14
TUGAS HUKUM EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL WTO DARI KEPENTINGAN NASIONAL NKRI (TELEKOMUNIKASI) DISUSUN OLEH: ROLAS PARLINDO SIMANJORANG (12030051210) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Tugas Hukum Ekonomi Dan Perdagangan Internasional

  • Upload
    saruedi

  • View
    49

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hukum Ekonomi Dan Perdagangan Internasional

Citation preview

TUGAS HUKUM EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONALWTO DARI KEPENTINGAN NASIONAL NKRI(TELEKOMUNIKASI)

DISUSUN OLEH:ROLAS PARLINDO SIMANJORANG (12030051210)

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS UDAYANADENPASAR2014

DAFTAR ISIDAFTAR ISI iiBAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Metodelogi Penelitian 21.4 Sumber Hukum 31.5 Data Primer 31.6 Data sekunder 4BAB II PEMBAHASAN 52.1 Bagaimana dampak masuknya perdagangan internasional (WTO) khususnya dibidang telekomunikasi?5 2.1.1 Pengertian Telekomunikasi 52.2 Siapakah yang bertanggungjawab untuk menjaga dan mempertahankan telekomunikasi nasional di dunia perdagangan internasional (WTO)? 7BAB III PENUTUP 93.1 KESIMPULAN 93.2 SARAN 9

DAFTAR PUSTAKAii

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangLatar belakangnya berdirinya World Trade Organization( WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia) tidak terlepas dari sejauh lahirnya International Trade Organization (ITO) dan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Seusai perang dunia ke II, masyarakat internasional menyadari perlunya pembentukan suatu organisasi internasional di bidang perdagangan[footnoteRef:2]. Namun upaya atau usulan yang dilontarkan oleh Amerika Serikat, setelah mengalami beberapa tahun perundingan (1945- 1948) mengalami hambatan, ternyata Kongres Amerika Serikat menolak menandatangani Piagam Pendirian ITO. Kebetulan pada waktu Piagam ITO dirancang di Konferensi Jenewa, pada waktu yang bersamaan dirancang pula GATT. Dasar pemikiran penyusunan GATT ini adalah suatu kesepakatan yang memuat hasil-hasil negoisasi tariff dan klausul-klausul perlindungan (protektif) guna mengatur komitmen tarif. GATT karenannya dirancang sebagai suatu persetujuan tambahan yang posisinya berada dibawah Piagam ITO. Tetapi pada waktu itu GATT tidak dirancang menjadi suatu organisasi. GATT menyelenggarakan putaran-putaran perundingan (round) untuk membahas isu-isu hokum perdagangan dunia. Sejak berdirinya (1947), GATT telah menyelenggarakan putaran terakhir, Uruguay Round berlangsung dari 1986- 1994 yang dimulai dari kota Jenewa, swiss. [2: Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, hal 115]

Meskipun disadari bahwa GATT dari segi atau persyaratan suatu organisasi masih lemah, namun para perunding sewaktu mempersiapkan perundinagan Uruguay tidak membayangkan sama sekali untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang sifatnya formal. Tidak adanya pemikiran kea rah itu mungkin karena GATT itu sendiri telah berkembang menjadi semacam (quasi) organisasi. Juga mungkin ada kekhawatiran bahwa rencana kea rah itu akan mengalami nasib seperti ITO. Adalah pemerintah Canada yang pertama-tama pada bulan Mei 1990, mengusulkan secara formal pembentukan suatu badan perdagangan dunia (WTO). Usulan ini disambut positif oleh Uni Eropa. Namun Uni Eropa mengusulkan agar istilah World diganti dengan Multilateral sehingga menjadi Multilateral Trade Organization (MTO). Perkembangan selanjutnya adalah membahas isi rancangan tersebut disertai perubahan-perubahanya agar dapat diterima oleh semua Negara, khususnya Amerika Serikat. Pada pertemuan bulan Desember 1993, tercapai kesepakatan terhadap usulan pembentukan organisasi internasional. Tetapi namanya berubah kembali menjadi WTO. Usulan ini disahkan menjadi persetujuan akhir yang ditandantangani pada April 1994 di Maroko. WTO merupakan satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antarnegara. Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh Negara-negara anggota. Persetujuan tersebut merupakan perjanjian antarnegara anggota yang mengikat pemerintah untuk mematuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangannya. Walaupun ditandatangani oleh pemerintah, tujuan utamanya adalah untuk membantu para produsen barang dan jasa, eksportir dan importer dalam kegiatan perdagangan. Indonesia merupakan salah satu Negara pendiri WTO dan telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU No. 7 Tahun 1994.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana dampak masuknya perdagangan internasional (WTO) khususnya dibidang telekomunikasi?2. Siapakah yang bertanggungjawab untuk menjaga dan mempertahankan telekomunikasi nasional di dunia perdagangan internasional (WTO)?1.3 Metodelogi PenelitianUntuk memperoleh kebenaran yang dapat dipercaya keabsahannya suatu penelitian harus menggunakan suatu metode Yang tepat dengan tujuan yang hendak dicapai sebelumnya. Dalam menentukan metode mana yang akan digunakan harus dilakukan dengan cermat agar metode yang dipilih nantinya tepat dan jelas, sehingga untuk mendapatkan hasil dengan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian merupakan suatu factor yang penting dan menunjang proses penyelesaian suatu permasalahan yang dibahas, dimana metode merupakan cara utama yang digunakan dengan suatu tujuan mencapai tingkat ketelitian, jumlah, dan jenis yang dihadapi dengan mengadakan klasifikasi yang didasarkan pada pengamatan, dapat ditentukan jenis-jenis metode penelitian[footnoteRef:3]. Pengertian metode penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,usaha mana dilakukan dengan metode ilmiah[footnoteRef:4]. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang akan dilakukan secara metodelogi, sistematis, dan konsisten. Metodelogi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu-isu hukum yang timbul, dengan hasil yang dicapai adalah untuk memberikan deskripsi mengenai apa yang seyogianya atas isu yang diajukan[footnoteRef:5]. Metode penelitian merupakan prosedur atau langkah-langkah yang dianggap efektif dan efesien, dan pada umumnya sudah mempola untuk mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dalam rangka menjawab masalah yang diteliti secara benar. [3: Winarno Surakhmad. 1992. Pengantar Penelitan Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung :Tarsito.] [4: Sutrisno Hadi. 1998. Metodelogi Research. Yogyakarta : Andi offset. ] [5: Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana]

1.4 Sumber HukumUndang-undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999, yang berlaku efektif sejak tanggal 8 September 2000.Menhub No. KM . 72 tahun 1999 tanggal 20 Juli 1999. Tentang TelekomunikasiKeputusan Menkominfo No. 01/PER /M.KOMIN FO/01/2010 tanggal 25 Januari 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi dan Keputusan Menhub No. KM. 21/2001 tanggal 31 Mei 2001 mengenai Operasi Layanan (yang diubah berdasarkan Keputusan Menhub No. KM. 30/2004 tanggal 11 Maret 2004, Peraturan Menkominfo No. 07/P/M.KOMIN FO/04/2008 tanggal 4 April 2008 dan peraturan Menkominfo No. 31/PER/M.KOMIN FO/09/2008 tanggal 9 September 2008 melaksanakan ketentuan Undang-Undang Telekomunikasi.

1.5 Data PrimerBahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari 1. Undang-undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 19992. Menhub No. KM . 72 tahun 1999 tanggal 20 Juli 1999. Tentang Telekomunikasi3. Peraturan Menkominfo No. 32/PER /M.KOMIN FO/10/2008 tanggal 10 Oktober 2008 tentang Kewajiban Pelayanan Umum, yang kemudian diamandemen oleh Peraturan Menkominfo No. 03/PER/M.KOMIN FO/02/2010 tanggal 1 Februari 2010.4. Undang-undang No. 11/2008 tanggal 21 April 2008 tentang transaksi dan informasi elektronik (UU No.11/2008).5. Peraturan Pemerintan No. 22 Tahun 1994 tentang Telekomunikasi Untuk Umum1.6 Data SekunderBahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan hokum primer, misalnya buku ilmu hukum, Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), hasil penelitian hukum, hasil karangan ilmiah dari kalangan hukum[footnoteRef:6]. [6: Abdulkadir Muhammad, Hukum dan penelitian Hukum, PT Citra Abadi, Bandung, 2004, h 101,]

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Bagaimana dampak masuknya perdagangan internasional (WTO) khususnya dibidang telekomunikasi?2.1.1 Pengertian TelekomunikasiPasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentangTelekomunikasi, mengemukakan definisi atau pengertiantelekomunikasi, bahwa : Telekomunikasi adalah setiap pemancaran,pengiriman, dan/ atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Berdasarkan Conventian of International TelecomunicationNairobi Tahun 1982 juga termuat dalam lampiran Constitution andconvention of the InternationalTelecomunication Union Jenew Tahun 1992, definisi dari telekomunikasi adalah Any transmission, emission or reception of signs, signals, writing, images, and sounds or the inmtellegence of any nature by wire, radio, optikal, or other electromagnetic systems[footnoteRef:7]. [7: Judhariksawan. 2002. Pengantar Hukum Telekomunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ]

Hakikat terminologi telekomunikasi adalah komunikasi jarakjauh. Komunikasi sendiri bersumber dari bahasa latin communis yang berarti sama. Jika kita berkomunikasi itu berarti mengadakan kesamaan. Carl I Hovaland, seorang sarjana Amerika mengemukakan bahwa komunikasi adalah the process by which an individuals (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatees). Pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, menjelaskan bahwa telekomunikasi di Indonesia, dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah dan bukan berarti bahwa negara atau pemerintah yang menyelenggarakan secara langsung, namun dengan keluarnya Undang- Undang ini pembatasan penyelenggaraan telekomunikasi untuk hubungan dalam negeri dan luar negeri seperti tidak berlaku lagi, karena Undang-Undang ini membebaskan setiap badan hukum (BUMN, BUMD, BUMS, dan Koperasi) dapat menyelenggarakan jasa dan jaringan telekomunikasi untuk hubungan dalam dan luar negeri. Sehubungan masuknya perdagangan internasional WTO yang direncanakan pada tahun 2020 mendatang akan membawa dampak positif dan negative khususnya dibidang Telekomunikasi, dimana salah satu dampak positifnya adalah Kemajuan teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi lebih produktif, efektif, dan efisien sehingga membuat produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar internasional. ekonomi lndonesia akan mengalami perkembangan yang cukup signifikan karena didorong perdagangan liberalisasi. Dampak negative masuknya perdagangan internasional ke Indonesia khusunya di bidang telekomunikasi adalah karena kecanggihan tekhnologi sekarang yang bisa mengakses segala apa pun dimana pun dan kapan pun, Negara maju akan mudahnya melakukan penyadapan juga bisa mengetahui rahasia rahasia setiap Negara. Seperti kasus yang tidak jauh kejadianya adalah Negara Austrlia melakukan penyadapan telepon seluluer presiden Indonesia. Kita semua tahu bahwa dampak buruknya akan perdagangan internasional dibidang telekomunikasi selain bias melakukan penyadapan juga mampu membuka rahasia dan dokumen Negara.Contoh kasus:

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI BIDANG HUKUMDecember 29, 2013PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KHUSUSNYA PENYADAPANPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia semakin pesat. Ini juga berpengaruh dalam dunia hukum. Di Indonesia, teknologi informasi dan komunikasi jugasudah digunakan di dunia hukum untuk memecahkan suatu kasus. Cara ini digunakan untuk mencari bukti. Dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi ini kita dapat membuktikan benar atau tidaknya suatu bukti. Contohnya dapat membuktikan suatu foto atau video asli atau hanya hasil edit seperti dalam kasus artis Marcella Zalianty dan Ananda Mikola yang di tuduh melakukan penyiksaan atau kasus yang menimpa salah satu anggota DPR yang berinisial YZ yang tersebar video mesumnya dengan pedangdut yang berinisial ME. Selain itu ada juga yang menggunakan penyadapan untuk menemukan bukti-bukti seperti dalam kasus KPK yang membuktikan para tersangka korupsi dengan menggunakan penyadapan ini. Selain itu ada juga alat yang bernama Lie Detector seperti yang digunakan dalam pemeriksaan ryan pembunuh sadis untuk membuktikan pengakuannya itu benar atau bohong. Itu lah beberapa cara penggunaan teknologi informasi dan komunikasi diDalam hukum. Penyadapan sering kali digunakan untuk bukti yang lebih nyata dalam hal hukum. Seperti kasus yang belum lama ini menimpa Lembaga-lembaga tinggi di Indonesia. Kasus antara KPK, Polri dan Kejaksaan. KPK menggunakan penyadapan untuk membuktikan bahwa oknum-oknum yang terlibat bersalah namun terjadi pro dan kontra dalam penyadapan. KPK dituduh menyalahgunakan wewenang karena telah melakukan penyadapan. Di kasus ini KPK menggunakan penyadapan terhadap beberapa orang yang dicurigai membantu tersangka korupsi kasus Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT), Anggoro Widjojo. Penyadapan ini dilakukan pada Anggodoo Widjojo, Bonaran Situmeang (pengacara Anggoro Widjojo), Abdul Hakim Ritonga, Susno Duadji, Wisnu Subroto, seorang wanita yang bernamaa Yuliana, seorang pria yang belum diketahui identitasnya, serta I Ketut Sudiharsa (wakil ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban(LPKS)). Dalam hal ini I Ketut Sudiharsa menuduh KPK menyalahgunakan wewenang karena komunikasi antara LPKS dengan klien nya bersifat rahasia namun pembicaraannya di sadap hingga seolah-olah ini tidak rahasia. Inilah yang menjadi pro dan kontranya penyadapan. Penyadapan dapat membocorkan rahasia di sisi lain jika tidak ada penyadapan yang dilakukan KPK maka para penjahat koruptor dapat dengan bebas melakukan aksinya. Hal ini membuat menteri komunikasi dan Informasi(menkominfo), Tifatul Sembiring mengumumkan bahwa penyadapan hanya boleh dilakukan atas izin dari Kejaksaan Agung.Penyadapan sangat penting dalam hukum karena dapat membuktikan kebenaran dari suatu kasus. Namun juga dapat sangat berbahaya jika disalahgunakan. Karena dapat membuka rahasia Negara dan semua yang bersifat rahasia. Oleh karena itu jangan sampai penyadapan disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu.

2.2 Siapakah yang bertanggungjawab untuk menjaga dan mempertahankan telekomunikasi nasional di dunia perdagangan internasional (WTO)?Setiap Negara mempunyai alat kecanggihan negaranya masing-masing baik dibidang pertahanan, ekonomi, dan perdagangan yang ada pada Negara maju juga Negara berkembang. Dalam perananya Negara hendak melakukan perlindungan untuk melindungi negaranya agar terhindar ancaman dan penyadapan dari Negara lain supaya juga terjaganya rahasia setiap negaranya. Dalam menjamu perdagangan internasional yang akan mendatang Negara yang menjadi anggota WTO dihadapkan pada kesempatan untuk mengejar ketertinggalan setap negaranya mengingat bahwa Sekitar 2/3 negara negara anggota GATT/WTO adalah negara Negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, atau yang masih berada dalam tahap awal pembangunan ekonominya. Jadi terbuka kesempatan untuk Negara berkembang untuk bekerja keras dalam mengejar ketertinggalan negaranya. Setiap Negara yang menjadi anggota WTO bertanggungjawab dalam menjada dan mempertahankan Telekomunikasi nasional di dunia perdagangan internasional supaya tidak terjadi penyadapan terhadap Negara lain yang menciptakan perdagangan internasional membawa pengaruh dan perkembangan positif dan menguntungkan bagi setiap anggota perdagangan internasional (WTO).

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanSeperti yang telah dipaparkan dalam tulisan ini, bahwa Indonesia telah menjadi anggota dari Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO. Ada manfaat yang dapat dirasakan oleh Indonesia sebagai anggota dari WTO dan adapula kerugian mengikuti organisasi ini, terlebih Indonesia masih merupakan negara berkembang yang belum kuat stabilitas perekonomiannya. Dampak dampak positif dan negative masuknya perdagangan internasional terhadap Indonesia khusunya di bidang Telekomunikasi adalah memudahkan perdagangan internasional dalam bertranksaksi, memudahkan perdagangan internasional menyampaikan informasi, memudahkan perdagangan internasional mendapatkan informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah mudahnya Negara maju dalam melakukan penyadapan terhadap Negara lain yang tentunya merugikan Negara lain.

3.2 SaranDalam menghadapai perdagangan internasional (WTO) tahun 2020 mendatang selain di bidang ekonomi Indonesia juga akan mendapatkan pengaruh positif di bidang telekomunikasi asalkan perlindungan dan pertahanan di bidang telekomunikasi mampu dijaga dan dikembangkan oleh Negara agar tidak memudahkan Negara lain untuk mmelakukan penyadapan terhadap bangsa Indonesia sendiri.

9

DAFTAR PUSTAKAAdolf, Huala. 2005. Hukum Ekonomi Internasional. Bandung : PT. Raja Grafindo Persada.Winarno, Surakhmad. 1992. Pengantar Penelitian Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung : Tarsito.Sutrisno, Hadi. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana.Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan penelitian Hukum. Bandung: PT Citra Abad. hlm 101.Judhariksawan. 2002. Pengantar Hukum Telekomunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANUndang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang TelekomunikasiCetak Biru Kebijakan Pemerintah Tentang Telekomunikasi Indonesia

INTERNETBima. 2013. Teknologi Informasi dan Komunikasi Di Bidang Hukum.http://bima-aji.mhs.narotama.ac.id/2013/12/29/teknologi-informasi-dan-komunikasi-di-bidang-hukum/. Diakses pada tanggal 09 Mei 2014.