39
KONSERVASI sumber daya alam, kondisi perhutanan, perubahan iklim, pencemaran lingkungan hidup, kebakaran hutan serta lahan, satwa, dan permasalahan limbah, adalah sejumlah tantangan yang harus ditangani pemerintah. Untuk mengetahui le bih mendalam mengenai langkah-langkah pemerintah dalam menangani persoalan itu, wartawan Media Indonesia mewawancarai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta, pekan silam. Berikut petikannya.

tugas fira = lingkungan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

qw

Citation preview

KONSERVASI sumber daya alam, kondisi perhutanan, perubahan iklim, pencemaran lingkungan hidup, kebakaran hutan serta lahan, satwa, dan permasalahan limbah, adalah sejumlah tantangan yang harus ditangani pemerintah. Untuk mengetahui le bih mendalam mengenai langkah-langkah pemerintah dalam menangani persoalan itu, wartawan Media Indonesia mewawancarai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta, pekan silam. Berikut petikannya. Apa yang telah dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melindungi Indonesia dari

masalah perubahan iklim?Persoalan perubahan iklim bukan hanya persoalan satu kementerian. Di waktu yang lalu, betul bahwa ada beberapa lembaga yang menangani perubahan iklim, terutama Kementerian Lingkungan, Kementerian Kehutanan, BPREDD dan DNPI. Sekarang, dengan upaya-upaya peningkatan efektifitas kelembagaan sesuai arahan Bapak Presiden, maka ada satu Direktorat Jenderal di Kementerian LHK yang menanganinya yakni Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim yang sudah mulai efektif sejak 29 Mei 2015. Selain itu juga Bapak Presiden telah menunjuk utusan khusus Presiden

untuk Perubahan Iklim, Bapak Rachmat Witoelar; dan untuk mewadahi semua stakeholders atau pemangku kepentingan dalam kaitan perubahan iklim seperti LSM, masyarakat, Pemda, dunia usaha, akademisi pers, dan lainnya, juga sudah ditetapkan Dewan Pengarah Pengendalian Perubahan Iklim Tingkat Nasional dan sebagai Ketua adalah Bapak Sarwono Kusumaatmadja. Perubahan iklim tetap menjadi concern beberapa kementerian seperti ESDM, Pertanian, Perhubungan, Perindustrian dan KKP.Dalam melindungi dari ancaman perubahan iklim di Indonesia, seperti halnya bangsa-bangsa di dunia,

Indonesia juga menjadi bagian dari upaya bersama di dunia dalam mengendalikan perubahan iklim, yang merupakan ancaman bagi kehidupan akibat naiknya muka air laut, naiknya suhu di atmosfer akibat lubang ozon yang meluas dengan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat, dan menyebabkan kepunahan biota, tenggelamnya pulau-pulau kecil dan lain sebagainya. Indonesia berusaha menepati komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada 2020 dari kondisi bussiness as usual dengan upaya sendiri, dan target itu bisa meningkat menjadi 41% dengan dukungan internasional.

Mengingat sumbangan emisi terbesar berasal dari sektor kehutanan dan terkait lahan (Land use, Land Use Change and Forestry), Indonesia fokus pada upaya mengurangi dampak perubahan iklim dengan melindungi 63 juta hektare hutan alam primer dan lahan gambut melalui moratorium konversi hutan sebagai upaya menghentikan deforestasi termasuk kerjasama dengan Norwegia di bidang pengelolaan kehutanan seperti pembuatan peta akurat dan juga mengenai kesinambungan penggunaan lahan. Sekarang sedang di analisis pertimbangan-pertimbangan emisi

terbesar tidak lagi dari sektor kehutanan, tapi dari sektor energi.Upaya yang dilakukan secara umum ialah mitigasi dan adaptasi. Mitigasi dilakukan untuk menahan laju emisi gas rumah kaca.Dan adaptasi dilakukan terutama untuk penyesuaian jenis tanaman, penggunaan lahan, teknik tata air, dan sebagainya. Yang pokok dalam persoalan perubahan iklim dan membawa pengaruh, ialah emisi gas rumah kaca, kondisi keanekaragaman hayati (bio-diversity) dan kondisi sosial ekonomi.Beberapa hal yang dilakukan seperti uraian berikut ini.

Terus dilakukan inventarisasi gas rumah kaca yang dihasilkan dari semua sektor yang ada, dan teknik atau sistem Penghitungan Karbon Nasional Indonesia (INCAS); Penyusun an rencana aksi nasional dan daerah; Persiapan submisi kepada UNFCCC tentang niat yang akan dikontribusikan nasional Indonesia kepada dunia (INDC atau Intended Nationally Determined Contributions). Inisiatif Swasta Insisiatif Masyarakat Program Kampung Iklim (ProKlim) Program berlingkup nasional dalam rangka mendorong masyarakat untuk meningkatkan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.

Juga dilakukan upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta memberikan penghargaan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilaksanakan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah seperti teknik pengelolaan gambut, dan lain-lain.Apa kendala yang dihadapi?Secara umum dapat dikatakan, masalah utama hampir di semua negara terkait dengan finansial, terkait dengan komitmen negara maju untuk mengurangi emisi dan komitmen untuk menyediakan dukungan finansial, alih teknologi dan peningkatan kapasitas kepada upaya-upaya mitigasi dan

adaptasi yang dilakukan oleh negara berkembang.Aspek lain sebagai tantangan ialah kecepatan kita dalam akselerasi, sinkronisasi kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dikatakan perlu dipertimbangkan untuk implementasi pengarusutamaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam pengembangan konsep pembangunan nasional.Tentu saja, kita juga menghadapi cukup berat permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan yang harus ditangani dengan kerja keras dan upaya yang konsisten seperti kebakaran lahan dan

hutan, illegal logging dan perburuan tanaman dan satwa langka yang dilindungi (TSL). Kita juga menghadapi kondisi konvensional dan tradisi di masyarakat yang berpotensi men-generate emisi, seperti misalnya sistem slash and burnt, pembakaran untuk pembukaan lahan (land clearing).Apa yang pemerintah lakukan dalam rangka mencapai target menurunkan emisi karbon 26%?Pemerintah Indonesia pada 2009 telah menyatakan komitmen untuk menurunkan emsisi 26%. Pada perkembangannya, diperkirakan telah mencapai 83% dari target 26% penurunan tersebut.

Saya melihat, dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, ada optimisme untuk mencapai hal tersebut. Kita bisa lihat upaya yang sudah ada, yakni pengurangan subsisdi kepada bahan bakar minyak (BBM) atau minyak gas bumi. Yang semula dalam konfigurasi APBN mencapai tidak kurang dari Rp150 triliun, saat ini hanya sekitar Rp20 triliun. Hal ini jelas semakin mengurangi ruang penggunaan bahan bakar migas dan berkembang upaya untuk menggunakan bahan bakar alternatif.Selain itu juga kita tahu ada kebijakan biodiesel dengan dukungan crude oil sawit.Kita juga sudah

memoratorium pemberian izin baru untuk pemanfaatan lahan dari kawasan hutan primer dan gambut sejak 2011. Data Juni 2015 menunjukkan, areal hutan kembali menjadi 930.000 hektare. Di sisi yang lain, usaha pertambangan batu bara semakin berkurang dengan penurunan harga internasional, serta adanya kewajiban pengusaha membangun smelter, sehingga langkah-langkah produksi menurun dan kami juga bersama Menteri ESDM dan beberapa daerah telah menghentikan pemberian izin baru untuk tambang batu bara. Aspek penting lainnya ialah upaya-upaya untuk semakin memperbaiki sistem

kehidupan dalam hubungan manusia dengan alam, dengan langkah-langkah menuju pada pengakuan nyata dan bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat adat, meski baru dilakukan sangat awal dan bertahap.Apa yang akan dibawa Indonesia untuk COP 2015 di Paris?Sebagai negara yang mempunyai `tempat tersendiri' di antara negara-negara dalam komunitas internasional, Indonesia akan memainkan peran yang terbaik dalam diskusi-diskusi mencapaian kesepakatan untuk menyelamatkan bumi. Indonesia menjadi perhatian dan menjadi harapan negara-negara di dunia, dan posisi ini

sangat kita sadari. Oleh karena itu, tentu substansi perundingan harus menjadi perhatian serius kita, dan bersama-sama seluruh stakeholders, kami tengah mempersiapkannya dan segera akan melaporkan kepada Bapak Presiden dan Bapak Wapres untuk menjadi bahan beliau dalam pertemuan-pertemuan awal di berbagai kesempatan internasional.Indonesia akan berperan aktif untuk mendorong tercapainya protokol baru yang menggantikan Protokol Kyoto. Indonesia bersama negara berkembang akan mendorong implementasi dari komitmen negara maju dalam hal pendanaan dan alih

teknologi. Indonesia juga perlu menyampaikan kepada dunia tentang kebersamaan semua stakeholders dalam bahu membahu mengatasi ancaman perubahan iklim, seperti misalnya peran dunia usaha dalam mengelola lahan gambut, peran masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan hutan dalam mengelola kawasan hutan dengan prinsip keseimbangan manusia dan alam, langkah-langkah manajemen hutan yang baik (good forest management) yang dikelola melalui konsep forest management unit (KPH/ Kesatuan Pengelolaan Hutan) dan terutama dalam regulasi dan kebijakan yang

terkait dengan emisi, biodiversity serta sosial-ekonomi masyarakat.Bagaimana dengan penolakan sejumlah negara maju untuk menurunkan emisi karbon?Indonesia akan mengedepankan langkah diplomasi baik secara bilateral maupun secara bersama-sama dengan negara berkembang lainnya. Namun, apabila kita ikuti perkembangan sampai dengan sekarang, seperti China telah memberikan isyarat penurunan emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan mencapai 65% setelah 2020 dengan kebijakan tidak akan memakai batu bara; serta indikasi intensi atau keinginan Presiden Barack Obama

yang akan menurunkan emisi pada 2030 sampai dengan 870 megaton ekuivalen. Pada dasarnya, kami akan mendorong negara maju menyadari kepentingan bersama ini, dan merekalah sesungguhnya pemberi emisi yang besar kepada atmosfer, sudah sejak lama.Apa upaya pemerintah melobi mereka?Mengedepankan kepentingan bersama namun dengan tanggung jawab yang berbeda, dalam upaya menghindari dampak perubahan iklim yang lebih parah. Saat ini, kita bisa melihat intensitas bencana yang semakin tinggi di berbagai belahan dunia seperti badai, banjir, dan longsor.

Tentu saja kita mempersiapkan Tim Negosiasi yang baik dan mumpuni. Banyak tokoh yang selama ini sudah memberikan dedikasi untuk hal tersebut. Tentu saja di samping dari unsur pemerintah, kami akan melibatkan semua elemen yang terkait dalam lobi-lobi internasional. Kami sudah melakukan pertemuan-pertemuan dengan para pihak, baik untuk keperluan substansi maupun untuk keperluan display atau eksisbisi yang dapat meyakinkan dunia akan apa yang terjadi di Indonesia, serta tentu saja langkah-langkah diskusi atau perdebatan yang harus kita kuasai dan akan dilakukan bahkan beberapa waktu

sebelum Paris COP Desember. Jadi kita akan lakukan lebih awal dan nanti bisa dilihat, bila perlu dengan safari independen, dan sebagainya.Apa target pemerintah pada COP 2015?Secara umum kita menargetkan untuk adanya kemajuan yang berarti dalam hal kesepakatan global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Dan tentu saja secara spesifik kita akan memperoleh penegasan sharing upaya, teknologi dan finansial dari komunitas dunia kepada masing-masing negara termasuk Indonesia dalam agenda perubahan iklim ini.

Apa upaya pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan, seperti kekeringan, kerusakan hutan, dan satwa?Secara sistematis, langkah-langkah dan upaya tersebut tertuang di dalam RPJMN 2015-2019. Saat ini kita berupaya mendorong penyelarasan tata kelola hutan dengan tata lingkungan yaitu dengan seluruh RPJM mengacu pada RPPLH, serta menekan laju deforestasi dengan melakukan langkah penanaman pohon dan membudayakan cinta menanam di masyarakat. Moratorium Hutan melalui penerbitan Instruksi Presiden RI Nomor 8 Tahun 2015 tanggal 13 Mei 2015

tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut sebagai kelanjutan dari Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2013 dan Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2011 melahirkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPIB) Revisi VIII dengan SK. 2312/Menlhk-VII/IPSDH/2015 luas total yang dimoratorium 65.015.014 Ha, berati terdapat penambahan luas moratorium + 926.030 Ha.Upaya juga dilakukan dengan penanganan konflik pengelolaan hutan, penanganan tenurial, pengakuan hutan adat, dan perlindungan kearifan lokal

dengan cara menindaklanjuti pengaduan dari mitra kerja dan masyarakat, yang akan menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan kebijakan dan pedoman penanganan konflik, tenurial dan hutan adat.Sesuai dengan RPJMN 2015 2019 Kementerian LHK diminta memberi akses masyarakat untuk mengelola hutan melalui Hkm, Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan Hutan Rakyat serta Kemitraan dengan target-target yang telah ditetapkan secara kuantitatif dalam RPJMN.Selain itu juga upaya memperkuat penegakan hukum guna terwujudnya keamanan lingkungan dan hutan

melalui peningkatan ketaatan terhadap hukum lingkungan dan kehutanan, memberantas tindak perdagangan ilegal tumbuhan dan satwa liar, melakukan pemanfaatan jasa lingkungan sumber daya alam hayati seperti membangun wisata alam di 51 taman nasional dan 118 Taman Wisata Alam, karena memiliki potensi alam yang indah seperti gunung, danau, kawah, air terjun, sungai, pantai, gua, serta flora fauna, dan kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.Sejauh ini bagaimana program prioritas itu berjalan, dan apakah sudah sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo?

Seiring dengan pembenahan organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kami juga berupaya maksimal menjalankan tugas sebagaimana yang diamanatkan Bapak Presiden Jokowi.Jujur bahwa begitu luas ruang lingkup pekerjaan di Kementerian ini dengan sebanyak 18 unit kerja eselon I, dan 91 unit eselon II. Saya kira ini menggambarkan rentang kendali yang luas dan ruang lingkup kerja yang banyak. Namun, beberapa fokus yang menjadi arahan Bapak Presiden kepada kami di Kementerian terutama menyangkut penataan kelembagaan karena menyatukan dua kementerian

menjadi satu di samping menyatukan lembaga-lembaga terkait agenda perubahan iklim. Untuk itu semisal telah kami selesaikan. Pada saat ini sudah selesai penataan organisasi dan telah selesai ditempatkan semua pos eselon I, II, III dan IV serta staf. Seluruhnya sudah terdistribusi.Yang sedang disesuaikan sekarang ialah organisasi pusat di daerah yang selama ini masih berjalan, namun perlu dilakukan penyesuaian fungsi dan struktur lebih lanjut.Target lain yang beliau tegaskan pada saya menyangkut perijinan dan terutama kepentingan infrastruktur jalan dan energi atau listrik. Pada saat ini,

penyederhanaan izin dalam sistem PTSP atau Pelayanan Terpadu Satu Pintu di BKPM. Pada saat ini telah diselesaikan sekitar 200-an izin sejak akhir Januari.Dan jelas lebih singkat dibandingkan dengan waktu-waktu jauh sebelumnya. Selain itu juga perizinan yang harus sederhana dan singkat untuk pembangunan infrastruktur yang harus ditangani dengan baik, mudah dan singkat untuk digunakan bagi kepentingan publik, namun tetap menjaga prinsipprinsip fungsi lindung. Hal ini juga sudah dalam track.Yang menjadi perhatian berikut dari Bapak Presiden berkenaan dengan kebakaran hutan dan lahan. Pantauan

hotspot satelit NOAA-18 di Indonesia pada 12 Agustus 2015, terdeteksi 82 titik.Berikut perbandingan hotspot pada 2014 dan 2015 di 5 provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan.Data memperlihatkan jumlah hotspot pada 2015 jauh menurun pada 2015 jauh menurun dibandingkan dengan 2014.Sebagai gambaran pada 1 Januari hingga 12 Agustus, jumlah hotspot pada 2014 sebanyak 13.474 dan pada 2015 sebanyak 6.163 atau hanya sebesar 45,7% atau menurun lebih dari separuhnya. Bila kita ambil contoh Riau yang menjadi perhatian negara tetangga, data dimaksud pada

2014 mencapai 4.044 hotspot dan pada 2015 hanya 1.281 hotspot atau hanya 31,7%. Jadi, menurun hingga 70%.Di Riau, sepanjang 2015, masa kritis lahan terbakar sudah kita lalui tapi atau lahan terbakar pada Maret, di mana pada 2104, di Februari minggu ketiga, terjadi penutupan bandara akibat asap. Dan itu telah kita lalui dengan baik dan tidak terjadi apa-apa pada 2015. Pada saat acara SEA Games di Singapura, pada minggu pertama dan kedua Juni 2015, juga fase kritis asap, ternyata tidak terjadi bencana dan bisa kita jaga dengan baik.Upaya yang dilakukan seusai arahan Bapak Presiden dan Wakil Presiden

ialah utamakan pencegahan. Lakukan monitoring hotspots dan patroli lapangan serta matikan api selagi kecil. Tidak boleh menunda. Pantang pulang sebelum padam. Begitu moto para Manggala Agni.Dalam hal ini juga dilakukan koordinasi yang intensif antara pusat dan daerah dan antar-stakeholders. Peran masyarakat dan dunia usaha juga sangat penting untuk menjaga dan begitupun dukungan dari Polri dan TNI.Sejalan dengan itu, langkah-langkah penegakan hukum juga terus dilakukan dan sekaligus penyuluhan di masyarakat juga dilakukan. Pada saat ini dilakukan punishment langsung

dengan melakukan police line atau segel lahan-lahan yang terbakar, secara langsung di lapangan.Siapa saja yang menjadi mitra untuk menggapai program prioritas kementerian?Pada dasarnya, stakeholders untuk subyek lingkungan sangatlah luas, karena terkait dengan orang yang berakibat langsung membutuhkan, atau terkena dampak, bahkan untuk keperluan penelitian. KLHK selama ini bekerja sama dengan semua pihak; LSM, dunia usaha, akademisi, pemerintah daerah, pers/jurnalis, musisi, budayawan bahkan tokoh-tokoh masyarakat perseorangan.Kementerian

kami sangat terbuka, karena urusan lingkungan hidup dan kehutanan merupakan urusan semua pihak.

Sumber: Media Indonesia, Jumat, 14 Agustus 2015