Upload
niken-kriswandari
View
277
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau
melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedap
udara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang
dapat mematikan hama ( http://www.dimensi123.com/ )
Alasan-alasan pentingnya dilakukannya fumigasi untuk setiap komoditi yang
akan di kirim ke luar negeri antara lain sebagai berikut : Fumigasi merupakan
salah satu persyaratan eksport sesuai dengan ketentuan internasional yang
tertuang dalam berbagai kesepakatan bersama, diantaranya adalah
International Plant
Protection Convention (IPPC) yang di recommended oleh badan
perdagangan dunia (WTO), komoditi yang akan di eksport harus dilakukan
fumigasi, karena jika tidak maka komodti akan di re-fumigasi (atau di claim)
di Negara tujuan, Perlu dilakukan proses fumigasi terhadap komoditi yang
akan di eksport supaya komoditi yang dikirim tidak rusak sampai Negara
tujuan (http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-16303-Chapter1-
277039.pdf ).
Sesuai Kepmenkes RI No. 630/Menkes/SK/XII/1985, pasal 1 dan 2,
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai unit pelaksana teknis dibidang
pemberantasan dan pencegahan penyakit menular dalam lingkungan
Depkes RI, mempunyai tugas pokok melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular tertentu melalui kapal
laut dan pesawat udara, pemeliharaan dan peningkatan sanitasi lingkungan
di pelabuhan, di kapal laut dan dipesawat udara, serta pelayanan kesehatan
terbatas di pelabuhan laut dan udara berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku.(DepKes. RI., 1989).
Upaya yang dilakukan oleh KKP dalam program pemberantasan tikus,
meliputi upaya pemberantasan tikus di kapal dan pesawat yang dilakukan
dengan fumigasi serta upaya pemberantasan tikus dipelabuhan melalui
1
metode mekanik (trapping), kimia (rodenticide, fumigant) maupun
peningkatan sanitasi lingkungan (well environmental sanitation).
Upaya tersebut, diharapkan Indonesia bisa bebas dari penyakit pes,
mengingat di beberapa negara Afrika seperti Congo, Madagaskar,Malawi,
Mozambique, Namibia, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe, dan
negaranegara Amerika Latin antara lain Bolivia, Brazil, Ecuador, Peru, dan di
Asia, Vietnam masih merupakan daerah endemis pes (Weekly
Epidemiological Record, 1999). Dalam kurun 1962-1972 di Vietnam
dilaporkan terjadi ribuan kasus pes bubodi perkotaan dan pedesaan. Pada
tahun 1994, dilaporkan terjadi out break pneumonic plague di Surat, negara
bagian Gujarat, India. (Benenson, 1995).
Dalam pelaksanaan fumigasi harus orang orang yang berpendidikan dan
menguasai tentang pemfumigasian antara lain orang orang KKP dan
karyawan dari jasa fumigasi seperti Sucofindo, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka disusunlah makalah
mengenai “Fumigasi Kapal dan Gudang “, untuk memberikan informasi
mengenai tahap pelaksanaan fumigasi kapal dan gudang dengan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian fumigasi kapal dan fumigasi gudang?
2. Apasaja macam – macam fumigasi ?
3. Apasaja alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi ?
4. Bagaimana prosedur kerja fumigasi kapal dan fumigasi gudang ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian fumigasi.
2. Mengetahui macam – mcam fumigasi.
3. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi.
4. Mengetahui prosedur kerja dari fumigasi kapal dan fumigas gudang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Fumigasi
Fumigasi adalah suatu cara melestarikan lingkungan terutama
komoditi ekspor dengan cara mengasapi (pembakaran atau
penguapan zat kimia yang mengandung racun) agar semua jenis
perusak komoditi ekspor tidak tumbuh/ mati dan kerusakan
lingkungan dapat dihindari. (Yuni, Nurjanah 2010).
Fumigasi merupakan syarat diterimanya barang import pada
negara barat. Tidak jarang barang yang terkontaminasi harus terkena
claim/ditolak di negara tujuan, bahkan beberapa perusahaan
fumigator/pelaksana fumigasinya terkena black list di negara
tersebut. Faktor utama kegagalan nya adalah profesinalisme
aplikator, serta kecurangan dalam aplikasi standar.
(http://karantina.deptan.go.id ).
2. Fumigan
Adalah pestisida yang dalam suhu dan teknan tertentu berbentuk
gas dan dalam dalam kosentrasi serta waktu tertentu dapat
membunuh organismae penggangu tanaman. Pestisida sangat
beracun untuk semua organisme hidup.
Prosedur yang benar dilakukan harus oleh fumigator terlatih
memastikan bahwa fumigan tidak menimbulkan resiko bagi
kesehatan manusia dan hewan. Keterampilan dan keputusan yang
tepat juga diperlukan untuk memastikan bahwa fumigasi berhasil dan
tidak merusak barang (http://ww2.era-pest.com/index.php/our-
services/services/pest-control/hama-kapal/16-our-services )
3. Fumigasi Kapal
Adalah suatu upaya pengendalian hama yang mutlak harus
dilakukan pada sebuah kapal baik kapal penumpang, kapal cargo
atau jenis kapal lainnya. Tujuan utama dari fumigasi kapal adalah
pembersihan kapal dari hama pengganggu komoditas kapal yang
sering kali bahkan menggangu penumpang (Kartasapoetra, 1987).
3
4. Fumigasi Gudang
Memasukkan atau melepaskan pestisida kedalam ruangan
tertutup atau kedap udara untuk beberapa waktu dalam dosis dan
konsentrasi yang dapat mematikan hama. fumigasi hanya
dilaksanakan pada sebagian ruangan atau terbatas pada komoditas
yang difumigasi (Priyambodo, S. 2003 ).
B. Sasaran Fumigasi
Fumigasi dapat dilakuakan oleh :
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan
2. Badan Usaha Swasta yang telah mendapat izin dari Kepala Direktorat
Pengamatan Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra atas
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan dan didalam pelaksanaan operasi berada dibawah
pengawasan.
3. Eksportir Industri Rotan, Furniture, Kayu, Kerajinan/keramik
4. Eksportir Industri Pertanian: kopi, Kopra, Pelet, Jagung, Gaplek
5. Industri makanan: barang yang harus steril dari kontaminasi hama
6. Usaha pergudangan yang perduli pada kualitas barang simpanan.
C. Dokumen Kesehatan Kapal
1. Sertifikat Hapus Tikus (Dreating Certifikat) adalah suatu sertifikat yang
diberikan kepada sebuah kapal oleh Departemen Kesehatan yaitu
Kesehatan Pelabuhan ( Port Health ), setelah kapal yang
bersangkutan difumigasi dan telah diteliti tidak terdapat tikus di kapal
atau relatif sudah sangat sedikit jumlahnya. Masa berlaku sertifikat ini
adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 1 tahun.
2. Dokumen Dreatting Exemption Certificate (DEC )adalah sebuah Surat
Keterangan yang diberikan kepada sebuah kapal yang Sertifikat
Hapus Tikusnya telah gugur / tidak berlaku lagi, dimana kapal
tersebut tidak/belum di fumigasi , melainkan hanya di teliti dan
didapati bahwa tidak ada atau tidak banyak tikus di kapal. 4
Pembebasan Hapus tikus ( Dreating Exemption Certificate ) diberikan
dengan masa berlakunya 6 bulan. Apabila kapal tidak memiliki
DEC/SKBHT atau DC/SKHT yang masih berlaku, dan kapal dalam
keadaan kosong, maka kapal harus dilakukan pemeriksaan ada atau
tidaknya kehidupan tikus, dan apabila kapal masih ada muatan
lanjutan, dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan,
kapal dapat diberikan 30-days extention untuk pelayaran
internasional, atau sailling permit untuk pelayaran domestic (Hanang
S, pengendalian Rodent).
D. Jenis – Jenis Fumigan
1. Berdasarkan kebutuhan penagannya.
a. Fumigasi perawatan
Fumigasi ini dilakukan untuk mengendalikkan hama bagi
komoditas dalam penyimpanan maupun property.
b. Fumigasi tindakkan karantina
Pengendalian hama bagi komoditas sebagai suatu syarat
karantina.
2. Berdasarkan aplikasi pengerjaanya.
a. Space fumigation
Perlakuan fumigasi pada seluruh wadah / ruangan. Misal : silo,
kapal, rumah dll.
b. Under shet fumigation
Pelaksanakan terbatas pada komoditasyang akan difumigasi
dengan melakukan penyungkupan dibawah plastic.
c. Countainer fumigation
Fumigasi untuk komoditas di dalam container.
E. Bahan - Bahan Fumigan
Berapa fumigan yang paling banyak dipergunakan adalah metil
bromida (CH3BR), fosfin (PH3), karbondioksida (CO2), dan hydrogen
sianida (HCN). Pemilihan untuk menentukan jenis fumigan mana yang
akan digunakan tergantung dari hasil evaluasi terhadap beberapa factor,
antara lain :
5
1. Jumlah waktu yang tersedia
2. Jenis komoditi yang akan difumigasi
3. Jumlah biaa dan kemudahan aplikasi
4. Kemungkinan reaksi dengan non target material dan non organism
5. Pertimbangan operasional
6. Persyaratan atau permintaan pasar dan batas residu.
Sebelum melaksanakan fumigas penting dalam menghitung dosis
yang diperlukan untuk digunakan dalam suatu ruangan kosong atau pada
tumukan komoditi dalam suatu gudang. Berikut ini adalah cara
menentukan dosis berasarkan volume bagian dalam ruangan sesuai
dengan jenis fumigant yang digunakan :
1. Fumigasi dengan Fosfin (PH3)
Jenis fosfin yang digunakan umumnya berbentuk padatan yang
mengalami sublimasi. Fosfin mudah tebakar pada suhu 100 0C. Dosis
dinyatakan g/ m3 atau g/ton pada tumpukan komoditi. Berdasarkan
formulasi komersial 1 g fosfin = 1 tablet = 5 pellet 1/11 bungkus. Dosis
yang umum dgunakan untuk mengendalikan serangga adalah 1,5 g/
m3 atau 2 g/ton dengan lama fumigasi 7 hari.
2. Fumigasi dengan Metil bromida (CH3BR)
Metil bromide merupakan gas tak berwarna, tak berbau dan tida
terbakar pada suhu normal serta mencair engan mudah dibawah
tekanan, fumigant ini dikemas dalam tabung, untuk keperluan
karantina direkomendasikan penggunaan dosis Metil bromide 130 g/
m3 dengan eksposa selama 48 jam.
3. Fumigasi dengan karbon dioksida (CO2)
Bertujujuan untuk mempertahankan konsentrasi CO2 diseluruh
enklosur fumigasi daam waktu yang cukup lama sehingga dapat
membunuh stadium serangga yang paling toleran, ehingga konsentrasi
CO2 harus dipertahankan lebih dari 35 % pada keseluruhan enklosur
selama 15 hari atau lebu pada suhu lngkungan 25 0C.
4. Chloropicirin (CC13 NO2)
Senyawa ini merupakan komponen utama dari gas air mata.
Konsentrasi minimal untuk dapat membunuh tikus dan serangga
adalah 1 gr /m3 dalam waktu 2 jam pada suhu 17 0C, untuk mencit 730
6
– 925 gr/100 m2, sedangkan untuk serangga memerlukan dosis yang
lebih tinggi yaitu 7 gr/ m3.
Merupakan debu atau tepung glanular yang merupakan gas yang
dapat mengeluarkan asan hidrocianat (HCN), yaitu bila senyawa
tersebut bersentuhan dengan udara lembab atau tanah. HCN
merupakan gas ang sangat beracun, dengan daya bunuh yang tinggi
dan cepat. Dosis untuk 30 liang tikus adalah sekitar 1 pound atau ½ kg
dos.
F. Dosis
Dosis fumigasi adalah jumlah fumigan yang digunakan pada
volume tertentu dan biasanya dinyatakan dalam berat fumigan per
volume ruang fumigasi (berat/volume, gr/m3 atau kadang – kadang
dinyatakan dalam berat fumigan per berat komoditas (berat/berat, gr/ton).
Sedangkan konsentrasi fumigan adalah jumlah riil dari fumigan yang
berada di dalam udara atau di dalam rongga – rongga diantara komoditas
di dalam ruang fumigasi.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam hal ini yang lebih penting
adalah besarnya konsentrasi yang mematikan hama. Dengan demikian
untuk menghasilkan konsentrasi yang sama maka dosis fumigasi pada
ruangan yang kedap akan lebih rendah daripada ruangan yang kurang
kedap. Selain itu daya serap komoditas juga akan mempengaruhi dosis.
Faktor lain yang mempengaruhi penetepan dosis adalah jenis hama,
stadia hama, tingkat serangan hama, temperatur dan exposur time.
Untuk memfumigasi suatu ruangan yang tidak penuh terisi
komoditas, karena dasar fumigasi adalah volume maka penetapan
dosisnya selain dosis untuk komoditas perlu ditambahkan dosis space
(ruangan kosong). Dosis fumigasi juga digunakan dipengaruhi oleh suhu.
Semakin rendah suhu, semakin besar dosis fumigan yang digunakan.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa perubahan dosis tersebut hanya
diperbolehkan untuk kisaran suhu tertentu, yaitu 10°C - 21°C. Oleh
karena itu perusahaan fumigasi harus mengubah dosis bila suhu di
tempat fumigasi berbeda dengan suhu pada dosis yang ditetapkan sesuai
7
standart karantina (http://bloggerukri.blogspot.com/2012/10/formulasi-gas-
fumigasi-definisi.html ).
No Fumigan Dosis Standar Keterangan
1 Methyl
Bromida
( Ch3Br)
48 - 128 gr/m3 Dipeuntukan untuk Tindakan Karantina dan Pra PengapalanSifat kimia lainnya:- Cairan Bereaksi
dengan Al, karet alam- Meninggalkan residu
pada lemak & protein tinggi
- Waktu pemaparan : 1 x 24 jam
2 Hydrogen
Phospide
(PH3)
Standar berat
phospine = 1/3
berat padatan
Misalnya :
- 3 gr tablet mengandung 1 gr Phospine
- 0,6 gr pellet mengandung 0,2 gr Phospine33 gr plate mengandung 11gr Phospine
Sifat kimia lainnya :
- Gas yang timbul mereaksi dengan semua jenis metal
- Waktu pemaparan : 3 x 24 jam
3 Sulfuril Fluoride ( SO2F2)
Normal/umum : 8 - 10 gr /m3Kayu ketebalan max 35 cm : 16 -48 gr
Dapat diaplikasikan pada semua media
- Waktu pemapatan : 1,2,4,6,8,12jam - 24/ 48 jam
8
9
G. Alat dan Bahan Fumigasi
Persiapan meliputi beberapa hal yang akan dilaksanakan yaitu meliputi.
Pelaksanaan Fumigasi memerlukan peralatan dan bahan yang
mencakupi. Semua peralatan harus berfungsi dengan baik sebelum
digunakan. Secara garis besar, peralatan dan bahan yang perlu dimiliki
oleh para Fumigator untuk melaksanakan kegiatan Fumigasi adalah :
1. Peralatan pelindung, yang terdiri dari pakaian keselamatan kerja, alat
pelindung pernapasan, obat – obatan, dan alat pemadam kebakaran.
2. Peralatan untuk memonitor gas, yang terdiri dari alat pendeteksi
kebocoran gas dan alat pengukur konsentrasi gas seperti :
a. Leak detector : electronic leak detector, lampu halide.
b. Gas detector tube.
c. Gas concentration gauge (riken interferometer).
d. Sampling tubes.
3. Alat aplikasi fumigant
a. Fumigan : Methyl Bromide (CH3Br, Phospin (Ph3)
b. Selang gas, Connector (cylinder draw), Nozzles & T-Pieces
c. Sungkup (plastik) fumigasi
d. Pemberat : Sand Snake, Water Snake
e. Pendukung lain : kipas, pemanas (evaporiser), isolasi, klem,
senter, tali, timbangan dll
4. Alat petunjuk bahaya, yang terdiri dari tanda – tanda peringatan dan
tali / pita pembatas ( hazard tape ), Yellow line, stand-up sign
5. Dokumen – dokumen fumigasi, yang terdiri dari sertifikat fumigasi gas
clearance certificate, buku catatan, formulir pemberitahuan
pelaksanaan fumigasi dan lain –lain ..
H. Persiapan Fumigasi
1. Persiapan sebelum ke lokasi
a. Mintalah informasi yang selengkap – lengkapnya kepada
pengguna jasa / klien tentang komoditi yang akan difumigasi.
Informasi yang perlu diperoleh dari pengguna jasa meliputi jenis,
jumlah, dan lokasi komoditi, waktu pengapalan / pemuatan kealat
angkut, apakah komoditi akan dieksport / dikirim ke area lain atau 10
merupakan komoditi impor / dimasukkan dari area lain, dan
informasi lainnya yang dipandang perlu.
b. Persiapan Pengamanan & Keselamatan
Persiapkan semua peralatan dan bahan yang perlu dibawa.
Sebelumnya pastikan bahwa semua peralatan berada dalam
keadaan baik berfungsi dengan baik. Disarankan untuk selalu
menyimpan peralatan dan bahan fumigasi dalam keadaan “siap
bawa” sehingga pada waktu diperlukan tidak harus lagi
menyiapkannya secara satu persatu serta untuk menghindarkan
tercecer atau tertinggalnya peralatan.
c. Alat dan Bahan fumigasi
Peralatan dan bahan yang diperlukkan harus dalam keadaaan
yang siap digunakan dalam jumlah yang cukup, sehingga pada
waktu diperlukkkan tidak harus lagi menyiapkan secara satu
persatu serta manghindarkan tercecer.
d. Lakukan pemberitahuan kepada pihak keamanan setempat dan
pelanggan tentang kegiatan fumigasi yang akan dilakukan.
Pemberitahuan sebaiknya dilakukan secara tertulis dengan
menggunakan formulir seperti tercantum pada lampiran 3 dan
disampaikan setidaknya 24 jam sebelum fumigasi
dilaksanakan.pihak – pihak yang perlu diberitahu, antara lain
adalah :
1) Petugas karantina tumbuhan setempat
2) Aparat keamanan setempat ( polisi atau satpam dilokasi
fumigasi )
3) Pengelola / orang yang bertanggung jawab atas lokal fumigas
( penguasa pelabuhan / bandar udara, manajer gudang,
manajer pabrik dan sebagainya ).
e. Bila fumigasi dapat dilaksanakan, buatlah rencana kerja. Rencana
tersebut harus dijelaskan secara terperinci kepada orang – orang
yang terlibat dalam pelaksanaan fumigasi. Lakukanlah pembagian
tugas untuk hal – hal yang khusus bila dianggap perlu.
f. Cari tahu lokasi rumah sakit/klinik terdekat dari lokasi fumigasi.
Bila fumigasi dilakukan dekat dengan tempat hunian atau kantor,
11
setiap penghuni didekat area yang berbahaya serta kepala kantor
yang bersangkutan. Jangan lupa untuk mencatat alamat dokter
atau rumah sakit terdekat untuk keperluan bantuan medis bila
terjadi kecelakaan keracunan.
g. Pastikan bahan lokasi telah aman untuk melakukan fumigasi
Pasang batas “danger area” disekeliling area fumigasi. Setibanya
dilokasi fumigasi, amankan segera lokasi tersebut. Buatlah batas
pada area berbahaya dengan menggunakan hazard tape atau
tambang. Tempelkanlah tanda – tanda peringatan berbahaya
pada setiap pintu masuk ruangan fumigasi serta tempat – tempat
lain yang dipandang perlu.
2. Persiapan di lokasi
a. Persiapan Komoditi
1) Pastikan lantai penumpukan komoditas sesuai untuk kegiatan
fumigasi.
2) Pastikan gas bisa tersalur dan tersebar diantara komoditi
3) Pastikan bahwa kipas angin dapat terpasang didalam ruang
fumigasi
4) Pastikan komoditi dapat menyerap fumigant
b. Pemasangan Selang Distribusi dan Monitor
1) Selang distribusi harus dipasang secara merata. Apabila lebih
dari satu selang maka panjang dan diameternya harus sama
panjang.
2) Pasang kipas angin diujung masing-masing selang distribusi,
jika fumigasi dalam container, kipas angina harus diletakan
didalam sehingga pintu harus dibuka, minimal sebelah.
3) Pasang selang monitor minimal pada 3 tempat yaitu atas,
tengah dan bawah.
c. Penutupan komoditas dengan cover sheet
1) Tutup komoditas dengan cover sheet.
2) Pada keempat sisi lebihkan minimal 50 cm pada bagian bawah
yang bersentuhan dengan lantai.
3) Kelebihan pada bagian sudut dilipat seperti amplop atau
digulung supaya ketat & rapih.
12
4) Bagian plastik yang sobek agar ditambal.
5) Rapatkan pertemuan plastik dengan lantai dengan
menggunakan 2 baris sand snakes yang tersusun over lapping.
6) Ukur dimensi panjang x lebar x tinggi tumpukan komoditas atau
kontainer.
7) Hitung besarnya dosis fumigant yang akan digunakan
(hubungkan dengan temperatur komoditas).
8) Untuk fumigasi dengan menggunakan kontainer, harus
menggunakan cover sheet apabila container tidak kedap oleh
gas atau bocor.
d. Persiapan penyaluran gas
1) Tempatkan tabung silinder gas diatas timbangan
2) Rangkai selang dari tabung MB dengan alat pemanas serta
selang distribusi.
3) Hidupkan kipas angin.
4) Siapkan lampu detector halida atau electronic leak detector
5) Pastikan tidak ada orang yang tidak berkepentingan didalam
area fumigasi.
6) Periksa air di dalam pemanas apakah sudah cukup panas.
I. Cara Kerja Fumigasi
1. Fumigasi Kapal
a. Trapping
1) Semua bilge pada palka dibuka
2) Semua corong palka, dapur, harus ditutup rapat
3) Semua jendela dikamar awak kapal, officer, dapur salon harus
ditutup rapat
4) Pintu yang satu dengan pintu yang lain didalam dibuka
5) Semua barang elektronik diusahakan jangan kontak langsung
dengan SO2
6) Semua peralatan yang dari kuningan hendaknya hendaknya
dipolesii dengan air kapur/vaselin.
7) Persediaan makanan khususnya makanan basah jangan
kontak langsung dengan SO2
13
8) Semua crew pada kendaraan dan penumpang harus turun
dari kapal kecuali perwira kapal
9) Pot-pot belerang diletakkan sesuai dengan petunjuk
10) Belerang ditumbuk kecil-kecil dan dimasukkan dalam pot
11) Waktu fumigasi, kapal diusahakan standar didermaga
12) Persiapan memerlukan waktu 2-5 jam (tergantung besar/kecil
dan keadaan)
13) Kapal yang difumigasi menaikkan bendera V. E
b. Start Fumigasi
1) Setelah persiapan selesai, pot-pot belerang diberi spiritus dan
diaduk sampai rata
2) Sumbu dipasang dan dinyalakan
3) Pintu terakhir yang dilewati harus ditutup dan rapat udara
4) Lama pembakaran 6-8 jam
5) Cara diletakkan pot, pot harus diletakkan jauuh dari barang
yang mudah terbakar
6) Untuk kamar-kamnar yang sempit, pot diletakkan di gang dan
pintu ruangan dibuka.
c. Penyelesaian
1) Setelah waktu cukup, pintu-pintu dibuka
2) Memperhatikan arah angin
3) Dibuka pintu-pintu besar
4) Luar dahulu (bagian dalam)
5) Untuk mempercepat dibantu dengan menghidupkan blower
6) Kemudian menulis pada berita acara yang telah ditentukan
7) Membayar biaya fumigasi
8) Mengeluarkan surat bahwa kapal tersebut telah difumigasi.
2. Fumigasi Gudang
a. Pelepasan Gas
1) Pastikan perlengkapan safety/ berfungsi dengan baik.
2) Pasang perlengkapan safety (masker) sebelum memasuki
area fumigasi.
3) Lepaskan tali pengikat plastik di sekeliling ruang fumigasi.
4) Aktifkan kipas angin.
14
5) Singkirkan sand snake di depan pintu ruang fumigasi
kemudian angkat cover sheet secukupnya pada kedua sisi
lalu jepit.
6) Catat waktu pembukuan cover sheet.
7) Biarkan selama 15 menit, kemudian angkat lagi cover sheet
ke arah yang lebih tinggi.
8) Biarkan selama 15 menit kemudian matikan kipas angin.
9) Lakukan test dengan menggunakan lampu halida atau
electronic leak detector.
10) Apabila gas sudah tidak terdeteksi dengan leak detector, ukur
TLV dengan menggunakan dragger pump.
11) Apabila kosentrasi gas telah berada pada 5 ppm atau kurang,
area fumigasi dapat dikatakan aman.
b. Pembebasan
1) Buka pintu dari luar dan memperhatikan arah angin
2) Gas masker dipakai terus selama ventilasi.
3) setelah ventilasi berjalan 1 jam, fumigator memasuki ruangan
membuka jendela-jendela dan alat-alat ventilasi lainnya.
4) Bebas gas in memakan waktu sekitar 2 jam
5) Kapal dinyatakan bebas gas setelah ada pernyataan yang
tertulis dari supervisor yang juga ditanda tangani oleh perwira
jaga dan pengawas
6) Setelah fumigasi selesai dilaksanakan, maka supervisor
membuat laporan tertulis yang oleh perwira jaga dan
pengawas.
c. Penutup
1) Mengisi berita acara bahwa fumigasi sudah dilaksanakan.
2) Pengambilan binatang penganggu dan dibawa kelaboratorium
untuk diperiksa.
3) Membayar jasa pemfumigasian.
4) Pengecekan apakah dalam pelaksanaan fumigasi sudah
berhasil atau belum (evaluasi).
Baik coordinator IPM, manajer pest control dan staf
pembantunya harus menyadari bahwa msalah hama dapat
15
berubah, karena itu harus di evaluasi secara periodic. Informasi
dari laporan kehadiran hama, inspeksi visual, jebakan dan cara
monitor yang lain yang digunakan sebagai sumber data untuk
evaluasi. Hasil evaluasi tersebut harus menunjukkan apakah
serangan hama berkurang atau justru meningkat, apakh perlu
tindakan perbaikan dalam penanganan hama yang perlu
dilakukan
d. Pelaporan
1) Isi lembar catatan fumigasi setelah seluruh rangkaian kegiatan
fumigasi telah selesai dan harus difile dengan baik.
2) Buat sertifikat bebas gas sebagai jaminan bahwa area fumigasi
telah bebas dari pengaruh gas dan dinyatakan aman untuk
dimasuki oleh manusia.
J. Keselamtan dalam mengunakan pestisida
1. Penyimpanan
Pestisida berupa insektisida maupun rodentisida harus disimpan
pada kemasn – kemasan yang tertutup rapat, dan diletakkan pada
ruang dingin, jauh terpisah dari makanan dan makanan ternak, serta
bebas dan aman dari jangkauan anak – anak.
2. Selama pengguanaan
Pestisida hanya boleh ditangani atau digunakan oleh orang
dewasa. Yang telah faham benar terhadap syarat – syarat
keselamatan pestisida. Operator harus memakai APD lengakap dan
benar. Bila melakukan penyemprotan ruangan diwajibkan meemakai
masker, jangan mengguanakan dust tepung atau bubuk dengan
tangan telanjang tanpa pelindung. Dialarang menangani pestisida
sambil merokok atau minum. Kaleng , botol sisa pestisida tidak boleh
dibuang ke dalam air tenag maupun yang mengalir dan semua
peralatan yang digunakan untuk mempersiapkan/mncampur harus
dibersihkan dengan sungguh – sungguh setelah selesai digunakan dan
alat penyemprotannya harus dicuci dengan larutan detergen dibilas
sampai bersih. Setelah kontak dengan pestisida operator harus
membersihkan diri dengan sabun dan air bersih.
16
3. Sewaktu terjadi keracunan
Kotak pertolongan pertama diperlukkkan sekali dan harus siap
digunakan jika perlu. Sebagai bahan tambahan dari alat – alat
pertolongan pertama yang biasa, maka barang – barang sebagai
berikut sangat diperlukkkan untuk menanggulangi keracunan HCN :
a. 12 ampul amil nitrite 2 ampul sodium nitrite (100cc 3% larutan)
b. 2 ampul sodium thiusulfate (50 cc 25% larutan)
c. 1 spit strit, 10 cc
d. 1 spit steril, 50 cc
Amyl nitrite diperlukan oleh para fumigator sendiri dan yang lainnya
dibawah pengawasan dokter.
a. Bila timbul tanda – tanda (pusing, muntah, kejang perut, diare) yang
disebabkan kecerobohan dan salah pakai maka bawalah segera
penderita ke dokter.
b. Biarka pasien berbaring pada udara segar, dimana udara bebas
dari HCN , pecahkkan amyl nitrite pada kain/saputangan dan
ciumkan selama 15 detik. Ulangi dalam interval 15 detik. Beri
pernafasan buatan bila nafas berhenti.
c. Ingat, jika memakai runagnan bergas untuk mengeluarkan orang
lindung diri sendiri dengan menggunakan masker.
d. Bilas baju dan pakaian yang terkontaminasi dan cuci kulit yang
terkontaminasi dengan sabun dan air cukup.
e. Bila pestisida telah terlanjur tertelan, berikkan minum segelas air
yang mengandung banyak arang obat (norit).
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Fumigasi dilakukan untuk mencegah penyebaran suatu penyakit
maupun vector penularan penyakit.
2. Fumigasi adalah suatu cara melestarikan lingkungan terutama
komoditi ekspor dengan cara mengasapi (pembakaran atau
penguapan zat kimia yang mengandung racun) agar semua jenis
perusak komoditi ekspor tidak tumbuh/ mati dan kerusakan
lingkungan dapat dihindari. (Yuni, Nurjanah 2010).
3. Fumigasi kapal adalah suatu upaya pengendalian hama yang
mutlak harus dilakukan pada sebuah kapal baik kapal penumpang,
kapal cargo atau jenis kapal lainnya. Tujuan utama dari fumigasi
kapal adalah pembersihan kapal dari hama pengganggu
komoditas kapal yang sering kali bahkan menggangu penumpang
(Kartasapoetra, 1987).
4. Memasukkan atau melepaskan pestisida kedalam ruangan
tertutup atau kedap udara untuk beberapa waktu dalam dosis dan
konsentrasi yang dapat mematikan hama. fumigasi hanya
dilaksanakan pada sebagian ruangan atau terbatas pada
komoditas yang difumigasi (Priyambodo, S. 2003 ).
5. Lengkah – langkah fumigasi secara umum persiapan,
pelaksanaan, evaluasi.
6. Dokumen kesehatan kapal yakni DC(Dreatting Exemption
Certificate) dan DEC (Dreatting Exemption Certificate).
18
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, A. G. 1987. Hama Hasil Tanama Dalam Gudang. Jakarta : PT. Bina aksara
Priyambodo, S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Winarno, F.G., 2006. Hama Gudang dan Teknik Pemberantasannya. Bogor, M-BRIO PRESS.
Wudianto, Rini. 2002. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta, penebar swadaya
Prastiwi, Mardiningsih Eko, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Pengendalian Vektor Penyakit. Poletekkes D3 Kesehatan Lingkungan Surabaya : Surabaya
Kepmenkes RI No. 630/Menkes/SK/XII/1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuahan. Jakarta : Depkes RI.
Setiawan, Dwi Putra. 2006. Manual Fumigasi Pedoman Pelaksanaan Fumigasi Dengan Menggunakan Metil Bromida Sebagai Tindakan.. Departemen Pertanian.
Soejoedi, Hanang.2005. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.2 No.1 Juli 2005 Pengendalian Rodentt, Suatu Tindakan Karantina. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan P2M Surabaya.
Setiono, Bambang. Hukum laut dan Perkapalan diunduh 3 April 2013 pukul 12.00 http://www.crayonpedia.org/mw/BAB._XIII._HUKUM_LAUT_DAN_HUKUM_PERKAPALAN_BAMBANG_SETIONO
Manual Fumigasi diunduh tanggal 2 April 2013 pukul 12.00 http://sul1h.files.wordpress.com/2011/10/manual-fumigasi-fosfin-ph31.pdf
http://www.dimensi123.com
http://yuni-nurjanah.blog.undip.ac.id/2010/04/
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/12/metode-fumigasi.html
19
http://menaramajuperkasa.com/fumigasi.htm
https://accounts.google.com/ServiceLogin?service=mail&passive=true&rm=false&continue=https://mail.google.com/mail/&ss=1&scc=1<mpl=default<mplcache=2
http://yuni-nurjanah.blog.undip.ac.id/files/2010/03/Pelestarian-Bahan-Pustaka-Presentasi-3.pdf
http://ww2.era-pest.com/index.php/our-services/services/pest-control/hama-kapal/16-our-services
http://bloggerukri.blogspot.com/2012/10/formulasi-gas-fumigasi-definisi.html
20