31
PENDAHULUAN Sejarah Bank Mandiri Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia. Bank Dagang Negara merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah ynag membiayai sektor industri dan pertambangan. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya. 1

Tugas Etika CGC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CGC

Citation preview

Page 1: Tugas Etika CGC

PENDAHULUAN

Sejarah Bank Mandiri

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari

program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada

bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank Dagang

Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung

menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140

tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan

dunia perbankan di Indonesia.

Bank Dagang Negara merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia.

Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto

Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949

namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960

Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara,

sebuah Bank pemerintah ynag membiayai sektor industri dan pertambangan.

Bank Bumi Daya didirikan melalui  suatu proses panjang yang bermula dari

nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi

Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya

adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak

untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara

digabungkan  ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank

Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.

Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan

dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun

1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870.

Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan

selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia 

menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonsia Unit

II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II

Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang

membiayai kegiatan ekspor dan impor.

Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara

(BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri

Negara adalah mendukung  pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu,

1

Page 2: Tugas Etika CGC

khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank

milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo.

Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui

pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur,

transportasi dan pariwisata. Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan

jasa perbankan dan keuangan yang telah berpengalaman selama lebih dari 140 tahun.

Masing-masing dari empat Bank bergabung memainkan peranan yang penting dalam

pembangunan Ekonomi.

Visi dan Misi

Visi :

Bank terpercaya pilihan anda

Misi :

Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar

Mengembangkan sumber daya manusia professional

Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder

Melaksanakan manajemen terbuka

Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan

Management Team

Dewan Komisaris

Komisaris Utama merangkap

Komisaris IndependenEdwin Gerungan

Wakil Komisaris Utama Muchayat

Komisaris Mahmuddin Yasin

Komisaris Independen Soedarjono

Komisaris Independen Gunarni Soeworo

Komisaris Independen Pradjoto

Direksi

Direktur Utama Agus Martowardojo

Wakil Direktur Utama I Wayan Agus Mertayasa

Direktur Zulkifli Zaini

Direktur Sasmita

Direktur Abdul Rachman

2

Page 3: Tugas Etika CGC

Direktur Sentot A. Sentausa

Direktur Bambang Setiawan

Direktur Riswinandi

Direktur Thomas Arifin

Direktur Budi G. Sadikin

Direktur Ogi Prastomiyono

Konsolidasi dan integrasi

Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara

menyeluruh. Pada saat itu, Bank Mandiri menutup 194 kantor cabang yang saling

berdekatan dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi

17.620. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh

kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang

paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh.

Bank Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank

pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk mengkonsolidasikan sistem-

sistem dari platform yang terkuat. Dibutuhkan tiga tahun dan dana sebesar US$ 200

Juta demi mengembangkan program untuk menggantikan core banking platform

sebelumnya agar sesuai dengan standar perbankan ritel. Kini infrastruktur IT Bank

Mandiri telah menyediakan system pengolahan data straigth-through dan interface

yang seragam bagi pelanggannya. Sesuai dengan visi kami, Bank Mandiri memasuki

segmen bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus berperan

sebagai institusi perbankan yang komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri berfokus

pada segmen korporasi, komersial, mikro & ritel, serta pembiayaan konsumen dengan

strategi yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar

yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik Multispesialis di

Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus dengan

menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang kami fokuskan. Selain itu, Bank

Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia. Sebagai bank

publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di Asia Tenggara ini

akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.

Program Transformasi Tahap I (2005 - 2009)

Ambisi Bank Mandiri yang ditetapkan untuk 4 tahun ke depannya hanya dapat

dicapai dengan mengubah organisasi kami untuk dapat beradaptasi dengan dinamika

3

Page 4: Tugas Etika CGC

dan pergerakan pasar. Di tahun 2005, kami berkomitmen untuk menjalankan program

transformasi selama 5 tahun untuk membentuk Bank Mandiri menjadi Bank

Multispesialis yang Dominan. Kami menetapkanempat tema transformasi sebagai

syarat utama: budaya, penjualan, aliansi dan kontrol NPL. Bank Mandiri melakukan

Program Transformasi dalam tiga tahap, yaitu:

Tahap 1 (2006-2007)

Back on Track : Dalam tahapan ini, fokus utama kami adalah merekonstruksi ulang

fondasi Bank Mandiri untuk pertumbuhan di masa depan

Tahap 2 (2008-2009)

Outperform the Market : Dalam periode ini, Bank Mandiri lebih menekankan ekspansi

bisnis untuk menjamin pertumbuhan yang signifikan di berbagai segmen dan

mencapai level profit yang mampu melampaui target rata-rata pasar

Tahap 3 (2010)

Shaping the End Game : Di tahap ini, Bank Mandiri menargetkan diri untuk menjadi

bank regional terdepan melalui konsolidasi dari bisnis jasa keuangan dan lebih

mengutamakan peluang strategi pertumbuhan non-organik, termasuk memperkuat

kinerja anak perusahaan dan akuisisi bank atau perusahaan keuangan lainnya yang

dapat memberikan nilai tambah bagi Bank Mandiri

Proses transformasi yang telah dijalankan sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 ini

secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri. Hal ini tercermin dari

peningkatan berbagai parameter finansial, diantaranya:

Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi

yang turun dari 15,34% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010.

Laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun di

tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.

Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan

transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai nilai budaya untuk menjadi

pedoman kerja pegawai. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam

peningkatan kualitas layanan, yaitu menjadi service leader perbankan nasional dengan

menempati urutan pertama pelayanan prima selama empat tahun berturut-turut (tahun

2007, 2008, 2009 dan 2010) berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI).

Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam penerapan

Good Corporate Governance.

4

Page 5: Tugas Etika CGC

Peningkatan kinerja Bank Mandiri mendapatkan respon positif oleh investor,

tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi

terendah Rp 1.110 per lembar saham pada 16 November 2005, menjadi Rp 6.300,- per

lembar saham pada 30 September 2011, atau meningkat 33,6% per tahunnya

berdasarkan rata-rata (CAGR). Dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun, nilai

kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 7 kali lipat, dari Rp 21,8 Triliun

menjadi Rp 146,9 Triliun.

Program Transformasi Tahap II (2010 - 2014)

Saat ini Bank Mandiri tengah melaksanakan tahap transformasi lanjutan tahun

2010-2014, dimana kami telah melakukan revitalisasi visi, yaitu "Menjadi Lembaga

Keuangan Indonesia yang Paling Dikagumi dan Selalu Progresif". Sejalan dengan visi

tersebut, Bank Mandiri juga ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar

terbesar di Indonesia, yaitu di atas Rp 225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan

mendekati 16%, ROA mencapai kisaran 2,5% dan ROE mendekati 25%, namun tetap

menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Bank

Mandiri juga berambisi untuk masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN pada tahun

2014.

Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri menargetkan untuk masuk dalam

jajaran Top 3 Bank di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain

utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank

Mandiri tahun 2010 - 2014 akan difokuskan pada 3 (tiga) area bisnis yaitu:

o Wholesale transaction : Bank Mandiri akan memperkuat leadership-nya

dengan menawarkan solusi transaksi keuangan yang komprehensif dan

membangun hubungan yang holistik melayani institusi corporate &

commercial di Indonesia.

o Retail deposit & payment : Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi

bank pilihan nasabah di bidang retail deposit dengan menyediakan pengalaman

perbankan yang unik dan unggul bagi para nasabahnya.

o Retail Financing : Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor

1 atau 2 dalam segmen pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan

persaingan di bisnis kredit perumahan, personal loan, dankartu kredit serta

menjadi salah satu pemain utama di micro banking.

Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan

peningkatan infrastruktur (cabang, IT, operation dan risk management) untuk

5

Page 6: Tugas Etika CGC

memberikan solusi layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri didukung oleh

Sumber Daya Manusia yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan

manajemen risiko dalam menjalankan bisnis secara seksama dan penuh pertimbangan,

serta penerapan Good Corporate Governance yang telah teruji.

Pengertian Good Corporate Governance

Sebagai sebuah konsep, Good Corporate Governance ternyata tidak memiliki

definisi tunggal. Pada tahun 1992, Komite Cadbury melalui apa yang dikenal dengan

sebutan Cadbury Report, mengeluarkan definisi tentang Good Corporate Governance.

Menurut Komite Cadbury, Good Corporate Governance adalah prinsip yang

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara

kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya

kepada para shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Tentu saja hal

ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, Manajer, Pemagang Saham, dan

pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan

tertentu.

Centre for European Policy Studies (CEPS), mempunyai formula lain, bahwa

Good Corporate Governance merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak

(right), proses, serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen

perusahaan. Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholder, bukan

terbatas kepada shareholder saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki

stakeholder secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya

adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian merupakan

mekanisme yang memungkinkan stakeholder menerima informasi yang diperlukan

seputar kegiatan perusahaan.

Seorang pakar Good Corporate Governance dari Indo Consult yang bernama

Noensi, mendefinisikan bahwa Good Corporate Governance patuh menjalankan dan

mengembangkan perusahaan yang bersih, patuh pada hukum yang berlaku dan peduli

terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. 

            Ada berbagai pengertian Good Corporate Governance yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan diantara

manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para

pemangku kepentingan lainnya. (OECD dalam Leo J. Susilo dan Karlen

Simarmata, 2007:17)

6

Page 7: Tugas Etika CGC

b. Corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam

menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang

saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan

stakeholders yang lain. (IICG dalam G. Suprayitno, et all, 2004:18)

c. Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur

perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban

tanggung jawab dari masing-masing unsur yang membentuk struktur

perseroan, dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur

dari perseroan tersebut, serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari

struktur perseroan itu mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga mengatur

hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-

unsur di luar perseroan yang pada hakekatnya merupakan stakeholders dari

perseroan, yaitu negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari

perseroan yang bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para

investor publik dari perseroan itu (dalam hal perseroan merupakan

perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan.

Corporate governance adalah suatu konsep yang luas. (Sutan Remy

Sjahdeini, 1999:1)

d. Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan

prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan

kewajaran (fairness). (Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum).

e. Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, penerapan praktik

Good Corporate Governance dipertegas dengan keluarnya Keputusan

Menteri BUMN Nomor kep-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang penerapan

praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara

(BUMN). Pengertian Corporate Governance berdasarkan berdasarkan

keputusan ini adalah :

“Sesuatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk

meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang lainnya

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.”

7

Page 8: Tugas Etika CGC

Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan

perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi

kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum.

Good Corporate Governance (GCG) tidak lain pengelolaan bisnis yang

melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip

keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Hal tersebut, dalam keberadaannya

penting dikarenakan dua hal. Hal yang pertama, cepatnya perubahan lingkungan yang

berdampak pada peta persaingan global. Sedangkan sebab kedua karena semakin

banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur kepemilikan bisnis. Dua hal

telah dikemukakan, menimbulkan: turbulensi, stres, risiko terhadap bisnis yang

menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi termasuk sistem

pengendalian yang prima. Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi

keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis

kita. Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem

pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta

berbasis informasi. Sistem pengukuran tersebut, tidak lain konsep BSC. BSC mampu

mengukur kinerja komprehensif dan mengakomodasikan kepentingan internal bersama

kepentingan eksternal bisnis.

Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia khususnya bagi

perusahaan publik belum begitu berjalan dengan mulus. Kenyataannya Good

Corporate Governance belum diterapkan sepenuhnya hingga saat ini. Memang harus

diakui bahwa belum semua perusahaan BUMN atau perusahaan swasta, khususnya

perusahaan publik melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance secara

sempurna. Hal ini dikarenakan Pedoman Good Corporate Governance ini hanya

dalam bentuk rekomendasi dan belum sepenuhnya ketentuan Good Corporate

Governance diadopsi ke dalam peraturan-peraturan perundangan yang memiliki

kekuatan hukum mengikat. Sehingga banyak perusahaan merasa enggan untuk

menerapkan Good Corporate Governance secara utuh.

Diakui ataupun tidak, penerapan Good Corporate Governance di Indonesia

merupakan hal yang sangat vital, karena dapat membantu perusahaan keluar dari krisis

ekonomi dan bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang harus

8

Page 9: Tugas Etika CGC

menghadapi arus globalisasi, mengikuti perkembangan ekonomi global dan pasar

dunia yang kompetitif.

5 Prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG) adalah sebagai berikut :

1.      Transparency (Keterbukaan Informasi)

Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada

stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan.

Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor dalam kemampuannya

untuk membuat keputusan terhadap resiko dan keuntungan dari investasinya.

Pengungkapan masalah yang khusus berhubungan dengan kompleksnya organisasi

dari konglomerat. Kurangnya pernyataan keuangan yang menyeluruh menyulitkan

pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki utang yang

menumpuk dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan

membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai dan resiko dan

pertambahan dari perubahan modal (volatility of capital).

Intinya, perusahaan harus meningkatkan kualitas, kuantitas, dan frekuensi dari

pelaporan keuangan. Pengurangan dari kegiatan curang seperti manupulasi laporan

(creative accounting), pengakuan pajak yang salah dan penerapan dari prinsip-prinsip

pelaporan yang cacat, kesemuanya adalah masalah krusial untuk meyakinkan bahwa

pengelolaan perusahaan dapat dipertahankan (sustainable). Pelaksanaan menyeluruh

dengan syarat-syarat pemeriksaan dan pelaporan yang sesuai hukum akan

meningkatkan kejujuran dan pengungkapan (disclosure).

2.      Accountability (Akuntabilitas)

Banyak perusahaan di Asia dikontrol oleh kelompok kecil pemegang saham atau

oleh pemilik keluarga (family-owned). Hal ini menimbulkan masalah dalam

mempertahankan objektivitas dan pengungkapan yang memadai (adequate

disclosure). Sepertinya pengelolaan perusahaan didasarkan pada pembagian kekuasaan

di antara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab pada pengoperasian setiap

harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksinya. Dewan direksi

diharapkan untuk menetapkan kesalahan (oversight) dan pengawasan. Di banyak

perusahaan, manajemen perusahaan duduk dalam dewan pengurus, sehingga terdapat

kurangnya accountability dan berpotensi untuk timbulnya konflik kepentingan.

Komplikasi tambahan adalah berulangnya kesenjangan (lack) dalam laporan komisi

pemeriksaan keuangan (audit committee reporting) kepada dewan dan lemah atau

tidak efektifnya system control internal. Dalam kasus demikian, hasil akhirnya (net

9

Page 10: Tugas Etika CGC

result) adalah seperti integritas manajemen yang rendah, etika bisnis yang buruk dan

aturan kekuatan daripada aturan hukum.

3.      Fairness (Kejujuran)

Prinsip ketiga dari pengelolaan perusahaan penekanan pada kejujuran, terutama

untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang

kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-

haknya. 

4.      Responsibility (Pertanggung jawaban)

Ketika perusahaan Negara (corporation) exist dan menghasilkan keuntungan,

dalam jangka panjang mereka juga harus menemukan cara untuk memuaskan pegawai

dan komunitasnya agar berhasil. Mereka harus tanggap terhadap lingkungan,

memperhatikan hukum, memperlakukan pekerja secara adil, dan menjadi warga

corporate yang baik. Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang lama

bagi stakeholder-nya.

Langkah yang diperlukan untuk ditujukan pada persoalan governance yang akan

memperkuat kalangan bisnis ada dua, yaitu : Pertama, petunjuk untuk pengelolaan

perusahaan yang efektif harus ditetapkan disetiap Negara dalam konsultasi dengan

pemimpin bisnis, akuntan publik, securities regulator, dan stakeholder lainnya.

Kedua, promosi etika bisnis untuk memberikan dasar yang kuat dari corporate

governance. Langkah-langkah pengelolaan perusahaan tidak berarti bila manajemen

tidak memiliki kepercayaan yang sejati dan bersungguh-sungguh didalamnya, dan

memahami (understanding of), dari kelakuan etika bisnis. Tujuan seharusnya adalah

selalu mendorong perlakuan yang bertanggung jawab (responsible conduct) lebih

daripada hanya mencegah perbuatan yang salah (misconduct). Ketiga, dengan

kepemilikan pemerintah terhadap bank dan corporations di Indonesia, Thailand,

Korea, dan Negara-negara lainya meningkatkan implementasi dari program reformasi

ekonomi, paling tidak dalam waktu singkat.

Wilayah Permasalahan Penerapan Good Corporate Governance yang

Berkaitan dengan Pemegang Saham :

Masalah Corporate Governance

Dipisahkannya pemilikan dari pengelolahan perusahaan menimbulkan masalah

corporate governance. Apabila manager yang digaji dipisahkan dari pemegang

saham yang terpencar, timbullah kemungkinan bahwa perusahaan dikelola tidak

sesuai dengan kepentingan para pemegang saham.

10

Page 11: Tugas Etika CGC

Struktur Kepemilikan yang Beraneka Ragam

Pemilikan bias terkonsentrasi ataupun tersebar antara banyak pemilik. Tingkat

konsentrasi dan komposisi kepemilikan menentukan distribusi kekuasaan

perusahaan antara manajer dan pemegang saham, yang pada dirinya akan

mempengaruhi sifat pengambilan keputusan yang berpengaruh pada

perkembangan perusahaan.

Pengawasan dari Pemegang Saham

Jika manajemen terpisah dari pemilik, akan timbul permasalahan tentang

bagaimana pemegang saham dapat secara efektif memonitor pengurusan

perusahaan, sehingga pengelolaan dilaksanajan sesuai dengan kepentingan

pemegang saham. Untuk itu dilahirkan lembaga Komisaris, partisipasi pemegang

saham melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), peran menentukan

kompensasi Direksi yang dikaitan dengan kinerja, perlindungan hukum,

transparansi, dan kewajiban disclosure, termasuk dalam hal ini adalah mengenai

hak pemegang saham minoritas

PEMBAHASAN

Perkembangan Kinerja Keuangan Bank

Bank Mandiri berhasil mencatat kinerja yang memuaskan pada tahun 2011,

Laba sebelum pajak untuk tahun 2011 mencapai Rp14,6 triliun atau 111,7% dari target

sebesar Rp13,1 triliun, sedangkan laba setelah pajak mencapai Rp11,4 triliun atau

112,2% dari target sebesar Rp10,1 triliun. Pelampauan laba tersebut terutama

disebabkan karena pencapaian fee based income yang mencapai Rp10,6 triliun atau

109,4% dari target sebesar Rp9,7 triliun dan realisasi beban operasional lainnya yang

dibawah anggaran, yaitu mencapai Rp16,1 triliun atau 93,4% dari target Rp17,2

triliun. Dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp8,8 triliun, laba setelah pajak naik

Rp2,6 triliun atau 30,0%. Per 31 Desember 2011, total aktiva (bank saja) mencapai

Rp489,1 triliun atau 104,0% dari target sebesar Rp470,4 triliun. Dibandingkan dengan

posisi per 31 Desember 2010 sebesar Rp406,0 triliun, total aktiva naik Rp83,1 triliun

atau tumbuh 20,5%. Secara umum realisasi kinerja Perseroan dalam tahun 2011 telah

mencapai target yang ditetapkan. Beberapa rasio keuangan utama menunjukkan

pencapaian yang lebih baik dari targetnya (bank only):

11

Page 12: Tugas Etika CGC

a. Nominal NPL mencapai Rp6,1 triliun dibandingkan targetnya Rp7,8 triliun

dengan rasio NPL Gross sebesar 2,18% (target: 2,92%) dan NPL Net sebesar

0,45% (target: 0,92%).

b. Provision-to-NPL mencapai 183,56% dibandingkan targetnya 141,12%.

c. ROA mencapai 3,37% dibandingkan targetnya 3,07%.

d. ROE atas dasar rata-rata Ekuitas mencapai 20,2% , sedangkan atas dasar rata-rata

Modal Inti mencapai 25,57%. Masing-masing lebih tinggi dari targetnya.

e. NIM mencapai 5,29% dibandingkan targetnya 5,48%.

f. BOPO mencapai 67,22% dan Efficiency Ratio mencapai 33,41%. Masing-masing

lebih rendah di banding targetnya.

g. CAR setelah memperhitungkan risiko kredit, pasar dan operasional mencapai

15,13% dibandingkan targetnya 15,60%.

h. Loan-to-Deposit Rasio mencapai 71,65% dibandingkan targetnya 70,97%.

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, setelah menerapkan good corporate

governance (GCG) sebagai sebuah sistem yang telah dilakukan di Bank Mandiri

memperlihatkan korelasi positif dengan hasil kinerja. Diantaranya terjadi peningkatan

kinerja keuangan secara signifikan, peningkatan kualitas layanan hingga mencapai

posisi Services Leader, serta pengembangan bisnis di berbagai segmen dan perluasan

jaringan pelayanan. Selain itu penerapan good corporate governance (GCG) menjadi

salah satu daya tarik investor untuk membeli saham Bank Mandiri, sehingga dapat

dikatakan bahwa penerapan good corporate governance (GCG) berkorelasi positif

dengan meningkatnya harga saham Bank Mandiri sejak initial public offering (IPO)

tahun 2004 sampai dengan saat ini.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan penerapan prinsip good

corporate governance secara komprehensif menjadi faktor penting dalam menentukan

tingkat profitabilitas perseroan.

Bank terbesar di Indonesia dari sisi aset ini memperkuat penerapan prinsip

good corporate governance (GCG) dalam setiap bisnis proses hingga mendapat

pengakuan dari jurnal Corporate Governance Asian (CGA) sebagai Ikon penerapan

GCG terbaik di Indonesia.

Anugerah CGA Annual Recognition Award 2013 : Best of Asia

untukkategori Asia’s Icon on Corporate Governance diserahkan oleh penerbit CGA

Aldrin Monsod kepada Direktur Compliance and Human Capital Bank Mandiri, Ogi

12

Page 13: Tugas Etika CGC

Prastomiyono di Manila, Filipina, Selasa malam (25/6/2013). Penghargaan The Best

of Asia ini merupakan yang kelima kalinya disematkan kepada Bank Mandiri secara

berturut-turut.

Direktur Bank Mandiri Ogi Prastomiyono mengatakan keberhasilan ini akan

menjadi motivasi bagi sumber daya manusia di Bank Mandiri untuk memperkuat

penerapan prinsip GCG dalam seluruh proses perbankan guna mencegah terjadinya

tindak kejahatan di bidang perbankan serta terus meningkatkan kinerja.

“Kami menyadari penerapan secara komprehensif prinsip-prinsip GCG

menjadi faktor penting yang menentukan tingkat profitabilitas dan reputasi sebuah

perusahaan serta keberhasilan dalam memberikan nilai tambah kepada stakeholders,”

ungkap Ogi.

Dalam kesempatan itu, CGA juga menyemati Wakil Direktur Utama Bank

Mandiri Riswinandi dengan predikat Best Asian Corporate Director 2013.

Penghargaan yang keempat kalinya diraih jajaran pimpinan Bank Mandiri tersebut

diberikan atas komitmen untuk menerapkan GCG secara konsisten sebagai budaya

kerja sehingga turut berkontribusi pada kinerja finansial perusahaan.

Penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh 19,7% dari 327,17 triliun menjadi

Rp391,6 triliun pada Maret 2013 dengan rasio NPL netto terjaga pada 0,57%, jauh di

bawah level yang ditetapkan BI yaitu 5%. Adapun nilai aset perusahaan juga tumbuh

17,1% (yoy) dari Rp546,9 triliun menjadi Rp640,6 triliun pada Maret 2013

Ogi menjelaskan, penerapan GCG di Bank Mandiri antara lain dilakukan

dengan memberlakukan code of conduct dan business ethic sebagai pedoman

berperilaku bagi seluruh jajaran Bank Mandiri mengenai hubungan sesama internal

maupun pihak eksternal, seperti pemegang saham, perusahaan afiliasi, investor,

pelanggan, pemasok, pemerintah dan masyarakat. Kebijakan lain yang diterapkan

Bank Mandiri, adalah mewajibkan seluruh pegawai untuk mengisi dan

menandatangani annual disclosure setiap tahun. Melalui ketentuan ini, seluruh sumber

daya manusia di Bank Mandiri mengikatkan diri untuk melaksanakan kode dtik,

sumpah jabatan, dan peraturan lain yang berlaku.

Keberhasilan Bank Mandiri dalam menjalankan internalisasi etika bisnis dalam

budaya perusahaan

Sebelum dilaksanakannya Initial Public Offering (IPO) pada tanggal 14 Juli

2003, Bank Mandiri melakukan internalisasi GCG melalui:

13

Page 14: Tugas Etika CGC

1) Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Prinsip-prinsip GCG

di Bank Mandiri.

2) Keputusan Bersama Direksi dan Dewan Komisaris tentang Code Of Conduct PT

Bank Mandiri (Persero) yang menjadi pedoman perilaku di dalam berinteraksi

dengan nasabah, rekanan dan sesama karyawan.

3) Keputusan Direksi tentang Kebijakan Kepatuhan (Compliance Policy) yang

mewajibkan seluruh jajaran Bank Mandiri untuk bertanggung jawab penuh secara

individu didalam melakukan kegiatan operasional Bank di bidangnya masing-

masing.

4) Keputusan Direksi tentang Tata Tertib Executive Management PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk yang menjadi dasar pelaksanaan kerja, administrasi, tanggung

jawab dan wewenang Executive Management dalam melaksanakan fungsi, tugas

dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk.

Setelah go public, Bank Mandiri kemudian melaksanakan implementasi GCG

melalui:

1) Pembentukan Komite-komite di level Dewan Komisaris, yaitu Komite Pemantau

Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi, dan Komite GCG untuk melengkapi

Komite Audit yang telah dibentuk sebelumnya.

2) Pembentukan Sekretaris Perusahaan(Corporate Secretary).

3) Pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku bagi perusahaan publik dan terbuka.

4) Keterbukaan Informasi, antara lain dalam publikasi laporan keuangan, informasi

mengenai peristiwa atau fakta material.

5) Laporan tahunan yang tepat waktu,memadai, jelas dan akurat.

6) Menghormati dan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas.

7) Menetapkan Enam Strategi Utama dalam rangka membenahi serta membangun

dasar-dasar pertumbuhan di masa datang.

8) Revitalisasi terhadap nilai-nilai kebersamaan (shared values) Bank Mandiri serta

perumusan perilaku utama Bank Mandiri.

9) enilaian implementasi GCG oleh lembaga independen.

Setelah dibentuknya Komite GCG, internalisasi GCG di Bank Mandiri

dilakukan melalui :

14

Page 15: Tugas Etika CGC

1) Penyusunan Piagam GCG yang dituangkan melalui Keputusan Dewan Komisaris

No. 005/KEP/KOM/2005

2) Pelaksanaan Good Corporate Governance Self Assessment.

3) Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI2006 tanggal 30 Januari

2006 tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan

PBI No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta SE No.9/12/DPNP/tanggal

30 Mei 2007 tentang Penerapan Good Corporate Governance di Bank Umum, dan

Penerapan Good Corporate Governance di Bank Umum; dan

4) Sosialisasi GCG kepada seluruh jajaran Bank Mandiri. Menyadari bahwa

implementasi GCG memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja

Bank, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders, Bank Mandiri melakukan

penyempurnaan praktek GCG secara konsisten dan berkesinambung, antar lain

melalui:

(1) Publikasi laporan keuangan yang transparan dan tepat waktu, penyempurnaan

kualitas website Bank Mandiri, pelaksanaan investor meeting dan pelaksanaan

corporate social responsibility

(2) Pengambilan keputusan bisnis maupun keputusan manajemen lainnya dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip GCG serta senantiasa mempertimbangkan

semua ketentuan yang berlaku (taat azas). Hal ini berdampak positif dan sangat

membantu Bank Mandiri keluar dari berbagai kesulitan secara bertahap namun

pasti, di samping telah meningkatkan shareholder’s value yang tercermin dari

kinerja Bank Mandiri pada tahun berikutnya.

(3) Bekerja keras untuk meningkatkan kinerja Bank, antara lain melalui

pembenahan dalam penanganan kredit yang hasilnya terlihat dari penurunan

NPL menjadi kurang dari 5%. Hal ini merupakan upaya segenap jajaran Bank

dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat atas kemampuan

manajemen dalam mengelola perusahaan dan membangun nilai jangka panjang

bagi stakeholder.

(4) Pelaksanaan program internalisasi budaya Bank Mandiri antara lain melalui

penyelenggaraan Culture Fair, Culture Seminar, Change Agent Championship

& Recognition Program berupa pemberian penghargaan kepada unit kerja dan

change agent terbaik dalam implementasi program budaya guna meningkatkan

motivasi seluruh unit kerja dan para change agent yang ada.

15

Page 16: Tugas Etika CGC

Resep keberhasilan Bank Mandiri, antara lain:

1) Transformasi Budaya Kerja

Budaya Kerja merupakan elemen integral dari episentrum strategi perusahaan.

Budaya Kerja diaktualisasikan dan dinaturalisasikan dalam visi dan misi perusahaan.

Bukan hanya sekedar basa-basi ataupun menjadi ‘buku pintar’ namun perlu

implementasi mendalam pada operasisinal sebuah perusahaan. Then, kita dapat

mengatakan bahwa sukses tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya

memang tidak terlepas dari budaya perusahaan yang dimilikinya. Sebelum perusahaan

menerapkan GCG sebaiknya perusahaan menerapkan terlebih dahulu nilai-nilai yang

terkandung dalam Corporate Culture yang dianutnya. (Djoko Santoso Moeljono, Good

Corporate Culture sebagai inti dari GCG, 2005)

Menjadi suatu keniscayaan bula budaya perusahaan diaktualisasikan melalui

penyusunan Standar Operasional & Prosedur (SOP) dan menjadi semacam pijakan

(policy guidelines), sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan seluruh elemen yang

ada dalam berkontribusi guna mencapai tujuan utama perusahaan

“Keberhasilan Bank Mandiri dalam service quality didukung oleh semua pihak,

mulai dari Top Management hingga pegawai lini bawah. Hal ini membutuhkan

komitmen dan perjuangan keras karena yang diubah adalah perilaku manusia, yang

kemudian akan membentuk budaya kerja perusahaan. Bank Mandiri memiliki konsep

pelayanan yang diberikan kepada nasabah sesuai dengan 10 perilaku Utama Budaya

kerja perusahaan yang terangkum dalam TIPCE (Trust, Integrity, Profesionalism,

Customer Focus, dan Excellence),” demikian paparan Agus pada saat penganugerahan

Bank Mandir sebagai Bank dengan Pelayanan terbaik tahun 2008.

Selain itu, dalam bidang SDM diberlakukan sistem kinerja dengan berbasis KPI

(Key Performance Indicator). Semua karyawan dari direksi sampai level terendah

diterapkan reward dan punishment yang didasarkan penilaian. Prestasi dan Kinerja

menjadi standar ukuran, dengan konsideran berupa kenaikan gaji dan

apesiasi/penghargaan yang berbeda setiap pergawainya. Di sisi lain, jika diketahui

melakukan tindakan pelanggaran, maka tindakan tegas tidak segan dilakukan.

2) Berani bertindak tegas terhadap para penunggak kredit

pada tahun 2005 NPL (Noan Performing Loan) Bank Mandiri mencapai angka 26

% dengan jumlah potensi kredit macet sekitar 27 Triliun, 70 % dari NPL tadi

disumbangkan oleh 30 nasabah besar. Para penunggak kredit ini diminta memperbaiki

kinerja hutangnya. Meskipun awalnya sulit dinegoisasi akhirnya Direktur Utama Bank

16

Page 17: Tugas Etika CGC

Mandiri, Agus Martowardojo mampu menekan mereka untuk bekerja sama, salah satu

caranya adalah dengan mengumumkan para debitur bermasalah tsb secara terbuka di

media massa

Keberaniannya mem-pressure para debitor besar yang ‘nakal’ inilah yang

menjadi point penting seorang Agus Martowardojo. Beliau kemudian dikenal sebagai

figur yang memiliki sikap tegas, berani dan tidak mudah diintervensi. Agus juga

dinilai pandai membangun tata nilai seperti kejujuran dengan tidak berkompromi soal

masalah penyimpangan terkait dengan uang. Sosok Agus juga komitmen dalam

memberikan contoh kepada anak buahnya.

Integritas dan ketegasan seperti ini yang kemudian mampu menahkodai Bamk

Mandiri hingga mencapai Pulau ‘Kemenangan’

3) Dekat dengan Nasabah

Berbeda dengan sikapnya yang tanpa kompromi terhadap debitur nakal. Kepada

nasabah, terutama nasabah potensial beliau sangat ramah, mudah ingat peristiwa dan

menghargai sebagai seorang mitra.

Good Corporate Governance Index

Setiap tahun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan penilaian terhadap 11

aspek penilaian yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Standar penilaian

menyatakan bahwa semakin kecil nilai komposit, semakin baik pula. Dengan

demikian, nilai komposit menjadi lebih besar yang berarti berkurangnya kualitas

penerapan GCG (Tabel D.1) dimana kualitas penerapan GCG dan kinerja bank dengan

menggunakan analisis rasio-rasio CAMEL. Analisis terhadap laporan manajemen

dalam laporan keuangan menunjukkan bahwa tren menurun dari penerapan GCG ini

disebabkan oleh pertama karena adanya benturan kepentingan. Walaupun prosedur

penanganan benturan kepentingan telah diatur, namun kemungkinan tetap ada celah-

celah yang dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Selain itu, prosedur yang

telah dikembangkan mungkin masih perlu dikembangkan karena belum dapat

menyelesaikan semua benturan kepentingan yang muncul.

Aspek lain penyebab penurun nilai komposit GCG adalah penerapan fungsi

kepatuhan bank. Penurunan ini muncul akibat adanya pelanggaran kepatuhan bank

terhadap peraturan yang berlaku walaupun tidak material, juga berkurangnya sikap

indepedensi. Aspek berikutnya yang mengalami penurunan peringkat adalah

Penerapan Fungsi Audit Intern. Walaupun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

17

Page 18: Tugas Etika CGC

menyatakan bahwa pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank telah berjalan efektif dan

pedoman intern telah dijalankan sesuai dengan standar minimum yang telah

ditetapkan, namun Bank Mandiri melihat adanya peluang untuk meningkatkan

efektifitas pelaksanaan fungsi audit intern.

Aspek penyebab penurunan nilai GCG adalah Transparansi Kondisi Keuangan

dan Non Keuangan Bank, Laporan pelaksanaan GCG dan laporan internal. Catatan

Bank Mandiri menyatakan bahwa aspek ini mengukur transparansi bank dalam

melaporkan laporan keuangan maupun non keuangan kepada publik melalui

homepagenya. Laporan ini harus dilakukan secara utuh, kini dan tepat waktu sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Penurunan peringkat mengindikasikan adanya

pelanggaran terhadap transparansi ataupun ketepatan waktu.

Tabel D-1

Variabel Indikator 2011 2012 keterangan

GCG GCG Index 1.08 1.48 Sangat baik

Capital

Adequanc

y

Rasio Kecukupan Modal 15.13% 15.48% Baik

Aseet

Quality

Rasio kredit yang diberikan

terhadap aset produktif

62.81% 67.38% Beresiko

Rasio biaya operasional

terhadap pendapatan

operasional

2.20% 1.90% Baik

Earning

Quality

Imbal hasil rata-rata aset

Imbal hasil rata-rata ekuitas

2.22%

19.55%

2.44%

20.26%

Baik

Baik

Liquidity Loan to deposit ratio 80.06% 86.49% Beresiko

Aspek terakhir yang mengalami penurunan peringkat adalah Rencana Strategis

Bank. Secara umum aspek ini menyatakan mengenap kerealistisan penyusunan

rencana korporasi dan rencana bisnis bank dengan memperhatikan faktor eksternal

maupun internal, faktor kehati-hatian serta visi dan misi perusahaan. Penurunan

peringkat swa penilaian ini dapat disebabkan oleh karena perubahan-perubahan yang

sangat dinamis dan cepat serta sulitnya untuk membuat prediksi karena tingkat

ketidakpastian yang sangat tinggi di lingkungan keuangan nasional maupun global.

Dengan demikian, walaupun secara keseluruhan berdasarkan swa penilaian PT Bank

18

Page 19: Tugas Etika CGC

Mandiri (Persero) Tbk menunjukkan bahwa kualitas penerapan GCG masih tergolong

“sangat baik”, namun tren menunjukkan adanya penurunan kualitas dalam

penerapannya pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2011.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil peninjauan dari implementasi GCG dan Kode Etik dan perilaku di

PT Bank Mandiri, Tbk dapat disimpulkan bahwa penerapan Good Corporate

Governance (GCG) sudah berjalan dengan baik dilihat dari Indonesian Institute for

Corporate Directorship (IICD) dimana mengumumkan 30 perusahaan yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai 30 emiten teratas dengan skor Corporate

Governance (CG) tertinggi tahun 2013 salah satunya PT Bank Mandiri, Tbk masuk

kedalam daftar tersebut. Perhitungan skor ini menggunakan acuan ASEAN CG

scorecard dalam menilai praktek GCG atau tata kelola perusahaan terbuka di

Indonesia. Penilaian yang dilakukan dalam menentukan peringkat dengan

skor CG tertinggi diperoleh dari penilaian lima faktor. Pertama, hak-hak dari

pemegang saham. Kedua, peran pemangku kepentingan. Ketiga, keterbukaan

informasi. Keempat, transparansi laporan keuangan. Kelima, tanggung jawab dewan

direksi dan komisaris.

Pesan moral : Keberhasilan dalam penerapan Good Corporate Governance

(GCG) ini pasti memiliki kendala atau masalah yang terkandung dalam perkembangan

PT Bank Mandiri, Tbk. Salah satu aspeknya penurunan tren dalam penerapan GCG

adalah Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank, Laporan

pelaksanaan GCG dan laporan internal. Dari satu masalah atau kendala dapat menjadi

pemacu untuk tidak melakukan pelanggaran transparansi keuangan yang seharusnya

laporan ini dibuat secara utuh, kini dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang

berlaku agar perusahaan bisa berkembang dengan lebih baik.

PT Bank Mandiri, Tbk juga harus bekerja dengan sangat baik agar naik tingkat

atau tetap bertahan menjadi salah satu bagian dari Indonesian Institute for Corporate

Directorship (IICD) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga juga

mnejadi pemacu untuk berkembang lebih baik kedepannya.

19

Page 20: Tugas Etika CGC

Sumber :

http://priscasinyal.blogspot.com/2012/10/gcg-good-corporate-governance.html

http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_profile.asp

https://rahadiawansatriakusuma.wordpress.com/2009/01/31/sejarah-bank-mandiri/

http://finansial.bisnis.com/read/20130625/90/147056/bank-mandiri-jadi-ikon-

penerapan-gcg-terbaik-di-indonesia

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/accountability/article/view/4937

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/25/090469303/Inilah-30-Perusahaan-Tbk-

dengan-GCG-Terbaik

20