Upload
lutfi-untung-angga-laksana
View
217
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
top
Citation preview
Bangunan cagar budaya (BCB) sekaligus bangunan warisan budaya (BWB) yang rusak. (JIBI/Harian Jogja/Ujang Hasanudin)
Harianjogja.com, JOGJA-Elanto Wijoyono, pelapor kasus perusakan bangunan warisan cagar budaya di Jalan Pajeksan, Jogja, siap melaporkan Walikota Jogja ke penegak hukum. Kesiapan Elanto ini setelah mendapat rekomendasi akhir yang dikeluarkan Lembaga Ombudsman DIY dalam kasus tersebut.
“Memang ada upaya menindaklanjuti laporan ke Ombudsman ini ke tahap peradilan,” kata Elanto usai mengikuti paparan hasil akhir kajian Lembaga Ombudsman DIY atas kasus perobohan bangunan warisan budaya Tjan Bian Tiong, Senin (21/9/2015). (Baca Juga : BANGUNAN CAGAR BUDAYA : Ini Keunikan Rumah Tjan Blom Thiong)
Elanto menyatakan dirinya bersama warga Jogja tetap konsisten atas laporannya, terlebih dikuatkan dengan hasil temuan Ombudman. Ia melihat Pemerintah Kota Jogja tidak konsisten dalam pemberian izin pembangunan hotel di Jalan Pajeksan yang berakibat hilangnya bangunan cagar budaya khas Tionghoa itu.
Ia menilai kasus penghancuran bangunan Tjan Bian Tiong merupakan salah satu kasus yang mencuat ke publik. Masih banyak cagar budaya lainnya di Jogja yang terancam rusak gara-gara kebijakan pemerintah yang semena-mena.
“Maka harus ada yang bertanggungjawab dalam kasus ini,” tegas pria yang namanya mencuat setelah aksi mengadang konvoi sepeda motor gede (Moge), beberapa waktu lalu ini. (Baca Juga : AKTIVIS SEPEDA ADANG MOGE : Inilah Elanto, Si Cungkring Pengadang Konvoi Moge Arogan)
Wakil Ketua Lembaga Ombudsman DIY, Mohammad Saleh Tjan mengatakan pihaknya menemukan proses pembongkaran bangunan cagar budaya Tjan Bian Tiong di Jalan Pajegsan Nomor 16 merupakan bentuk perusakan sesuai Undang-undang Nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya.
Saleh Tjan menjelaskan proses pembongkaran itu tidak memiliki ijin dari instansi yang berwewenang, yakni Tim Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya (TP2WB). Ia juga menemukan terjadinya maladministrasi dalam penerbitan IMB. Ijin IMB yang dikeluarkan Dinas Perijinan pada 2014 tidak disertakan ijin rekontruksi bangunan warisan budaya.
“Izin rekontruksi justru dikeluarkan Walikota Jogja setelah keluarnya IMB hotel dari Dinas Perizinan,” kata Saleh Tjan.
Atas temuan tersebut, Ombudsman merekomendasikan kepada Walikota Jogja untuk membangun kembali rumah Tjan Bian Tiong sesuai ketentuan UU Nomor 11/2010, Perda DIY Nomor 6/2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya, Peraturan Gubernur Nomor 62/2013 tentang Pelestarian Cagar Budaya, dan Perda Kota Jogja 2/2012.
Saleh Tjan juga meminta dalam membangun kembali bangunan rumah Tjan Bian Tiong jangan memberatkan pihak pemilik hotel, karena itu kesalahan administrasi yang dilakukan Pemkot Jogja.
“Koordinasi antar dinas di Pemkot sangat buruk,” tegasnya. Rencananya rekomendasi Ombudsman ini akan ditembuskan ke Gubernur DIY, DPRD DIY dan DPRD Kota Jogja.
Walikota Jogja Haryadi Suyuti menanggapi santai atas ancaman Elanto ke penegak hukum dalam kasus perusakan cagar budaya di Jalan Pajeksan ini.
“Kalau proses hukumnya bagaimana ya ikuti saja nanti,” ujar Haryadi.
Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kota Jogja | Sumber : http://jogja.solopos.com/baca/2015/09/22/bangunan-cagar-budaya-elanto-siap-pidanakan-walikota-jogja-644982
Nama : Dea Karya Adyani
NIM : 15/399984/SP/27191
Mata Kuliah : Metode Kualitatif
FENOMENA
Yogyakarta hari ini sudah sangat akrab dengan tiang-tiang dan lalu lalang kendaraan
berat untuk pembangunan hotel maupun apartemen. Sebagai kota budaya, Yogyakarta jelas
memiliki banyak bangunan peninggalan sejarah yang di lindungi sebagai cagar budaya. Baru-
baru ini ramai diperbincangkan bahwa Walikota Yogyakarta akan segera dipidanakan atas kasus
perusakan cagar budaya di Pajeksan untuk kepentingan pembangunan Hotel. Penuntut adalah
orang yang sama yang melakukan pencegatan pawai Moge beberapa waktu yang lalu.
Elanto Wijoyo, dirinya telah mendapat rekomendasi dari Ombudsman terkait dengan ijin
pendirian hotel yang merusak cagar budaya di sekitar kawasan SMA7 Yogyakarta. Haryadi
Suyuti (Walikota Yogyakarta) ketika dikonfirmasi mengelak telah menerima suap atas pendirian
hotel tersebut. Dirinya mengaku siap jika akan dipidanakan, karena yakin bahwa prosedur
perizinan, yang nyatanya telah merusak caga budaya terebut telah dilakukan sesuai dengan
peraturan.
PROBLEMATISASI
Pendirian hotel dan apartemen di Yogyakarta telah mendapat banyak perlawanan dari
masyarakat sekitar tempat pembangunan. Pada kasus ini, terjadi perusakan cagar budaya di
daerah Pajeksan Yogyakarta yang telah menggerakkan Elanto Wijoyo sebagai warga Yogyakarta
untuk melakukan penelusuran ijin hotel yang berujung pada rekomendasi Ombudsman untuk
mempidanakan kasus ini.
KE-MKP-AN
Civil Society adalah salah satu aspek yang masuk dalam cakupan pembahasan ilmu
Administrasi Publik. Meski tidak ada definisi utuh tentang Civil Society, tetapi para ahli sepakat
bahwa Civil Society adalah wujud dari partisipasi sukarela oleh warga, dan bukan merupakan
paksaan negara. Perlu diketahui bahwa ternyata tidak semua pakar sepakat akan pentingnya Civil
Society dalam pendewasaan demokrasi. Bagi Marxis, budaya masyakarat justru cenderung dapat
menggagalkan perubahan dan kemajuan menuju masyarakat yang lebih adil dan merata. Lantas
apa saja yang dapat dilakukan seseorang sebagai individu.
Terdapat dua kategori yang dapat menggambarkan partisipasi individu. Pertama
seseorang dapat bergabung dalam suatu organisasi. Organisasi disini bisa berupa LSM (Lembaga
Swadaya Masyakarakat) atau Ormas (Organisasi Masyakarakat) yang bergerak dalam aspek
masyrakat sipil. Kedua, seseorang dapat bergerak sendiri sebagai individu tanpa berkomitmen
dengan organisasi tertentu. Terkait fenomena di atas, apa yang dilakukan Elanto Wijoyo adalah
apa yang dilakukan individu secara pribadi untuk dapat menyelsaikan persoalan sosial yang
muncul di masyarakat. Sangat menarik melihat bagaimana demokrasi secara alami terwujud dari
apa yang dilakukan Elanto. Elanto bahkan tidak menuntut secara sembarangan, dirinya bahkan
telah mendapat rekomendasi dari Ombudsman DIY. Sehingga apa yang dilakukan tidak seperti
demokrasi jalanan tetapi memiliki dasar yang kuat.