26
PENDAHULUAN Helmitologi adalah

Tugas Dr.sht

  • Upload
    ayu-dwi

  • View
    44

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Dr.sht

PENDAHULUAN

Helmitologi adalah

Page 2: Tugas Dr.sht

NEMATODA

NEMATODA USUS

Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian nematoda

menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat

sejumlah spesises yang ditularkan melalui tanah disebut soil trasmitted helminth. Cacing

yang terpenting bagi manusia Ascaris lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma

duodenale,Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan beberapa spesies

Trichostrongylus. Nematoda usus lainnya yang penting bagi manusia adalah Oxycuris

vermicularis dan Trichinella spiralis

Ascaris lumbricoides

Ascaris lumbricoides

Manusia merupakan satu-satunya hospes dari Ascaris lumbricoides.

Penyakit yang ditimbulkan adalah Ascariasis.

Distribusi geografik :

lebih banyak terdapat di daerah beriklim panas dan lembab, namun ada juga yang hidup di

daerah beriklim sedang. Prevalensi di Indonesia sekitar 70%.

MORFOLOGI

Page 3: Tugas Dr.sht

Morfologi dan Daur Hidup

SIKLUS HIDUP

• Infeksi pada manusia terjadi karena tertelan telur matang dari tanah yang terkontaminasi -->

telur menetas dalam lambung dan duodenum --> larvanya scr aktif menembus dinding usus --

> via sirkulasi portal --> jantung kanan --> sirkulasi pulmonal --> tersaring kapiler --> 10 hari

di paru-paru --> menembus kapiler masuk ke alveoli --> bronkus --> trachea --> faring -->

tertelan --> matur dan kawin di usus --> produksi telur.

• Seluruh proses ini membutuhkan waktu 8-12 minggu.

KLINIS

Patogenesis yang disebabkan infeksi Ascaris dihubungkan dengan ׃

1) Respon imun hospes

2) Efek migrasi larva

3) Efek mekanik cacing dewasa

4) Defisiensi gisi akibat keberadaan cacing dewasa.

Meskipun dalam perjalanan larva melalui hati dan paru tidak menimbulkan gejala tetapi bila

jumlah larvanya cukup banyak akan menimbulkan pneumonitis.

Ketika larva menembus paru mungkin akan menimbulkan sedikit keruakan pada epitel

Page 4: Tugas Dr.sht

bronkus, bila hal ini berlanjut bukan tidak mungkin menimbulkan reaksi jaringan yang hebat.

Pada anak-anak

Terutama di bawah 5 tahun

Menyebabkan defisiensi gizi berat karena jumlah cacing yang banyak.

Akibat langsung berupa :

a. Meningkatnya nitrogen dalam tinja

b. Meningkatnya lemak dalam tinja

c. Kegagalan absorbsi karbohidrat.

DIAGNOSIS

• Pada sediaan sputum akan didapatkan kristal charcot leyden, eosinofil dan larva.

• Pada bilas lambung akan ditemukan larva

• Pada tinja ditemukan telur atau cacing dewasa.

PENGOBATAN

Piperasin, pirantel pamoat, mebendazol atau albendazol.

Syarat untuk pengobatan massal ׃

- Obat mudah diterima masyarakat

- Aturan pemakaian sederhana

- Mempunyai efek samping yang minim

- Bersifat polivalen.

PROGNOSIS

Umumnya baik. Tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.

Epidemiologi dan pencegahan

• Prevalensi tinggi 60-90 persen.

Page 5: Tugas Dr.sht

• Drainase diperbaiki

• Kampanye penggunaan jamban keluarga

• Mencegah penggunaan tinja sebagai pupuk terutama tinja manusia.

• Harus diingat bahwa tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu antara 25-30˚C media yang

baik untuk Ascaris.

NECATOR AMERICANUS dan ANCYLOSTOMA DUODENALE

Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan

dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar

tubuh manusia, yang akan masuk kembali ke tubuh korban melalui telapak kaki yang berjalan

tanpa alas kaki. Larva akan berjalan-jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang

akhirnya tiba di paru-paru lalu dibatukkan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi

lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.

Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan

berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat.

Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting

dalam penyebaran infeksi penyakit ini. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah

tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu 16 optimum 320C - 380C. Untuk menghindari

infeksi dapat dicegah memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.

Epidemiologi

Page 6: Tugas Dr.sht

Kejadian penyakit ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat

tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan atau

perkembangan.

Morfologi

 Hospes parasit ini adalah manusia. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan

giginya melekat pada mukosa usus. Cacing betina memiliki panjang 1 cm, cacing jantan kira-

kira 0,8cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan didalamnya terdapat

sepasang gigi.

 

Siklus Hidup

Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan

dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Setelah 1-1,5 hari dalam tanah, larva tersebut

menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam waktu 3 hari larva tumbuh menjadi larva

filariform yang dapat menembus kulit dan bertahan hidup hingga 7-8 minggu di tanah.

Setelah menembus kulit, cacing ikut ke aliran darah, jantung dan lalu paru-paru. Di paru-paru

menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu trachea dan laring.

Cacing dewasa berpindah-pindah tempat di daerah usus halus dan tempat lama yang

ditinggalkan mengalami perdarahan lokal. Jumlah darah yang hilang setiap hari tergantung

pada:

1. jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang

berdekatan dengan kapiler arteri

2. species cacing : seekor A. duodenale yang lebih besar daripada N.

americanusmengisap 5x lebih banyak darah

3. lamanya infeksi. Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang

diakibatkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Terjadinya

anemia tergantung pada keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam

usus dan yang diserap dari makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya

tahan terhadap infeksi parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada

beberapa faktor, antaza lain umur, wormload, lamanya penyakit dan keadaan gizi

penderita.

Page 7: Tugas Dr.sht

 Aspek Klinis

Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :

1. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun

penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.

2.  infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan

penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik

dan mentaI kurang baik.

3.  infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung

dengan segala akibatnya. Penyelidikan terhadap infeksi cacing tambang pada

pekerja-pekerja di beberapa tempat di Jawa Barat dan di pinggir kota Jakarta,

menunjukkan bahwa mereka semua termasuk golongan I

(Kazyadi dkk., 1973). Reksodipoetro dkk., (1973)

telah memeriksa 20 penderita cacing tambang dengan infeksi berat; hemoglobin berkisar

antara 2,5 -- 10,Og % pada 17 penderita, defisiensi zat besi terdapat pada semua penderita

yang anemia. Disamping itu terdapat kelainan pada leukosit yaitu hipersegmentasi sel

neutrofil pada sebagian besar penderita yang diperiksa. Perubahan tersebut disebabkan oleh

defisiensi vit. B 12 dan/atau asam folat. Diagnosis penyakit cacing tambang dapat dilakukan

dengan menemukan telur cacing tambang dalam tinja.

Pengobatan

Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai macam

anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen, pirantel pamoat dan

mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan, perdarahan akan berhenti, tetapi

pengobatan dengan preparat besi (sulfas ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang

dibutuhkan untuk memulihkan kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi

diperbaiki dengan diet protein tinggi.

Page 8: Tugas Dr.sht

4. TRICHURIS TRICHIURA

Hospes dan Nama penyakit

Hospes dari cacing trichuris trichiura ini adalah manusia, sedangkan penyakit dari cacing ini

disebut trikuriaris.

Distribusi geografik

Penyakit ini terutama terjadi di daerah subropis dan tropis, dimana kebersihan

lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini

mengeram di dalam tanah.

Morfologi dan daur hidup

            Cacing betina panjangnya hingga mencapai kira-kira 5 cm, sedangkan untuk cacing

jantan kira-kira 4 cm. pada bagian anterior dari cacing ini memiliki seperti cambuk yang

panjangnya 3/5 dari panjang tubuh cacing ini. Bagian posterior cacing ini bentuknya lebih

gemuk, sedangkan pada cacing betina bentuknya membulat dan tumpul. Pada cacing jantan

melingkar dan terdapat satu spikulum. Hidup cacing ini pada manusia terdapat di colon

asendens dan sekumdengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa

usus.

Page 9: Tugas Dr.sht

Cacing betina dapat menghasilkan telur setiap harinya hingga berkisar antara 3000-

10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, yang memiliki bentuk seperti

tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar

berwarna kekuning-kuningan dengan bagian dalamnya yang jernih. Telur yang dibuahi

dikeluarkan dari hospes dari tinja hospes. Telur akan menjadi matang setelah 3 – 6 minggu

pada kondisi lingkungan yang sesuai pada tanah dan lembab serta daerah yang teduh. Telur

yang matang merupakan telur yang didalamnya berisi larva dan merupakan bentuk

infektifnya. Cara infektif langsung hanya bila secara kebetulan hospes tertelan telur matang.

Larva keluar melalui dinding telur dan kemudian akan masuk ke dalam usus halus. Setelah

cacing ini dewasa maka cacing ini akan turun ke usus bagian distal dan akan masuk kedalam

kolon yaitu terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Lamanya waktu

yang dibutuhkan telur ini tumbuh dari telur ini tertelan sampai cacing dewasabetina

meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.

 

Patologi dan Gejala klinis

Cacing trichuris trichiura pada manusia terutama hidup didaerah sekum dan kolon

asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak-anak cacing trichuris trichiura ini tersebar

diseluruh kolon dan rectum yang kadang-kadang terlihat terlihat dimukosa rectum yang

mengalami prolapsus akibat dari mengejannya penderita pada waktu melakukan defekasi.

Page 10: Tugas Dr.sht

Cacing trichuris trichiura ini memasukan kepalanya dalam mukosa usus hingga dapat

menjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan dapat mengakibatkan peradangan dimukosa

usus, selain itu akibatnya dapat menimbulkan perdarahan. Selain itu juga cacing ini

menghisap darah dari hospes sehingga dapat mengakibatkan anemia. Untuk penderita pada

anak-anak dengan infeksi trichuris trichiura yang berat dan menahunmenunjukan gejala-

gejala diare yang dapat diselinggi dengan sindrom disentri, anemia, nyeri ulu hati, berat

badan menurun dan kadang- Kadang rektum menonjol melewati anus (prolapsus rektum),

terutama pada anak-anak atau wanita dalam masa persalinan, selain itu juga dapat

menyebabkan peradangan usus buntu (apendisitis).

Pada tahun 1976, bagian parasitologi FKUI telah melaporkan 10 anak dengan

trichuris trichiura berat mengakibatkan diare yang menahun, dapat hingga 2-3 tahun. Infeksi

berat trichuris trichiura dapat diselinggi dengan infeksi cacing yang lainnya atau protozoa.

Infeksi ringan tidak memberikan gejala klinis yang jelas hingga tidak terdapat gejala klinis

sama sekali hingga harus dilakukan pemeriksaan tinja secara rutin.

Selain itu juga Telah dilakukan suatu pemeriksaan tinja dengan metoda langsung,

pengapungan dan sedimentasi yang bertujuan untuk mengetahui metoda yang paling sensitif

dalam mendeteksi adanya telur cacing. Penelitian dilakukan atas murid-murid Sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Alhidayah Sukatani bulan Juni-Juli 1992, dengan jumlah seluruh sampel

130. Hasil menunjukkan bahwa metoda yang paling tinggi sensitifitasnya adalah metoda

Page 11: Tugas Dr.sht

sedimentasi, lalu metoda pengapungan dan yang paling rendah adalah metoda langsung.

Untuk kasus trichuris trichiura didapatkan sebanyak 20,8%.

Diagnosis

Hasil pemeriksaan dengan mikroskop diagnosis didapatkannya telur didalam tinja hospes.

Pengobatan

Untuk infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan. Untuk pemberian obat

tiabendazol dan ditiazin tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan. Saat ini obat yang

digunakan yaitu mebendazol, albendazol, dan oksantel pamoat dapat mengobati dan

didapatkan hasil yang cukup memuaskan. Pengobatan dengan Mebendazol  tidak boleh

diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.

 

Epidemiologi

Untuk penyebaran infeksi ini yang paling penting merupakan kontaminasi tanah dengan tinja.

Telur cacing trichuris trichiura ini tumbuh didaerh tanah liat, tempat yang lembab dan teduh

dengan suhu rata-rata 30˚C. pada daerah yang banyak menggunakan tinja sebagai pupuk

merupakan jalur infeksi yang tepat. Frekuensi infeksi cacing ini diindonesia sangat tinggi.

Diberbagai daerah pedesaan diindonesia frekunsi infeksinya hingga mencapai 30-90%.

Didaerah sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan cara pengobatan pada penderita

trikuriasis. Pencegahan dapat dengan cara pembuatan jamban yang baik dan diberikan

pengetahuan tentang sanitasi dan terutama kebersihan perorangan terutama pada anak-anak,

dengan mencuci tangan sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dikonsumsi

tanpa pemasakan terutama daerah yang menggunakan pupuk tinja.

STRONGLOIDES STERCORALIS

Strongyloidiasis stercoralis adalah infeksi cacing Strongyloides

stercoralis(Strongyloides  stercoralis). Strongyloides stercoralis adalah cacing yang hidup

daerah hangat, daerah lembab. Cacing masuk ke dalam tubuh ketika seseorang menyentuh

tanah yang terkontaminasi cacing.

Page 12: Tugas Dr.sht

Cacing kecil hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Cacing gelang muda dapat

bergerak melalui kulit seseorang dan masuk ke dalam aliran darah ke paru-paru dan saluran

udara. Ketika cacing bertambah tua, mereka mengubur diri dalam dinding usus. Kemudian,

mereka menghasilkan telur dalam usus. Daerah di mana cacing masuk melalui kulit dapat

menjadi merah dan menyakitkan.

Strongyloidiasis stercoralis merupakan hospes utama cacing ini, parasit ini dapat

mengakibatkan penyakit strongilodiasis. Distribusi Geografik Terutama terdapat di daerah

tropik dan subtropik, sedangkan didaerah yang beriklim dingin jarang ditemukan. Morfologi

Dan Daur Hidup Hanya cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di virus duodenum,

bentuknya filform, halus, tidak berwarna, dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cara berkembang-

biaknya dengan partenogenesis, telur bentuk parasitik diletakkan dimukosa usus kemudian

telur menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus dan dikeluarkan bersama

tinja. Parasit ini mempunyai tiga macam daur hidup : Siklus langsung Bila larva filariform

menembus kulit manusia, larva tumbuh masuk ke peredaran darah vena dan kemudian

melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang sudah mulai menjadi dewasa

menembus alveolus masuk ke trakhea dan laring. Sesudah sampai di laring terjadi refleks

batuk sehingga parasit tertelan kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi

dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan kira-kira 28 hari sesudah infeksi Siklus

tidak langsung Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing

jantan dan cacing betina bentuk bebas. Sesudah pembuahan cacing betina menghasilkan telur

yang menetas menjadi larva rabditiform. Larva rabditiform dalam waktu beberapa hari

menjadi larva filariform yang infektif dan masuk ke dalam hospes baru atau larva rabditiform

tadi dapat juga mengulangi fase hidup bebas. Siklus tidak langsung terjadi jika keadaan

lingkungan sekita optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan

bebas parasit ini, misalnya di negeri tropik dengan iklim lembab.

Cacing betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran  2,20 x 0,04 mm, adalah

seekor nematoda filariform yang kecil, tak berwarna, semi transparan dengan kutikulum yang

bergaris halus. Cacing ini mempunyai ruang mulut dan oesophagus panjang, langsing dan

silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang berdinding tipis, jenih dan bersegmen.

Cacing betina yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang hidup sebagai parasit, menyerupai

seekor nematoda rabditoid khas yang hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi.

Cacing jantan yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina.

Page 13: Tugas Dr.sht

Telur 

Telur dari bentuk parasitik, sebesar  54 x 32 mikron berbentuk bulat oval dengan

selapis dinding yang transparan. Bentuknya mirip dengan telur cacing tambang, biasanya

diletakkan dalam mukosa usus, telur itu menetas menjadi larva rabditiform yang menembus

sel epitel kelenjar dan masuk kedalam lumen usus serta keluar bersama tinja. Telur jarang

ditemukan di dalam tinja kecuali sesudah  diberi pencahar yang kuat.

Siklus hidup

Parasit ini mempunyai 3 macam siklus :

1.      Siklus langsung

Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform berubah menjadi larva filariform, bila larva

filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh dan masuk ke dalam peredaran darah vena

dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru, dari paru parasit yang mulai menjadi

dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di laring reflek

batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai diusus halus bagian atas dan menjadi

dewasa.

2.      Siklus tidak langsung

Larva rabditiform berubah  menjadi cacing jantan dan betina bentuk bebas, sesudah

pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform, larva

rabditiform dalam waktu beberapa hari dapat menhasilkan larva filariform yang infektif dan

masuk kedalam hospes. 

3.      Auto infeksi 

Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus (perianal) bila

larva filariform  menembus mukosa atau kulit perianal, mengalami suatu lingkaran

perkembangan di dalam hospes. Auto infeksi menerangkan adanya Strongyloidiasis yang

persisten, mungkin selama 36 tahun, di dalam penderita yang hidup di derah non endemik.

Identifikasi

Adalah infeksi cacing, umumnya tanpa gejala yang menyerang duodenum dan bagian

atas jejunum. Gejala klinis yang muncul antara lain timbulnya dermatitis ringan pada saat

larva cacing masuk ke dalam kulit pada awal infeksi. Gejala lain yaitu batuk, ronki, kadang-

kadang pneumonitis jika larva masuk ke paru-paru; atau muncul gejala-gejala abdomen yang

Page 14: Tugas Dr.sht

disebabkan oleh cacing betina dewasa yang menempel pada mukosa usus. Gejala infeksi

kronis tergantung kepada intensitas dari infeksi, bisa ringan dan bisa juga berat.

Penyebab:

Penyebaran infeksi strongyloides seiring dengan infeksi cacing tambang, tetapi

frekuensinya lebih rendah di daerah dengan iklim sedang. Infeksi terutama terdapat di daerah

tropik dan sub tropik, dimana panas, kelembaban dan tidak adanya sanitasi menguntungkan

lingkaran  hidupnya yang bebas. Di Amerika Serikat hal ini terjadi di bagian selatan, di

daerah luar kota.

Nematoda tersebut (gelang) strongyloides stercoralis,. strongyloides lainnya termasuk s,

fülleborni, yang menginfeksi simpanse dan babun dan dapat menghasilkan infeksi terbatas

pada manusia. kehidupan siklus: siklus hidup strongyloides stercoralis strongyloides siklus

hidup lebih kompleks dibandingkan dengan nematoda yang paling dengan alternasi yang

antara siklus hidup bebas dan parasit, dan potensinya untuk autoinfection dan multiplikasi

dalam host. dua jenis ada siklus: siklus hidup bebas: larva rhabditiform lewat di bangku (lihat

siklus parasit di bawah) dapat ganti kulit dua kali dan menjadi larva infektif filariform

(pengembangan langsung) atau empat kali ganti kulit dan menjadi hidup bebas laki-laki

dewasa dan perempuan yang mate dan memproduksi telur yang menetas larva rhabditiform.

yang terakhir pada gilirannya dapat berkembang menjadi generasi baru dari orang dewasa

yang hidup bebas (yang diwakili dalam), atau menjadi larva infektif filariform. filariform

larva menembus kulit manusia tuan rumah untuk memulai siklus parasit (lihat di bawah).

siklus parasit: larva filariform dalam tanah yang terkontaminasi menembus kulit manusia, dan

diangkut ke paru-paru mereka menembus ruang alveolar, mereka dibawa melalui pohon

bronkial ke kerongkongan.

Gejala

Gejala yang paling khas adalah sakit perut, umumnya sakit pada ulu hati seperti gejala

ulcus ventriculi, diare dan urticaria; kadang-kadang timbul nausea, berat badan turun, lemah

dan konstipasi. Timbulnya dermatitis yang sangat gatal karena gerakan larva menyebar dari

arah dubur; dapat juga timbul peninggian kulit yang stationer yang hilang dalam 1-2 hari atau

ruam yang menjalar dengan kecepatan beberapa sentimeter per jam pada tubuh. Walaupun

jarang terjadi, autoinfeksi dengan beban jumlah cacing yang meningkat terutama pada

penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat menyebabkan

terjadinyastrongyloidiasis diseminata, terjadi penurunan berat badan yang drastic, timbul

Page 15: Tugas Dr.sht

kelainan pada paru-paru dan berakhir dengan kematian. Pada keadaan seperti ini sering

terjadi sepsis yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.  Pada stadium kronis dan pada

penderita infeksi berulang serta pada penderita infeksi human T-cell lymphotrophic virus

(HTLV-1)ditemukan eosinofilin ringan (10%-25%). Eosinofilia ringan juga dijumpai pada

penderita yang mendapatkan kemterapi kanker, sedangkan pada strongyloidiasis

disseminata jumlah sel eosinofil mungkin normal atau menurun.

Cara-cara Penularan

Larva infektif (filaform) yang berkembang dalam tinja atau tanah lembab yang

terkontaminasi oleh tinja, menembus kulit masuk ke dalam darah vena di bawah paru-paru.

Di paru-paru larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli, bergerak naik menuju

ketrachea kemudian mencapai epiglottis. Selanjutnya larva turun masuk kedalam saluran

pencernaan mencapai bagian atas dari intestinum, disini cacing betina menjadi

dewasa. Cacing dewasa yaitu cacing betina yang berkembang biak dengan cara partogenesis

hidup menempel pada sel-sel epitelum mukosa intestinum terutama pada duodenum, di

tempat ini cacing dewasa meletakkan telornya. Telor kemudian menetas melepaskan larva

non infektifrhabditiform. Larva rhabditiform ini bergerak masuk kedalam lumen usus, keluar

dari hospes melalui tinja dan berkembang menjadi larva infektif filariform yang dapat

menginfeksi hospes yang sama atau orang lain. Atau larva rhabditiform  ini dapat

berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina setelah mencapai tanah. Cacing dewasa

betina bebas yang telah dibuahi dapat mengeluarkan telur yang segera mentas dan

melepaskan larva non infektifrhabditiform  yang kemudian dalam 24-36 jam berubah

menjadi larva infektiffilariform.Kadangkala pada orang-orang tertentu,

larva rhabditiform dapat langsung berubah menjadi larva filariform sebelum meninggalkan

tubuh orang itu dan menembus dinding usus atau menembus kulit di daerah perianal yang

menyebabkan auotinfeksi dan dapat berlangsung bertahuntahun.

Masa Inkubasi

Waktu yang diperlukan mulai saat larva infektif filariform menembus kulit sampai

ditemukan larva non infektif rhabiditform dalam tinja penderita adalah 2-4 minggu.

Sedangkan waktu dari masuknya larva infeksi sampai timbul gejala tidak pasti, bervariasi

dari orang ke orang.

Page 16: Tugas Dr.sht

Masa penularan:

Selama cacing dewasa ada dalam usus dan dapat berlangsung hingga 35 tahun jika

terjadi autoinfeksi.

Kerentanan dan kekebalan

Setiap orang rentan terhadap penularan cacing ini. Imunitas setelah infeksi cacing

tidak terbentuk dalam tubuh manusia, imunitas hanya terbentuk pada percobaan laboratorium.

Penderita AIDS dan penderita tumor ganas atau mereka yang mendapatkan pengobatan yang

menekan sistem kekebalan tubuh dapat rentan terhadap infeksi cacing ini.

Cara-cara pemberantasan

1.  Tindakan pencegahan

Buanglah tinja di jamban yang saniter. Lakukan penyuluhan kesehatan kepada

masyarakat untuk benar-benar memperhatikan kebersihan perorangan dan kebersihan

lingkungan. Gunakan alas kaki di daerah endemis.  Sebelum memberikan terapi

imunosupresif kepada seseorang, Pastikan bahwa orang tersebut tidak menderita

strongyloidiasis. Periksa semua najing, kucing, kera yang kontak dekat dengan manusia, obati

binatang yang terinfeksi cacing ini.

2.  Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

Laporan ke Dinas Kesehatan setempat: Penyakit ini tidak wajib dilaporkan, Kelas 5 (lihat

tentang laporan penyakit menular).

1. Isolasi: Tidak ada.

2. Tindakan disinfeksi: Membuang feces secara saniter.

3.  Karantina: Tidak ada.

4.  Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Terhadap anggota keluarga penderita

dan penghuni asrama dimana ada penderita dilakukan pemeriksaan Kalau-kalau ada

yang terinfeksi.

5. Pengobatan spesifik: Karena adanya potensi untuk autoinfeksi dan penularan kepada

orang lain, semua penderita tanpa melihat jumlah cacing yang dikandungnya harus

dilakukan pengobatan dengan ivermectin (Mectizan®), Thiabendazole (Mintezol®)

atau albendazole (Zentel®). Perlu diberikan pengobatan ulang.

Page 17: Tugas Dr.sht

Diagnosa Laboratorium

Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan ditemukannya larva pada daerah perianal

yang diperiksa dengan metoda graham scoth.

Diagnosa lain

Dibuat dengan menemukan larva cacing pada spesimen tinja segar atau dengan

metode pelat agar, pada aspirat duodenum atau kadang-kadang larva ditemukan pada sputum.

Pemeriksaan ulang perlu dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa lin. Tinja yang disimpan

dalam suhu kamar 24 jam atau lebih, ditemukan parasit yang berkembang dalam berbagai

stadium, larva stadium rhabditiform (non infeksius), larva filaform (infektif).

Larva filaformini harus dibedakan dengan larva cacing tambang dan dengan cacing dewasa.

Diagnosa dapat juga ditegakkan  dengan pemeriksaan serologis seperti EIA, dengan

menggunakan antigen berbagai stadium, biasanya memberikan hasil positif sekitar 80%-85%.

Perawatan

            Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan cacing dengan obat anti cacing

seperti ivermectin. Dalam beberapa kasus, misalnya di dalam orang-orang yang akan

mengambil obat imunosupresif, orang-orang tanpa gejala yang diobatin

Daur Hidup Strongyloides stercoralis

Page 18: Tugas Dr.sht

TRANSMITTED HELMITHS

Soil Transmitted Helminths adalah cacing golongan nematoda yang memerlukan tanah untuk

perkembangan bentuk infektifnya. Di Indonesia golongan cacing ini dapat menyebabkan

masalah kesehatan bagi masyarakat indonesia. Diantara nematoda tersebut terdapat sejumlah

spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “Soil Transmitted Helminths” adalah

Ascaris lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma Duodenale, Trichuris Trichiura,

Stongyloides stercoralis. Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang dapat

dicegah dan disembuhkan. Penyakit kecacingan ini ditularkan terutama melalui tanah (Soil

Transmitted Helminths) adalah cacing dalam usus yang daur hidupnya memerlukan hidup di

tanah untuk berkembang dan menjadi infektif pada manusia. Metode yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah metode flotasi NaCL jenuh dengan sampel faeces, dan tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya infeksi cacing Soil Transmitted

Helminths, mengetahui perilaku hidup sehat yang berhubungan dengan penyakit kecacingan

serta untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup sehat dengan infeksi kecacingan pada

pekerja genteng di Desa Ngembal Kulon Kecamatan Jati, Kudus. Dari hasil penelitian yang

diperiksa di Laboratorium Parasitologi DIII Analis Kesehatan FIKKES Universitas

Muhammadiyah Semarang, dapat diperoleh pekerja genteng di Desa Ngembal Kulon

Kecamatan Jati, Kudus yang dinyatakan positif terinfeksi Soil Transmitted Helminths adalah

44,68 % dan yang negatif 55,52 % yang diambil secara keseluruhan dari total populasi dan

yang di dapat hanya 47 sampel. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square ada hubungan yang

signifikasi antara kejadian kecacingan Soil Transmitted Helminths berdasarkan perilaku

hidup sehat pada pekerja genteng di Desa Ngembal Kulon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.

br /