Upload
miranti
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gizi Industri
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Di masa lalu, makanan yang bernutrisi sangat penting bagi mereka yang
berkegiatan dan bertubuh normal. Makanan yang bernutrisi dapat menjanjikan
konsumen untuk membantu mengurangi risiko penyakit. Hari ini, ada konsesus
menyatakan bahwa makanan dapat memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan
kualitas hidup. Ada sejumlah faktor yang bertanggung jawab untuk mengubah cara
berpikir konsumen terhadap makanan dan membentuk kembali tren pasokan
makanan.
Mengikuti pada permintaan konsumen, industri makanan memperkenalkan
kategori baru dari produk bernama functional food yaitu makanan yang membawa
ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi dalam kehidupan sehari-hari dengan
menjanjikan manfaat kesehatan tertentu. Hal ini telah didorong oleh meningkatnya
perhatian media dan peningkatan jumlah konsumen yang bertekad untuk mengambil
tanggung jawab yang lebih besar untuk kesehatan mereka sendiri.
Definisi dari functional food bervariasi di seluruh Negara dan pasar global.
Untuk keberhasilan makanan fungsional memasuki pasar internasional dapat
dilakukan penelitian atau analisis. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan
pandangan kepada produsen makanan dan pemasar dalam wilayah makanan
kesehatan.
Jenis-jenis functional food sangat bermacam-macam. Mulai dari produk bahan
nabati maupun hewani. Functional food merupakan makanan yang bermanfaat bagi
kesehatan tubuh manusia. Dalam beberapa tahun terakhir produk olahan buah
mengkudu berkembang sangat pesat karena adanya fakta empiris serta bukti
penelitian ilmiah mengenai manfaat mengkudu bagi kesehatan, yaitu untuk
mengobati penyakit degeneratif seperti kanker, tumor dan diabetes. Prospek
pengembangan produk olahan mengkudu sebagai minuman fungsional cukup baik,
selain karena manfaatnya yang besar, permintaannya pun diperkirakan terus
meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penjelasan Functional Food
Pertama kali Negara yang mendefinisikan istilah “functional food” adalah di
Jepang. Functional food merupakan produk yang diguanakn untuk produk makanan
yang diperkaya dengan khusus yang dapat memberikan manfaat fisiologis.
Kemudian, konsep functional food diterima di Negara-negara seperti Amerika
Serikat, Kanada, Eropa serta bagian lain di dunia. Ada banyak definisi untuk
functional food dengan istilah-istilah tetapi tidak ada konsensus global maknanya. Hal
ini disebabkan karena sebagian orang merasakan manfaat kesehatan oleh banyak
makanan konvensional. Misalnya, anti-oksidan terjadi secara alami dalam makanan
seperti blueberry, memberikan manfaat kesehatan tanpa modifikasi tambahan. Satu
bahkan mungkin berpendapat bahwa setiap makanan adalah fungsional pada tingkat
tertentu.
Istilah “functional food” bervariasi diseluruh Negara. Nasional, akademisi dan
industry makanan mengatakan bahwa umumnya functional food mengandung
komponen bioaktif atau diperkaya dengan nutrisi untuk memberi manfaat kesehatan
di luar nutrisi dasar, sehingga mirip dalam penampilan dengan makanan konvensional
dan dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari.
Definisi pangan fungsional telah disusun sesuai dengan negara dan otoritas
nasional dan ditampilkan pada sebagian besar negara yang menggambarkan bahawa
functional food mengandung komponen bioaktif dan bahan-bahan yang memberikan
tambahan manfaat kesehatan dan mampu mengurangi penyakit. Munculnya
functional food mungkin dalam bentuk alami atau makanan konvensional dan
dikonsumsi sebagai bagian dari diet sehari-hari. Menurut Siro’ et al (2008),
functional food dianggap sebagai konsep oleh undang-undang Eropa merupakan
bukan kategori makanan tertentu. Sedangkan Australia dan Selandia Baru
mengkategorikan functional food sebagai makanan baru.
Functional food adalah makanan yang dapat memberikan manfaat kesehatan
bagi gizi dasar. Definisi sederhana ini juga sesuai dengan proposisi penjualan utama
untuk functional food, dimana functional food memungkinkan konsumen untuk
menjalani hidup sehat tanpa mengubah kebiasaan makan.
Jepang adalah negara pertama yang mendefinisikan functional food, yaitu
makanan olahan bergizi yang juga mengandung bahan atau unsur yang berperan
untuk membantu fungsi tubuh tertentu. Dewan informasi makanan internasional (The
International Food Information Council) dan ILSI (The International Life Sciences
Institute) mendefinisikan functional food sebagai makanan yang menguntungkan bagi
kesehatan, selain fungsinya sebagai zat gizi dasar. Asosiasi Ahli Gizi Amerika (The
American Dietetic Association) mendefinisikan functional food sebagai serangkaian
makanan, meliputi produk segar dan utuh maupun produk olahan, yang diperkaya dan
ditingkatkan mutunya sehingga menguntungkan bagi kesehatan dan mengurangi
risiko penyakit pada konsumen.
Selain itu functional food juga dapat didefinisikan sebagai berikut:
Kekuatan pendorong di balik konsep functional food adalah untuk
memasarkan produk yang memberi efek fisiologis yang diinginkan di luar
yang biasanya dikaitkan dengan nutrisi dasar. Sebagai definisi umum,
makanan dapat dikatakan fungsional jika mengandung komponen makanan
yang mempengaruhi satu atau sejumlah fungsi tertentu di dalam tubuh dengan
cara yang ditargetkan sehingga memiliki efek positif. Efek positif ini merujuk
untuk harus relevan dengan kesejahteraan dan kesehatan atau pengurangan
risiko penyakit.
Menurut Health Canada, functional food adalah makanan yang mirip dalam
tampilannya, atau mungkin makanan konvensional yang dikonsumsi sebagai
bagian dari diet biasa, dengan manfaat fisiologis menunjukkan atau
mengurangi risiko penyakit kronis melampaui fungsi nutrisi dasar.
Functional food juga telah didefinisikan sebagai produk yang telah
dimodifikasi atau diperkaya dengan zat alami dengan fisiologis pencegahan
dan meningkatkan efek kesehatan.
Berdasarkan berbagai definisi, makanan fungsional dapat diklasifikasikan ke
dalam kategori berikut:
Tabel 1. Kategori Functional food
Types of
Functional
Food
Definition Example
Non-altered
products
Makanan alami yang mengandung
konten peningkatan nutrisi atau
komponen
Makanan alami
Fortified
products
Dapat meningkatkan nutrisi yang ada Jus buah yang diperkaya
dengan vitamin C
Enriched
products
Menambahkan nutrisi atau komponen
baru yang tidak biasanya ditemukan
dalam makanan tertentu
Margarin dengan sterol
tanaman ester, probiotik, dan
prebiotik
Altered products Mengganti komponen yang ada dengan
komponen yang menguntungkan
Serat sebagai lemak releasers
dalam daging atau produk es
krim
Enhanced
products
Sebuah makanan yang salah satu
komponennya telah secara alami
ditingkatkan melalui kondisi tumbuh
yang khusus, komposisi baru, dan
rekayasa genetik atau sebaliknya.
Telur dengan peningkatan
konten omega-3 yang dicapai
diubah oleh pakan ayam
Secara umum, jenis-jenis makanan fungsional dibagi berdasarkan dua hal, yaitu
berdasarkan sumber makanan dan cara pengolahan.
a. Berdasarkan sumbernya, makanan fungsional digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Makanan fungsional nabati, yang bersumber dari bahan tumbuhan.
Contohnya kedelai, beras merah, tomat, bawang putih, brokoli, jeruk,
anggur, teh dan lain-lain.
2. Makanan fungsional hewani, yang bersumber dari bahan hewan.
Contohnya ikan, daging, sapi, serta susu dan produk-produk olahannya.
b. Berdasarkan cara pengolahannya, makanan fungsional digolongkan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
1. Makanan fungsional alami, merupakan makanan fungsional yang sudah
tersedia di alam tanpa perlu pengolahan sama sekali. Contohnya buah-
buahan dan sayuran segar yang bisa langsung dimakan.
2. Makanan fungsional tradisional merupakan makanan fungsional yang
diolah secara tradisional mengikuti cara pengolahan yang diturunkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Contohnya tempe, dadih, yoghurt,
beras merah, susu dan teh.
3. Makanan fungsional modern, yaitu makanan fungsional yang dibuat
khusus menggunakan resep-resep baru. Contohnya produk-produk
makanan yang ditujukan khusus untuk diabetes seperti Diabetasol dan
Diabetamil.
Ada banyak komponen dalam makanan yang dipercaya memiliki manfaat
kesehatan. Beberapa kelompok utama fungsional bahan termasuk karotenoid,
lypopene, serat makanan, flavonoid, dan probiotik. Beberapa contoh yang tercantum
dalam Tabel 2:
Table 2. Potential Benefits of Food Components
Komponen Produk Manfaat
Lycopene Tomat Mengurangi risiko kanker prostat
Beta glucan Oats, Barley Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, LDL
rendah dan jumlah kolesterol
Omega-3 asam
lemak rantai panjang
asam-DHA/EPA
Minyak ikan Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan
meningkatkan fungsi mental
Katekin Teh Menetralisir radikal bebas dan mengurangi risiko
kanker
Isoflavon Produk berbasis
kedelai
Mengurangi risiko penyakir kardiovaskular dan LDL
rendah dan jumlah kolesterol
Flavon Biji rami Menetralisir radikal bebas dan mengurangi risiko
kanker
Lactobacillus Yogurt Meningktakan kualitas mikroflora usus
Sejak pertengahan tahun 1980-an, Jepang telah menetapkan konsep functional
food yang mempunyai tiga fungsi, yakni (1) sebagai sumber zat gizi, (2) sebagai
pemberi cita rasa dan aroma, dan (3) fungsi yang berkaitan dengan spek fisiologis
seperti meredam zat berbahaya, regulator fungsi badan dan kondisi fisik, mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan, serta mempercepat pemulihan.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), pangan fungsional
adalah pangan yang secara alami maupun melalui proses mengandung satu atau lebih
senyawa yang berdasarkan hasil kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi- fungsi
fisiologis tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional dikonsumsi
layaknya makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa
penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima oleh konsumen, serta
tidak memberikan kontraindikasi dan tidak memberikan efek samping terhadap meta-
bolisme zat gizi lainnya jika digunakan pada jumlah penggunaan yang dianjurkan.
Meskipun mengandung senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan, pangan fungsional
tidak berbentuk kapsul, tablet atau bubuk yang berasal dari senyawa alami Produk
minuman fung- sional yang beredar di pasaran tersedia dalam berbagai bentuk,
seperti jus (sari buah), serbuk minuman cepat larut (serbuk instan), serta dalam
bentuk teh herbal (teh celup) mengkudu.
2.2. Penjelasan Buah Mengkudu
Mengkudu merupakan tumbuhan liar yang memiliki daun berwarna hijau
mengkilap dengan panjang 25-30 cm dan lebar 10-12 cm, bunganya berwarna putih,
memanjang, dan berbentuk menyerupai piala. Buahnya berukuran sebesar telur ayam
berwarna hijau kekuningan yang terdiri dari buah buni dan kelopak yang menjadi
daging. Jika hampir masak, buah akan berbau tidak sedap seperti keju busuk. Jika
dibelah, di dalamnya terdapat biji berwarna hitam. Tanaman ini memiliki nama latin
Morinda citrifolia L. atau Bancudus latifolia Rumph. Dan termasuk famili
Rubiaceae. Mengkudu mempunyai banyak spesies, di antaranya yang sudah
dimanfaatkan di Indonesia adalah M. citrifolia dan M. bracteata. M. citrifolia dikenal
sebagai mengkudu Bogor dan banyak dimanfaatkan sebagai obat. Dibeberapa daerah
dikenal dengan nama eodu, bengkudu, cangkudu, kewudu, kodhuk, pace, kemudu,
manakudu, dan wangkudu. Nama asing yang sering dikenakan adalah mulberi.
Mengkudu atau sering disebut noni memiliki sejarah panjang sebagai tanaman
obat dan penggunaannya sebagai suplemen diet. Hal tersebut mendorong para peneliti
untuk meneliti kandungan konstituen fitokimia dan aktivitas biologis di dalam buah
mengkudu. Tanaman ini memiliki kandungan yang berperan dalam antibakteri,
antivirus, antijamur, antitumor, antihelminthic, analgesic, hipotensi, meningkatkan
anti-inflamasi dan kekebalan tubuh. Tanaman ini juga populer sebagai sumber
pewarna merah, kuning, dan ungu.
2.3. Buah Mengkudu sebagai Functional Food
Selama beberapa dekade terakhir konsep makanan di negara maju telah
berubah dan lebih mengutamakan pada kelangsungan hidup manusia, pencegah
kelaparan yang memiliki kandungan gizi cukup, membuat tubuh menjadi lebih sehat,
dan untuk pencegahan penyakitit kronis, seperti penyakit jantung, kanker, dan
obesitas. Salah satu contoh adalah buah mengkudu ini, yaitu sebagai Healthy Eating
Concept yang merupakan Functional Foods. Functional Foods dapat didefinisikan
sebagai makanan yang memberikan banyak keuntungan dalam memengaruhi satu
atau lebih fungsi di dalam tubuh, selain efek gizi yang diberikan, Functional Foods
dapat memberikan efek kesehatan yang lebih baik dan pengurangan penyakit.
Gelombang pertama Functional Foods dari buah mengkudu yang dikomersilkan di
Amerika Serikat pada tahun 1990-an dan semakin berkembang diseluruh dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir produk olahan buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.) berkembang sangat pesat karena adanya fakta empiris serta bukti
penelitian ilmiah mengenai manfaat mengkudu bagi kesehatan, yaitu untuk
mengobati penyakit degeneratif seperti kanker, tumor, dan diabetes. Buah mengkudu
mengandung berbagai komponen yang bermanfaat bagi kesehatan, baik komponen
gizi seperti vitamin, mineral, dan protein maupun komponen fitokimia yang
mempunyai fungsi fisiologis bagi kesehatan, seperti xeronin, skopoletin, akubin, dan
alizarin. Berbagai penelitian membuktikan adanya aktivitas antibakteri, antioksidan,
antikanker, dan peningkatan kekebalan tubuh karena sifat analgesik dan sedatif dari
buah mengkudu. Prospek pengembangan produk olahan mengkudu sebagai minuman
fungsional cukup baik, selain karena manfaatnya yang besar, permintaannya pun
diperkirakan terus meningkat dan secara ekonomi industri pengolahan sari buah
mengkudu sangat menguntungkan. Namun demikian terdapat beberapa masalah dan
kendala yang perlu dipecahkan, baik dalam penyediaan bahan baku, proses
pengolahan, penyimpanan maupun tingkat keamanan produk.
Produk yang dijual dari buah maupun daun dari mengkudu berwujud kapsul ,
teh, dan jus. Dari berbagai produk tersebut, jus buah mengkudu sedang dipromosikan
sebagai nutraceutical dan terapi. Baru-baru ini sifat terapi dari jus buah mengkudu
menjadi objek klaim. Salah satu klaim yang populer, yaitu dilakukan oleh Heinicke
(2005), yang mengklaim bahwa buah noni memiliki alkaloid aktif dan xeronine yang
dikatakan berasal dari perxeronine precursor. Jus buah mengkudu ini memiliki
potensi dalam penyembuhan tekanan darah tinggi, kram menstruasi, ulkus lambung,
keseleo, cedera, depresi mental, aterosklerosis, masalah pembuluh darah, kecanduan
narkoba, menghilangkan rasa sakit, dll.
Hasil penelitian membuktikan bahwa buah mengkudu mengandung senyawa
metabolit sekunder yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, selain kandungan
nutrisinya yang juga beragam seperti vitamin A, C, niasin, tiamin dan riboflavin, serta
mineral seperti zat besi, kalsium, natrium, dan kalium. Beberapa jenis senyawa
fitokimia dalam buah mengkudu adalah terpen, acubin, lasperuloside, alizarin, zat-zat
antrakuinon, asam askorbat, asam kaproat, asam kaprilat, zat-zat skopoletin,
damnakantal, dan alkaloid. Senyawa turunan antrakuinon dalam mengkudu antara
lain adalah morindin, morindon dan alizarin, sedangkan alkaloidnya antara lain
xeronin dan proxeronin (prekursor xeronin). Xeronin merupakan alkaloid yang
dibutuhkan tubuh manusia untuk mengaktifkan enzim serta mengatur dan membentuk
struktur protein.
Dikarenakan manfaat dari buah mengkudu sangat banyak, saat ini konsumsi
buah ini sangat tinggi, tidak hanya di Amerika Serikat tapi juga di Jepang, Eropa, dan
India. Meskipun angka penjualan masih belum terlalu tinggi, tetapi sudah mencapai
US $1.3 miliar per tahun. Beberapa perusahaan membuat inovasi dengan
mencampurkan jus buah lainnya ke dalam jus buah mengkudu untuk rasa jus buah
mengkudu lebih enak dan lezat serta dapat diterima di pasar. Senyawa rasa juga
diekstrasi dari buah mengkudu.
Menanggapi permintaan buah mengkudu yang semakin meningkat, beberapa
termasuk India telah meningkatkan budidaya tanaman mengkudul. Baru-baru ini
tanaman mengkudu menjadi menjadi sumber penghidupan dari petani di Kepulauan
Andaman dan Nikobar setelah Health India Laboratories (HIL) menandatangani
perjanjian kotrak pertanian dengan mereka.
Tanaman mengkudu mudah tumbuh pada berbagai tipe lahan dan iklim
dengan daerah penyebaran dari dataran rendah hingga 1.500 m dpl. Pengembangan
tanaman mengkudu relatif tidak memerlukan biaya besar, namun tanaman ini
memerlukan banyak air, tempat yang lembab atau tanah yang berdrainase baik. Di
Indonesia, Jawa Barat merupakan daerah yang potensial bagi pengem- bangan
mengkudu karena memiliki keunggulan lahan yang subur. Menurut data Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, pada tahun 2004 luas panen tanaman
mengkudu mencapai 72,581 ha dengan produksi 3.509,087 ton atau produktivitas
tanaman 4,83 kg/m2.
Produk olahan buah mengkudu tidak hanya berbentuk jus atau sari buah saja,
tetapi juga berupa serbuk buah tanpa biji, serbuk atau kopi biji dan dikemas dalam
kapsul yang banyak dijual di pasar tradisional di Jawa Tengah. Untuk sari buah,
proses pengolahan yang banyak dilakukan meliputi penyimpanan buah mengkudu
dikombinasikan dengan pengepresan atau hanya pengepresan saja. Bahan baku yang
disimpan terlebih dahulu menghasilkan produk olahan yang lebih disukai karena
memberikan aroma yang khas dan biasanya tanpa ada perlakuan panas dalam
pengawetannya. Selama penyimpanan akan terjadi proses fermentasi yang akan
menguraikan komponen asam penyebab aroma yang tidak menyenangkan. Semakin
lama buah difermentasi maka kadar alkohol, pH, dan viskositas sari buah meningkat,
tetapi kadar vitamin C, total asam, dan total padatan terlarut menurun.
Pembuatan jus mengkudu banyak dilakukan oleh pabrik pengolah kelas
menengah dan industri rumah tangga. Buah yang masih mengkal (kulit buah
berwarna putih transparan dan daging buah masih keras) dicuci bersih lalu
dimasukkan ke dalam air mendidih selama 2 menit dan ditiriskan. Setelah dingin,
buah difermentasi dengan cara dimasukkan ke dalam wadah berupa tong dari
stainless steel atau wadah dari bahan lain yang tidak mudah berkarat lalu ditutup
rapat. Pada 1/3–1/4 bagian bawah tong dibuat saringan penyangga serta keran
pembuka di bagian bawahnya. Setelah 2 minggu cairan sari buah mengkudu akan
menetes ke dasar tong, dan dengan membuka keran, jus hasil fermentasi dimasukkan
ke dalam botol kemasan yang higienis dan ditutup rapat.
Cara lain pembuatan sari buah mengkudu adalah dengan pengepresan
menggunakan pres hidrolik. Dilihat dari komposisi kimianya, buah mengkudu
mengandung komponen serat makan (dietary fiber) yang cukup tinggi, yaitu 3%/100
g buah yang dapat dimakan, sehingga berpotensi untuk diproses menjadi produk
olahan berserat tinggi. Buah mengkudu yang digunakan dalam pembuatan produk
minuman berserat tinggi adalah buah yang berwarna hijau terang, kuning terang atau
bening.
Jus buah noni mengandung 90% air dan komponen utama dari bahan kering
yang tampak seperti padatan terlarut, serat makanan, dan protein. Kandungan protein
dari buah mengkudu sangat tinggi, yaitu 11.3% dari bahan kering jus, dan asam
amino utama adalah asam aspartate, asam glutamate dan isoleusin. Mineral account
untuk 8.4% dari bahan kering, dan terutama potassium, belerang, kalsium, fosfor,
selenium, dan polisakarida.
Mengkudu mempunyai potensi yang besar sebagai bahan minuman fungsional
seiring dengan makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
kesehatan. Cerahnya prospek pangan fungsional tidak hanya dari sisi masyarakat atau
konsumen, tetapi juga bagi pemerintah maupun industri pangan. Dari sisi konsumen,
pangan fungsional dapat mencegah timbulnya penyakit, meningkatkan imunitas,
memperlambat proses penuaan, serta meningkatkan penampilan fisik, sedangkan bagi
industri pangan akan memberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk secara
inovatif memformulasikan produk yang mempunyai nilai tambah bagi masyarakat.
Selanjutnya bagi pemerintah, adanya pangan fungsional akan menurunkan biaya
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Ada tiga alasan yang mendukung meningkatnya
minat terhadap pangan fungsional, yaitu tingginya biaya pemeliharaan kesehatan
serta adanya peraturan yang mendukung penemuan ilmiah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Produk olahan dari buah mengkudu mempunyai potensi yang sangat besar
sebagai pangan fungsional karena mempunyai berbagai aktivitas fungsional yang
berpengaruh positif bagi kesehatan. Pengembangan lebih lanjut menjadi produk
pangan fungsional yang diproduksi secara komersial perlu ditunjang dengan berbagai
penelitian mengenai komponen bioaktif, khasiat, keamanan, serta uji farmakologi dan
uji klinis untuk membuktikan klaim manfaatnya. Dengan adanya fakta empiris serta
bukti ilmiah mengenai khasiat mengkudu untuk mengobati berbagai penyakit,
diharapkan pengembangan pengolahan buah mengkudu dapat meningkatkan lapangan
pekerjaan di sektor pertanian, industri, dan perdagangan. Dengan luasnya potensi
lahan untuk budi daya dan manfaatnya yang besar bagi kesehatan, diharapkan di masa
mendatang Indonesia dapat menjadi produsen utama produk olahan mengkudu.
DAFTAR PUSTAKA
Agriculture and Agri-Food Canada. 2009. Consumer Trends: Functional Foods. Her
Majesty the Queen in Right of Canada. Canada
Ali, Iskandar. 2006. Mengatasi Gangguan pada Telinga dengan Tanaman Obat.
Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Lau, Teck-Chai dkk. 2013. Functional Food: A Growing Trend among the Health
Conscious. Dalam Journal of Asian Social Science: Vol 9, No. 1: 2013
Singh, D. R. 2012. Morinda citrifolia L. (Noni) : A Review of The Scientific
Validation for its Nutritional and Therapeutic Properties. Dalam Journal of
Diabetes and Endocrinology Vol. 3, No. 6, PP 77-91.
Silalahi, Jansen. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Subroto, Muhammad ahkam. 2007. Real Food True Health : Makanan Sehat Untuk
Hidup Lebih Sehat. Jakarta : Agromedia
Winarti, Christiana. 2005. Peluang Pengembangan Minuman Fungsional dari
Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Dalam Jurnal Litbang Pertanian
Vol. 24, No. 4 : 149-155