perlahan-lahan dan perjalanannya
umumnya kronik.2
Parapsoriasis menggambarkan kelompok penyakit yang sulit dipahami
dan dibedakan gambaran klinisnya. Ada 2 bentuk umum: tipe plak kecil
yang biasanya bersifat ringan,tanpa gejala dan tipe plak besar yang
merupakan prekursor dari cutaneous T-cell lymphoma (CTCL). Beberapa
pasien dengan parapsoriasis tipe plak besar akhirnya berkembang menjadi
CTCL, tetapi hal ini sangat jarang untuk parapsoriasis tipe plak kecil untuk
berubah menjadi CTCL. Parapsoriasis plak kecil ukuran lesi < 5 cm,
sedangkan parapsoriasis plak besar memiliki lesi > 6 cm.4
2.2. Epidemiologi
Secara umum, dialami oleh pada usia pertengahan dan usia tua,
dengan angka kejadian puncak pada dekade kelima. Sesekali, lesi muncul
pada masa kecil dan mungkin ada hubungannya dengan Lichenoides
pityriasis. Parapsoriasis plak kecil (Small-plaque parapsoriasis, disingkat
SPP) menunjukkan dominasi laki-laki yang pasti dengan perbandingan
sekitar 3:1. Parapsoriasis plak besar (Large-plaque parapsoriasis, disingkat
LPP) mungkin lebih umum terjadi pada laki-laki, tetapi perbedaannya tidak
begitu mencolok seperti dalam SPP. Keduanya terjadi pada semua
kelompok ras dan wilayah geografis. Kriteria diagnosis masih kontroversial.
Di Eropa lebih banyak dibuat diagnosis parapsoriasis daripada di Amerika
Serikat.2
2.3. Klasifikasi
Dalam kepustakaan, terdapat bermacam-macam klasifikasi dan tidak
terdapat kesesuaian tentang nomenklatur. Pada umumnya parapsoriasis
dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
a. Parapsoriasis gutata
b. Parapsoriasis variegata
c. Parapsoriasis en plaques2
2.4. Gejala klinis
a. Parapsoriasis gutata
Bentuk ini terdapat pada dewasa muda terutama pada dewasa muda
terutama pada laki-laki dan relatif paling sering ditemukan. Ruam terdiri
atas papulmiliar serta lentikular,eritema dan skuama, dapat hemoragik,
kadang-kadang berkonfluensi, dan umumnya simetrik. Penyakit ini
sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks. Tempat predileksi pada
badan, lengan atas dan tungkai atas, tidak terdapat pada kulit kepala,
wajah dan tangan. Bentuk ini biasanya kronik, tetapi dapat akut dan
disebut parapsoriasis gutata akut (penyakit Mucha-Habermann).
Gambaran klinis mirip varisela, kecuali ruam yang telah disebutkan
dapat ditemukan vesikel, papulonekrotik dan krusta. Jika sembuh
meninggalkan sikatriks seperti variola karena itu dinamakan pula
parapsoriasis varioliformis akuta atau ptiriasis likenoides et
varioliformis.
b. Parapsoriasis variegata
Kelainan terdapat pada badan, bahu, dan tungkai, bentuknya seperti kulit
zebra, terdiri atas skuama dan eritema yang bergaris-garis
c. Parapsoriasis en plaque
Insidens penyakit ini rendah pada orang kulit berwarna. Umumnya
mulai pada usia pertengahan, dapat terus-menerus atau mengalami
remisi, lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan. Tempatnya
predileksi pada badan dan ekstremitas. Kelainan kulit berupa bercak
eritomatosa, permukaan datar, bulat atau lonjong, diameter 2,5 cm
dengan sedikit skuama, berwarna merah jambu, coklat atau agak kuning.
Bentuk ini sering berkembang menjadi mikosis fungoides.
2.5. Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan. Pada pemeriksaan ini
didapatkan jumlah sel limfosit tinggi atau terdapat sel Sezary yang
menunjukkan adanya MF atau CTCL(chronic T cell lymphoma).3 terdapat
juga sel limfoid atipikal yang sedikit lebih besar daripada limfosit normal
dan memiliki kromatik, intinya irreguller.5
2.6. Histopatologi
a. Parapsoriasis gutata, terdapat sedikit infiltrat limfohistositik di sekitar
pembuluh darah superficial, hiperplasia epidermal yang ringan, dan
sedikit spongiosis setempat.
b. Parapsoriasis variegata, epidermis tampak menipis disertai parakeratosis
setempat. Pada dermis terdapat infiltrat menyerupai pita terutama terdiri
atas limfosit.
c. Parapsoriasis en plaque, gambaran klinis tak khas, mirip dengan
dermatitis kronis.
2.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis penderita parapsoriasis plak kecil
didapatkan onset penyakit satu bulan sampai beberapa tahun dan biasanya
sembuh sendiri. Parapsoriasis plak besar merupakan penyakit kronik yang
onsetnya sampai bertahun-tahun biasanya lebih dari satu decade dan bisa
berubah menjadi mikosis fungoides atau CTCL ( kronik sel T limpoma).
Selain itu harus diterapi karena tidak bisa sembuh dengan sendirinya.4
Beberapa peneliti berpendapat bahwa parapsoriasis en plak dan MF
pada tahap patch adalah pennyakit yang sama, tetapi sehubungan dengan
kesamaan klinis pada keduanya yaitu terdapatnya lesi eritema, maka sangat
sulit dibedakan jika hanya berdasarkan pada lesi eritemanya.6
Pemeriksaan fisik pada parapsoriasis plak besar didapatkan lesi yang
eritema berbentuk arcuata, diameter >5 cm, tempat predileksi ekstremitas
bagian proximal dan badan. Warna lesi sedikit eritema atau seperti salmon,
terdapat skuama yang berkeping-keping dan atopik, tampak seperti kertas
rokok. Sedangkan pada parapsoriasis plak kecil didapatkan lesi yang
berbatas tegas, terdapat sedikit skuama, berwana pink salmon, ukuran
diameternya kurang dari 5 cm dan menyebar pada badan dan ekstremitas. 4
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah tes laboratorium yaitu
didapatkan jumlah sel limposit tinggi atau terdapat sel Sezary dan
pemeriksaan histopatologi menunjukkan variasi atipikal, Infiltrat lymposit
superficial dengan epidermotropism dan epidermis atopik pada parapsoriasis
plak besar. Parapsoriasis plak kecil terdapat Infiltrat lympoid superficial
perivaskular, Spongiosis ringan dan parakeratotik.4
2.8. Diagnosis Banding