Upload
jessy-fransiska
View
110
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas farmasi jessy
Citation preview
PRA-REGISTRASI GEL DIKLOFENAK
I. INFORMASI PRODUK
Nama Obat Jadi : BARTOREN GEL
Bentuk Sediaan : Gel
Kemasan : Tube @ 20 g
PT. : BARONAFARMA
Indikasi :
Untuk menghilangkan tanda-tanda dan gejala osteoarthritis, dosis yang
direkomendasikan adalah 100-150 mg/hari dibagi dalam dosis terbagi
(50 mg b.i.d. atau t.i.d., atau 75 mg b.i.d.). (b.i.d = 2 x sehari, t.i.d. = 3
x sehari)
Untuk menghilangkan tanda-tanda dan gejala rheumatoid arthritis
(RA) (suatu penyakit autoimun adanya peradangan pada sendi), dosis
yang direkomendasikan adalah 150-200 mg/hari dibagi dalam dosis
terbagi (50 mg t.i.d. atau q.i.d., atau 75 mg b.i.d.). (q.i.d. = 4 x sehari)
Untuk menggunakan akut atau jangka panjang dalam menghilangkan
tanda dan gejala ankylosing spondylitis (AS, salah satu bentuk artitis
utamanya berpengaruh pada tulang belakang), dosis yang
direkomendasikan adalah 100-125 mg/hari, diberikan sebagai 25 mg
q.i.d., atau dengan tambahan dosis 25-mg saat akan tidur, bila perlu.
II. Persyaratan Mutu
2.1 Spesifikasi Mutu Obat Jadi
Formula Utama
Na-diklofenak 1% sebagai zat aktif
Karbopol 1% sebagai gelling agent
TEA 2% sebagai netralizing agent
Metil paraben 0,18% sebagai pengawet
Etanol 16% sebagai pelarut zat aktif
Propilen glikol 1,038% sebagai pelarut pengawet
Aquades qs sebagai pelarut gelling agent
Komposisi:
Tiap 20 gram mengandung:
Bahan aktif: Jumlah
Na-diklofenak 0,2 g
Bahan tambahan :
Karbopol 0,2 g
TEA (Trietanolamin) 0,4 g
Metil paraben 0,036 g
Etanol 3,2 ml
Propilen glikol 0,208 g
Air qs
Definisi Bentuk Sediaan
Gel (kadang-kadang disebut jeli) merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (FI IV, hal.7)
Stabilitas
Gel 1% Na-diklofenak harus disimpan pada suhu 25 C dan terlindung dari panas.
(AHFS 2010,hal.2088 dan TPC Ed.12, hal. 836)
Diklofenak harus disimpan pada suhu di bawah 30 C dan tidak tembus cahaya.
(TPC Ed.12, hal 836 dan FI IV, hal.1406)
Stabil dalam larutan buffer pH 7,6. Larutan Na-diklofenak stabil tanpa adanya O2.
(TPC, hal.835)
Stabilitas dalam cairan biologis (serum) yang dibekukan dapat bertahan paling
sedikit 2 minggu tanpa penguraian. (Florey vol.19, hal.131).
2.2 Spesifikasi Mutu Bahan Baku
2.2.1 Spesifikasi Zat Aktif
Struktur Kimia (FI IV, hal 1405; USP 32, hal.2124)
Nama Kimia FI IV, hal.1405)
Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat
Rumus Molekul (FI IV, hal 1405)
C14H10Cl2NNaO2
Sinonim
Diclofenacum nutricum, Diklofenaakki natrium (Martindale 35, hal.38)
Diclofenac sodium (Clarke, hal.905)
Diclofenaci natricum (FI IV, hal.1405)
Pemerian
Serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopik. Melebur pada suhu 248 C
(FI IV, hal.1405)
Kelarutan
Mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam air, praktis
larut dalam kloroform dan dalam eter. (FI IV, hal.1405)
Solubilitas Na-diklofenak bergantung pada pH. Solubilitas Na-diklofenak rendah
dalam pH rendah, namun saat pH meningkat di atas pKa, maka solubilitasnya
akan meningkat.
pH Solubilitas (%w/v)
4,0 0,0021
5,0 0,0086
6,0 0,059
7,0 0,187
7,5 0,169 (TPC, hal.836)
Koefisien partisi
Log P (oktanol/air)=4,5 (Instrumental Data for Drug Analysis, hal.905)
Log P (oktanol/air) pada 25 C=4 dan 4,17 untuk diklofenak yang dihitung dari
data kelarutan air (TPC Ed.12, hal.836)
Data Inkompatibilitas
Tidak ditemukan pada pustaka (FI IV, USP 32, BP 2008, EP 2008, Farmakope
Jepang, TPC)
Definisi (FI IV, hal.1405)
Na-diklofenak mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101%
C14H10Cl2NNaO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Wadah dan Penyimpanan
Simpan dalam wadah kedap dan tertutup rapat (USP 32, hal.2124)
Titik Lebur
284 C (FI IV, hal. 1405)
pH
pH larutan 7,0-8,5 dalam larutan 1:100 (USP 32, hal.2124)
pH stabilitas tidak ditemukan dalam berbagai pustaka (FI, BP, USP, Florey,
Martindale)
Bobot Jenis (FI IV, hal.1405)
318,13 g/mol
pKa (TPC, hal.836)
pKa diklofenak 4,2 pada suhu 30 C (dengan titrasi potensiometri)
pKa diklofenak dalam metil sulfoksida encer = 6,84
pKa diklofenak dalam air = 3,78
2.2.2 Spesifikasi Bahan Tambahan
1. Karbopol 940
Rumus Bangun
Nama Inggris: Carbopol ultrez 10
Nama kimia: Acrylic Kopolimer
Jenis: kopolimer pengental
Nama lain carbopol
acritamer, acrylic acid polymer, carbomer.
Rumus molekul:
(C3H4O2)n
Penggunaan: Carbopol adalah rheology modifier, adalah pengental kualitas
tinggi, dan penstabil emulsi. Terutama digunakan dalam gel, lotion, krim
Carbopol 940 (Carboksipolimetilen)
untuk jenis carbopol 940 mempunyai berat molekul monomer sekitar 72 gr/mol
dan carbopol ini terdiri dari 1450 monomer (Avinash,2006).
Definisi:
Carbopol merupakan salah satu jenis gelling agent digunakan sebagian besar di
dalam cairan atau sediaan formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi
sebagai agent pensuspensi atau agent penambah kekentalan. Digunakan pada
formulasi krim, gel dan salep dan kemungkinan digunakan dalam sediaan obat
mata dan sediaan topical lain.
Carbopol 940 adalah suatu polimer dari asam akrilat yang cross-linked dengan
polyalkenil eter atau divinil glikol. Carbopol dibentuk dari partikel polimer utama
dengan diameter rata-rata antara 0,2 sampai 6,0 mikron.
Pemerian:
Carbopol berwarna putih berbentuk serbuk halus, bersifat asam, higroskopik,
dengan sedikit karakteristik bau. Carbopol dapat larut di dalam air, di dalam
etanol (95%) dan gliserin, dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan
koloidal bersifat asam, sifat merekatnya rendah.
Carbopol bersifat stabil dan higroskopik, penambahan temperatur berlebih dapat
mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas.
Susut pengeringan:
Tidak lebih dari 2%
Logam berat:
Tidak lebih dari 0,002%
Viskositas:
antara 40.000 – 60.000 cP digunakan sebagai bahan pengental yang baik memiliki
viscositasnya tinggi, menghasilkan gel yang bening. Carbopol digunakan untuk
bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1- 0,5%B, bahan pembentuk gel pada
konsentrasi 0,5-2,0%B, bahan pensuspensi pada konsentrasi 0.5–1.0 % dan bahan
perekat sediaan tablet pada konsentrasi 5 – 10 % (Rowe, et. al.,2003 dalam
Puryanto, 2009).
Dalam medium berair, polimer seperti carbopol 940 ini yang dipasarkan dalam
bentuk asam bebas, mula mula terdispersi secara seragam. Setelah tidak ada udara
yang terjebak, gel dinetralkan dengan basa yang cocok. Muatan negative pada
sepanjang rantai polimer menyebabkan polimer tersebut menjadi terurai dan
mengembang. Dalam sistem berair, basa sederhana anorganik, seperti sodium,
ammonium, atau potassium hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat
dapat digunakan. pH dapat diatur pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak
oleh netralisasi yang tidak cukup atau nilai pH yang berlebih (Libermann,1996).
Carbopol 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zat-
zat alkali seperti TEA (trietanolamin) atau diisopropilamin untuk membentuk
suatu sediaan semipadat (Lachman, et.al.,1989 dalam Puryanto,2009)
2. TEA (Trietanolamin)
Rumus Bangun
Nama lain: trihydroxyethyl, tri (2-hidroksietil) amina, 2,2 ', 2 "nitrilotriethanol.
Definisi:
Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamin, dietanolamin, dan monoetanolamin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin, N (C2H4OH)3.
Pemerian:Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik.
Kelarutan:
Trietanolamina larut dalam pelarut polar seperti air, alkohol dan kloroform. Hal ini sedikit larut dalam pelarut seperti benzena dan eter, dan tidak larut dalam pelarut alifatik. Mudah larut dalam air dan etanol 95% P; larut dalam kloroform P.
Penggunaan:
Trietanolamina memiliki kemampuan untuk menjalani karakteristik reaksi dari kedua
amina dan alkohol, sebuah fitur yang membuatnya menjadi reagen serbaguna untuk
sintesis berbagai bahan kimia organik. Trietanolamina umumnya digunakan sebagai
bahan penetral dalam pembuatan beberapa sabun dan surfaktan anionik sintetis,
terutama sulfonat akylbenzene.
IdentifikasiA. Pada 1 ml tambahkan 0,1 ml larutan tembaga (II) sulfat P; terjadi warna
biru tua. Tambahkan 5 ml larutan natrium hidroksida encer P didihkan hingga sisa sepertiga volume semula, warna biru tetap.
B. Pada 1 ml tambahkan 0,3 ml larutan kobalt (II) klorida P; terjadi warna merah karmin.
C. Panaskan perlahan-lahan 1 ml; terjadi uap yang merubah warna kertas lakmus merah P basah menjadi biru.
Bobot jenis 1,120 sampai 1,128
Indeks bias 1,481 sampai 1,486
Kadar air Tidak lebih dari 0,5%; penetapan dilakukan dengan Cara Titrasi yang tertera pada Penetapan kadar air; sebagai pelarut digunakan campuran 5,0 ml asam asetat glasial P dan 20 ml metanol P.
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,05%
Penetapan kadarTimbang seksama 2 g, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml, tambahkan 75 ml air. Titrasi dengan asam klorida 1 N menggunakan indikator 2 tetes larutan merah metil P.
1 ml asam klorida 1 N setara dengan 149,2 mg trietanolamin dihitung sebagai N (C2H4OH)3.
3. Metil paraben
Struktur Kimia (USP 30, Hal. 1445)
Nama Kimia (USP 30, Hal. 1445)
Benzoic acid, 4-hydroxy-, methyl ester.
Methyl p-hydroxybenzoate
Rumus Molekul (USP 30, Hal. 1445)
C8H8O3
BM 152,15
Definisi (FI IV, Hal. 551)
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C8H8O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian (FI IV, Hal. 551)
Hablur kecil; tidak berwarna atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau berbau
khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan (FI IV, Hal. 551)
Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut
dalam etanol dan dalam ester.
Penetapan kadar (FI IV, Hal. 551)
Timbang seksama lebih kurang 2 g, masukkan dalam labu, tambahkan 40,0 ml
natrium hidroksida 1 N LV dan bilas dinding labu, refluks selama 1 jam dan
dinginkan. Tambahkan 5 tetes biru bromotimol LP dan titrasi kelebihan natrium
hidroksida dengan asam sulfat 1 n LV sampai pH 6,6 dengan membandingkan
warna dapar fosfat pH 6,6 yang mengandung indikator dengan perbandingan
sama. Lakukan penetapan blanko.
1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 152,2 mg C8H8O3
Wadah dan Penyimpanan (FI IV, Hal. 551)
Simpan dalam wadah tertutup baik.
4. Etanol
Nama Kimia (FI IV, Hal. 63)
Etil alkohol
Rumus Molekul (FI IV, Hal. 63)
C2H6O
BM 46,07
Definisi (FI IV, Hal. 63)
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b,
setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v,
C2H5OH, pada suhu 15,560 .
Pemerian (FI IV, Hal. 63)
Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa
terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih
pada suhun780. Mudah terbakar.
Kelarutan (FI IV, Hal. 63)
Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.
Bobot jenis (FI IV, Hal. 63)
Antara 0,812 dan 0,18
Identifikasi (FI IV, Hal. 63)
Campur 5 tetes dalam gelas piala kecil dengan 1 ml larutan kalium
permanganat P (1 dalam 100) dan 5 tetes asam sulfat 2 N, tutup segera
gelas piala dengan kertas saring yang dibasahi dengan larutan segar 100
mg natrium nitroferisianida P dan 250 mg piperazina P dalam 5 ml air;
terjadi warna biru intensif pada kerta saring, warna akan mumucat setelah
beberapa menit.
Pada 5 ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1 ml natrium hidroksida 1 n
dan perlahan-lahan (setelah 3 menit) tambahakan 2 ml iodum 0,1 N;
timbul bau iodoform dan terbentuk endapan kuning dalam waktu 30 menit.
Wadah dan Penyimpanan (FI IV, Hal. 64)
Simpan dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
5. Propilen glikol
Struktur Kimia (USP 30, Hal. 3063)
Nama Kimia (USP 30, Hal. 3063)
1,2-Propanediol
Rumus Molekul (USP 30, Hal. 3063)
C3H8O2
BM 76,09
Definisi (FI IV, Hal. 712)
Propilen glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O2.
Pemerian (FI IV, Hal. 712)
Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap
air pada udara lebab.
Kelarutan (FI IV, Hal. 712)
Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam
eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak.
Bobot jenis (FI IV, Hal. 712)
Antara 1,035 dan 1,037.
Penetapan kadar (FI IV, Hal. 712)
Lakukan penetapan dengan cara kromatografi gas seperti yang tertera pada
kromatografi <931>.
IdentifikasiA. Panaskan perlahan-lahan dengan kalium bisulfat P; terjadi uap berbau enak.
Lanjutkan pemanasan hingga kering; tidak terjadi bau akrolein.B. Refluks 500 mg dengan 3,6 g trifenilmetilklorida P dan 5 ml piridina P di
atas tangas air selama 1 jam, dinginkan, larutkan dalam 100 ml aseton P hangat. Tambahkan 100 mg arang jerap P, campur, saring. Uapkan filtrat hingga lebih kurang 50 ml, biarkan selama 1 malam pada suhu lebih kurang 4°. saring, keringkan hablur dengan aliran udara; suhu lebur hablur lebih kurang 176°.
Jarak didih pada suhu 185° sampai 189° tersuling tidak kurang 95% v/v
Indeks bias 1,431 sampai 1,433
Keasaman-kebasaanEncerkan 10 ml dengan 50 ml air bebas karbondioksida P. Netralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N atau dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan biru bromtimol P; diperlukan tidak lebih dari 0,3 ml natrium hidroksida 0,1 N atau asam klorida 0,1 N.Klorida Memenuhi Uji batas klorida; pengujian dilakukan menggunakan 2,0 gSulfat Memenuhi Uji batas sulfat; pengujian dilakukan menggunakan 1,0 g
Zat pengoksidasi
Pada 5 ml dalam labu bersumbat tambahkan 5 ml air, 2 ml larutan kalium iodida P dan 2 ml asam sulfat encer P biarkan di tempat gelap selama 5 menit. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,005 N menggunakan indikator larutan kanji P; diperlukan tidak lebih dari 0,2 ml natrium tiosulfat 0,005 N.
Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,01%
Wadah dan Penyimpanan (FI IV, Hal. 712)
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
6. Air
Rumus Molekul (FI IV, Hal 112)
H2O BM 18,02
Definisi (FI IV, Hal. 112)
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan
menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain ynag sesuai. Dibuat
dengan air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat
tambahan lain.
Pemerian (FI IV, Hal. 112)
Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berwarna.
pH (FI IV, Hal. 112)
antara 5,0 dan 7,0.
Kemurnian bakteriologi (FI IV, Hal. 112)
Memenuhi syarat air minum.
Wadah dan penyimpanan (FI IV, Hal. 112)
Dalam wadah tertutup rapat.
2.3 Pembuatan Obat Jadi
2.3.1 Formula
Nama Bahan Jumlah per tube Jumlah per bets
(besar bets: 1000 tube)
Na- diklofenak 0,2 g 200 g
Karbopol 940 0,2 g 200 g
TEA (Trietanolamin) 0,4 g 400 g
Metil paraben 0,036 g 36 g
Etanol 3,2 ml 3200 ml= 3,2 liter
Propilen glikol 0,208 g 208 g
Air qs Qs
2.3.2 Prosedur Pembuatan
Carbopol dikembangkan dalam air panas,,kemudian metil paraben dilarutkan
dalam propilen glikol, Na-diklofenak dilarutkan dalam etanol dan dimasukkan ke
dalam carbopol yang sudah dikembangkan, kemudian tambahkan TEA tetes
demitetes sambil diaduk perlahan sampai terbentuk gel yang jernih. Kedalam
campuran tersebut, ditambahkan aquadest hingga terbentuk massa gel.
2.4 Protap Metode Analisa Zat Aktif
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R B1
Lembar ke : 1/3
No. : Tanggal : 19/06/2012
1. Nama Obat Jadi : BARTOREN GEL 2. Bentuk Sediaan : Gel 20 g3. Golongan Obat : Obat keras4. Cara Pemakaian : Topikal5. Pemerian :
semipadat jernih tidak berwarna pembawa tiksotropik tidak berlemak tidak mengandung partikel asing sangat mudah bercampur dengan air.
6. Formulasi : Tiap tube mengandung :
Bahan aktif: Jumlah
Na-diklofenak 0,2 g
Bahan tambahan :
Karbopol 940 0,2 gTEA (Trietanolamin) 0,4 g
Metil paraben 0,036 g
Etanol 3,2 mlPropilen glikol 0,208 g
Air qs
Na-Diklofenak
Struktur Kimia (USP 32, hal.2124)
Nama Kimia (FI IV, hal.1405)
Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat
Rumus Molekul (FI IV, hal 1405)
C14H10Cl2NNaO2
Sinonim
Diclofenacum nutricum, Diklofenaakki natrium (Martindale 35, hal.38)
Diclofenac sodium (Clarke, hal.905)
Diclofenaci natricum (FI IV, hal.1405)
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R B1
Lembar ke : 2/3
No. : Tanggal : 19/06/2012
Pemerian
Serbuk hablur putih hingga hampir putih, higroskopik. Melebur pada suhu 248 C (FI IV, hal.1405)
Kelarutan
Mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol, agak sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan
dalam eter. (FI IV, hal.1405)
Solubilitas Na-diklofenak bergantung pada pH. Solubilitas Na-diklofenak rendah dalam pH rendah, namun
saat pH meningkat di atas pKa, maka solubilitasnya akan meningkat.
pH Solubilitas (%w/v)
4,0 0,0021
5,0 0,0086
6,0 0,059
7,0 0,187
7,5 0,169 (TPC, hal.836)
Koefisien partisi
Log P (oktanol/air)=4,5 (Instrumental Data for Drug Analysis, hal.905)
Log P (oktanol/air) pada 25 C=4 dan 4,17 untuk diklofenak yang dihitung dari data kelarutan air (TPC Ed.12,
hal.836)
Data Inkompatibilitas
Tidak ditemukan pada pustaka (FI IV, USP 32, BP 2008, EP 2008, Farmakope Jepang, TPC)
Definisi ( FI IV, hal.1405)
Na-diklofenak mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101% C14H10Cl2NNaO2 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Wadah dan Penyimpanan
S impan dalam wadah kedap dan tertutup rapat (USP 32, hal.2124)
Titik Lebur
284 C (FI IV, hal. 1405)
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R B1
Lembar ke : 3/3
No. : Tanggal : 19/06/2012
pH
pH larutan 7,0-8,5 dalam larutan 1:100 (USP 32, hal.2124)
pH stabilitas tidak ditemukan dalam berbagai pustaka (FI, BP, USP, Florey, Martindale)
Bobot Jenis ( FI IV, hal.1405)
318,13 g/mol
pKa (TPC, hal.836)
pKa diklofenak 4,2 pada suhu 30 C (dengan titrasi potensiometri)
pKa diklofenak dalam metil sulfoksida encer = 6,84
pKa diklofenak dalam air = 3,78
Penetapan Kadar
A. Secara spektrofotometri inframerah: dispersi ± 2 mg zat dalam cakram kalium bromide (± 200 mg)
B. Secara kromatografi lapis tipis: bercak utama larutan uji sesuai dengan larutan baku, tidak
terdeteksi adanya bercak lain selain bercak utama larutan uji.
C. Secara kromatografi cair kinerja tinggi: 100, 24% C14 H10Cl2NNaO2 (n=3; RSD=0,32%) dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
D. Secara titrimetri: 99,75% C14 H10Cl2NNaO2 (n=6; RSD=0,12%) dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
2.5 Protap Metode Analisa Obat Jadi
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R B2
Lembar ke : 1/3
No. : Tanggal : 19/06/2012
1. Nama Obat Jadi : BARTOREN GEL 2. Bentuk Sediaan : Gel 10 g3. Golongan Obat : Obat keras4. Cara Pemakaian : Topikal5. Pemerian :
semipadat jernih tidak berwarna pembawa tiksotropik tidak berlemak tidak mengandung partikel asing sangat mudah bercampur dengan air.
1. Formulasi : Tiap tube mengandung :
Bahan aktif: Jumlah
Na-diklofenak 0,2 g
Bahan tambahan :
Karbopol 940 0,2 gTEA (Trietanolamin) 0,4 g
Metil paraben 0,036 g
Etanol 3,2 mlPropilen glikol 0,208 g
Air qs
7. Indikasia. Rheumatoid arthritis dan osteoarthritis akut dan kronisb. Ankylosing spondylitis
8. Cara Kerja ObatDiklofenak mempunyai aktivitas analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Diklofenak mempunyai kemampuan melawan COX-2 lebih baik dibandingkan dengan indometasin, naproxen, atau beberapa NSAIA lainnya. Sebagai tambahan, diklofenak terlihat/dapat mereduksi konsentrasi intraselular dari AA bebas dalam leukosit, yang kemungkinan dengan merubah pelepasan atau pengambilannya. (GG Ed.11, hal 698)
9. Efek sampingEfek samping yang paling sering terjadi pada pemakaian gel Na-diklofenak adalah dermatitis pada daerah yang diolesi obat. Selain itu, terjadi juga pruritus, eritema, kekeringan atau iritasi.
10. Dosis dan cara pemakaianSejumlah cukup gel, sesuai dengan luas area yang sakit, dioleskan pada sendi yang sakit. Diberikan pijatan secara perlahan untuk memastikan pemakaian gel merata pada seluruh sendi yang sakit. Daerah yang baru dioleskan sediaan didiamkan selama 10 menit sebelum ditutupi dengan pakaian dan 60 menit sebelum mandi. Tangan harus segera dicuci setelah dioleskan gel Na-diklofenak, kecuali bila tangan tersebut adalah daerah yang diobati.
11. PerhatianHindari kontak dengan mata, luka terbuka, lesi terinfeksi atau dermatitis eksfoliatif.
12. Cara penyimpananGel Na-diklofenak harus disimpan pada suhu 25 0C (25 derajat celcius), tetapi bisa dipaparkan pada rentang temperatur, mulai dari 0 0C. Gel diklofenak tidak membeku.
13. Nomor batch Terdiri dari 6 digit:1 1 0 4 2 1 1 9 6 4 5 2
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R B2
Lembar ke : 2/3
No. : Tanggal : 19/06/2012
Keterangan :Digit ke-1 menunjukkan kode jenis sediaan Digit ke-2 dan ke-3 menunjukkan tanggal dan bulan pembuatanDigit ke-4 dan ke-5 menunjukkan nomor unit produksi pada bulan tersebutDigit ke-6 menunjukkan tahun pembuatan
Catatan : Untuk mengetahui tanggal pembuatan dapat dilihat dalam catatan produksi.
14. Jumlah bets : 200 kg15. Hasil praktis : 19500 tube @ 20 g16. Kemasan : Tube yang dapat dilipat @ 20 g17. Formulasi :
Bahan aktif: Jumlah
Na-diklofenak 0,2 g
Bahan tambahan :
Karbopol 940 0,2 gTEA (Trietanolamin) 0,4 g
Metil paraben 0,036 g
Etanol 3,2 mlPropilen glikol 0,208 g
Air qs
18. Cara Pembuatan SingkatCarbopol dikembangkan dalam air panas,,kemudian metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol,
Na-diklofenak dilarutkan dalam etanol dan dimasukkan ke dalam carbopol yang sudah
dikembangkan, kemudian tambahkan TEA tetes demitetes sambil diaduk perlahan sampai terbentuk
gel yang jernih. Kedalam campuran tersebut, ditambahkan aquadest hingga terbentuk massa gel. Cek
pH, antara 7,0 sampai 8,5. Berikan sampel pada bagian QC untuk evaluasi.
Spesifikasi dan Metoda Pemeriksaan Produk Jadi
PemerianMassa semipadat (kental), jernih, tidak berwarna, mengandung pembawa tiksotropik tidak berlemak, tidak mengandung partikel asing, sangat mudah bercampur dengan air.
Kandungan zat aktifNa-diklofenak mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101% C14H10Cl2NNaO2 dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Homogenitas sediaanSampel dioleskan pada lempeng kaca secara merata, kemudian diamati secara visual homogenitas dari gel tersebut
pH antara 7,0-8,5
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R B2Lembar ke : 3/3
No. : Tanggal : 19/06/2012
Viskositas sediaanSediaan gel Na-diklofenak diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan spinde yang cocok. Pengukuran dilakukan 3 kali untuk masing-masing sediaan gel pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu hingga 56 hari penyimpanan.
Wadah dan penyimpananPenyimpanan dalam wadah berupa tube yang dapat dilipat dan tertutup rapat. Wadah tidak terkontaminasi oleh logam berat.Gel 1% Na-diklofenak harus disimpan pada suhu 25 C dan terlindung dari panas. (AHFS 2010,hal.2088 dan TPC Ed.12, hal. 836)Diklofenak harus disimpan pada suhu di bawah 30 C dan tidak tembus cahaya. (TPC Ed.12, hal 836 dan FI IV, hal.1406)
Evaluasi organoleptisEvalusai organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujiannya (macam dan item), menghitung persentase masing-masing kriteria yang diperoleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
Evaluasi pHEvaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
Evaluasi daya sebarSampel dengan berat 0,5 gram diletakan ditengah – tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain yang telah ditimbang beratnya dan biarkan selama 1 menit, kemudian diukur diameter sebar sampel. Setelah itu ditambah beban berat 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian ukur diameter sebarnya. Penambahan beban seberat 50 gram setelah 1 menit dilakukan secara luas terus – menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh bebanterhadap perubahan diameter sebar gel.
Evaluasi penentuan ukuran dropletUntuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
Uji aseptabilitas sediaanDilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang diberi suatu kuisioner dibuat suatu kriteria, kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang ditimbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut dibuat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut.
Uji keamanan
Pengujian keamanan sediaan dilakukan dengan uji iritasi terhadap 5 orang sukarelawan. Teknik yang digunakan adalah uji tempel terbuka (Pacth Test), yang dilakukan dengan cara mengoleskan formula pada punggung tangan kanan sukarelawan seluas 2,5 cm2. uji keamanan dilakukan pada tempat yang sama selama 3 hari berturut-turut setelah pembuatan dan pada hari terakhir penyimpanan untuk masing – masing sediaan. Gejala yang timbul diamati. Umumnya iritasi akan segera ditunjukkann dengan adanya reaksi kulit sesaat setelah pelekatan atau penyentuhan pada kulit. Iritasi yang demikian disebut iritasi primer dengan diberi tanda + tetapi jika reaksi ini timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau perekatan pada kulit maka iritasi ini disebut iritasi sekunder dan diberi tanda ++.
Pemeriksaan KonsistensiPenetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan sediaan semisolid. Sediaan gel biasanya biasanya lebih kecil dibandingkan sediaan semisolid lainnya dan juga lebih mudah menyebar.
Pemeriksaan Daya LekatSampel 0,25 gram diletakan diatas 2 gelas obyek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu gelas obyek dipasang pada alat test. Alat test diberi beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasannya gel dari gelas obyek.
2.6 Protap Uji Stabilitas
Nama obat jadi :
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
F O R M U L I R C1
Lembar ke : ½
No. : Tanggal : 19/06/2012
Laporan Studi Stabilitas1. Metologi pengujian
A. Long Time Stability Test (jangka lama)B. Short Time Stability Test (stabilitas dipercepat)
2. Parameter dan Kriteria pengujian :
Parameter pengujian Kriteria pengujian
Pemerian Syarat release pabrik
Kekentalan 65.000 sentripoise
pH 7,0-8,5
Keseragaman kandungan Sesuai FI IV
Identifikasi :Na-Diklofenak Sesuai FI IV
Homogenitas Sesuai FI IV
Penetapan kadar :Na-Diklofenak 99,0% - 101,0%
3. Rancangan dan kondisi penyimpananA. Jenis, ukuran dan jumlah batch :
- 1 batch kecil @ 1 kg- 2 batch pilot @ 10 kg
B. Informasi batch :
No. Batch Kemasan Batch size Tanggal produksi
196412 Dus @ 1000 tube 55500 tube 9 juni 2012
156412 Dus @ 1000 tube 55500 tube 15 juni 2012
137412 Dus @ 1000 tube 55500 tube 31 juni 2012
Nama obat jadi : F O R M U L I R C1
BARTOREN GEL Nama Industri Farmasi:PT.BARONAFARMA
Lembar ke : 2/2
No. : Tanggal : 19/06/2012
C. Pengambilan contoh :3 Nomor Batch, yaitu :- Batch kecil : No. Batch : 196412- Batch pilot : No. Batch : 156412 No. Batch : 137412Jumlah yang dipilih masing-masing batch : 2 Dus @ 1000 tube; yaitu masing-masing 1000 tube untuk Long Stability study dan Short Stability study.
4. Titik Waktu PenelitianNo. batch. : : 196412; 156412; dan 137412, disimpan pada suhu kamar (30oC + 2oC, RH 70% + 5%) selama 24 bulan, dengan interval tiap 3 bulan pengambilan sampling untuk pengujian di tahun pertama dan interval 6 bulan untuk tahun kedua.
No. batch. : : 196412; 156412; dan 137412, disimpan pada oven dengan suhu 40oC + 2oC, RH 75% + 5%; selama 6 bulan, dengan interval tiap bulan pengambilan sampling selama 3 bulan dan interval 3 bulan untuk pengambilan sampling terakhir.
5. Kondisi Penyimpanan Obat 5.1 Long time stability
Suhu : 30oC + 2oCKelembaban : RH 70% + 5%.
5.2 Short time stabilitySuhu : 40oC + 2oCKelembaban : RH 75% + 5%.
6. Kondisi dan waktu sampling :
Tipe StudiSuhu/kelembaban
NisbiAwal
INTERVAL WAKTU (BULAN)1 2 3 6 9 12 18 24
Jangka lama 30% 2 oC /70% 5%
+ + + + + + +
Dipercepat 40 2 oC /75% 5%
+ + + + +
7. Data StabilitasData stabilitas diperoleh dari 3 Nomor Batch :No. Batch 196412 Diproduksi 9 Juni 2012 No. Batch 156412 Diproduksi 15 Juni 2012No. Batch 137412 Diproduksi 31 Juni 2012
Daftar Pustaka
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Gilman, A.G., Hardman, J.G., dan Limbird, L.E. (2011). The Pharmacological basis of Therapeutics. Edisi 9. Newyork: Pergamon Press.
Lachman, Leon. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi ke 1.Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Lieberman., Rieger and Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System. Vol ke-2. New York: Marcel Dekker Inc.
Martin, A., Swarbrik, J., Cammarata, A. (1993). Dasar – dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Alih Bahasa Yoshita. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press..Rowe, C.R., Sheskey, P.J., Weller, P,J. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Fourh Edition. Pharmaceutical Press. London.
Shivhare U.D, Jain K.B, Matjr V.B, Bushari K.P, Roy A.A. Formulation Development And Evaluation Of Diclofenac Sodium Gel Using Water Soluble Polyacrylamide Polymer. Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures Vol. 4, No.2, June 2009, p. 285 290
SNI. 1996.SNI 16-4399-1996 Sediaan Tabir Surya. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Sweetman, S.C. (2005). Martindale The Complete Drug Reference. Thirty-fourth Edition. Pharmaceutical Press: London.
United States Pharmacopoeia. (2007). The National Formulatory. 25th Edition. The United States Pharmacopoeia Convention XXX.